Anda di halaman 1dari 19

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar

Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK YANG


TERDAFTAR

Zaenal Arifin1, Muhammad Iqbal2


1
Magister Hukum, Universitas Semarang, Semarang
2
Fakultas Ekonomi, Universitas Semarang, Semarang
zaenal@usm.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisa bagaimana


perlindungan hukum terhadap merek yang terdaftar dan mengapa perlindungan
terhadap merek yang terdaftar dapat berakhir. Merek bagi produsen merupakan
citra sekaligus nama baik bagi perusahaan, selain itu juga merupakan bagian
dari stategi bisnis. Tidak ada seorang produsen yang tidak menggunakan merek
sebagai identitas atas barang yang diproduksinya atau jasa yang diberikan.
Identitas yang diwujudkan dalam merek tersebut merupakan pengenal dan
sekaligus pembeda antara merek suatu perusahaan tertentu dengan merek
perusahaan yang lainnya. Hal ini yang menjadikan sebab mengapa sering terjadi
sengketa terhadap merek. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis
normatif. Temuan dari hasil penelitian ini bahwa terdaftarnya merek dapat
berakhir karena berakhirnya masa berlakunya merek, penghapusan merek
karena permintaan sendiri dari pemilik merek, penghapusan merek terdaftar atas
prakarsa dari Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari Komisi Banding
Merek, dan penghapusan merek karena adanya gugatan dari pihak ketiga.
Adanya perlindungan merek dimulai dari pendaftaran merek, perlindungan
merek selama masa jangka waktu terdaftarnya merek selama 10 (sepuluh ) tahun
dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu yang sama, adanya penindakan
baik gugatan secara perdata, penuntutan secara pidana maupun langkah
administratif berupa penolakan pendaftaran merek dan penghapusan merek.

Kata kunci : perlindungan hukum; merek; kekayaan intelektual

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 47


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

LEGAL PROTECTION OF REGISTERED BRANDS

Zaenal Arifin1, Muhammad Iqbal2


1
Master of Law, Semarang University, Semarang
2
Faculty of Economics, Semarang University, Semarang
zaenal@usm.ac.id

Abstract

This study aims to review and analyze how the legal protection of registered
trademarks and also why protection of registered trademarks can end.
Trademarks or brand for producers is an image as well as a good name for the
company, beside that it is also a part of the business strategy. There is no
producer who does not use the brand as an identity for the goods they produced
or the services they provided. The identity which is embodied in the mark is an
identifier and at the same time becomes a differentiator to the others. This is
why disputes often occurs against the brand. The research method uses a
normative juridical. the results of this study that the registration of a mark may
end due to the expiry of the validity period of the mark, the deletion of the mark
due to request of the owner, the deletion of the registered mark at the initiative
of the Minister after obtaining a recommendation from the Trademark Appeals
Commission, and the deletion of the mark due to a lawsuit from a third party.
The existence of trademark protection starts from the registration of the mark,
protection of the mark during the period of the registration of the mark for 10
(ten) years and can be extended with the same period of time, there is legal
action both in civil lawsuits, criminal prosecution and administrative steps in
the form of refusal of trademark registration and deletion of brand..

Keywords: legal protection; brand; intellectual property

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 48


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengertian merek sebagai bagian dari Hak Milik Intelektual tidak terlepas
dari pemahaman bahwa hak merek diawali dari temuan-temuan dalam bidang
Hak Kekayaan Intelektual lainnya, misalnya hak cipta. Pada merek ada unsur
ciptaan, misalnya design logo atau huruf. Ada hak cipta dalam bidang seni,
namun dalam hak merek bukan hak cipta dalam bidang seni yang dilindungi
tetapi mereknya itu sendiri dan hak merek itu terbatas hanya pada penggunaan
atau pemakaiannya pada produk-produk yang dipasarkan dan mengandung nilai
ekonomis.1 Merek bagi produsen merupakan citra sekaligus nama baik bagi
perusahaan, selain itu juga merupakan bagian dari stategi bisnis. Tidak ada
seorang produsen yang tidak menggunakan merek sebagai identitas atas barang
yang diproduksinya atau jasa yang diberikan. Identitas yang diwujudkan dalam
merek tersebut merupakan pengenal dan sekaligus pembeda antara merek suatu
perusahaan tertentu dengan merek perusahaan yang lainnya.
Hak atas merek adalah hak yang bersifat khusus (exclusive) yang
diberikan oleh negara kepada pemiliknya untuk menggunakan sendiri merek
tersebut atau memberikan izin pada orang lain untuk menggunakannya.
Pemberian hak khusus oleh negara tersebut, membawa konsekuensi bahwa
untuk mendapatkannya harus melalui mekanisme pendaftaran, sehingga sifat
pendaftaran adalah wajib (compulsory). Agar hak merek tersebut mendapat
perlindungan dan pengakuan dari negara, maka pemilik merek harus
mendaftarkannya pada negara. Jika suatu merek tidak didaftarkan, maka merek
tersebut tidak akan dilindungi oleh negara. Konsekuensinya merek tersebut
dapat digunakan oleh setiap orang.2 Perbedaan artikel ini dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya adalah artikel ini mengkaji dan menganalis bagaimana
perlindungan pendaftaran merek dapat berakhir dan bagaimana perlindungan
terhadap merek terdaftar. Hal apa saja yang bisa menyebabkan perlindungan
merek terdaftar dapat berakhir yang sesuai dengan Undang-Undang No 20
Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Selama ini penelitian yang
ada hanya fokus pada pendaftaran merek, perlindungan merek, dan sengketa
merek. Bahkan beberapa penelitian sebelumnya masih mengkaji dengan
menggunakan Undang-Undang No 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
Sekarang ini dalam strategi bisnis tidak lagi memecahkan persoalan
tentang bagaimana memasarkan suatu produk barang atau jasa dengan baik atau

1
Sulastri, Satino, Yuliana Yuli W, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek (Tinjauan Terhadap Merek
Dagang Tupperware Versus Tulipware)”, Jurnal Yuridis Vol. 5 No. 1 Juni 2018, Fakultas Hukum
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 2018, Jakarta, hal 162.
2
Agung Sujatmiko, “Tinjauan Filosofis Perlindungan Hak Milik Atas Merek”, Jurnal Media Hukum
Vol 18 No 2 Desember 2011, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2011, Yogyakarta,
hal 177.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 49


