Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

IQBAL KHOLIDI (21117’)

1. Pengertian Merek dan Pengaturan Merek

Pengertian tentang merek berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 yaitu terdapat
pada Pasal 1 ayat (1) yang rumusan selengkapnya sebagai berikut:

“Merek adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

Selain menurut batasan yuridis beberapa sarjana ada juga memberikan pendapatnya mengenai
pengertian merek, yaitu:

1. Sudargo Gautama (1997), mengatakan bahwa perumusan pada Paris Convention, suatu
Trademark atau merek umumnya didefenisikan sebagai suatu tanda yang berperan untuk
membedakan barang-barang dari suatu perusahaan dengan barang-barang dari perusahaan
lain.

2. R. M. Suryodiningrat (1980), mengatakan bahwa barang-barang yang dihasilkan oleh


pabrik dengan dibungkus dan pada bungkusnya itu dibubuhi tanda tulisan atau perkataan
untuk membedakan dari barang sejenis hasil perusahaan lain, tanda ini yang disebut merek
perusahaan.

3. M. N. Purwosutjipto (1991), mengatakan bahwa Merek ada dua macam, yaitu merek
perusahaan atau merek pabrik dan merek perniagaan. Merek perusahaan atau merek pabrik
(fabrieks merek, factor merk) adalah suatu merek yang dilekatkan pada barang oleh si
pembuatnya (pabrik). Sedangkan merek perniagaan (handelsmerk, trade mark) adalah suatu
merek yang dilekatkan pada barang oleh pengusaha perniagaan yang mengedarkan barang
itu.

4. Prof. R. Soekardono, S.H, mengatakan bahwa merek adalah sebuah tanda (Jawa: ciri atau
tengger) dengan nama yang dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga
dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan dengan
barang-barang sejenis yang dibuat atau barang dalam perbandingan dengan barang-barang
sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.

5. Mr. Tirtaamidijaya yang mensitir pendapat Prof. Vollmar, mengatakan bahwa “suatu
merek pabrik atau merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang atau
di atas bungkusannya, guna membedakan barang itu dengan barang-barang yang sejenis
lainnya.”

6. Drs. Iur Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan meninjau merek dari segi aspek
fungsinya dengan mengatakan bahwa “suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang
yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya, oleh karena itu barang yang bersangkutan
dengan diberi merek tadi mempunyai tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya.

7. Harsono Adisumarto, S.H.,MPA, menyatakan bahwa merek adalah tanda pengenal yang
membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan
memberikan tanda cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat
penggembalaan bersama secara luas. Cap seperti itu memang merupakan salah satu tanda
pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu.
Biasanya untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari nama pemilik sendiri
sebagai tanda pembedaan.

Pengaturan merek di Indonesia dimulai dengan adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun


1961 kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, dan kemudian
diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan terakhir
Undang-Undang No 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, hal ini
menunjukan bahwa peranan dan upaya untuk perlindungan merek sangat penting.

2. Jangka Waktu Perlindungan dan Perpanjangan Merk Terdaftar

Perlindungan hukum yang diberikan oleh negara juga tidak hanya terbatas pada pemilik
merek, tetapi juga kepada konsumen yang menginginkan aman, nyaman dan terjamin dalam
mendapatkan merek yang asli sehingga tidak terkecoh dalam membeli barang dengan merek
palsu.

Dengan perlindungan hukum maka pemilik merek yang sah terlindungi hak-haknya.20
Menurut Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No 20 Tahun 2016, Merek yang dilindungi terdiri
atas tanda berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2
(dua) dimensi dan/ atau 3 (tiga) dimerisi, suara, hologram, atau kornbinasi dari 2 (dua) atau
lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan atau jasa yang diproduksi oleh orang atau
badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Permohonan pendaftaran akan ditolak jika merek tersebut mernpunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk
barang dan Zatau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dari/atau jasa sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang memenuhi
persyaratan tertentu.

