Anda di halaman 1dari 13

274 _ Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Dikaitkan dengan Kepastian ...

, Sonny Engelbert Palendeng, dkk

PENYELESAIAN SENGKETA MEREK DAGANG DIKAITKAN


DENGAN KEPASTIAN HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

TRADEMARK DISPUTE RESOLUTION IS ASSOCIATED WITH LEGAL


CERTAINTY OF INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS

Oleh:
Sonny Engelbert Palendeng1, Merry E. Kalalo2, Deasy Soeikromo3
1, 2, 3
Universitas Sam Ratulangi, Manado
1
sonnyengelbertpalendeng@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan penyelesaian


sengketa merek dagang terkait kepastian hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia
serta putusan sengketa merek dagang terkait dengan pelaksanaan ganti rugi. Pendekatan
penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah pendekatan perundang-undangan
(statuta approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical
approach), pendekatan komparatif (comparative approach). Metode analisis data
dilakukan dengan menghimpun data melalui penelaahan bahan kepustakaan atau data
sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tertier, baik berupa dokumen-dokumen maupun peraturan-perundangundangan yang
berlaku yang berkaitan penyelesaian sengketa merek. Metode analisis penelitian ini
menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu yuridis normatif yang disajikan secara
deskriptif, yakni dengan menggambarkan penyelesaian sengketa merek dan ganti
kerugian bagi pihak yang haknya dilanggar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Keputusan hakim Pengadilan Niaga dalam memutus perkara merek sangatlah bervariasi,
karena itu untuk memberikan Kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa merek
sangat tergantung kepada kejujuran dan profesionalitas hakim Pengadilan Niaga dalam
menerapkan asas pendaftaran pertama (first to file principle), juga konsistensi hakim
dalam memutus perkara merek dengan mengoptimalkan kebebasan dan keleluasaan
hakim sesuai dengan sistem hukum Eropa Kontinental, serta pemanfaatan putusan hakim
terdahulu sebagai pedoman (yurisprudensi) walaupun model ini akan menyesuaikan
dengan sistem hukum common law (kolaborasi antar sistem hukum).

KATA KUNCI: Kepastian Hukum, Merek Dagang, Hak Kekayaan Intelektual

ABSTRACT: This research aims to analyze trademark dispute resolution arrangements


related to the legal certainty of Intellectual Property Rights in Indonesia as well as
trademark dispute rulings related to the implementation of compensation. The research
approaches used in this research are the statutory approach, case approach, historical
approach, comparative approach. The method of data analysis is carried out by collecting
data through a review of library materials or secondary data that includes primary legal
materials, secondary legal materials and high-valued legal materials, both in the form of
documents and applicable laws related to the resolution of brand disputes. This research
analysis method uses qualitative data analysis methods that are normative juridical that
are presented descriptively, namely by describing the resolution of brand disputes and
compensation for those whose rights are violated. The results of the study showed that

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 2, Oktober 2021 (halaman 274 - 286) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 275

the decision of the Commercial Court judge in deciding the brand case varies greatly,
therefore to provide legal certainty in the resolution of brand disputes depends largely on
the honesty and professionalism of the Judges of the Commercial Court in applying the
principle of first to file principle, as well as the consistency of judges in deciding brand
cases by optimizing the freedom and discretion of judges in accordance with the
Continental European legal system, as well as the use of previous judge's rulings as
guidelines (jurisprudence) although this model will adjust to the common law legal
system (collaboration between legal systems).

KEYWORDS: Legal Certainty, Trademarks, Intellectual Property Rights

PENDAHULUAN dalam negeri. Namun pelaksanaan


safeguard ini perlu pengawasan yang
Sistem perdagangan bebas ketat agar negara lainnya tidak
menunjukkan pentingnya perlindungan dirugikan.2
atas kepentingan nasional dengan Secara keseluruhan, ada suatu
kerangka melindungi pelaku usaha kesinambungan antara standar yang
nasional, seperti perlindungan infant terkandung dalam TRIPs dengan sistem-
industry dan bagaimana menetukan arah sistem Kekayaan Intelektual terdahulu
pembangunan enokomi nasional melalui yang terbentuk selama kurun waktu
perangkat hukum nasional yang responsif tertentu melalui prosesproses domestik.
baik secara internal maupun eksternal.1 Terdapat suatu pendorong domestik yang
Agar kepentingan nasional negara terus berlanjut bagi perkembangan dan
berkembang tidak dirugikan, suatu penerapan system perlindungan
negara dapat melakukan reservasi Kekayaan Intelektual. Dipandang dari
terhadap ketentuan aturan-aturan WTO. perspektif kebijakan, Kekayaan
Indonesia mengambil tindakan safeguard Intelektual tidaklah diakui dan dilindungi
disebabkan adanya dilema antara semata-mata demi kepentingan Kekayaan
membiarkan pasar dalam negeri menjadi Intelektual itu sendiri, atau hanya sebagai
terganggu karena masuknya barang respon yang tidak sungguh terhadap suatu
impor atau menarik diri dari kesepakatan kewajiban internasional, melainkan
WTO. Dalam hal ini, Agreement on sebagai unsur yang integral dari
Safeguard memungkinkan untuk infrastruktur hukum dan perdagangan
sementara waktu negara anggota yang yang dibutuhkan dalam rangka
mengalami dilema tersebut untuk meningkatkan investasi dan perdagangan
menyimpang dari komitmen liberalisasi yang lebih menguntungkan.3
perdagangan. Safeguard bertujuan Merek adalah tanda yang dapat
melindungi industri dalam negeri ditampilkan secara grafis berupa gambar,
terhadap lonjakan impor yang dilakukan logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
secara fair tetapi merugikan industri warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi

1 3
Ade maman Suherman, 2014, Hukum David Bainbridge, Intellectual Property, dalam
Perdagangan Internasional: Lembaga Valentino Andries, Kajian Yuridis Terhadap
Penyelesaian Sengketa WTO dan Negara Hak Kekayaan Intelektual Hubungannya
Berkembang, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 23 Dengan Investasi, Lex Privatum Vol. VII/No.
2
Rusli Padika, 2009, Sanksi Dagangan 5/Mei/2019
Unilateral di Bawah Sistem Hukum WTO,
Alumni, Bandung, hal. 84-85

