PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan perekonomian di Indonesia dari tahun ke tahun semakin maju, hal ini
diketahui melalui banyaknya pengusaha yang mendaftarkan usahanya. Dalam dunia perdagangan
dikenal mengenai Hak Kekayaan Intelektuan atau lebih dikenal dengan HAKI. Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan suatu peraturan kepada seseorang atau
sekelompok orang atas karya ciptanya. Dilihat dari perkembangan hak kekayaan intelektual di
tanah air, system hukum Intellectual Property Rights (IPR) pertama kali diterjemahkan menjadi
hak milik intelektual, kemudian menjadi hak milik atas kekayaan intelektual. Istilah yang umum
dan lazim dipakai sekarang adalah hak kekayaan intelektual yang disingkat HKI.
Hal ini sejalan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-
Pendayagunaan Aparatur Negara, dalam surat Nomor 24/M/PAN/1/2000 istilah Hak Kekayaan
Intelektual (tanpa Atas) dapat disingkat HKI atau akronim HaKI telah resmi dipakai. Jadi bukan
lagi Hak Atas Kekayaan Intelektual (dengan “Atas”). Surat Keputusan Menteri Hukum dan
Perundang undangan tersebut didasari pula dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 144 Tahun 1998 tanggal 15 September 1998, tentang perubahan nama Direktorat
Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek berubah menjadi Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan
Intelektual(Ditjen HAKI) kemudian berdasar pada Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000
memiliki peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang atau jasa.
Merek memiliki nilai yang strategis dan penting baik bagi produsen maupun konsumen. Bagi
produsen, merek selain untuk membedakan produknya dengan produk perusahaan lain yang
sejenis, juga dimaksudkan untuk membangun citra perusahaan dalam pemasaran. Bagi
konsumen, merek selain mempermudah pengindentifikasian juga menjadi simbol harga diri.
Masyarakat yang sudah terbiasa dengan pilihan barang dari merek tertentu, cenderung untuk
menggunakan barang dengan merek tersebut seterusnya dengan berbagai alasan seperti karena
sudah mengenal lama, terpercaya kualitas produknya, dan lain – lain sehingga fungsi merek
sebagai jaminan kualitas semakin nyata.1 Mengingat merek mempunyai peran yang sangat
penting dalam perdagangan barang atau jasa, pengaturan tentang merek dalam sistem hukum
Secara sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merek. Namun jika
dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda yaitu benda tidak berwujud (benda
imateriil). Merek yang merupakan salah satu bentuk Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan
mempunyai peranan penting karena merupakan dasar dari sebuah produk dan jasa yang
diperdagangkan. Sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial
Pengaturan mengenai Hak Kekayaan Intelektual telah diatur di Indonesia Sendiri serta
mempunyai Undang-Undang sendiri, seperti Pengaturan Mengenai Hak Cipta Terdapat dalam
Undnag-Undang Nomor 28 Tahun 2014, pengaturan mengenai Hak Paten tercantum dalam
Undnag-Undang Nomor 3 Tahun 2016 tentang Paten, dan pengaturan mengenai Merek terdapat
1
Muhamad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2006, hlm.78
dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dimana telah diubah menjadi
2016 pengganti Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang merek, dimana terdapat berbagai
macam merek. Pengertian dari merek sendiri terdapat dalam Pasal 1 Ayat (1), yakni:
“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara drafis berupa gambar, logo,
nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau
3 (tiga) dimensi, suara, hologram atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur
tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau
badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa..”
Terdapat beberapa macam merek yang terdapat dalam undang-undang tentang merek,
diantaranya ;2
a. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
b. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
c. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum
secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya
yanglebih dikenal masyarakat, tetapi daya beli masyarakat yang memilih barang dan jasa yang
bernilai ekonomis walaupun mereka menyadari bahwa barang dan jasa tersebiut merupakan
palsu dan kualitasnya tidak sebaik yang asli. Hal ini menyebabkan peluang bagi para pengusaha
2
Pasal 1 Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat (4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek YANG TELAH
DIUBAH MENJADI Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek, Lembaran Negara Nomor 110,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4131.
yang mempunyai itikad tidak baik untuk membuat barang atau jasa denagan menggunakan
merek terkenal dan dimodifikasi sendiri serta mendaftarkan sebagai merek produk pengusaha
tersebut. Hal tersebut menyebabkan kerugian bagi pemilik dari merek yang terkenal karena hak
Adaya merek dapat menjadi pembeda dalam persaingan usaha yang tidak sehat karena
dengan adanya merek dapat dibedakan barang atau jasa yang sejenis, serta jaminan akan kualitas
bahwa barang atau jasa tersebut asli.3 Dengan adanya merek perusahaan dapat membuat suatu
karakter diri pada produk yang dijualnya dan dapat membentuk reputasi yang baik bagi
bisnisnya. Oleh karena itu, setiap perusahaan atau pemilik merek lebih cenderung atau giat untuk
mencegah baik orang maupun perusahaan lain untuk menggunakan merek tersebut dalam produk
yang dijual oleh nereka. Perlakuan pemilik merek untuk mencegah pemakai mereknya
merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena mengingat dalam membangun sebuah
merek memerlukan biaya yang tidak sedikit serta jangka waktu yang lama selain itu juga
berkaitan dengan kepercayaan yang diberikan konsumen. Karena merek yang terkenal telah
Hal ini yang menyebabkan pemanfaatan atas merek tersebut baik oleh pemalsu dengan
sebagian maupun seluruhnya. Apa yang dilakukan pemalsu ini tentu saja sangat menganggu dan
Keadaan ini akan menyebabkan setiap upaya apapun terhadap pembatalan pendaftaran
merek yang terbukti telah meniru merek yang digunakannya hingga mengajukan gugatan ke
3
Ok Sadikin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right, cetakan ke empat, Raja
Grafindo Persada, Jakata, 2004, hlm 359
pengadilan. Berkaitan dengan perlindungan merek, sebuah perusahaan tidak akan berkembang
baik jika tidak adanya perlindungan hukum yang kuat untuk merek yang ditiru oleh pihak lain.
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang diubah menjadi Undnag-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek. Merek sebagai aset perusahaan akan dapat menghasilkan keuntungan besar
bila didayaguakan dengan memperhatikan aspek bisnis dan pengelolaan manajemen yang baik.