Hal lain yang sangat penting dalam pelindungan merek adalah bahwa merek tidak dapat
didaftarkan atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beriktikad tidak baik.
Ukuran iktikad baik ini menjadi ukuran yang sulit untuk diukur secara kasat mata, bahkan
seringkali sengketa muncul karena niat buruk untuk mendaftarkan merek dengan ciri-ciri
yang mirip atau bahkan sama dengan cara memalsukan merek dan desain bungkusnya. Oleh
karena itu, pendaftaran dengan iktikad baik ini merupakan salah satu upaya melindungi
merek terkenal. Lebih lanjut Undang-undang merek juga telah berupaya memberikan
pelindungan bagi merek terkenal yang mengatur bahwa permohonan harus ditolak apabila:

(a) mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek pihak lain
yang telah terdaftar lebih dahulu untuk barang atau jasa yang sejenis,

(b) mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang terkenal
milik pihak lain atau barang dan/atau jasa yang sejenis. 22 Pasal 35 UU No. 20 Tahun 2016
menyebutkan bahwa merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu pelindungan itu dapat
diperpanjang dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu yang sama. Pelaksanaan
pendaftaran dan perpanjangan merek terdaftar dapat dilakukan secara eletronik dan non
elektronik sebagai upaya dari pemerintah untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan
pendaftaran merek.
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang
sama.

Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud di atas diajukan secara elektronik atau


nonelektronik dalam bahasa Indonesia oleh pemilik Merek atau Kuasanya dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu pelindungan bagi merek
terdaftar tersebut dengan dikenai biaya.

Permohonan perpanjangan masih dapat diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan setelah berakhirnya jangka waktu pelindungan Merek terdaftar tersebut dengan dikenai
biaya dan denda sebesar biaya perpanjangan. Tujuan pengaturan batas waktu perlindungan
merek terdaftar selama 10 tahun dan dapat diperpanjang adalah untuk memastikan merek
yang didaftarkan benar-benar digunakan pada barang/jasa dan barang/jasa tersebut masih
diproduksi dan/atau diperdagangkan. Sebaliknya, UU MIG tidak akan memberikan
perlindungan hukum terhadap merek-merek yang sifatnya hanya untuk didaftar saja tanpa
pernah dipergunakan dalam kegiatan produksi dan/atau perdagangan. Karena itulah, UU MIG
menetapkan sejumlah persyaratan agar permohonan perpanjangan merek terdaftar dapat
disetujui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM (“Ditjen
KI”). Menurut Pasal 36 UU MIG, permohonan perpanjangan disetujui apabila: Merek yang
bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana dicantumkan dalam
sertifikat merek tersebut; dan barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a masih
diproduksi dan/atau diperdagangkan. Jika persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka Ditjen
HKI akan menolak permohonan perpanjangan merek terdaftar.

3. PROSEDUR MENDAFTARKAN MERK

1. Cek merek yang ingin didaftarkan - Prosedur pendaftaran pertama yang harus diikuti
adalah cek merek yang ingin diajukan, seperti yang sudah dijelaskan di bagian awal artikel
ini.

2. Konsultasi terlebih dahulu


Langkah selanjutnya, konsultasikan dengan konsultan HKI jika memang dirasa butuh.
Pasalnya, sebelum mendaftarkan dan terikat secara hukum, ada banyak hal yang harus
dipelajari. Hal itu mulai dari apa saja hak kamu sebagai pemilik merek, apa yang harus
dilakukan kalau ada yang mendaftarkan merek dengan logo yang sama persis, dan
sebagainya. Dengan begitu, kamu jadi tak sekadar mendaftar saja, tetapi benar-benar tahu
kepentingan di baliknya.

