Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


PERDAFTARAN MEREK DALAM
UU NO 20 TAHUN 2016 DAN UU NO 15 TAHUN 2001

DISUSUN OLEH :

AHMAD HAMZAH (B111 15 056)


HAMKA HAQ (B111 15 062)
MUH.IKRAM (B111 15 078)
EKAYANTI DM (B111 15 043)
RESMI SAFITRI (B111 15 399)

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
Dalam UU No.20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis setidaknya
mengatur mekanisme pendaftaran dengan sederhana dan efeisien. Pendaftran merek dalam Pasal
4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 UU No.20 Tahun 2016 secara ringkas
adalah sebagai berikut :
1. Pendaftaran merek diajukan oleh pemohon. Setidaknya, dapat diwakilkan oleh kuasa
pemohon kepada pihak menteri secara elektronik, atau non elektronik dalam bahasa
Indonesia.
2. Dalam permohonan, wajib mencantumkan waktu. Mulai tanggal, bulan dan tahun
permohonan
3. Disertakan identitas pemohon secara lengkap. Begitu pula dengan identitas dan alamat
kuasa pemohon, bila diwakilkan.
4. Pencantumkan warna, bila permohonan menggunakan unsur warna. Begitu pun nama
negara dan tanggal permintaan merek. Serta, uraian jenis produk barang atau jasa dan
dilampiri label merek juga bukti pembayaran biaya.
5. Biaya permohonan pendaftaran merek ditentukan sesuai dengan per kelas barang dan/
atau jasa.
6. Khusus merek berupa bentuk tiga dimensi, label merek dilampirkan dalam bentuk
karakteristik dari merek tersebut. Sedangkan terhadap merek berupa suara, maka label
merek yang dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.
7. Permohonan pendaftaran merek wajib dilampiri dengan surat pernyataan kepemilikan
merek yang dimohonkan pendaftarannya.  
Khusus permohonan diajukan lebih dari satu pemohon secara bersama-sama, maka
berhak atas merek tersebut. Oleh sebab itu, semua nama pemohon dicantumkan dengan memilih
salah satu alamat sebagai alamat pemohon. Sedangkan permohonan ditandatangani oleh salah
satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari
para pemohon yang diwakilkan.
Bila salah seorang atau sekian pemohon merupakan warga negara asing dan badan
hukum asing berdomisili di negara luar, maka wajib diajukan melalui kuasanya. Sedangkan
permohonan pendaftaran merek diajukan bersama-sama, maka surat kuasa ditandatangani oleh
semua pihak yang berhak atas merek tersebut.
UU pun mengatur permohonan lebih dari satu kelas barang dan/atau jasa dapat diajukan
dalam satu permohonan. Selain itu dalam permohonan pun mesti menyebutkan jenis barang atau
jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan pendaftarannya. Nah, ketentuan lebih lanjut 
mengenai kelas barang dan/atau jasa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Sedangkan permohonan terkait dengan administrasi merek diajukan pemohon yang
berdomisili di luar wilayah Indonesia maka wajib diajukan melalui kuasanya. Nah, pemohon pun
wajib menyatakan  dan memilih alamat kuasa sebagai domisili hukum di Indonesia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata acara permohonan sebagimana dimaksud
dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 6 diatur dengan Peraturan Menteri,” demikian bunyi Pasal 8
UU Merek dan Indikasi Geografis.

Sedangkan dalam UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek diatur dalam pasal 7 yang
mengatur bahwa pendaftaran harus diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal, dengan mencantumkan:

1. tanggal, bulan, dan tahun;


2. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pmohon;
3. nama lengkap dan alamat kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa;
4. warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur
warna;
5. nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal permohonan
diajukan dengan hak prioritas.
6. Permohonan harus ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya. Pemohon dapat terdiri
dari satu orang atau beberapa orang secara bersama atau badan hukum. Permohonan yang
diajukan oleh pemohon yang bertempat tinggal atau berdomisili tetap di luar Indonesia
harus diajukan melalui kuasa di Indonesia.
7. Permohonan untuk 2 (dua) kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan dalam
satu permohonan. Permohonan dengan hak prioritas harus diajukan dalam waktu paling
lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek
pertama kali diterima di Negara lain yang merupakan anggota Paris Convention for the
Protection of Industrial Property atau anggota Agreement Establishingthe World Trade
Organization.
Apabila persyaratan administrative sebagaimana disebut di atas telah dipenuhi, maka
Direktorat Jenderal akan memberikan tanggal penerimaan. Tanggal penerimaan adalah tanggal
kapan suatu permohonan dianggap telah memenuhi persyaratan administratif. Setalah tahapan
administrasif terpenuhi maka tahapan selanjutnya adalah :

 Pemeriksaan Substantif
Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan, pemeriksa pada
Direktorat Jenderal akan mengadakan pemeriksaan substantive terhadap permohonan.
Pemeriksaan substantif wajib diselesaikan paling lambat 9 (sembilan) bulan. Apabila
permohonan dapat diterima berdasarkan hal pemeriksaan substantif, maka berdasarkan
persetujuan Direktorat Jenderal, permohonan tersebut akan diumumkan dalam Berita
Resmi Merek. Apabila permohonan ditolak, maka Direktorat Jenderal akan
menginformasikan pemohon atau kuasanya penolakan tersebut secara tertulis dan juga
alasan terhadap penolakan tersebut.
 Periode Pengumuman

Permohonan akan diumumkan dalam berita resmi merek paling lambat 10


(sepuluh) hari sejak tanggal disetujuinya permohonan untuk didaftar oleh pemeriksa
substantif. Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan :

1. nama dan alamat lengkap pemohon, termasuk kuasa apabila permohonan diajukan
melalui kuasa;
2. kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi merek yang dimohonkan pendaftarannya;
3. tanggal penerimaan;
4. nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali, dalam hal
permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas; dan
5. contoh merek, termasuk keterangan mengenai warna dan apabila etiket merek
menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf Latin dan/atau angka yang
tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, disertai terjemahannya ke dalam
bahasa Indonesia, huruf Latin atau angka yang lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia, serta cara pengucapannya dalam ejaan Latin.
 Keberatan

Pengumuman akan dilakukan selama 3 (tiga) bulan, dan selama periode


pengumuman tersebut setiap pihak dapat mengajukan keberatan terhadap permohonan
secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. Keberatan dapat diajukan apabila terdapat
alasan yang cukup disertai bukti bahwa permohonan merek harus ditolak atau tidak dapat
didaftar. Apabila terdapat keberatan, maka Direktorat Jenderal akan mengirimkan salinan
surat keberatan tersebut kepada pemohon atau kuasanya paling lambat 14 (empat belas)
hari sejak tanggal penerimaan keberatan oleh Direktorat Jenderal. Pemohon atau
kuasanya berhak untuk mengajukan sanggahan terhadap keberatan secara tertulis dalam
waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan salinan keberatan
dari Direktorat Jenderal. Direktorat Jenderal akan melakukan pemeriksaan kembali
permohonan berdasarkan keberatan dan sanggahan pemohon. Pemeriksasan kembali
harus diselesaikan paling lambat 2 (dua) bulan sejak berakhirnya jangka waktu
pengumuman.  Apabila pemeriksa melaporkan bahwa keberatan dapat diterima maka
Direktorat Jenderal akan menginformasikan pemohon atau kuasanya bahwa permohonan
tidak dapat diterima atau ditolak. Apabila keberatan diterima, maka pemohon atau
kuasanya dapat mengajukan banding. Apabila pemeriksa memutuskan bahwa keberatan
ditolak, maka permohonan akan didaftarkan dalam daftar umum merek, dengan
persetujuan Direktorat Jenderal.

 Penerbitan Sertifikat
Pasal 27 UU No. 15/2001 menyebutkan bahwa apabila tidak ada keberatan
terhadap permohonan, maka Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan sertifikat
merek kepada pemohon atau kuasanya dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu pengumuman. Namun, apabila terdapat
keberatan dan keberatan ditolak, maka Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan
sertifikat merek kepada pemohon atau kuasanya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal permohonan disetujui untuk didaftar.
Perbandingan Pendaftaran Merek dalam UU No.20 Tahun 2016 dan UU No.15
Tahun 2001 :
No UU No.15 Tahun 2001 UU No.20 Tahun 2016
1 Hanya berhubungan dengan merek Undang-undang terbaru memperluas merek
konvensional yang akan didaftarkan. Di antaranya
penambahan merek 3 dimensi, merek suara,
dan merek hologram.

2 Proses pendaftaran relatif lebih lama. Proses pendaftaran menjadi lebih singkat:
Permohonan dilanjutkan dengan Permohonan dilanjutkan dengan pemeriksaan
pemeriksaan formal, setelah itu formal, dilanjutkan dengan pengumuman
pemeriksaan subtantif, kemudian (hal tersebut guna melihat apakah ada yang
pengumuman dan diakhiri dengan keberatan), dilanjutkan dengan pemeriksaan
sertifikasi. subtantif dan di akhir dengan sertifikasi.
Sehingga pemohon akan mendapatkan
nomor lebih cepat dari sebelumnya.
3 Menteri tidak memiliki hak untuk Menteri memiliki hak untuk menghapus
menghapus merek terdaftar merek terdaftar dengan alasan merek tersebut
merupakan Indikasi Geografis, atau
bertentangan dengan kesusilaan dan agama.
Sedangkan untuk pemilik merek terdaftar
tersebut dapat mengajukan keberatannya
melalui gugatan ke PTUN.
4 Gugatan oleh merek terkenal Merek terkenal dapat mengajukan gugatan
sebelumnya tidak diatur. berdasarkan putusan pengadilan.
5. Tidak memuat mengenai pemberatan Memuat pemberatan sanksi pidana bagi
sanksi pidana. merek yang produknya mengancam
keselamatan dan kesehatan jiwa manusia.
6. Hanya menyinggung sedikit Ketentuan mengenai indikasi geografis diatur
mengenai indikasi geografis, namun dalam empat BAB (Pasal 53 sampai dengan
memang banyak diatur di peraturan 71).
pemerintah.
Pemohon indikasi geografis yaitu:
1.    Lembaga yang mewakili masyarakat di
kawasan geografis tertentu.
2. Pemerintah Daerah provinsi atau
kabupaten kota. 

Produk yang dapat dimohonkan:


1.Sumber day aalam
2.Barang kerajinan tangan
3.Hasil industri 
Perbandingan UU HAKI baru dan HAKI yang lama :

Psl Undang-Undang No 19 Tahun 2002 Psl Undang-Undang No 28 Tahun 2014


10 1) Negara memegang Hak Cipta atas 38 1) Hak Cipta atas ekspresi budaya
karya peninggalan prasejarah, sejarah, tradisional dipegang oleh Negara.
dan benda budaya nasional lainnya. (2) Negara wajib menginventarisasi,
(2) Negara memegang Hak Cipta atas menjaga, dan memelihara ekspresi
folklor dan hasil kebudayaan rakyat budaya tradisional sebagaimana
yang menjadi milik bersama, seperti dimaksud pada ayat (1).
cerita, hikayat, dongeng, legenda, (3) Penggunaan ekspresi budaya
babad, lagu, kerajinan tangan, tradisional sebagaimana dimaksud pada
koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya ayat ( 1) harus memperhatikan nilai-
seni lainnya. nilai yang hidup dalam masyarakat
(3) Untuk mengumumkan atau pengembannya.
memperbanyak Ciptaan tersebut pada (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
ayat (2), orang yang bukan warga Hak Cipta yang dipegang oleh Negara
negara Indonesia harus terlebih dahulu atas ekspresi budaya tradisional
mendapat izin dari instansi yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam masalah tersebut. diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Hak Cipta yang dipegang oleh Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini,
diatur dengan Peraturan Pemerintah

Pada undang-undang yang lama, masih menyebutkan satu per satu hal-hal mana yang
Negara adalah sebagai Hak Penciptanya. Belum sebegitu jelas tentang aturan penggunaan
budaya suatu daerah tersebut.
Pada Undang-Undang yang baru, Adanya istilah baru yaitu Ekspresi Budaya
Tradisional. Penjelasan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dapat dilihat di Bagian
Penjelasan Pasal 38. Penjelasan akan Ekspresi Budaya Tradisional lebih jelas hal-hal yang
dilindungi oleh Negara dan lebih Detail. Pada ayat 3 dijelaskan Penggunaan ekspresi Budaya
Tradisional harus memperhatikan nilai-nilai hidup dalam masyarakat pengembannya, Dalam
penjelasan menjelaskan bahwa nilai-nilai hidup yang dimaksud adalah norma-norma yang
berlaku pada masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut.

