Anda di halaman 1dari 2

Hukum Adat

1.

A. Berdasarkan UU jika ortu meninggal dunia, maka pengawasan terhadap anak-anak di


bawah umur akan menjadi tanggung jawab keluarga terdekat atau wali yang ditunjuk oleh
orang tua sebelum meninggal dunia atau dapat diminta kepada pihak Kementerian Sosial
untuk menempatkan anak-anak tersebut di panti asuhan jika tidak ada keluarga yang dapat
mengasuh dengan baik.

B. Berdasarkan corak adat Minangkabau, setelah ortu meninggal dunia, pengawasan terhadap
anak-anak di bawah umur akan menjadi tanggung jawab keluarga besar yang terdiri dari
kerabat ayah dan ibu. Biasanya, pengasuhan akan diberikan kepada anggota keluarga yang
paling dekat hubungannya dengan anak-anak, seperti paman atau bibi.

2. 1. Berdasarkan kasus diatas, Bentuk perkawinan yang akan dilaksanakan yaitu


menggunakan adat Banjar. karena, sebelum melangsungkan pernikahan telah melakukan
adat yang bernama Bahantaran atau maantar jujuran. yang mana selanjutnya tetap akan
mengikuti adat banjar.

2. Fungsi dari Bahantaran yaitu menghargai posisi calon mempelai perempuan. Adat ini
juga sekaligus membahas tentang waktu pernikahan serta upacara pernikahan.

Pembahasan :

Tradisi Maantar Patalian Pada Perkawinan Masyarakat Adat Banjar Kalimantan


Selatan atau menyebutkan Baantar jujuran dalam adat Banjar.  Adat itu menandai hadiah,
tanda telah menerima salam, di mana maantar jujuran tidak hanya total uang yang diberikan
namun juga persediaan barang-barang penting untuk pengantin diberikan oleh mempelai laki-
laki.

3. 1. Berdasarkan informasi yang diberikan, Frans merupakan seorang keturunan masyarakat


Batak Toba yang menganut sistem patrilineal. Dalam sistem patrilineal, warisan cenderung
diberikan kepada keturunan laki-laki atau anak laki-laki secara utama. Oleh karena itu, jika
Frans meninggal dunia, berdasarkan tradisi dan kebiasaan masyarakat Batak Toba yang
menganut sistem patrilineal, pembagian warisan kemungkinan besar akan mengikuti pola
berikut:

a) Markus, sebagai adik kandung Frans, memiliki hak atas sebagian warisan yang akan
dibagikan. Namun, karena ia adalah anak paling terakhir, ia mungkin akan mendapatkan
bagian yang lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak laki-laki lainnya.
b) Joni, Winda, dan Tony, sebagai anak-anak laki-laki Frans, berpotensi mendapatkan bagian
yang lebih besar atau keseluruhan warisan. Mereka memiliki status sebagai anak laki-laki
yang diutamakan dalam sistem patrilineal.

Namun, perlu diingat bahwa pembagian warisan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,
seperti kesepakatan keluarga atau adat istiadat khusus yang mungkin berlaku dalam keluarga
atau komunitas Batak Toba.

2. Dalam tradisi masyarakat Batak Toba, yang menganut sistem patrilineal, hak anak
perempuan dalam pembagian warisan dapat terbatas atau tidak sebesar hak anak laki-laki.
Anak perempuan cenderung tidak mendapatkan bagian yang sama dengan anak laki-laki
dalam warisan yang diberikan oleh orang tua mereka. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan
adat yang memberikan prioritas kepada keturunan laki-laki sebagai pemegang garis
keturunan dan pewaris harta keluarga.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam beberapa kasus, adat istiadat dapat beragam dan
terjadi perubahan seiring waktu. Dalam beberapa keluarga atau komunitas Batak Toba,
terutama yang lebih terpengaruh oleh pengaruh modernisasi dan pengaruh budaya lainnya,
hak-hak anak perempuan dalam pembagian warisan dapat diakui lebih besar. Selain itu,
peraturan perundangan yang berlaku dalam hukum nasional juga dapat memberikan
perlindungan dan hak-hak yang lebih setara bagi anak perempuan dalam pembagian warisan.
Oleh karena itu, dalam kasus konflik atau ketidaksetujuan terkait pembagian warisan,
konsultasikan dengan ahli hukum yang berkompeten atau lembaga terkait untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat sesuai dengan konteks dan hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai