Oleh:
Sonny Engelbert Palendeng1, Merry E. Kalalo2, Deasy Soeikromo3
1, 2, 3
Universitas Sam Ratulangi, Manado
1
sonnyengelbertpalendeng@gmail.com
the decision of the Commercial Court judge in deciding the brand case varies greatly,
therefore to provide legal certainty in the resolution of brand disputes depends largely on
the honesty and professionalism of the Judges of the Commercial Court in applying the
principle of first to file principle, as well as the consistency of judges in deciding brand
cases by optimizing the freedom and discretion of judges in accordance with the
Continental European legal system, as well as the use of previous judge's rulings as
guidelines (jurisprudence) although this model will adjust to the common law legal
system (collaboration between legal systems).
1 3
Ade maman Suherman, 2014, Hukum David Bainbridge, Intellectual Property, dalam
Perdagangan Internasional: Lembaga Valentino Andries, Kajian Yuridis Terhadap
Penyelesaian Sengketa WTO dan Negara Hak Kekayaan Intelektual Hubungannya
Berkembang, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 23 Dengan Investasi, Lex Privatum Vol. VII/No.
2
Rusli Padika, 2009, Sanksi Dagangan 5/Mei/2019
Unilateral di Bawah Sistem Hukum WTO,
Alumni, Bandung, hal. 84-85
4 7
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Wiratmo Dianggoro, 1997, Pembaharuan
Merek dan Indikasi Geografis, Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Merek dan Dampaknya Bagi
5
Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Dunia Bisnis, Jakarta: Yayasan Perkembangan
Intelektual (HKI) Di Era Global, Graha Ilmu, Hukum Bisnis, hlm. 34
8
Yogyakarta, hal. 13 Insan Budi Maulana, 1997, Sukses Bisnis
6
Abdulkadir , Implementasi Cita Hukum dan Melalui Merek, Paten dan Hak Cipta, Bandung:
Penerapan Asas-asas Nasional Sejak Lahirnya Citra Aditya Bakti, hlm. 9
9
Orde Baru, Majalah Hukum Nasional, BPHN OK. Saidin, 2002, Aspek Hukum Intelektual,
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , hlm. 329
No. 1, 1995, hlm. 27.
10 13
Z. Asikin Kusuma Atmadja, 1987, Beberapa Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
catatan atas Makalah Sdr. Bambang Kesowo, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
SH. LLM, Perlindungan Hukum Hak milik Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012,
14
Perindustrian, Seminar Hak Milik Irwansyah, Penelitian Hukum, Pilihan
Perindustrian Fakultas Hukum Universitas Metode dan Praktik Penulisan Artikel, 2020,
Tarumanegara Jakarta, hal 23-24 Mirra Buana Media, Yogyakarta, hal 101
11 15
CNNIndonesia, Pelanggaran Merek paling Kusumaatmadja, Sidharta, Pengantar llmu
banyak diadukan ke Kemenkumham, 1 Januari Hukum, Buku I, Penerbit Alumni, Bandung,
2020, dikutip 28 Febuari 2021 2000, hlm. 108,
12
Philipus M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum
Dogmatik (Normatif), dalam Yuridika, Nomor
6 Tahun IX, November-Desember 1994, hal 6
16 17
Hariyani Iswi, Prosedur Mengurus HAKI Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan Intelektual,
yang Benar, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal 91
Yustisia, 2010, hal 6
18 19
Iman Sjahputra, Menggali Keadilan Hukum, Erma Wahyuni, dkk, Kebijakan dan
Analisa Politik Hukum & Hak Kekayaan Manajemen Hukum Merek, Yogyakarta,
Intelektual, Bandung, PT Alumni, 2009, hal YPAP, hal 99
14
dengan memperhatikan aspek bisnis dan pemakai hak atas merek untuk
pengelolaan manajemen yang baik. menjamin:20
Dengan semakin pentingnya peranan 1 Kepastian berusaha bagi para
merek ini maka terhadap merek perlu produsen; dan
diletakan perlindungan hukum yakni 2 Menarik investor bagi merek dagang
sebagai obyek yang terhadapnya terkait asing, sedangkan perlindungan hukum
hak-hak perseorangan atau badan hukum. yang diberikan kepada merek dagang
Di Indonesia, hak atas merek lokal diharapkan agar pada suatu saat
didasarkan atas pemakaian pertama dari dapat berkembang secara meluas di
merek tersebut. Bagi mereka yang dunia internasional.