11 (1) Jika suatu Ciptaan tidak diketahui 39 (1)Dalam hal Ciptaan tidak diketahui
Penciptanya dan Ciptaan itu belum Penciptanya dan Ciptaan tersebut belum
diterbitkan, Negara memegang Hak dilakukan Pengumuman, Hak Cipta atas
Cipta atas Ciptaan tersebut untuk Ciptaan tersebut dipegang oleh Negara untuk
kepentingan Penciptanya. kepentingan Pencipta.

(2) Jika suatu Ciptaan telah (2)Dalam hal Ciptaan telah dilakukan
diterbitkan tetapi tidak diketahui Pengumuman tetapi tidak diketahui
Penciptanya atau pada Ciptaan Penciptanya, atau hanya tertera nama aliasnya
tersebut hanya tertera nama samaran atau samaran Penciptanya, Hak Cipta atas
Penciptanya, penerbit memegang Ciptaan tersebut dipegang oleh prhak yang
Hak Cipta atas Ciptaan tersebut melakukan Pengumuman untuk kepentingan
untuk kepentingan Penciptanya. Pencipta.

(3) Jika suatu Ciptaan telah (3)Dalam hal Ciptaan telah diterbitkan tetapi
diterbitkan tetapi tidak diketahui tidak diketahui Pencipta dan pihak yang
Penciptanya dan/atau penerbitnya, melakukan Pengumuman, Hak Cipta atas
Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut dipegang oleh Negara untuk
Ciptaan tersebut untuk kepentingan kepentingan Pencipta. (4)Ketentuan
Penciptanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) tidak berlaku jika Pencipta
dan/atau pihak yang melakukan Pengumuman
dapat membuktikan kepemilikan atas Ciptaan
tersebut.

(5)Kepentingan Pencipta sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
dilaksanakan oleh Menteri.
UU yang lama Menggunakan kata-kata diterbitkan dan Penerbit. Tidak jelas
pengaturannya siapa yang melaksanakan Kepentingan Penciptanya. Menggunakan kata-kata
Pengumuman dan Pihak yang melakukan Pengumuman. Adanya tambahan ayat 4 dan 5
memperjelas aturan yang berlaku pada Pasal 39. Yaitu ayat 4 menjelaskan bahwa Jika ada
pencipta dan atau pihak yang melakukan pengumuman dapat membuktikan kepemilikan atas
ciptaan tersebut, maka peraturan pasal 39 tidak berlaku. Dan Pasal 5 menjelaskan bahwa Menteri
yang melindungi Kepentingan Pencipta.
12 (1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan 40 (1) Ciptaan yang dilindungi meliputi
yang dilindungi adalah Ciptaan dalam Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan seni, dan sastra, terdiri atas:
sastra, yang mencakup: a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis
a. buku, Program Komputer, pamflet, yang diterbitkan, dan semua hasil karya
perwajahan (lay out) karya tulis yang tulis lainnya: b. ceramah, kuliah, pidato,
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis dan Ciptaan sejenis lainnya; c. alat
lain; peraga yang dibuat untuk kepentingan
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d.
lain yang sejenis dengan itu; c. alat lagu dan/atau musik dengan atau tanpa
peraga yang dibuat untuk kepentingan teks; e. drama, drama musikal, tari,
pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. koreografi, pewayangan, dan pantomim;
lagu atau musik dengan atau tanpa teks; f. karya seni rupa dalam segala bentuk
e. drama atau drama musikal, tari, seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,
koreografi, pewayangan, dan pantomim; seni pahat, patung, atau kolase; g. karya
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni terapan; h. karya arsitektur; I.
seni lukis, gambar, seni ukir, seni peta;k. karya seni batik atau seni motif
kaligrafi, seni pahat, seni patung, lain; l. karya fotografi;Potret; m. karya
kolase, dan seni terapan; g. arsitektur; sinematograh; n. terjemahan, tafsir,
h. peta; i. seni batik; j. saduran, bunga rampai, basis data,
fotografi;k.sinematografi; l.terjemahan, adaptasi, aransemen, modifikasi dan
tafsir, saduran, bunga rampai, database, karya lain dari hasil transformasi;o.
dan karya lain dari hasil terjemahan, adaptasi, aransemen,
pengalihwujudan. transformasi, atau modihkasi ekspresi
budaya tradisional; p. kompilasi Ciptaan
atau data, baik dalam format yang dapat
dibaca dengan Program Komputer
maupun media lainnya; q. kompilasi
ekspresi budaya tradisional selama
kompilasi tersebut merupakan karya
yang asli; r. permainan video;
dan s. Program Komputer.

