Anda di halaman 1dari 22

HUKUM BISNIS

Hak atas Kekayaan Intelektual


Waralaba, Merek, dan Indikasi Geografis

Nindi Catur Sekadini (1217217027)


Firandri Oktama
Nanda

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
PENDAHULUAN

Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu
hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.
Menurut UU yang telah disahkan oleh DPR-RI pada tanggal 21 Maret 1997, HaKI
adalah hak-hak secara hukum yang berhubungan dengan permasalahan hasil
penemuan dan kreativitas seseorang atau beberapa orang yang berhubungan dengan
perlindungan permasalahan reputasi dalam bidang komersial (commercial reputation)
dan tindakan / jasa dalam bidang komersial (goodwill).
Dengan begitu obyek utama dari HaKI adalah karya, ciptaan, hasil buah
pikiran, atau intelektualita manusia. Kata “intelektual” tercermin bahwa obyek
kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran
manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3). Setiap manusia
memiliki memiliki hak untuk melindungi atas karya hasil cipta, rasa dan karsa setiap
individu maupun kelompok.
Kita perlu memahami HaKI untuk menimbulkan kesadaran akan pentingnya
daya kreasi dan inovasi intelektual sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh setiap
manusia, siapa saja yang ingin maju sebagai faktor pembentuk kemampuan daya
saing dalam penciptaan Inovasi-inovasi yang kreatif. Pada makalah ini kelompok
kami akan membahas mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual Waralaba, Merek dan
Indikasi Geografis
.

TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep Hak atas Kekayaan Intelektual Waralaba.
2. Untuk mengetahui konsep Hak atas Kekayaan Intelektual Merek.
3. Untuk mengetahui konsep Hak atas Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis.
PEMBAHASAN

I. Hak atas Kekayaan Intelektual Waralaba

Waralaba pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam


rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Waralaba bukanlah sebuah
alternatif melainkan salah satu cara yang sama kuatnya dan strategsinya dengan
cara konvensional dalam mengembangkan usaha. Konsep bisnis waralaba
akhir-akhir ini telah menjadi salah satu pusat perhatian sebagai bentuk
terobosan pengembangan usaha. Mengingat usaha yang diwaralabakan adalah
usaha-usaha yang telah teruji dan sukses dibidangnya, sehingga dianggap dapat
“menjamin” mendatangkan keuntungan, faktor ini yang kemudian menjadi
“magnet” untuk menarik animo masyarakat secara luas.

Waralaba bukanlah suatu industri baru bagi Indonesia, legalitas


yuridisnya sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1997 dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah RI No.16 Tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 tentang
Waralaba, yang disusul dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 259/MPP/Kep/7/1997 tanggal 30 Juli
1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha
Waralaba. Peraturan ini kemudian dirubah dengan Peraturan Pemerintah
Republik Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba dan Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang
Penyelenggaraan Waralaba. Namun menurut Gunawan Widjaja pengaturan
mengenai waralaba di Indonesia tidaklah seketat di negara-negara lain, seperti
di Amerika Serikat, yang mengatur waralaba dalam berbagai peraturan
perundang-undangan.

A. Pengertian Waralaba
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Nomor 42 Tahun 2007
tentang Waralaba menyebutkan bahwa waralaba adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa
yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan
oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Lebih lanjut Pasal 3
menegaskan bahwa salah satu kriteria waralaba adalah Hak Kekayaan
Intelektual yang telah terdaftar, yang dimaksud dengan Hak Kekayaan
Intelektual yang telah terdaftar tersebut adalah Hak Kekayaan Intelektual
yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan rahasia
dagang, sudah didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam
proses pendaftaran di instansi yang berwenang.
Waralaba dalam perspektif Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu
pemberian lisensi atau hak untuk memanfaatkan, menggunakan secara
bersama-sama dua jenis Hak Kekayaan Intelektual tertentu, yaitu Merek
(termasuk merek dagang, merek jasa dan indikasi asal) dan Rahasia
Dagang. Hak pemanfaatan dan penggunaan kedua jenis Hak Kekayaan
Intelektual tersebut tidak dapat dipisahkan.