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

menentukan kualitas yang memiliki standar yang tepat, tetapi juga bagaimana
suatu merek barang atau jasa dapat diproteksi dari kompetitor lainnya. Oleh
karena itu kompetisi dalam bisnis tidak hanya berupaya bagaimana merebut
konsumen, tetapi juga berkompetisi untuk segera mengajukan pendaftaran
merek atas setiap produk barang atau jasa. Merek dengan nama yang menarik,
mudah dikenal dan diingat tentunya sangat diminati oleh para produsen agar
produk barang/jasa miliknya juga mudah diingat dan dikenali oleh konsumen.
Sebagai isu internasional, merek berkembang dengan pesat. Bahkan,
merek dari masyarakat cenderung dijadikan pembicaraan terus-menerus, baik
ditingkat nasional maupun internasional. Sayangnya pelanggaran merek masih
saja terus terjadi. Oleh karena itu, harus disadari oleh kita semua bahwa merek
merupakan kreasi olah pikir manusia yang perlu diberi perlindungan hukum. 3
Perkembangan dalam dunia bisnis yang menyangkut masalah merek seperti
tersebut diatas, hal tersebut sebenarnya sangat memerlukan perhatian besar dari
pemerintah untuk memberikan perlindungan hukum. Salah satu wujud
perlindungan hukum yang dapat diberikan adalah pengaturan yang memadai
tentang merek. Wujud lain perlindungan hukum dapat juga diperoleh dalam
proses penegakan hukum. Jaminan yuridis juga bisa diberikan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap hak atas merek milik perusahaan
yang telah dimintakan pendaftaran.
Pelanggaran terhadap merek terdaftar tidak hanya dilakukan dengan
modus memalsukan barang yang menyerupai aslinya baik itu barang/jasa
melainkan juga terhadap nama merek terdaftar. Sebagai contoh pemalsuan baju
merek “Hammer” dilakukan dengan membuta baju dan merek persis dengan
produk asli milik “Hammer”. Sekarang ini pelanggaran merek lebih kepada
pemboncengan merek atau pemboncengan reputasi, modus ini dilakukan dengan
membuat produk barang/jasa yang menyerupai merek terdafta aslinya sehingga
konsumen atau masyarakat dapat terkecoh akibat tindakan pemboncengan ini.
Perbuatan ini tidak hanya merugikan masyarakat dan konsumen tetapi juga
merugikan produsen asli nerek terdaftar tersebut.
“Dalam sistem hukum common law, pemboncengan merek (passing off)
ini merupakan suatu tindakan persaingan curang (unfair competition),
dikarenakan tindakan ini mengakibatkan pihak lain selaku pemilik merek yang
telah mendaftarkan mereknya dengan itikad baik mengalami kerugian dengan
adanya pihak yang secara curang membonceng atau mendompleng merek
miliknya untuk mendapatkan keuntungan finansial”.4

3
Sudaryat, Sudjana, Rika Ratna Permata, “Hak Kekayaan Intelektual, Memahami Prinsip Dasar, Cakupan, Dan
Undang-undang Yang Berlaku”, Oase Media, 2010, Bandung, hal 5.
Nur Hidayati, “Perlindungan Hukum Pada Merek Yang Terdaftar”,Ragam Jurnal Pengembangan
4

Humaniora Vol. 11 No 3 Desember 2011, Politeknik Negeri Semarang, 2011, Semarang, hal 180.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 50


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

Bagi merek yang sudah didaftarkan oleh pemiliknya, itu saja masih bisa
ditiru oleh orang lain apalagi jika merek itu belum didaftarkan. Sehingga apabila
ada merek yang sudah terdaftar kemudian muncul merek baru yang mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek yang sudah terdaftar,
kadang-kadang merek yang baru itupun juga terdaftar resmi di Direktorat
Jenderal Kekayaan Inteletual (DJKI). Jika terjadi hal yang demikian kemudian
pemilik merek yang pertama mengetahui, dia dapat mengajukan gugatan kepada
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual bahwa merek yang baru muncul itu
mempunyai persamaan dengan mereknya. Apabila hal itu memang terbukti
biasanya perlindungan terhadap hak atas merek terdaftar yang terakhir akan
berakhir. Hal tersbut yang mendasari penelitian ini berjudul “Perlindungan
Hukum Terhadap Merek Terdaftar”.
B. Perumusan Masalah
Mengingat begitu luasnya masalah mengenai merek, maka dalam
penelitian ini hanya membatasi mengenai berakhirnya perlindungan hukum
terhadap hak atas merek terdaftar..
1. Mengapa perlindungan hukum terhadap hak atas merek terdaftar dapat
berakhir?
2. Bagaimana upaya perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap
merek terdaftar ?
C. Metodelogi Penelitian
Metode penelitian yang dipakai adalah yuridis normatif, yaitu suatu cara
pendekatan terhadap masalah-masalah yang akan diteliti dengan cara meninjau
dari segi perundang–undangan yang berlaku, serta melihat yang sesungguhnya
yang terdapat dalam praktek atas kenyataan.
Sifat penelitian ini sesuai dengan masalah yang diajukan dipergunakan
penelitian yang bersifat deskriptif analistis, yaitu penelitian yang
menggambarkan atau melukiskan secara sistematis faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta tertentu tentang masalah-masalah yang akan diteliti.
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini :
1. Sumber data utama, yaitu data sekunder, dimana data ini diperoleh dari
penelitian kepustakaan dan didukung atau dilengkapi dengan data-data yang
diperoleh dari penelitian lapangan.
2. Sumber data pendukung adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari
penelitian lapangan.
II. PEMBAHASAN
A. Perlindungan Hukum Hak Atas Merek Terdaftar Berakhir
Merek mempunyai fungsi untuk memberi tanda pengenal barang, guna
membedakan barang seseorang atau perusahaan dengan barang orang atau
perusahaan lain. Disamping itu ada tujuan-tujuan lain dilihat dari pihak

