Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ARIEL KURNIAWAN SAPUTRA

NIM : 202010110311182
KELAS : C

SYARAT SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

Untuk mengetahui apakah suatu perjanjian adalah sah atau tidak sah, maka perjanjian
tersebut harus diuji dengan beberapa syarat. Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat
syarat untuk sahnya suatu perjanjian, yaitu:

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;


2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu hal tertentu;
4. suatu sebab yang diperkenankan.

-Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Maksudnya ialah para pihak yang terlibat dalam perjanjian harus sepakat atau setuju
mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut. Apa yang menjadi kehendak pihak yang
satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki
sesuatu yang sama secara timbal balik. Pasal 1321 KUH Perdata menentukan bahwa kata
sepakat tidak sah apabila diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau
penipuan.

-Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Pasal 1330 KUH Perdata menentukan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat
perikatan, kecuali undang-undang mnenetukan bahwa ia tidak cakap. Mengenai orang-orang
yang  tidak cakap untuk membuat perjanjian dapat kita temukan dalam Pasal 1330 KUH
Perdata yaitu:

1. Orang-orang yang belum dewasa;


2. mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. orang-orang perempuan yang telah kawin. Ketentuan ini menjadi hapus dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Karena Pasal
31 undang-undang ini menentukan bahwa hak dan kedudukan suami istri adalah
seimbang dan masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

-Suatu hal tertentu


Mengenai hal ini dapat kita temukan dalam Pasal 1332 dan 1333 KUH Perdata. Pasal 1332
KUH Perdata menentukan bahwa:

“Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu
perjanjian.”

Sedangkan Pasal 1333 KUH Perdata menentukan:

“Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit
ditentukan jenisnya.Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal
saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung.”

Suatu sebab yang diperkenankan

Maksudnya ialah isi dari perjanjian tidak dilarang oleh undang-undang atau tidak
bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum (Pasal 1337 KUH Perdata). Selain itu
Pasal 1335 KUH Perdata juga menentukan bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab
atau dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang adalah tidak mempunyai kekuatan
hukum.1

1
https://www.jurnalhukum.com/syarat-syarat-sahnya-perjanjian/
AKIBAT HUKUM APABILA SYARAT SAH TIDAK DIPENUHI

Di dalam melakukan suatu perjanjian, bila ada pihak yang tidak memenuhi syarat sahnya
perjanjian maka ada konsekuensi hukum yang berlaku.

Batal demi hukum

Yaitu tidak terpenuhinya syarat objektif  (Pasal 1320 KUH Perdata).

• Perihal tertentu
 Suatu perjanjian harus mempunyai obyek tertentu, atau sekurang-kurangnya dapat
ditentukan (Pasal 1332 s/d 1335 KUH Perdata: “Benda-benda itu dapat berupa benda yang
sekarang ada dan nanti   akan ada di kemudian hari”).
• Kausa yang halal
Yang dimaksud dengan kausa bukan hubungan sebab akibat, tetapi isi atau maksud dari
perjanjian (Pasal 1335 s/d 1337 KUH Perdata:  “Untuk sahnya suatu perjanjian, UU
mensyaratkan adanya kausa”).

Dapat dibatalkan

Yaitu tidak terpenuhinya syarat subjektif (Pasal 1320 KUH Perdata)

• Asas Konsensualisme
Ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara
kedua belah pihak. ‘Sepakat kedua belah pihak’ merupakan asas yang esensial dari Hukum
Perjanjian.
• Cakap Melakukan Perbuatan Hukum
Pasal 1329 s/d 1331 KUH Perdata: “Setiap orang adalah cakap untuk melakukan perbuatan
perikatan, kecuali jika UU menyatakan bahwa orang tersebut adalah tidak cakap.
Orang-orang yang tidak cakap membuat perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa
dan mereka yang berada di bawah “pengampuan”.

Kontrak tidak dapat dilaksanakan


Kontrak yang tidak begitu saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan, melainkan masih
mempunyai status hukum tertentu. Contohnya, yang  seharusnya dibuat secara tertulis, tetapi
dibuat secara lisan, kemudian kontrak tersebut ditulis oleh para pihak.

Sanksi administrative

Bila persyaratan tidak dipenuhi, maka hanya mengakibatkan sanksi administratif saja
terhadap salah satu pihak atau kedua pihak dalam kontak tersebut. Misalnya,  suatu kontrak
memerlukan izin atau pelaporan terhadap instansi tertentu, seperti izin atau pelaporan kepada
Bank Indonesia untuk suatu kontrak off shore loan.2

2
https://sciencebooth.com/2013/05/27/konsekuensi-hukum-akibat-tidak-terpenuhinya-
persyaratan-perjanjian/
AKIBAT HUKUM PERJANJIAN YANG SAH

Menurut ketentuan pasal 1338 KUHPdt, perjanjian yang dibuat secara sah, yaitu
memenuhi syarat-syarat pasal 1320 KUHPdt berlaku sebagai undang- undang bagi mereka
yang membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau
karena alasan- alasan yang cukup menurut undang- undang, dan harus dilaksanakan dengan
itikad baik.

    1.   Berlakunya sebagai Undang-undang


Perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak artinya perjanjian
mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa serta memberi kepastian hukum kepada pihak-
pihak yang membuatnya. Pihak-pihak harus menaati perjanjian itu sama dengan menaati
undang-undang. Jika ada pihak yang melanggar perjanjian yang mereka buat, ia dianggap
sama dengan melanggar undang-undang, sehingga diberi akibat hukum tertentu yaitu sanksi
hukum.

  2.   Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak


Karena perjanjian itu adalah persetujuan kedua belah pihak, maka jika akan ditarik
kembali atau dibatalkan adalah wajar jika disetujui oleh kedua belah pihak pula. Tetapi
apabila ada alasan yang cukup menurut undang-undang perjanjian dapat ditarik kembali atau
dibatalkan secara sepihak.
Alasan-alasan yang ditetapkan oleh undang-undang itu adalah sebagai berikut :
a.   Perjanjian yang bersifat terus-menerus, berlakunya dapat dihentikan secara sepihak. Misalnya
Pasal 1571 KUHPerdata tentang sewa-menyewa yang dibuat secara tidak tertulis dapat
dihentikan dengan pemberitahuan kepada penyewa.
b.   Perjanjian sewa rumah Pasal 1587 KUHPerdata setelah berakhir waktu sewa seperti
ditentukan dalam perjanjian tertulis, penyewa tetap menguasai rumah tersebut. Tanpa ada
tegoran dari pemilik yang menyewakan, maka penyewa dianggap tetap meneruskan
penguasaan rumah itu atas dasar sewa menyewa dengan syarat-syarat yang sama untuk waktu
yang ditentukan menurut kebiasaan setempat. Jika pemilik ingin menghentikan sewa-
menyewa tersebut ia harus memberitahukan kepada penyewa menurut kebiasaan setempat.
c.    Perjanjian pemberian kuasa (lastgeving), Pasal 1814 KUHPerdata. Pemberi kuasa dapat
menarik kembali kuasanya apabila ia menghendakinya.
d.   Perjanjian pemberian kuasa (lastgeving) Pasal 1817 KUHPerdata, penerima kuasa dapat
membebaskan diri dari kuasa yang diterimanya dengan memberitahukan kepada pemberi
kuasa.

3.   Pelaksanaan dengan itikad baik

Yang dimaksud dengan itikad baik (te goeder trouw, in good faith) dalam pasal 1338
KUHPerdata adalah ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian, apakah
pelaksanaan perjanjian itu mengind ahkan norma
BERAKHIRNYA PERJANJIAN

Suatu perjanjian baru akan berakhir apabila segala perikatan yang timbul dari
perjanjian tersebut telah hapus seluruhnya, berakhirnya perikatan tidak dengan sendirinya
mengakibatkan berakhirnya perjanjian, sedangkan berakhirnya perjanjian dengan sendirinya
mengakibatkan berakhirnya perikatan, dengan berakhirnya suatu perjanjian maka perikatan-
perikatan yang terdapat di dalam perjanjian tersebut secara otomatis menjadi hapus.3
Pasal 1381 KUH Perdata menentukan beberapa penyebab hapusnya perikatan, yaitu:
1) Pembayaran
Salah satu sebab hapusnya perikatan adalah karena pembayaran. Kata pembayaran
tersebut bukan semata-mata pembayaran dengan uang. Namun harus diartikan lebih
luas, yaitu pemenuhan perikatan.
Dari ketentuan Pasal 1382 KUH Perdata diketahui bahwa pembayaran dapat
dilakukan oleh:
-Debitur;
-pihak ketiga yang berkepentingan, yaitu pihak yang turut berutang atau penanggung
utang (borg);
-pihak ketiga lainnya yang tidak berkepentingan, asal pihak ketiga tersebut bertindak:
atas nama dan untuk melunasi utang debitur; atau
atas namanya sendiri asal ia tidak menggantikan hak-hak kreditur.
Pasal 1385 KUH Perdata menentukan bahwa yang berhak untuk menerima
pembayaran adalah:
-Kreditur;
-seorang yang dikuasakan oleh kreditur;
-seorang yang dikuasakan oleh hakim; atau
-seorang yang oleh undang-undang ditentukan untuk menerima pembayaran bagi
kreditur. 4