B. Tata Cara dan Persyaratan Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran


Usaha Waralaba.
Berikut adalah tata cara dan persyaratan penerbitan Surat Tanda
Pendaftaran Usaha Waralaba
1. Mengisi Daftar Isian Permohonan STPUW paling lambat 30 hari kerja
terhitung sejak tanggal berlakunya perjanjian.
2. Daftar isian permohonan STPUW yang telah diisi dan ditandatangani
oleh Penerima Waralaba atau kuasanya diatas kertas bermaterai,
diserahkan kepada pejabat penerbit STPUW dengan dilampirkan :
a. Copy KTP
b. Copy Izin Usaha Departemen/Intansi Teknis
c. Copy TDP
d. Copy Perjanjian Waralaba
e. Copy Keterangan tertulis(Prospektus usaha) Pemberi Waralaba
f. Copy Surat Keterangan Legalitas Usaha Pemberi Waralaba
3. Copy dokumen harus disertakan dokumen asli dan STPUW setelah
selesai pemeriksaan mengenai keabsahannya.
4. Pejabat Penerbit STPUW menerbitkan STPUW jika Daftar Isian
STPUW lengkap dan benar, paling lambat 5 hari.
5. Pejabat Penerbit STPUW membuat surat penolakan jika Daftar Isian
STPUW dinilai belum lengkap dan benar, paling lambat 5 hari kerja.

II. Hak atas Kekayaan Intelektual Merek

Merk adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,


angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan dipergunakan dalam kegiatan perdagangan barang
dan jasa. Merek bisa jadi merupakan bentuk perlindungan HKI yang paling
dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Barang atau jasa apapun yang kita
butuhkan, lebih sering kita sebut dengan nama dagangnya ketimbang nama
generiknya. Merek - atau juga biasa dikenal dengan istilah brand - adalah
penanda identitas dari sebuah produk barang atau jasa yang ada dalam
perdagangan. Namun tidak hanya sebagai identitas semata, merek juga berperan
penting mewakili reputasi tidak hanya produknya, namun juga penghasil dari
produk barang/jasa yang dimaksud. Tak heran jika branding menjadi bagian
yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk/jasa.
A. Pengertiaan Hak Merek
Hak Merek adalah bentuk perlindungan HKI yang memberikan hak
eksklusif bagi pemilik merek terdaftar untuk menggunakan merek tersebut
dalam perdagangan barang dan/atau jasa, sesuai dengan kelas dan jenis
barang/jasa untuk mana merek tersebut terdaftar.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15/2001 pasal 1 ayat 1, hak
merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa.
B. Jenis-Jenis Merek

Jenis-jenis merek terdiri dari :


 Merek Dagang
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.
 Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis
lainnya.
 Merek Kolektif
Merek Kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa
dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa
orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan
dengan barang atau jasa sejenis lainnya.

Selain itu terdapat pula hak atas merek, yaitu hak khusus yang
diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum
Merek untuk jangka waktu tertentu, menggunakan sendiri merek tersebut
atau memberi izin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk menggunakannya. Dengan terdaftarnya
suatu merek, maka sudah dipatenkan bahwa nama merek yang sama dari
produk/jasa lain tidak dapat digunakan dan harus mengganti nama
mereknya.

C. Pihak Yang Berhak Mendaftarkan Merek

Satu konsep yang harus dipahami dalam sistem perlindungan merek


- khususnya yang berlaku di Indonesia - adalah bahwa sejatinya istilah
yang tepat bukanlah "pemilik merek", melainkan "pemilik/pemegang hak
atas merek terdaftar", karena sang pemilik hak tersebut memperoleh
haknya melalui klaimnya dalam bentuk pendaftaran ke DJHKI. Suatu
merek bebas dipergunakan - bukan dimiliki - oleh siapa saja, sampai ada
orang yang mengklaim hak eksklusif atas merek tersebut melalui
pendaftaran.
Prinsip first to file yang dianut dalam sistem perlindungan Merek di
Indonesia membuat siapapun - baik perorangan maupun badan hukum -
yang pertama kali mendaftarkan suatu merek untuk kelas dan jenis
barang/jasa tertentu, dianggap sebagai pemilik hak atas merek yang
bersangkutan untuk kelas dan jenis barang/jasa tersebut.
Ini didukung pula dengan adanya pernyataan tertulis yang harus
dibuat oleh si pemohon pendaftaran merek dan diajukan bersamaan dengan
pengajuan permohonan, di mana isinya menyatakan bahwa benar dirinya
adalah pemilik hak atas merek tersebut, dan untuk itu berhak mengajukan
pendaftaran atas merek yang dimaksud.

D. Waktu Untuk Mendaftarkan Merek


Tidak seperti Paten atau Hak Cipta, perlindungan Merek Terdaftar
tidak mempersyaratkan baik "kebaruan (novelty)" ataupun "keaslian
(originality)". Dengan demikian suatu merek yang sudah dipergunakan
secara luas selama bertahun-tahun tetap masih bisa didaftar, sepanjang
memang tidak memiliki persamaan baik secara keseluruhan maupun pada
pokoknya dengan merek milik pihak lain yang telah lebih dahulu didaftar
atau diajukan permohonan pendaftarannya.
Hal ini tidak berarti pendaftaran merek tidak time-sensitive sama
sekali. Merek juga menganut prinsip first to file, sehingga kelalaian
seseorang untuk mendaftarkan suatu merek untuk barang/jasa yang ia
perdagangkan bisa berakibat ia keduluan oleh orang lain mendaftarkan
merek yang sama/mirip untuk barang/jasa sejenis, sehingga ia bisa
kehilangan hak untuk mempergunakan mereknya sendiri yang sudah ia
pergunakan lebih dahulu.

E. Tata Cara Pendaftaran Merek

Berikut adalah tata cara pendaftaran merek :

1. Penelusuran Merek

Cari tahu mengenai merek yang akan didaftarkan. Menelusuri sebuah


merek dagang adalah hal yang harus dilakukan pertama kali., sebelum
melakukan pendaftaran merek dagang. Hal ini sangat penting untuk
menghindari penolakan pihak terkait ketika hendak mendaftarkan
merek dagang. Penelusuran bisa dilakukan lewat bantuan Google, atau
dengan bertanya langsung pada pihak terkait yang menangani masalah
ini.

2. Persyaratan Pengajuan Permohonan


Setelah mengujungi website www.dgip.go.id untuk pendaftaran merek,
siapkan persyaratan untuk mendaftarkan merek. Berikut beberapa
persyaratan yang biasanya diminta untuk registrasi merek:
• Pemohon mengisi biodata seperti Nama, Alamat dan
Kewarganegaraan
• Menyiapkan 30 Contoh merek berukuran maksimal 9x9cm ,
minimal 2x2 cm
• Menyiapkan daftar barang atau jasa yang diberi merek
• Surat pernyataan kepemilikan dari pemohon
• Surat Kuasa
• Fotokopi KTP Pemohon
• Fotokopi NPWP

3. Prosedur Pendaftaran Merk


Prosedur pendaftaran merek terbagi dua, yaitu pengajuan merek oleh
pemohon langsung (mengisi formulir pendaftaran, surat keteragan
usaha UMKM, etiket merek, surat kuasa khusus, bukti pembayaran
pendaftaran merek dan bukti penerimaan permintaan pendaftaran
merek) dan melalui proses verifikasi yang dilakukan oleh Ditjen HKI.
4. Pemeriksaan Formalitas dan Pemeriksaan Substantif
Pemeriksaan Formalitas Pertama adalah diperiksanya kelengkapan
persyaratan registrasi merek tertentu. Pastikan bahwa persyaratan yang
diminta oleh Ditjen HKI sudah dilengkapi, karena jika ada yang
kurang maka pihak Ditjen HKIakan meminta kelengkapannya dalam
waktu 2 bulan sejak surat permintaan pertama diterima. Kemudian
pemeriksaan substantif yaitu dalam jangka waktu 1 bulan, terhitung
sejak tanggal penerimaan permohonan registrasi merek tersebut
diterima oleh Ditjen HKI. Pemeriksaan substantif dilakukan selama 9
bulan.
5. Pengajuan Keberatan
Setelah disetujui, 10 hari setelahnya Ditjen HKI akan mengumumkan
permohonan tersebut dalam sebuah berita resmi merek selama 3 bulan.
Apabila pihak pemohon keberatan maka bisa mengajukan secara
tertulis ke Ditjen HKI paling lama 2 bulan sejak tanggal penerimaan
salinan keberatan.
6. Pemeriksaan Kembali
Ditjen HKI akan melakukan pemeriksaan kembali terhadap pemohon
yang mengajukan keberatan dan diselesaikan paling lama 2 bulan. Jika
tidak ada masalah dalam waktu 30 hari Ditjen HKI akan menerbitkan
dan memberikan Sertifikat Merek kepada pemohon.

F. Merek Yang Tidak Boleh Didaftarkan


Suatu Merek tidak dapat didaftar apabila:
 Pendaftarannya dilandasi dengan itikad buruk. Katakanlah seorang
pengusaha ayam goreng mendaftarkan merek CIPUTAT FRIED
CHICKEN di kelas dan jenis barang-barang hasil olahan daging ayam.
Jika ada pengusaha lain yang mencoba mendaftarkan merek yang sama
untuk kelas dan jenis jasa restoran dengan niatan untuk menghalangi
pengusaha pertama, maka pendaftaran ke dua bisa dianggap dengan
itikad tidak baik dan dengan demikian semestinya tidak dapat didaftar;
 Bertentangan dengan perundang-undangan, moralitas agama,
kesusilaan atau ketertiban umum. Salah satu contohnya adalah merek
Buddha Bar yang kemudian dibatalkan karena dianggap bertentangan
dengan agama;
 Tidak memiliki daya pembeda, misalnya tanda tanya "?" atau huruf
balok tunggal "K" dalam perwujudan yang biasa/lazim. Namun tanda
tanya "?" yang diberi ornamen seperti pada logo Guess, atau huruf
tunggal "K" yang ditampilkan dalam tata artistik tertentu seperti pada
logo Circle-K, bisa didaftar;
 Telah menjadi milik umum, seperti tanda tengkorak bajak laut atau
palang seperti pada palang merah. Namun jika diberi ornamen
tambahan seperti tengkorak pada logo Skullcandy atau palang pada
logo Swiss Army, bisa didaftar;
 Menerangkan barang/jasanya itu sendiri. Apple tidak dapat didaftarkan
sebagai merek untuk buah-buahan, tapi bisa didaftar untuk merek
produk elektronik.

Selain itu pendaftaran suatu merek juga harus ditolak oleh DJHKI jika
merek yang akan didaftar mempunyai persamaan baik keseluruhan maupun
pada pokoknya dengan:
 Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang/jasa yang sejenis. Ketika
A sudah memiliki merek terdaftar GEULIS untuk jenis barang pakaian
jadi, pendaftaran GEULIS, GEULEES, atau GAULIES oleh B pada
jenis barang pakaian jadi akan ditolak;
 Merek terkenal milik pihak lain. Kriteria baku merek terkenal
sebenarnya belum diatur secara resmi dalam Peraturan Pemerintah.
Biasanya penentuan apakah suatu merek dapat dianggap terkenal atau
tidak dilihat dari adanya pendaftaran di sejumlah negara; atau
 Indikasi geografis yang sudah dikenal. Kintamani misalnya, tidak
dapat didaftar sebagai merek untuk kopi, karena sudah ada indikasi
geografis Kopi Kintamani. Demikian pula Parmigiana Reggiano untuk
keju dan olahan susu, atau Champagne untuk minuman beralkohol;

Di samping itu pendaftaran juga harus ditolak jika merek:


 Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama
badan hukum milik orang lain kecuali sudah ada persetujuan;
 Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,
bendera, lambang, simbol, atau emblem negara, lembaga nasional, atau
lembaga internasional kecuali sudah ada persetujuan; atau
 Merupakan tiruan atau menyerupai tanda, cap atau stempel resmi yang
digunakan negara atau lembaga pemerintah, kecuali sudah ada
persetujuan tertulis.

III. Hak atas Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis


A. Pengertian Indikasi Geografis

Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah


asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan
geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua
faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu
pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.
Tanda yang digunakan sebagai Indikasi Geografis dapat berupa
etiket atau label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. Tanda
tersebut dapat berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar,
huruf, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut.