3. Pastikan semua persyaratan sudah dipersiapkan

Persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftarkan sebuah merek adalah : label merek tanda
tangan pemohon surat rekomendasi UKM Binaan/Binaan Dinas (untuk UMKM) biaya
sebesar Rp1.800.000 per kelas (untuk umum) biaya sebesar Rp500.000 per kelas (untuk
UMKM) Tak hanya itu, kamu juga perlu memastikan tujuan pengajuan ini. Pasalnya,
pendaftaran yang didasari niat buruk seperti imitasi merek lain dan sebagainya sudah pasti
tidak diterima. Bahkan, bisa-bisa dipermasalahkan kalau kamu sudah melakukan
perdagangan menggunakan merek tersebut.

4. Registrasi akun DJKI - Prosedur selanjutnya dalam pendaftaran hak merek adalah
melakukan registrasi akun DJKI.

5. Registrasi akun SIMPAKI - Tak hanya akun DJKI, kamu juga perlu buat akun SIMPAKI
untuk keperluan pembayaran billing nantinya.

6. Buat permohonan - Sudah buat kedua akun tersebut? Kamu bisa langsung klik (+)
Permohonan Baru untuk melakukan pendaftaran hak merek dagang.

7. Isi tipe, jenis, dan kelas merek - Setelah itu, isi tipe, jenis, dan kelas merek. Detail ini bisa
kamu diskusikan dengan konsultan HKI yang lebih paham atau mungkin browsing di internet
untuk mencari jawabannya, Penentuan tipe, jenis, dan kelas merek akan berpengaruh ke
biaya yang dibayarkan nantinya.

8. Bayar tagihan - Prosedur selanjutnya dalam pendaftaran hak merek adalah membayar
tagihan. Kamu bisa kunjungi situs SIMPAKI (simpaki.dgip.go.id) dan masukkan
kode billing yang sudah diberikan ketika mengisi tipe, jenis, dan kelas merek. Setelah itu,
tinggal lakukan pembayaran.
9. Isi formulir - Kamu juga perlu mengisi formulir berisikan data pemohon, data merek, dan
juga data kelas yang sudah dipilih tadi.

10. Upload dokumen persyaratan - Di awal tadi, Glints sempat menyebutkan untuk
mempersiapkan dokumen persyaratan.

4. Perpanjangan dan Pembatalan Merek Terdaftar

Selain itu, Menteri Hukum dan HAM berwenang menghapus merek. Penghapusan Merek
dapat dilakukan jika memiliki persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhannya dengan
Indikasi Geografis, bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,
moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum, memiliki kesamaan pada keseluruhannya
dengan ekspresi budaya tradisional, warisan budaya tak benda, atau nama atau logo yang
sudah merupakan tradisi turun temurun. Penghapusan merek terdaftar dapat pula diajukan
oleh pihak ketiga yang berkepentingan dalam bentuk gugatan ke Pengadilan Niaga dengan
alasan merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang
dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir. Pengecualian terhadap
ketentuan tersebut adalah karena adanya larangan impor, larangan yang berkaitan dengan izin
bagi peredaran barang yang menggunakan Merek yang bersangkutan

5. Penyelesaian Sengketa Merk

Ada dua instansi pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan


sengketa. Dua instansi ini memiliki perbedaan mengenai “waktu/momen” administratif dan
ranah pemerintahan. Berikut uraiannya!

1. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual ( DJKI )


DJKI berada di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, maka sudah pasti
ranahnya adalah eksekutif. Meski demikian, DJKI juga membekali kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa Merek yang sifatnya “pra-terdaftar”. Merek itu memang istimewa
secara administratif. Permohonan pendaftaran Merek bisa terjadi hingga satu tahun lebih,
namun Merek yang sedang dimohonkan pendaftarannya sudah mendapat perlindungan
hukum. Nah, DJKI memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul dalam
proses permohonan pendaftaran Merek itu. Jadi, Merek belum memperoleh status
terdaftar. Namun karena sudah mendapat perlindungan hukum, berpotensi memiliki konflik
dengan Merek yang serupa
Nah biasanya, potensi konflik terjadi antara dua Merek yang sedang mengajukan permohonan
pendaftaran Merek di kelas yang sama. Dua Merek itu memiliki persamaan pada pokoknya
atau keseluruhan terutama dalam penyebutannya. Misalnya pendaftaran “Ayam Jago” dan
“Tiga Ayam Jago” di kelas yang sama, berpotensi konflik. Mengapa jangka waktu pengajuan
permohonan Merek itu lama? Karena DJKI memberikan kesempatan kepada pihak yang
berkepentingan untuk mengajukan keberatan. DJKI juga memberikan kesempatan bagi pihak
seberang untuk mengajukan sanggahan atas keberatan itu. Kemudian DJKI akan memutuskan
apakah dua Merek itu tetap mendapatkan hak pendaftaran atau salah satunya akan mencabut
pendaftarannya.