UU lama Ciptaan yang dilindungi yang diatur dalam Pasal ini adalah 12 macam. Di
Undang-Undang Baru ditambahkan sampai 19 macam karena berkembangnya zaman. Kita bisa
melihat dimana ditambahinya Karya Seni Batik, Permainan video, dll.
13 Tidak ada Hak Cipta atas: 41 Pasal 41 Hasil karya yang tidak
a. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga dan dilindungi Hak Cipta meliputi: a. hasil
Negara; 42 karya yang belum diwujudkan dalam
b. peraturan perundang-undangan; bentuk nyata; b. setiap ide, prosedur,
c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat sistem, metode, konsep, prinsip, temuan
Pemerintah; atau data walaupun telah diungkapkan,
d. putusan pengadilan atau penetapan dinyatakan, digambarkan, dijelaskan,
hakim; atau atau digabungkan dalam sebuah Ciptaan;
e. keputusan badan arbitrase atau dan c. alat, benda, atau produk yang
keputusan badan-badan sejenis lainnya diciptakan hanya untuk menyelesaikan
masalah teknis atau yang bentuknya
hanya ditujukan untuk kebutuhan
fungsional.
Pasal 42 Tidak ada Hak Cipta atas hasil
karya berupa: a. hasil rapat terbuka
lembaga negara; b. peraturan perundang-
undangan; c. pidato kenegaraan atau
pidato pejabat pemerintah; d. putusan
pengadilan atau penetapan hakim; dan e.
kitab suci atau simbol keagamaan.

Pada Undang-Undang yang lama tidak jelas dalam pengaturan Hasil Karya yang Tidak
Dilindungi Hak Cipta
Dalam Undang-Undang Baru, Merupakan suatu Bab tersendiri yaitu Hasil Karya yang
Tidak Dilindungi Hak Cipta. Terdapat penjelasan Hasil Karya seperti apa yang tidak
dilindungi oleh Hak CIpta pada Pasal 41. Dalam Pasal 42 Butir e di ganti dengan Kitab Suci
dan simbil Keagamaan.

14 Tidak dianggap sebagai pelanggaran 43 Pasal 43 Perbuatan yang tidak dianggap


Hak Cipta: sebagai pelanggaran Hak Cipta meliputi:

a. Pengumuman dan/atau Perbanyakan a. Pengumuman, Pendistribusian,


lambang Negara dan lagu kebangsaan Komunikasi, dan/atau Penggandaan
menurut sifatnya yang asli; lambang negara dan lagu kebangsaan
menurut sifatnya yang asli; b.
b. Pengumuman dan/atau Perbanyakan
Pengumuman, Pendistribusian,
segala sesuatu yang diumumkan
Komunikasi, dan/atau Penggandaan
dan/atau diperbanyak oleh atau atas
segala sesuatu yang dilaksanakan oleh
nama Pemerintah, kecuali apabila Hak
atau atas nama pemerintah, kecuali
Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik
dinyatakan dilindungi oleh peraturan
dengan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan, pernyataan pada
maupun dengan pernyataan pada
Ciptaan tersebut, atau ketika terhadap
Ciptaan itu sendiri atau ketika Ciptaan
Ciptaan tersebut dilakukan
itu diumumkan dan/atau diperbanyak;
Pengumuman, Pendistribusian,
atau
Komunikasi, dan/atau Penggandaan; c.
c. Pengambilan berita aktual baik pengambilan berita aktual, baik
seluruhnya maupun sebagian dari kantor seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, Lembaga Penyiaran, dan surat berita, Lembaga Penyiaran, dan surat
kabar atau sumber sejenis lain, dengan kabar atau sumber sejenis lainnya dengan
ketentuan sumbernya harus disebutkan ketentuan sumbernya harus disebutkan
secara lengkap. secara lengkap; atau d. pembuatan dan
penyebarluasan konten Hak Cipta
melalui media teknologi informasi dan
komunikasi yang bersifat tidak komersial
dan / atau menguntungkan Pencipta atau
pihak terkait, atau Pencipta tersebut
menyatakan tidak keberatan atas
pembuatan dan penyebarluasan tersebut.
e. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau
Pendistribusian Potret Presiden, Wakil
Presiden, mantan Presiden, mantan
Wakil Presiden, Pahlawan Nasional,
pimpinan lembaga negara, pimpinan
kementerian / lembaga pemerintah non
kementerian, dan/atau kepala daerah
dengan memperhatikan martabat dan
kewajaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Dalam UU yang lama ini kurang lengkap dalam pengaturan dimana hanya ada kata
pengumuman dan perbanyakan. Dalam UU baru pengaturannya lebih lengkap diatur
Pengumuman, Pendristribusian, Komunikasi, dan Penggandaan yang mana penjelasan dapat
dilihat di penjelasan UU Baru. dan juga di tambahnya butif yaitu huruf D dan E yang mana
mengatur pengumuman,penggandaan, komunikasi dalam dunia tekhnologi dan pengaturan juga
tentang Potret Presiden,wakil Presiden, lambang Negara,dll harus menyesuaikan martabat dan
peraturan UU.