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
276 _____Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Dikaitkan dengan Kepastian..., Sonny Engelbert Palendeng, dkk

dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, yang dibuat oleh produsen menimbulkan


hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) sudut pandang tertentu bagi konsumen.
atau lebih unsur tersebut untuk Dengan demikian, konsumen dapat
membedakan barang dan/atau jasa yang mengetahui baik atau tidaknya kualitas
diproduksi oleh orang atau badan hukum produk melalui merek. Oleh karena itu,
dalam kegiatan perdagangan barang merek yang berkualitas dan dikenal luas
dan/atau jasa.4 oleh konsumen berpotensi untuk diikuti,
Pemegang hak merek dilindungi ditiru, serta dibajak.8
oleh hukum sesuai Undang-undang Persaingan dagang semakin besar
Merek dan Indikasi Geografis Nomor 20 sehingga mendorong orang lain
Tahun 2016 untuk mencegah pihak lain melakukan perdagangan dengan jalan
membuat, menggunakan atau berbuat pintas (free riding) terhadap merek
sesuatu tanpa ijin.5 Prinsip ini merupakan terkenal. Tindakan free riding merupakan
salah satu dasar yang melatarbelakangi tindakan yang berusaha untuk membuat,
tujuan pemberian perlindungan hukum meniru, dan menyamai suatu merek
bagi hak merek sebagai Hak Kekayaan barang atau jasa untuk menumpang
Intelektual sekaligus menindak para keterkenalan suatu merek,9
pelaku pelanggaran hukum di bidang mengakibatkan kerugian bagi pemilik
merek. merek sesungguhnya seperti menurunnya
Hak merek bersifat hak eksklusif reputasi perusahaan, omset penjualan
bagi perusahaan yang pertama kali yang menurun, dan tuntutan dari
mendaftarkannya juga merupakan hak konsumen yang merasa tertipu karena
moral dan hak ekonomi. Perlindungan kualitas produk tidak sesuai dengan
hukum merek dagang juga terkait dengan merek aslinya.
kepentingan ekonomi masyarakat. Merek Permasalahan penyalahgunaan
yang didaftarkan akan dilindungi secara merek tersebut harus diatasi dengan
normatif sekaligus konstitutif, merupakan usaha-usaha hukum guna melindungi
prasyarat transendental yang mendasari merek sebagai karya intelektual manusia.
tiap hukum positif yang bermartabat.6 Menurut Z. Asikin Kusumah Atmadja
Merek yang dibuat oleh pelaku bahwa ditinjau dari segi hukum, suatu
bisnis atau perusahaan bertujuan untuk penemuan atau hasil karya atau produk
membedakan barang atau jasa yang hanya akan mempunyai arti bagi
diproduksi. Merek dapat disebut sebagai pemiliknya kalau bagi pemilik tersebut
tanda pengenal asal barang atau jasa yang tersedia sarana hukum untuk melindungi
berhubungan dengan tujuan hasil karyanya terhadap perbuatan-
pembuatannya. Bagi produsen merek perbuatan orang lain (kompetitor)
berfungsi sebagai jaminan nilai hasil mencari keuntungan yang tidak sehat
produksi yang berhubungan dengan
kualitas dan kepuasan konsumen.7 Merek

4 7
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Wiratmo Dianggoro, 1997, Pembaharuan
Merek dan Indikasi Geografis, Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Merek dan Dampaknya Bagi
5
Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Dunia Bisnis, Jakarta: Yayasan Perkembangan
Intelektual (HKI) Di Era Global, Graha Ilmu, Hukum Bisnis, hlm. 34
8
Yogyakarta, hal. 13 Insan Budi Maulana, 1997, Sukses Bisnis
6
Abdulkadir , Implementasi Cita Hukum dan Melalui Merek, Paten dan Hak Cipta, Bandung:
Penerapan Asas-asas Nasional Sejak Lahirnya Citra Aditya Bakti, hlm. 9
9
Orde Baru, Majalah Hukum Nasional, BPHN OK. Saidin, 2002, Aspek Hukum Intelektual,
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , hlm. 329
No. 1, 1995, hlm. 27.

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 2, Oktober 2021 (halaman 274 - 286) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 277

dalam perdagangan dengan cara meniru sumber penelitian berupa bahan-bahan


produk hasil karya tersebut.10 hukum, yaitu bahan yang ditelusuri pada
Sepanjang 2019, Kementerian sumber-sumber hukum (formal) dan
Hukum dan HAM (Kemenkumham) dapat dipergunakan dengan tujuan untuk
mencatat pelanggaran merek sebagai hal menganalisis hukum yang berlaku, yang
yang paling banyak diadukan. Jumlah terdiri dari bahan hukum primer, bahan
aduan yang masuk ke Direktorat Jenderal hukum sekunder, dan bahan hukum
Kekayaan Intelektual (DJKI) tersier.14 Proses pengumpulan data
Kemenkumham ialah pelanggaran merek mengikuti tahapan penelitian hukum
(34 aduan), disusul aduan normatif yaitu studi kepustakaan terhadap
pelanggaran hak cipta (7 aduan), paten (2 bahan-bahan hukum baik primer maupun
aduan), dan desain industri (4 aduan). sekunder yang menjadi objek penelitian.
Total DJKI menerima 47 aduan Mengkaji berbagai metode interpretasi
pelanggaran kekayaan intelektual yang dikembangkan secara doktrinal,
sepanjang 2019, naik dibanding tahun dalam pemaparan suatu aturan hukum
lalu dengan 36 aduan. Dari 47 aduan yang di fokuskan untuk mengkaji tentang
tersebut, DJKI telah menangani 43 kasus, teori hukum berkaitan dengan
meningkat dibanding 12 aduan pada penyelesaian sengketa merek dan
tahun 2018. pelaksanaan ganti kerugian bagi pihak
Data Tahun 2019, 26 kasus telah yang haknya dilanggar. Semua aturan
dilakukan tindakan. Angka tersebut juga yang menjadi bahan hukum akan
naik jika dibandingkan tahun 2018 diinterpretasi secara otentik, dan
sejumlah 24 penindakan.11 didasarkan pada arti kata atau istilah yang
digunakan dalam peraturan perundang-
METODE undangan bersangkutan.15
Pendekatan penelitian yang
Jenis penelitian yang digunakan digunakan pada penelitian ini ialah
yaitu hukum normatif yang terfokus pendekatan perundang-undangan (statuta
pengaturan regulasi dalam struktur approach), pendekatan kasus (case
hukum positif'.12 Penelitian Yuridis approach), pendekatan historis
Normatif adalah Metode penelitian (historical approach), pendekatan
hukum yang dilakukan dengan cara komparatif (comparative approach).
meneliti bahan pustaka atau bahan Metode analisis data dilakukan dengan
sekunder belaka13 Penelitian ini menghimpun data melalui penelaahan
merupakan penelitian Yuridis Normatif bahan kepustakaan atau data sekunder
tentang penyelesaian sengketa merek. yang meliputi bahan hukum primer,
Penelitian ini menggunakan sumber- bahan hukum sekunder dan bahan hukum

10 13
Z. Asikin Kusuma Atmadja, 1987, Beberapa Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
catatan atas Makalah Sdr. Bambang Kesowo, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
SH. LLM, Perlindungan Hukum Hak milik Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012,
14
Perindustrian, Seminar Hak Milik Irwansyah, Penelitian Hukum, Pilihan
Perindustrian Fakultas Hukum Universitas Metode dan Praktik Penulisan Artikel, 2020,
Tarumanegara Jakarta, hal 23-24 Mirra Buana Media, Yogyakarta, hal 101
11 15
CNNIndonesia, Pelanggaran Merek paling Kusumaatmadja, Sidharta, Pengantar llmu
banyak diadukan ke Kemenkumham, 1 Januari Hukum, Buku I, Penerbit Alumni, Bandung,
2020, dikutip 28 Febuari 2021 2000, hlm. 108,
12
Philipus M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum
Dogmatik (Normatif), dalam Yuridika, Nomor
6 Tahun IX, November-Desember 1994, hal 6

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
278 _____Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Dikaitkan dengan Kepastian..., Sonny Engelbert Palendeng, dkk

tertier, baik berupa dokumen-dokumen perseorangan maupun perusahaan (badan


maupun peraturan-perundangundangan hukum) yang dapat menghasilkan
yang berlaku yang berkaitan dengan keuntungan besar, tentunya bila
analisis yuridis normatif terhadap didayagunakan dengan memperhatikan
penyelesaian sengketa Merek di aspek bisnis dan proses manajemen yang
Indonesia demikian juga pengaturan baik. Demikian pentingnya peranan
tentang ganti rugi. Untuk menganalisis merek ini, maka terhadapnya dilekatkan
bahan hukum yang telah terkumpul, perlindungan hukum, yakni sebagai objek
dalam penelitian ini menggunakan terhadapnya terkait hak-hak
17
metode analisis data kualitatif yaitu perseorangan atau badan hukum.
yuridis normatif yang disajikan secara Lahirnya Undang-Undang Nomor
deskriptif, yakni dengan menggambarkan 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
penyelesaian sengketa merek dan ganti Indikasi Geografis dimaksudkan untuk
kerugian bagi pihak yang haknya memberikan perlindungan kepada
dilanggar. pemilik-pemilik merek atas hasil suatu
produksi dari tindakan pemalsuan merek,
HASIL DAN PEMBAHASAN karena dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan kebutuhan akan barang
Kepastian Hukum Merek asli, maka merek selain sebagai tanda
Berdasarkan Hak Kekayaan untuk membedakan asal-usul barang,
Intelektual merek juga menjadi suatu hak eksklusif
bagi pemilik merek untuk mendapatkan
Hak Kekayaan Intelektual adalah nilai lebih (value added), sehingga sama-
kekayaan manusia yang tidak berwujud sama barangnya dengan menggunakan
nyata tetapi berperan besar dalam merek terkenal, barang yang
memajukan peradaban umat manusia, diperdagangkannya bisa dijual dengan
sehingga perlindungan Hak Kekayaan harga yang lebih mahal dan tentunya
Intelektual diberikan oleh negara untuk lebih menguntungkan.
merangsang minat para Pencipta, Menurut Undang-Undang Nomor
inventor, Pendesain, dan Pemulai agar 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
mereka dapat lebih bersemangat dalam Indikasi Geografis, untuk memperoleh
menghasilkan karya-karya intelektual hak atas merek maka merek harus
yang baru demi kemajuan masyarakat.16 didaftarkan pada Direktorat Merek
Merek sebagai salah satu wujud karya Kementrian Hukum dan Hak Asasi
intelektual memiliki peranan penting bagi Manusia Republik Indonesia sesuai
kelancaran dan peningkatan perdagangan sistem regulasi, dengan kata lain bahwa
barang atau jasa dalam kegiatan untuk memperoleh perlindungan hukum
perdagangan dan investasi. Merek hak atas merek, maka merek harus
sebagai brand image dapat memenuhi didaftarkan oleh pemiliknya pada
kebutuhan konsumen akan tanda Direktorat Merek dan setelah resmi
pengenal atau daya pembeda yang terdaftar atas nama pemiliknya maka
teramat penting dan merupakan jaminan akan diterbitkan sertifikat merek.
kualitas produk atau jasa dalam suasana Pendaftaran merek akan menimbulkan
persaingan bebas. Merek adalah aset hak eksklusif bagi pemilik merek yang
ekonomi bagi pemiliknya, baik bersangkutan untuk dalam waktu tertentu

16 17
Hariyani Iswi, Prosedur Mengurus HAKI Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan Intelektual,
yang Benar, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal 91
Yustisia, 2010, hal 6