Dengan demikian pentingnya peranan merek ini maka terhadap perlu diletakkan perlindungan
hukum yakni sebagai obyek yang terhadapnya terkait hak-hak perseorangan atau badan hukum.
tentang Merek bertujuan untuk lebih memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas
merek dagang. Merek yang didaftarkan bukan hanya makanan saja tetapi juga bahan dasar yang
lain seperti kopi. Kopi menjadi pemikat bagi masyarakat, tua maupun muda. Hal ini yang
mendasari CV. Linggar Sentosa yang berkedudukan di Kabupaten Gresik untuk mendaftarkan
merek kopinya yang bernama CR 1. CV. Linggar Sentosa ini bergelut pada bidang makanan dan
minuman. Yang menjadi andalannya yakni kopi bubuk yang dikenal dengan CR 1. Pengiriman
kopi CR 1 ini tidak hanya dalam Kabupaten Gresik saja tetapi kota-kota sekitarnya menjadi
pelanggan kopi CR 1 ini, salah satunya Kota Malang. Seiring dengan perkembangnya waktu
Indutri Kopi CR1 mengetahui bahwa adanya kecurangan mengenai produknya dimana adanya
penjualan produk kopi milik CR.1 diakui menjadi produk pihak lain. Hal ini merupakan tindakan
yang merugikan bagi Industri Kopi CR1 dan dapat menurunkan omset milik Industrinya.
Pendaftaran merek dilakukan untuk mencapai perlindungan bagi pemegang merek hal ini
menjadi dasar mengenai apakah perlindungan hukum bagi pemegang merek sudah maksimal
ataukah belum. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas , maka penulis tertarik
mengangkat ke dalam penelitian dengan judul EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM
GRESIK (Studi pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 dan di Industri Kopi
CR 1 di Kabupaten Gresik)
n dan Asal
Instansi
1. 2015 Cindy Singke 1. What kind Yang
Kurniawa Colour of colour mmebedak
n, Hukum As can be an
Ekonomi Tradem registered penelitian
dan ark In as ini dengan
Bisnis, Several trademark penelitian
Fakultas Juristidt according yang
Hukum, ion to TRIPs? dilakukan
Universit (United 2. How does penulis
as Katolik State of colour as adalah
Indonesia America trademark salah satu
Atma , regulated in merek
Jaya Indonesi USA, yakni
a, and Indonesia, merek kopi
United UK ? CR.1,
Kingdo dimana
m merupakan
buatan asli
Indonesia,
sedangkan
dalam
penelitiany
ang
disebutkan
merupakan
pembangin
gan antara
Indonesia
dengan
Amerika.
2 2017 Annisa Tinjauan 1. Mengapa Yang
Lintang Yuridis Single single membedakan
Hapsari, Colour Sebagai colour adalah bahwa
Hukum Merek (Studi sebagai penelitian
Perdata, Perbandingan merek perlu tersebut
Fakultas Ketentuan dilindungi membandingka
Hukum Hukum tentng di n anatar kedua
Universit Merek di Indonesia? Negara
as Indonesia dan 2. Bagaimana sedangkan
Brawijaya Singapura) perbndingan penelitian
bentuk peniulis
perlindunga merupakan
n hukum peneitian
single merek
colour Indonesia.
menurut
ketentuan
hukum
merek di
Indonesia
dan menurut
ketentuan
hukum
merek di
Singapura?
3 2016 Dynda Urgensi dan 1. Bagaimana Yang
Fanisha, Dasar urgensi dan membedak
Hukum Pemikiran dasar an
Ekonomi Hukum “suara” pemikiran penelitian
dan Sebagai Unsur hukum yang penulis
Bisnis, Merek Dagang memungkin dengan
Fakutas (Suatu TInjauan kan suara penelitian
Hukum Yuridis sebagai ini adalah
Universit Komparatif bagian perbedaan
as Antara Undang- unsur dari merek
Brawijaya Undang Merek merek di dagang
Indonesia dan Indonesia? dimana
Singapura 2. Bagaimana penelitian
perbandinga ini “suara”
n sebagai
pengaturan merek
suara dagang
sebagai sedangkan
unsur merek dalam
menurut penelitian
Undnag- penulis
Undang merupakan
Nomor 15 suatu
Tahun 2001 produk
Tntang olahan
Merek berupa kopi
dengan yang
Peraturan menjadi
Merek di bahan
Singapura perdaganga
(Singapore n.
Treaty on
The Law of
Trademark)
?
kepada pembandingan merek anatar Indonesia dengan Negara lain. Hal ini yang membedakan
penelitian yang dilakukan penulis yakni penelitian mengenai perkembangan perlindungan merek
di Indonesia sehingga dapat menimbulkan dampai baik bagi pemegang merek agar mendapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
kopi CR 1.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat Secara teoritis diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan
untuk menambah ilmu pengetahuan hukum, khususnya berkaitan dengan merek dan
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Pemerintah
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Agar mempermudah dalam mempelajari proposal ini, maka dalam bagian ini akan
diberikan gambaran yang jelas dan terarah mengenai penyusunan proposal. Berikt ini akan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab I dalam penulisan skripsi ini, adalah berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah yang akan diteliti, tujuan dari adanya penelitian dan manfaat penelitihan ini
kedepannya.
mengkaji, membahas dan memuat argumentasi ilmiah, teori atau doktrin mengenai
tinjauan umum tentang ketertiban umum, tinjauan umum tentang penghapusan sanksi
Bab III ini berisi mengenai jenis penelitian, metode pendekatan, lokasi penelitian, jenis
data, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data dan definisi operasional.
Bab IV dalam penulisan skripsi ini berisi pembahasan terhadap fokus kajian skripsi ini
yang antara lain membahas dua permasalahan yang diangkat yaitu Bagaimana
bangunan perkotaan untuk masa pajak sampai dengan tahun 2012 di kota Malang serta
hambatan dan upaya yang dilakukan dari pelaksanaan Peraturan Walikota Malang
pembayaran pajak bumi dan bangunan perkotaan untuk masa pajak sampai dengan
BAB V: PENUTUP
Dalam Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dua permasalahan yang
terdapat dalam Bab IV yang bertuuan untuk mengetahui secara sigkat hasil penelitian
yang dilakukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Mengenai efektifitas hokum tidak terlepas dari mengkaji mengenai ketaatan manusia
terhadap hokum yang berlaku. Jika suatu aturan hukum tersebut ditaati, maka bisa
dikatakan bahwa hukum tersebut telah efektif. Namun teteap dipertanyakan lebih jauh
hukum tersebut dapat dilihat dari besarnya masyarakat yang mentaati hukum tersebut dan
kepentingan Compliance (taat karena sanksi), dan atau Identification (taat karena menjaga
hubungan baik), maka dapat dikatakan bahwa derajat ketaatannya sangat rendah dan dapat
disimpulkan bahwa suatu aturan hukum tersebut tidak efektif dimata masyarakat.
1. Bagaimana ketaatan terhadap hukum secara umum dan faktor-faktor apa yang
mempengaruhinya;
2. Bagaimana ketaatan terhadap suatu peraturan tertentu dan faktor apa saja yang
optimalisasi pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari penegak hukum, baik
perundang-undangan.
b. Perspektif Individu Ketaatan, yang lebih berfokus pada segi individu atau
Efektifitas hukum mempunyai hubungan yang erat dengan usaha yang dilakukan yaitu
hukum yang benar-benar dilakukan dalam masyarakat, artinya hukum tersebut benar-benar
berlaku secara sosiologis. Guna mewujudkannya hukum tersebut sangat tergantung pada usaha
dalam menanamkan ketentuan hukum itu sendiri. Penegakan hukum itu tidak akan terjadi apabila
tidak terdapat keseimbangan antara struktur, kultur, dan substansi terkait.Tindakan hukum
biasanya mempunyai pengaruh tertentu apabila berkaitan dengan dengan tingkah laku dengan
pihak lain yang berkepentingan. Suatu tujuan dapat terwujud dan efektif apabila telah sesuai
dengan yang diinginkan dengan tercapainya tujuan tersebut. Adanya toleransi sosial terhadap
penyimpangan hukum, antisipasi terhadap penegakan hukum dan kekebalan institusional pada
Kalsen mengajukan teori melalui efektifitas hukum yang deisebut “ principle of effectiveness”
yang menyatakan orang harus berprilaku harus menurut kaidah hukum. Apabila seseorang itu
menilai berhasil apa tidak hukum berlaku efektif sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, maka
hal tersebut bisa diukur apakah pengaruhnya berhasil mengatur sikap tidak atau perilaku tertuntu
4
Mulyana Kusumah, 1986. Perspektif, Teori, dan Kebijaksanaan Hukum, Jakarta Rajawali Hlm 27
sehingga sesuai dengan tujuan atau tidak.5 Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa efektifitas
hukum dipengaruhi prilaku warga masyarakat dalam mewujudkan hukum secara nyata sesuai
denagn maksd dan tujuan yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya hukum
terletak pada keberhasilan dalam mewujudkan hukum di masyarakat sebagai sebuah perilaku
yang sesuai dengan hukum. Hans Kelsen mengemukakan teori mengenai efektifitas hukum yakni
“principle of effectiveness” dimana teori menurut hans kelsen ini menjelsakan adanya perilaku
sesuai dengan aturan atau kaida hukum yang ada sehigga tujuan dari hukum dapat terpenuhi. 6
Ahli hukum lain yang mengemukakan mengenai efektifitas hukum adalah Soerjono Soekamto
dan Lawrence Friedman. Menurut Soerjono Soekamto dimana mengemukakan bahwa efektifitas
1. Faktor hukum, yang memandang bahwa efektifitas dapat ditinjau dari hukum
yang berlaku dimana dalam hukum tersebut memuat tujuan-tujuan hukum. tujuan
hukum yang menjadi tolak ukur bagi suatu efektifitas hukum yang berlaku.
dalam suatu lembaga yang diaksud oleh hukum dimana memiliki kewenangan dan
tugas.
3. Faktor Sarana atau Fasilitas, sarana dan prasarana bertujuan untuk menunjang
suatu hukum dan pelaksanaan dari hukum. cara untuk meningkatkan sarana
adalah Jika sarana tidak ada maka dapat memberikan sarana, Jika sarana yang
telah disediakan mengalami kerusakan maka akan dilakukan suatu perbaikan, Jika
sarana telah ada namun memiliki kekurangan maka akan ditambahkan suatu
efektifitas dari hukum dimana hukum mengatur tingkah laku masayarakat agar
berlaku.
masyarakat.
Sedangkan menurut Lawrence Friedman efektifitas hukum dibagi menjadi 3 (tiga) unsur,
yakni:
undangan yang berlaku. Dimana dalam hukum tersebut memuat tujuan hukum
2. Struktur, yang dimaksud dengan struktur yani pelaksana hukum atau peraturan
3. Kultur, yang dimaksud dengan kultur yakni budaya hukum yang berlaku
dimaksyarakat.
Hukum merupakan himpunan petunjuk dalam kehidupan, adanya suatu perintah serta
larangan yang harus dipahami, ditaati oleh seluruh masyarakat, yang dapat mempunyai
sanksi bagi pelanggar perintah atau larangan tersebut. 8 Menurut Van Vollenhoven yang
dimaksud dengan hukum adalah terjadinya suatu pergaulan hidup yang secara terus menerus
berbenturan dengan gejala yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri. 9 Menurut Undang-
8
Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hlm 8.
9
Ibid,.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (3)
yang berbunyi “Negara indonesia adalah Negara hukum” dimana Indonesia menganut atau
tunduk pada hukum tertulis. Hukum juga merupakan suatu kaidah atau kumpulan peraturan
Adanya hukum yang mengatur di Negara memiliki tujuan, yakni memberikan kepastian,
memberikan keadilan, serta memberikan perlindungan bagi warga negaranya. Terdapat 2 (dua)
1. Teori Etis
Teori Etis dikemukakan oleh Aristoteles yang termuat dalam karyanya yang berjudul
Rhetorica dan Eticha Nicomachea yang berpendapat bahwa tujuan hukum semata-mata
untuk mewujudkan suatu keadilan.12 Teori ini berpandangan bahwa hukum harus dapat
2. Teori Utilitas
Teori ini dikemukakan oleh Jeremy Bentham dimana berpandangan bahwa tujuan dari
10
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm 40.
11
Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, dikutip dari Abdul Rachmad Budiono, Pengantar Ilmu
Hukum, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, hlm 5.
12
Rahman Syamsudin dan Ismail Aris, Merajut Hukum Indonesia, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2015, hlm 23.
salah satu tujuan adanya hukum untuk memberikan perlindungan dengan cara
disebut dengan hak. Kekuasaan tertentu di masyarakat menjadi alasan melekatnya hak
pengertian dari perlindungan dimana hukum merupakan suatu perbuatan atau tindakan
untuk melindungi, atau tempat berlindung. Perlindungan hukum merupakan suatu upaya
dalam hal perlindungan kepada subyek hukum baik secara represif maupun secara
prefentif untuk melaksanakan fungsi hukum dimana hukum dapat memberikan suatu
sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga
orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka
perlindugan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi
13
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum Cetakan Keenam, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm 53.
14
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, 2004, hlm. 3
15
http://tesishukum.com, diakses pada tanggal 2 Mei 2018 pukul 10.00 WIB
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan.16
hukum yang harus diberikan oleh aparat hukum untuk memberikan rasa
aman,baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman
penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan hukum
saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak
dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek
b. system protecting
Bentuk kata kerjanya, protect(vt), artinya keep safe dan guard . Dalam Kamus Besar
a. tempat berlindung
Berdasarkan unsur-unsur di atas, berarti kata perlindungan mengandung makna, yaitu suatu
tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk
pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara perlindungan terhadap konsumen dapat dilakukan melalui berbagai bentuk diantaranya
terhadap konsumen tersebut yang terpenting adalah perlindungan yang diberikan oleh hukum,
sebab hukum dapat mengakomodir berbagai kepentingan konsumen, selain itu hukum memiliki
daya paksa sehingga bersifat permanen karena sifatnya yang konstitusional yang diakui dan
Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan
menggunakan pranata dan sarana hukum. Ada beberapa cara perlindungan secara hukum, antara
a. Membuat peraturan (by giving regulation), yang bertujuan untuk Memberikan hak dan
kewajiban, Menjamin hak-hak para subyek hukum, menegakkan peraturan (by the law
pengawasan.
