Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HUKUM BISNIS

ANALISIS KASUS TERKAIT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


DAN SENGKETA BISNIS PERBANKAN

(STUDI KASUS PADA PELANGGARAN HAK CIPTA WARKOP DKI MELALUI


APLIKASI VIDEO ONLINE BIGO LIVE DAN KASUS SENGKETA PERBANKAN
ANTARA PT. BANK BNI DENGAN HOTEL DHARMAWANGSA)

OLEH:
NADIYA DESTRIANTARI
NPM 2111031005

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah yang berjudul
“Analisis Kasus Terkait Hak Kekayaan Intelektual dan Sengketa Bisnis Perbankan Studi Kasus
Pada Pelanggaran Hak Cipta Warkop DKI Melalui Aplikasi Video Online Bigo Live dan Kasus
Sengketa Perbankan antara PT. Bank BNI dengan Hotel Dharmawangsa” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Hukum Bisnis, Ibu Dr. Yuniarti Fihartini, S.E., M.Si. adapun makalah ini
berisi penjelasan mengenai rangkaian kasus, analisis kasus, serta penyelesaiannya berdasarkan
materi mengenai hak kekayaan intelektual dan sengketa bisnis yang dapat memperluas
pengetahuan bagi para pembaca tentang analisis suatu kasus dan penyelesaian kasus terkait
hukum bisnis.

Penulis telah berusaha untuk menyusun makalah ini dengan baik, namun penulis pun
menyadari bahwa memiliki keterbatasan sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, apabila
ditemukan kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan maupun isi, maka penulis mohon
maaf dan juga berharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan penulis
selanjutnya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yuniarti Fihartini, S.E., M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Bisnis, serta penulis berharap tugas makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 9 April 2022

Nadiya Destriantari

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................................7
1.5 Metode Penulisan.................................................................................................................8
1. Pengumpulan Data dan Informasi................................................................................8
2. Pengolangan Data dan Informasi..................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................9
2.1 Analisis Kasus Pelanggaran hak cipta Warkop DKI melalui aplikasi video online
Bigo Live................................................................................................................................9
2.2 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran hak cipta Warkop DKI melalui aplikasi
video online Bigo Live.......................................................................................................12
2.3 Analisis Kasus Sengketa Bisnis Bidang Perbankan, pada PT. Bank BNI dengan
Hotel Dharmawangsa........................................................................................................14
2.4 Upaya Penyelesaian Kasus Sengketa Bisnis Bidang Perbankan, pada PT. Bank
BNI dengan Hotel Dharmawangsa.................................................................................15
BAB III PENUTUP......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam HKI di Indonesia, pengaturan hak cipta sebagai cabang dari HKI DI Indonesia
diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (selanjutnya
disebut dengan UUHC). Adapun yang dimaksud dengan hak cipta adalah hak ekslusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan-peraturan yang berlaku.
Hak Atas Kekayaan Intelektual atau biasa disingkat HAKI adalah persamaan kata dari
Intellectual Property Rights. Pelanggaran HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) berupa
pembajakan, pemalsuan, dan penggandaan tanpa ijin dalam konteks hak cipta dan merek
dagang, dan pelanggaran hak paten jelas merugikan secara signifikan pada bidang
ekonomi, terutama melukai si pemilik sah dari hak intelektual tersebut. Begitu pun
konsumen dan mekanisme pasar yang sehat juga akan terganggu dengan adanya tindak
pelanggaran HAKI. Hak cipta yang sering dijiplak dan dibajak di kalangan masyarakat,
antara lain karya film, musik, merek, program komputer, dan buku. Lahirnya suatu
Undang-Undang Hak Cipta merupakan salah satu upaya dari pemerintah dalam pemberian
dukungan perlindungan terhadap pencipta yang memiliki hak moral dan hak ekonomi
pencipta pada karyanya. Adapun ciptaan yang dilindungi terdapat dalam pasal 40 ayat (1)
Undang-Undang Hak Cipta yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang di
dalamnya juga terdiri atas karya pertunjukan seperti film.
Saat ini perkembangan ilmu teknologi informasi yang semakin meningkat dan
beragam, hal ini ditandai dengan semakin beragamnya aplikasi media sosial yang dapat
digunakan baik mellaui telephone genggam dengan model android ataupun personal
computer, salah satunya aplikasi Bigo Live. Aplikasi Bigo Live merupakan aplikasi
berbasis Live Streaming merupakan aplikasi untuk menyiarkan kegiatan diri sendiri secara
online melalui smartphone dan bisa disaksikan oleh anggota Bigo Live yang lain serta
dapat menerima tanggapan dari anggota Bigo Live yang menyaksikan pada saat itu juga.
Dalam hal pemutaran film, banyak juga oknum masyarakat yang memanfaatkan cara-cara
yang berpotensi pembajakan dengan melihat banyak masyarakat lain yang tidak atau belum

4
dapat menonton langsung film di bioskop. Salah satu wujud pelanggaran yang dilakukan
oknum terhadap salah satu film ternama di Indonesia, yaitu film Warkop DKI.
Permasalahan dalam film ini terdapat di minggu kedua penayangannya, yang terjadi di
Jakarta, adanya aksi berpotensi pelanggaran hak cipta atas film oleh seorang oknum.
Pasalnya oknum tersebut melakukan perekaman film melalui siaran langsung aplikasi Bigo
Live yang dapat langsung ditonton oleh masyarakat. Aksi tersebut dinilai telah melakukan
pembajakan terhadap hak cipta film Warkop DKI. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
dilakukan dengan pemberian mengenai analisis kasus serta penyelesaian kasus pelanggaran
hak cipta tersebut.
Selain itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai kasus yang berhubungan dengan
sengketa bisnis bagian perbankan. Sengketa bisnis adalah suatu hal yang muncul selama
berlangsungnya proses transaksi yang berpusat pada ekonomi pasar. Pertumbuhan ekonomi
yang pesat dan kompleks akan melahirkan berbagai macam bentuk kerja sama bisnis.
Sengketa yang muncul di antara pihak-pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan
bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis. Salah satu pengelompokkan sengketa
bisnis menurut Bambang Sutiyoso dalam bukunya yang berjudul Penyelesaian Sengketa
Bisnis, yaitu sengketa perbankan.
Perbankan adalah lembaga keuangan yang berperan penting dalam aktivitas
pembangunan nasional serta perdagangan internasional. Adapun kegiatan bank sebagai
lembaga keuangan, antara lain menghimpun uang dari masyarakat, menyalurkan dana ke
masyarakat, dan memberikan jasa-jasa bank lainnya seperti pengiriman uang (transfer).
Sedangkan nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Hubungan antara nasabah
dengan Bank adalah hubungan hukum karena adanya perjanjian di antara kedua belah
pihak.
Berkaitan dengan masalah kasus sengketa bisnis perbankan, salah satunya terjadi antara
pihak PT.Bank BNI, Tbk dengan Hotel Dharmawangsa, dimana PT Puri Dharmawangsa
melakukan penuduhan terhadap pihak PT. Bank BNI yang telah melakukan penyesatan dan
penyalahgunaan keadaan dalam perjanjian restrukturasi utang. Maka dari itu, dalam tugas
makalah ini juga akan dibahas lebih lanjut mengenai analisis masalah dalam kasus serta
penyelesainnya.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana identifikasi masalah pada analisis kasus terkait Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) pada pelanggaran hak cipta Warkop DKI melalui aplikasi video online Bigo
Live ?
2. Bagaimana identifikasi masalah pada analisis kasus terkait sengketa bisnis bidang
perbankan, pada PT. Bank BNI dengan Hotel Dharmawangsa ?
3. Bagaimana upaya penyelesaian kasus pelanggaran hak cipta Warkop DKI melalui
aplikasi video online Bigo Live ?
4. Bagaimana upaya penyelesaian dari kasus sengketa bisnis bidang perbankan, pada PT.
Bank BNI dengan Hotel Dharmawangsa ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui penjabaran identifikasi masalah dalam analisis kasus terkait Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) pada pelanggaran hak cipta Warkop DKI melalui aplikasi
video online Bigo Live.
2. Untuk mengetahui penjabaran identifikasi masalah dalam analisis kasus terkait
sengketa bisnis bidang perbankan, pada PT. Bank BNI dengan Hotel Dharmawangsa.
3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran hak cipta Warkop DKI
melalui aplikasi video online Bigo Live
4. Untuk mengetahui upaya penyelesaian dari kasus sengketa bisnis bidang perbankan,
pada PT. Bank BNI dengan Hotel Dharmawangsa.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bermanfaat bagi para masyarakat maupun mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan
dan informasi serta pengembangan wawasan tentang hukum hak cipta khususnya
terhadap pembajakan film melalui media sosial dalam menganalisis suatu kasus, serta
penyelesaiannya .
2. Bermanfaat bagi para masyarakat maupun mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan
dan informasi serta pengembangan wawasan tentang sengketa hukum bagi nasabah
dalam penyelesaiannya di sektor jasa keuangan.

