NIM : 20010000054
Smstr : 3 (tiga)
Jawaban:
Menurut pasal 1 butir a Undang-Undang No 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis, merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,
logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau
3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut
untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hu[um
dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
Jawaban:
Dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 dinyatakan bahwa Hak atas Merek
adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam
Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu menggunakan sendiri Merek tersebut
atau memberi izin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk menggunakannya. Demikian juga dalam Pasal 3 Undang-Undang
No. 15 Tahun 2001 yang menentukan bahwa Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek
untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Adapun tata cara
pemberian hak atas merek sebagaimana diatur dalam Pasal 4 hingga Pasal 21 UU No. 20
Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
b. Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara bersama-
sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon dicantumkan dengan
memilih salah satu alamat sebagai alamat pemohon. Permohonan tersebut
ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas Merek tersebut
dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon yang mewakilkan.
Permohonan yang salah seorang Pemohonnya atau lebih warga negara asing dan
badan hukum asing yang berdomisili di luar negeri wajib diajukan melalui Kuasa.
Dalam hal Permohonan diajukan melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu
ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas Merek tersebut, dst.
Jawaban:
Pada 2013, terjadi sengketa merek antara IKEA System B.V (IKEA) dengan IKEA milik PT
Ratania Khatulistiwa. Mahkamah Agung dalam putusan nomor 264 K/Pdt.Sus-HKI/2015
tertanggal 12 Mei 2015 majelis hakim memenangkan pihak IKEA lokal yang berasal dari
Surabaya. Hakim menyatakan bahwa majelis hakim dalam pengadilan tingkat pertama
tidak salah dalam menerapkan hukum. “Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat sudah tepat dan benar serta tidak salah menerapkan hukum,” demikian
kutipan dalam putusan tersebut.
Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan diantaranya bahwa berdasarkan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (yang berlaku saat itu), dimana merek
yang tidak digunakan oleh pemiliknya selama 3 (tiga) tahun berturut turut dapat
dihapus dari Daftar Umum Merek, hal mana telah terbukti adanya dalam perkara a quo
yaitu bahwa sesuai hasil pemeriksaan terbukti bahwa merek dagang IKEA untuk kelas
barang/jasa 21 dan 20 terdaftar atas nama Tergugat masing-masing telah tidak
digunakan oleh Tergugat selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak merek dagang
tersebut terdaftar pada Direktorat Merek.