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 2, Oktober 2021 (halaman 274 - 286) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 279

menggunakan sendiri merek tersebut atau yang bersangkutan, perlu diperhatikan


dapat juga memberikan ijin kepada pihak pula reputasi Merek tersebut yang
lain untuk menggunakannya. Pembajakan diperoleh karena promosi yang gencar
dan peniruan merek menjadikan dunia dan besar-besaran, investasi di beberapa
bisnis terpuruk disebabkan persaingan negara di dunia yang dilakukan oleh
usaha yang tidak sehat yang berakibat pemiliknya, dan disertai bukti
maraknya perilaku yang beritikad tidak pendaftaran Merek dimaksud di beberapa
baik dari pelaku bisnis petualang. Situasi negara. Jika hal tersebut belum dianggap
seperti ini akan semakin merunyamkan cukup, Pengadilan Niaga dapat
alam bisnis Indonesia. Dari kacamata memerintahkan lembaga yang bersifat
global, kondisi seperti ini tidak menutup mandiri untuk melakukan survey guna
kemungkinan investor asing malas memperoleh kesimpulan mengenai
berbisnis. Pada gilirannya, daya saing terkenal atau tidaknya Merek yang
usaha Indonesia pun di tataran global menjadi dasar penolakan. Faktor yang
akan semakin lemah akibat merosotnya menyebabkan terjadinya pelanggaran di
tingkat kepercayaan dunia terhadap bidang merek antara lain karena
merek dan produk Indonesia. Kita bisa ketiadaan sarana penyaringan terhadap
bayangkan betapa rusaknya citra indikasi penyelewengan terhadap merek,
Indonesia, jika di negeri ini marak khususnya merek-merek terkenal oleh
beredar merek-merek palsu atau merek- Direktorat Merek maupun para konsultan
merek yang mendompleng merek-merek hukum merek, hal ini merupakan titik
terkenal baik yang sudah mendunia lemah para pelaku hukum merek yang
maupun yang lokal.18 belum memiliki jaringan mengenai
Sengketa merek di Indonesia telah merek-merek terkenal yang mendapat
berlangsung lama dan menyangkut perlindungan hukum secara
19
berbagai macam isu, di antaranya internasional.
kesamaan atau kemiripan merek, status Merek mempunyai peranan
merek lisensi, hubungan antara hak cipta penting bagi kelancaran dan peningkatan
dan hak merek, peniruan merek terkenal, perdagangan barang atau jasa dalam
interpretasi terhadap pemakai pertama di kegiatan perdagangan dan penanaman
Indonesia, dan seterusnya. Sengketa modal. Merek dengan brand imagenya
merek tidak hanya terjadi pada produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen
yang dihasilkan produsen saja, juga akan tanda atau daya pembeda yang
menimpa suatu merek terkenal. Undang- teramat penting dan merupakan jaminan
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang kualitas dari suatu produk, sebab merek
Merek dan Indikasi Geografis tidak menjadi semacam “penjual awal” bagi
memberikan batasan apa yang dimaksud suatu produk kepada konsumen. Dalam
dengan merek terkenal. Merek terkenal era persaingan saat ini memang tidak
merujuk penjelasan Pasal 21 Ayat (1) dapat dibatasi lagi masuknya produk-
huruf a, adalah merek milik pihak lain produk dari luar negeri ke dalam negeri,
untuk barang dan/atau jasa yang sejenis ataupun sebaliknya dari dalam negeri ke
dilakukan dengan memperhatikan luar negeri. Merek sebagai aset
pengetahuan umum masyarakat perusahaan akan dapat menghasilkan
mengenai Merek tersebut di bidang usaha keuntungan besar bila didayagunakan

18 19
Iman Sjahputra, Menggali Keadilan Hukum, Erma Wahyuni, dkk, Kebijakan dan
Analisa Politik Hukum & Hak Kekayaan Manajemen Hukum Merek, Yogyakarta,
Intelektual, Bandung, PT Alumni, 2009, hal YPAP, hal 99
14

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
280 _____Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Dikaitkan dengan Kepastian..., Sonny Engelbert Palendeng, dkk

dengan memperhatikan aspek bisnis dan pemakai hak atas merek untuk
pengelolaan manajemen yang baik. menjamin:20
Dengan semakin pentingnya peranan 1 Kepastian berusaha bagi para
merek ini maka terhadap merek perlu produsen; dan
diletakan perlindungan hukum yakni 2 Menarik investor bagi merek dagang
sebagai obyek yang terhadapnya terkait asing, sedangkan perlindungan hukum
hak-hak perseorangan atau badan hukum. yang diberikan kepada merek dagang
Di Indonesia, hak atas merek lokal diharapkan agar pada suatu saat
didasarkan atas pemakaian pertama dari dapat berkembang secara meluas di
merek tersebut. Bagi mereka yang dunia internasional.
mendaftarkan mereknya dianggap oleh Setiap pemegang merek, selain
undang-undang sebagai pemakai merek dibebani oleh kewajiban juga mempunyai
pertama dari merek tersebut kecuali kalau hak-hak yang dilindungi oleh hukum
dapat dibuktikan lain dan dianggap yang berlaku. Untuk mewujudkan adanya
sebagai yang berhak atas merek yang hak dan kewajiban secara nyata
bersangkutan. Tujuan dari pendaftaran diperlukan penegakan hukum oleh aparat
merek adalah memberikan perlindungan hukum. Jadi penegakan hukum dapat
untuk pendaftaran merek tersebut yang dikatakan sebagai proses untuk
oleh undang-undang dianggap sebagai mewujudkan hak yang seharusnya
pemakai pertama terhadap pemakaian diterima sebagai timbal balik atas
tidak sah oleh pihak-pihak lain. Sistem pemenuhan kewajiban yang telah
pendaftaran merek di Indonesia adalah dilaksanakan.
cara pendaftaran dengan pemeriksaan Berdasarkan Pembahasan yang
terlebih dahulu ke Direktorat Jenderal telah dilakukan, terdapat beberapa bentuk
Hak Kekayaan Intelektual, yakni Kepastian Hukum Merek yang dapat
sebelum didaftarkan, terlebih dahulu dijadikan pegangan bagi pemilik Merek
diperiksa mengenai merek itu sendiri dan di Indonesia, sebagai berikut :
suatu permohonan pendaftaran merek 1. Kepastian Hukum bagi pendaftar
akan diterima pendaftarannya apabila pertama (First to File) yang berhak
telah memenuhi persyaratan baik yang atas Merek Dagang
bersifat formalitas maupun substantif 2. Kepastian Hukum atas gugatan
yang telah ditentukan oleh Undang- Pembatalan terhadap Merek melalui
Undang Merek, yaitu tentang adanya Pengadilan Niaga
pembeda. Berdasarkan uraian di atas, maka
Keberhasilan penegakan hukum dapat diketahui bahwa penggugat dapat
merek tidak akan dapat tercapai dengan mengajukan gugatan pembatalan merek
hanya mengandalkan undang-undang berdasarkan alasan sebagai berikut :21
yang mengatur permasalahan merek a. Merek yang didaftarkan atas dasar
semata. Keberhasilan penegakan hukum permohonan yang diajukan oleh
merek memerlukan dukungan dari unsur- pemohon yang beritikad tidak baik;
unsur lain khususnya lembaga/badan b. Merek yang didaftarkan
yang bergerak dalam bidang merek. bertentangan dengan peraturan
Perlindungan hukum terhadap merek perundang-undangan yang berlaku,
dagang terdaftar mutlak diberikan oleh moralitas agama, kesusilaan, atau
pemerintah kepada pemegang dan ketertiban umum;

