Anda di halaman 1dari 32

GUGATAN PEMBATALAN MEREK DALAM

MASA DALUARSA
Analisis Putusan No 289 K/Pdt.Sus-HKI/2023

Nama Dosen Pengampu:

Ulfiandri, S.H., M.H

Diselesaikan oleh :

Herlinawati S / NPM 3021215009

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PANCASILA

GENAP 2022/2023
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya peneliti
dapat menyelesaikan Tugas Hukum Kekayaan Intelektual ini. Makalah Hukum Kekayaan
Intelektual ini dapat diselesaikan tidak lepas dari segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa
dari berbagai pihak, yang pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:

1. Ulfiandri, S.H., M.H. selaku Dosen Hukum Kekayaan Intelektual.


2. Untuk semua pihak, dan teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
Makalah ini berguna dan manfaat bagi para pembaca serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan.

Jakarta, 14 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

BAB I .......................................................................................Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ....................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB II ......................................................................................Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN ......................................................................Error! Bookmark not defined.

A. MEREK ...............................................................................Error! Bookmark not defined.

B. SISTEM PENDAFTARAN MEREK ................................Error! Bookmark not defined.2

C. MEKANISME PENDAFTARAN SENGKETA MEREKError! Bookmark not defined.4

D. ASAS ITIKAD BAIK DALAM KUHPER DAN ASAS ITIKAD TIDAK BAIK DALAM
UU MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS .......................Error! Bookmark not defined.7

BAB III. POSISI KASUS ......................................................Error! Bookmark not defined.0

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................................... 30

4.1 Kesimpulan ...................................................................Error! Bookmark not defined.30

4.2 Saran .............................................................................Error! Bookmark not defined.30

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................Error! Bookmark not defined.31

3
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada jaman globalisasi saat ini, perkembangan perdagangan diseluruh dunia mengalami
peningkatan yang pesat. Setiap perusahaan memiliki nama dan simbol yang digunakan dalam
memperdagangkan dan memasarkan barang dan/atau jasa. Nama-nama dan simbol-simbol
tersebut merupakan ciri khas dari perusahaan sebagai pembeda dari perusahaan lainnya yang
lebih dikenal sebagai merek (trademark). Merek merupakan salah satu bagian dari hak atas
kekayaan intelektual terutama dibidang perindustrian, sebagai tanda pengenal dari asal barang
dan/atau jasa yang dimiliki oleh pemilik merek yang berguna untuk menjaga dan menjamin
kualitas barang dan/atau jasa tersebut serta dapat mencegah persaingan yang tidak sehat dari
perusahaan lain. 1Selain itu merek juga digunakan oleh pemilik merek untuk melindungi
barang dan/atau jasa yang dihasilkannya dalam pangsa pasar perdagangan.

Merek dalam kedudukannya sebagai hak atas kekayaan intelektual dilindungi oleh hukum
atau undang-undang. Di Indonesia perlindungan merek diatur dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (selanjutnya disebut UU tentang Merek
dan Indikasi Geografis). Setiap orang atau badan hukum yang memiliki merek dan
menggunakannya dalam perdagangan diharapkan mendaftarkan mereknya untuk memperoleh
perlindungan oleh hukum. Merek memiliki kemampuan sebagai tanda yang dapat
membedakan hasil perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain di dalam pasar, baik
untuk barang atau jasa yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Masyarakat sering
mengaitkan kualitas suatu barang dan jasa pada suatu merek tertentu. Fungsi merek tidak
hanya untuk membedakan suatu produk tetapi juga sebagai sebuh asset perusahaan.

Dengan melakukan pendaftaran merek maka pemilik merek memperoleh surat tanda
pendaftaran yang selanjutnya dilakukan berbagai pemeriksaan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (yang selanjutnya disebut sebagai Menteri) serta apabila telah melewati

1
Rahmi Jened, 2015, Hakum Merek (Trademark Law) : Dalam Era Globalisasi Dan Integrasi Ekonomi, Cet. I,
Prenadamedia Group, Jakarta, Hal. 3
4
proses pemeriksaan tersebut serta telah dinyatakan memenuhi persyaratan maka akan
memperoleh sertifikat merek sebagai tanda bukti hak atas merek. Sertifikat merek
mempunyai kegunaan apabila terjadi sengketa merek dapat dijadikan sebagai alat bukti surat
pada pembuktian di pengadilan.2 Dalam UU tentang Merek dan Indikasi Geografis tersebut
memberikan suatu penegasan mengenai apabila terjadi suatu sengketa merek terdaftar maka
dapat melakukan salah satu upaya hukum dengan cara mengajukan gugatan penghapusan dari
merek terdaftar tersebut ke Pengadilan Niaga.

Terhadap merek tersebut harus didaftarkan untuk memperoleh landasan dan kekuatan hukum
suatu merek yang beredar di pasaran. Merek dapat dilindungi apabila merek tersebut
didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Dirjen HKI). Demikian pula dalam perjanjian TRIPs
yang ditandatangani Indonesia dan juga dalam Undang-Undang Merek nomor 15 tahun 2001
disebutkan bahwa merek terdaftar memiliki hak eksklusif untuk melarang pihak ketiga yang
tanpa seizin dan sepengetahuan pemilik merek tersebut untuk memakai merek yang sama
untuk barang atau jasa yang telah didaftarkan terlebih dahulu, namun perlindungan hukum
terhadap merek terdaftar tersebut bukan merupakan jaminan, adakalanya apabila terdapat
cukup alasan-alasan, pendaftaran merek di Dirjen HKI dapat dihapus atau dibatalkan.3

Pembatalan dan penghapusan merek sering terjadi terkait dengan adanya perbuatan-
perbuatan pelaku usaha yang berbuat curang dan beritikad tidak baik dalam melakukan
persaingan usaha. Seperti sebuah merek yang ingin mendaftar ternyata ditemukan adanya
kesamaan dalam merek yang ternyata sudah terdaftar terlebih dahulu, maka hal itu terdapat
itikad tidak baik dan dapat dilakukan upaya hukum yaitu pembatalan merek, hal ini bertujuan
agar mengetahui siapa yang menjadi pemegang hak atas merek tersebut. Pembatalan
pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal pendaftaran Merek sebagaimana yang diatur dalam Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang
No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

2
Gatot Supramono, 2008, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, H.
24.
3
Sudargo Gautama, Hak Merek Dagang Menurut Perjanjian Trips-Gatt Dan Undang-Undang Merek Ri,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), H. 19
5
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis ingin membahas mengenai permasalahan terkait :

a) Bagaimana penerapan prinsip itikad tidak baik dalam pembatalan merek dagang yang
terdaftar ?
b) Bagaimana mekanisme pembatalan merek dagang yang terdaftar yang telah melewati
masa 5 (lima) tahun?

1.3. Metode Penelitian


Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang didahului oleh perencanaan
matang dan akurat yang mempunyai tujuan untuk memperoleh data guna membuktikan
kebenaran dan ketidakbenaran dari suatu atau beberapa gejala hukum yang dilakukan dengan
metode ilmiah atau menganalisa data tersebut Metode yang digunakan dalam penelitian
hukum ini adalah metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif ini
dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder. Data sekunder sebagai sumber atau bahan
informasi berupa bahan-bahan hukum primer yang terdiri dari peraturan perundang-
undangan, catatan resmi atau risalah pembuatan perundang-undangan, dan putusan
pengadilan Nomor 27/Pdt.SusMerek/2022/PN.Niaga.Jkt.Pst pada tanggal 28 Maret 2022 dan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 289 K/Pdt.Sus-HKI/2023 tanggal 7 Februari 2023 serta
bahan-bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang terdiri dari buku-buku
hukum dan jurnal hukum. Sehingga penelitian ini menggunakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan sebagai objek penelitian.