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 51


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

produsen, pedagang dan konsumen. Dari pihak produsen, merek digunakan


untuk jaminan nilai hasil produksi, khususnya mengenai kualitas, kemudahan
pemakaiannya atau hal-hal yang pada umumnya berkenaan dengan
teknologinya. Bagi pedagang, merek digunakan untuk mempromosikan barang-
barang dagangannya guna mencari meluaskan pasaran. Dari pihak konsumen,
merek diperlukan untuk mengadakan pilihan terhadap barang yang akan dibeli.5
Pengertian dan makna merek itu sendiri terus mengalami perkembangan
jaman dengan menyesuaikan era globalisasi dan semakin berkembangnya
teknologi. Pengertian merek menurut Undang-undang No 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis, merek adalah tanda yang dapat
ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,
susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/ atau 3 {tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan atau jasa.
Sedangkan pengertian merek menurut Undang-undang No 15 Tahun
2001, merek adalah Tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf–huruf,
angka–angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur tersebut, yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Adanya perubahan dari istilah merek menurut undang-undang sebagai salah satu
upaya dari para pembuat undang-undang dalam mengantisipasi perkembangan
teknologi yang semakin cepat. Era 4.0 ini teknologi dimanfaatkan untuk
menciptakan dan mengembangkan merek.
Bagaimana sekarang produsen gawai memanfaatkan teknologi dalam
menciptakan dan mengembangkan merek gawai melalui inovasi dan teknologi
dalam menampilkan merek di gawai buatan mereka sebagai sarana dan tanda
pengenal produk mereka di masyarakat. Bagaimana Samsung menciptakan
suara, susunan warna dan hologram sebagai tanda pengenal di gawai produksi
Samsung. Sebelumnya Nokia terlebih dahulu memperkenalkan susanan nada
dan suara sebagai tanda pengenal pada gawai sebahai ciri khas dan pembeda
produk dari Nokia. Merek sebagai hasil dari inovasi dan pengembangan
teknologi juga perlu perlindugan hukum agar hasil dari karya mereka tidak
ditiru di kemudian hari.
Era 4.0 ini, dengan perkembangan industri dan perdagangan, peranan
tanda pengenal berkaitan dengan hasil industri dan barang dagangan makin
menjadi penting. Sebagai akibat diberikannya tanda pengenal atas barang–
barang hasil pekerjaannya itu, timbul cara yang mudah untuk memasarkan

5
Ahmadi Miru, “Hukum Merek : Cara Mudah Mempelajari Undang-undang Merek”, PT. Raja
Grafindo Persada, 2005, Jakarta, hal. 5.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 52


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

barang–barangnya. Merek merupakan suatu tanda pengenal dalam kegiatan


perdagangan barang atau jasa yang sejenis dan sekaligus merupakan jaminan
mutunya bila dibandingkan dengan produk barang atau jasa sejenis yang dibuat
pihak lain. Merek tersebut bisa merek dagang atau bisa juga merek jasa. Merek
dagang diperuntukkan sebagai pembeda bagi barang–barang yang sejenis yang
dibuat perusahaan lain, sedangkan merek jasa diperuntukkan sebagai pembeda
pada perdagangan jasa yang sejenis. Seseorang dengan melihat, membaca atau
mendengar suatu merek, seseorang sudah dapat mengetahui secara persis bentuk
dan kualitas suatu barang atau jasa yang akan diperdagangakan oleh
pembuatnya.
Pengaturan perlindungan merek di Indonesia sudah ada sejak jaman
Belanda yaitu dengan berlakunya Reglemen Industriele Eigendom (RIE) sesuai
dengan Staatblad 1912 Nomor 545 jo Staatblad 1913 Nomor 214. Setelah
memasuki masa penjajahan Jepang lahir pearturan yang mengatur tentang merek
yang disebut Osamu Seire Nomor 30 tentang Pendaftaran Cap Dagang. Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek
Perniagaan, undang undang itu diterbitkan dalam upaya pemerintah untuk
melindungi masyarakat dari barang bajakan dan tiruan. Selanjutnya pada
tanggal 10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris, Paris Convention
for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967) sesuai
dengan Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979.
Karena Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek
Perusahaan dan Merek Perniagaan dianggap sudah tidak sesuai dengan
perkembangan jaman pada saat itu, pemerintah pada tanggal 28 Agustus 1992
mengesahkan UU No. 19 tahun 1992 tentang Merek (UU Merek 1992), yang
mulai berlaku tanggal 1 April 1993. Selanjutnya pada tanggal 15 April 1994
Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying the Result of the Uruguay
Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS).
Pendaftaran merek bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan
perlindungan hukum terhadap hak atas merek. Pendaftaran merek dilakukan
pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Direktorat Jenderal HKI
adalah instansi pendaftaran merek yang ditugaskan untuk mendaftarkan merek
yang dimohonkan pendaftarannya oleh pemilik merek.6 Sekarang ini Direktorat
Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual telah berubah penyebutannya menjadi
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual atau disingkat dengan DJKI.
Dikenal 2 (dua) macam sistem pendaftaran merek, yaitu sistem konstitutif
dan sistem deklaratif. Sistem konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui

Syahriyah Semaun, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Perdagangan Barang Dan Jasa”, Jurnal
6

Hukum Diktum Vol 14 No 1, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pare Pare, 2016, Pare Pare, hal 109-110.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 53