20 21
Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Henry Clay, Perkembangan Persaingan Usaha,
Terhadap Merek, Yogyakarta, Pustaka Jakarta, UI Press, 2000, hal 79
Yustisia, 2011, hal 38

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 2, Oktober 2021 (halaman 274 - 286) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 281

c. Merek tersebut telah menjadi milik dengan memberikan catatan tentang


umum; alasan dan tanggal pembatalan tersebut.
d. Merek tersebut merupakan keterangan Pembatalan pendaftaran itu
atau berkaitan dengan barang atau jasa diberitahukan secara tertulis kepada
yang dimohonkan pendaftarannya; pemilik merek atau kuasanya dengan
e. Merek tersebut mempunyai persamaan menyebutkan alasan pembatalan dan
pada pokoknya atau keseluruhannya penegasan bahwa sejak tanggal
dengan merek milik pihak lain yang pencoretan dari daftar umum merek,
sudah terdaftar lebih dahulu untuk Sertifikat Merek yang bersangkutan
barang dan/atau jasa yang sejenis; dinyatakan tidak berlaku lagi.
f. Merek tersebut mempunyai persamaan Pencoretan pendaftaran suatu merek
pada pokoknya atau keseluruhannya dari daftar umum merek diumumkan
dengan merek yang sudah terkenal dalam Berita Resmi Merek. Pembatalan
milik pihak lain untuk barang dan/atau dan pencoretan pendaftaran merek
jasa sejenis; mengakibatkan berakhirnya perlindungan
g. Merek tersebut mempunyai persamaan hukum atas merek yang bersangkutan.
pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan indikasi geografis yang sudah Pelaksanaan Putusan Ganti Kerugian
dikenal; Para Pihak
h. Merek tersebut merupakan atau
menyerupai nama orang terkenal, foto, Terdapat 2 (dua) Jenis putusan
atau nama badan hukum yang dimiliki ganti kerugian yang dapat dilakukan atau
oleh orang lain, kecuali atas ditempuh oleh pemilik dan/atau
persetujuan tertulis dari yang berhak; pemegang hak merek :
i. Merek tersebut merupakan tiruan atau
menyerupai nama atau singkatan Litigasi (melalui Pengadilan Niaga)
nama, bendera, lambang atau symbol Dalam Gugatannya, Pemilik
atau emblem negara atau lembaga Merek dapat meminta kepada Hakim
nasional maupun internasional, untuk memutus beberapa hal, sebagai
kecuali atas persetujuan tertulis dari berikut :22
pihak yang berwenang; a. Pembayaran ganti kerugian
j. Merek tersebut merupakan tiruan atau (damages) yakni pembayaran
menyerupai tanda atau cap atau sejumlah uang sebagai kompensasi
stempel resmi yang digunakan oleh atas pelanggaran yang dilakukan,
Negara atau lembaga pemerintah, ganti rugi lazimnya didasarkan pada
kecuali atas persetujuan tertulis dari jumlah yang seyogyanya diperoleh
pihak yang berwenang. oleh pemilik merek, jika tidak terjadi
Pembatalan pendaftaran merek pelanggaran,
dilakukan oleh Direktorat Jenderal b. Pembayaran ganti rugi berupa
setelah mendapatkan Salinan Keputusan keuntungan yang seyogyanya
Pengadilan Niaga tentang Sengketa diperoleh (account of profit), yakni
Merek bersangkutan yang telah pengembalian berupa pembayaran
berkekuatan hukum tetap (inkracht van setiap keuntungan dan penghasilan
gewijsde), dengan mencoret merek yang yang diperoleh sipelanggar dari
bersangkutan dari Daftar Umum Merek penggunaan merek yang memiliki

22
Rahmi Jened, 2007, Hak Kekayaan Intelektual,
Penyalahgunaan Hak Eksklusif, Surabaya,
Airlangga University Press, hal 81