6
BAB II. PEMBAHASAN

A. MEREK

A.1. Pengertian Merek

Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang dan jasa. Merek merupakan “suatu tanda pembeda” atas barang atau jasa
bagi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda maka merek dalam
satu klasifikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu dan lainnya baik pada
keseluruhan maupun pada pokoknya. Menurut Sudarmanto dalam Mieke Yustia; Persamaan
merek pada keseluruhan apabila mempunyai persamaan dalam hal asal, sifat, cara
pembuatan, dan tujuan pemakaiannya. Persamaan pada pokoknya meliputi persamaan bentuk,
persamaan cara penempatan, persamaan bentuk, dan cara penempatan serta persamaan bunyi
ucapan. 4 Yang di maskud dengan “persamaan pada pokoknya” adalah kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur yang dominan antara Merek yang satu dengan Merek yag lain
sehingga menimbulkan kesan adanya persamaan, baik mengenai bentuk, cara penempatan,
cara penulisan atau kombinasi antara unsur maupun persamaan bunyi ucapan, yang terdapat
di dalam merek tersebut. 5

Merek atas barang lazim disebut sebagai merek dagang adalah merek yang digunakan/
ditempelkan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang , atau
badan hukum. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang atau badan hukum. Merek sebagai tanda pembeda dapat
berupa nama, kata, gambar, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut. Pemegang/pemilik Hak Merek yaitu : orang (persero), beberapa orang

4
Mieke Yustia Ayu Ratna Sari. Passing Off Dalam Pendaftaran Merek. Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 3 Desember
2014: 255 – 272 Hal 264
5
Tri Jata Ayu Pramesti, S.H. . Persamaan Pada Pokoknya’ Dalam Uu Merek Dan Indikasi Geografis
Https://Www.Hukumonline.Com/Klinik/A/Arti-Persamaan-Pada-Pokoknya-Dalam-Uu-Merek-Dan-Indikasi-
Geografis-Lt560aad4d30945/ Diakses 17 Mei 2023 Arti ‘Persamaan Pada Pokoknya’ Dalam Uu Merek Dan
Indikasi Geografis
7
(pemilik bersama), Badan Hukum yang telah mendapatkan Hak atas Merek yang disebut
dengan Merek Terdaftar.6

A.2. Jenis Merek

Merek sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang mencakup merek dagang dan merek
jasa. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan barang-barang sejenis lainnya. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa
yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Selain kedua jenis merek yang telah disebutkan, dalam Undang-Undang Merek juga dikenal
adanya merek kolektif (Collective marks), yaitu merek yang digunakan pada barang atau
jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.7

A.3. Pengertian Merek Terkenal

Pengertian Merek Terkenal Tak kalah pentingnya dalam pengaturan hukum merek Indonesia
yang menyangkut merek terkenal. Munculnya istilah merek terkenal berawal dari tinjauan
terhadap merek berdasar reputasi (reputation) dan kemasyhuran (renown) suatu merek.
Berdasarkan reputasi dan kemasyhuran merek dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yakni merek biasa (normal marks), merek terkenal (well known marks), dan merek
termasyhur (famous marks). Khusus untuk merek terkenal didefinisikan sebagai merek yang
memiliki reputasi tinggi. Merek yang demikian itu memiliki kekuatan pancaran yang
memukau dan menarik, sehingga jenis barang apa saja yang berada dibawah merek itu
langsung menimbulkan sentuhan keakraban (familiar attechement) dan ikatan mitos (mythical
context) kepada segala lapisan konsumen.8

6
Buku Panduan Pengenalan Hki. Direktorat Jendral Industri Kecil Dan Menengah.
7
Merek. Https://Lpik.Itb.Ac.Id/Division/Detail/C20ad4d76fe97759aa27a0c99bff6710 Diakses 15 Mei 2023
8
Budi Agus Riswandi Dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya
Hukum, H. 87.
8
Pengertian merek terkenal tidak disebutkan secara jelas dalam Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001, namun dalam Pasal 6 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 dinyatakan bahwa permohonan pendaftaran ditolak jika mempunyai persamaan
dalam pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak
lain untuk barang atau jasa sejenis dilakukan dengan memperhatikan pendapat umum
masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Disamping
itu diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan
besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan
disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara. Suatu merek yang terkenal
mempunyai reputasi dan memiliki pemasaran yang tinggi. Presentasi penjualannya tinggi di
setiap pelososk dunia dan menjadi aset kekayaan yang bernilai dapat mendatangkan
keuntungan besar bagi pemiliknya.9

A.4. Kriteria Merek Terkenal

Dalam Pasal 6 bis Paris Convention tidak memberikan definisi atau kriteria tentang merek
terkenal tetapi diserahkan sepenuhnya oleh masing-masing negara anggota konvensi.
Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.03-HC.02.01 Tahun
1991 tentang penolakan permohonan pendaftaran merek terkenal yang mempunyai persamaan
dengan merek orang lain atau milik badan lain, memberikan kriteria mengenai merek terkenal
yaitu meliputi:10

a) Merek dagang yang secara umum telah dikenal dan dipakai pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau badan hukum;
b) Digunakan di Indonesia ataupun di luar negeri. Kriteria merek terkenal tidak hanya
didasarkan pada pengetahuan umum masyarakat, tetapi juga didasarkan pada reputasi
merek yang bersangkutan yang telah diperoleh karena promosi yang
telah dilakukan pemiliknya.

Jangka Waktu Perlindungan Merek Perlindungan hukum diberikan kepada merek terdaftar
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang.

9
Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum Dan Hukum Merek Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 1992, (Bandung : Pt. Citra Aditya Bakti,1996), H. 98.
10
Sudargo Gautama, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997), H. 57.
9
Permohonan perpanjangan diajukan secara tertulis oleh pemilik merek atau kuasanya dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi
merek terdaftar tersebut. Permohonan perpanjangan disetujui apabila:11

a) Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana
disebutkan dalam sertifikat merek tersebut;
b) Barang atau jasa sebagaimana dimaksud diatas masih diproduksi dan diperdagangkan.

Perpanjangan jangka waktu tersebut dicacat dalam daftar umum merek dan diumumkan
dalam berita resmi merek dan diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau
kuasanya.

A.5. Merek Yang Dapat Didaftarkan dan Tidak Dapat Didaftarkan


Tidak semua tanda yang memenuhi daya pembeda dapat didaftar sebagai sebuah merek.
Permohonan pendaftaran merek yang diajukan pemohon yang beritikad tidak baik tidak dapat
didaftar. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyatakan bahwa merek yang
tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak
baik. Pemilik merek yang beritikad baik adalah pemilik yang mendaftarkan mereknya secara
layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk membonceng, meniru atau menjiplak ketenaran
merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain
menimbulkan persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen.12

Berdasarkan Pasal 5 UU No. 15/2001, merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut
mengandung salah satu unsur di bawah ini:

1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

Demikian pula dilarang pemakaian tanda-tanda yang menurut pandangan


masyarakat umum maupun golongan masyarakat tertentu bertentangan dengan
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum, terutama tanda-tanda yang
dapat menimbulkan salah paham di kalangan pembeli. Dalam pengertian
bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban

11
Sudargo Gautama, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997), H. 57.
12
Achmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan Dan Dimensi Hukumnya Di
Indonesia, H. 326.
10
umum adalah apabila pengguna tanda tersebut dapat menyinggung perasaan,
kesopanan, ketentraman, dan keagamaan dari khalayak umum atau dari golongan
masyarakat tertentu.