2. Pengadilan Niaga ft.Mahkamah Agung


Berbeda dengan DJKI, instansi ini berada di ranah yudikatif yang memang berwenang
menyelesaikan konflik hukum. Dalam konteks tuntutan, Pengadilan Niaga memutuskan
menyelesaikan tuntutan yang sifatnya “pasca-terdaftar”. Berarti, dua atau lebih Merek telah
memiliki status terdaftar, namun ada salah satu yang merasa bahwa Merek lain melanggar
hak Mereknya. Biasanya terjadi di kelas Merek yang berbeda namun memiliki kesamaan
misalnya penyebutan, sehingga terkesan membonceng suatu Merek.

Karena ada potensi kerugian itu, sudah pasti salah satu pemilik Merek akan merasa bahwa
pemilik Merek lain harus dicabut. Maka dari itu, hukum memberi bentuk perlindungan yaitu
pemilik Merek yang merasa dirugikan dapat menggugat ke Pengadilan Niaga. Pengadilan
Niaga di Indonesia yang tersebar di Pengadilan Negeri di setiap provinsi. Perlindungan
hukum itu diberikan khususnya untuk menyasar pada pemilik Merek yang beritikad tidak
baik. Nah kalau Merek dalam gugatan tersebut kalah, Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang dan Indikasi Geografis memberi upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung.

Nah Rencang, tadi macam penyelesaian masalah Merek yang dapat digunakan jika ada
konflik Merek di Indonesia.

6. Tindak Pidana dan Sanksi Merk

Upaya Hukum Bagi Pelaku Usaha Yang Memasarkan Merek Tanpa Adanya Izin Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek mengharuskan suatu nama merek didaftarkan.
Dengan didaftarkannya suatu merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001, sesungguhnya pada saat itulah pemegang merek akan
dipertanggungjawabkan atas nama merek produknya. Dengan tujuan agar setiap pembuat
atau pelaku bisnis atau pialang memiliki jaminan asuransi yang halal atas kebebasan atas
nama merek produknya. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dianut oleh Undang-Undang
Merek Indonesia, untuk lebih spesifik quick to record standard, bukan main come, first out
rule. Mengingat pedoman ini, seseorang yang perlu memiliki hak istimewa untuk sebuah
merek harus meminta merek yang dimaksud (Utami dan Adipradana, 2017). Hasil yang sah
dengan asumsi pihak yang mengamati merek dengan menarik belum mendaftarkan merek
tersebut, maka pihak lain dapat mendaftarkan nama merek dengan nama yang sama dan pihak
itu akan mendapatkan jaminan yang sah dan dengan asumsi ini terjadi maka pihak utama
yang melihat merek tersebut akan terasa sangat terhambat namun tidak bisa melakukan
tindakan yang halal karena mereknya belum terdaftar. Nama merek untuk memuaskan
motivasinya dan memperoleh jaminan yang sah harus dicantumkan. Pengaturan mengenai
merek yang tidak dapat didaftar dan diberhentikan tertuang dalam Pasal 20 UU Merek.
Apabila sebuah merek mungkin akan melukai seluruh penduduk, maka, pada saat itu, merek
tersebut tidak bisa didaftarkannya. Bagaimanapun, jika merek itu merugikan pihak tertentu,
pendaftaran merek dihentikan. Atau lagi-lagi secara gamblang bisa dikatakan bahwa merek
yang tidak dapat didaftarkan adalah merek yang tidak layak untuk digunakan sebagai merek,
sedangkan merek yang diberhentikan adalah merek yang menghalangi pertemuan yang
berbeda. . Pelaku bisnis bermerek tidak mendaftarkan merek mereka, kemudian, merek tidak
memiliki asuransi yang sah. Dimana asuransi hukum disini berperan penting dengan tujuan
agar merek tersebut memiliki jaminan untuk tidak ditiru atau dimanfaatkan secara salah atau
demonstrasi melanggar hukum lainnya.

