Disusun oleh
ANNISA NURRAHMADYA
2012130050
NUR RIZKY AULIA RAHMAH
2012130097
ERNI
2012130100
SYARIAH
Bissmillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT
karena dengan segala rahmat dan ridhanya kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Hukum Merk Di Indonesia Menurut UU No 20 Tahun 2016”
tidak lupa shalawat serta salam,kami sampaikan kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW,beserta keluarga,sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir
zaman.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
D. Metode Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Merk.........................................................................................3
B. Dasar Hukum Merk nasional dan Internasional........................................4
C. Jenis dan Persyaratan Merk (Persamaan Keseluruhan dan Persamaan
Pada Pokoknya).........................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian merek di dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2016 tentang Merek, memberikan definisi merek sebagai tanda
yangdapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka,susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan atau 3
(tiga) dimensi, suara,hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untukmembedakan barang dan atau jasa yang diproduksi
oleh orang atau badanhukum dalam kegiatan pedagangan barang dan/atau
jasa.1
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang di atas, agar pembahasan makalah ini
terarah, penulis perlu mengidentifikasi rumusan masalah sebebagai
berikut:
1. Pengertian dan fungsi merek
2. Dasar hukum merek (nasional dan internasional)
3. Jenis dan persyaratan merek (persamaan keseluruhan dan persamaan
pada pokoknya)
4. Prosedur pendaftaran merek dan hak prioritas
5. Penghapusan dan pembatalan pendaftaran
6. Jangka waktu perlindungan merek
1
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
2
Suyud Margono dan Longginus Hadi, Pembaharuan Perlindungan Merek, Jakarta: CV. Novindo
1
Pustaka Mandiri, 2002. hal. 28
2
7. Pelanggaran hak merek dan upaya hukumnya (aspek hukum
administrasi, perdata, dan pidana) analisis kasus merek
C. Tujuan Penulisan
Dari penulisan makalah ini diharapkan agar mahasiswa mampu
menjelaskan dan memahami:
1. Mengetahui dan memahami Pengertian dan fungsi dari merek
2. Mengetahui dan memahami Dasar hukum merek mulai dari nasional
dan internasional
3. Mengetahui dan memahami Jenis dan persyaratan merek (persamaan
keseluruhan dan persamaan pada pokoknya)
4. Mengetahui dan memahami Prosedur pendaftaran merek dan hak
prioritas
5. Mengetahui dan memahami Penghapusan dan pembatalan
pendaftaran merk
6. Mengetahui dan memahami tentang jangka waktu perlindungan
merek
7. Mengetahui dan memahami tentang Pelanggaran hak merek dan
upaya hukumnya (aspek hukum administrasi, perdata, dan pidana)
analisis kasus merek.
D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dari makalah ini ada dua metode yaitu metode
pustaka (library research) dan metode penelusuran internet (web research)
sebagai referensi pendukung dalam penulisan makalah ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khusunya Hukum Paten dan Merek, (Jakarta,
Akademika Pressindo, 1990), hlm. 19
4
Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual,
(Yogyakarta, Pusat Studi Hukum UII, 2000), hlm.89
4
2. Fungsi Merk
Bagi produsen, merek berguna untuk jaminan nilai hasil produksi, yaitu
cara pemakaian dan hal lain yang berkenaan dengan teknologi.
Bagi konsumen yaitu untuk memilih barang atau jasa yang akan dibeli atau
digunakan
5
Ibid.
5
secara sah memiliki merek mengadukan maka Kantor pengadilan akan
memprosesnya.
Proses peradilan ini merupakan bentuk perlindungan yang diberikan
Negara kepada pemilik merek yang sah atau yang terdaftar di Dirjen HAKI.
Apabila secara sah dan meyakinkan terdapat atau ada pelanggaran merek
maka hakim akan memberikan perlindungan melalui putusan yang adil.
Bagi Pelanggar akan dikenakan sanksi (baik pidana maupun denda) sesuai
ketentuan pidana merek yang diatur dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 95
UU No.15 Tahun 2001. Dan apabila terbukti secara secara sah ada pihak
yang telah melakukan pelanggaran merek maka pihak yang melakukan
pelanggaran akan dikenakan sanksi (baik pidana atau denda) sesuai dengan
pelangaran yang dilakukan. Jadi perlindungan hukum akan diberikan oleh
Negara hanya kepada merek yang terdaftar saja.
Sanksi akan dikenakan bagi pelanggar merek sah karena pelanggara
merupakan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata) antara
lain memenuhi unsur :
a) Perbuatan melawan hukum
b) Adanya Kerugian,
c) Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang
ditimbulkan
d) Adanya Kesalahan
Pihak yang melanggar akan dikenakan sanksi karena jelas memenuhi
unsur perbuatan melawan hukum, karena perbuatan yang melawan hukum
yaitu secara sengaja menggunakan merek pihak lain tanpa hak. Selain itu
menimbulkan kerugian. Pihak pemilik merek dirugikan (secara materiil dan
non materiil) dengan adanya pelanggaran merek tersebut. Karena
pelanggaran merek merupakan suatu perbuatan yang dapat dikategorikan
suatu kesalahan maka apabila ada pihak yang melakukan pelanggaran merek
sudah sepantasnya dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan.
6
2. Dalam Internasional
Saat ini Indonesia telah mempunyai Undang - undang Merek terbaru
yaitu Undang - undang Nomor 15 Tahun 2001 yang diundangkan pada
tanggal 1 Agustus 2001 seiring dengan telah diratifikasinya Konvensi
Pembentukan World Trade Organization (WTO).
Undang-undang ini menggantikan Undang-undang Nomor 19 Tahun
1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang undang
Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19
Tahun 1992 tentang Merek. yang memuat Lampiran Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (Perjanjian TRIPs).
Tujuan Perjanjian TRIPs adalah untuk memberikan perlindungan
HKI dan prosedur penegakan hak menuju perdagangan yang sehat.
Perjanjian TRIPs mengatur norma-norma standar yang berlaku secara
internasional tentang HKI dan obyek HKI secara luas, yaitu :
1) Hak Cipta dan Hak Terkait (Copyright and Related rights)
2) Merek (Trademarks)
3) Indikasi Geografis (Geographical Indications)
4) Desain Industri (Industrial Designs)
5) Paten (Patents)
6) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout-Designs (Topographies) of
Integrated Circuits
7) Rahasia Dagang (Protection of Undisclosed Information)
8) Larangan Praktek Persaingan Curang dan Perjanjian Lisensi (Control
of Anti-Competitive Practices in Contractual Licenses)
HKI adalah istilah umum dari hak eksklusif yang diberikan sebagai
hasil yang diperoleh dari kegiatan intelektual manusia dan sebagai tanda
yang digunakan dalam kegiatan bisnis, termasuk ke dalam hak berwujud
yang memiliki nilai ekonomis.
Pasal 15 ayat (1) TRIPs Agreement menyatakan sebagai berikut :
Setiap tanda, atau kombinasi dari tanda-tanda, yang mampu
membedakan barang atau jasa dari satu usaha dari seseorang dengan usaha
orang lain, yang mampu membentuk merek dagang. Tanda-tanda tersebut,
7
dengan kata-kata tertentu termasuk nama pribadi, huruf, angka, elemen
figuratif dan kombinasi warna serta kombinasi dari tanda-tanda tersebut,
akan memenuhi syarat untuk pendaftaran sebagai merek dagang. Jika tanda-
tanda secara inheren tidak mampu membedakan barang atau jasa yang
terkait, Negara Anggota dapat membuat kelayakan pendaftaran bergantung
pada kekhasan yang diperoleh melalui penggunaannya. Negara Anggota
dapat meminta, sebagai syarat pendaftaran agar tanda-tanda tersebut dapat
dilihat jelas secara visual.
Pasal 15 ayat (1) TRIPs Agreement menegaskan bahwa pengaturan
di atas tidak akan dipahami sebagai aturan untuk mencegah negara
penandatangan untuk menolak pendaftaran merek dagang dengan alasan lain
selama mereka tidak mengurangi ketentuan yang telah diatur dalam Paris
Convention for the Protection of Industrial Property (“Paris
Convention”). Paris Convention mengatur mengenai kondisi dan syarat
pendaftaran merek dan kebebasan perlindungan merek yang sama di negara
yang berbeda.
a) Merek dagang
b) Merek jasa
6
Undang-Undang nomor 20 tahun 2016., Pasal 2 ayat (2)
8
membedakan barang-barang sejenis lainnya.” Pengertian mengenai merek
jasa (servise mark) disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
merek No. 20 Tahun 2016, yaitu; “merek jasa adalah merek yang digunakan
pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
brsama- sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis
lainnya”.
7
Suryatin, Hukum Dagang I Dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980, Hal. 87
9
8
R. soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I , cetakan ke-*, Dian Rakyat, Jakarta, 1983, hal.
165-167.
1
bukan merupakan merek. Misalnya bentuk, warna atau ciri lainnya dari
barang atau pembungkusnya. Bentuk yang khas atau warna, warna dari
sepotong sabun atau suatu doos, tube dan botol. Semua itu tidak cukup
mempunyai daya pembedaan untuk dianggap sebagai suatu merek, dalam
prakteknya warna-warna tertentu yang dipakai dengan suatu kombinasi yang
khusus dapat dianggap sebagai suatu merek.”9
9
Sudargo Gautama., Hukum Merek Indonesia., Bandung., Citra Aditya Bakti., 1989.,Hal 56
1
nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis
dari pihak yang berwenang.
- Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel
resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah,
kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
D. Prosedur Pendaftaran Merk dan Hak Prioritas
1. Prosedur Pendaftaran Merk
a) Pengajuan permohonan sesuai dengan yang telah disediakan oleh
Kantor Merek, dan melampirkan :
- Mengisi formulir pendaftaran Merek rangkap 4 (empat)
- Mengisi Surat Pernyataan kepemilikan merek, bermaterai Rp.
6000,-.
- Fotocopy KTP pemilik merek
- Fotocopy akte pendirian Badan Hukum yang dilegalisir notaris
bagi pemohon atas nama Badan Hukum
- Fotocopy NPWP bagi pemohon atas nama Badan Hukum
- Etiket Merek sebanyak 26 (duapuluh enam) lembar, 4 (empat)
lembar ditempel pada masing-masing lembaran form dengan
ukuran maksimal 9 x 9 cm dan minimal 2 x 2 cm
- Contoh fisik produk yang didaftarkan
- Mencantumkan nama negara dan tanggal permintaan
pendaftaran Merek pertama kali bagi merek dengan Hak
Prioritas
b) Pemeriksaan permintaan pendaftaran Merek.
- Pemeriksaan formal
Pemeriksaan formal adalah pemeriksaan atas kelengkapan
persyaratan administratif yang ditetapkan.
- Pemeriksaan Substantif.
Pemeriksaan Substantif adalah pemeriksaan terhadap merek
yang diajukan apakah dapat didaftarkan atau tidak, berdasarkan
persamaan pada keseluruhan, persamaan pada pokoknya, atas
1
merek sejenis milik orang lain, sudah diajukan mereknya lebih
dahulu oleh orang lain.10
2. Hak Prioritas
Hak prioritas bersumberkan kepada Paris Convention yang asasnya
telah digabungkan di dalam TRIPs. Ketentuan-ketentuan Paris Convention
yang terpenting adalah sebagai berikut:11
a) Penanganan nasional atau similasi nasional yang mengatur bahwa
sejauh berkaitan dengan milik industrial, setiap anggota harus
memberikan perlindungan yang sama kepada warga negara dari
negara anggota lain sebagaimana ia berikan kepada warga negaranya
sendiri. Penangangan seperti ini dikenal dengan principle of national
treatment. Inti national treatment adalah pada pemberlakuan yang
sama dalam kaitan dengan perlindungan kekayaan intelektual antara
yang diberikan kepada warga negara sendiri dan warga negara lain.12
b) Penggunaan hak prioritas atas dasar permintaan pendaftar pertama di
negara anggota, pemohon dapat di dalam periode tertentu 6 atau 12
bulan meminta perlindungan seolah-olah didaftarkan pada hari yang
sama pada permintaan pertama.