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

pendaftaran, artinya hak eksklusif atas sesuatu merek diberikan karena adanya
pendaftaran. Sistem konstitutif, pendaftaran merek merupakan hal yang mutlak
dilakukan. Merek yang tidak didaftar otomatis tidak akan mendapatkan
perlindungan hukum.
Dengan sistem konstitutif ini, yang berhak atas suatu merek adalah pihak
yang telah mendaftarkan mereknya. Pendaftaran itu menciptakan suatu hak atas
merek tersebut, pihak yang mendaftarkan, dialah satu–satunya yang berhak atas
suatu merek dan pihak ketiga harus menghormati haknya pendaftar sebagai hak
mutlak.7 Sistem ini mengaharuskan para pemilik merek untuk mendaftarkan
merek nya jika ingin mendapatkan perlindungan hukum atas merek.
Penggunaan sistem konstitutif ini lebih melindungi pemilik merek dan
menjamin kepastian hukum.
Sistem deklaratif yang mendasarkan pada perlindungan hukum bagi
Mereka yang menggunakan Merek terlebih dahulu, selain kurang menjamin
kepastian hukum juga menimbulkan persoalan dan hambatan dalam dunia
usaha. Seperti dikatakan bahwa, perlindungan Merek terdaftar mutlak diberikan
oleh pemerintah kepada pemegang dan pemakai hak atas Merek untuk
menjamin terhadap kepastian berusaha bagi produsen.8
Adanya perubahan sistem pendaftaran yang dianut oleh Indonesia dari
semula menganut sistem deklaratif menjadi sistem konstitutif yang mulai
diterapkan dengan berlakunya Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek,
dinilai lebih mempunyai kepastian hukum. Merek yang sudah didaftarkan akan
mempunyai perlindungan hukum sejak tanggal penerimaan pendaftaran merek.
Konsekuensi dari merek yang telah didaftar adalah harus dipergunakan
dengan permintaan pendaftarannya. Undang Undang Merek menghendaki
pemilik merek bersikap jujur dalam menggunakan mereknya, artinya merek
yang telah didaftar dipergunakan sesuai kelas barang atau jasa yang didaftarkan
juga harus sama bentuknya dengan merek yang dipergunakan. Apabila merek
yang telah didaftarkan tidak dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam undang-undang, akan mengakibatkan pendaftaran merek yang
bersangkutan dihapuskan.9
Pengaturan pendaftaran merek itu sendiri diatur dalam pasal 20, 21 dan 22
Undang-Undang No 20 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Suatu merek
tidak boleh bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-
undangan, moralitas, agama, kesusilaan, ketertiban umum, memiliki kesamaan

7
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelektual Property Right), PT. Raja Grafindo
Persada, 1995, Jakarta, hal. 175.
8
Hery Firmansyah, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek”, Panduan Memahami Dasar Hukum
Penggunaan Dan Perlindungan Merek, Pustaka Yustisia, 2011,Yogyakarta, hal. 38.
9
Jisia Mamahit, “Perlindungan Hukum Atas Merek Dalam Perdagangan Barang Dan Jasa”, Jurnal
Lex Privatum Vol I No.3, Universitas Sam Ratulangi, 2013, Manado, hal 92.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 54


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

pada keseluruhannya dengan ekspresi budaya tradisional, warisan budaya tak


benda, atau nama atau logo yang sudah merupakan tradisi turun temurun.
Selain itu, terdapat pula merek kolektif yaitu merek yang digunakan pada
barang dan atau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum,
dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang diperdagangkan oleh
beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan
dengan barang dan atau jasa sejenis lainnya.10 Menurut Pasal 46 Undang-
Undang No 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, permohonan
pendaftaran merek sebagai merek kolektif hanya dapat diterima jika dalam
permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa merek tersebut akan digunakan
sebagai merek kolektif.
Pada kenyataannya di lapangan, rendahnya pengetahuan mengenai
perlindungan merek sangat mempengaruhi pula rendahnya upaya pendaftaran
merek, khusunya bagi pemilik merek pada usaha UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah). Padahal produk yang dihasilkan tidak kalah kreatif dan inovatif
dengan produk lain yang sejenis, bahkan dengan produk impor dari negara-
negara lain. Namun, ada pula pelaku usaha yang sudah mengetahui fungsi
tersebut, namun tidak mengetahui mekanisme untuk memperoleh perlindungan
hak atas merek. Alasan keterbatasan biayapun menjadi salah satu pertimbangan
belum dilakukannya pendaftaran merek, karena pada dasarnya, UMKM masih
bersifat merintis usaha. Padahal, kelalaian seseorang dalam mendaftarakan suatu
merek, dapat berakibat diklaim/didahului oleh pihak lain dalam mendaftarkan
merek yang sama atau mirip untuk produk barang atau jasa sejenis, sehingga
seseorang dapat kehilangan hak untuk menggunakan mereknya sendiri yang
sebenarnya sudah lebih dahulu dipergunakan.11 Pelaksanaan pendaftaran merek
kolektif adalah sebagai perhatian dari pemerintah untuk pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam upayanya melakukan
pengembangan usaha. Sehingga akan memudahkan UMKM dalam
melakasanakan pendaftaran merek kolektif sebinggga merek tersebut
mempunyai perlindungan hukum.
Merek mempunyai masa berlaku selama 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal
penerimaan dan dapat diperpanjang lagi dengtan jangka waktu yang sama 10
(sepuluh) tahun. Proses perpanjangan merek dapat dilakukan langsung oleh
pemilik merek atau kuasanya baik melalui elektronik maupun non elektronik.
Proses perpanjangan dapat dilakukan 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya
masa berlakunya merek, dan 6 (enam) bulan sejak masa berlakunya merek habis

10
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
11
Yudhitiya Dyah Sukmadewi, “Pendaftaran Merek Asosiasi Sebagai Merek Kolektif (Kajian Terhadap
Asosiasi Rajut Indonesia Wilayah Jawa Tengah)”, Jurnal Ius Constituendum Vol 2 No 1 April 2017,
Magister Hukum Universitas Semarang, Semarang, 2017, Semarang, hal 110. DOI : 10.26623/jic.v2i1.547

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 55


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

dengan membayar denda yang telah ditetapkan. Pengaturan mengenai


perpanjangan merek diatur dalam Pasal 35, 36, 37, 38, 39 dan 40 Undang-
Undang No 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Adapun yang menjadi syarat dalam proses perpanjangan merek
sebagaimana diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang No 20 Tahun 2016 adalah
bahwa merek harus dipergunakan sebagaimana tercantum dalam sertifikat
merek, artinya penggunaan merek barang/jasa harus sesuai dengan sertifikat
dalam merek. Sebagai contoh kecap merek “Merak” harus sesuai dengan
tercantum dalam sertifikat merek yaitu kecap dengan merek “Merak”. Jika yang
ditemukan adalah saos merek “Merak”, maka ini melanggar sertifikat merek dan
merek dapat dihapuskan atau tidak dapat diperpanjang. Yang menjadi syarat
selanjutnya adalah bahwa barang/jasa dengan merek yang terdaftar masih
diproduksi dan atau diperdagangkan. Jika barang/jasa tersebut pada
kenyataannya sudah berhenti produksi dan tidak diperdagangkan lagi maka
merek tersebut tidak dapat diperpanjang.
Pendaftaran merek mempunyai masa berlakunya yaitu selama 10 (sepuluh
) tahun dan dapat diperpanjang lagi dengan jangka waktu yang sama.
Berakhirnya masa berlakunya pendaftaran merek otomatis berakhir pula
perlindungan hukum terhadap merek tersebut. 12
Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa
sebagaimana dicantumkan dalam sertifikat merek tersebut; dan b. barang atau
jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a masih diproduksi dan atau
diperdagangkan.13 Merek disamping akan dihapus pendaftarannya karena habis
masa berlakunya, penghapusan merek terdaftar juga dapat dilakukan karena
atas kemauan pemilik merek itu sendiri. Proses penghapusan merek terdaftar
atas inisiatif pemilik merek yaitu dengan melakukan permohonan kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana diatur dalam pasal 72
ayat 1 dan 2 Undang-Undang No 20 Tahun 2016.
Penghapusan suatu merek terdaftar juga dapat dilakukan atas prakarsa
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Penghapusan atas merek terdaftar atas
prakarsa Menteri dapat dilakukan jika a. memiliki persamaan pada pokoknya
danyatau keseluruhannya dengan Indikasi Geografis; b. bertentangan dengan
ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas, agama, kesusilaan,
dan ketertiban umum; atau c. memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan
ekspresi budaya tradisional, warisan budaya tak benda, atau nama atau logo
yang sudah merupakan tradisi turun temurun.14 Penghapusan atas prakarsa
Menteri dapat dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Komisi

12
Pasal 35 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
13
Pasal 36 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
14
Pasal 72 ayat 6 dan 7 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 56


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

Banding Merek. Jika pemilik merek terdaftar keberatan atas keputusan


penghapusan oleh Menteri, dapat melakukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN).
Penghapusan Merek terdaftar dapat pula diajukan oleh pihak ketiga yang
berkepentingan dalam bentuk gugatan ke Pengadilan Niaga dengan alasan
Merek tersebut tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian
terakhir.15
Berdasarkan pasal-pasal tersebut diatas, terdapat 4 (empat) hal yang
mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas merek terdaftar yaitu :
berakhirnya masa berlakunya pendaftaran merek, penghapusan merek terdaftar
atas inisiatif pemilik merek, penghapusan merek atas prakarsa menteri dan
adanya gugatan dari pihak ketiga.
B. Perlindungan Hukum Hak Atas Merek Terdaftar
Perkembangan di bidang perdagangan dan industri yang sedemikian
pesatnya memerlukan peningkatan perlindungan terhadap teknologi yang
digunakan dalam proses pembuatan, apabila kemudian produk tersebut beredar
di pasar dengan menggunakan merek tertentu, maka kebutuhan untuk
melindungi produk yang dipasarkan dari berbagai tindakan melawan hukum
pada akhirnya merupakan kebutuhan untuk melindungi merek tersebut.16
Perlindungan hukum yang diberikan oleh negara terhadap hak atas merek
meliputi perlindungan merek dalam negeri maupun merek luar negeri
sebagaimana tersebut dalam prinsip timbal balik, dimana setiap anggota wajib
memberikan perlindungan yang sama terhadap kekayaan intelektual warga
anggota lain seperti perlindungan yang diberikan kepada anggotanya sendiri.
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di
Indonesia telah ada sejak tahun 1840-an. Pemerintah Kolonial Belanda
memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada
tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek
(1885), UU Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada
waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris
Convention for the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888 dan
anggota Berne Convention for the Protection of Literary and Aristic Works
sejak tahun 1914. Pada jaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945,
semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku. 17

15
Pasal 74 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
16
Nourma Dewi, Tunjung Baskoro, “Kasus Sengketa Merek Prada S.A Dengan PT. Manggala Putra
Perkasa Dalam Hukum Perdata Internasional”, Jurnal Ius Constituendum Vol 4 No 1 April 2019, Magister
Hukum Universitas Semarang, 2019, Semarang, hal 20. DOI : 10.26623/jic.v4i1.1531
17
https://dgip.go.id/sejarah-perkembangan-perlindungan-kekayaan-intelektual-ki, diunduh tanggal 20
Januari 2020 pukul 11.20 WIB.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 57


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

Pengaturan merek di Indonesia dimulai dengan adanya Undang-Undang Nomor


21 Tahun 1961 kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1992, dan kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek dan terakhir Undang-Undang No 20 Tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis, hal ini menunjukan bahwa peranan dan upaya
untuk perlindungan merek sangat penting.
Telah diaturnya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh si pemohon dalam
mengajukan permohonan pendaftaran merek tidak menghilangkan sama sekali
terjadinya pelanggaran merek oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Penggunaan secara tanpa hak atas merek pada suatu produk dengan maksud
mengambil keuntungan atas merek yang digunakannya masih banyak terjadi
dalam berbagai bentuk, misalanya pembajakan (merek dipalsu) atau melalui
pemanfaatan reputasi (terjadi persamaan pada pokoknya pada merek yang
mempunyai reputasi dimata konsumen).18
Perlindungan hukum yang diberikan oleh negara juga tidak hanya terbatas
pada pemilik merek, tetapi juga kepada konsumen yang menginginkan aman,
nyaman dan terjamin dalam mendapatkan merek yang asli sehingga tidak
terkecoh dalam membeli barang dengan merek palsu. Perlindungan hukum yang
diberikan kepada pemilik merek adalah pemilik merek yang mempunyai iktikad
baik, artinya sekalipun telah mempunyai sertifikat sebagai bukti kepemilikan
suatu merek, namun dapat dimintakan penghapusan atau pembatalan atas merek
tersebut jika pemiliknya terbukti mempunyai iktikad buruk.
Perlindungan hukum terhadap merek hanya diberlakukan terhadap merek
yang telah didaftarkan. Pendaftaran merek akan memberikan pelindungan yang
lebih kuat, khususnya jika bertentangan dengan merek yang identik atau yang
mirip. Walaupun sebagian besar pelaku bisnis menyadari pentingnya
penggunaan merek untuk membedakan produk yang dimiliki dengan produk
para pesaingnya, namun tidak semua pihak menyadari mengenai pentingnya
pelindungan merek melalui pendaftaran.19
Adanya perlindungan tersebut menunjukkan bahwa negara berkewajiban
dalam menegakkan hukum Merek. Oleh karena itu apabila ada pelanggaran
terdaftar, pemilik Merek dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan yang
berwenang. Dengan perlindungan tersebut maka akan terwujud keadilan yang
menjadi tujuan dari hukum. Salah satu tujuan hukum adalah mewujudkan