6
1.5 Metode Penulisan
1. Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan Data dan Informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian
data melalui internet. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang
menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai
lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan.
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh,
diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut apat
dikembangkan untuk dapat mencapai kesatuan materi sehingga diperoleh suatu
solusi dan kesimpulan.
2. Pengolangan Data dan Informasi
Setelah data dan informasi dikumpulkan, penulis melakukan parafrase serta
menganalisis data dan informasi yang telah gunakan. Metode penulisan yang penulis
gunakan adalah metode kualitatif, yaitu lebih menekankan analisis dan kualitas data dan
informasi.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Analisis Kasus Pelanggaran Hak Cipta Warkop DKI melalui Aplikasi Video Online
Bigo Live
Pada kasus terkait pembajakan film Warkop DKI ini, oknum menggunakan aplikasi live
streaming, dimana pengguna bisa menjadi penyiar dengan membuat semacam ruang siaran
sendiri yang dapat ditonton oleh pengguna lainnya. Terdapat beberapa aturan ketat yang
harus dipatuhi oleh penyair dalam melangsungkan live streaming tersebut, antara lain
untuk tidak membuat acara yang mengandung pornografi, kekerasan, dan sederetan aturan
lainnya. pelanggaran tersebut, biasanya tidak disertai dengan hukuman yang terlalu keras.
Si penyiar akan di banned (tidak bisa login), namun jenis hukuman yang keras akan
diterima penyiar jika melanggar hak cipta. Pihak pembuat film bisa membawa kasus
penyiar ke pengadilan. Berikut kronologis pelanggran hak cipta melalui pembajakan film
Warkop DKI :
a) Oknum berusia 31 tahun merupakan salah seorang pengguna aplikasi Bigo Live, dan
tengah melakukan live streaming menggunakan aplikasi tersebut dalam bioskop, saat
menonton film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 1.
b) Oknum pelaku merekam film secara langsung di bioskop ketika menyaksikan film
tersebut di bioskop Ambarukmo Plaza
c) Oknum berpikiran dan mengatakan bahwa dirinya hanya iseng mengunggah film ke
dalam live streaming, serta tidak mengetahui aksinya tersebut telah melanggar hukum,
terutama hak cipta.
d) Dengan berlangsunga live streaming yang tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah
penonton yang menyaksikan film tersebut, telah disadari bahwa film dari Falcon
Picture tersebut bocor di internet.
e) Pada tanggal 6 September 2016, pihak produser Falcon Picture mengambil langkah
tegas, dengan melaporkan oknum ke polisi. Pihak Falcon Picture menilai tindakan
tidak bertanggung jawab tersebut merupakan pelanggaran hak cipta dan termasuk
kategori pembajakan.

8
f) Pada tanggal 26 September 2016 oknum pelaku diamankan di kediamannya, Jakarta.
Oknum dikenakan wajib lapor dan memenuhi panggilan penyidik.
g) Oknum dijerat dengan Undang-Undang Hak Cipta serta Pasal 48 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta film merupakan
ciptaan yang dilindungi, film dalam undang-undang ini juga disebut dengan karya
sinematografi. Berdasarkan penjelasan pada Pasal 40 ayat (1) huruf m karya sinematografi
adalah ciptaan yang berupa gambar bergerak (moving images) antara lain film
dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film
kartun.
Berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh pihak pengguna aplikasi Bigo Live
tersebut yang menyiarkan secara langsung film warkop dki reborn didalam bioskop
merupakan pelanggaran hak cipta. Hal ini merupakan suatu pelanggaran hak cipta karena
pada dasarnya pengguna aplikasi bigo live tersebut tidak meminta izin untuk menyiarkan
film tersebut, dan telah melakukan tindakan pengadaan dengan menyebarluaskan karya
film warkop dki reborn dengan cara merekam dan menyiarkan secara langsung pada saat
film ditayangkan dibioskop dan dilihat oleh masyarakat luas pengguna aplikasi bigo live,
yang sebagaimana ditentukan dalam penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf b, yang menentukan
bahwa : “Termasuk perbuatan Penggandaan diantaranya perekaman menggunakan kamera
video (camcorder) di dalam gedung bioskop dan tempat pertunjukan langsung (live
performance).” Didalam Undang-Undang Hak Cipta berdasarkan pada Pasal 1 angka 12
menentukan bahwa : “Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan
satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun,
secara permanen atau sementara”.
Pasal 20 Undang-Undang Hak Cipta yang menentukan bahwa Hak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan hak eksklusif yang meliputi :
a. hak moral Pelaku Pertunjukan;
b. hak ekonomi Pelaku Pertunjukan;
c. hak ekonomi Produser Fonogram; dan
d. hak ekonomi Lembaga Penyiaran

9
Dan juga atas tindakan yang dilakukan oleh pengguna aplikasi bigo live ini pencipta
tidak mendapatkan keuntungan apapun yang seharusnya sebagai pencipta atas suatu karya
yang dihasilkan pencipta berhak menerima manfaat ekonomi atas ciptaanya. Sebagaimana
menurut Rahmi Jened Parinduri Nasution: “Apabila secara alamiah suatu Ciptaan
dimungkinkan untuk diperbanyak melalui perekaman atau penyiaran dengan media video
atau audio atau ditransfer dari suatu media ke media lainnya, maka pencipta berhak atas
pembayaran yang layak”.
Menurut ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-Undang Hak Cipta apabila
dikaitkan dengan melihat pada perbuatan dari pengguna aplikasi bigo live tersebut, telah
memenuhi ketentuan pasal ini, karena pengguna aplikasi bigo live tersebut telah
melakukan tindakan penggandaan dalam segala bentuk yaitu salah satunya pengambilan
suatu karya sinematografi film warkop dki reborn tanpa izin dari pencipta atau pemegang
Hak Cipta dengan cara menyiarkan secara langsung pada saat pemutaran film pertama
kali.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Hak Cipta menentukan
bahwa : “Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang
melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.” Dengan
melihat bahwa aplikasi bigo live yang digunakan oknum dalam merekam film Warkop
DKI tersebut dapat memberikan keuntungan secara komersial kepada penggunanya
dengan cara penonton memberikan hadiah melalui ikon diaplikasi maka akan
diakumulasikan dalam bentuk diamond dan dari diamond tersebut pengguna aplikasi akan
mendapatkan sejumlah uang dari pihak bigo live. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pengguna aplikasi bigo live juga melanggar ketentuan pasal ini. Dan juga dengan
menyiarkan film tersebut pengguna aplikasi dapat menjadi terkenal melalui banyaknya
penonton yang menonton siarannya sehingga dapat memanfaatkan akunnya untuk
mendapatkan keuntungan.
Tindak pidana dalam membroadcast layanan live streaming (siaran langsung) film
secara illegal melalui account media social, merupakan tindakan yang melawan hukum
dimana telah ditemukan unsur kesalahan dan kesengajaan dan objek dari tindakan itu
adalah menyiarkan serta menyebarluaskan (men-transmisikan) film yang sedang hangat-
hangatnya diputar di sebuah gedung bioskop. Dengan bermodalkan account media sosial