Kepastian hukum atas nama merek dimanfaatkan sebagai suatu karya untuk memberikan
kebebasan kepada pihak yang dijamin sesuai dengan komitmen yang telah dilakukan. Sanksi
yang dikenakan terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran nama merek selain
menggunakan UU Merek, persaingan eksploitatif dilimpahkan demonstrasi pidana sesuai
pasal 382 bis KUHP. Demonstrasi material diancam dengan pidana 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp. 900.000.000,00 (900.000.000 rupiah), adalah melakukan demonstrasi
curang untuk memperdaya masyarakat umum atau seseorang secara khusus..

Pihak yang menggunakan dan menyalin suatu merek yang baru saja didaftarkan oleh pemilik
hak atas suatu merek dapat menimbulkan akibat yang sah sebagai suatu perbuatan pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 200 ayat (2) Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi
Geografis yang mengatur bahwa setiap orang yang tidak berhak memilih untuk menggunakan
merek yang pada dasarnya sama dengan merek terdaftar yang memiliki tempat dengan satu
pihak lagi untuk pekerjaan yang sebanding dan produk yang dibuat atau ditukar, akan ditolak
dengan penahanan untuk batas waktu 4 (empat) tahun. waktu lama serta denda maksimal Rp.
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Selain itu, pihak-pihak yang menyebabkan kerugian pada pemilik pertama merek yang
dirujuk dapat mengajukan tuntutan bersama melalui penuntutan. Pedoman dalam Pasal 1365
KUHPerdata menetapkan bahwa pemilik pertama merek dapat mengajukan gugatan kepada
pengadilan yang berwenang, khususnya pengadilan bisnis, seperti halnya melalui jalur non-
gugatan. Untuk mengatasi produk hasil curian atau barang dagangan palsu, Pasal 100 sampai
dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 mengatur tentang tindak pidana
yang diidentikkan dengan Merek dan Indikasi Geografis.

Hasil dari merek terdaftar adalah bahwa itu harus digunakan dengan permintaan pendaftaran.
Undang-undang Merek mengharuskan pemilik merek untuk langsung menggunakan merek
mereka. Dengan asumsi merek terdaftar tidak digunakan sesuai dengan pengaturan yang
ditentukan dalam undangundang, pendaftaran merek yang dimaksud akan dibatalkan.
Pedoman mengenai penghapusan cek yang sedang berlaku sekarang ini diatur dalam Bab
VIII tentang Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran Merek dari Pasal 61 sampai dengan
Pasal 67 Undang-Undang Nomor. 15 tahun 2001.
DAFTAR PUSTAKA

Dalam perkembangannya, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (“UU


Merek”) telah dicabut keberlakuannya oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis (“UU MIG”).

Dasar Hukum:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Nur Hidayati, “Perlindungan Hukum Pada Merek Yang Terdaftar”, Ragam Jurnal
Pengembangan Humaniora Vol. 11 No 3 Desember 2011, Politeknik Negeri Semarang, 2011,
Semarang

Sulastri, Satino, Yuliana Yuli W, Perlindungan Hukum Terhadap Merek (Tinjauan Terhadap
Merek Dagang Tupperware Versus Tulipware) Jurnal Yuridis Vol. 5 No. 1 Juni 2018,
Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 2018, Jakarta

Undang-Undang

Undang-Undang No 15 Tahun 2001 Tentang Merek Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016


Tentang Merek dan Indikasi Geografis

Anda mungkin juga menyukai