Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PENGOLAHAN MAKANAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. ELISABETH
2. NERVITA
3. SUTOYO

Guru Pembimbing : EFRILIA,S.Pd

SMK NEGERI 3
BENGKULU
2020
A. Pengertian Suku Batak
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia,
berdasarkan sensus dari Badan Pusat Satistik di tahun 2010. Nama ini
merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di
Provinsi Sumatra Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak
adalah Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. Batak
adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatra
Utara. Namun sering sekali orang menganggap penyebutan Batak hanya pada
suku Toba, padahal Batak tidak hanya diwakili oleh suku Toba. Sehingga
tidak ada budaya dan bahasa Batak, tetapi budaya dan bahasa Toba, Karo,
Simalungun dan suku-suku lain yang serumpun.
Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Kristen Protestan,
Kristen Katolik, Islam. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan
tradisional yakni: tradisi Malim (atau dikenal juga dengan Parmalim) dan juga
menganut kepercayaan animisme, walaupun kini jumlah penganut kedua
ajaran ini sudah semakin berkurang.

B. Sejarah Suku Batak


Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia, tetapi tidak diketahui
kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan
Sumatra Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang
yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina
dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu muda
(Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman
Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak, maka dapat diduga bahwa
nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatra Utara pada zaman logam.
Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota
dagang bernama Barus, yang terletak di pesisir barat Sumatra Utara. Mereka
berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman.
Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu
komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang
oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil
dari pesisir Sumatra. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus
mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni
di pesisir barat dan timur Sumatra Utara. Koloni-koloni mereka terbentang
dari Barus, Sorkam, hingga Natal.
Hingga saat ini, teori-teori masih diperdebatkan tentang asal usul dari
Bangsa Batak. Mulai dari Pulau Formosa (Taiwan), Indochina, Mongolia,
Mizoram dan yang paling kontroversial Sepuluh Suku yang Hilang dari Israel.

C. Adat Istiadat Suku Batak


1. Konsep Religi Suku Bangsa Batak – Debata Mulajadi Na Bolon
Di daerah Batak atau yang dikenal dengan suku bangsa Batak,
terdapat beberapa agama, Islam dan Kristen (Katolik dan Protestan).
Agama Islam disyiarkan sejak 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian
besar orang Batak Mandailing dan Batak Angkola.
Agama Kristen Katolik dan Protestan disyiarkan ke Toba dan
Simalungun oleh para zending dan misionaris dari Jerman dan Belanda
sejak 1863. Sekarang ini, agama Kristen (Katolik dan Protestan) dianut
oleh sebagian besar orang Batak Karo, Batak Toba, Batak Simalungun,
dan Batak Pakpak.
Orang Batak sendiri secara tradisional memiliki konsepsi bahwa
alam ini beserta isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Debata
Kaci-kaci dalam bahasa Batak Karo).
Debata Mulajadi Na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud
dalam Debata Natolu, yaitu Siloan Nabolon (Toba) atau Tuan Padukah ni
Aji (Karo).
Menyangkut jiwa dan roh, orang Batak mengenal tiga konsep yaitu
sebagai berikut.
1. Tondi, adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan
kekuatannya.
2. Sahala, adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.
3. Begu, adalah tondi yang sudah meninggal.

2. Konsep Ikatan Kerabat Patrilineal Suku Bangsa Batak


Perkawinan pada orang Batak merupakan suatu pranata yang tidak
hanya mengikat seorang laki-laki atau perempuan. Perkawinan juga
mengikat kaum kerabat laki-laki dan kaum kerabat perempuan.
Menurut adat lama pada orang Batak, seorang laki-laki tidak bebas
dalam memilih jodoh. Perkawinan antara orang-orang rimpal, yakni
perkawinan dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya,
dianggap ideal. Perkawinan yang dilarang adalah perkawinan satu marga
dan perkawinan dengan anak perempuan dari saudara perempuan ayahnya.
Kelompok kekerabatan orang Batak memperhitungkan hubungan
keturunan secara patrilineal, dengan dasar satu ayah, satu kakek, satu
nenek moyang. Perhitungan hubungan berdasarkan satu ayah sada bapa
(bahasa Karo) atau saama (bahasa Toba). Kelompok kekerabatan terkecil
adalah keluarga batih(keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak).
Dalam kehidupan masyarakat Batak, ada suatu hubungan
kekerabatan yang mantap. Hubungan kekerabatan itu terjadi dalam
kelompok kerabat seseorang, antara kelompok kerabat tempat istrinya
berasal dengan kelompok kerabat suami saudara perempuannya.
Tiap-tiap kelompok kekerabatan tersebut memiliki nama sebagai
berikut.
a. Hula-hula; orang tua dari pihak istri, anak kelompok pemberi gadis.
b. Anak boru; suami dan saudara (hahaanggi) perempuan kelompok
penerima gadis.
c. Dongan tubu; saudara laki-laki seayah, senenek moyang, semarga,
berdasarkan patrilineal.
(1) Bahasa
Suku Batak berbicara bahasa Batak. bahasa Batak memiliki 6
logat, yakni logat Karo oleh orang Batak Karo, logat Pakpak oleh
orang Batak Pakpak, logat Simalungun oleh orang Batak
Simalungun, logat Toba oleh orang Batak Toba, Mandailing, dan
Angkola.
(2) Pengetahuan
Masyarakat suku Batak mengenal sistem gotong royong
kuno, terutama dalam bidang bercocok tanam. