Anda di halaman 1dari 14

Kasus Pelanggaran Hak Merek

“Sengketa antara Oskadon dengan Oskangin”

Disusun Oleh :
Nama : Masayu Kamilah Safria
NIM : 02011382025328

Dosen Pengampu:

1. DR. HJ. Annalisa Y, S.H., M.HUM.

2. Muhammad Rasyid, S.H.,M.HUM.

3. Sri Handayani, S.H.,M.HUM.

4. Muslim Nugraha, SH.,MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
daninayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hak Merek.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Merek dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, 20 April 2023

Pemyusun

ii
Daftar Isi

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………….…………………………….. i

KATA PENGANTAR ………………………………………….….….………………….......... ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………. 1

Latar Belakang ……………………………………………………………….….…..................... 1

Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………….. 3

Tujuan ………….………………………………………………….…………….…..................... 3

Manfaat ………….……………………………………………………….….…………………... 5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………... 6

Pengertian Merek …………………………………………………………….………………..... 6

Kronologi Kasus ………………………………………………………………………………… 6

Analisis Kasus …..…………..……………………………………………….………………….. 7

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………… 10

Kesimpulan ………………………………………………………………………...................... 10

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….………… 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang saat ini sedang
giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya pemerintah telah
berusaha meningkatkan usaha perdagangan. Sebagai persiapan untuk menghadapi era
globalisasi dengan mengandalkan kemajuan di bidang industri yang titik beratnya pada
pembangunan di bidang ekonomi yang seimbang sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek.

Merek adalah sebagai salah satu wujud hak kekayaan intelektual yang memiliki
peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang dan/atau jasa
dalam kegiatan perdagangan dan investasi. Merek memiliki kemampuan sebagai tanda
yang dapat membedakan hasil perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain di
dalam pasar, baik untuk barang atau jasa yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Fungsi
merek tidak hanya sekedar untuk membedakan suatu produk dengan produk yang lain,
melainkan berfungsi sebagai aset perusahaan yang tidak ternilai harganya, khususnya
untuk merek-merek yang berperingkat terkenal (well-known marks).

Sebuah merek dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena melalui
merek produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya serta
keterjaminan bahwa suatu produk tersebut original.

Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek


menyatakan bahwa “Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau disediakan oleh orang atau
badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa”.

1
Kebutuhan pentingnya perlindungan hukum atas merek semakin berkembang
dengan pesat karena banyaknya orang yang melakukan pelanggaran terhadap merek.
Perlindungan hukum terhadap merek sangat diperlukan dalam era globalisasi. Dilakukan
promosi ke seluruh penjuru dunia menyebabkan wilayah pemasaran barang menjadi luas.
Merek menjadi sangat penting untuk membedakan asal-usul barang dan kualitasnya, juga
untuk menghindari pemalsuan. Perluasan pasar memerlukan penyesuaian dalam sistem
perlindungan hukum terhadap merek yang digunakan pada produk yang diperdagangkan
Perlindungan merek terkenal didasarkan pada pertimbangan bahwa penirua merek
terkenal milik orang lain pada dasarnya dilandasi “iktikad buruk” terutama untuk
mengambil keuntungan dengan membonceng keterkenalan suatu merek orang lain,
menimbulkan kondisi persaingan orang dan mengecohkan konsumen sehingga tidak
selayaknya mendapatkan perlindungan hukum.

Seiring dengan berkembangnya penggunaaan merek, semakin banyak


pelanggaran-pelanggaran dalam bidang merek terutama terhadap merek yang telah
dikenal oleh masyarakat luas dimana merek tersebut telah mendapatkan reputasi (good
wiil) di mata konsumen.

Motivasinya untuk memperoleh keuntungan dengan cara mudah dengan coba


memalsukan, meniru, memiripkan merek yang telah dikenal masyarakat, sehingga
menimbulkan kerugian terhadap pemilik merek dan juga masyarakat sebagai konsumen.
Banyaknya hasil produksi yang beredar dalam masyarakat atau konsumen yang bermerek
yang sudah dikenal sebagai merek yang bermutu tinggi, mengakibatkan munculnya
merek-merek yang memakai nama yang sama dengan mutu yang rendah yang bertujuan
untuk lebih meningkatkan penjualan.

Sementara itu, dalam kasus pelanggaran merek ini banyak terjadi praktik
pelanggaran dalam bidang merek. Salah satu contoh kasus yang diambil penulis dalam
penulisan hukum ini adalah pelanggaran merek terhadap oskadon. Oskadon merupakan
salah satu obat sakit kepala yang sudah cukup lama beredar di Indonesia. Masyarakat
Indonesia juga sudah tidak asing lagi jika mendengar merek obat sakit kepala yang satu

2
ini. Slogan “Oskadon Memang Oye!” ternyata bukan suatu slogan kosong belaka. Hal ini
terbukti saat Oskadon mengajukan gugatan ke pengadilan. Merek obat sakit kepala ini
ternyata tidak terkalahkan melawan obat sejenisnya dengan merek Oskangin. Oskadon
telah menggugat Oskangin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Hasilnya hakim
mengabulkan permohonan tersebut serta memerintahkan Oskangin mencabut nama
tersebut.

Berdasarkan gambaran di atas tersebut maka penulis menarik kesimpulan bahwa


kasus pelanggaran merek yang dilakukan Oskangin kepada merek Oskadon ini
merupakan salah satu contoh nyata yang memberikan pelajaran bagi para pengusaha agar
sangat hati-hati dalam membuat suatu merek dagang. Perlu dipastikan bahwa merek
tersebut dibuat tidak mengandung kemiripan dengan merek dagang lain yang sudah
terdaftar sebelumnya. Mengingat arti pentingnya suatu merek yang strategis dalam
perekonomian (perindustrian dan perdagangan) dan dampak dari pelanggaran dalam
bidang merek tersebut, maka kebutuhan akan adanya perlindungan hukum atas merek
semakin dibutuhkan agar tidak terjadi pelanggaran- pelanggaran terhadap merek.
Perlindungan hukum diberikan kepada pengusaha/produsen (dalam hal ini selaku pemilik
merek).

2. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Merek?
2. Apa yang dimaksud dengan fungsi Merek?
3. Mengetahui contoh kasus dari citra Merek yang pernah terjadi

3. Manfaat Dan Tujuan


Manfaat Merek
 Merek memudahkan penjual dalam mengolah pesanan dan menelusuri masalah
yang timbul,
 Merek dapat memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan yang dimiliki
oleh suatu produk,
 Merek dapat menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan,

3
 Merek membantu penjual dalam melakukan segmentasi pasar.

Dalam Hasan (2013:215). Manfaat merek dapat dilihat dari kedua belah pihak yaitu
pelanggan dan perusahaan. Manfaat dari sebuah merek bagi pelanggan sebagai berikut:
1. Sebuah merek yang kuat akan memudahkan konsumen untuk mengevaluasi,
menimbang dan membuat keputusan membeli dari semua rincian nilai-nilai yang terkait
dengan kinerja produk, harga, pengiriman, garansi dan lain-lain.
2. Sebuah merek yang kuat membuat pelanggan merasa percaya diri dalam pilihan
mereka, menyederhanakan pilihan sehari-hari (untuk kebutuhan dasar). Branding yang
kuat mampu menciptakan hubungan kepercayaan jangka panjang, aksesibilitas,
kepercayaan, rasa aman dan kenyamanan yang sama dalam sepanjang hidup mereka.
3. Sebuah merek yang kuat membuat pelanggan merasa lebih puas dengan pembelian
mereka, memberikan manfaat dan ikatan emosional (untuk produk perawatan pribadi).
Kualitas persepsi sering mereka terjemahkan menjadi rasa yang membuat pelanggan
lebih bahagia dibanding jika produk itu berasal dari pemasok yang tidak mereka ketahui,
karenanya brand yang kuat mampu menawarkan ikatan komunitas tertentu, terutama
produk-produk yang terkait dengan image.

Sedangkan manfaat dari merek bagi perusahaan adalah sebagai berikut:


1. Harga premium. Sebuah merek dengan citra positif akan menciptakan margin yang
lebih besar dan walaupun ada tekanan untuk menjual dengan harga rendah atau
menawarkan diskon, akan tetapi relatif tidak atau kurang rentan terhadap kekuatan
kompetitif.
2. Klaim produk. Sebuah merek dengan citra yang kuat akan menciptakan orang-orang
melakukan permintaan secara khusus, orang akan mencari merek yang mereka inginkan.
3. Kompetitif parrier. Sebuah merek yang kuat mampu bertindak sebagai penghalang
untuk beralih ke produk pesaing.
4. Komunikasi pemasaran lebih mudah diterima. Perasaan positif tentang suatu merek
akan mengakibatkan orang mampu menerima klaim baru terhadap kinerja produk dan
mereka akan welcome, sehingga lebih mudah dibujuk untuk membeli lebih banyak.

4
5. dan sebagainya.

Tujuan Merek

Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang
dihasilkan oleh pesaing.

Dalam Hasan (2013:203) tujuan penggunaan merek adalah sebagai berikut:

1. Sebagai identitas, yang bermanfaat sebagai pengendali pasar dalam diferensiasi produk
dengan produk pesaing yang memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat
melakukan pembalian ulang.

2. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk.

3. Untuk membina citra, yang memberikan keyakinan jaminan kualitas, serta prestise
tertentu kepada konsumen.

4. Untuk mengendalikan pasar.

5. Menciptakan keuntungan kempetitif, jika merek yang memiliki ekuitas yang tinggi
akan menghasilkan keuntungan sebagai berikut:

a. Dapat memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang kompetitif.

b. Perusahaan akan lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena produk memiliki
kredibilitas yang tinggi.

c. Mampu bertahan pada harga yang lebih tinggi dari pesaing karena konsumen memiliki
keyakinan terhadap kualitas produk.

d. Pelanggan sangat mengharapkan merek yang mereka maksud sehingga posisi tawar
menawar produsen dengan distributor – pelanggan lebih kuat.

e. Karena tingkat kesadaran dan kesetiaan konsumen terhadap merek sangat tinggi maka
perusahaan dapat menikmati biaya pemasaran yang lebih rendah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
 Pengertian Merek

Merek merupakan identitas atau tanda yang dapat membedakan hasil perusahaan yang
satu dengan perusahaan lain dalam hal produk yang dipasarkan di masyarakat. Menurut Pasal 1
Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016, Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan
secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2
(dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa. Fungsi merek salah satunya untuk
membedakan suatu produk dengan produk lain, melainkan juga berfungsi sebagai aset
perusahaan yang tidak ternilai harganya, khususnya untuk merek-merek yang berpredikat sudah
terkenal. Sebuah merek dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena melalui merek
produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya serta keterjaminan
bahwa suatu produk tersebut original. Melalui merek sebuah perusahaan telah membangun suatu
karakter terhadap produk-produk, yang diharapkan akan dapat membentuk reputasi bisnis yang
meningkat atas penggunaan merek tersebut. Upaya pemilik merek untuk mencegah pemakaian
mereknya oleh pihak lain merupakah hal yang sangat penting dan patut dilindungi oleh hukum.
Seperti pada kasus yang akan kami angkat di dalam tulisan ini yaitu mengenai kasus yang terjadi
antara PT Supra Ferbindo Farma atau yang biasa kita kenal dengan produk Oskadon ini
mengajukan surat gugatan ke Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 22 Juni 2011
terhadap produk yang bermerek Oskangin.

 Kronologis Kasus:

PT Supra Ferbindo Farma, perusahaan farmasi yang memproduksi obat bermerek


Oskadon, menggugat merek Oskangin milik seorang pengusaha bernama Widjajanti Rahardja di
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Permasalahannya, anak perusahaan PT Tempo Scan Pacific Tbk
ini menganggap merek Oskangin memiliki ‘persamaan pada pokoknya’ dengan produk-produk
Supra Ferbindo yang banyak memakai kata ‘Oska’.

6
Kuasa hukum Supra Ferbindo, Ludiyanto, mengklaim kliennya mempunyai hak eksklusif
atas merek-merek yang mengandung kata ‘Oska’. Produk-produk itu pun sudah didaftarkan ke
Direktorat Jenderal (Ditjen) Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) sejak tahun 1987, Sedangkan
Oskangin baru terdaftar sejak 1 Juni 2010.

