DISUSUN OLEH :
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
Dalam UU No.20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis setidaknya
mengatur mekanisme pendaftaran dengan sederhana dan efeisien. Pendaftran merek dalam Pasal
4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 UU No.20 Tahun 2016 secara ringkas
adalah sebagai berikut :
1. Pendaftaran merek diajukan oleh pemohon. Setidaknya, dapat diwakilkan oleh kuasa
pemohon kepada pihak menteri secara elektronik, atau non elektronik dalam bahasa
Indonesia.
2. Dalam permohonan, wajib mencantumkan waktu. Mulai tanggal, bulan dan tahun
permohonan
3. Disertakan identitas pemohon secara lengkap. Begitu pula dengan identitas dan alamat
kuasa pemohon, bila diwakilkan.
4. Pencantumkan warna, bila permohonan menggunakan unsur warna. Begitu pun nama
negara dan tanggal permintaan merek. Serta, uraian jenis produk barang atau jasa dan
dilampiri label merek juga bukti pembayaran biaya.
5. Biaya permohonan pendaftaran merek ditentukan sesuai dengan per kelas barang dan/
atau jasa.
6. Khusus merek berupa bentuk tiga dimensi, label merek dilampirkan dalam bentuk
karakteristik dari merek tersebut. Sedangkan terhadap merek berupa suara, maka label
merek yang dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.
7. Permohonan pendaftaran merek wajib dilampiri dengan surat pernyataan kepemilikan
merek yang dimohonkan pendaftarannya.
Khusus permohonan diajukan lebih dari satu pemohon secara bersama-sama, maka
berhak atas merek tersebut. Oleh sebab itu, semua nama pemohon dicantumkan dengan memilih
salah satu alamat sebagai alamat pemohon. Sedangkan permohonan ditandatangani oleh salah
satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari
para pemohon yang diwakilkan.
Bila salah seorang atau sekian pemohon merupakan warga negara asing dan badan
hukum asing berdomisili di negara luar, maka wajib diajukan melalui kuasanya. Sedangkan
permohonan pendaftaran merek diajukan bersama-sama, maka surat kuasa ditandatangani oleh
semua pihak yang berhak atas merek tersebut.
UU pun mengatur permohonan lebih dari satu kelas barang dan/atau jasa dapat diajukan
dalam satu permohonan. Selain itu dalam permohonan pun mesti menyebutkan jenis barang atau
jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan pendaftarannya. Nah, ketentuan lebih lanjut
mengenai kelas barang dan/atau jasa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Sedangkan permohonan terkait dengan administrasi merek diajukan pemohon yang
berdomisili di luar wilayah Indonesia maka wajib diajukan melalui kuasanya. Nah, pemohon pun
wajib menyatakan dan memilih alamat kuasa sebagai domisili hukum di Indonesia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata acara permohonan sebagimana dimaksud
dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 6 diatur dengan Peraturan Menteri,” demikian bunyi Pasal 8
UU Merek dan Indikasi Geografis.
Sedangkan dalam UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek diatur dalam pasal 7 yang
mengatur bahwa pendaftaran harus diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal, dengan mencantumkan:
Pemeriksaan Substantif
Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan, pemeriksa pada
Direktorat Jenderal akan mengadakan pemeriksaan substantive terhadap permohonan.
Pemeriksaan substantif wajib diselesaikan paling lambat 9 (sembilan) bulan. Apabila
permohonan dapat diterima berdasarkan hal pemeriksaan substantif, maka berdasarkan
persetujuan Direktorat Jenderal, permohonan tersebut akan diumumkan dalam Berita
Resmi Merek. Apabila permohonan ditolak, maka Direktorat Jenderal akan
menginformasikan pemohon atau kuasanya penolakan tersebut secara tertulis dan juga
alasan terhadap penolakan tersebut.
Periode Pengumuman
1. nama dan alamat lengkap pemohon, termasuk kuasa apabila permohonan diajukan
melalui kuasa;
2. kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi merek yang dimohonkan pendaftarannya;
3. tanggal penerimaan;
4. nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali, dalam hal
permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas; dan
5. contoh merek, termasuk keterangan mengenai warna dan apabila etiket merek
menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf Latin dan/atau angka yang
tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, disertai terjemahannya ke dalam
bahasa Indonesia, huruf Latin atau angka yang lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia, serta cara pengucapannya dalam ejaan Latin.