mendaftarkan mereknya dianggap oleh Setiap pemegang merek, selain
undang-undang sebagai pemakai merek dibebani oleh kewajiban juga mempunyai
pertama dari merek tersebut kecuali kalau hak-hak yang dilindungi oleh hukum
dapat dibuktikan lain dan dianggap yang berlaku. Untuk mewujudkan adanya
sebagai yang berhak atas merek yang hak dan kewajiban secara nyata
bersangkutan. Tujuan dari pendaftaran diperlukan penegakan hukum oleh aparat
merek adalah memberikan perlindungan hukum. Jadi penegakan hukum dapat
untuk pendaftaran merek tersebut yang dikatakan sebagai proses untuk
oleh undang-undang dianggap sebagai mewujudkan hak yang seharusnya
pemakai pertama terhadap pemakaian diterima sebagai timbal balik atas
tidak sah oleh pihak-pihak lain. Sistem pemenuhan kewajiban yang telah
pendaftaran merek di Indonesia adalah dilaksanakan.
cara pendaftaran dengan pemeriksaan Berdasarkan Pembahasan yang
terlebih dahulu ke Direktorat Jenderal telah dilakukan, terdapat beberapa bentuk
Hak Kekayaan Intelektual, yakni Kepastian Hukum Merek yang dapat
sebelum didaftarkan, terlebih dahulu dijadikan pegangan bagi pemilik Merek
diperiksa mengenai merek itu sendiri dan di Indonesia, sebagai berikut :
suatu permohonan pendaftaran merek 1. Kepastian Hukum bagi pendaftar
akan diterima pendaftarannya apabila pertama (First to File) yang berhak
telah memenuhi persyaratan baik yang atas Merek Dagang
bersifat formalitas maupun substantif 2. Kepastian Hukum atas gugatan
yang telah ditentukan oleh Undang- Pembatalan terhadap Merek melalui
Undang Merek, yaitu tentang adanya Pengadilan Niaga
pembeda. Berdasarkan uraian di atas, maka
Keberhasilan penegakan hukum dapat diketahui bahwa penggugat dapat
merek tidak akan dapat tercapai dengan mengajukan gugatan pembatalan merek
hanya mengandalkan undang-undang berdasarkan alasan sebagai berikut :21
yang mengatur permasalahan merek a. Merek yang didaftarkan atas dasar
semata. Keberhasilan penegakan hukum permohonan yang diajukan oleh
merek memerlukan dukungan dari unsur- pemohon yang beritikad tidak baik;
unsur lain khususnya lembaga/badan b. Merek yang didaftarkan
yang bergerak dalam bidang merek. bertentangan dengan peraturan
Perlindungan hukum terhadap merek perundang-undangan yang berlaku,
dagang terdaftar mutlak diberikan oleh moralitas agama, kesusilaan, atau
pemerintah kepada pemegang dan ketertiban umum;
20 21
Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Henry Clay, Perkembangan Persaingan Usaha,
Terhadap Merek, Yogyakarta, Pustaka Jakarta, UI Press, 2000, hal 79
Yustisia, 2011, hal 38
22
Rahmi Jened, 2007, Hak Kekayaan Intelektual,
Penyalahgunaan Hak Eksklusif, Surabaya,
Airlangga University Press, hal 81
persamaan pada pokoknya atau bukti yang kuat, merek yang didaftarkan
secara keseluruhan dengan merek tanpa itikad baik dapat dibatalkan,
penggugat, kecuali pihak yang bersangkutan dapat
c. Meminta putusan sela Pengadilan membuktikan lain. Pertimbangan hakim
(injunction) yang berupa larangan juga sangat menentukan pembuatan
bagi si tergugat untuk meneruskan putusan mengenai sengketa merek.