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
282 _____Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Dikaitkan dengan Kepastian..., Sonny Engelbert Palendeng, dkk

persamaan pada pokoknya atau bukti yang kuat, merek yang didaftarkan
secara keseluruhan dengan merek tanpa itikad baik dapat dibatalkan,
penggugat, kecuali pihak yang bersangkutan dapat
c. Meminta putusan sela Pengadilan membuktikan lain. Pertimbangan hakim
(injunction) yang berupa larangan juga sangat menentukan pembuatan
bagi si tergugat untuk meneruskan putusan mengenai sengketa merek.
perbuatannya melanggar hak Pemilik merek terdaftar mendapat
penggugat perlindungan hukum atas pelanggaran
Dalam gugatan pembayaran ganti hak permohonan pendaftaran merek yang
rugi (damages), penggugat harus dapat sama atas merek baik dalam wujud
membuktikan bahwa perbuatan tergugat gugatan ganti maupun berdasarkan
telah mengakibatkan kerugian bagi tuntutan hukum pidana melalui aparat
dirinya dan ganti rugi tersebut penegak hukum. Pemilik merek terdaftar
dimaksudkan untuk meletakkan posis juga memiliki hak untuk mengajukan
penggugat seolah-olah seperti sebelum permohonan pembatalan pendaftaran
terjadinya pelanggaran. Gugatan merek terhadap merek yang didaftarkan
keuntungan yang seharusnya diperoleh orang lain secara tanpa hak. Perlindungan
(account of profit) membuat penggugat hukum represif diberikan apabila telah
harus dapat memastikan berapa terjadi pelanggaran atas merek. Di sini
keuntungan yang diperoleh tergugat pada peran lembaga peradilan dan aparat
saat tergugat melakukan pelanggaran, penegak hukum seperti kepolisian,
namun dengan mengesampingkan factor- penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) dan
faktor lain yang tidak terkait dengan kejaksaan sangat diperlukan.
pelanggaran merek.23 Dalam Pasal 83 UU 20/2016
Untuk perlindungan hukum yang tentang Merek dan Indikasi Geografis
bersifat represif dilakukan jika terjadi ditetapkan bahwa ada dua macam bentuk
pelanggaran merek melalui gugatan atau isi dari gugatan, yaitu :
perdata dan/atau tuntutan pidana. a berupa permintaan ganti rugi,
Kenyataannya, masih sering terjadi dan/atau;
adanya pelanggaran merek, yakni adanya b penghentian semua kegiatan yang
pihak lain yang secara tanpa hak berkaitan dengan merk tersebut.
menggunakan merek mempunyai Ganti rugi dapat berupa ganti rugi
persamaan pada pokoknya atau materiil yaitu kerugian secara nyata yang
keseluruhannya untuk barang atau jasa dapat dinilai dengan uang akibat
sejenis. Pada kondisi ini, jelas pemilik pemakaian merek oleh pihak yang tidak
pertama yang sangat dirugikan. Pemilik berhak menyebabkan produk barangnya
pertama harus dapat membuktikan bahwa menjadi sedikit terjual karena konsumen
dirinya sebagai pemilik sah dari merek menggunakan produk palsu tersebut, jadi
tersebut. Prinsip konstitutif dalam secara kuantitas barang-barang dengan
pendaftaran merek menjunjung asas merek sama banyak beredar, biasanya
kepastian hukum yaitu dengan salah satu berharga lebih murah dari aslinya; dan
alat bukti sertifikat merek. Pendaftaran ganti rugi immaterial berupa tuntutan
yang dilakukan oleh pihak lain yang ganti rugi yang disebabkan oleh
beritikad tidak baik memerlukan pemakaian merek tanpa hak sehingga
pengajuan pembatalan merek oleh pihak yang berhak menderita kerugian
pemilik merek pertama. Dengan adanya moril, misalnya produksi dari pihak yang

23
Rahmi Jened, Ibid, hal 82

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 2, Oktober 2021 (halaman 274 - 286) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 283

tidak berhak dengan kualitas lebih rendah para pihak setelah timbul sengketa.
berbeda dengan promosi kehebatan dan Sengketa ganti rugi atas pelanggaran hak
kualitas dari pemilik merek karena atas merek yang dapat diajukan ke
merasa yakin dengan mutu dan kebaikan arbitrase apabila merek terdaftar
produk, mempergunakan perusahaan digunakan oleh orang yang benar-benar
iklan dengan bayaran tinggi, tetapi karena meniru merek, dan orang tersebut bukan
ulah dari pelanggar hak yang tidak sebagai pemilik merek terdaftar atas
beritikad baik sehingga secara perlahan merek yang digunakan. Jadi jelas yang
tapi pasti para konsumen tidak akan bersangkutan tidak berhak atas merek
membeli atau mengkonsumsi produk sehingga pemilik merek hanya
yang dikeluarkan oleh pemilik merek mempersoalkan tentang ganti ruginya.
yang berhak mengakibatkan dampak Apabila terjadi beda pendapat tentang
kerugian yang luar biasa. besarnya ganti rugi tinggal masalahnya
apakah mereka berniat menyelesaikan
Non Litigasi Arbitrase dan Alternatif sengketanya melalui arbitrase. Jika
Penyelesaian Sengketa (Alternative keduanya sudah ada niat tinggal mencari
Dispute Resolution) kata sepakat untuk membuat perjanjian
arbitrase.24
1) Arbitrase Proses penyelesaian sengketa di
Suatu sengketa merek dapat lembaga arbitrase hampir sama dengan
diselesaikan di luar pengadilan melalui proses penyelesaian sengketa di
arbitrase. Ketentuan penyelesaian pengadilan negeri, yaitu adanya prosedur
sengketa merek melalui arbitrase beracara. Namun, proses beracara di
mengacu kepada Undang-Undang Nomor lembaga arbitrase jauh lebih sederhana.
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Salah satu pembeda terkait prosedur
Alternatif Penyelesaian Sengketa. beracara di lembaga arbitrase adalah
Perjanjian arbitrase atau klausul arbitrase pemeriksaan sengketa yang bersifat
yang dibuat oleh para pihak untuk tertutup dan hanya dapat dihadiri oleh
menyerahkan setiap sengketa kepada pihak-pihak yang bersengketa dan
badan arbitrase merupakan dasar bagi kuasanya, sedangkan di pengadilan
suatu penyelesaian sengketa melalui negeri bersifat terbuka. Perbedaan-
arbitrase. Oleh karena itu, suatu sengketa perbedaan yang bersifat mendasar antara
tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase penyelesaian sengketa pada lembaga
apabila klausul arbitrase tidak disepakati arbitrase dan pengadilan negeri, sebagai
terlebih dahulu oleh para pihak. Pasal 1 berikut:25 (1) Adanya jaminan
butir 3 Undang-Undang No. 30 Tahun kerahasiaan sengketa para pihak. (2)
1999 memberikan definisi perjanjian Dapat terhindar dari kelambatan yang
arbitrase sebagai Perjanjian arbitrase diakibatkan karena hal prosedural dan
adalah suatu kesepakatan berupa klausul administratif. (3) Para pihak dapat
arbitrase yang tercantum dalam suatu memilih arbiter yang menurut
perjanjian tertulis yang dibuat para pihak keyakinannya mempunyai pengetahuan,
sebelum timbul sengketa, atau suatu pengalaman serta latar belakang yang
perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat cukup mengenai masalah yang