18
Fajar Nurcahya Dwi Putra, “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Merek Terhadap
Perbuatan Pelanggaran Merek”, Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum, Edisi: Januari-Juni 2014, Fakultas
Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, 2014, Surabaya hal. 98-99.
19
Tommy Hendra Purwaka, “Perlindungan Merek”, (Cetakan Pertama) Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2017, Jakarta, hal 39-40.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 58


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

keadilan masyarakat. Dengan perlindungan hukum maka pemilik merek yang


sah terlindungi hak-haknya.20
Menurut Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No 20 Tahun 2016, Merek yang
dilindungi terdiri atas tanda berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,
susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/ atau 3 (tiga) dimerisi, suara,
hologram, atau kornbinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
Permohonan pendaftaran akan ditolak jika merek tersebut mernpunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan a. Merek terdaftar milik
pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang dan Zatau
jasa sejenis; b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dari/atau jasa
sejenis; c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak
sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu.21
Hal lain yang sangat penting dalam pelindungan merek adalah bahwa
merek tidak dapat didaftarkan atas dasar permohonan yang diajukan oleh
pemohon yang beriktikad tidak baik. Ukuran iktikad baik ini menjadi ukuran
yang sulit untuk diukur secara kasat mata, bahkan seringkali sengketa muncul
karena niat buruk untuk mendaftarkan merek dengan ciri-ciri yang mirip atau
bahkan sama dengan cara memalsukan merek dan desain bungkusnya. Oleh
karena itu, pendaftaran dengan iktikad baik ini merupakan salah satu upaya
melindungi merek terkenal. Lebih lanjut Undang-undang merek juga telah
berupaya memberikan pelindungan bagi merek terkenal yang mengatur bahwa
permohonan harus ditolak apabila: (a) mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhannya dengan merek pihak lain yang telah terdaftar lebih dahulu
untuk barang atau jasa yang sejenis, (b) mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhannya dengan merek yang terkenal milik pihak lain atau barang
dan/atau jasa yang sejenis.22
Pasal 35 UU No. 20 Tahun 2016 menyebutkan bahwa merek terdaftar
mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu pelindungan itu dapat diperpanjang dan
dapat diperpanjang dengan jangka waktu yang sama. Pelaksanaan pendaftaran
dan perpanjangan merek terdaftar dapat dilakukan secara eletronik dan non
elektronik sebagai upaya dari pemerintah untuk mempermudah masyarakat
dalam melakukan pendaftaran merek.

20
Haryono, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar”, Jurnal Ilmiah CIVIS Vol II No 1
Januari 2012, Universitas PGRI Semarang, 2012, Semarang, hal. 241.
21
Pasal 21 ayat 1 huruf a, b dan c Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis.
22
Edy Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek Dagang Melalui Peran Kepabeanan
Sebagai Upaya Menjaga Keamanan dan Kedaulatan Negara”, Jurnal Rechtsvinding Vol 5 No.1 April 2016,
Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2016, Jakarta, hal. 124.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 59


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

Ketidakjelasan menyebabkan putusan pengadilan beragam terhadap merek


terkenal. Sengketa dan Konflik Merek Terkenal sangat banyak sekali ditemui di
Indonesia. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa kasus merek terkenal yang
terjadi. Antara lain perkara dengan nomor putusan 384K/Pdt.Sus-HKI/2014,
perkara antara Toyota sebagai pemilik merek Lexus melawan Ganda Christ
Robert M sebagai pemilik merek Menara Lexus. Dalam perkara ini hakim
agung memenangkan Toyota sebagai pemilik merek Lexus untuk kendaraan
bermotor dan suku cadangnya karena Lexus adalah merek terkenal sesuai
dengan UU Merek dan Lexus milik Toyota sudah terdaftar lebih dahulu yaitu
sejak tahun 1992 dan terus diperpanjang perlindungannya hingga saat ini. 23
Adanya perlindungan hukum adalah sebagai bentuk telah bekerjanya
fungsi hukum yang harus memberikan keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum. Berlakunya perlindungan hukum atas merek terdaftar akan mendorong
investasi dan meningkatkan kepercayaan investor dalam menjalankan usahanya
di Indonesia. Jika perlindungan hukum atas mere terdaftar tidak berjalan maka
minat investor dalam menananamkan modal dan menjalankan usahanya di
Indonesia akan melemah, dan ini sangat tidak menguintungkan bagi
perekonomian Indonesia.
Menurut Zen Umar Purba, alasan mengapa Hak Karya Inteletual (HKI)
perlu dilindungi oleh hukum sebagai berikut: 24
a. Alasan yang “bersifat non ekonomis”, menyatakan bahwa pelindungan
hukum akan memacu mereka yang menghasilkan karya-karya intelektual
tersebut untuk terus melakukan kreativitas intelektual. Hal ini akan
meningkatkan self actualization pada diri manusia. Bagi masyarakat hal ini
akan berguna untuk meningkatkan perkembangan hidup mereka.
b. Alasan yang “bersifat ekonomis”, adalah untuk melindungi mereka yang
melahirkan karya intelektual tersebut berarti yang melahirkan karya tersebut
mendapat keuntungan materiil dari karya-karyanya. Di lain pihak melindungi
mereka dari adanya peniruan, pembajakan, penjiplakan maupun perbuatan
curang lainnya yang dilakukan oleh orang lain atas karya-karya yang berhak.
Sedangkan menurut Philipus M. Hadjon,25 bahwa sarana pelindungan
hukum ada 2 (dua) macam, yaitu : Pertama, Sarana Perlindungan Hukum
Preventif. Pada perlindungan hukum preventif ini, subjek hukum diberikan
kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu
keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah
mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar
23
Rakhmita Desmayanti, “Tinjauan Umum Perlindungan Merek Terkenal Sebagai Daya Pembeda
Menurut Prespektif Hukum Di Indonesia”, Jurnal Cahaya Keadilan Vol 6 No. 1 April 2018, Universitas
Putera Batam, 2018, Batam, hal. 17. DOI: https://doi.org/10.33884/jck.v6i1.874
24
A. Zen Umar Purba dalam Anne Gunawati, “Pelindungan Merek Terkenal Barang dan Jasa Tidak
Sejenis Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat”, PT. Alumni, 2015, Bandung, hal. 83.
25
Philipus M. Hadjon, “Pelindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia”, PT. Bina Ilmu, 1987, Surabaya,
hal. 2.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 60