perbuatannya melanggar hak Pemilik merek terdaftar mendapat
penggugat perlindungan hukum atas pelanggaran
Dalam gugatan pembayaran ganti hak permohonan pendaftaran merek yang
rugi (damages), penggugat harus dapat sama atas merek baik dalam wujud
membuktikan bahwa perbuatan tergugat gugatan ganti maupun berdasarkan
telah mengakibatkan kerugian bagi tuntutan hukum pidana melalui aparat
dirinya dan ganti rugi tersebut penegak hukum. Pemilik merek terdaftar
dimaksudkan untuk meletakkan posis juga memiliki hak untuk mengajukan
penggugat seolah-olah seperti sebelum permohonan pembatalan pendaftaran
terjadinya pelanggaran. Gugatan merek terhadap merek yang didaftarkan
keuntungan yang seharusnya diperoleh orang lain secara tanpa hak. Perlindungan
(account of profit) membuat penggugat hukum represif diberikan apabila telah
harus dapat memastikan berapa terjadi pelanggaran atas merek. Di sini
keuntungan yang diperoleh tergugat pada peran lembaga peradilan dan aparat
saat tergugat melakukan pelanggaran, penegak hukum seperti kepolisian,
namun dengan mengesampingkan factor- penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) dan
faktor lain yang tidak terkait dengan kejaksaan sangat diperlukan.
pelanggaran merek.23 Dalam Pasal 83 UU 20/2016
Untuk perlindungan hukum yang tentang Merek dan Indikasi Geografis
bersifat represif dilakukan jika terjadi ditetapkan bahwa ada dua macam bentuk
pelanggaran merek melalui gugatan atau isi dari gugatan, yaitu :
perdata dan/atau tuntutan pidana. a berupa permintaan ganti rugi,
Kenyataannya, masih sering terjadi dan/atau;
adanya pelanggaran merek, yakni adanya b penghentian semua kegiatan yang
pihak lain yang secara tanpa hak berkaitan dengan merk tersebut.
menggunakan merek mempunyai Ganti rugi dapat berupa ganti rugi
persamaan pada pokoknya atau materiil yaitu kerugian secara nyata yang
keseluruhannya untuk barang atau jasa dapat dinilai dengan uang akibat
sejenis. Pada kondisi ini, jelas pemilik pemakaian merek oleh pihak yang tidak
pertama yang sangat dirugikan. Pemilik berhak menyebabkan produk barangnya
pertama harus dapat membuktikan bahwa menjadi sedikit terjual karena konsumen
dirinya sebagai pemilik sah dari merek menggunakan produk palsu tersebut, jadi
tersebut. Prinsip konstitutif dalam secara kuantitas barang-barang dengan
pendaftaran merek menjunjung asas merek sama banyak beredar, biasanya
kepastian hukum yaitu dengan salah satu berharga lebih murah dari aslinya; dan
alat bukti sertifikat merek. Pendaftaran ganti rugi immaterial berupa tuntutan
yang dilakukan oleh pihak lain yang ganti rugi yang disebabkan oleh
beritikad tidak baik memerlukan pemakaian merek tanpa hak sehingga
pengajuan pembatalan merek oleh pihak yang berhak menderita kerugian
pemilik merek pertama. Dengan adanya moril, misalnya produksi dari pihak yang
23
Rahmi Jened, Ibid, hal 82
tidak berhak dengan kualitas lebih rendah para pihak setelah timbul sengketa.
