Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ANTROPOLOGI

DISUSUN OLEH :
FAUZI PUTRA MAHENDRA
21.145
09
H
SINOPSIS BUDAYA MASYARAKAT DAERAH

1. ADAT ISTIADAT
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan
sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang
bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku
bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah:Batak Toba, Batak Karo, Batak
Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Kristen Protestan, Kristen
Katolik, dan Islam Sunni. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tadisional
yakni: tradisi Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu
atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin
berkurang.
Konsep Religi Suku Bangsa Batak – Debata Mulajadi Na Bolon
Di daerah Batak atau yang dikenal dengan suku bangsa Batak, terdapat beberapa
agama, Islam dan Kristen (Katolik dan Protestan). Agama Islam disyiarkan sejak
1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar orang Batak Mandailing dan Batak
Angkola.
Agama Kristen Katolik dan Protestan disyiarkan ke Toba dan Simalungun oleh para
zending dan misionaris dari Jerman dan Belanda sejak 1863. Sekarang ini, agama
Kristen (Katolik dan Protestan) dianut oleh sebagian besar orang Batak Karo, Batak
Toba, Batak Simalungun, dan Batak Pakpak.
Orang Batak sendiri secara tradisional memiliki konsepsi bahwa alam ini beserta
isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Debata Kaci-kaci dalam bahasa
Batak Karo).
Debata Mulajadi Na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kekuasaan
di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu, yaitu
Siloan Nabolon (Toba) atau Tuan Padukah ni Aji (Karo).
 Menyangkut jiwa dan roh, orang Batak mengenal tiga konsep yaitu sebagai
berikut.
 Tondi, adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan
kekuatannya.
 Sahala, adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.
 Begu, adalah tondi yang sudah meninggal.
Konsep Ikatan Kerabat Patrilineal Suku Bangsa Batak
Perkawinan pada orang Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat
seorang laki-laki atau perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki
dan kaum kerabat perempuan.
Menurut adat lama pada orang Batak, seorang laki-laki tidak bebas dalam memilih
jodoh. Perkawinan antara orang-orang rimpal, yakni perkawinan dengan anak
perempuan dari saudara laki-laki ibunya, dianggap ideal. Perkawinan yang dilarang
adalah perkawinan satu marga dan perkawinan dengan anak perempuan dari
saudara perempuan ayahnya.
Kelompok kekerabatan orang Batak memperhitungkan hubungan keturunan secara
patrilineal, dengan dasar satu ayah, satu kakek, satu nenek moyang. Perhitungan
hubungan berdasarkan satu ayah sada bapa (bahasa Karo) atau saama (bahasa
Toba). Kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga batih(keluarga inti terdiri atas
ayah, ibu, dan anak-anak).
Dalam kehidupan masyarakat Batak, ada suatu hubungan kekerabatan yang
mantap. Hubungan kekerabatan itu terjadi dalam kelompok kerabat seseorang,
antara kelompok kerabat tempat istrinya berasal dengan kelompok kerabat suami
saudara perempuannya.

2. SISTEM ORGANISASI SOSIAL

A. Perkawinan
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang
berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup
dari marga lain selain marganya.
Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia
harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan).
Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja
karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.
Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah menikah.
B. Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang
disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo.
Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok
kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari
Kuta.
Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil
tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan.
Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak
saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang
selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak
didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan
pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.
C. Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan
didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi
tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki
perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan
kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan
sebagian penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu,
temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
D. Religi
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan .
Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara.
Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang
masih mmpertahankan konsep asli religi pendduk batak.
Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan
oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai
nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya .
Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha
pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus.
Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu :
Tondi: jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang; Begu :
Tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti
dari jimat yang disebut Tongkal.
E. Kesenian
Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat
hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga.
Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan
dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta
warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor.
Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .
3. NILAI DAN NORMA YANG DINJUJUNG TINGGI
1.HAGABEON

