Merek adalah bagian dari Hak kekayaan Intelektual yang dilindungi dan diatur di dalam Undang-undang
No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (“UU Merek”) yang secara yurisdiksi menjadi
lingkup kewenangan dari Pengadilan Niaga. Merek dalam UU Merek didefinisikan sebagai tanda yang
dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam
bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum
dalam kegiatan perdagangan barang dan/ atau jasa. Sistem yang berlaku di Indonesia untuk perlindungan
merek adalah first to file, oleh karena itu pendaftraan merek adalah hal yang paling utama dilakukan oleh
pemegang merek untuk mendapatkan hak ekslusif agar mendapat perlindungan secara hukum secara
penuh untuk 10 tahun kedepan sejak tanggal penerimaan.
Karena hal tersebut diatas sering kali pemilik hak atas merek yang telah mendaftarkan merek nya sudah
merasa aman 100% padahal Merek yang telah terdaftar tidak berarti aman dari penghapusan merek,
pembatalan merek serta gugatan pelanggaran merek karena undang-undang merek mengatur ketentuan
terkait hal tersebut, sehingga untuk merek terdaftar dapat dilakukan penghapusan, pembatalan dan
gugatan pelanggaran apabila kriteria menurut undang-undang terpenuhi.
Terdapat gugatan yang disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
antara lain:
Gugatan sengketa merek tentu sangat merugikan bagi pemegang merek baik dari sisi Penggugat atau
Tergugat. Oleh karena itu, para pemegang hak merek perlu untuk lebih aware agar terhindar dari gugatan
sengketa merek, berikut adalah saran hukum dari APP Lawfirm :