Anda di halaman 1dari 2

Hukum Perjanjian

1a. Hal tersebut juga mengakibatkan keabsahan perjanjian yang dibuat oleh perseroan terbatas,
apabilan perjanjian tersebut sah atau tidak sah yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi
pihak kedua maupun pihak ketiga, apabila salah satu pihak, pihak ketiga merasa dirugikan akibat
perjanjian tersebut, mereka akan mengajukan gugatan pembatalan terhadap perjanjian yang
terlah dibuat.

1b. apabila pihak yang mewakili CV melakukan tipu muslihat sehingga pihak
perusahaan tidak menyadari dan tidak dapat mengetahui bahwa orang tersebut tidak
lagi berkedudukan sebagai persero aktif dalam CV, maka perjanjian tersebut
melanggar syarat sah perjanjian yang pertama yaitu kesepakatan.
 
Sepakat berarti bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu setuju atau
seiya-sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Sepakat
dianggap terjadi pada saat perjanjian dibuat oleh para pihak, kecuali dapat dibuktikan
bahwa kata sepakat tersebut terjadi karena adanya kekhilafan, paksaan maupun
penipuan. Hal ini sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1321 KUH Perdata sebagai
berikut:
 
Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan
atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.
 
Mengenai penipuan (bedrog), Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian (hal. 23)
menjelaskan penipuan terjadi apabila salah satu pihak dengan sengaja memberikan
keterangan-keterangan palsu atau tidak benar disertai dengan tipu muslihat untuk
membujuk pihak lawan memberikan perizinannya.
 
Penipuan diatur dalam Pasal 1328 KUH Perdata yang berbunyi:
 
Penipuan merupakan suatu alasan untuk membatalkan suatu persetujuan, bila penipuan
yang dipakai oleh salah satu pihak adalah sedemikian rupa, sehingga nyata bahwa pihak
yang lain tidak akan mengadakan perjanjian itu tanpa adanya tipu muslihat. Penipuan
tidak dapat hanya dikirakira, melainkan harus dibuktikan.
 
Apabila orang yang mewakili CV tersebut tidak beriktikad baik menyampaikan
kedudukan nya kepada pihak perusahaan dan justru berpura-pura berperan sebagai
persero aktif CV, maka perbuatan tersebut tergolong sebagai penipuan (bedrog).
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1321 KUH Perdata di atas, penipuan
mengakibatkan kesepakatan menjadi tidak sah.
 
Sebagai akibat hukum dari dilanggarnya syarat sah perjanjian berupa ”kesepakatan”,
maka perjanjian dapat dimintakan pembatalan (voidable). Jika pembatalan tidak
dimintakan oleh pihak yang berkepentingan, maka perjanjian tersebut tetap berlaku.
2a. Yang dipermasalahkan PT.X adalah pelunasan hutang PT.Y karena PT.Y tidak kunjung
melunasi hutang, sesuai dengan perjanjian yang telah mereka tanda tangani bersama oleh
karena itu PT.X merasa di rugikan oleh PT.Y.

2b. Yang melakukan Wanprestasi adalah PT.Y

2c. Yang harus memenuhi kewajiban adalah PT.Y karena sudah mengakhiri kontrak secara
sepihak dan mengajukan perjanjian tambahan.

3a. 1338 ayat (1) menentukan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi yang membuatnya”.

                Berdasar dua pasal dalam KUH Perdata tersebut, dapatlah dikatakan berlakunya
asas konsensualisme di dalam hukum perjanjian memantapkan adanya asas kebebasan
berkontrak. Tanpa “sepakat” dari salah satu pihak yang membuat perjanjian, maka perjanjian
yang dibuat tidak sah, sehingga dapat dibatalkan. Orang tidak dapat dipaksa untuk
memberikan sepakatnya. Sepakat yang diberikan dengan paksa disebut Contradictio
interminis, adanya paksaan menunjukkan tidak adanya sepakat.

3b. Pasal 1320 ayat (1) menyatakan sebagian salah satu syarat sahnya suatu perjanjian diperlukan
adanya “sepakat mereka yang mengikatkan dirinya”.

3c. Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menetapkan bahwa kontrak harus dilaksanakan
dengan itikad baik. Pasal 1339 KUH Perdata, menunjuk terikatnya perjanjian kepada sifat,
kepatutan, kebiasaan dan unang-undang.

Anda mungkin juga menyukai