15 Dengan syarat bahwa sumbernya 44 Penggunaan, pengambilan,


harus disebutkan atau dicantumkan, Penggandaan, dan/atau pengubahan
tidak dianggap sebagai pelanggaran suatu C;ptaan dan/atau produk Hak
Hak Cipta: Terkait secara seluruh a[au sebagian
yang substansial tidak dianggap sebagai
a. penggunaan Ciptaan pihak lain
pelanggaran Hak Cipta jika sumbernya
untuk kepentingan pendidikan,
disebutkan atau dicantumkan secara
penelitian, penulisan karya ilmiah,
lengkap untuk keperluan:
penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah dengan a. pendidikan, penelitian, penulisan
tidak merugikan kepentingan yang karya ilmiah, penyusunan laporan,
wajar dari Pencipta; penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah dengan tidak merugikan
b. pengambilan Ciptaan pihak lain,
kepentingan yang wajar dari Pencipta
baik seluruhnya maupun sebagian,
atau Pemegang Hak Cipta; b. keamanan
guna keperluan pembelaan di dalam
serta penyelenggaraan pemerintahan,
atau di luar Pengadilan;
legislatif, dan peradilan; c. ceramah
c. pengambilan Ciptaan pihak lain, yang hanya untuk tujuan pendidikan
baik seluruhnya maupun sebagian, dan ilmu pengetahuan; atau d.
guna keperluan: (i) ceramah yang pertunjukan atau pementasan yang tidak
semata-mata untuk tujuan pendidikan dipungut bayaran dengan ketentuan
dan ilmu pengetahuan; atau (ii) tidak me rugikan kepentingan yang
pertunjukan atau pementasan yang wajar dari Pencipta.
tidak dipungut bayaran dengan
ketentuan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari Pencipta.

d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang


ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
dalam huruf braille guna keperluan
para tunanetra, kecuali jika
Perbanyakan itu bersifat komersial;

e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain


Program Komputer, secara terbatas
dengan cara atau alat apa pun atau
proses yang serupa oleh perpustakaan
umum, lembaga ilmu pengetahuan
atau pendidikan, dan pusat
dokumentasi yang nonkomersial
semata-mata untuk keperluan
aktivitasnya;

f. perubahan yang dilakukan


berdasarkan pertimbangan
pelaksanaan teknis atas karya
arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;
g. pembuatan salinan cadangan suatu
Program Komputer oleh pemilik
Program Komputer yang dilakukan
semata-mata untuk digunakan sendiri.

Dalam UU yang lama dijelaskan dengan panjang lebar tentang perilaku yang tidak
dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta dan juga Dalam UU yang lama tidak mengatur tentang
pengaturan ciptaan untuk penyandang tuna netra.

Pengaturan tentang perilaku yang tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta lebih di
padatkan tetapi lebih jelas. Dalam UU yang baru diatur tentang perlindungan ciptaan yang dibuat
oleh Tuna Netra pada ayat 2.

Anda mungkin juga menyukai