b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive) setiap pelanggaran
c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative, recovery), dengan
hukum yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
perlindungan hukum yang berupa sanksi yang diberikan seperti denda, penjara,
Menurut philipus M. Hudjon dalam perlindungan hukum terdapat suatu sarana yang
19
Philipus M. hudjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hlm 38.
sebelum suatu usulan pemerintah mendapat bentuk yang definitive. Tujuannya
diskresi.
dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Hak asasi manusia mendapat tempat utama dam dapat dikaitkan dengan tujuan
Terdapat pengertian perlindungan dalam hukum positif Indonesia adalah segala upaya
pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi
dan/atau korban yang wajib dilaksanakan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan
Perlindungan sangat diperlukan bagi semua warga negra atas hukum yang berlaku
demi tercapainya tujuan hukum dna penegakkan hukum yang memuat 4 (empat)
unsur, diantaranya :
Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak kebendaan, hak atas benda yang berasal dati
kerja rasio manusia yang berupa benda (baik materiil maupun inmateriil atau benda tidak
“Menurut Undang-Undang, barang adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat
menjadi objek dari hak milik.”
Hak kekayaan Intelektual memiliki hak eksklusif yakni tidak seorangpun berhak
menikmatinya tanpa izin pemilik dari Hak Kekayaan tersebut. Hak eksklusif terdiri dari:
a. Hak Ekonomi
Hak ekonomi merupakan hak yang dimiliki oleh pemegang Hak Kekayaan Intelektual
untuk menikmati manfaat secara ekonomi. Hak ekonomi dapat dialihkan ke orang lain.
b. Hak Moral
Hak moral merupakan hak yang dimiliki oleh pemegang Hak Kekayaan Intelektual
secara melekat, seperti ha katas keutuhan karyanya, sertahak pencatumana nama pencipta
Hak Kekayaan Intelektual. Hak moral tidak bisa dialihkan ke orang lain.
Menurut Robert C. Sherwood terdapat lima teori dasar perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual yaitu:21
1. Reward Theory
21
Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas, Grasindo,
Jakarta, 2004, hlm 156.
Makna dari teori ini pengakuan terhadap karya intelektual oleh penemu atau
2. Recovery Theory
Adanya timbal baik atas karya yang dihasilkan karena pengorbanan baik waktu
3. Incetive Theory
Teori ini mengemukakan mengenai pemberian intensif kepada para penemu terkait
4. Risk Theory
Teori ini menganggap bahwa Hak KEkayaan Intelektual merupakan resiko dimana
bisa saja orang lain menemukan terlebih dahulu. Untuk itu diperlukan
ekonomi.
Terdapat beberapa kategori kekayaan Intelektual yakni Hak Cipta (Copy Rights), Hak
diklafikasikan menjadi:
a. Paten (Patent)
b. Paten Sederhana (Simple Patent) atau Model dan Rancang Bangun (Utility
Models).
c. Industrial Design (Industrial Design)
1. Pengertian Merek
Nomor 20 tahun 2016 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara drafis berupa gambar,
logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua)
dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram atau kombinasi dari 2
(dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa
yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa..”
Merek merupakan suatu bukti, identitas suatu barang atau jasa yang berguna untuk
membedakan asal usul barang dari beragamnya barang dan jasa yang ada di pasaran
sehingga masyarakat mengetahui asal usul barang dan jasa. Menurut Pasal 3 Undang-
2001 tentang Merek menyebutkan bahwa hak atas merek merupakan Hak khusus yang
diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk
jangka waktu tertentu menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada
menggunakanya. Hak Kekayaan Intelektual merupakan suatu hasil dari pikiran yang lahir
dari manusia dimana menjelaskan mengenai kasya dari pengolahan produk maupun
proses pemikiran lain yang dapat dinilai secara ekonomi. 22 Hak Kekayaan Intelektual
dapat diartikan sebagai hak milik atas karya-karya yang diciptakan oleh manusia dalam
hal baik ilmu pendidikan, pengetahuan maupun bidang teknologi baik dalam keadaan
menciptakan melalui daya, cipta, rasa, dan karya yang mempunyai nilai moral,
ekonomis.23
Sebuah merek harus mempunyai pembeda dari merek lainnya dan mempunyai unsur-
1. Gambar yang dijadikan merek tidak boleh bertentang dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, tidak boleh terlalu rumit, tidak boleh terlalu sederhana,
dapat berbentuk seperti lencana, logo dan terdapat kekhususan tertentu dan identitas
yang erat.
2. Tidak diperbolehkan memakai nama yang sangat umum karena dapat mengaburkan
3.Kata dapat dijadikan unsur merek jika mempunyai pembeda dari merek lain seperti :
a. Dapat merupakan kata dari bahasa asing, bahasa Indonesia dan bahasa daerah;
d. seperti budaya, pedidikan, kesehatan, teknik, olah raga, seni dan sebaginya;
e. Bisa merupakan satu kata saja atau lebih dari satu kata, dua atau beberapa kata.
22
Direktorat Jenderal Kekayaan Hak Kekayaan Intelektual, Buku Panduan¸ Jakarta, 2003, hlm 3
23
Rachmadi Usman, Hukum Ha katas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia,
Alumni, Jakarta, 2003, hlm 1.
4. Huruf dapat digunakan sebagai unsur merek sepanjang tidak tertlalu rumit serta tidak
5.Angka dapat menjadi unsur dari merek aslkan tidak terdiri dari satu angka dan
6.Susunan Warna dapat menjadi unsur dari merek jika terdiri lebih dari satu unsur warna
tanpa kombinasi unsur gambar, lukisan geometris, diagonal atau lingkaran, atau
7.Merek Kombinasi Yang dimaksud dengan merek Kombinasi yakni kombinasi merek
2. Jenis Merek
Dalam Undang-Undang tentang Merek telah mengatur mengenai Jenis-Jenis Merek yang
terdapat dalam Pasal 1 angka 2 dan 3, yakni merek dagang dan merek jasa, yaitu:
Merek Dagang (Trade Mark) adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
Selain merek diatas terdapat juga Merek Kolektif, yang terdapat pada Pasal 1 angka 4 UU
tentang Merek yang menjelaskan, Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa
dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa
serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum
secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya. Di
1. Merek Biasa
Merek normal atau merek yang tidak terlalu terkenal, biasanya merek local.
Merek ini biasanya tidak menjadi incaran peniruan dalam merek dikarenakan
intensitasnya normal. Hal ini dikarenakan dana yang dimiliki pemilik merek
2. Merek Terkenal
masyarakat. Hal ini dikarenakan merek mempunyai daya Tarik tinggi baik
pemasaran di dalam negeri maupun luar negeri. Merek ini dapat menjadi
incaran para pengusaha yang tidak memiliki itikad baik untuk meniru merek
ini.
3. Merek Termasyur
Merek ini sangat rawan peniruan karena merek ini termasuk dalam merek
yang terkenal hampir seluruh dunia serta memproduksi hanya untuk golongan
dengan pendapatan tertentu. Biasanya merek ini menjual dengan harga tinggi.
