Anda di halaman 1dari 6

TUGAS HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL

(RESUME)

Disusun Oleh:

NAMA : ABDIEL EWALDO PAILANG

NIM : D101 18 165

KELAS : B (BT 11)

Mata Kuliah : Hukum Kekayaan Intelektual

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS HUKUM

2019

1
Perlindungan Merek Terkenal yang Tidak Terdaftar
Sebelum membahas perlindungan merek Terkenal yang tidak terdaftar,ada baiknya kita
mengetahui arti dan fungsi dari merek itu sendiri.
- Pengertian merek
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinas i dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hokum dalam kegiatan perdagangan barang
dan/atau jasa.
- Fungsi pemakaian merek
Pemakaian merek berfungsi sebagai:
1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hokum dengan produksi orang lain atau
badan hukum lainnya;
2. Alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut
Mereknya;
3. Jaminan atas mutu barangnya;
4. Penunjuk asal barang/jasa dihasilkan.

Perlindungan Merek Terkenal yang Tidak Terdaftar


Untuk memenuhi komitmennya sebagai salah satu Negara anggota Paris Convention dan
penandatangan TRIPS Agreement, pemerintah Indonesia sejak 1992 telah melakukan
perubahan maupun pencabutan terhadap undang-undang yang mengatur mengenai merek dan
melengkapinya dengan pasal-pasal yang memberi wewenang kepada otoritas terkait yakni
DJKI, dalam hal ini Direktorat Merek dan Indikasi Geografis, untuk melindungi merek
terkenal dengan menolak permohonan pendaftaran merek yang mengandung persamaan baik
pada pokoknya maupun secara keseluruhan dengan merek terkenal milik pihak lain untuk

2
barang dan/atau jasa sejenis maupun tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu.
Dalam UU MIG (Merk dan Indikasi Geografis) , kewenangan melindungi merek terkenal
tersebut diberikan melalui Pasal 21
ayat (1) huruf b dan c UU MIG yang berbunyi:

a) Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan:
b) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang
memenuhi persyaratan tertentu;
Sebagaimana pernah dijelaskan dalam artikel Perlindungan Merek Terkenal Berdasarkan
Hukum di Indonesia, dalam bagian Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf b UU MIG
dinyatakan bahwa penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhan dengan Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut
di bidang usaha yang bersangkutan.Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek tersebut
yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara
di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek dimaksud di
beberapa negara. Bagi pemilik merek terkenal tetapi mereknya tidak terdaftar yang dapat
menunjukkan bukti-bukti keterkenalan mereknya, UU MIG menyediakan mekanisme
gugatan pembatalan merek terdaftar melalui Pengadilan Niaga, apabila merek terkenal
mereka terlanjur didaftarkan atau diajukan permohonan pendaftarannya di Indonesia oleh
pihak lain yang beriktikad buruk. Gugatan tersebut dapat diajukan setelah mengajukan
permohonan kepada Menteri.Dengan pengajuan permohonan, pemilik merek terkenal
dianggap memiliki iktikad baik untuk mengikuti peraturan yang berlaku dengan
mendaftarkan dan memakai mereknya di Indonesia.

3
UU MIG juga memungkinkan pemilik merek terkenal berdasarkan putusan pengadilan untuk
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Niaga terhadap pihak lain yang secara tanpa hak
menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis berupa.
a. gugatan ganti rugi; dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut.
Pemberian hak untuk mengajukan gugatan perdata berdasarkan perbuatan curang yang
dilakukan oleh pihak lain dimaksudkan untuk memberikan pelindungan hukum kepada
pemilik merek terkenal meskipun belum terdaftar.

Pasal-pasal UU Merek terkait:


Pasal 4
Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad
tidak baik.
Pasal 6 ayat (1) huruf b
Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak
lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
Pasal 6 ayat (2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula diberlakukan terhadap barang
dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 24
(1) Selama jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, setiap pihak
dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal atas Permohonan yang
bersangkutan dengan dikenai biaya.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan apabila terdapat alasan yang
cukup disertai bukti bahwa Merek yang dimohonkan pendaftarannya adalah Merek yang
berdasarkan Undang-undang ini tidak dapat didaftar atau ditolak.

4
Pasal 37 ayat (2)
Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila Merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek terkenal milik orang lain,
dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf b dan ayat (2).
Pasal 68
(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan
berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6.
(2) Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setelah mengajukan Permohonan kepada Direktorat Jenderal.

Dasar hukum:
1. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek

2. Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing the World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
3. Keputusan Presiden No. 15 Tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 24
Tahun 1979 Pengesahan Paris Convention For The Protection Of Industrial Property Dan
Convention Establishing The World Intellectual Property Organization

5
DAFTAR PUSTAKA
- https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl5892/merek-terkenal-yang-tidak-
terdaftar
- https://dgip.go.id/pengenalan-merek

Anda mungkin juga menyukai