Kelompok 1
Kelas 1A D4 Akuntasi
Anggota:
Jurusan Akuntansi
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana atas berkah dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hak Cipta”.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada orang-orang yang ikut berpartisipasi dan juga pihak-pihak yang sumber nya
digunakan sebagai referensi dalam penyelesaian tugas makalah ini. Semoga makalah
ini bisa berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya dan penulis
minta maaf apabila terdapat kata-kata yang menyinggung perasaan pembaca sekalian
dan penulis menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna karena
masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Penulis
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian bisnis kontemporer
b. Untuk mengetahui langkah dalam menentukan aspek produksi
c. Untuk mengetahui teknologi yang digunakan dalam proses produksi
d. Untuk mengetahui pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik, kantor pusat,
gudang
e. Untuk mengetahui pekerjaan manajer produksi
f. Untuk mengetahui pentingnya mutu
Merek
Merek, mark (dalam bahasa Belanda), atau Brand (dalam bahasa Inggris), diatur dalam UU No.15
Tahun 2001, yang merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari UU No. 14 Tahun 1997 dan UU
No. 19 Tahun 1992. Penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya yang menonjol, antara lain,
menyangkut proses penyelesaian permohonan, berkenaan dengan hak prioritas, perlindungan
terhadap merek dagang dan merk jasa, dan perlindungan terhadap indikasi-geografis selain
perlindungan terhadap indikasi-asal.
Merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian atau bisnis, penyelesaian sengketa merekpun
memerlukan pengadilan khusus, yaitu pengadilan niaga. Sejak Indonesia meratifikasi Perjanjian WTO
dan TRIPs yang merupakan lampiraannya, Indonesia harus tunduk kepada aturan yang bersifat
global tersebut. UU No. 15 Tahun 2001 merupakan bagian dari penyempurnaan itu, ditambah
dengan Keppres No. 17 Tahun 1997. Indonesia telah mensahkan Trade Mark Law Treaty (TLT) yang
merupakan perjanjian internasional menyangkut penyederhanaan dan pengharmonisan prosedur
administrasi dalam kaitannya dengan aplikasi nasional dan perlindungan merek.
1. Beberapa pengertian
a. Merek adalah tanda berupa gambar, susunan warna, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda, dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
b. Merek dagang adalah merk yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya, maksudnya adalah barang yang
termasuk dalam satu cabang industri atau satu cabang perdagangan yang sama
c. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
d. Merek Kolektif yaitu merek yang digunakan pada barang dan/jasa dengan karaktistik
yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara secara
bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
2. Hak merek
adalah hak eksklusif yang diberikan Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam
Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu memakai sendiri merek tersebut atau
member izin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk menggunakannya.(Pasal 3)
Permohonan harus diajukan dalam waktu enam bulan terhitung sejak tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran merek yang pertama kali diterima di negara lain, yang merupakan anggota
WTO.
C. Pendftaran merek
1. Pemeriksaan substantif
Menurut Pasal 18 UU No. 15 Tahun 2001, dalam waktu paling lama 30 hari, terhitung sejak tanggal
penerimaan pemeriksaan substantif terhadap permohonan dilakukan dan selesai dalam waktu
paling lama sembilan bulan.
2. Pengumuman permohonan
Menurut pasal 23 UU No. 15 Tahun 2001, pengumuman dilakukan dengan mencantumkan:
H. Sengketa merek
1. Gugatan Penlanggaran Merek
Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang atau badan hukum
yang secara tanpa hak menggunakan merek barang atau merek jasa yang mempunyai
persamaan pada pokoknya ataukeseluruhan dengan mereknya, baik gugatan ganti rugi
atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek
tersebut. (Pasal 76-77)
2. Kasasi
Keputusan pengadilan tidak dapat diajukan banding tetapi bisa diajukan dengan kasasi.
Hal ini mempermudah keputasan dan sangat dibutuhkan bagi dunia bisnis.
3. Ketentuan Pidana
Hal lain yang lebih menarik dari undang-undang ini adalah terkait dengan ketentuan
pidana yang semakin berat bagi pelanggar terhadap merek terdaftar. Ketentuan semakin
maju karena penuntutan bukan lagi terhadap “setiap orang”, tetapi terhadap “barang
siapa”. Perubahan kata demikian berarti penuntutan pidana dapat dilakukan baik
terhadap orang pribadi maupun badan hukum yang melakukan pelanggaran merek.