3. Fungsi Merek
24
OK Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 344.
merek berfungsi untuk menunjukan bahwa suatu produk bersumber secara sah pada
suatu unit usaha dan karenanya juga berfungsi untuk memberikan indikasi bahwa
produk itu dibuat secara professional.
b. Fungsi Indikator Kualitas
merek berfungsi sebagai jaminan kualitas khususnya dalam kaitan dengan produk –
produk bergengsi.
c. Fungsi Sugestif
merek memberikan kesan akan menjadi kolektor produk tersebut.
4. Pelanggaran Merek
Upaya untuk meniru merek terkenal (well know trade mark) yang sudah
ada sehingga merek atas barang atau jasa yang sudah terkenal dengan maksud
menimbulkan kesan kepada khalayak ramai, seakan-akan barang atau jasa
yang diproduksinya sama dengan barang atau jasa yang terkenal.
“Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang
secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhan untuk barang atau jasa sejenis berupa gugatan ganti
rugi dan atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan
merek tersebut”.
Jenis pelanggaran merek terdapat dalam 4 (empat) kategori menurut Pasal 90 sampai dengan
Pasal 92 Undang-Undang tentang Merek, yaitu:
a. Perbuatan pelanggaran secara sengaja dan tanpa hak dengan menggunakan merek yang
sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain.
b. Perbuatan pelanggaran dengan menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan
merek terdaftar milik pihak lain,
c. Perbuatan pelanggaran merek menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan indikasi-
geografis milik pihak lain,
d. Perbuatan pelanggaran merek dengan menggunakan tanda yang sama pada pokoknya
dengan indikasi-geografis milik pihak lain.
a. Ditjen HKI
b. Berdasarkan permohonan Pemilik Merek yang bersangkutan.
c. Gugatan Pihak ketiga kepada Pengadilan Niaga.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis
empiris. Penelitian hukum empiris tidak hanya tertuju pada masyarakat atau pemilik merek,
tetapi juga ditinjau dari sisi hukum dan fasilitas yang disediakan menunjang pelaksanaan
pelaksanaan Undang-Undang tentang Merek dalam hal perlindungan bagi pemegang hak
B. Pendekatan Penelitian
metode pendekatan yuridis sosiologis ini adalah untuk memudahkan bagi penulis dalam
ketentuan yang berlaku mengenai masalah yang dibahas.26 Pendekatan yuridis sosiologis
dilakukan untuk mengkaji aspek-aspek hukum dengan melihat langsung fakta di lapangan
tentang perlindungan hukum bagi pemegang merek di Indonesia terutama merek CR.1 .
25
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hlm. 32
26
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 16
Lokasi penelitian ini dilakukan di Industri Kopi dengan merek CR.1 di kabupaten
Gresik. Penulis memilih lokasi ini karena CR.1 merupakan industri penyedia kopi bagi kota-
kota besar tetapi seiring berkembangnya waktu terjadi kecurangan dengan memodifikasi kopi
merek CR.1 ini. Selain itu untuk melindungi pemegang merek agar tidak terjadi kerugian
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer, dan data sekunder.
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan
memerlukannya. Data primer didapat dari sumber informan yaitu individu dari hasil
Sumber data primer dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Pemilik
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan bacaan. Surat-surat pribadi,
Sumber data sekunder diperoleh dari sejumlah keterangan dan fakta yang
digunakan oleh seseorang dan secara tidak langsung diperoleh dari berkas-berkas yang
Kabupaten Gresik.
27
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hlm.
82
28
S. Nasution, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 143
Data primer diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan
teknik wawancara (interview). yaitu dengan cara melakukan tanya jawab kepada pihak-pihak
Pemilik Merek industry kopi CR.1 di Kabupaten Gresik.Data sekunder diperoleh dari
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu dengan menelaah
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama. Populasi
dapat berupa himpunan orang, benda, kejadian, kasus-kasus, waktu dan tempat, dengan
sifat dan ciri yang sama.29 Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pelanggan dari warung kopi X di kota malang dimana warung kopi tersebut merupakan
b. Sampel
Sampel adalah himpunan bagian dari pada populasi.30 Sampel dalam penelitian ini
adalah Pemilik Industri Kopi Merek CR.1 serta pihak konsumen yang terdiri dari agen
Responden adalah orang-orang yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti. 31 Pemilihan
29
Bambam Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 118
30
Ibid., hlm. 119
31
Amirudin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2008, hlm.
70
sampling yaitu pemilihan sekelompok subyek atau ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi
Dalam penelitian ini, pengolahan teknik analisis data dilakukan dengan cara deskriptif
kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu cara penelitian yang menghasilkan data yang dinyatakan
oleh responden secara tertulis maupun lisan, serta perilaku responden yang nyata, yang
33
diteliti dan dipelajari secara utuh dan mendalam. Teknik menganalisis data menggunakan
teori efektifitas hukum dari Lawrence Friedman dimana teori efektifitas dapat ditinjau dari 3
(tiga) Unsur yakni substansi dimana mengacu pada undnag-undnag yang berlaku, kedua
struktur dimana mengacu pada pelaksanaan terhadap undnag-undang, dalam penelitian ini
kepada pemilik merek, yang ketiga yakni kultur atau budaya hukum.
H. Definisi Operasional
a. Perlindungan adalah suatu upaya untuk melindungi suatu hal dari hal yang dapat
mencederainya
b. Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif yang diberikan suatu peraturan
kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara sederhana HAKI
mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merek, namun jika dilihat lebih rinci HAKI
merupakan bagian dari benda yaitu benda tidak berwujud (benda imateriil)
32
Ibid., hlm. 106
33
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodelogi Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm. 250
c. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
d. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
A. Badan Hukum
Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang badan hukum yang dikemukakan oleh
para ahli:34
yaitu badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak,
selanjutnya dijelaskan bahwa badan hukum adalah setiap pendukung hak yang tidak
b. Menurut R. Subekti, badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau
perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang
manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan
hakim.
yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban seperti orang pribadi.
a. Perhimpunan (vereniging) yang dibentuk dengan sengaja dan dengan sukarela oleh orang
kemasyarakatan dan politik dalam sejarah, misalnya negara, propinsi, kabupaten dan
desa;
d. Yayasan.
Perseroan sebagai badan hukum, secara hukum pada prinsipnya harta benda perseroan
terpisah dari harta benda pendiri/pemiliknya, karena itu tanggung jawab secara hukum juga
dipisahkan dari harta benda pribadi pemilik perusahaan yang berbentuk badan hukum. tetapi
dalam penelitian ini meniliti mengenai perusahaan atau yang tidak berbadan hukum. Bentuk
hukum perusahaan adalah badan usaha yang menjadi wadah penggerak setiap jenis kegiatan
usaha, dimana secara umum dapat dibedakan bentuk hukum perusahaan terdiri dari perusahaan
yang berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum, baik perusahaan negara maupun
perusahaan swasta.
Tahun 2003 diklasifikasikan menjadi perusahaan umum (perum) dan perusahaan persero.
Sementara itu, Bentuk hukum perusahaan swasta yang telah diatur dalam perundang-undangan
dibagi menjadi perusahaan badan hukum dan bukan badan hukum. Perusahaan bukan badan
hukum, diantaranya:
1. Firma (Fa)
Pengaturan tentang Firma terdapat dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 35
KUHD dan Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652 KUHPdt. Firma adalah perseroan yang
didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah satu nama bersama, dimana
pengurusan firma.
Perseroan komanditer merupakan firma yang mempunyai satu atau beberapa orang
sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang atau
barang modal sebagai pemasukan kepada persekutuan dan tidak ikut campur dalam
Dalam penelitian ini penulis meneliti produk dari Persekutuan Komanditer ata CV, yakni CV
Linggar Sentosa.
B. Struktur CV
CV yang akan diteliti adalah CV Linggar Sentosa dimana telah terdaftar pada Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Gresik dengan Nomor TDP 13.02.3.47.04994
dengan nama pengurus atau penanggung jawab Choiri yang berkedudukan di Desa
kegiatan usaha pokok perdagangan biji kopi dan bubuk kopi dalam kemasan, makanan dan
minuman. Berikut merupakan daftar jenis dan nomor oproduk pangan industry rumah tangga,
yakni:
STRUKTUR DALAM CV
Dalam CV Linggar sentosa tersebut terbagi menjadi 2 (dua) yakni Produksi Makanan dan
Minuman. Dalam Produksi Minuman yakni terdiri dari Kopi Bubuk, Kopi Sangrai, Teh Daun
Kopi, Minuman Kopi. Terdapat bagian-bagian tertentu dalam Merek Kopi CR 1, diantaranya :36
36
Hasil wawancara dengan pemilik Merek CR !, Bapak Choiri, Pada tanggal senin 09 April 2018 di Kabupaten Gresik
DIREKTUR
KEUANGAN ADMINISTRASI PENJUALAN PRODUKSI
a. Direktur
b. Bagian Keuangan
c. Bagian Administrasi
Bagian administrasi ini berperan untuk melakuakan pencatatan stok barang, mengawasi
d. Bagian penjualan
Bagian penjualan ini merupakan bagian penjualan yang dilakukan oleh beberapa
pegawai. Pemasaran dilakukan dnegan mengirim kepada mitra yang menjalin kerja sama
dengan kopi CR 1 serta dijual secara langsung, mengatur jadwal pengiriaman, dan
menerima pesanan.
e. Bagian Produksi
Dalam bagian produksi dilakukan pemilihan bahan baku dipilih dengan kualitas baik
f. Bagian produksi
Bagian produk ini termasuk dalam penggelolaan bahan baku hingga telah siapnya produk
yang akan dijual termasuk bagian pengemasan yakni, Setelah dilakukan proses
penggelolaan maka dilakukan pengemasan. Dalam bagian ini terdapat merek yang telah
di daftarkan untuk dipakai sebagai logo maupun nama dari barang yang dijual serta
Bagian Pemasaran. Bagian pemasaran ini merupakan bagian penjualan yang dilakukan
oleh beberapa pegawai. Pemasaran dilakukan dnegan mengirim kepada mitra yang
menjalin kerja sama dengan kopi CR 1 serta dijual secara langsung. Untuk produksi
makanan berupa kue basah dan kue kering terdiri atas pembuatan bahan, peroses
Merek merupakan suatu karya hasil permikiran manusia yang bernilai ekonomis, dalam
dunia usaha tidak terpungkiri jika suatu merek terkenal dapat ditiru oleh pengusaha lain yang
dengan itikad tidak baik untuk membuat pemikiran seolah-olah mereknya sama dengan
merek perusahaan yang telah didaftarkan. Dalam hal ini yang terjadi pada CV Linggar jadi
dengan produknya yakni kopi bubuk CR1 dimana telah secara hukum mempunyai hak atas
merek yang wajib memperoleh perlindungan terkait persamaan pada kopi bubuk CR 1 ini.
Menurut pemaparan diatas penulis memaparkan teori efektifitas untuk mencari jawaban atas
permasalahan ini. Untuk itu dalam Penelitian ini penulis menggunakan teori yang berasal
yakni struktur hukum (struktur of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya
hukum (legal culture). Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum
meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup
(living law) yang dianut dalam suatu masyarakat. Dimana ia membagi suatu hukum dapat
Efektif atau tidaknya sebuah hukum dapat ditinjau dari susunan atau substansi
dari hukum. Hukum haruslah memuat tujuan hukum yakni keadilan, kepastian, dan
dengan suatu pelaksanaan menjadi titik acuan apakah hukum itu sudah efektif atau
dalam ilmu hukum dikenal dengan “das sein” dan “das sollen”. Das Sein merupakan
suatu susunan norma dimana bertujuan untuk dipatuhi. Sedangkan das sollen yakni
substansi hukum adalah Another aspect of the legal system is its substance. By this is
meant the actual rules, norm, and behavioral patterns of people inside the system …
the stress here is on living law, not just rules in law books”.
Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya. Yang dimaksud dengan
substansinya adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada
dalam system itu. Jadi substansi hukum menyangkut peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi
aparat penegak hukum. Substansi hukum dalam penelitian ini ada 2 (dua) yakni pada
CV dan merek. CV atau Commanditaire Vennootschap atau dikenal pula dengan
Persekutuan Komanditer merupakan salah satu perusahaan yang bukan badan hukum.
dasar hukum dari CV terdapat pada buku pertama titel ketiga bagian kedua pasal 16
sampai dengan 35 Kitab Undnag-Undang Hukum Dagang. Menurut pasal 19 Kitab
Undang-undang Hukum dagang menjelaskan bahwa :
dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. dalam pendirian CV hal-hal yang
dibutuhkan adalah :
tujuan);
persekutuan;
dari pihak ketiga, yang jika sudah kosong berlakulah tanggung jawab
Kepaniteraan Pengadilan Negeri, hal ini menjalankan ketentuan dari Pasal 23 Kitab
tersebut kemudian mengumumkan ikhtisar resmi akta pendirian dalam Tambahan Berita
Dagang.
2016 tentang pendaftaran merek, menjelaskan bahwa syarat dan tata cara permohonan
Indonesia.
2. Dalam Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mencantumkan:
c. nama lengkap dan alamat Kuasa jika Permohonan diajukan melalui Kuasa;
warna;
e. nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal
f. kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis
jasa.
dan/atau jasa.
6. Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa bentuk 3
Pasal yang menjadi sorotan bagi penulis adalah Pasal 3, yang menjelaskan
bahwa :
Yang dapat di jabarkan bahwa setelah hak atas merek didapatkan oleh
pemilik merek yang terdaftar maka hukum melindungi pemilik merek tersebut. Yang
menjadi acuan pula mengenai perlindungan terhadap merek CR1 dengan keseluruhan
kesamaan produk lainnya. Menurut penulis dalam struktur yakni hukum yang mengatur
sudah efektif dimana terdapat penjelasan perlindungan terhadap pemilik merek, yakni
pada pasal 35 Ayat 1Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek bahwa :
Bentuk perlindungan hukum yang diberikan hak kepada merek terdaftar untuk
mengajukan gugatan kepada orang atau badan hukum yang secara sengaja dan tanpa hak
keseluruhan dengan merek yang ditiru. Klasifikasinya yakni terdapat dalam Pasal 66
Undang-Undang tentang Merek yakni peniruan atau penyalahgunaan yang dapat
menyesatkan sehubungan dengan asal tempat barang dan/atau produk atau kualitas
merek yang telah terdaftar. Terdapat 3 (tiga) syarat agar gugatan dapat diajukan yakni:
1. Merek yang digunakan tergugat mempunyai persamaan pada pokoknya atau pada
2. Dan merek orang lain itu, sudah terdaftar dalam DUM (Daftar Umum Merek).
Gugatan ganti rugi dapat berupa ganti rugi materiil dan ganti rugi immateriil.
Ganti rugi materiil berupa kerugian yang nyata dan dapat dinilai dengan uang. Sedangkan
ganti rugi immaterial berupa tuntutan ganti rugi yang disebabkan oleh pemakaian merek
dengan tanpa hak sehingga pihak berhak menderita kerugian secara moril. Oleh karena
itu, sepanjang mengenai tuntutan ganti rugi yang didasarkan kepada kedua peristiwa di
atas berlaku juga ketentuan yang termuat di dalam KUH Perdata. Yang disebut terakhir
sebagai Lex Specialis Hak atas merek merupakan hak milik perseorangan, tetapi tidak
menyebabkan hapusnya tuntutan hukuman pidana terhadap pelanggar hak atas merek
terdaftar. Pengenaan sanksi bagi pemakai merek yang terdaftar tanpa hak terdapat dalam
“Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama
pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).”
yang digunakan “tidak terdaftar” dan sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar
milik orang untuk barang dan/atau jasa sejenis. Cara penyelesaian sengketa melalui
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa telah diatur dalam Undang – Undang
Nomor 30 Tahun 1999 yang dikenal dengan beberapa cara penyelesaian sengketa, yaitu:
1. arbitrase;
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
2. konsultasi;
37
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(konsultan) yang mana pihak konsultan memberikan pendapat kepada klien sesuai
dengan yang diperlukan oleh klien.38 Menurut Maran dan Jimmy P menjelaskan
dihadapi secara kekeluargaan atau dengan adanya pihak ketiga sebagai penengah.39
3. negoisasi;
bersengketa atau dengan kata lain tidak adanya campur tangan pihak ketiga di
dalamnya, sehingga tidak adanya aturan yang baku mengenai mekanisme dalam
penyelesaiannya untuk itu akan diserahkan kembali kepada para pihak kemudian
akan diambil hasil dari negosiasi sesuai dengna kesepakatan kedua belah pihak. 40
a. untuk melakukan pencarian terhadap sesuatu yang baru dimana tidak dapat
4. mediasi;
38
Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa-Arbitrase Nasional Indonesia & Internasional, Sinar
Grafika Offset, Jakarta, 2011, hlm. 7
39
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (ALternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,
hlm 12
40
Muryati, Dewi Tuti dan B. Rini Heryanti, Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi di
Bidang Perdagangan, Jurnal Dinamika Sosial Budaya Nomor 1, 2011, hlm 56
41
Ibid, hlm 55
Suatu penyelesaian sengketa dengan adanya pihak ketiga atau yang disebut
dengan mediator yang bersifat netral atau tidak memihak yang berguna sebagai
alternatif-aternatif yang harus dilakukan oleh para pihak. Dalam peradilan juga
disediakan mediasi bagi pihak yang bersengketa dimana mediator telah ditentukan
kesepakatan antara para pihak, hal ini diatur dlaam Peraturan Mahkamah Agung
pahli didalam suatu bidang yang mana berfungsi untuk menjelaskan mengenai hal
yang diperlukan oleh para pihak. Ahli yang didatangkan buakan sebagai pihak
ketiga melainkan hanya menjelaskan mengenai sesuatu yang diperlukan oleh para
oleh peradilan umum. Selain jaminan perlindungan yang diberikan Ditjen HKI,
Peradilan Umum dalam hal ini Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung
terdaftar dalam Daftar Umum Merek tidak cukup memberikan jaminan. Apabila
terdapat alasan yang sah menurut hukum, pendaftaran dapat dihapuskan atau
dibatalkan. Salah satu alasan Merek dihapuskan dalam Daftar Umum Merek
pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Ditjen
hukum bagi Kopi CR 1 dimana merupakan salah satu merek yang telah didaftar yang
akan dilindungi hak-haknya. Dan juga telah mengatur mengenai bagaimana proses
pembuatan suatu merek hingga perlindungan jika terdapat sengketa mengenai merek
Kekayaan Intelektual atau untuk selanjutnya disebut dengan DJKI. Sejarah dari DJKI.
Berwal dari tahun 1844 dimana pemerintah belanda telah memperkenalkan undang-
undang pertama mengenai perlindungan HKI, dimana pada tahun 1885 telah
dan pada tahun 1912 terbentyk Undang-Undang Hak Cipta. Pada tahun-tahun
East-Indies yang telah menjadi anggota dari Paris Convention for the Protection of
Industrial Property sejak tahun 1888. Serta pada tahun 1914 menjadi anggota dari
Berne Convention for the Protection of Literary and Aristic Works dan sejak diduduki
tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan, dimana Undnag-
Undang ini merupakan Undang-Undang pertama dibidang HKI yang dibuat oleh
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografisnya. Berikut merupakan
DIREKTORAT
JENDERAL
KEKAYAAN
INTELEKTUAN
KOMISI BANDING MEREK
SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL
DIREKTORAT
PATEN, DESAIN DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT PENYIDIKAN
DIREKTORAK HAK TATA ETAK KERJASAMA DAN TEKNOLOGI
MEREK DAN DAN
CIPTA DAN SIRKUIT, PEMBERDAYAAN INFORMASI
INDIKASI PENYELESAIAN
DESAIN INDUSTRI TERPADU DAN KEKAYAAN KEKAYAAN
GEOGRAFIS SENGKETA
RAHASIA INTELEKTUAL INTELEKTUAL
DAGANG
yang mengatur mengenai perlindungan dari pemegang hak atas merek dan indikasi geografisnya.
Adanya pembagian badan mengenai penyidikan dan penyelesaian merupakan wadah dari
perlindungan dari pemilik hak atas merek yang digunakan tanpa hak oleh bukan pemilik merek
dimana menjembatani serta memfasilitasi pengaduan bagi pemilik merek dan penanganan hingga
selesainya permasalahan.