B. Pihak Yang Mengajukan Permohonan Pendaftaran Indikasi


Geografis

Permohonan pendaftaran Indikasi Geografis diajukan oleh:


 Lembaga yang mewakili masyarakat di kawasan geografis tertentu
yang mengusahakan suatu barang dan/atau produk berupa:
(1). sumber daya alam;
(2). barang kerajinan tangan; atau
(3). hasil industri.
 Pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota.

C. Pemakai Indikasi Geografis


Pemakai Indikasi Geografis adalah pihak yang mendapat izin dari
pemegang Hak atas Indikasi Geografis yang terdaftar untuk mengolah
dan/atau memasarkan barang dan/atau produk Indikasi Geografis.

D. Dokumen Deskripsi Indikasi Geografis

Dokumen Deskripsi Indikasi Geografis adalah suatu dokumen


yang memuat informasi, termasuk reputasi, kualitas, dan karakteristik
barang dan/atau produk yang terkait dengan faktor geografis dari barang
dan/atau produk yang dimohonkan Indikasi Geografisnya.

E. Manfaat perlindungan Indikasi Geografis


Manfaat perlindungan Indikasi Geografis adalah:
 Memperjelas identifikasi produk dan menetapkan standar produksi dan
proses diantara para pemangku kepentingan Indikasi Geografis;
 Menghindari praktek persaingan curang, memberikan perlindungan
konsumen dari penyalahgunaan reputasi Indikasi Geografis;
 Menjamin kualitas produk Indikasi Geografis sebagai produk asli
sehingga memberikan kepercayaan pada konsumen;
 Membina produsen lokal, mendukung koordinasi, dan memperkuat
organisasi sesama pemegang hak dalam rangka menciptakan,
menyediakan, dan memperkuat citra nama dan reputasi produk;
 Meningkatnya produksi dikarenakan di dalam Indikasi Geografis
dijelaskan dengan rinci tentang produk berkarakater khas dan unik;
 Reputasi suatu kawasan Indikasi Geografis akan ikut terangkat, selain
itu Indikasi Geografis juga dapat melestarikan keindahan alam,
pengetahuan tradisional, serta sumberdaya hayati, hal ini tentunya
akan berdampak pada pengembangan agrowisata.

F. Indikasi Geografis Yang Tidak Dapat Didaftarkan


Permohonan Indikasi Geografis tidak dapat didaftar jika:
 Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,
moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum;
 Menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai reputasi,
kualitas, karakteristik, asal sumber, proses pembuatan barang, dan atau
kegunaannya; dan
 Merupakan nama yang telah digunakan sebagai varietas tanaman dan
digunakan bagi varietas tanaman yang sejenis, kecuali ada
penambahan padanan kata yang menunjukkan faktor indikasi geografis
yang sejenis.

G. Jangka Waktu Pelindungan Indikasi Geografis


Indikasi Geografis dilindungi selama terjaganya reputasi, kualitas,
dan karakteristik yang menjadi dasar diberikannya pelindungan Indikasi
Geografis pada suatu barang.

H. Tata Cara Pendaftaran Indikasi Geografis

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007 Tentang Indikasi


Geografis mengenai prosedur pendaftaran. Dengan diberlakukannya PP.
51 Tahun 2007 pada tanggal 4 September 2007 sebagai aturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 yang mengatur
perlindungan Indikasi-Geografis maka hal tersebut telah membuka jalan
untuk bisa didaftarkannya produk-produk Indikasi Geografis di tanah air.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007 memuat ketentuan-ketentuan
mengenai tatacara pendaftaran Indikasi-Geografis adapun tahap tatacara
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Tahap Pertama : Mengajukan Permohonan
Setiap Asosiasi, produsen atau organisasi yang mewakili produk
Indikasi Geografis dapat mengajukan permohonan dengan memenuhi
persyaratan–persyaratan yaitu dengan melampirkan :
 Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh
Pemohon atau melalui Kuasanya dengan mengisi formulir dalam
rangkap 3 (tiga) kepada Direktorat Jenderal;
 Surat kuasa khusus, apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa;
 Bukti pembayaran biaya
 Buku Persyaratan yang terdiri atas:
 Nama Indikasi-geografis dimohonkan pendaftarannya;
 Nama barang yang dilindungi oleh Indikasi-geografis;
 Uraian mengenai karakteristik dan kualitas yang membedakan
barang tertentu dengan barang lain yang memiliki kategori
sama, dan menjelaskan tentang hubungannya dengan daerah
tempat barang tersebut dihasilkan;
 Uraian mengenai lingkungan geografis serta faktor alam dan
faktor manusia yang merupakan satu kesatuan dalam
memberikan pengaruh terhadap kualitas atau karakteristik dari
barang yang dihasilkan;
 Uraian tentang batas -batas daerah dan/atau peta wilayah yang
dicakup oleh Indikasi-geografis;
 Uraian mengenai sejarah dan tradisi yang berhubungan dengan
pemakaian Indikasi-geografis untuk menandai barang yang
dihasilkan di daerah tersebut, termasuk pengakuan dari
masyarakat mengenai Indikasi-geografis tersebut;
 Uraian yang menjelaskan tentang proses produksi, proses
pengolahan, dan proses pembuatan yang digunakan sehingga
memungkinkan setiap produsen di daerah tersebut untuk
memproduksi, mengolah, atau membuat barang terkait;
 Uraian mengenai metode yang digunakan untuk menguji
kualitas barang yang dihasilkan; dan
 Label yang digunakan pada barang dan memuat Indikasi-
geografis.
 Uraian tentang batas-batas daerah dan/atau peta wilayah yang
dicakup oleh Indikasi-geografis yang mendapat rekomendasi dari
instansi yang berwenang.

2. Tahap Kedua : Pemeriksaan Administratif


Pada tahap ini pemeriksa melakukan pemeriksaan secara cermat dari
permohonan untuk melihat apabila adanya kekurangan-kekurangan
persyaratan yang diajukan. Dalam hal adanya kekurangan Pemeriksa
dapat mengkomunikasikan hal ini kepada pemohon untuk diperbaiki
dalam tenggang waktu 3 (tiga) bulan dan apabila tidak dapat diperbaiki
maka permohonan tersebut ditolak.

3. Tahap Ketiga : Pemeriksaan Substansi


Pada tahap ini permohonan diperiksa. Permohonan Indikasi geografis
dengan tipe produk yang berbeda-beda, Tim Ahli yang terdiri dari para
pemeriksa yang ahli pada bidangnya memeriksa isi dari pernyataan-
pernyataan yang yang telah diajukan untuk memastikan kebenarannya
dengan pengkoreksian, setelah dinyatakan memadai maka akan
dikeluarkan Laporan Pemeriksaan yang usulannya akan disampaikan
kepada Direktorat Jenderal. Dalam Permohonan ditolak maka
pemohon dapat mengajukan tanggapan terhadap penolakan tersebut,
Pemeriksaan substansi dilaksanakan paling lama selama 2 Tahun.
4. Tahap Keempat : Pengumuman
Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari sejak tanggal
disetujuinya Indikasi-geografis untuk didaftar maupun ditolak,
Direktorat Jenderal mengumumkan keputusan tersebut dalam Berita
Resmi Indikasi-geografis selama 3 (tiga) bulan. Pengumuman akan
memuat hal-hal antara lain: nomor Permohonan, nama lengkap dan
alamat Pemohon, nama dan alamat Kuasanya, Tanggal Penerimaan,
Indikasi-geografis dimaksud, dan abstrak dari Buku Persyaratan.

5. Tahap Ke Lima : Oposisi Pendaftaran.


Setiap orang yang memperhatikan Berita Resmi Indikasi geografis
dapat mengajukan oposisi dengan adanya Persetujuan Pendaftaran
Indikasi Geografis yang tercantum pada Berita Resmi Indikasi
Geografis. Oposisi diajukan dengan membuat keberatan disertai
dengan alasan-alasannya dan pihak pendaftar / pemohon Indikasi
geografis dapat mengajukan sanggahan atas keberatan tersebut.

6. Tahap Ke Enam : Pendaftaran Terhadap Permohonan


Indikasi Geografis yang disetujui dan tidak ada oposisi atau sudah
adanya keputusan final atas oposisi untuk tetap didaftar. Tanggal
pendaftaran sama dengan tanggal ketika diajukan aplikasi. Direktorat
Jenderal kemudian memberikan sertifikat Pendaftaran Indikasi
Geografis, Sertifikat dapat diperbaiki apabila terjadi kekeliruan.

7. Tahap Ketujuh: Pengawasan terhadap Pemakaian Indikasi-Geografis


Pada Tahap ini Tim Ahli Indikasi-geografis mengorganisasikan dan
memonitor pengawasan terhadap pemakaian Indikasi-geografis di
wilayah Republik Indonesia. Dalam hal ini berarti bahwa Indikasi
Geografis yang dipakai tetap sesuai sebagaimana buku persyaratan
yang diajukan.
8. Tahap Kedelapan : Banding
Permohonan banding dapat diajukan kepada Komisi Banding Merek
oleh Pemohon atau Kuasanya terhadap penolakan Permohonan dalam
jangka waktu 3 (tiga Bulan) sejak putusan penolakan diterima dengan
membayar biaya yang telah ditetapkan.

KASUS

Kasus merek khususnya di Indonesia banyak terjadi dalam bidang industri.


Salah satu adalah sengkera Sepeda Motor Tossa Krisma dengan Honda Karisma.
Kasus ini berawal dari kesalahan penemu merek. Jika dilihat secara seksama merek
antara Krisma dan Karisman memiliki penyebutan kata yang sama. Tossa krisma di
produksi oleh PT. Tossa Sakti, sedangkan Karisma di produksi oleh PT. Astra Honda
Motor. PT. Tossa Sakti tidak dapat membandingkan dengan PT. Astra Honda Motor,
karena PT. Astra Honda Motor perusahaan yang mampu meperoduksi 1.000.000 unit
sepeda dalam tiap tahunnya. Sedangkan PT. Tossa Motor pada waktu itu tidak banyak
konsumen yang mengetahuinya perusahaan tersebut hanya berada di Jawa Tengah
dan bebrapa unit di Jakarta tidak sama dengan halnya PT. Astra Honda Motor yang
kian meluber di seluruh Indonesia.
Permaslahan kasus ini tidak ada hubungannya dengan pemproduksian, akan
tetapi permasalahnya penggunaan merek yang di gunakan oleh PT. Astra Honda
Motor dengan merek Karisma. Gunawan Candra sebagai pemilik merek krisma
mengajukan gugatan ke PT. Astra Honda Motor atas merek tersebut. Menurut
Gunawan candra (PT. Tossa Sakti) PT. Astra Honda Motor telah menggunakan merek
tersebut dan tidak sesuai dengan yang terdaftar di Direktorat Merek Dirjen HKI dan
KEMENKUMHAM bahkan PT. Astra Honda Motor diduga telah menggunakan
merek tidak sesuai dengan prosedur karena aslinya huruf karisma di desain dengan
huruf balok dan berwarna hitam putih, sedangkan pada kenyataannya PT Astra Honda
Motor memproduksi motornya dengan merek Karisma.
Akhirnya pemohonan Gunawan Candra dikabulkan oleh pengadilan niaga
akan tetapi PT. Astra Honda Motor tidak menerima keputusan tersebut bahkan
mengajukan keberatan melalui kasasi ke Mahkamah Agung dan hasil persidangan
tersebut Pihak PT. Tossa Sakti atau gunawan Candra memenangkan perkara ini.
dalam hal ini, PT. Astra Honda Motor DIKENAKAN PASAL 61 DAN 63 UU NO 15
TAHUN 2001 tentang merek sebagai sarana penyelundupan. dan hal ini
menyebabkan penurunan Honda karisma dan pengaruh sikologis terhadap konsumen
dari dampak tersebut PT. Astra Honda Motor telah mencabut merek Karisma dan
menggantikan dengan desain baru yaitu Honda Supra X dengan bentuk hampir serupa
dengan Honda Karisma.
DAFTAR PUSTAKA

http://franchise-info.web.id/hak-kekayaan-intelektual/
https://www.kompasiana.com/ninukriah/58528820727e61ca59183ab5/kasus-pt-
tossa-sakti-dan-pt-astra-honda-motor-dalam-hak-merek

http://www.dgip.go.id/

https://www.google.com/amp/s/dhiasitsme.wordpress.com/2012/03/31/hak-
atas-kekayaan-intelektual-haki/amp/

Anda mungkin juga menyukai