Banyak keturunan dan panjang umur. satu ungkapan tradisional Batak yang terkenal
yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang
mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16.
Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat penting. Kekuatan yang tangguh
hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang banyak. Ini erat hubungannya
dengan sejarah suku bangsa Batak yang ditakdirkan memiliki budaya bersaing yang
sangat tinggi. Konsep Hagabeon berakar, dari budaya bersaing pada jaman purba,
bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan, terwujud dalam perang huta. Dalam
perang tradisional ini kekuatan tertumpu pada jumlah personil yang besar. Mengenai
umur panjang dalam konsep hagabeon disebut SAUR MATUA BULUNG ( seperti
daun, yang gugur setelah tua). Dapat dibayangkan betapa besar pertambahan
jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh orang Batak, karena selain setiap
keluarga diharapkan melahirkan putra-putri sebanyak 33 orang, juga semuanya
diharapkan berusia lanjut.

2. HASANGAPON

Kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat
untuk meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan kuat, lebih-lebih pada orang
Toba, pada jaman modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat yang memberikan
kemuliaan,kewibawaan, kharisma dan kekuasaan.

3. HAMORAON

Kaya raya, salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak,
khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak.

4. HAMAJUON

Kemajuan, yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya hamajuon
ini sangat kuat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok tanah air.
Pada abad yang lalu, Sumatra Timur dipandang sebagai daerah rantau. Tetapi
sejalan dengan dinamika orang Batak, tujuan migrasinya telah semakin meluas ke
seluruh pelosok tanah air untuk memelihara atau meningkatkan daya saingnya.

5. HUKUM

Patik dohot uhum, aturan dan hukum. Nilai patik dohot dan uhum merupakan nilai
yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak. Budaya menegakkan kebenaran,
berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia orang Batak.
Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam
perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba. Sehingga mereka mahir dalam
berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan
kehidupan hukum di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar
pendekar-pendekar hukum, baik sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim.

6. PENGAYOMAN

Dalam kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat dibandingkan dengan nilai-
nilai yang disebutkan terdahulu. ini mungkin disebabkan kemandirian yang berkadar
tinggi. Kehadiran pengayom, pelindung, pemberi kesejahteraan, hanya diperlukan
dalam keadaan yang sangat mendesak.

7. KONFLIK

Dalam kehidupan orang Batak Toba kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan
yang ada pada Angkola-Mandailing. Ini dapat dipahami dari perbedaan mentalitas
kedua sub suku Batak ini. Sumber konflik terutama ialah kehidupan kekerabatan
dalam kehidupan Angkola-Mandailing. Sedang pada orang Toba lebih luas lagi
karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya. Antara lain
Hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang
Toba

4. SISTEM PENGETAHUAN MASYARAKAT SETEMPAT

Sistem Politik Suku Batak


Sistem politik yang dimaksud adalah sistem pemerintahan dan kepemimpinan. Pada
masyarakat Batak sistem kepemimpinan ini terbagi atas tiga bidang sebagai berikut.

1) Kepemimpinan di Bidang Adat

Kepemimpinan di bidang adat meliputi: perkawinan dan perceraian, kematian,


warisan, penyelesaian perselisihan, kelahiran, dan sebagainya. Kepemimpinan pada
bidang adat ini tidak berada dalam tangan seorang tokoh, tetapi berupa musyawarah
Dalihan Na Tolu (Toba) dan Sangkep Sitelu (Karo). Dalam pelaksanaan
musyawarah adat, sidang (ninggem) dipimpin oleh Suhut. Suhut ialah orang yang
mengundang para pihak kerabat dongan sabutuha, hula-hula, dan boru dalam
Dalikan Na Tolu. Keputusannya merupakan hasil musyawarah dengan kerabat-
kerabat tersebut.

2) Kepemimpinan di Bidang Agama

Dalam masyarakat Batak, kepemimpinan dalam bidang agama berhubungan


dengan perdukunan dan roh nenek moyang serta kekuatan-kekuatan gaib.
Pemimpin keagamaan dipegang oleh guru sibaso.