24
Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrase, Jakarta,
Merek menurut Hukum Indonesia, Jakarta, PT Visimedia, 2011, hal 79-80
Rineka Cipta, 2008, hal 45
25
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan
Sengketa Di Luar Pengadilan: Negosiasi,

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
284 _____Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Dikaitkan dengan Kepastian..., Sonny Engelbert Palendeng, dkk

disengketakan, jujur dan adil. Para pihak Berdasarkan penjelasan Pasal 3


dapat menentukan pilihan hukum untuk ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
menyelesaikan masalahnya serta proses 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman,
dan tempat penyelenggaran arbitrase. (4) dapat diketahui bahwa bagi masyarakat
Putusan arbiter merupakan putusan yang tidak terdapat keharusan untuk
mengikat para pihak dan dengan melalui menyelesaikan sengketa melalui
tata cara sederhana saja langsung dapat pengadilan, tetapi para pihak dapat
dilaksanakan. (5) Adanya kebebasan dari memilih menyelesaikan sengketa yang
masing-masing pihak untuk menentukan terjadi dengan cara perdamaian atau
acara yang akan dijalani para pihak pada arbitrase. Pasal 1 butir 10 Undang-
pemeriksaan sengketa sebagaimana Undang No. 30 Tahun 1999 mengatur
diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang bahwa APS adalah lembaga penyelesaian
No. 30 Tahun 1999. sengketa atau beda pendapat melalui
Pasal 38 Undang-Undang No. 30 prosedur yang disepakati para pihak,
Tahun 1999 mengatur bahwa dalam yakni penyelesaian di luar pengadilan
jangka waktu yang ditentukan oleh dengan cara konsultasi, negosiasi,
arbiter atau majelis arbitrase, pemohon mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
harus menyampaikan surat tuntutannya Kebebasan untuk memilih bentuk
kepada arbiter atau majelis arbitrase. penyelesaian tersebut menjadi pembeda
Surat tuntutan tersebut harus memuat antara penyelesaian sengketa di luar
sekurangkurangnya: (1) Nama lengkap pengadilan dan penyelesaian sengketa di
dan tempat tinggal atau tempat dalam pengadilan.
kedudukan para pihak; (2) uraian singkat Pada umumnya, asas-asas yang
tentang sengketa disertai dengan berlaku pada APS adalah sebagai
lampiran buktibukti; dan (3) isi tuntutan berikut:28 (1) Asas itikad baik, yakni
yang jelas. keinginan dari para pihak untuk
menentukan penyelesaian sengketa yang
2) Alternatif Penyelesaian Sengketa akan maupun sedang mereka hadapi. (2)
Alternatif Penyelesaian Sengketa Asas kontraktual, yakni adanya
(APS) APS merupakan pilihan kesepakatan yang dituangkan dalam
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. bentuk tertulis mengenai cara
Kata alternatif menunjukkan bahwa para penyelesaian sengketa. (1) Asas
pihak yang bersengketa bebas melalui mengikat, yakni para pihak wajib untuk
kesepakatan bersama memilih bentuk dan mematuhi apa yang telah disepakati. (2)
tata cara apa yang terdapat dalam Asas kebebasan berkontrak, yakni para
alternatif penyelesaian sengketa dan akan pihak dapat dengan bebas menentukan
diterapkan kepada penyelesaian apa saja yang hendak diatur oleh para
sengketanya.26 Model musyawarah yang pihak dalam perjanjian tersebut selama
paling banyak digunakan oleh advokat tidak bertentangan dengan undang-
untuk menyelesikan sengketa HKI adalah undang dan kesusilaan. Hal ini berarti
negoisasi (59,25 persen); (25,92 persen); pula kesepakatan mengenai tempat dan
mediasi (7,4 persen); 168 somasi (7,4 jenis penyelesaian sengketa yang akan
persen).27 dipilih. (3) Asas kerahasiaan, yakni

26 27
Moch. Basrah, Prosedur Alternatif Adi Sulistiyono, Mekanisme Penyelesaian
Penyelesaian Sengketa: Arbitrase Tradisional Sengketa HaKI (Hak atas Kekayaan
dan Modern Online, Bandung, Genta Intelektual), Cetakan ke-1, Surakarta, UNS
Publishing, 2011, hal 1-2 Press, 2004, hal 83
28
Jimmy Joses Sembiring, Op-Cit, hal 11-12

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVI Nomor 2, Oktober 2021 (halaman 274 - 286) https://ojs.unm.ac.id/supremasi 285