berbeda dengan promosi kehebatan dan Sengketa ganti rugi atas pelanggaran hak
kualitas dari pemilik merek karena atas merek yang dapat diajukan ke
merasa yakin dengan mutu dan kebaikan arbitrase apabila merek terdaftar
produk, mempergunakan perusahaan digunakan oleh orang yang benar-benar
iklan dengan bayaran tinggi, tetapi karena meniru merek, dan orang tersebut bukan
ulah dari pelanggar hak yang tidak sebagai pemilik merek terdaftar atas
beritikad baik sehingga secara perlahan merek yang digunakan. Jadi jelas yang
tapi pasti para konsumen tidak akan bersangkutan tidak berhak atas merek
membeli atau mengkonsumsi produk sehingga pemilik merek hanya
yang dikeluarkan oleh pemilik merek mempersoalkan tentang ganti ruginya.
yang berhak mengakibatkan dampak Apabila terjadi beda pendapat tentang
kerugian yang luar biasa. besarnya ganti rugi tinggal masalahnya
apakah mereka berniat menyelesaikan
Non Litigasi Arbitrase dan Alternatif sengketanya melalui arbitrase. Jika
Penyelesaian Sengketa (Alternative keduanya sudah ada niat tinggal mencari
Dispute Resolution) kata sepakat untuk membuat perjanjian
arbitrase.24
1) Arbitrase Proses penyelesaian sengketa di
Suatu sengketa merek dapat lembaga arbitrase hampir sama dengan
diselesaikan di luar pengadilan melalui proses penyelesaian sengketa di
arbitrase. Ketentuan penyelesaian pengadilan negeri, yaitu adanya prosedur
sengketa merek melalui arbitrase beracara. Namun, proses beracara di
mengacu kepada Undang-Undang Nomor lembaga arbitrase jauh lebih sederhana.
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Salah satu pembeda terkait prosedur
Alternatif Penyelesaian Sengketa. beracara di lembaga arbitrase adalah
Perjanjian arbitrase atau klausul arbitrase pemeriksaan sengketa yang bersifat
yang dibuat oleh para pihak untuk tertutup dan hanya dapat dihadiri oleh
menyerahkan setiap sengketa kepada pihak-pihak yang bersengketa dan
badan arbitrase merupakan dasar bagi kuasanya, sedangkan di pengadilan
suatu penyelesaian sengketa melalui negeri bersifat terbuka. Perbedaan-
arbitrase. Oleh karena itu, suatu sengketa perbedaan yang bersifat mendasar antara
tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase penyelesaian sengketa pada lembaga
apabila klausul arbitrase tidak disepakati arbitrase dan pengadilan negeri, sebagai
terlebih dahulu oleh para pihak. Pasal 1 berikut:25 (1) Adanya jaminan
butir 3 Undang-Undang No. 30 Tahun kerahasiaan sengketa para pihak. (2)
1999 memberikan definisi perjanjian Dapat terhindar dari kelambatan yang
arbitrase sebagai Perjanjian arbitrase diakibatkan karena hal prosedural dan
adalah suatu kesepakatan berupa klausul administratif. (3) Para pihak dapat
arbitrase yang tercantum dalam suatu memilih arbiter yang menurut
perjanjian tertulis yang dibuat para pihak keyakinannya mempunyai pengetahuan,
sebelum timbul sengketa, atau suatu pengalaman serta latar belakang yang
perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat cukup mengenai masalah yang
24
Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrase, Jakarta,
Merek menurut Hukum Indonesia, Jakarta, PT Visimedia, 2011, hal 79-80
Rineka Cipta, 2008, hal 45
25
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan
Sengketa Di Luar Pengadilan: Negosiasi,