3) Kepemimpinan di Bidang Pemerintahan

Dalam bidang pemerintahan, kepemimpinan dipegang oleh salah satu keturunan


dari merga taneh. Oleh sebab itu, faktor tradisi masih melekat dalam memilih
pemimpin pemerintahan. Adapun tugas pemimpin pemerintahan, yaitu menjalankan
pemerintahan sehari-hari. Pada saat ini, masyarakat Batak selalu mencari orang
yang dianggap mampu dan memahami segala persoalan yang terdapat dalam
masyarakat.
Datu adalah pemimpin masyarakat Batak di pedalaman.

Sistem Ekonomi Suku Batak

Sistem ekonomi atau sistem mata pencaharian yang dilakukan masyarakat Batak
adalah bercocok tanam di sawah, ada juga yang di ladang seperti suku bangsa
Karo, Simalungun, dan Pakpak.

Masyarakat Batak mengenal sistem gotong-royong dalam bertani, dalam bahasa


Karo disebut raren, sedangkan dalam bahasa Toba disebut marsiurupan. Gotong
royong dilakukan dengan mengerjakan tanah secara bersama-sama oleh tetangga
atau kerabat dekat. Alat yang digunakan untuk bercocok tanam, antara lain cangkul,
bajak (tenggala dalam bahasa Karo, luku dalam bahasa Toba), dan tongkat tugal
(engkol dalam bahasa Karo). Bajak biasanya ditarik dengan sapi/kerbau, sabit (sabi-
sabi dalam bahasa Toba) dipakai untuk memotong padi, ada juga yang memakai
ani-ani.

Peternakan yang diusahakan oleh masyarakat Batak, seperti kerbau, sapi, babi,
kambing, ayam, dan bebek. Babi biasanya untuk dimakan dan juga digunakan
dalam upacara adat. Di Pulau Samosir tepi Danau Toba, menangkap ikan dilakukan
intensif dengan perahu lesung (Solu) dan hasilnya dijual ke kota.
Sistem Kesenian Suku Batak

1) Seni Bangunan
Rumah adat Batak disebut ruma/jabu (bahasa Toba) merupakan kombinasi seni
pahat ular serta kerajinan. Ruma akronim Ririt di Uhum Adat yang artinya sumber
hukum adat dan sumber pendidikan masyarakat Batak. Ruma berbentuk panggung
yang terdiri atas tiang rumah yang berupa kayu bulat, tiang yang paling besar
disebut tiang persuhi. Tiang-tiang tersebut berdiri di tiap sudut di atas batu sebagai
pondasi yang disebut batu persuhi. Bagian badan terbuat dari papan tebal, sebagai
dinding muka belang, kanan dan kiri, dinding muka belakang penuh ukiran cicak.
Atap sebelah barat dan timur menjulang ke atas dan dipasang tanduk kerbau
sebagai lambang pengharapan.

2) Seni Tari

Tari yang terkenal dari Batak, yaitu tor-tor. Tari tor-tor terdiri atas beberapa jenis.
Beberapa jenis tari tor-tor sebagai berikut.

a) Pangurdot, anggota badan yang bergerak hanya kaki, tumit, hingga bahu.
b) Pangeal, anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung, dan
bahu.
c) Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan hingga
jari tengah.
d) Siangkupna, anggota badan yang bergerak hanya leher.
e) Hapunana, anggota badan yang bergerak hanya wajah.

3) Seni Musik

Seni musik suku bangsa Batak adalah ogung sabangunan. Peralatan yang
digunakan adalah empat gendang dan lima taganing (sejenis gamelan Batak).
Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan, doal, dan jeret. Macam-macam tari
tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai berikut.

a) Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah berputar ke arah mata


angin.
b) Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan tangan menari artinya
petuah, nasihat, dan amanat orang tua.
c) Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan dengan menari berkeliling artinya keluarga
mendapat kebahagiaan.
d) Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan dengan menari di tempat artinya
petuah/rahmat Tuhan YME.

4) Seni Kerajinan

Kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal adalah kain ulos. Peranan ulos bagi
masyarakat Batak sejak lahir hingga meninggal sangat tinggi. Macam-macam ulos
dan fungsinya dalam suatu acara, meliputi:

a) ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra dan menantu saat
pernikahan;
b) ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan;
c) ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada putrinya saat hamil tua;
d) ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
e) ulos saput adalah ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum jika
yang meninggal laki-laki;

Anda mungkin juga menyukai