Keberatan
Penerbitan Sertifikat
Pasal 27 UU No. 15/2001 menyebutkan bahwa apabila tidak ada keberatan
terhadap permohonan, maka Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan sertifikat
merek kepada pemohon atau kuasanya dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu pengumuman. Namun, apabila terdapat
keberatan dan keberatan ditolak, maka Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan
sertifikat merek kepada pemohon atau kuasanya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal permohonan disetujui untuk didaftar.
Perbandingan Pendaftaran Merek dalam UU No.20 Tahun 2016 dan UU No.15
Tahun 2001 :
No UU No.15 Tahun 2001 UU No.20 Tahun 2016
1 Hanya berhubungan dengan merek Undang-undang terbaru memperluas merek
konvensional yang akan didaftarkan. Di antaranya
penambahan merek 3 dimensi, merek suara,
dan merek hologram.
2 Proses pendaftaran relatif lebih lama. Proses pendaftaran menjadi lebih singkat:
Permohonan dilanjutkan dengan Permohonan dilanjutkan dengan pemeriksaan
pemeriksaan formal, setelah itu formal, dilanjutkan dengan pengumuman
pemeriksaan subtantif, kemudian (hal tersebut guna melihat apakah ada yang
pengumuman dan diakhiri dengan keberatan), dilanjutkan dengan pemeriksaan
sertifikasi. subtantif dan di akhir dengan sertifikasi.
Sehingga pemohon akan mendapatkan
nomor lebih cepat dari sebelumnya.
3 Menteri tidak memiliki hak untuk Menteri memiliki hak untuk menghapus
menghapus merek terdaftar merek terdaftar dengan alasan merek tersebut
merupakan Indikasi Geografis, atau
bertentangan dengan kesusilaan dan agama.
Sedangkan untuk pemilik merek terdaftar
tersebut dapat mengajukan keberatannya
melalui gugatan ke PTUN.
4 Gugatan oleh merek terkenal Merek terkenal dapat mengajukan gugatan
sebelumnya tidak diatur. berdasarkan putusan pengadilan.
5. Tidak memuat mengenai pemberatan Memuat pemberatan sanksi pidana bagi
sanksi pidana. merek yang produknya mengancam
keselamatan dan kesehatan jiwa manusia.
6. Hanya menyinggung sedikit Ketentuan mengenai indikasi geografis diatur
mengenai indikasi geografis, namun dalam empat BAB (Pasal 53 sampai dengan
memang banyak diatur di peraturan 71).
pemerintah.
Pemohon indikasi geografis yaitu:
1. Lembaga yang mewakili masyarakat di
kawasan geografis tertentu.
2. Pemerintah Daerah provinsi atau
kabupaten kota.
Pada undang-undang yang lama, masih menyebutkan satu per satu hal-hal mana yang
Negara adalah sebagai Hak Penciptanya. Belum sebegitu jelas tentang aturan penggunaan
budaya suatu daerah tersebut.
Pada Undang-Undang yang baru, Adanya istilah baru yaitu Ekspresi Budaya
Tradisional. Penjelasan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dapat dilihat di Bagian
Penjelasan Pasal 38. Penjelasan akan Ekspresi Budaya Tradisional lebih jelas hal-hal yang
dilindungi oleh Negara dan lebih Detail. Pada ayat 3 dijelaskan Penggunaan ekspresi Budaya
Tradisional harus memperhatikan nilai-nilai hidup dalam masyarakat pengembannya, Dalam
penjelasan menjelaskan bahwa nilai-nilai hidup yang dimaksud adalah norma-norma yang
berlaku pada masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut.
11 (1) Jika suatu Ciptaan tidak diketahui 39 (1)Dalam hal Ciptaan tidak diketahui
Penciptanya dan Ciptaan itu belum Penciptanya dan Ciptaan tersebut belum
diterbitkan, Negara memegang Hak dilakukan Pengumuman, Hak Cipta atas
Cipta atas Ciptaan tersebut untuk Ciptaan tersebut dipegang oleh Negara untuk
kepentingan Penciptanya. kepentingan Pencipta.