2. Tidak memiliki daya pembeda;

Suatu tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila merek tersebut terlalu
sederhana, seperti satu tanda garis atau satu tanda titik ataupun terlalu rumit
sehingga tidak jelas. Misalnya, lukisan atau warna barangnya sendiri, atau lukisan
botol atau kotak yang dipergunakan untuk barang tersebut. Angka-angka dan
huruf-huruf juga tidak mempunyai daya pembedaan sebagai merek oleh karena
lazim digunakan sebagai keterangan-keterangan barang yang bersangkutan.

3. Telah menjadi milik umum;

Tanda-tanda yang bersifat umum dan menjadi milik umum juga tidak dapat
diterima sebagai merek. Misalnya tanda tengkorak diatas dua tulang yang
bersilang, yang secara umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda seperti
itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum dan
selayaknya tidak dapat digunakan sebagai suatu tanda tertentu untuk keperluan
pribadi seseorang. Demi kepentingan umum, tanda-tanda seperti itu harus
dapat dipergunakan secara bebas dalam masyarakat. Oleh karena itu, tanda-tanda
yang demikian tidak dapat digunakan sebagai merek.

4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang


dimohonkan pendaftarannya.

Sebuah merek yang berisikan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa
yang akan dimohonkan pendaftarannya juga tidak dapat diterima untuk didaftar
sebagai merek, karena keterangan tersebut tidak memiliki daya pembeda.
Misalnya merek kopi atau gambar kopi untuk jenis barang kopi atau untuk produk
kopi.

Selanjutnya Pasal 6 UU Merek Tahun 2001 memuat juga ketentuan mengenai penolakan
pendaftran merek. Direktorat Jenderal harus menolak permohonan apabila merek tersebut:13

1. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik


pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang
sejenis;

Https://Www.Hakataskekayaanintelektual.Com/Pendaftaran-Merek/Prosedur-Pendaftaran-
13

Merek/#:~:Text=Berdasarkan%20pasal%205%20uu%20no,Telah%20menjadi%20milik%20umum%3b%20atau
11
2. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
3. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-
geografis yang sudah dikenal.
4. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum
yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
5. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang
atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional,
kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
6. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis
dari pihak yang berwenang.

Jika permohonan suatu merek telah memenuhi syarat yang sesuai dengan ketentuan dalam
UU Merek Tahun 2001, dan tidak ada sanggahan dari pihak manapun, maka dapat
diselenggarakan pendaftaran dan pengumuman resmi tentang merek perusahaan itu Dan akan
menolak setiap permohonan suatu merek yang tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku tentang merek. Dan akan menolak setiap permohonan suatu
merek yang tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku
tentang merek.

B. SISTEM PENDAFTARAN MEREK

Ada dua sistem yang dianut dalam pendaftaran merek yaitu system deklaratif dan sistem
konstitutif (atributif). UU Merek Tahun 2001 dalam sistem pendaftarannya menganut sistem
konstitutif, sama dengan UU sebelumnya yakni UU Merek 1992 dan UU Merek 1997. Ini
adalah perubahan yang mendasar dalam UU Merek Indonesia, yang semula menganut sistem
deklaratif (UU Merek 1961). Menurut sistem konstitutif ini yang berhak atas suatu merek
adalah pihak yang telah mendaftarkan mereknya. Jadi dengan adanya pendaftaran kemudian
menciptakan hak atas merek tersebut dan pihak yang mendaftarkan adalah satu-satunya
yang berhak atas suatu merek dan bagi pihak lain harus menghormati hak pendaftar.
Pendaftaran merek dengan sistem konstitutif lebih menjamin kepastian hukum dari pada
sistem deklaratif. Tidak seperti halnya dalam sistem deklaratif yang lebih banyak

12
menimbulkan kesulitan dalam penegakan hukumnya, maka pada sistem konstitutif dengan
prinsip first to file sangat potensial untuk memberikan:14

a) Kepastian hukum untuk mengkondisikan siapa sebenarnya pemilik merek yang paling
utama untuk dilindungi.
b) Kepastian hukum pembuktian, karena hanya didasarkan pada fakta pendaftaran.
Pendaftaran satu-satunya alat bukti utama.
c) Mewujudkan dugaan hukum siapa pemilik merek yang paling berhak dengan pasti,
dan tidak menimbulkan kontroversi antara pendaftar pertama dan pemakai pertama .

Syarat pendaftaran merek diatur dalam UU Merek sedangkan pelaksanaan pendaftaran merek
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan
Pendaftaran Merek, dan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1993 tentang Kelas Barang atau
Jasa Bagi Pendaftar Merek. Syarat pendaftaran merek diatur dalam Pasal 7 sampai dengan
Pasal 10 UU Merek. Agar merek dapat didaftarkan, pemilik merek harus memenuhi syarat-
syarat pendaftaran merek. Pemilik merek yang ingin mendaftarkan mereknya, harus melalui
prosedur pendaftaran merek yang ada. Merek tersebut harus didaftarkan dengan memenuhi
syarat-syarat pendaftaran merek. Dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari
terhitung sejak tanggal disetujuinya permohonan untuk didaftar, Dirjen HKI akan
mengumumkan permohonan tersebut dalam berita resmi merek. Pengumuman tersebut akan
berlangsung selama 3 (tiga) hari yang dilakukan dengan menempatkannya dalam berita resmi
yang diterbitkan secara berkala, atau dengan menempatkannya pada sarana khusus yang
dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat misalnya internet.

Selama jangka waktu pengumuman tersebut, setiap orang atau badan hukum dapat
mengajukan keberatan secara tertulis kepada Dirjen HKI atas permintaan pendaftaran merek
yang bersangkutan. Keberatan tersebut diajukan apabila terdapat alasan yang cukup disertai
bukti bahwa merek yang dimintakan pendaftaran adalah merek yang berdasarkan Pasal 5 dan
Pasal 6 UU Merek tidak dapat didaftarkan atau harus ditolak. Setelah berakhirnya masa
pengumuman dan permintaan pendaftaran merek tersebut telah disetujui, maka Dirjen HKI:

14
Kholis Roisah, Implementasi Perjanjian Trips Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Hak Atas Merek
Terkenal (Asing) Di Indonesia, (Semarang: Tesis Hukum (Undip), 2001), H. 66.
13
a) Mendaftarkan merek tersebut dalam daftar umum merek.
b) Memberitahukan pendaftaran merek tersebut kepada orang atau badan hukum atau
kuasanya yang mengajukan permintaan pendaftaran merek.
c) Memberikan sertifikat merek.
d) Mengumumkan pendaftaran tersebut dalam berita resmi merek.
e) Pendaftaran merek dapat dimintakan untuk 2 (dua) kelas barang atau lebih dan atau
jasa secara bersamaan.

Merek yang telah terdaftar di Dirjen HKI membawa akibat hukum yakni pemilik merek
memperoleh perlindungan hukum atas hak merek yang didaftarkannya. Pemilik merek diberi
hak eksklusif oleh negara untuk menggunakan mereknya dalam dunia bisnis.

C. MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA MEREK

Pelanggaran hak atas merek pada dasarnya dapat diselesaikan melalui sistem hukum perdata
dan juga pidana. Penyelesaian sengketa merek di bidang hukum perdata dapat diajukan
berupa gugatan berdasarkan UU tentang Merek dan Indikasi Geografis ke Pengadilan Niaga.
Upaya hukum yang dapat dilakukan secara perdata berupa pengajuan gugatan pembatalan
merek, penghapusan merek, gugatan atas pelanggaran merek, dan gugatan atas putusan
komisi banding merek.15

Di Indonesia terdapat 5 (lima) Pengadilan Niaga yang berwenang dalam melakukan


penghapusan merek terdaftar yaitu Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Pengadilan Niaga
Semarang, Pengadilan Niaga Surabaya, Pengadilan Niaga Medan, dan Pengadilan Niaga
Ujung Pandang. 16 Sesuai ketentuan Pasal 118 HIR bahwa di pengadilan mana tergugat
bertempat tinggal, maka pengadilan tersebutlah yang berwenang mengadili suatu perkara
(actor sequitur forum rei). Apabila yang menjadi tergugat berkedudukan di luar negeri, maka
gugatan penghapusan merek diajukan ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Apabila
penghapusan merek diterima, maka akan diberikan penegasan bahwa sertifikat merek yang

15
Nova Susanti. 2022. Agenda KI Pelaku Usaha Perlu Pahami Proses Hukum dalam Sengketa Merek.
https://dgip.go.id/artikel/detail-artikel/pelaku-usaha-perlu-pahami-proses-hukum-dalam-sengketa-
merek?kategori=agenda-ki DIAKSES 18 Mei 2023

16
I Gusti Ngurah Bagus Girindra GM,et all. Kualifikasi Pihak Ketiga Dalam Pengajuan Gugatan Penghapusan
Merek Di Indonesia. Hal 6. https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/download/39446/23927/
diakses 18 Mei 2023
14
dimiliki oleh pemilik merek tidak berlaku lagi sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum
Merek. Gugatan penghapusan merek dapat diajukan oleh pemilik merek atau diwakili oleh
kuasanya untuk sebagian maupun seluruh jenis barang dan/atau jasa kepada Menteri. Apabila
merek masih terikat perjanjian lisensi, penghapusan merek hanya dapat dilakukan jika
penerima lisensi menyetujui secara tertulis atau dapat pula dilakukan pengecualian dalam
perjanjian lisensi untuk mengesampingkan adanya persetujuan oleh penerima lisensi.

Penghapusan Merek Pasal 72-75 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

Penghapusan merek terdaftar tercantum dalam Pasal 72-75. dapat pula dilakukan atas
prakarsa Menteri yang dilakukan jika merek terdaftar tersebut memiliki persamaan pada
pokoknya dan/atau keseluruhannya dengan indikasi geografis, bertentangan dengan ideologi
negara, peraturan perundangan-undangan, moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban
umum, atau memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan ekspresi budaya tradisional,
warisan budaya tak benda, atau nama atau logo. Penghapusan merek atas prakarsa menteri
tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Komisi Banding Merek.

Pembatalan Merek berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

Pengaturan mengenai pembatalan merek terdaftar dapat ditemukan Bagian Kedua


Pembatalan Merek Pasal 76-79 Undang-Undang Merek 2001. Lain halnya dengan
penghapusan, pembatalan pendaftaran merek terdaftar hanya dapat diajukan pihak yang
berkepentingan atau pemilik merek, baik dalam bentuk permohonan kepada Direktorat
Jenderal HKI atau gugatan kepada Pengadilan Niaga atau Pengadilan Niaga Jakarta Pusat bila
penggugat atau tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia, dengan
dasar alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang
Merek 2001 yang mengatur mengenai merek yang tidak dapat didaftar dan yang ditolak.

Dalam Pasal 76 Gugatan pembatalan Merek terdaftar dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan atau Pasal 21.
Kemudian pada Pasal 77 ayat 1 Gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan
dalam jangka waktu 5 tahun sejak tanggal pendaftaran merek. Namun Gugatan pembatalan

15
merek dapat diajukan tanpa batas waktu apabila merek yang bersangkutan bertentangan
dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum. 17

Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan gugatan pembatalan hanya dapat
diajukan kasasi. Isi putusan badan peradilan itu segera disampaikan oleh panitera yang
bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. Direktorat
Jenderal melaksanakan pembatalan pendaftaran merek yang bersangkutan dari daftar umum
merek dan mengumumkannya dalam berita resmi merek setelah putusan badan peradilan
diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pembatalan pendaftaran merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan mencoret merek
yang bersangkutan dari daftar umum merek dengan memberi catatan tentang alasan dan
tanggal pembatalan tersebut. Pembatalan pendaftaran itu diberitahukan secara tertulis kepada
pemilik merek atau kuasanya dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa
sejak tanggal pencoretan dari daftar umum merek, sertifikat merek yang bersangkutan
dinyatakan tidak berlaku lagi. Pencoretan pendaftaran suatu merek dari daftar umum merek
diumumkan dalam berita resmi merek. Pembatalan dan pencoretan pendaftaran merek
mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan.

D. ASAS ITIKAD BAIK DALAM KUHPERDATA DAN ITIKAD TIDAK BAIK


DALAM UU MEREK

Asas Itikad Baik (Good Faith) Dalam KUHPerdata

Asas itikad baik ini sesungguhnya berasal dari hukum romawi. Di dalam hukum Romawi asas
ini disebut asas Bonafides. KUHPerdata mempergunakan istilah itikad baik dalam 2 pengertian.
Itikad baik dalam arti obyektif, bahwa suatu perjanjian yang dibuat haruslah dilaksanakan
dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan yang berarti bahwa perjanjian
itu harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan salah satu pihak. Itikad baik

17
Pasal 77 ayat 2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN
INDIKASI GEOGRAFIS
16
dalam arti subyektif, yaitu pengertian itikad baik yang terletak dalam sikap batin seseorang.
Didalam hukum benda, itikad baik ini bisa diartikan dengan kejujuran. 18

Selanjutnya dalam melaksanakan suatu perjanjian, perilaku para pihak, baik debitur maupun
kreditur harus diuji atas dasar norma-norma objektif yag tidak tertulis. Oleh karena itu itikad
baik dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata itu disebut itikad baik dalam arti obyektif.
Obyektif di sini menunjuk kepada kenyataan bahwa perilaku para pihak itu harus sesuai
dengan anggapan umum tentang itikad baik dan tidak semata-mata berdasarkan pada
anggapan para pihak sendiri. Kejujuran (itikad baik) dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata,
tidak terletak pada keadaan jiwa manusia, akan tetapi terletak pada tindakan yang dilakukan
oleh kedua belah pihak dalam melaksanakan janji, jadi kejujuran di sini bersifat dinamis,
kejujuran dalam arti dinamis atau kepatutan ini berakar pada sifat peranan hukum pada
umumnya, yaitu usaha untuk mengadakan keseimbangan dari berbagai kepentingan yang
ada dalam masyarakat. Dalam suatu tata hukum pada hakekatya tidak diperbolehkan
kepentingan orang lain sama sekali terdesak atau diabaikan. Masyarakat harus merupakan
sesuatu neraca yang berdiri tegak dalam keadaan seimbang.