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

artinya bagi tindakan pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak


karena dengan adanya pelindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong
untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada
diskresi. Di Indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai pelindungan
hukum preventif. Kedua, Sarana Perlindungan Hukum yang Represif bertujuan
untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan pelindungan hukum oleh
pengadilan umum dan pengadilan administrasi di Indonesia termasuk kategori
pelindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan
pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan
pelindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat,
lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan
kewajiban masyarakat dan pemerintah.
Adanya perbuatan passing off ini pemalsu memanfaatkan reputasi dan
terkenalnya suatu merek, sehingga pemalsu tidak perlu lagi membangun dari
awal image dan merek dari produksi itu sendiri, hal iini juga dapat
mengakibatkan konsumen yang hendak membeli atau mempergunakan merek
yang asli pada akhirnya membeli atau menggunakan merek yang hampir sama
tersebut. Ini juga akan menimbulkan kebingungan masyarakat dan konsumen
dalam menentukan merek yang sebenarnya. Akibat adanya passing off ini yang
dirugikan tidak hanya konsumen tetapi juga produsen asli yang memproduksi
barang/jasa atas nama merek terdaftar tersebut.
Perbuatan passing off ini melanggar Pasal 382 KUHP yang berbunyi
“Barangsiapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil
perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan
perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu,
diancam, jika perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-
konkurennya atau konkuren-konkuren orang lain karena persaingan curang,
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda
paling banyak tiga belas ribu lima ratus rupiah”.
Selain itu, pelindungan hukum secara perdata juga diberikan kepada
pemegang merek yang sah. Apabila hak merek telah dipegang, maka menurut
sistem hukum merek Indonesia, pihak pemegang merek tersebut akan
mendapatkan pelindungan hukum, artinya apabila terjadi pelanggaran hak atas
merek, pihak pemegang merek dapat mengajukan gugatan terhadap pihak
lainnya yang melakukan pelanggaran hak atas merek. Gugatan ini ditujukan
untuk mendapatkan ganti rugi dan penghentian semua perbuatan yang berkaitan
dengan penggunaan merek tersebut. Gugatan diajukan di pengadilan niaga
dengan disertakan identitas pemohon secara lengkap. Begitu pula dengan
identitas dan alamat kuasa pemohon, bila diwakilkan. Selain itu mencantumkan

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 61


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

warna, bila permohonan menggunakan unsur warna. Begitu pun nama negara
dan tanggal permintaan merek, serta uraian jenis produk barang atau jasa dan
dilampiri label merek juga bukti pembayaran biaya. 26
Salah satu contoh sengketa merek terjadi apada awal September 2015, PT
Phapros yang merupakan perusahaan lokal berasal dari Semarang mengajukan
permohonan kasasi melawan Merck KGaA yang merupakan perusahaan farmasi
multinasional berasal dari Jerman dengan nomor permohonan 409 K/Pdt.Sus-
HKI/2015. Kasus ini berawal pada Januari 2015, dimana Merck mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan
perkara No. 52/Pdt.Sus/MEREK/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst. Pemilik Merck menilai
bahwa PT Phapros telah menggunakan nama merek Bioneuron tanpa
sepengetahuannya yang memiliki kesamaan bentuk, ucapan dan bunyi. Hal
tersebut dianggap dapat membuat konsumen keliru dalam membedakan
perusahaan pemilik merek yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal ini, PT
Phapros sebagai tergugat menganggap bahwa gugatan tersebut mengada-ada
sehingga tidak dapat dibenarkan. Majelis Hakim dalam pengadilan tingkat
pertama memutuskan bahwa pihak Merck sebagai penggugat dapat menguatkan
dalil-dalilnya sehingga pada tingkat pertama, pihak Merck dimenangkan. Tidak
terima dengan keputusan Majelis Hakim pada tingkat pertama, PT Phapros
mengajukan permohonan kasasi karena merasa bahwa Majelis Hakim dalam
pengadilan tingkat pertama terkesan memihak. Majelis hakim menolak
permohonan kasasi tersebut dengan menyatakan bahwa majelis hakim pada
pengadilan tingkat pertama tidak salah dalam menerapkan hukum. “Setelah
meneliti secara saksama memori kasasi tanggal 29 Januari 2015 dan kontra
memori kasasi tanggal 25 Februari 2015 dihubungkan dengan pertimbangan
judex facti, dalam hal ini Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat tidak salah menerapkan hukum,” demikian pernyataan majelis hakim pada
putusan perkara nomor 409 K/Pdt.Sus-HKI/2015. 27
Kasus sengketa antara Merck dengan PT. Phapros pada akhirnya
mengabulkan gugatan dari Merck karena Bioneuron mempunyai persamaan
pada pokoknya yaitu Bioneuron dibuat dengan dominasi warna biru dan putih
serta bentuk dan logo menyerupai orang yang miliknya Merck, dan komposisi
yang terkandung dalam Bioneuron sama persisi dengan milik Merck yang terdiri

Fandi H. Kowel, “Pelindungan Hukum Terhadap Penerima Lisensi Merek Di Indonesia”, Jurnal
26

Lex et Societatis Vol V No. 3 Mei 2017, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, 2017, Manado, hal.
55.
27
https://kliklegal.com/lima-kasus-merek-terkenal-di-pengadilan-indonesia/, diunduh pada tanggal 9
Maret 2020 jam 13.05 Wib.
.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 62


