Anda di halaman 1dari 1

Tidak melaksanakan kewajiban perjanjian malah dikenakan pasal penipuan?

Emang
bisa?

Konsep perjanjian pada dasarnya adalah hubungan keperdataan yang diatur dalam Burgerlijk
Wetboek (B.W.). Apabila orang yang berjanji tidak memenuhi janji yang telah ditentukan, maka
berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata., orang tersebut dapat disebut telah melakukan
wanprestasi atau cidera janji . Akan tetapi pada faktanya banyak terjadi dimana orang-orang
yang tidak dapat memenuhi janjinya, dilaporkan atas dasar penipuan karena pihak pelapor
merasa bahwa orang tersebut telah menipu pelapor karena janji yang harus dilaksanakan
ternyata tidak dipenuhi, padahal pelapor telah menyerahkan barang dan/atau uang kepada
orang tersebut.

Kondisi ini menimbulkan permasalahan hukum kapan seseorang yang tidak memenuhi sebuah
perjanjian dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi, sehingga penyelesaian perkaranya
harus dilakukan secara perdata, dan kapan orang tersebut dapat dikatakan telah melakukan
penipuan yang penyelesaian perkaranya dilakukan secara pidana.

Pada dasarnya, suatu perkara yang diawali dengan adanya hubungan keperdataan, seperti
perjanjian, dan perbuatan yang menyebabkan perjanjian tersebut, tidak dapat dilaksanakan
terjadi setelah perjanjian tersebut dibuat, maka perkara tersebut adalah perkara perdata dan
bukan perkara pidana.

Sebagaimana yang tercantum dalam Putusan No. 1601 K/Pid/1990 yang menyatakan bahwa
apabila perbuatan yang mengakibatkan gagalnya perjanjian terjadi setelah perjanjian dilahirkan,
maka akibat hukum yang timbul adalah wanprestasi yang merupakan ranah hukum perdata. 

Namun demikian tidak semua perbuatan tidak melaksanakan kewajiban perjanjian tidak dapat
dipandang sebagai penipuan. Apabila perjanjian tersebut dibuat dengan didasari itikad
buruk/tidak baik niat jahat untuk merugikan orang lain, maka perbuatan tersebut bukan
merupakan wanprestasi, tetapi tindak pidana penipuan. 

Anda mungkin juga menyukai