Budaya hukum yang berlaku dalam masyarakat dimana bertujuan untuk menilai
suatu huku tersebut dengan suatu hukum yang ada dalam masyarakat.42 Hal ini dapat
dilihat dari tanggapan masyarakat mengenai hukum. Budaya hukum yang terjadi
dalam masyarakat ini cenderung pada pemanfaatan merek terkenal untuk dipakai.
Biasanya terdapat perbedaan dari kata maupun logo. Hal ini pula menjadikan pemilik
42
Hasil wawancara dengan pemilik Merek CR !, Bapak Choiri, Pada tanggal senin 09 April 2018 di Kabupaten Gresik
merek yang terdaftar tidak mudah melaporkan atau melakukan tindakan hukum atas
merek yang menyerupai dengan mereknya yang terdaftar Masyarakat lebih cenderung
mengkomsumsi barang dengan merek yang sudah pasti. Seperti pada merek kopi CR
merek yang keseluruhan sama dengan kopi CR 1. Budaya hukum ini dibuktikan
dengan adanya responden yakni seluruh pihak yang menggunakan merek CR 1 dan
MEREK CR 1
SAMPEL RESPONDEN
DARI GRESIK
MITRA DAN
bapak ahmad, bapak KONSUMEN DARI
sulhan, bapak PRODUK CR 1
ismail,bapak anwar
DARI MALANG :
DARI SURABAYA:
Mitra yang bekerja sama dengan CR 1 terdiri dari pemilik kedai kopi yang
a. Kota Gresik
Sampel kota gresik yakni bapak ahmad, bapak sulhan, bapak ismail,bapak
gresik.
b. Kota Malang
Sampel kota malang yakni bapak aan, bapak rizki, yang menggunakan produk
c. Kota Surabaya
Sampel kota Surabaya yakni bapak amir, bapak reza, bapak andik, yang
2. Konsumen produk CR 1
consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Arti kata consumer adalah
lawan kata dari Produsen, yang memiliki arti setiap orang yang menggunakan
konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu juga dalam Kamus Bahasa
hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dalam Pasal 1 ayat (2) pengertian konsumen
yakni Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dari isi Pasal 1 ayat (2) tersebut dijelaskan
a. Setiap Orang
Pengertian yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus
Pengertian ini sangat berbeda sekali dengan pengertian yang diberikan untuk
“pelaku usaha” dalam Pasal 1 angka (3), yang secara eksplisit membedakan
perorangan atau badan usaha. Seharusnya yang paling tepat adalah dengan
perorangan, karena jika dilihat akupan tentang konsumen bisa juga dimiliki
Menurut responden dan sampel diatas masih banyaknya peminat produk CR 1 di antara
merek yang menirukan atau mempunyai kesamaan dengan produk CR 1 serta masih
banyaknya permintaan dari konsuen CR 1 membuktikan salah satu unsur efektifitas menurut
1. Hambatan
Hambatan yang dialami adalah jangka waktu. Jangka wartu yang dimaksud jangka
pemakaian merek yang terdaftar oleh bukan pemegang hak atas merek ke jalur
hukum. jangka waktu yang dibutuhkan lama menjadi alasan untuk membiarkan serta
biaya yang dibutuhkan untuk penyelesaian. Akibatnya bagi pemegang hak atas merek
mengalami kerugian finansial bagi produk merek yang dijualnya. Hambatan lain yang
dialami, diantaranya:
b. Kurangnya modal
c. Mesin-mesin untuk keperluan produksi yang semakin canggih dan
2. Solusi
adanya pemahaman yang mendalam bagi pemegang hak merek untuk mengadukan
permasalahan hukum yang dialami atas mereknya.43 Hal ini dilakukan untuk
yakni tidak dapat memasarkan produknya lagi. Untuk itu adnaya pemanduan bagi
pihak yang berkompeten seperti kuasa hukum untuk mendaftarkan pengaduan serta
melakukan penyelesaian sengketa. Karena demi hukum merek yang telah terdaftar
produksi produk CR 1.
43
Hasil wawancara dengan pemilik Merek CR !, Bapak Choiri, ibid.
BAB V
PENUTUP
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada
bab sebelumnya yaitu Pasal 3 yang mengenai pemegang hak atas merek akan mendapat
perlindungan hukum bagi merek yang didaftarkannya. Mengenai keefektifan dari Pasal 3 ini
penulis berkesimpulan bahwa pasal tersebut sudah efektif. Hal ini dapat ditinjau 3 (tiga)
aspek yang terdapat pada teori yang dipakai penulis yakni teori efektfitas, diantaranya :
B. Subnstansi Hukum
Dalam substansi hukum mengenai hukum yang mengatur mengenai merek telah
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
dari pemilik merek yang telah terdafatr yang terdapat dalam Pasal 35 Ayat 1 bahwa
perlindungan kepada pemilik merek yang terdaftar mempunyai jangka waktu 10 (sepuluh)
tersebut; atau
suatu kemasan.
Bentuk perlindungan bagi pemegang merek terdapat dalam Pasal 67 Ayat
dalam Pasal 100 Ayat 1 dimana terdapat sanksi baik secara perdata maupun
secara pidana.
C. Struktur Hukum
Pengaduan dapat dilakukan secara online untuk kemudian dilakukan verifikasi untuk
Budaya hukum masyarakat dapat ditinjau dari konsumen dari kopi bubuk CR 1
dimana masih menggunakan merek tersebut. Harga ekonomis tidak menjadi jaminan bagi
masyarakat untuk beralih kepada produk abal-abal baik logo, rasa, maupun nama mirip
dengan kopi bubuk CR 1 hal ini dibutikan dengan analisis pengambilan responden dan
F. Saran
Saran penulis lebih di mudahkan dalam hal pengaduan sehingga pelaksanaan dr pengaduan
tidak memakan waktu yang lama serta biaya yang besar. Bagi pemilik merek tidak ragu
untuk melaporkan adanya penyalagunaan mereknya terhadap bukan pemegang merek. Hal
ini dilakukan untuk melindungi hak dari pemegang merek agar tidak mengakibatkan
E. BUKU
1. Muhamad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,
Rajawali Hlm 27
3. Soerjono Soekamto, 1985, Efektifitas peranan Hukum dan Sanksi, Bandung, Remaja
Karya, Hlm 87
4. Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (cetakan ketiga), Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm
194
5. Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hlm
8.
hlm 40.
8. Rahman Syamsudin dan Ismail Aris, Merajut Hukum Indonesia, Mitra Wacana Media,
9. Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum Cetakan Keenam, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006,
hlm 53.
10. Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
12. Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Era
13. Rachmadi Usman, Hukum Ha katas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi
14. OK Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
15. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hlm. 32
16. Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm.
16
17. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia
18. S. Nasution, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 143
19. Bambam Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
20. Amirudin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
21. Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodelogi Penelitian, Mandar Maju, Bandung,
22. Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa-Arbitrase Nasional Indonesia &
24. Muryati, Dewi Tuti dan B. Rini Heryanti, Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian
2011, hlm 56
F. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
3. Pasal 1 butir 6, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
G. INTERNET