Berikut merupakan besaran ketentuan pidana:
1. Pengertian
Menurut pengertian Pasal 1 UU No. 19 Tahun 2002, yang dimaksud dengan hak cipta adalah hak
eksklusif bagi pencipta atau penerimaa hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama yang atas inspirasinya melahirkan
suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian
yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni, atau sastra. Keaslian disini maksudnya adalah bagaimana pencipta itu mampu
untuk menunjukkan kekuatan original ekspresion of ideas yang hanya dimilikinya dan dilaksanakan
dalam bentuk yang real dan nyata dalam arti kata, perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide
atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi, dan menunjukkan
keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas, atau keahlian sehingga
ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak
tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak
tersebut.
3. Karya kolektif
a. Karya kompilasi (campuran) adalah karya yang multipengarang, yaitu karya orisinil digabung
dengan materi yang sebelumnya sudah ada.
b. Bila bagian komponen sama dengan karya orisinil dari pengarang dan mempunyai identitas
yang independen.
c. Hak masing-masing pengarang mempunyai hak untuk memakai hak cipta untuk
kepentingannya dan tidak menyampingkan yang lain dalam pemakaian hak cipta.
D. HAK TERKAIT
a. Pelaku memiliki hak untuk memberi izin atau melarang orang lain tanpa persetujuannya
membuat, memperbanyak, dan menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar
pertunjukkannya, untuk jangka waktu 50 tahun.
b. Produser rekaman suara memilikihak khusus untuk memberi izin atau melarang orang lain
yang tanpa persetujuannya memperbanyak rekaman suara, untuk jangka waktu 50 tahun.
c. Lembaga penyiaran juga memilikihak khusus, untuk jangka waktu 20 tahun.
E. CIPTAAN DERIVATIF
Yaitu karya turunan yang didasarkan atas salah satu atau beberapa karya terdahulu yang
menggambarkan pengarang orisinal, terjemahan, aransemen musik, dramatisasi, fiksionalisasi, film,
recording, dan lain-lain. Dengan ciptaan derivatif pemegang hak cipta mempunyai hak untuk
mengecualikan orang lain atas karya kreatif dari daya ciptanya sendiri.
Menurut Pasal 35 UU No.19 tahun 2002 menyatakan, ketentuan tentang pendaftaran hak cipta tidak
merupakan kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Hak cipta diperoleh secara otomatis, bagi yang
tidak didaftarkan tetap memperoleh perlindungan hukum, meskipun demikian pendaftaran
diperlukan sebagai bukti awal dari pemilik hak cipta (Peraturan Menteri Hukum dan HAM).
Pendaftaran ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan atas permohonan yang diajukan oleh
pencipta atau oleh pemegang hak cipta atau kuasanya, sedangkan kekuatan hukum dari suatu
pendaftaran ciptaan hapus karena penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang
namanya tercatat sebagai pencipta atau pemeganghak cipta, lampau waktu, atau dinyatakan batal
oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
G. LISENSI
a. Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi dengan perjanjian lisensi untuk
melaksanakan ciptaannya, kecuali diperjanjikan lain, maka pelaksanaan wajib untuk
membayar royalti kepada pemegang hak cipta
b. Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan langsung maupun tidak langsung merugikan
perekonomian negara.
c. Perjanjian lisensi wajib dicatat di Dirjen HaKI, agar dapat mempunyai akibat hukum kepada
pihak ketiga.
H. Pelanggaran Hak Cipta
Menurut pasal 15 UU No. 19 Tahun 2002, tidak dianggap pelanggaran hak cipta bila suatu karya
menulis sumbernya:
a. Untuk keperluan pendidikan, penelitian dan lain-lain yang tidak merugikan pencipta
b. Pengambilan untuk kepentingan di pengadilan
c. Pengambilan, baik sebagian maupun seluruhnya, untuk kepentingan ceramah ilmiah dan
pendidikan asal tidak merugikan penciptanya
d. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang
dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri
Biasanya peniruan karya tulis dapat berbentuk peniruan kata demi kata, peniruan tanpa
pengambilan kata-kata (persamaan substansi kedua karya tulis, akses, penggugatan harus
menunjukkan karya tergugat sama dengan karyanya).
1. Masalah pembuktian
Dalam kasus pelanggaran hak cipta, bukti langsung dari plagiarisme adalah jarang sekali
ditemukan, biasanya pembuktian pelanggaran hak cipta dilakukan melalui pembuktian akses
maupun kesamaan substansional, yaitu suatu metode pembuktian dari kata demi kata,
karena biasanya pelanggaran terjadi dalam 2 tahap proses; membuktikan terjadinya
peniruan dan apakah hal tersebut terjadi dalam hal-hal yang tidak diizinakan.
2. Doktrin pemakaian yang layak
Di Amerika Serikat ada istilah untuk pemkaian yang layak yang dikategorikan pelanggaran
hak cipta, the doctrine of fire use, dalam UU Hak Cipta Tahun 1976 digunakan beberapa
variabel agar tidak dikualifikasi sebagai peniruan:
a. Maksud dan sifat pemakaian, termasuk sifat, dan maksud komersialnya;
b. Sifat dari karya hak cipta;
c. Porsi yang ditiru;
d. Pengaruh ekonomis dari yang ditiru;
e. Maksud dan alasan-alasan terdakwa.
3. Sifat pekerjaan
a. Tergantung dari kaitannya dengan faktor efek ekonomis dari pemakaian hak cipta
tersebut.
b. Potensi pengaruh ekonomi bersama faktor-faktor lainnya menentukan doctrine of fair
use.
c. Jumlah proporsional dan substansi pemakaian, sifat peniruan kualitatif, atau kuantitatif
I. Ketentuan pidana
Menurut pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002, ada perubahan yang cukup berarti bagi para pihak yang
dengan sengaja melanggar pasal-pasal dari UU No.19 Tahun 2002 ini, disamping ancaman pidana
yang semakin lama juga ancaman dendanya semakin besar pula, petikan pasal 72 tersebut dilihat di
tabel berikut.
Perbandingan peredaran produk legal dan produk bajakan karya rekaman suara
Kasus
DART INDUSTRIES INC., Amerika Serikat adalah perusahaan yang memproduksi berbagai
jenis alat-alat rumah tangga, diantaranya yaitu ember, panci, toples dan botol, sisir-sisir dan
bunga-bunga karang, sikat-sikat, perkakas-perkakas kecil dan wadah-wadah kecil yang dapat
dibawa untuk rumah tangga dan dapur dari plastik untuk menyiapkan, menyajikan dan
menyimpan bahan makanan, gelas-gelas minum, tempayan, tempat menyimpan bumbu,
wadah-wadah untuk lemari es dan tutup daripadanya, wadah-wadah untuk roti dan biji-bijian
dan tutup daripadanya, piring-piring dan tempat untuk menyajikan makanan, cangkir-cangkir,
piring-piring buah-buahan dan tempat-tempat tanaman untuk tanaman rumah dan main-
mainan untuk anak-anak dengan berbagai jenis desain yang terbuat dari plastik yang bermutu
tinggi.
Merek TUPPERWARE sudah terdaftar di Indonesia di bawah no. pendaftaran 263213,
300665, 300644, 300666, 300658, 339994, 339399 untuk jenis-jenis barang seperti tersebut
diatas, sedangkan merek TULIPWARE baru mengajukan permintaan pendaftaran merek pada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Produk-produk rumah tangga yang diproduksi
oleh DART INDUSTRIES INC. telah dipasarkan di lebih dari 70 negara dengan memakai
merek TUPPERWARE. TUPPERWARE juga telah dipasarkan luas di Indonesia melalui
Distributor Nasional sekaligus penerima lisensi, yakni PT. IMAWI BENJAYA.
PT. IMAWI BENJAYA selaku Distribusi Nasional sekaligus penerima lisensi produk
TUPPERWARE di Indonesia , menemukan produk-produk dengan menggunakan desain-
desain yang sma dengan desain-desain produk-produk TUPPERWARE yang menggunakan
merek TULIPWARE yang diproduksi oleh CV. CLASSIC ANUGRAH SEJATI yang
berlokasi di Bandung.
Bentuk Pelanggaran:
1. Dengan membandingkan antara produk-produk yang menggunakan merek
TUPPERWARE dan produk-produk dengan merek TULIPWARE, maka terlihat secara jelas
bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang memproduksi produk TULIPWARE.
2. Terdapat persamaan pada pokoknya antara merek TULIPWARE dengan TUPPERWARE
untuk produk-produk sejenis.
3. Penempatan merek pada bagian bawah wadah dan bentuk tulisan yang sama lebih
dominan, sehingga menonjolkan unsur persamaan dibandingkan perbedaannya. Keberadaan
produk-produk sejenis yang menggunakan merek TUPPERWARE dan TULIPWARE
membingungkan dan mengacaukan konsumen mengenai asal-usul barang.
