TUGAS 2
1. Oreo adalah merek biskuit yang diproduksi oleh perusahaan Kraft Food Global
Brands LLC dan Oriorio adalah merek biskuit milik perusahaan PT. Siantar Top Tbk.
Dengan melihat kedua merk tersebut berikan analisis anda terhadap pelanggaran
merk yang terjadi antara merk Oreo dan Oriorio.
Jawaban :
Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan:
a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis;
b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang
memenuhi persyaratan tertentu; atau
d. Indikasi Geografis terdaftar.
Yang dimaksud dengan "persamaan pada pokoknya" adalah kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur yang dominan antara Merek yang satu dengan Merek
yang lain sehingga menimbulkan kesan adanya persamaan, baik mengenai bentuk,
cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur, maupun persamaan
bunyi ucapan, yang terdapat dalam Merek tersebut. Terkait kemiripan merek
keduanya dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 telah pula diatur ketentuan
merek sedemikian rupa dalam pemeriksaan pendaftaran merek untuk mencegah hal
tersebut terjadi namun pada praktiknya masih sering timbul beberapa masalah
dalam pemeriksaan merek yang menyebabkan adanya kesamaan atau kemiripan
merek dengan merek terkenal seperti pada merek “OREO” ini. Maka permohonan
merek seharusnya kala itu ditolak oleh Direktorat Jendral Hak Atas Kekayaan
Intelektual (DITJEN HAKI) apabila merek tersebut mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar dan
terkenal. Dari uraian diatas maka analisi penulis ialah kemiripan atau kesamaan
merek produk ORIORIO yang berusaha menyamai OREO mempunyai maksud
tersendiri yang patut diurigai memiliki itikad tidak baik. Hal ini mengingat produk
OREO merupakan produk yang telah terkenal secara internasional dan banyak
diminati masyarakat. Indikasi adanya upaya memboceng ketenaran merek lain untuk
meraih keuntungan yang dapat terlihat dari kesamaan atau kemiripan
merek ORIORIO dengan merek OREO. Hal-hal tersebut diataslah yang menjadi
pertimbangan Mahkamah Agung dalam memutuskan sengketa merek antara KRAFT
FOOD GLOBAL BRAND LLC. Dengan PT. SIANTAR TOP, Tbk. Sebagaimana yang
dinayatakan dalam putusan MA Nomor 402K/Pdt.Sus//2011 tanggal 30 September
2011 yang memutuskan bahwa pendaftaran merek “ORIORIO” harus dibatalkan dan
PT SIANTAR, Tbk. tidak diperkenankan menggunakan merek “ORIORIO” lagi untuk
produk-produknya serta menyatakan bahwa merek “OREO” dan variasinya adalah
milik KRAFT FOOD GLOBAL BRAND LLC. semata. Putusan MA tersebut memberikan
kepastian hukum bagi produsen sekaligus masyarakat sebagai pengguna dari produk-
produk yang dihasilkan oleh produsen dan mewujudkan iklim usaha yang kondusif
melalui pengaturan penggunaan merek dan mengupayakan iklim usaha yang sehat.
Dengan adanya Putusan seperti ini juga bisa dijadikan dasar dalam memberikan
penguatan terhadap ketentuan-ketentuan Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang merek dan Indikasi Geografis yang dijadikan pedoman dalam pendaftaran
merek sehingga dimasa mendatang tidak akan terjadi lagi sengketa serupa terkait
penggunaan dan pendaftaran merek yang menimbulkan adanya kesamaan atau
kemiripan yang menonjol pada pokoknya.
3. Jika Oreo termasuk merk terkenal dan belum terdaftar di Indonesia apakah masih
mendapatkan perlindungan hukum di Indonesia? Jelaskan mengapa demikian ?
Jawaban :
Ketentuan terkait perlindungan merek terkenal utamanya diatur dalam Paris
Convention for the Protection of Industrial Property (“Paris Convention”) dan juga
dalam the Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property
Rights (“TRIPS Agreement”). Ketentuan untuk melindungi merek terkenal di atas
berlaku bagi seluruh negara anggota Paris Convention dan penanda tangan TRIPS
Agreement (the World Trade Organization’s TRIPS Agreement) termasuk
Indonesia yang juga turut meratifikasi kedua treaty tersebut. Paris
Convention dan TRIPS Agreement mensyaratkan negara-negara anggota untuk
melindungi Merek terkenal bahkan jika Merek tersebut tidak terdaftar atau
digunakan di negara itu.
Untuk memenuhi komitmennya sebagai salah satu Negara anggota Paris
Convention dan penandatangan TRIPS Agreement, pemerintah Indonesia sejak 1992
telah melakukan perubahan maupun pencabutan terhadap undang-undang yang
mengatur mengenai merek dan melengkapinya dengan pasal-pasal yang memberi
wewenang kepada otoritas terkait yakni DJKI, dalam hal ini Direktorat Merek dan
Indikasi Geografis, untuk melindungi merek terkenal dengan menolak permohonan
pendaftaran merek yang mengandung persamaan baik pada pokoknya maupun
secara keseluruhan dengan merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau
jasa sejenis maupun tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu. Dalam UU
MIG, kewenangan melindungi merek terkenal tersebut diberikan melalui Pasal 21
ayat (1) huruf b dan c UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis yang berbunyi “Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan “Merek terkenal milik pihak
lain untuk barang dan/atau jasa sejenis” dan “Merek terkenal milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu.”
Dalam bagian penjelasan Pasal 21 tersebut dinyatakan bahwa penolakan
permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan
Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan
dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut
di bidang usaha yang bersangkutan. Bagi pemilik merek terkenal tetapi mereknya
tidak terdaftar yang dapat menunjukkan bukti - bukti keterkenalan mereknya,
undang-undang tersebur menyediakan mekanisme gugatan pembatalan merek
terdaftar melalui Pengadilan Niaga, apabila merek terkenal mereka terlanjur
didaftarkan atau diajukan permohonan pendaftarannya di Indonesia oleh pihak lain
yang beriktikad buruk. Gugatan tersebut dapat diajukan setelah mengajukan
permohonan kepada Menteri. Dengan pengajuan permohonan, pemilik merek
terkenal dianggap memiliki iktikad baik untuk mengikuti peraturan yang berlaku
dengan mendaftarkan dan memakai mereknya di Indonesia.
Berdasarkan ketentuan UU tentang Merek dan Indikasi Geografis juga
memungkinkan pemilik merek terkenal berdasarkan putusan pengadilan untuk
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Niaga terhadap pihak lain yang secara tanpa
hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis berupa:
a. gugatan ganti rugi; dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek
tersebut.
Pemberian hak untuk mengajukan gugatan perdata dari pemegang merek
akibat adanya indikasi perbuatan curang yang dilakukan oleh pihak lain merupakan
salah satu bentuk pelindungan hukum kepada pemilik merek terkenal
tersebut meskipun mereknya belum terdaftar. Dengan demikian,