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

dari B1, Vitamin C6 dan Vitamin B12. Dikabulkannya gugatan tersebut oleh
Mahkamah Agung maka merek Bioneuron dihapuskan dari daftar umum merek.
III. PENUTUP
Berakhirnya perlindungan hukum atas merek terdaftar ditinjau dari
Undang-undang No. 20 Tahun 20016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis
dapat terjadi karena Merek yang telah terdaftar pada Direktorat Jenderal
Kekayaan Inteletual tersebut dihapus dari daftar umum merek karena telah
berakhirnya masa berlakunya pendaftaran merek, penghapusan merek karena
permintaan sendiri dari pemilik merek, penghapusaan merek terdaftar atas
prakarsa dari Menteri Hukum san Hak Asasi Manusia setelah mendapatkan
rekomendasi dari Komisi Banding Merek, dan penghapusan merek karena
adanya gugatan dari pihak ketiga. Perlindungan merek tidak hanya sebagai
perlindungan negara terhadap mpemilik merek terdaftar tetapi juga bentuk
perlindungan terhadap masyarakat selaku konsumen agar mendapatkan barang
sesuai dengan aslinya dan keinginannya dalam mendapatkan kepastian hukum
atas barang yang dibeli di masyarakat. Bentuk perlindungan merek antara lain
dengan melakukan pendaftaran merek, perlindungan merek selama masa jangka
waktu terdaftarnya merek selama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang
dengan jangka waktu yang sama, adanya penindakan baik gugatan secara
perdata, penuntutan secara pidana maupun langkah administratif berupa
penolakan pendaftaran merek dan penghapusan merek.
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dapat segera menghapus merek
dari daftar umum merek apabla telah memenuhi ketentuan merek tersebut telah
memenuhi syarat dihapusnya dari daftar umum merek, dengan dihapusnya
merek tersebut maka perlindungan atas merek berakhir. Pemilik merek yang
terdaftar dan beriktikad baik agar mendapatjkan perlindungan hukum sesuai
undang-undang, dan para pihak yang melakukan pelanggran terhadap merek
terdaftar dikenai sanksi yang tegas sesuai aturan yang berlaku baik itu pidana
maupun administrasi.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 63


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmadi Miru, “Hukum Merek : Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek”, PT.
Raja Grafindo Persada, 2005, Jakarta.
A. Zen Umar Purba dalam Anne Gunawati, “Perlindungan Merek Terkenal Barang dan
Jasa Tidak Sejenis Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat”, PT. Alumni, 2015,
Bandung
Hery Firmansyah, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Panduan Memahami Dasar
Hukum Penggunaan Dan Perlindungan Merek”, Pustaka Yustisia, 2011,Yogyakarta.
Philipus M. Hadjon, “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia”, PT. Bina Ilmu, 1987,
Surabaya.
Saidin, “Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelektual Property Right)”, PT. Raja
Grafindo Persada, 1995, Jakarta.
Sudaryat, Sudjana, Rika Ratna Permata, “Hak Kekayaan Intelektual, Memahami Prinsip
Dasar, Cakupan, Dan Undang-Undang Yang Berlaku”, Oase Media, 2010,
Bandung.
Tommy Hendra Purwaka, “Perlindungan Merek”, (Cetakan Pertama) Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2017, Jakarta.

Jurnal

Agung Sujatmiko, Tinjauan Filosofis Perlindungan Hak Milik Atas Merek, Jurnal Media
Hukum Vol 18 No 2 Desember 2011, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, 2011, Yogyakarta.
Edy Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek Dagang Melalui Peran
Kepabeanan Sebagai Upaya Menjaga Keamanan dan Kedaulatan Negara”, Jurnal
Rechtsvinding Vol 5, No.1 April 2016, Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2016,
Jakarta.
Fajar Nur Cahya Dwiputra, “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Merek
Terhadap Perbuatan Pelanggaran Merek”, Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum,
Edisi: Januari - Juni 2014, Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya,
2014, Surabaya.
Fandi H. Kowel, “Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Lisensi Merek Di Indonesia”,
Jurnal Lex et Societatis Vol V No. 3 Mei 2017, Fakultas Hukum Universitas Sam
Ratulangi, 2017, Manado.
Haryono, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar”, Jurnal Ilmiah CIVIS Vol II,
No 1 Januari 2012, Universitas PGRI Semarang, 2012, Semarang.
Jisia Mamahit, “Perlindungan Hukum Atas Merek Dalam Perdagangan Barang Dan
Jasa”, Jurnal Lex Privatum, Vol. I No.3, Universitas Sam Ratulangi, 2013,
Manado.
Nourma Dewi, Tunjung Baskoro, “Kasus Sengketa Merek Prada S.A Dengan PT.
Manggala Putra Perkasa Dalam Hukum Perdata Internasional”, Jurnal Ius
Constituendum Vol 4 No 1 April 2019, Magister Hukum Universitas Semarang,
2019, Semarang.

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 64


Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang Terdaftar
Zaenal Arifin, Muhammad Iqbal

p-ISSN : 2541-2345 , e-ISSN : 2580-8842

DOI : 10.26623/jic.v4i1.1531
Nur Hidayati, “Perlindungan Hukum Pada Merek Yang Terdaftar”, Ragam Jurnal
Pengembangan Humaniora Vol. 11 No 3 Desember 2011, Politeknik Negeri
Semarang, 2011, Semarang.
Rakhmita Desmayanti, “Tinjauan Umum Perlindungan Merek Terkenal Sebagai Daya
Pembeda Menurut Prespektif Hukum Di Indonesia”, Jurnal Cahaya Keadilan Vol. 6.
No. 1 April 2018, Universitas Putera Batam, 2018, Batam.
DOI: https://doi.org/10.33884/jck.v6i1.874
Syahriyah Semaun, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Perdagangan Barang Dan
Jasa”, Jurnal Hukum Diktum Vol 14 No 1, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Pare Pare, 2016, Pare Pare. DOI https://doi.org/10.35905/diktum.v14i1
Sulastri, Satino, Yuliana Yuli W, Perlindungan Hukum Terhadap Merek (Tinjauan
Terhadap Merek Dagang Tupperware Versus Tulipware) Jurnal Yuridis Vol. 5 No.
1 Juni 2018, Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta, 2018, Jakarta
Yudhitiya Dyah Sukmadewi, “Pendaftaran Merek Asosiasi Sebagai Merek Kolektif
(Kajian Terhadap Asosiasi Rajut Indonesia Wilayah Jawa Tengah), Jurnal Ius
Constituendum Vol 2 No 1 April 2017, Magister Hukum Universitas Semarang,
2017, Semarang.
DOI : 10.26623/jic.v2i1.547

Undang-Undang

Undang-Undang No 15 Tahun 2001 Tentang Merek


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

Internet

https://dgip.go.id/sejarah-perkembangan-perlindungan-kekayaan-intelektual-ki
https://kliklegal.com/lima-kasus-merek-terkenal-di-pengadilan-indonesia/

Jurnal Ius Constituendum | Volume 5 Nomor 1 April 2020 65

Anda mungkin juga menyukai