4. Merek TULIPWARE yang dipergunakan pada barang-barang berbeda dengan etiket merek
yang diajukan permohonannya pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
DART INDUSTRIES INC. selaku pemilik merek telah memasangkan iklan pengumuman di
beberapa surat kabar, untuk mengingatkan kepada konsumen tentang telah beredarnya
produk-produk TULIPWARE, yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan produk-
produk TUPPERWARE.
Undang-undang Merek memberikan ancaman pidana kepada setiap orang yang menggunakan
Merek yang sama pada keseluruhannya ataupun yang sama pada pokoknya. Kedua bentuk
perbuatan ini diklasifikasikan sebagai kejahatn. Besarnya ancaman pidana, ditentukan dalam
ketentuan Pasal 90 dan Pasal 91, sebagai berikut:
Pasal 90 :
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada
keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
Pasal 91 :
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya
dengan Merek terdaftar milikpihak lain untuk barang dan/atau diperdagangkan, dipidana
dengan pidana pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)”.
Sedangkan bagi mereka yang memperdagangkan barang dan atau jasa yang diketahui atau
patut diketahui bahwa barang atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran, diancam
dengan pidana kurungan paling lama (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) (Pasal 94 ayat 1). Tindak pidana ini adalah
pelanggaran.
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91 dan Pasal 94 merupakan
delik aduan.
Berdasarkan kasus diatas seharusnya CV. CLASSIC ANUGRAH SEJATI yang
memproduksi TULIPWARE tidak menggunakan nama produk yang hampir sama dan juga
jenis-jenis produk yang diproduksi dengan TUPPERWARE karena merek TUPPERWARE
sudah terlebih dahulu didaftarkan. Alangkah lebih baik jika TULIPWARE mengganti
namanya atau jenis-jenis produk yang diproduksi berbeda dengan TUPPERWARE sehingga
tidak terjadi sengketa seperti ini
Kasus pembajakan karya cipta lagu 'Cari Jodoh' yang dipopulerkan Band Wali mulai
disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Malang, Jawa Timur, Rabu (1/5/2013).
Di sidang pertama itu, bos PT Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, dihadirkan. Rahayu adalah
bos dari label yang selama ini mendistribusikan karya-karya Faang dan kawan-kawannya itu.
Selain bos PT Nagaswara, Rahayu hadir di persidangan sebagai saksi atas dugaan
pembajakan yang dilakukan Malikul Akbar Atjil.
Kala dihubungi lewat telepon, Kamis (2/5/2013), Rahayu mengatakan, perbuatan yang
dilakukan Atjil dengan membajak karya orang lain itu jelas merugikan. "Akan lebih
merugikan lagi apabila tindakan pembajakan itu dibiarkan," ujar Rahayu. Sebagai pemilik
label yang mendistribusikan lagu-lagu musisi Indonesia, termasuk artis dan penyanyi
Nagaswara, Rahayu mempunyai tugas dan kewajiban untuk ikut-serta menjaga karya para
artisnya itu.
Kasus lagu 'Cari Jodoh' milik Band Wali, cerita Rahayu, pihaknya semula tidak tahu
perbuatan yang dilakukan Atjil. "Jangankan memberi tahu, minta ijin memakai lagu 'Cari
Jodoh-nya' Wali saja tidak dilakukan Atjil," tutur Rahayu.
Menurut Rahayu, akibat aksi pembajakan lagu 'Cari Jodoh' itu, sebagai pemegang hak cipta
karya tersebut, pihaknya dirugikan Atjil sebesar Rp 1 Milyar. Dalam laporannya yang dibuat
tahun 2010, Rahayu menyertakan jumlah kerugian itu.
Selama Atjil belum diputus bersalah oleh majelis HKIm PN Malang, jelas Rahayu, pihak
distribusi Malaysia Incitech bisa terus menjual karya lagu 'Cari Jodoh-nya' Band Wali versi
Atjil tanpa ada ijin yang jelas.
Perkara tersebut dimulai ketika lagu 'Cari Jodoh' karya cipta Band Wali dibajak di Malaysia
tahun 2009. Setelah dilakukan penyidikan, Polda Jawa Timur menangkap Atjil di Surabaya
pada awal tahun 2013. Atjil belakangan diketahui pernah menjadi aktivis Antipembajakan.
Saat ditangkap, Atjil mengaku, Malaysia Incitech sudah membeli karya lagu 'Cari Jodoh' dari
Wali Band. (kin)
Bab IV
PENUTUP
Kesimpulan
sMerek adalah tanda berupa gambar, susunan warna, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda, dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Merek dagang adalah merk yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya, maksudnya adalah barang yang
termasuk dalam satu cabang industri atau satu cabang perdagangan yang sama