10
UU No. 15 Tahun 2001 (Merek)
11
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005 hlm, 134
12
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Alumni, Bandung, 2005. Hlm
24
13
Endang Purwaningsih, op-cit, hlm 135
1
tentunya dalam arti seolah-olah, bukan yang sesungguhnya. Berarti ini
adalah suatu fiksi suatu anggapan. Fiksi ialah, bahwa kita menerima sesuatu
yang tidakbenar sebagai suatu hal yang benar. Dengan perkataan kita
menerima apa yang sebenarnya tidak ada, sebagai ada atau yang sebenarnya
ada sebagai tidak ada.14 Bahwa tiap-tiap konstruksi atau pembentukan
pengertian terletak sesuatu fiksi, karena orang hanya melihat sifat-sifat dari
sesuatu yang konkrit yang bersamaan dengan sifat-sifat yang lain, jadi sifat-
sifatnya yang umum dan mengabrasinya dari sifat-sifat yang khusus. Van
Apeldoorn mengatakan fiksi itu biasa dipakai jika orang dengan sadar
menerima sesuatu sebagai benar, apa yang tidak benar. Fiksi-fiksi tersebut
mempunyai sifat yang tak berbahaya, bahkan lebih dari pada itu, orang
dapat mengatakan, bahwa fiksi perundang-undangan itu bukan fiksi
sebenarnya, melainkan dirumuskan belaka sebagai fiksi.15
14
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1996, hlm 407
15
Ibid.
1
bersangkutan sendiri menyadari bahwa kehendaknya itu bertentangan
dengan itikad baik. Itikad baik objektif (objectief goeder trouw) adalah
kalau pendapat umum mengungkapkan tindakan begitu bertentangan dengan
itikad baik.16
Tidak semua merek dapat didaftarkan, hanya tanda-tanda yang
memenuhi syarat di bawah ini yang dapat didaftar sebagai merek, seperti
1) Mempunyai daya pembeda; merupakan tanda pada barang dagang
atau jasa yang dapat berupa gambar (lukisan),
2) Nama,
3) Kata,
4) Huruf- huruf,
5) Angka-angka,
6) Susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut;
7) tanda tersebut tidak bertentangan dengan peraturan per undang-
undangan yang berlaku,
8) Moralitas agama,
9) Kesusilaan, atau ketertiban umum; dan
10) Tanda tersebut juga tidak mempunyai persamaan dengan merek lain
yang terdaftar terlebih dahulu, atau merek terkenal
Meskipun Undang-undang sudah mengatur ketentuan pendaftaran merek
sedemikian rupa, namun pada prakteknya seringkali timbul beberapa
masalah dalam pemeriksaan merek. Salah satu yang menonjol adalah yang
berkaitan dengan "persamaan". Bagaimana menentukan ada tidaknya suatu
persamaan merek, baik persamaan pada pokoknya maupun persamaan pada
keseluruhannya seperti diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a adalah hal yang
tidak mudah.17
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Pasal 72 (7) tentang
penghapusan merek terdaftar dapat dilakukan apabila:
16
J. Satrio, 2000, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian. Bandung: Citra Aditya
Bakti, hlm. 179.
17
Mardianto, Agus. "Penghapusan pendaftaran merek berdasarkan gugatan pihak ketiga." Jurnal
Dinamika Hukum 10.1 (2010). 44
1
1) Memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhan nya dengan
indikasi geografis
2) Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundangundangan,
moralitas, agama, kesusilaan dan ketertiban umum
3) Memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan ekspresi budaya
tradisional, warisan budaya, atau nama atau logo yang sudah merupakan
tradisi turun menurun
Penghapusan merek dapat dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi
dari komisi banding merek. Gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya
dapat diajukan dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal
pendaftaran merek. Gugatan pembatalan Optimalisasi Pengawasan merek
dapat diajukan tanpa batas waktu jika terdapat unsur iktikad tidak baik.
F. Jangka Waktu Perlindungan Merk
Merek yang akan didaftarkan harus memiliki daya pembeda dari merek-
merek lainnya yang diharapkan dapat menjadi keunikan yang
mencerminkan orisinalitas produk tersebut. 18Sesuai UU Nomor 20 Tahun
2016 tentang merek dan indikasi geografis Pasal 35 perlindungan merek
oleh negara dengan jangka waktu 10 tahun dan dapat diperpanjang dengan
jangka waktu yang sama. Pada sistem ini
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang merek dan indikasi
geografis Pasal 35 menyatakan bahwa :
a) Merek terdaftar mendapat pelindungan hukum untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan.
b) Jangka waktu pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama
c) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan secara elektronik atau non-elektronik dalam bahasa Indonesia
oleh pernilik Merek atau Kuasanya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu pelindungan bagi Merek terdaftar
tersebut dengan dikenai biaya
18
Karlina perdana dan Pujiyono, Kelemahan Undang-Undang Merek Dalam Hal Pendaftaran Merek
Studi atas Putusan Sengketa Merek Pierre Cardn, di akses tanggal 19 Juli 2020
1
d) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masih
dapat diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah
berakhirnya jangka waktu pelindungan Merek19
G. Pelanggaran Hak Merk dan upaya Hukumnya (Aspek Hukum
Administrasi, Perdata dan Pidana)
Penegakan hukum (law enforcement) adalah kegiatan menyelaraskan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap dan
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir. Untuk
menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup. Penegakan hukum merupakan suatu usaha atau proses mewujudkan
keinginan hukum yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan.20
1. Aspek Hukum Perdata
Pihak yang berhak mengajukan gugatan atas merk ialah pemilik
merk dan penerima lisensi merk terdaftar. Penerima lisensi merk terdaftar
dapat mengajukan gugatan sendiri – sendiri maupun bersama-sama dengan
pemilik merk yang bersangkutan. Gugatan yang diajukan berupa :
a) Gugatan ganti rugi
b) Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan
merk tersebut.
Gugatan yang diajukan merupakan perbuatan yang berkaitan dengan
penggunaan merek yang tindakan tersebut merugikan pemilik merek yang
sah. Kerugian yang dialami diantaranya ialah kerugian ekonomi, selain
dapat merusak reputasi
Gugatan ganti kerugian dan / atau penghentian perbuatan yang
berkaitan dengan penggunaan merek secara tanpa hak tersebut memang
sudah sewajarnya, karena tindakan tersebut sangat merugikan pemilik
merek yang sah. Kerugian yang secara langsung terasa adalah kerugian
ekonomi, karena hal itu dapat merusak reputasi merek. Gugatan merek
19
Febri Noor Hediati. "Optimalisasi Pengawasan pada Penerimaan Pendaftaran Merek dalam
Rangka Perlindungan Merek." Jurnal Suara Hukum 2.2 (2020): 252
20
Zainab Ompu Jainah, “Penegakan Hukum dalam Masyarakat”, Journal of Rural and Development,
Vol.3, No.2 (Agustus 2012), 168.
1
diajukan ke Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau
domisili tergugat.
Tata cara gugatan pada Pengadilan Niaga :
1. Gugatan pembatalan pendaftaranmerek diajukankepada ketua
Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili
tergugat. Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah
Indonesia, gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat.
2. Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang
bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima
tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal dengan tanggal
pendaftaran gugatan.
3. Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada ketua Pengadilan
Niagadalam jangka waktu paling lama 2 ( dua ) hari terhitung
sejak gugatandidaftarkan.
4. Dalam jangka waktu paling lama 3 ( tiga ) hari terhitung sejak
tanggal gugatan pembatalan didaftarkan. PengadilanNiaga mempelajari
gugatan dan menetapkan hari sidang. ( Pasal 80 UU Merek).
2. Aspek Hukum Pidana
Proses penyelesaian perkara merek melalui jalur hukum pidana
mempergunakan Undang-undang no 8 tahun 1981 tentang Kitab Hukum
Acara Pidana sebagai hukum formil dengan ketentuan khusus ( lex
specialis )tentang penyidikan pada Undang-undang no 15 tahun 2001
tentang Merek.
Sistem peradilan pidana yang digariskan KUHAP adalah system
terpadu ( Integrated Criminal Justice System )yang melibatkan aparat
penegak hukum secara terpadu. Aktivitas pelaksanaan criminal justice
system merupakan fungsi gabungan (collection of function)dari: legislator,
polisi, jaksa, pengadilan, dan penjara serta badan yang berkaitan baik di
lingkungan pemerintahan maupun di luarnya. Penyelesaian perkara merek
juga mendasarkan pada sistem terpadu seperti yang digariskan KUHAP.
