Pengertian Merek
Merek adalah suatu tanda tertentu yang dipakai untuk mengidentifi-kasi suatu barang atau jasa sebagai-mana barang
atau jasa tersebut dipro-duksi atau disediakan oleh orang atau perusahaan tertentu. Merek membantu konsumen untuk
mengidentifikasi dan membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan karakter dan kualitasnya, yang dapat teridentifikasi
dari mereknya yang unik.
Berbeda dengan produk sebagai sesuatu yg dibuat di pabrik, merek dipercaya menjadi motif pendorong konsumen
memilih suatu produk, karena merek bukan hanya apa yg tercetak di dalam produk (kemasannya), tetapi merek
termasuk apa yg ada di benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya.
Menurut David A. Aaker, merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (baik berupa logo,cap/kemasan)
untuk mengidentifikasikan barang/jasa dari seorang penjual/kelompok penjual tertentu. Tanda pembeda yang
digunakan suatu badan usaha sebagai penanda identitasnya dan produk barang atau jasa yang dihasilkannya kepada
konsumen, dan untuk membedakan usaha tersebut maupun barang atau jasa yang dihasilkannya dari badan usaha
lain.
Merek merupakan kekayaan industri yang termasuk kekayaan intelektual.Secara konvensional, merek dapat berupa
nama, kata, frasa, logo, lambang, desain, gambar, atau kombinasi dua atau lebih unsur tersebut.Di Indonesia, hak
merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jangka waktu perlindungan untuk merek adalah
sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan merek bersangkutan dan dapat diperpanjang,
selama merek tetap digunakan dalam perdagangan
Dalam pasal 1 butir 1 Undang-Undang Merek 2001 diberikan suatu definisi tentang merek yaitu tanda yang berupa
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Selain menurut batasan juridis beberapa
sarjana ada juga memberikan pendapatnya tentang merek, yaitu:
1. H.M.N. Purwo Sutjipto, S.H., memberikan rumusan bahwa, Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda
tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.
2. Prof. R. Soekardono, S.H., mmeberikan rumusan bahwa, Merek adalah sebuah tanda (Jawa: siri atau tengger)
dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin
kualitas barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang
atau badan-badan perusahaan lain.
3. Essel R. Dillavou, Sarjana Amerika Serikat, sebagaimana dikutip oleh Pratasius Daritan, merumuskan seraya
memberikan komentar bahwa, Tidak ada definisi yang lengkap yang dapat diberikan untuk suatu merek dagang, secara
umum adalah suatu lambang, simbol, tanda, perkataan atau susunan kata-kata di dalam bentuk suatu etiket yang
dikutip dan dipakai oleh seorang pengusaha atau distributor untuk menandakan barang-barang khususnya, dan tidak
ada orang lain mempunyai hak sah untuk memakainya desain atau trade mark menunjukkan keaslian tetapi sekarang
itu dipakai sebagai suatu mekanisme periklanan.
Berdasarkan pendapat-pendapat sarjana tersebut, maupun dari peraturan merek itu sendiri, secara umum penulis
mengambil suatu kesimpulan bahwa yang diartikan dengan perkataan merek adalah suatu tanda ( sign) untuk
membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis, juga sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.
1
tak dapat memberikan apapun secara fisik, inilah yang membuktikan bahwa merek itu merupakan hak kekayaan
immateril.
Jenis Merek
UUM Tahun 2001 ada mengatur tentang jenis-jenis merek, yaitu sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir 2 dan 3
adalah merek dagang dan merek jasa. Jenis merek lainnya menurut Suryatin dibedakan berdasarkan bentuk dan
wujudnya, antara lain yaitu:
1. Merek Lukisan (Bell Mark).
2. Merek Kata (World Mark).
3. Merek Bentuk (Form Mark).
4. Merek Bunyi-bunyian (Klank Mark).
5. Merek Judul (Title Mark).
Selanjutnya R.M. Suryodiningrat mengklasifikasikan merek dalam tiga jenis, yaitu:
1. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja.
2. Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah, setidaktidaknya jarang sekali
dipergunakan.
3. Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali digunakan.