(2) Jika suatu Ciptaan telah (2)Dalam hal Ciptaan telah dilakukan
diterbitkan tetapi tidak diketahui Pengumuman tetapi tidak diketahui
Penciptanya atau pada Ciptaan Penciptanya, atau hanya tertera nama aliasnya
tersebut hanya tertera nama samaran atau samaran Penciptanya, Hak Cipta atas
Penciptanya, penerbit memegang Ciptaan tersebut dipegang oleh prhak yang
Hak Cipta atas Ciptaan tersebut melakukan Pengumuman untuk kepentingan
untuk kepentingan Penciptanya. Pencipta.
(3) Jika suatu Ciptaan telah (3)Dalam hal Ciptaan telah diterbitkan tetapi
diterbitkan tetapi tidak diketahui tidak diketahui Pencipta dan pihak yang
Penciptanya dan/atau penerbitnya, melakukan Pengumuman, Hak Cipta atas
Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut dipegang oleh Negara untuk
Ciptaan tersebut untuk kepentingan kepentingan Pencipta. (4)Ketentuan
Penciptanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) tidak berlaku jika Pencipta
dan/atau pihak yang melakukan Pengumuman
dapat membuktikan kepemilikan atas Ciptaan
tersebut.
UU lama Ciptaan yang dilindungi yang diatur dalam Pasal ini adalah 12 macam. Di
Undang-Undang Baru ditambahkan sampai 19 macam karena berkembangnya zaman. Kita bisa
melihat dimana ditambahinya Karya Seni Batik, Permainan video, dll.
13 Tidak ada Hak Cipta atas: 41 Pasal 41 Hasil karya yang tidak
a. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga dan dilindungi Hak Cipta meliputi: a. hasil
Negara; 42 karya yang belum diwujudkan dalam
b. peraturan perundang-undangan; bentuk nyata; b. setiap ide, prosedur,
c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat sistem, metode, konsep, prinsip, temuan
Pemerintah; atau data walaupun telah diungkapkan,
d. putusan pengadilan atau penetapan dinyatakan, digambarkan, dijelaskan,
hakim; atau atau digabungkan dalam sebuah Ciptaan;
e. keputusan badan arbitrase atau dan c. alat, benda, atau produk yang
keputusan badan-badan sejenis lainnya diciptakan hanya untuk menyelesaikan
masalah teknis atau yang bentuknya
hanya ditujukan untuk kebutuhan
fungsional.
Pasal 42 Tidak ada Hak Cipta atas hasil
karya berupa: a. hasil rapat terbuka
lembaga negara; b. peraturan perundang-
undangan; c. pidato kenegaraan atau
pidato pejabat pemerintah; d. putusan
pengadilan atau penetapan hakim; dan e.
kitab suci atau simbol keagamaan.
Pada Undang-Undang yang lama tidak jelas dalam pengaturan Hasil Karya yang Tidak
Dilindungi Hak Cipta
Dalam Undang-Undang Baru, Merupakan suatu Bab tersendiri yaitu Hasil Karya yang
Tidak Dilindungi Hak Cipta. Terdapat penjelasan Hasil Karya seperti apa yang tidak
dilindungi oleh Hak CIpta pada Pasal 41. Dalam Pasal 42 Butir e di ganti dengan Kitab Suci
dan simbil Keagamaan.
Dalam UU yang lama ini kurang lengkap dalam pengaturan dimana hanya ada kata
pengumuman dan perbanyakan. Dalam UU baru pengaturannya lebih lengkap diatur
Pengumuman, Pendristribusian, Komunikasi, dan Penggandaan yang mana penjelasan dapat
dilihat di penjelasan UU Baru. dan juga di tambahnya butif yaitu huruf D dan E yang mana
mengatur pengumuman,penggandaan, komunikasi dalam dunia tekhnologi dan pengaturan juga
tentang Potret Presiden,wakil Presiden, lambang Negara,dll harus menyesuaikan martabat dan
peraturan UU.
Dalam UU yang lama dijelaskan dengan panjang lebar tentang perilaku yang tidak
dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta dan juga Dalam UU yang lama tidak mengatur tentang
pengaturan ciptaan untuk penyandang tuna netra.
Pengaturan tentang perilaku yang tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta lebih di
padatkan tetapi lebih jelas. Dalam UU yang baru diatur tentang perlindungan ciptaan yang dibuat
oleh Tuna Netra pada ayat 2.