1
Langkah penegakan hukum sangat tergantung pada kerjasama
positif antara segenap aparat yang tertata baik dari tingkat penyidikan,
penuntutan sampai pada pemutusan perkara. Sebelum penyidikan dimulai
terlebih dahulu perlu ditentukan secara cermat berdasarkan fakta
yang ditemukan dari hasil penyelidikan bahwa suatu peristiwa merupakan
tindak pidana dan terhadap peristiwa tersebut dapat dilakukan penyidikan.
Dalam Pasal 1 ayat (1) KUHAP dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan penyidik adalah pejabat kepolisian negara atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang
untuk melakukan penyidikan. Pegawai negeri sipil yang dimaksud dalam
perkara merek adalah pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pembinaan Hak Kekayaan Intelektual. 21
Tindak pidana merek dirumuskan dalam beberapa pasal yaitu :
a. Tindak pidana menggunakan merek yang sama keseluruhannya dengan
merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan / atau jasa sejenis
(Pasal 90)
b.Tindak pidana menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan
merekterdaftar milik pihak lain(Pasal 91).
c. Tindak pidana menggunakan tanda yangsama pada keseluruhan
dengan indikasi geografis milik pihak lain. Tindak pidana ini diatur
dalam Pasal 92yang dalam rumusannya memuat 3 macam tindak pidana
yakni :
1) Tindak pidana menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan
dengan indikasi geografis milik pihak lain, dirumuskan dalam
Pasal 92 ayat (1)
2) Tindak pidana menggunakan tanda yang sama pada pokoknya
denganindikasi geografis milik pihak lain, dirumuskan dalam Pasal
92 ayat (2 )
21
.Agus mardianto. Jurnal Dinamika Hukum. Penghapusan Pendaftaran Merk berdasarkan pihak
ketiga Vol. 10 No. 1 Januari 2010.
1
3) Pencantuman asal sebenarnya pada barang hasil pelanggaran
atau pencantuman kata yang menunjukkan barang merupakan
tiruan dari barang terdaftar, dirumuskan dalam Pasal 92 ayat ( 3 )
d. Tindak pidana menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan
indikasi asalpada barang atau jasa(Pasal 93)
e. Tindak pidana memperdagangkan barang dan / atau jasa hasil
pelanggaran Pasal 90, 91, 92 atau 93
H. Analisis Kasus Merek
Dalam kasus merek ayam geprek milik Bensu Sujono dan merek ayam
geprek milik Ruben Onsu . Bagaimana merek yang memiliki persamaan pada
pokoknya dapat memperoleh perlindungan secara hukum. Sangat perlu
ditingkatkan sistem pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Hak
Kekayaan Intelektual dalam proses pendaftaran merek. Apabila tidak
dilakukan perbaikan sistem pengawasan.
Pada kasus ayam geprek bensu sedeep benerr di Indonesia yang telah
diputuskan Mahkamah Agung, dimana kasus tersebut lebih difokuskan pada
sistem pendaftaran yang kurang terbuka sehingga menimbulkan praktek
pendaftaran yang tumpang tindih. Dilihat dari sisi normatif pada Undang-
Undang mengenai HKI memang sudah dapat memberikan perlindungan
hukum, namun masih banyak sekali kasus pelanggaran pada HKI khususnya
dibidang pendaftaran. Hal ini dikarenakan faktor lemahnya pengawasan saat
pelaksanaan pendaftaran, sehingga walaupun birokrasi sudah diterapkan
dengan baik namun saat di realita lapangannya tidak sejalan dengan birokrasi
yang telah di tetapkan. Perlu mendapat perhatian yang serius dan harus segera
ditanggulangi. Agar potensi pelanggaran yang terjadi pada proses pendaftaran
merek pelan-pelan dapat di minimalisir. Pelanggaran pendaftaran merek
menjadi sebuah fenomena yang sangat kompleks, sehingga diperlukan
pendekatan secara komprehensif. Seperti pendekatan secara aturan maupun
pemanfaatan teknologi informasi dan aplikasi untuk mempermudah akses
informasi yang terus berkembang pada era globalisasi.22
22
Febri Noor Hediati. "Optimalisasi Pengawasan pada Penerimaan Pendaftaran Merek dalam
Rangka Perlindungan Merek." Jurnal Suara Hukum 2.2 (2020): 252
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Merek adalah tanda yang dapat digunakan untuk membedakan antara
barang atau jasa yang satu dengan yang lain. Sehingga konsumen akan dapat
membedakan masing-masing merek, khususnya untuk barang / jasa yang
sejenis. Dilihat dari ketentuan pasal tersebut dengan demikian fungsi merek
amatlah penting bagi pemilik merek itu sendiri dan juga bagi para konsumen
yang menggunakan barang atau jasa merek tersebut.
