Oleh:
MUHAMMAD UMAR FARIQ
NIM. 1750101001110063 / 7
AMAR PUTUSAN
Mengadili:
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Merek
Definisi merek menurut Keller (2008:5) adalah: Sebuah merek merupakan
lebih dari sekedar produk, karena mempunyai sebuah dimensi yang menjadi
diferensiasi dengan produk lain yang sejenis. Diferensiasi tersebut harus rasional
dan terlihat secara nyata dengan performa suatu produk dari sebuah merek atau
lebih simbolis, emosional, dan tidak kasat mata yang mewakili sebuah merek.
Berdasarkan definisi tersebut, satu merek berfungsi untuk mengidentifikasikan
penjual atau perusahaan yang menghasilkan produk tertentu yang
membedakannya dengan penjual atau perusahaan lain yang memiliki nilai yang
berbeda yang pada setiap merek-nya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
(UU Merek) mendefinisikan merek sebagai tanda yang dapat ditampilkan secara
grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam
bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan /atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa (Pasal 1 ayat 1 UU Merek).” Hal perlu diingat
merek harus berbeda dengan merek yang sudah ada agar bisa didaftarkan.
2. Merek Terkenal
Merek terkenal mengandung makna “terkenal” menurut pengetahuan umum
masyarakat. Merek terkenal yaitu merek yang dikenal luas oleh sector-sektor
relevan di dalam masyarakat1. Berdasarkan Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf b
UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, telah dijelaskan
bahwa penentuan keterkenalan suatu Merek, harus dilakukan dengan
mempertimbangkan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut
dibidang usaha bersangkutan, dan memperhatikan pula reputasinya sebagai
Merek terkenal yang diperoleh karena promosi besar-besaran, investasi di
beberapa negara di dunia yang dilakukan pemiliknya, dan disertai bukti
pendaftaran Merek tersebut di beberapa negara di dunia. Perlindungan Merek
terkenal di Indonesia diatur di dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b dan c dan Pasal
21 ayat (3) di dalam UU Nomor 20 Tahun 2016.
4
Emmy Yuhassari, Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, Jakarta: Pusat Pengkajian
Hukum,
2004, hlm. 206-207.
c. Upaya pembatalan merek dilakukan dengan cara gugatan ke Pengadilan
Niaga oleh pihak berkepentingan dengan batas waktu daluarsa. Tetapi
gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu jika terdapat unsur
iktikad tidak baik.
B. ANALISIS PUTUSAN
Dalam putusan tersebut mengenai pendaftaran merek dengan itikad tidak baik
dijelaskan bahwa pendaftaran merek “DIESELINDUST RIE”, atas nama Tergugat
diperoleh berdasarkan permohonan pendaftaran merek oleh pemohon yang beritikad
tidak baik, karena meniru kata-kata merek ”DIESEL & Variasinya” milik Penggugat.
Dan berdasarkan adagium PIRATE NON MUTAT DOMINIUM yang berarti “Pembajak
tidak mempunyai titel yang sah/hak atas barang yang dikuasainya”, maka merek
“DIESELINDUST RIE”, yang dimiliki oleh Tergugat sampai kapanpun tidak dapat
diakui secara hukum sebagai miliknya oleh karena telah didaftarkan dengan itikad
tidak baik, dengan maksu d untuk membonceng merek pihak lain yang sudah
dikenal.
Atas dasar tersebut, maka menurut Penjelasan Pasal 21 ayat (3) Undang-undang
No. 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, bahwa adalah Pemohon
yang patut diduga dalam mendaftarkan Mereknya memiliki niat untuk meniru,
menjiplak, atau mengikuti Merek pihak lain demi kepentingan usahanya
menimbulkan kondisi persaingan usaha tidak sehat, mengecoh, atau menyesatkan
konsumen.Selanjutnya dengan terpenuhinya unsur-unsur itikad buruk dalam
pendaftaran merek oleh Tergugat. Berdasarkan kriteria persamaan merek sesuai
dengan Undang - Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
maupun Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. antara merek “DIESELINDUST RIE”,
milik Tergugat baik secara visual, pengucapan, jenis barang maupun penilaian
yuridis, mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek “DIESEL & Variasinya”
milik Penggugat, maka dilakukan penghapusan maupun pembatalan berdasarkan
pengaduan dan gugatan dari Penggugat selaku pemilik merek terdaftar yang merasa
dirugikan sebagaimana Pasal 72 sampai dengan Pasal 79 UU Merek 2016.
Selanjutntya sesuai dengan sistem perlindungan merek di Indonesia
menggunakan sistem konstitutif (first to files). Kelebihan dari sistem first to files
adalah terjaminnya kepastian hukum dengan sertifikasi bagi pemilik merek untuk
tujuan komersial. Dimana Penggugat telah mendaftarkan mereknya “DIESEL &
Variasinya” terlebih dahulu dan sebagai merek terkenal Internasional dan merek
terkenal di Indonesia, sehingga Penggugat mendapatkan perlindungan hukum dari
Dirjen HKI. Kemudian sesuai dengan penegakan hukumnya maka pendaftaran merek
dengan itikad tidak baik yang dilakukan oleh Tergugat, dilakukan penghapusan
maupun pembatalan berdasarkan pengaduan dan gugatan dari Penggugat selaku
pemilik merek terdaftar yang merasa dirugikan sebagaimana Pasal 72 sampai
dengan Pasal 79 UU Merek 2016.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
JURNAL
Fajar Mukti, Iktikad Tidak Baik dalam Pendaftaran dan Model Penegakan Hukum Merek di
Indonesia, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 2018.