Itikad Tidak Baik dalam Undang-Undang Merek


Wujud perlindungan dari negara terhadap merek adalah merek hanya dapat didaftarkan atas
dasar permintaan yang diajukan pemilik merek yang beritikad baik atau dikenal dengan
prinsip Good Faith. Berkaitan dengan itikad baik, karena UU Merek menggunakan asas First
to File System, dimana bahwa hanya merek yang didaftarkan dan beritikad baik saja yang
mendapat perlindungan hukum maka Dirjen HKI dapat menolak atau bahkan membatalkan
permohonan pendaftar yang dilakukan dengan dasar itikad tidak baik. Gatot Suparmono
menyatakan bahwa pemilik merek beritikad baik adalah pemilik merek yang jujur. Sifat yang
jujur harus ditunjukkan tidak adanya niat pemilik merek untuk berbuat curang pada merek
orang lain.

Pengertian merek orang lain dibatasi dengan merek yang sudah dikenal di masyarakat.6
Dalam Pasal 4 UU Merek disebutkan bahwa merek tidak dapat dapat didaftarkan atas dasar
permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Tujuannya untuk

18
Miftah Arifin. Membangun Konsep Ideal Penerapan Asas Iktikad Baik
Dalam Hukum Perjanjian. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara. H. 2

17
mencari kepastian hukum mengenai siapa yang sesungguhnya menjadi pemilik merek. Dalam
system konstitutif dimaksudkan supaya negara tidak keliru memberikan perlindungan hukum
beserta hak atas merek kepada orang yang tidak berhak menerimanya.19

Dalam hal ini Dirjen HKI sebagai pihak yang berwenang harus berpedoman kepada ketentuan
Pasal 4 UU Merek yang menentukan bahwa merek tidak dapat didaftar atas dasar
permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik (bad faith). Sehubungan
dengan itu, Dirjen HKI seharusnya melakukan pemeriksaan substantif terhadap pemohon
pendaftaran merek selama 3 (tiga) bulan dan paling lama 9 (sembilan) bulan dan didasarkan
kepada Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 UU Merek.

Penerapan asas itikad tidak baik dalam pendaftaran merek dijadikan sebagai alasan
pembatalan merek menurut UU Merek, bertujuan untuk mengetahui adanya penerapan
persamaan pada pokoknya dan itikad tidak baik dalam suatu gugatan pembatalan pendaftaran
merek. Alasan terjadinya suatu pembatalan pendaftaran merek yang didasarkan pada
persamaan pada pokoknya sama dengan yang dibuktikan pada itikad tidak baik dalam suatu
gugatan pembatalan terhadap pendaftaran merek. Karena itu pengertian mengenai itikad tidak
baik juga tidak dapat dipisahkan dengan ketentuan yang berhubungan dengan Pasal 6 ayat (1)
UU Merek yang berbunyi: “Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek
tersebut:
1. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain
yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang
atau jasa yang sejenis.
2. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah
terkenal milik pihak lain untuk barang atau jasa sejenis.
3. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis
yang sudah dikenal.

Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 15 di atas, persamaan unsur pokok merupakan
suatu kemiripan. Kemiripan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata
“mirip” yang artinya hamper sama atau serupa.20 Oleh karena itu, persamaan pada pokoknya

19
Gatot suparmono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum di Indonesia, h.18.
20
https://kbbi.web.id/mirip di akses 16 Mei 2023
18
pada suatu merek hanya hampir sama atau serupa bentuknya. Jadi semua elemen merek tidak
harus tuntas sama atau bukan sama persis ataupun sama secara utuh.

Adapun penentuan adanya kemiripan dapat didasarkan pada beberapa faktor. Diantaranya: (1)
Kemiripan persamaan gambar; (2) hampir mirip atau hampir sama susunan kata, warna, atau
bunyi; (3) Tidak mutlak barang harus sejenis atau sekelas; dan (4) Pemakaian merek
menimbulkan kebingungan nyata (actual confusion) atau menyesatkan (deceive) masyarakat
konsumen. Faktor keempat merupakan faktor yang paling pokok dalam doktrin ini. Sebab
pemakaian merek seolah-olah dianggap sama sumber produksi dan sumber asal geografis
dengan merek orang lain atau disebut likelihood confusion. Sehingga di dalamnya terlihat
unsur itikad tidak baik untuk membonceng ketenaran merek milik orang lain.21

21
Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan UU No. 19
Tahun 1992, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 417.
19
BAB III. POSISI KASUS

A. PERKARA ANTARA FORTUNE LIMITED LAWAN JONI NG


Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memeriksa dan memutus perkara –
perkara gugatan Hak Kekayaan Intelektual Merek pada tingkat perkara antara : FONTAINE
LIMITED, suatu perusahaan terbatas yang didirikan menurut Undang-Undang Negara Inggris
dan Wales, berkedudukan di C/O TMF Group 8TH Floor, 20 Farringdon Street, London,
United Kingdom EC4A 4AB, diwakili oleh Sarah Jane Cook sebagai Direktur dalam hal ini
memberikan kuasanya kepada Tania Lovita S.H., Evi Triana Wulandari S.H., Anastasia
Dwiputri, S.H., LL.M., Dimas Heldian S.H., M.H., Yovianko Salomo P Siregar S.H., Felix M
Tambunan, S.H., M Comlaw, Advokat dan Konsultan Kekayaan Intelektual pada Kantor
Hukum Suryomurcito & CO, yang berkantor di Suite 702 Pondok Indah Office Tower 2, Jl
Sultan Iskandar Muda Kav V-TA, Pondok Indah, Jakarta berdasarkan Surat Kuasa Khusus
Tertanggal 9 Maret 2021, untuk selanjutnya disebut sebagai Penggugat ;

1. JONI NG, sebelumnya beralamat di Jl. Walet Elok VII No. 21, RT. 015 / RW. 006, Kel.
Kapuk Muara, Kec. Penjaringan, Jakarta Utara 14460, kemudian diperbaiki menjadi Jl
Katamaran Permai 3 No.9, Pantai Indah Kapuk, Kel. Kapuk Muara Kec. Penjariangan,
Jakarta Utara, dalam hal ini memberikan Kuasanya kepada Arman Jauhari S.H., dan Imaniar
Nindy Habsari S.H., M.H., Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Advokat &
Konsultan Hukum HARMET & CO. Intellectual Property Rights Harmet &Co yang
berkedudukan di Jl Utan kayu Raya No 65 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 19
Mei 2022, untuk selanjutnya disebut sebagai Tergugat;

2. Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual cq. Direktorat Merek dan Indikasi
Geografis, berdomisili di Jl. H.R. Rasuna Said Kav 8-9, Kuningan, Jakarta Selatan 12940,
Indonesia, diwakili Kurniawan Telaumbanua S.H., M.Hum, selaku Direktur Merek dan
Indikasi Geografis dalam Hal ini memberikan Kuasanya kepada Nova Susanti, S.H. dan
kawan-kawan, pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan

20
HAM RI, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 8-9 Kuningan, Jakarta Selatan – 12940, berdasarkan
surat kuasa tertanggal 11 April 2022, untuk selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat

Dasar Penggugat mengajukan gugatan pembatalan terhadap Merek Tergugat adalah Pasal 76
ayat (1) dan (2) Undang-Undang Merek, sebagai berikut: Pasal 76 Undang-Undang Merek (1)
Gugatan pembatalan Merek terdaftar dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan
berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau 21. Pemilik Merek yang
tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah
mengajukan Permohonan kepada Menteri. Penjelasan Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang
Merek “Yang dimaksud dengan "pemilik Merek yang tidak terdaftar" antara lain pemilik
Merek yang iktikad baik tetapi tidak terdaftar atau pemilik Merek terkenal tetapi Mereknya
tidak terdaftar.” Bahwa Penggugat belum mempunyai pendaftaran merek di Turut Tergugat.
Oleh karenanya, guna memenuhi formalitas gugatan yang diatur dalam ketentuan Pasal 76
ayat (2) Undang-Undang Merek, Penggugat telah mengajukan permohonan pendaftaran
merek CREED dan merek MILLESSIME kepada Turut Tergugat:

Sehubungan dengan iktikad tidak baik, terdapat persamaan yang jelas antara merek CREED
dan merek MILLESIME milik Penggugat dengan Merek Tergugat (Merek CREED + LOGO
Tergugat dan Merek CREAD MILLESIME Tergugat) sehingga Merek Tergugat tersebut
dapat dinyatakan meniru menjipak atau mengikuti merek CREED dan merek MILLESIME
milik Penggugat yang adalah merek terkenal. Lebih lanjut, Merek Tergugat mempunyai
persamaan jenis barang dengan merek CREED dan merek MILLESIME milik Penggugat,
sehingga sangat beralasan untuk menyimpulkan pendaftaran Merek Tergugat harus dibatalkan

21
karena menyebabkan persaingan usaha yang tidak sehat dengan Penggugat dan menyebabkan
kebingungan konsumen.

Penggugat tidak dapat menunjuk distributor resmi di Indonesia untuk menjual produk-
produknya menggunakan merek CREED dan merek MILLESIME karena Merek Tergugat
(Merek CREED + LOGO Tergugat dan Merek CREAD MILLESIME Tergugat) menghalangi
Penggugat untuk memperoleh pendaftaran merek CREED dan merek MILLESIME di Turut
Tergugat sehingga Penggugat tidak dapat memperoleh perlindungan hukum untuk
penggunaan merek-merek milik Penggugat tersebut di Indonesia.

B. PUTUSAN HAKIM MAHKAMAH AGUNG

NO : Nomor 289 K/Pdt.Sus-HKI/2023

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut


Mahkamah Agung berpendapat:
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti secara
saksama alasan-alasan kasasi yang diterima tanggal 13 Oktober 2022 dan kontra memori
kasasi yang diterima tanggal 31 Oktober 2022 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti
dalam hal ini Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak salah
menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

- Bahwa merek CREED dan merek MILLESIME milik Penggugat belum terdaftar pada
kantor Turut Tergugat, akan tetapi Penggugat telah mengajukan permohonan pendaftaran
merek pada kantor Turut Tergugat sebagaimana bukti P1 sampai dengan P4, sehingga
Penggugat mempunyai legal standing untuk mengajukan gugatan pembatalan terhadap merek
terdaftar milik Tergugat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 76 ayat (1) Undang Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis;

- Bahwa merek (CREED Logo) milik Tergugat terdaftar tanggal 17 Mei 2010 dengan Nomor
IDM000247797 tanggal penerimaan 22 Februari 2007 untuk kelas 3 dan merek (CREAD
MILLESIME) terdaftar tanggal 14 Juli 2020 dengan Nomor IDM000781347, tanggal
penerimaan 22 Juni 2018 untuk kelas 3;

- Bahwa merek CREED dan merek MILLESIME Penggugat telah terdaftar di beberapa
negara seperti Inggris Raya tanggal pendaftaran 27 September 1991, dalam kelas 3 (bukti P-

22
5), Amerika Serikat tanggal pendaftaran 3 Februari 2004, Selandia Baru tanggal pendaftaran
22 Agustus 2016, Australia tanggal pendaftaran 21 Juni 2013, Singapura tanggal pendaftaran
28 Juli 1995, Malaysia tanggal pendaftaran 2 Agustus 1995 dan Uni Eropa tanggal
pendaftaran 22 Agustus 2012 dalam kelas 3;

- Bahwa dengan telah terdaftarnya merek CREED dan merek MILLESIME milik Penggugat
di beberapa negara bukti P-5 sampai dengan P-14 untuk barang sejenis yakni barang dalam
kelas 3, dan barang-barang merek CREED dan merek MILLESIME milik Penggugat telah
dipasarkan di negara tersebut termasuk di Malaysia dan Singapura negara terdekat dengan
Indonesia, maka merek CREED dan merek MILLESIME milik Penggugat sudah dikenal di
khalayak umum sehingga merek Penggugat merupakan merek terkenal;

- Bahwa merek (CREED + Logo) dan (CREAD MILLESIME) didaftar pada kantor Turut
Tergugat pada tanggal 17 Mei 2010, jauh sesudah merek CREED dan merek MILLESIME
milik Penggugat terdaftar Inggris Raya tanggal 27 September 1991 dan Malaysia tanggal
pendaftaran 2 Agustus 1995, sehingga sebelum mendaftarkan mereknya patut diduga
Tergugat sudah mengetahui tentang keberadaan merek milik Penggugat;

- Bahwa apabila disandingkan kedua merek tersebut, maka jelas terlihat merek (CREED +
Logo) dan (CREAD MILLESIME) milik Tergugat mempunyai persamaan pada pokoknya
baik dari segi cara penempatan, bentuk tulisan, lukisan, logo, atau susunan warna dan bunyi
ucapan dengan merek CREED dan merek MILLESIME milik Penggugat;

- Bahwa lagipula kata CREED dan MILLESIME bukan merupakan Bahasa baku Indonesia,
sehingga patut diduga dalam mendaftarkan mereknya Tergugat memiliki niat untuk meniru,
menjiplak, atau mengikuti merek CREED dan merek MILLESIME milik Penggugat demi
kepentingan usahanya menimbulkan kondisi persaingan usaha tidak sehat, mengecoh, atau
menyesatkan konsumen, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 21 ayat (3) Undang Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa putusan


Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam perkara ini tidak bertentangan
dengan hukum dan/atau undang- undang, sehingga permohonan kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi: JONI NG tersebut harus ditolak;

23
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Tergugat ditolak,
Pemohon Kasasi/Tergugat harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
kasasi ini;

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis, Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang
Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I:
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: JONI NG tersebut Menghukum Pemohon
Kasasi/Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan, yang dalam
tingkat kasasi sejumlah Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);

Demikian diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada Mahkamah Agung pada
hari Senin, tanggal 27 Februari 2023 oleh Dr. H. Hamdi, S.H., M.Hum., Hakim Agung yang
ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis Dr. Rahmi Mulyati, S.H.,
M.H. dan Dr. Haswandi, S.H., S.E., M.Hum., M.M., Hakim-hakim Agung, masing-masing
sebagai Hakim Anggota, putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu
juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh Para Hakim Anggota tersebut dan Hari Widya Pramono,
S.H., M.H., Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para pihak.