Merek-merek yang didaftarkan selain Oskadon yaitu ada merek Oskadon SP, Oskadryl,
Oskamag, Oskasal, Oskamo, dan Oskavit. Merek-merek ini, menurut Ludiyanto, sudah akrab di
telinga masyarakat. Ludiyanto mengatakan "Jika ada produk diawali kata 'Oska', langsung
dianggap milik Supra Ferbindo". Guna membuat masyarakat lekat dengan nama produk yang
mengandung kata 'Oska' itu tidaklah mudah. Supra Ferbindo mengaku harus mengeluarkan
ongkos besar dan waktu selama 20 tahun guna mempromosikan produk-produk tersebut.

 Analisis Kasus:

Hal ini dikarenakan Oskangin menggunakan frasa kata ‘Oska’ yang merupakan identitas
produk PT Supra Ferbindo seperti Oskradryl, Oskamag, Oskasal, Oskamo dan Oskavit. Produk-
produk tersebut sudah didaftarkan oleh PT Supra Ferbindo ke Direkrtorat Jenderal (Ditjen) Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI) sejak tahun 1987. Sebelumnya merek Oskangin telah didaftarkan
Widjajanti Rahardja pada tanggal 1 Juni 2010, tetapi Widjajanti membantah jika merek
Oskangin memiliki permasalahan pada kata ‘Oska’ dengan merek Oskadon.

Oskadon menggugat Oskangin ke Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat karena adanya
iktikad tidak baik dari Oskangin yang dilihat atas dasar pasal 4 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001, yang berbunyi “merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan
oleh pemohon yang beritikad tidak baik.” Dalam penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa
pemohon kepemilikan merek harus beritikad baik yaitu dengan mendaftarkan mereknya secara
layak dan jujur tanpa apapun untuk meniru atau menjiplak ketenaran merek pihak lain
demi kepentingan usahanya yang mengakibatkan kerugian pada pihak lain atau menimbulkan
persaingan curang, mengecoh dan atau menyesatkan konsumen.

Dapat disimpulkan dalam kasus ini jika dilihat dari pasal tersebut, Oskangin diduga
memiliki maksud tidak baik dengan memakai unsur kata‘Oska’,yang mana memanfaatkan
popularitas dari merek Oskadon demi memudahkan promosi agar lebih cepat mendapat banyak

7
konsumen di pasaran. Dari hal tersebut dapat diketahui ada unsur kesengajaan dalam meniru
merek dagang yang sudah dikenal itu.

Ketentuan pasal 6 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 yaitu permohonan harus ditolak
oleh Direktorat Jenderal HKI apabila merek tersebut:

a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak
lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan atau jasa yang sejenis.

b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah
terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis

c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis


yang sudah dikenal.

Dari bunyi pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dirjen HKI melanggar ketentuan pasal
itu, dimana ia sudah mengumumkan Oskangin dalam berita resmi merk dengan No.
IDM000249832 kelas barang : NCL9 05. Padahal sebelumnya, sudah ada merek dari Oskadon
yang sudah terdaftar terlebih dahulu, akan tetapi Dirjen HKI tidak menolak permohonan atas
merek dari Oskangin yang dimana mempunyai persamaan pada pokoknya dengan pihak
Oskadon.

Adanya pihak yang bermaksud beriktikad tidak baik dalam proses perindustrian, yang mana
menirukan nama dari produk lain yang telah terkenal, dalam hal ini aparat penegak hukum
sangat berpengaruh dalam pemutusan sengketa antara pihak Oskadon dan Oskangin. Dalam
kasus ini, Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat mengabulkan permohonan atas Oskadon serta
memerintahkan Oskangin untuk mencabut nama tersebut. Selain itu juga Oskangin atau pihak
tergugat mendapatkan hukuman untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 491.000,- (empat
ratus sembilan puluh satu ribu rupiah). Berdasarkan bukti pada persidangan, merek Oskadon
telah dipromosikan secara besar-besaran sudah sejak lama. Sedangkan Oskangin baru terdaftar
sejak 1 Juni 2010. Selain itu, UU Merek di Indonesia menganut asas konstitutif, dimana
ditegakkannya asas: “prior in tempora nelior in jure” yang berarti siapa yang pertama kali
mendaftar, maka dia yang berhak mendapat perlindungan hukum (the first to file principle),
dengan demikian maka

8
Penggugat/ PT Supra Ferbindo Farma selaku Pemilik Hak Eksklusif dan Pendaftar Pertama
(first to file) di Indonesia, sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan hukum atas penggunaan
merek-mereknya tersebut. Alasan lain majelis membatalkan merek Oskangin karena merek
tersebut mengandung unsur kata ‘Oska’ yang mendominasi unsur kata Oskadon dan secara
visual bisa terlihat persamaan antara Oskadon dan Oskangin yang berarti melanggar Ketentuan
Pasal 6 UU Merek.

Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis: Tidak jauh berbeda dengan ketentuan pasal yang telah dilanggar dalam Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jadi berdasarkan kasus tersebut, Oskangin tetap kalah karena
memang ia telah beritikad tidak baik dengan membonceng nama dari merek yang sudah terkenal.
Dapat dilihat dari Pasal 21 ayat 1 yaitu Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan:

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang
memenuhi persyaratan tertentu; atau d. Indikasi Geografis terdaftar. Tetapi Dirjen
HKI meloloskan merek Oskangin yang menimbulkan terjadinya pelanggaran pada
Pasal 21 ayat 1 tersebut, Sehingga penggugat mengajukan gugatan yang didasari
pada Pasal 83 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016.

9
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa terjadi pelanggaran merek dari Oskangin
terhadap Oskadon, dimana Oskangin menggunakan unsur kata ‘Oska’, yang merupakan ciri
atau identitas dari produk PT Supra Febrindo Farma antara lain Oskadon, Oskradryl,
Oskamag, Oskasal, Oskamo dan Oskavit. Hal ini menjadikan Oskangin dianggap
memanfaatkan popularitas dari merek Oskadon untuk memudahkan promosi dan memenuhi
pangsa pasar Indonesia.
Merek Oskadon sendiri sudah terdaftar terlebih dahulu sebagai merek dagang yang sah
sejak tahun 1987, sedangkan Oskangin baru terdaftar pada tanggal 1 Juni 2010. Dalam hal ini
terdapat kesalahan dari Dirjen HKI yang menyebabkan terjadinya pelanggaran pada Pasal 6
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, dimana telah meloloskan pendafataran merek atas
Oskangin, Padahal UU Merek di Indonesia menganut asas konstitutif, dimana ditegakkannya
asas: “prior in tempora nelior in jure” yang berarti siapa yang pertama kali mendaftar, maka
dia yang berhak mendapat perlindungan hukum (the first to file principle), dengan demikian
maka Penggugat/ PT Supra Ferbindo Farma selaku Pemilik Hak Eksklusif dan Pendaftar
Pertama (first to file) di Indonesia, sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan hukum atas
penggunaan merek-mereknya tersebut.

10
Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek di http://www.gmf-aeroasia.co.id/wp


-content/uploads/bsk-pdf
manager/15_UU_NO_15_TAHUN_2001_TENTANG_MEREK .PDF (di akses 20 Maret
2019)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 di http://www.dgip.go.id/images/ki-images/pdf-


files/uu_pp1/UU%20no%2020%20tahun%202016%20tentang%20Merek1.pdf (di akses 21
Maret 2019)

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia di


https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloadpdf/df52354f2ae704f9c0a90fa9
0f6b6889/pdf (di akses 20 Maret 2019).

Jurnal

Faradz, Haedah, Perlindungan Hak Atas Merek, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8 No.1,
Januari, 2008.
Janed, Rahmi, Perlindungan Merek di Indonesia, Yuridika, Vol. 17 No.5, September –
Oktober, 2002.
Rahmah, Mas, Perlindungan Hukum Merek Menurut UU 15/2001, Yuridika, Vol.19, No.5,
September-Oktober 2004.
Kabat, Soendari dan Agung Sujatmiko, Aspek Yuridis Pemakaian Merek Terkenal sebagai
Domain Names, Yuridika. Vol. 16 No.5, September – Oktober, 2001.
Sujatmiko, Agung, Tanggung Gugat Akibat Pelanggaran Passing Off dalam Hukum Merek,
Yuridika, Vol. 25 No.1, Januari – April, 2010.

11

Anda mungkin juga menyukai