penyelesaian atas suatu seng-keta tidak membutuhkan waktu Panjang dan tidak
dapat disaksikan oleh orang lain karena tetap (karena keputusan judex factie
hanya pihak yang bersengketa yang dapat masih bisa dikasasi), dan semua rahasia
menghadiri jalannya peme-riksaan atas produk merek dapat menjadi rahasia
suatu sengketa. umum dan akan merendahkan nilai
Lembaga APS sifatnya umum kerahasiaan merek yang bersangkutan
karena bermacam ragam sengketa yang karena persidangan pada Pengadilan
terjadi di masyarakat dapat diselesaikan Niaga secara “terbuka dan dinyatakan
dengan menggunakan lembaga ini. terbuka untuk umum”, sedangkan melalui
Sengketa di bidang merek juga demikian jalur Arbitrase maupun Alteratif
dapat diselesaikan melalui lembaga APS. Penyelesaian Sengketa maksimal waktu
Meskipun demikian Undang-Undang No. yang ditetapkan paling lama 180 hari,
15 Tahun 2001 hanya mengatur sengketa kerahasiaan produk merek akan dijaga
ganti rugi atas pelanggaran hak atas oleh para pihak karena pola ini dipilih
merek yang dapat diselesaikan melalui oleh para pihak, tidak membutuhkan
lembaga APS.29 kekuatan eksekutorial karena
keputusannya bersifat legally binding,
PENUTUP langsung berlaku dan dilaksanakan serta
rahasia produk akan sangat terjaga karena
Keputusan hakim Pengadilan hanya dihadiri oleh para pihak dan
Niaga dalam memutus perkara merek mediator atau arbiter, serta ganti rugi
sangatlah bervariasi, karena itu untuk akan langsung dilaksanakan oleh pihak
memberikan Kepastian hukum dalam yang kalah karena ketakutan bahwa jika
penyelesaian sengketa merek sangat tidak melaksanakan keputusan tersebut,
tergantung kepada kejujuran dan nama yang bersangkutan akan hancur
profesionalitas hakim Pengadilan Niaga dalam dunia bisnis yang membesarkan
dalam menerapkan asas pendaftaran dia dan usaha bisnisnya.
pertama (first to file principle), juga
konsistensi hakim dalam memutus
perkara merek dengan mengoptimalkan DAFTAR PUSTAKA
kebebasan dan keleluasaan hakim sesuai
dengan sistem hukum Eropa Kontinental, Ade maman Suherman, 2014, Hukum
serta pemanfaatan putusan hakim Perdagangan Internasional:
terdahulu sebagai pedoman Lembaga Penyelesaian
(yurisprudensi) walaupun model ini akan Sengketa WTO dan Negara
menyesuaikan dengan sistem hukum Berkembang, Sinar Grafika,
common law (kolaborasi antar sistem Jakarta.
hukum) Rusli Padika, 2009, Sanksi Dagangan
Pelaksanaan ganti kerugian para Unilateral di Bawah Sistem
pihak dalam penyelesaian sengketa Hukum WTO, Alumni,
merek tergantung kepada pilihan forum Bandung, hal. 84-85
yang ditetapkan, apakah melalui jalur David Bainbridge, Intellectual Property,
Litigasi (Pengadilan Niaga) atau Jalur dalam Valentino Andries,
Non Litigasi (Arbitrase dan Alternatif Kajian Yuridis Terhadap Hak
Penyelesaian Sengketa), Pelaksanaan Kekayaan Intelektual
ganti rugi melalui jalur litigasi Hubungannya Dengan

29
Gatot Supramono, Op-Cit, hal 61

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
286 _____Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Dikaitkan dengan Kepastian..., Sonny Engelbert Palendeng, dkk

Investasi, Lex Privatum Vol. Kusumaatmadja, Sidharta, Pengantar


VII/No. 5/Mei/2019 llmu Hukum, Buku I, Penerbit
Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Alumni, Bandung, 2000.
Intelektual (HKI) Di Era Hariyani Iswi, Prosedur Mengurus HAKI
Global, Graha Ilmu, yang Benar, Yogyakarta,
Yogyakarta. Penerbit Pustaka Yustisia,
Abdulkadir , Implementasi Cita Hukum 2010.
dan Penerapan Asas-asas Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan
Nasional Sejak Lahirnya Intelektual, Jakarta, Sinar
Orde Baru, Majalah Hukum Grafika, 2009.
Nasional, BPHN Departemen Iman Sjahputra, Menggali Keadilan
Hukum dan Hak Asasi Hukum, Analisa Politik
Manusia. No. 1, 1995. Hukum & Hak Kekayaan
Wiratmo Dianggoro, 1997, Intelektual, Bandung, PT
Pembaharuan Undang- Alumni, 2009.
Undang Merek dan Erma Wahyuni, dkk, Kebijakan dan
Dampaknya Bagi Dunia Manajemen Hukum Merek,
Bisnis, Jakarta: Yayasan Yogyakarta, YPAP.
Perkembangan Hukum Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum
Bisnis. Terhadap Merek,
Insan Budi Maulana, 1997, Sukses Bisnis Yogyakarta, Pustaka
Melalui Merek, Paten dan Yustisia, 2011.
Hak Cipta, Bandung: Citra Henry Clay, Perkembangan Persaingan
Aditya Bakti. Usaha, Jakarta, UI Press,
OK. Saidin, 2002, Aspek Hukum 2000, hal 79
Intelektual, Jakarta: PT. Raja Gatot Supramono, Menyelesaikan
Grafindo Persada. Sengketa Merek menurut
Z. Asikin Kusuma Atmadja, 1987, Hukum Indonesia, Jakarta,
Beberapa catatan atas PT Rineka Cipta, 2008.
Makalah Sdr. Bambang Jimmy Joses Sembiring, Cara
Kesowo, SH. LLM, Menyelesaikan Sengketa Di
Perlindungan Hukum Hak Luar Pengadilan: Negosiasi,
milik Perindustrian, Seminar Mediasi, Konsiliasi dan
Hak Milik Perindustrian Arbitrase, Jakarta,
Fakultas Hukum Universitas Visimedia, 2011.
Tarumanegara Jakarta. Moch. Basrah, Prosedur Alternatif
Philipus M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Penyelesaian Sengketa:
Hukum Dogmatik (Normatif), Arbitrase Tradisional dan
dalam Yuridika, Nomor 6 Modern Online, Bandung,
Tahun IX, November- Genta Publishing, 2011.
Desember 1994. Adi Sulistiyono, Mekanisme
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penyelesaian Sengketa HaKI
Penelitian Hukum Normatif (Hak atas Kekayaan
Suatu Tinjauan Singkat, Raja Intelektual), Cetakan ke-1,
Grafindo Persada, Jakarta, Surakarta, UNS Press, 2004.
2012,

p-ISSN 1412 – 517X


Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369

Anda mungkin juga menyukai