C. ANALISIS

Berdasarkan ketentuan pada Pasal 69 ayat 1 UU Merek tahun 2001, pembatalan pendaftaran
merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu lima tahun sejak tanggal pendaftaran merek,
kecuali merek tersebut bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan ataas ketertiban
umum maka gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu. Pengertian bertentangan
dengan moralitas agama, kesusilaan dan ketertiban umum adalah penggunaan tanda tersebut
dalam menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman, atau keagamaan dari khalayak umum
atau dari golongan msayarakat tertentu. Termasuk didalamnya pengertian yang bertentangan
dengan ketertiban umum adalah itikad tidak baik. Judex facti menilai karena didasarkan
adanya itikad tidak baik dalam pendaftaran merek ini. Berdasarkan pada penjelasan ketentuan

24
Pasal 69 ayat 2 judex facti menyatakan bahwa dikarenakan gugatan pembatalan pendaftaran
merek yang diajukan tersebut berdasarkan adanya itikad tidak baik yang dilakukan pemohon
saat mendaftarkan mereknya, maka gugatan pembatalan tersebut dapat diajukan kapan saja
tanpa ada batas waktu.

Pendaftaran merek yang mempunyai persamaan secara keseluruhan atau pada pokoknya
dengan merek orang lain yang jelas sudah ada lebih dulu dianggap merupakan perbuatan
beritikad tidak baik dengan tujuan pemboncengan merek yang sudah dikenal tersebut.
Semestinya Penggugat tidak mendaftarkan merek CREED atas namanya sendiri karena
produk CREED sudah di pasarkan di banyak Negara sebelum masuk ke perdagangan
Indonesia. Dibuktikan dengan Bukti Pendaftaran Merek di beberapa negara. Perbuatan
penggugat tersebut sudah sangat tidak jujur, serta tercela sehingga dengan pendaftaran
tersebut tergugat dapat dikatakan sebagai pemohon yang beritikad tidak baik.
Judex facti menyatakan bahwa merek CREED adalah milik FORTUNE LIMITED
merupakan pemilik satu-satunya yang sah dan berhak untuk mendaftarkan
dan memakai merek CREED tersebut di Indonesia.

Dalam Pasal 21 Undang-undang No. 20 Tahun 2016 tengan Merek dan Indikasi Geografis
yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh
adanya unsur yang dominan antara merek yang satu dengan merek yang lain sehingga
menimbulkan kesan adanya persamaan, baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara
penulisan atau kombinasi antara unsur, maupun persamaan bunyi ucapan, yang terdapat
dalam merek tersebut; Menimbang, bahwa Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung dalam
Putusannya No. 279 PK/Pdt/1992 tanggal 6 Januari 1998 menyatakan Merek yang digunakan
sama secara keseluruhan atau mempunyai persamaan pada pokoknya dapat didiskripsikan : 1.
Sama bentuk (similiarity of form); 2. Sama komposisi (similiarity of composition); 3. Sama
kombinasi (similiarity of combination); 4. Sama unsur eleman (similiarity of elements); 5.
Persamaan bunyi (sound similirity); 6. Persamaan ucapan (phonetic similirity) atau; 7.
Persamaan penampilan (similirity in appreance).

25
Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016. dapat simpulkan bahwa kriteria
merek dapat dikategorikan sebagai merek terkenal ialah:

1. Pengetahuan umum masyarakat di bidang usaha yang bersangkutan;

2. Reputasi merek karna promosi yang gencar gencaran;

3. Investasi yang dilakukan oleh pemiliknya di beberapa negara;

4. Bukti pendaftaran di beberapa negara di dunia; dan

5. Hasil survei yang dilakukan oleh lembaga yang bersifat mandiri akan tetapi ditunjuk oleh
Pengadilan Niaga.

Dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016 Tentang Pendaftaran Merek Jo. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Pendaftaran Merek,
pada Pasal 18 telah menentukan mengenai kriteria Merek terkenal sebagai berikut:

1. Kriteria penentuan Merek terkenal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b
dan huruf c dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan;

2. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan masyarakat konsumen atau
masyarakat pada umumnya yang memiliki hubungan baik pada tingkat produksi, promosi,
distribusi, maupun penjualan terhadap barang dan/atau jasa yang dilindungi oleh Merek
terkenal dimaksud;

3. Dalam menentukan kriteria Merek sebagai Merek terkenal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan ersebut di bidang usaha yang bersangkutan
sebagai Merek terkenal;

b. volume penjualan barang dan/atau jasa dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
merek tersebut oleh pemiliknya;

c. pangsa pasar yang dikuasai oleh Merek tersebut dalam hubungannya dengan peredaran
barang dan/atau jasa di masyarakat;

d. jangkauan daerah penggunaan Merek;

26
e. jangka waktu penggunaan Merek;

f.intensitas dan promosi Merek, termasuk nilai investasi yang dipergunakan untuk promosi
tersebut;

g. pendaftaran Merek atau permohonan pendaftaran Merek di negara lain;

h. tingkat keberhasilan penegakan hukum di bidang Merek, khususnya mengenai pengakuan


Merek tersebut sebagai Merek terkenal oleh lembaga yang berwenang; atau nilai yang
melekat pada Merek yang diperoleh karena reputasi dan jaminan kualitas barang dan/atau jasa
yang dilindungi oleh Merek tersebut.

Selanjutnya, bahwa selain itu berkenaan dengan pengendalian suatu merek dianggap terkenal
apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Faktor pengetahuan masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang


bersangkutan karena reputasi merek tersebut yang dapat diketahui dari adanya promosi yang
gencar dan besar-besaran melalui iklan modern, investasi di beberapa Negara di dunia lewat
TV kabel, majalah-majalah internasional maupun lewat internet;

b. Luasnya penggunaan merek berupa volume penjualan di berbagai Negara dengan periode
penjualan yang cukup lama dan stabil;

c. Luasnya pendaftaran merek berupa pendaftaran diberbagai Negara serta lamanya merek
yang bersangkutan telah digunakan;

d. Pemilik merek terkenal tersebut telah berhasil mencegah pendaftaran suatu merek yang
meniru merek terkenal tersebut;

Merek CREED milik penggugat lahir dari sejarah Panjang dan dibuat atau diproduksi
pertama kali oleh House of CREED yang berdiri sejak tahun 1760 di London Inggris dan
pada tahun 1854 House of CREED pindah ke Paris, kemudian pada tahun 2020 House of
CREED di akuisisi oleh Penggugat sebagaimana diterangkan oleh Penggugat dalam bukti P-
36A, P-36B dan termuat didalam berbagai situs WEB. Kemudian berdasarkan Yurisprudensi
Mahkamah Agung tanggal 16 Desember 1986 No.220/Panitia Kreditur/Perd/1986 (Perkara
Nike), bahwa “Warga Negara Indonesia yang memproduksi barang-barang buatan Indonesia
wajib menggunakan nama-nama merek yang jelas menampakkan identitas nasional Indonesia

27
dan sejauh mungkin menghindari menggunakan nama merek yang mirip apalagi menjiplak
nama merek asing. Pendaftaran merek yang mempunyai persamaan secara keseluruhan atau
persamaan pada pokoknya dengan merek orang lain yang lebih dulu jelas merupakan
perbuatan yang beriktikad buruk dengan tujuan membonceng pada ketenaran nama
perniagaan dan nama merek dagang yang telah terkenal tersebut.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka gugatan Penggugat telah memenuhi


ketentuan Pasal 77 ayat (2) UU No. 20/2016 yang mengatur Gugatan pembatalan merek dapat
diajukan tanpa batas waktu jika terdapat unsur iktikad tidak baik sehingga bantahan Turut
Tergugat bahwa gugatan Penggugat telah daluarsa harus dikesampingkan/ditolak. Walaupun
azas pendaftaran merek di Indonesia merupakan azas konstitutif (first to file) bukan asas
deklaratif (first to use), namun pemberlakuan azas first to file ini tidak benar-benar
mutlak/absolut, karena bisa saja pemilik merek yang terlambat mendaftarkan mereknya
namun telah menggunakan mereknya dalam waktu yang cukup lama dapat mengajukan
gugatan pembatalan merek, dan apabila seseorang diduga mendaftarkan mereknya dengan
itikat yang tidak baik. Penjelasan menhenai beritikad baik yang berarti tidak meniru, tidak
menjiplak atau tidak mengikuti merek pihak lain yang akan dihapuskan demi kepentingan
usahanya sehingga akan mengakibatkan kondisi persaingan sehat, tidak mengecoh, atau tidak
menyesatkan konsumen nantinya. Dengan adanya ketentuan Pasal 77 ayat (2) UU No.
20/2016 mengenai iktikad tidak baik terhadap merek yang di daftarkan maka dapat
melindungi merek-merek terkenal untuk melakukan pengajuan gugatan penghapusan merek
pada sistem hukum acara Pengadilan Niaga di Indonesia.