https://rahmadhendra.staff.unri.ac.id/files/2013/04/Berakhirnya-Perjanjian.pdf,
3

http://repository.uin-suska.ac.id/7422/4/BAB%20III.pdf

4
https://www.jurnalhukum.com/pembayaran-pemenuhan-perikatan/
https://www.jurnalhukum.com/sebab-sebab-hapusnya-perikatan/
2) Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3) Pembaharuan utang5
Pasal 1413 KUH Perdata menyebutkan bahwa ada tiga cara untuk terjadinya
novasi(Pembaharuan utang), yaitu:
Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang
mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang lama, yang dihapuskan
karenanya;
apabila seseorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama
yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya;
apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk
menggantikan orang berpiutang lama, terhadap siapa si berpiutang dibebaskan dari
perikatannya.

4) Perjumpaan utang atau kompensasi


5) Pencampuran utang
6) Pembebasan utang
7) Musnahnya barang yang terutang
8) Batal/pembatalan
9) Berlakunya suatu syarat batal dan
10) Lewatnya waktu

KESEPAKATAN PARA PIHAK


Kesepakatan para pihak. Kesepakatan berarti ada persesuaian kehendak yang bebas antara
para pihak mengenai hal-hal pokok yang diinginkan dalam perjanjian. Dalam hal ini, antara
para pihak harus mempunyai kemauan yang bebas (sukarela) untuk mengikatkan diri, di
mana kesepakatan itu dapat dinyatakan secara tegas maupun diam-diam. Bebas di sini artinya
adalah bebas dari kekfan (dwaling,  mistake), paksaan (dwang, dures), dan penipuan
(bedrog,  fraud). Secara a contrario, berdasarkan pasal 1321 KUHPer, perjanjian menjadi
tidak sah, apabila kesepakatan terjadi karena adanya unsur-unsur kekhilafan, paksaan, atau
penipuan.6

PUTUSAN HAKIM

5
https://www.jurnalhukum.com/sebab-sebab-hapusnya-perikatan/
6
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4c3d1e98bb1bc/hukum-perjanjian/
Adanya putusan hakim Misalnya dalam suatu perjanjian sewa-menyewa rumah tidak
ditentukan kapan berakhirnya, maka untuk mengakhiri perjanjian ini dapat dilakukan dengan
putusan Pengadilan Negeri.

UNDANG UNDANG TERCAPAINYA TUJUAN PERJANJIAN

 Pasal 1339 KUH Perdata dimasukkan prinsip kekuatan mengikat ini:“Suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk
segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau
undangundang.”
prinsip atau asas kebebasan berkontrak yakni di mana para pihak diperkenankan membuat
suatu persetujuan sesuai dengan pilihan bebas masing-masing dan setiap orang mempunyai
kebebasan untuk membuat kontrak dengan siapa saja yang dikehendakinya, selain itu para
pihak dapat menentukan sendiri isi maupun persyaratan-persyaratan suatu persetujuan dengan
pembatasan bahwa persetujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan sebuah ketentuan
undang-undang yang bersifat memaksa, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Berlakunya asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia, antara lain dapat
disimpulkan dalam rumusan-rumusan Pasal-pasal 1329, 1332 dan 1338 ayat (1) KUH
Perdata.
Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan bahwa:
“Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang
tidak dinyatakan tak cakap”.
Pasal 1332 KUH Perdata menguraikan
bahwa:
“Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu
perjanjian.”
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menegaskan bahwa:
“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya”.7

7
https://jdih.bssn.go.id/informasi-hukum/asas-asas-hukum-pokok-dalam-hukum-perjanjian

Anda mungkin juga menyukai