2
figuratif dan kombinasi warna serta kombinasi dari tanda-tanda tersebut,
akan memenuhi syarat untuk pendaftaran sebagai merek dagang.
c) Merek dagang
d) Merek jasa
2
b) Pemeriksaan permintaan pendaftaran Merek.
Hak prioritas bersumberkan kepada Paris Convention yang asasnya telah
digabungkan di dalam TRIPs. Ketentuan-ketentuan Paris Convention yang
terpenting adalah sebagai berikut:
a) Penanganan nasional atau similasi nasional yang mengatur bahwa
sejauh berkaitan dengan milik industrial, setiap anggota harus
memberikan perlindungan yang sama kepada warga negara dari
negara anggota lain sebagaimana ia berikan kepada warga negaranya
sendiri.
b) Penggunaan hak prioritas atas dasar permintaan pendaftar pertama di
negara anggota, pemohon dapat di dalam periode tertentu 6 atau 12
bulan meminta perlindungan seolah-olah didaftarkan pada hari yang
sama pada permintaan pertama.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Pasal 72 (7) tentang
penghapusan merek terdaftar dapat dilakukan apabila:
1) Memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi geografis
2) Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang undangan,
moralitas, agama, kesusilaan dan ketertiban umum
3) Memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan ekspresi budaya
tradisional, warisan budaya, atau nama atau logo yang sudah
merupakan tradisi turun menurun
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang merek dan indikasi
geografis Pasal 35 menyatakan bahwa :
a) Merek terdaftar mendapat pelindungan hukum untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan.
b) Jangka waktu pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama
c) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan secara elektronik atau non-elektronik dalam bahasa Indonesia
oleh pernilik Merek atau Kuasanya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu pelindungan bagi Merek terdaftar
tersebut dengan dikenai biaya
2
d) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masih
dapat diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah
berakhirnya jangka waktu pelindungan Merek
Tata cara gugatan pada Pengadilan Niaga (Upaya hukum aspek
Hukum Perdata ) :
1. Gugatan pembatalan pendaftaranmerek diajukankepada ketua
Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili
tergugat. Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah
Indonesia, gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat.
2. Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang
bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima
tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal dengan tanggal
pendaftaran gugatan.
3. Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada ketua Pengadilan
Niagadalam jangka waktu paling lama 2 ( dua ) hari terhitung
sejak gugatan didaftarkan.
4. Dalam jangka waktu paling lama 3 ( tiga ) hari terhitung sejak
tanggal gugatan pembatalan didaftarkan. PengadilanNiaga mempelajari
gugatan dan menetapkan hari sidang. ( Pasal 80 UU Merek).
B. Saran
Dengan adanya makalah ini hendaknya dapat memberikan manfaat yang
positif bagi pembaca, dapat menambah wawasan keilmuan pembaca dan
dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Semoga makalah ini dapat
memperluas wawasan kita khususnya dalam mata kuliah Hak Kekayaan
Intelektual.
2
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Alumni,
Bandung, 2005. Hlm 24
Adisumarto,Harsono. Hak Milik Intelektual Khusunya Hukum Paten dan Merek,
(Jakarta, Akademika Pressindo, 1990.
Ibid
J. Satrio, 2000, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian. Bandung:
Citra Aditya Bakti. 2000.
Jainah Ompu Zainab , “Penegakan Hukum dalam Masyarakat”, Journal of Rural
and Development, Vol.3, No.2 (Agustus 2012).
Maulana Budi Insan , Ridwan Khairandy, Nurjihad, Kapita Selekta Hak Kekayaan
Intelektual, (Yogyakarta, Pusat Studi Hukum UII, 2000).
2
Pujiyono, Karlina Perdana. Kelemahan Undang-Undang Merek Dalam Hal
Pendaftaran Merek Studi atas Putusan Sengketa Merek Pierre Cardn, di
akses tanggal 19 Juli 2020