26 27
Moch. Basrah, Prosedur Alternatif Adi Sulistiyono, Mekanisme Penyelesaian
Penyelesaian Sengketa: Arbitrase Tradisional Sengketa HaKI (Hak atas Kekayaan
dan Modern Online, Bandung, Genta Intelektual), Cetakan ke-1, Surakarta, UNS
Publishing, 2011, hal 1-2 Press, 2004, hal 83
28
Jimmy Joses Sembiring, Op-Cit, hal 11-12
penyelesaian atas suatu seng-keta tidak membutuhkan waktu Panjang dan tidak
dapat disaksikan oleh orang lain karena tetap (karena keputusan judex factie
hanya pihak yang bersengketa yang dapat masih bisa dikasasi), dan semua rahasia
menghadiri jalannya peme-riksaan atas produk merek dapat menjadi rahasia
suatu sengketa. umum dan akan merendahkan nilai
Lembaga APS sifatnya umum kerahasiaan merek yang bersangkutan
karena bermacam ragam sengketa yang karena persidangan pada Pengadilan
terjadi di masyarakat dapat diselesaikan Niaga secara “terbuka dan dinyatakan
dengan menggunakan lembaga ini. terbuka untuk umum”, sedangkan melalui
Sengketa di bidang merek juga demikian jalur Arbitrase maupun Alteratif
dapat diselesaikan melalui lembaga APS. Penyelesaian Sengketa maksimal waktu
Meskipun demikian Undang-Undang No. yang ditetapkan paling lama 180 hari,
15 Tahun 2001 hanya mengatur sengketa kerahasiaan produk merek akan dijaga
ganti rugi atas pelanggaran hak atas oleh para pihak karena pola ini dipilih
merek yang dapat diselesaikan melalui oleh para pihak, tidak membutuhkan
lembaga APS.29 kekuatan eksekutorial karena
keputusannya bersifat legally binding,
PENUTUP langsung berlaku dan dilaksanakan serta
rahasia produk akan sangat terjaga karena
Keputusan hakim Pengadilan hanya dihadiri oleh para pihak dan
Niaga dalam memutus perkara merek mediator atau arbiter, serta ganti rugi
sangatlah bervariasi, karena itu untuk akan langsung dilaksanakan oleh pihak
memberikan Kepastian hukum dalam yang kalah karena ketakutan bahwa jika
penyelesaian sengketa merek sangat tidak melaksanakan keputusan tersebut,
tergantung kepada kejujuran dan nama yang bersangkutan akan hancur
profesionalitas hakim Pengadilan Niaga dalam dunia bisnis yang membesarkan
dalam menerapkan asas pendaftaran dia dan usaha bisnisnya.
pertama (first to file principle), juga
konsistensi hakim dalam memutus
perkara merek dengan mengoptimalkan DAFTAR PUSTAKA
kebebasan dan keleluasaan hakim sesuai
dengan sistem hukum Eropa Kontinental, Ade maman Suherman, 2014, Hukum
serta pemanfaatan putusan hakim Perdagangan Internasional:
terdahulu sebagai pedoman Lembaga Penyelesaian
(yurisprudensi) walaupun model ini akan Sengketa WTO dan Negara
menyesuaikan dengan sistem hukum Berkembang, Sinar Grafika,
common law (kolaborasi antar sistem Jakarta.
hukum) Rusli Padika, 2009, Sanksi Dagangan
Pelaksanaan ganti kerugian para Unilateral di Bawah Sistem
pihak dalam penyelesaian sengketa Hukum WTO, Alumni,
merek tergantung kepada pilihan forum Bandung, hal. 84-85
yang ditetapkan, apakah melalui jalur David Bainbridge, Intellectual Property,
Litigasi (Pengadilan Niaga) atau Jalur dalam Valentino Andries,
Non Litigasi (Arbitrase dan Alternatif Kajian Yuridis Terhadap Hak
Penyelesaian Sengketa), Pelaksanaan Kekayaan Intelektual
ganti rugi melalui jalur litigasi Hubungannya Dengan
29
Gatot Supramono, Op-Cit, hal 61