10
dan jaringan, film tersebut dapat disiarkan dan disebarkan serta dinikmati oleh khalayak
umum tanpa mereka harus mengeluarkan uang untuk menonton disebuah gedung bioskop.
Jika dilihat pada kasus pembajakan melalui aplikasi Bigo Live yang dilakukan di dalam
gedung Bioskop, diambil dari sumber berita yang beredar di media sosial yang terjadi di
Jakarta, pembajakan film Warkop DKI Reborn Produksi Falcon Pictures telah dibajak
menggunakan kamera ponsel pintar dan disiarkan secara langsung melalui aplikasi Bigo
Live, dapat di kenakan pidana karena tindakan pelaku tersebut melanggar pasal 32 ayat (1)
UU Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan juga pelaku
dapat di ancaman pidana yang termuat dalam Pasal 48 ayat (1) UU ITE.
Seperti kasus yang terjadi di Jakarta, pelaku menyiarkan secara langsung film DKI
reborn produksi Falcon Pictures yang ditayangkan di dalam gedung bioskop melalui
account media sosial Bigo Live. Ini merupakan sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh
pengguna Bigo serta menyalahgunakan aplikasi tersebut. Hal ini tentu sangat tidak
dibenarkan, karena telah merugikan banyak pihak yang terkait.
Dalam hal menganalisa Pertanggungajawaban pidana pengguna internet dalam
membroadcast layanan live streaming (siaran langsung) film secara illegal melalui
account media sosial, terlebih dahulu harus dibuktikan sifatmelawan hukumnya suatu
perbuatan.Kalau perbuatan tersebut tidak melawan hukum maka tidak perlu untuk
menerapkan kesalahan pelaku. Sebaliknya jika perbuatan ini terindikasi melawan hukum
maka pengguna internet tersebut dapat dikenai sanksi pidana atas perbuatannya. Untuk
pemidanaan masih perlu adanya syarat, bahwa orang itu melakukan perbuatan kesalahan
atau bersalah. Jika melihat kasus yang telah disebutkan, maka perbuatan ini jelas
merupakan perbuatan melawan hukum.
2.2 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak CIpta Warkop DKI melalui Aplikasi
Video Online Bigo Live
Untuk mendapatkan ganti rugi berdasarkan Pasal 95 ayat (1) menetukan bahwa :
“Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian
sengketa, arbitrase, atau pengadilan.” Lebih lanjut sebagaimana ditentukan pada Pasal 95
ayat (2) yang menentukan bahwa : “Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud
ayat (1) adalah Pengadilan Niaga.” Dan lebih dipertegas dalam Pasal 95 ayat (3) yang
menentukan bahwa : “Pengadilan lainnya selain Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud

11
ayat (2) tidak berwenang menangani penyelesaian sengketa Hak Cipta.”Terhadap
perbuatan pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh pihak pengguna aplikasi bigo live ini
pihak pencipta yakni Falcon Pictures dapat mengajukan gugatan ganti rugi, hal ini
sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 99 ayat (1) yang menentukan bahwa “Pencipta,
Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait berhak mengajukan gugatan ganti rugi
kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Cipta atau produk Hak Terkait.”
Berkaitan dengan gugatan ganti rugi, di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
pada Pasal 1365 menentukan bahwa : “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.Berkaitan dengan kasus tindakan pelanggaran
hak cipta yang dilakukan oleh pengguna aplikasi bigo live yang terbukti melakukan
pelanggaran hak cipta maka pihak Falcon Pictures dapat melaporkan pihak pengguna
aplikasi tersebut berdasarkan pada Pasal-Pasal diatas untuk mencegah penyebarluasan film
warkop dki reborn.
Di dalam Undang-Undang Hak Cipta pencipta dan/atau pemegang juga dapat
menempuh jalur hukum pidana. Sebagaimana ditentukan pada Pasal 105 menentukan
bahwa Hak untuk mengajukan gugatan keperdataan atas pelanggaran Hak Cipta dan/atau
Hak Terkait tidak mengurangi Hak Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait untuk menuntut
secara pidana. Berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan pihak pengguna aplikasi bigo
live dapat dikenakan jalur hukum pidana juga.
Dengan digunakannya jalur hukum perdata dan jalur hukum pidana berdasarkan pasal-
pasal yang telah disebutkan diharapkan dapat mempermudah pihak yang dirugikan yakni
Falcon Pictures untuk mendapatkan ganti rugi atas kerugian yang dialami. Serta
mendapatkan perlindungan hukum atas karya cipta film yang dihasilkannya untuk
menghindari terjadinya penyebarluasan lebih lanjut oleh pihak-pihak yang tidak
berkepentingan yang tidak mempunyai hak atas film warkop dki reborn.
Penyelesaian kasus ini, masalah terkait dengan masalah kesalahan dan kesengajaan
yang dilakukan oleh orang pada umumnya sebagai masyarakat, sebagai penanggung jawab
hak dan kewajiban menurut ketentuan yang berlaku dimana pihak kepolisian mengenakan
Pasal 32 ayat (1) UU ITE terhadap pelaku yang melakukan Transmisi.Pengenaan sanksi
kepada pelaku berupa sanksi dari segi administrative yang menerapkan sanksi berupa

12
pemidanaan penjara dan denda yang termuat dalam Pasal 48 ayat 1 UU ITE. Jika merujuk
pada Pasal 48 UU ITE, telah jelas sekali pembahasan mengenai sanksi bagi pelanggaran
Pasal 32 ayat 1 UU ITE, hanya saja dalam penerapan peraturan yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum memang masih sangat jauh dari seharusnya. Dan juga diperlukan adanya
keterlibatan dari kalangan akademisi untuk melakukan sosialisasi sebagai langkah
preventif terhadap perbuatan pidana di masyarakat. Untuk menghasilkan itu perlu adanya
penegakan hukum dalam pengaturan hukum tindak pidana pembajakan dan menyiarkan
secara langsung film yang sedang diputar di dalam gedung bioskop, perlunya kesiapan
sistem hukum baik menyangkut illegal substance, legal structure dan legal culture untuk
mengantisipasi kejahatan tersebut.

2.3 Analisis Kasus Sengketa Bisnis Bidang Perbankan, pada PT. Bank BNI dengan Hotel
Dharmawangsa
PT. Puri Dharmawangsa Raya Hotel (PDRH) terjadi perselisihan dengan PT Bank BNI
Tbk. (BNI) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengelola The Dharmawangsa Hotel ini
menuntut BNI membatalkan perjanjian restrukturisasi kredit Nomor 5 tanggal 5 Oktober
1999 dan perjanjian kredit Nomor 115 tertanggal 12 April 1995.
Berdasarkan berkas gugatan bahwa PT Puri Dharmawangsa menuduh PT. BNI telah
melakukan penyesatan dan penyalahgunaan keadaan dalam perjanjian restrukturisasi
utang. Pihak Puri pun dirugikan. Awalnya PT PDRH menyepakati perjanjian kredit No.
115 dengan BNI senilai US$ 26,5 juta. PT PDRH memiliki afiliasi dengan PT
Dharmawangsa Puri Lestari (DPL) yang berutang ke PT Bank PDFCI, melalui perjanjian
kredit 29 Oktober 1996 US$ 67 juta. Pinjaman ini dijamin dengan fasilitas stanby letter of
credit dari BNI.
Pada 20 September 1999, BNI membeli utang DPL sebesar US$ 50 juta dari PDFCI.
Sejak saat itu, kewajiban DPL menjadi kewajiban PT PDRH. Lalu BNI mengonversi utang
itu menjadi utang rupiah. Pinjaman PT PDRH yang semula US$ 26,5 juta menjadi Rp 476
miliar. Sementara utang DPL menjadi Rp 568 miliar. Sehingga total utang Rp 1,045 triliun.
PT PDRH mengklaim hanya punya utang Rp 190 miliar terhitung 1995-1997 dengan kurs
rupiah Rp 2.240–Rp 6.900. PT Puri pun mengaku sudah melunasi kewajiban Rp 119
miliar. Sehingga sisa kekurangannya Rp 70,82 miliar tetapi di buku Bank BNI, utang PT
PDRH masih tercatat Rp 1,045 triliun, mengacu kurs Rp 11.400/US$. Utang itu tercantum

13
dalam restrukturisasi utang pada tahun 2000. Sementara, tim kuasa hukum BNI dari kantor
hukum MOSS & Associates yang enggan dikutip namanya bilang, di berkas jawaban BNI
justru menggugat balik (rekonpensi) PDRH untuk melunasi utang Rp 1,193 triliun (kurs
Rp 10.020). BNI menganggap PRDH wanprestasi atas perjanjian restrukturisasi kredit.

2.4 Upaya Penyelesaian Kasus Sengketa Bisnis Bidang Perbankan, pada PT. Bank BNI
dengan Hotel Dharmawangsa
Kasus yang ditunjukkan mengenai pembahasan persengketaan dalam perbankan ini,
penyelesaiannya melalui lembaga penyelesaian sengketa bisnis secara arbitrase antara
debitur/konsumen/nasabah bank dengan kreditur/bank/lembaga keuangan merupakan
kewenangan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan sesuai
Undang Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas jasa Keuangan dan Peraturan
Otoritas Jasa keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Alternatif Penyelesaian
Sengketa di Sektor Jasa Keuangan. Sedangkan BPSK lebih tepat untuk sengketa konsumen
dalam ruang lingkup perindustrian dan perdagangan dimana ketentuan teknis sengketa
konsumen di BPSK diatur oleh Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
350/MPP/Kep/12/2001).
Penyelesaian secara arbitrase antara debitur/konsumen/nasabah bank dengan
kreditur/bank/lembaga keuangan sesuai dengan ketentuan Pasal 1 poin 13 POJK Nomor
1/POJK.07/2014 yang menetapkan bahwa sengketa adalah perselisihan antara konsumen
dengan lembaga jasa keuangan dalam kegiatan penempatan dana oleh konsumen pada
lembaga jasa keuangan dan/atau pemanfaatan pelayanan dan/atau produk lembaga jasa
keuangan setelah melalui proses penyelesaian pengaduan pada lembaga jasa keuangan.
Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata bidang perbankan dan yang terkait
bidang perbankan di luar peradilan umum yang diselenggarakan LAPSPI dengan
menggunakan peraturan dan prosedur arbitrase LAPSPI yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase, yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.152Pelaksanaan
Putusan Arbitrase:153
1) Putusan Arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat
Para Pihak, dan dengan demikian tidak dapat diajukan banding, kasasi atau
peninjauan kembali.

14
2) Dalam hal Para Pihak tidak melaksanakan Putusan Arbitrase secara sukarela, putusan
dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan salah
satu Pihak yang bersengketa.
3) Apabila ada Pihak yang tidak mematuhi atau melaksanakan Putusan Arbitrase dalam
waktu yang telah ditentukan, Pihak lain dapat melakukan teguran tertulis kepada
Pihak yang ingkar dengan tembusanLAPSPI. Dst
Adapun sengketa yang dapat diselesaikan melalui Arbitrase LAPSPI harus memenuhi
semua kriteria tersebut di bawah ini:143
1) Merupakan sengketa di bidang perbankan dan/atau berkaitan dengan bidang
perbankan;
2) Sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan
dikuasai sepenuhnya oleh Pihak yang bersengketa;
3) Sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan dapat diadakan perdamaian;
4) Antara pemohon dan termohon terikat dengan perjanjian arbitrase
POJK Nomor 1/POJK.07/2013 juncto Nomor 1/POJK.07/2014 inilah yang seharusnya
digunakan untuk penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank, bukan
menggunakan dasar Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian,
seharusnya termohon keberatan selaku debitur/konsumen mengajukan pengaduan kepada
pemohon keberatan terlebih dahulu. Apabila tidak selesai dan hendak dilanjutkan melalui
proses diluar pengadilan maka diselesaikan melalui proses alternatif penyelesaian
sengketa di sektor jasa keuangan sesuai peraturan OJK tersebut diatas, atau melalui
Pengadilan Negeri sesuai kesepakatan dalam perjanjian kredit dan SKUPK, bukan kepada
BPSK.
Selain melalui arbitrase, asosiasi-asosiasi perbankan telah membentuk Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia (LAPSPI) dengan layanan mediasi
dan adjudikasi, dan arbitrase, untuk para pihak dalam menyelesaikan sengketa secara
cepat, murah, adil, dan efisien.
1. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan perdamaian dengan dibantu oleh
Mediator. Mediasi dipilih karena adanya keinginan para pihak untuk
menyelesaikan sengketa tanpa saling merugikan salah satu pihak(win-win

15
solution), dan dalam mediasi di LAPSPI terbagi menjadi 2 macam nasabah yaitu :
Mediasi Nasabah Basic Account (BSA) dan UMKM
2. Adjudikasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar arbitrase dan peradilan
umum yang dilakukan oleh adjudikator untuk menghasilkan suatu putusan yang
dapat diterima oleh pemohon sehingga dengan penerimaan tersebut maka putusan
dimaksud mengikat para pihak. Adjudikator adalah seorang yang ditunjuk untuk
memeriksa perkara dan memberikan putusan adjudikasi mengenai sengketa
tertentu yang diajukan penyelesaiannya kepada LAPSPI.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai analisis kasus serta penyelesaian terkait Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) pada kasus adanya tindakan pembajakan cipta pada sebuah
karya film tersebut, menunjukkan bahwa penayangan karya film warkop DKI reborn pada
saat pemutaran pertama kali dibioskop oleh pengguna aplikasi bigo live tanpa izin dari
pencipta dan digunakan untuk kepentingan komersial telah melanggar ketentuan Pasal 9
ayat (1) huruf b dan Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Hak Cipta. Dan melanggar Hak
Terkait Produser sebagaimana ditentukan pada Pasal 20 huruf c Undang-Undang Hak
Cipta. Kemudian Pencipta dan/atau Pemegang Hak cipta dapat mengajukan gugatan ganti
rugi melalui Pengadilan Niaga berdasarkan ketentuan Pasal 99 ayat (1) UU Hak Cipta.
Selain dapat mengajukan gugatan ganti rugi, Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta dapat
menempuh jalur hukum pidana berdasarkan pada Pasal 105 Undang-Undang Hak Cipta.
Selain itu, pada pembahasan mengenai analisis kasus terkait sengketa bisnis perbankan,
penyelesaian sengketa perbankan melalui lembaga alternative untuk melindungi nasabah
agar sebisa mungkin permasalahan yang terdapat dalam kasus dapat diminimalisir pihak
internal untuk tidak terjadi hal buruk yang ditimbulkan, pihak perbankan mampu
menyelesaikan permasalahannya yang terjadi antar nasabah, dengan cara perdamaian antar
nasabah, dengan jalan yang adil, saling terbuka satu sama lain, agar permasalahan dapat
terselesaikan dengan baik. Peran lembaga alternatif penyelesaian sengketa dalam
penyelesaian sengketa bank dan nasabah berdasarkan Studi Kasus Hotel Dharmawangsa
VS PT.BNI.Tbk adalah sangat penting sebab sesuai dengan POJK Nomor 1/POJK.07/2013
juncto Nomor 1/POJK.07/2014 digunakan untuk penyelesaian sengketa antara nasabah
dengan bank, bukan menggunakan dasar Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

3.2 Saran
1. Adanya pengawasan secara optimal dan peringatan secara khusus sebelum pengguna
aplikasi menggunakan aplikasi tertentu dalam bermedia sosial. Selanjutnya,

17
diharapkan adanya peran pemerintah sebagai pihak yang berwenang khususnya
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang telekomunikasi dan
informatika mewajibkan setiap penyedia aplikasi untuk mengawasi secara optimal
dan melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari terjadinya pelanggaran hak
cipta.
2. Adanya peran dari Pihak Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan
Indonesia (LAPSPI) agar lebih ekstra menginformasikan atau mengadakan sosialisasi
terkait dengan keberadaannya tersebut, dikarenakan kebanyakan masyarakat atau
nasabah masih belum mengetahui keberadannya. Lembaga Jasa Keuangan lebih
mempertimbangkan terkait forum Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
Perbankan Indonesia (LAPSPI) untuk dijadikan sebagai klausula baku pada isi
kontrak, karena forum tersebut sangat berguna dan menjadi wadah yang sinkron pada
dunia perbankan.

18
DAFTAR PUSTAKA

B.Ilyas, W., & Silondae, A. (2019). Pokok - Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Kaharu, D., Syahrial, I. W., & Susanto, H. (2019). Perlindungan Hukum Hak Terkait Produser
Film Warkop DKI Reborn Atas Penayangan Secara Live Streaming Melalui Aplikasi
Video Online Bigo Live. CALYPTRA, 7(2), 3804-3820.

Lulu, A., & Deswita, R. (2022). ANALISIS YURIDIS PELANGGARAN MEREK DAGANG


ANTARA WARKOP DKI DENGAN WARKOPI DITINJAU DARI TRADE RELATED
ASPECTS OF INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS 1994 (TRIPs) (Doctoral
dissertation, Universitas Bung Hatta).

Siahaan, V. N. (2019). Penyelesaian Sengketa Antara Bank dan Nasabah Melalui Penyelesaian
Sengketa Alternatif (Studi Kasus Hotel Dharmawangsa VS PT. BNI Tbk).

19

Anda mungkin juga menyukai