Pasal 21 ayat (3) Undang-undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis
menyatakan: “Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon
yang beritikad tidak baik”, penjelasan Pasal 21 ayat (3) adalah sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan ‘pemohon yang beritikad tidak baik’ adalah pemohon yang patut
diduga dalam mendaftarkan mereknya, memiliki niat untuk meniru, menjiplak atau mengikuti
merek pihak lain demi kepentingan usahanya menimbulkan kondisi persaingan tidak sehat,
mengecoh atau menyesatkan konsumen“.

Apabila disandingkan kedua merek tersebut, penulis berpendapat bahwa (CREED + Logo)
dan (CREAD MILLESIME) milik Tergugat mempunyai persamaan pada pokoknya baik dari
segi cara penempatan, bentuk tulisan, lukisan, logo, atau susunan warna dan bunyi ucapan
dengan merek CREED dan merek MILLESIME milik Penggugat. Kata CREED dan

28
MILLESIME bukan merupakan Bahasa baku Indonesia, sehingga patut diduga dalam
mendaftarkan mereknyaTergugat memiliki niat untuk meniru, menjiplak, atau mengikuti
merekCREED dan merek MILLESIME milik Penggugat demi kepentingan usahanya
menimbulkan kondisi persaingan usaha tidak sehat, mengecoh, atau menyesatkan konsumen,
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 21 ayat (3) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis sehingga Permohonan kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi: JONI NG tersebut harus ditolak.

29
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
Penerapan prinsip itikad tidak baik dalam pembatalan merek dagang yang terdaftar
yaitu merek yang didaftarkan dengan dilatar belakangi itikad tidak baik oleh pemilik
merek dalam mendaftarkan mereknya, maka terhadap merek tersebut dapat
dibatalkan. Sehingga asas “first to file” dapat dipatahkan dengan asas “itikad tidak
baik”. Pemilik merek yang beritikad tidak baik adalah pemilik merek yang tidak jujur
yaitu yang dengan sengaja melakukan peniruan merek orang lain, penjiplakan,
ketenaran merek orang lain untuk keuntungan pribadinya yang mengakibatkan
kerugian pemilik merek tersebut ataupun masyarakat. Itikad tidak baik ini merupakan
suatu pelanggaran dari apa yang ada pada Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 UU Nomor 15
Tahun 2001. Bila pemilik merek terdaftar terbukti didasari adanya itikad tidak baik
(melanggar ketentuan Pasal 4, 5, 6) maka terhadap pendaftaran mereknya dapat
dibatalkan.
2. Mekanisme pembatalan merek dagang yang terdaftar di Indonesia yaitu pembatalan
merek dagang yang terdaftar dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan atau
pemilik merek dalam bentuk permohonan kepada Dirjen HKI atau gugatan ke
Pengadilan Niaga. Apabila penggugat atau tergugat berada diluar wilayah negara
Indonesia gugatan diajukan ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Saran

Pemilik merek yang sudah memproduksi secara masal produknya sebaiknya segera mungkin
untuk mendaftarkan mereknya tersebut kepada pihak terkait agar mereknya mempunyai
perlindungan hukum dan terhindar dari pelaku usaha yang beritikad tidak baik dalam
mendaftarkan mereknya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-Undangan Het Herzien Inlandsch Reglement (HIR).

Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 110 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4131).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 252 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5953).

Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 27/Pdt.Sus-Merek/2022/PN Niaga Jkt.Pst


Putusan Mahkamah Agung Nomor 289 K/Pdt.Sus-HKI/2023

Buku

Achmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan Dan Dimensi
Hukumnya Di Indonesia,
Gatot Supramono, 2008, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Rineka
Cipta, Jakarta

Buku Panduan Pengenalan Hki. Direktorat Jendral Industri Kecil Dan Menengah.

Rahmi Jened, 2015, Hakum Merek (Trademark Law) : Dalam Era Globalisasi Dan Integrasi
Ekonomi, Cet. I, Prenadamedia Group, Jakarta,
Budi Agus Riswandi Dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum,

Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum Dan Hukum Merek Di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992, (Bandung : Pt. Citra Aditya Bakti,1996),

Sudargo Gautama, Hak Merek Dagang Menurut Perjanjian Trips-Gatt Dan Undang-Undang
Merek Ri, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994

Sudargo Gautama, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti,
1997.
Kholis Roisah, Implementasi Perjanjian Trips Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Hak
Atas Merek Terkenal (Asing) Di Indonesia, (Semarang: Tesis Hukum (Undip), 2001)

31
Jurnal

Mieke Yustia Ayu Ratna Sari. Passing Off Dalam Pendaftaran Merek. Jurnal Yudisial Vol. 7
No. 3 Desember 2014: 255 – 272

Tri Jata Ayu Pramesti, S.H. . Persamaan Pada Pokoknya’ Dalam Uu Merek Dan Indikasi
Geografis Https://Www.Hukumonline.Com/Klinik/A/Arti-Persamaan-Pada-Pokoknya-
Dalam-Uu-Merek-Dan-Indikasi-Geografis-Lt560aad4d30945/ Diakses 17 Mei 2023 Arti
‘Persamaan Pada Pokoknya’ Dalam Uu Merek Dan Indikasi Geografis

Merek. Https://Lpik.Itb.Ac.Id/Division/Detail/C20ad4d76fe97759aa27a0c99bff6710 Diakses


15 Mei 2023

Https://Www.Hakataskekayaanintelektual.Com/Pendaftaran-Merek/Prosedur-Pendaftaran-
Merek/#:~:Text=Berdasarkan%20pasal%205%20uu%20no,Telah%20menjadi%20milik%20u
mum%3b%20atau

Nova Susanti. 2022. Agenda KI Pelaku Usaha Perlu Pahami Proses Hukum dalam Sengketa
Merek. https://dgip.go.id/artikel/detail-artikel/pelaku-usaha-perlu-pahami-proses-hukum-
dalam-sengketa-merek?kategori=agenda-ki DIAKSES 18 Mei 2023

Gusti Ngurah Bagus Girindra GM,et all. Kualifikasi Pihak Ketiga Dalam Pengajuan Gugatan
Penghapusan Merek Di Indonesia. Hal 6.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/download/39446/23927/ diakses 18 Mei
2023

Miftah Arifin. Membangun Konsep Ideal Penerapan Asas Iktikad Baik Dalam Hukum
Perjanjian. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

https://kbbi.web.id/mirip di akses 16 Mei 2023

32

Anda mungkin juga menyukai