Lebih lanjut Prof. Soekardono, S.H., mengemukakan pendapatnya bahwa, tentang bentuk atau wujud dari merek itu
undang-undang tidak memerintahkan apa-apa, melainkan harus berdaya pembeda, yang diwujudkan dengan:
1. Cara yang oleh siapapun mudah dapat dilihat ( Beel Mark).
2. Merek dengan perkataan (World Mark).
3. Kombinasi dari merek atas penglihatan dari merek perkataan.
Persyaratan Merek
Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin memakai
suatu merek, agar merek itu dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang, syarat mutlak yang harus
diepenuhi adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya pembedaan yang cukup. Dengan kata lain perkataan, tanda
yang dipakai ini haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuataan untuk membedakan barang hasil
produksi sesuatu perusahaan atau barang perniagaan (perdagangan) atau jasa dari produksi seseorang dengan
barang-barang atau jasa yang diproduksi oleh orang lain. Karena adanya merek itu barang-barang atau jasa yang
diproduksi mejadi dapat dibedakan.
Menurut pasal 5 UUM Tahun 2001 merek tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur di bawah ini:
1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban
umum.
2. Tidak memiliki daya pembeda.
3. Telah menjadi milik umum.
4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran.
Jenis Merek
* Merek Dagang
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
* Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
* Merek Kolektif
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang
dan/atau jasa sejenis lainnya.
2
Fungsi Merek
Untuk memenuhi fungsinya,merek digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Fungsi merek antara lain:
1. Tanda pengenal untuk membedakan produk perusahaan yang satu dengan produk perusahaan yang lain
(product identity). Fungsi ini juga menghubungkan barang atau jasa dengan produsennya sebagai jaminan
reputasi hasil usahanya ketika diperdagangkan.
2. Sarana promosi dagang (means of trade promotion). Promosi tersebut dilakukan melalui iklan produsen atau
pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa. Merek merupakan salah satu goodwill untuk menarik
konsumen dan juga sebagai simbol pengusaha untuk memperluas pasar produk atau barang dagangnya.
3. Jaminan atas mutu barang atau jasa ( quality guarantee). Hal ini tidak hanya menguntungkan produsen pemilik
merek melainkan juga perlindungan jaminan suatu barang atau jasa bagi konsumen.
4. Penunjukkan asal barang atau jasa yang dihasilkan (source of origin). Merek merupakan tanda pengenal asal
barang atau jasa yang menghubungkan barang atau jasa dengan produsen, atau barang atau jasa dengan
daerah/ negara asalnya.
Pendaftaran Merk
Yang dapat mengajukan pendaftaran merek adalah :
* Orang (persoon)
* Badan Hukum (recht persoon)
* Beberapa orang atau badan hukum (pemilikan bersama)
Salah satu perlindungan HKI tersebut salah satunya adalah Merek yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek. Meskipun telah diatur, namun tetap saja pelanggaran terhadap Hak Kekayaan Intelektual terutama
dalam hal merek terjadi, antara lain :
3
1. Kasus Merek Restoran Hoka-Hoka Bento dimana salah satu restoran pengguna kata ‘bento’ ditemukan di
Makassar yakni Otobento. Restoran itu juga menyajikan makanan dan minuman khas Jepang. Logonya mirip
dengan Hokben yaitu dua anak kecil. Eka Bogainti mencium penggunaan merek “Otobento” sebagai bentuk
pendomplengan merek Hokben yang sudah terkenal luas.1
2. PT. Krakatau Steel (Persero) menggugat PT Tobu Indonesia ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Perusahaan
plat merah itu mengajukan gugatan pembatalan merek Tobu Indonesia lantaran memiliki kemiripan dengan
merek Krakatau Steel yang dalam gugatan disebutkan Tobu Indonesia mendompleng ketenaran merek
Krakatau Steel. Badan Usaha Milik Negara itu memilki merek “KS Pole” dan “KS” atas barang yang
diproduksinya. Sementara Tobu menggunakan nama “KS-TI” sebagai merek dagang untuk barang sejenis
dengan merek “KS”.2
Dari dua contoh kasus diatas permasalahan atas merek memang komplek untuk itu perlu dicari solusinya tentang
penyelesaian sengketa terhadap merek menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001?
Pembahasan
Merek pada saat ini diatur menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Pasal 1 angka 1 UU Merek yang dimaksud
dengan Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
atau jasa.
Merek harus memiliki daya pembeda yang cukup (capable of distinguishing) artinya memiliki kekuatan untuk
membedakan barang atau jasa produk suatu perusahaan lainnya. Agar mempunyai daya pembeda, merek itu harus
dapat memberikan penentuan (individual-sering) pada barang atau jasa yang bersangkutan. Merek dapat dicantumkan
pada barang atau pada bungkusan barang atau dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang bersangkutan dengan
jasa.
Masalah HKI (Hak Kekayaan Intelektual) termasuk Merek merupakan permasalahan bisnis yang besar menimbulkan
sengketa. Beberapa karakteristik sengketa bisnis didasarkan beberapa parameter
1. Parameter subyek, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa bisnis baik secara langsung maupun tidak
langsung terkena kepentingannya, dalam hal ini dapat berupa perorangan ( persoon), maupun badan hukum
(rechtspersoon) seperti perusahaan, yayasan, dll.
2. Parameter obyek, yaitu apa yang menjadi persoalan dalam suatu sengketa bisnis terutama adalah hal-hal yang
berkaitan dengan pelanggaran dan penyimpangan aktivitas bisnis beserta segala akibat hukumnya, seperti terjadinya
wanprestasi, kecurangan, perbedaan interpretasi terhadap aturan hukum, persaingan tidak sehat, pemalsuan,
penipuan, dsb. Oleh karenanya adanya pelanggaran dan penyimpangan seperti itu menyebabkan kepentingan salah
satu pihak dirugikan oleh pihak yang lain, sehingga timbullah sengketa bisnis tersebut.
3. Parameter hukum yang berlaku, yaitu aturan hukum manakah yang mengatur aktivitas bisnis, karena aktivitas bisnis
haruslah tunduk pada hukum yang berlaku baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis/ kebiasaan, konvensi-
konvensi, perjanjian internasional, yurisprudensi, dsb.
4. Parameter inisiatif dan keaktifan berperkara, adalah ditentukan atau tergantung dari para pihak-pihak yang
berperkara. Sengketa bisnis pada umumnya adalah sengketa privat, oleh karena itu pihak-pihak yang berperkara yang
harus aktif dalam penyelesaian perkara, mulai dari mengajukan perkaranya, mempertahankannya dan mengikuti aturan
main penyelesaian sengketa yang berlaku. Ketidakaktifan dalam berperkara dapat berakibat merugikan
kepentingannya, yaitu perkaranya dikalahkan.
5. Parameter forum, penyelesaian sengketanya, yaitu semua forum atau lembaga penyelesaian sengketa perdata yang
memungkinkan diselesaikannya sengketa bisnis baik melalui jalur litigasi maupun nonlitigasi dengan segala kelebihan
dan kekurangannya.
Penyelesaian sengketa terhadap merek diatur di dalam hukum Indonesia antara lain :
Pasal 90 :
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek
terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/ atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)”.
Pasal 91 :
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar
milik pihak lain untuk barang dan/ atau jasa sejenis yang diproduksi dan/ atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)”.
Penutup
6
Dari beberapa macam penyelesaian diatas maka menurut hemat penulis bahwa penyelesaian sengketa merek menurut
hukum positif indonesia menngunakan dua cara, yaitu litigasi dan non litigasi antara lain :
1. Penyelesaian Sengketa Alternatif dan Penyelesaian Arbitrase
Penyelesaian sengketa alternatif dan arbitrase dianggap sebagai penyelesaian yang dapat diselesaikan secara win-win
solution karena kedua penyelesaian ini dianggap sebagai penyelesaian yang tidak memakan waktu dan dapat menekan
biaya. Dalam pemeriksaan di persidangan Arbitrase tidaklah berbeda dengan acara pemeriksaan perkara perdata
sebagaimana diatur di dalam HIR maupun RBg, yang membedakan adalah persidangan arbitrase tertutup untuk umum
sedangkan pengadilan umum terbuka untuk umum, karena didalam Arbitrase sengketa para pihak dijamin
kerahasiannya.
2. Penyelesaian melalui pengadilan
Penyelesaian melalui pengadilan merupakan penyelesaian yang diambil paling akhir atau istilahnya Ultimum Remidium
dimana penyelesaian ini diambil apabila dianggap seluruh jalan penyelesaian yang lain tidak menemukan titik temu
antara para pihak. Dalam Penyelesaian merek melalui pengadilan terutama kepada pengadilan niaga ada 3 (tiga)
macam yaitu gugatan penghapusan pendaftaran merek, gugatan pembatalan merek, dan gugatan ganti rugi.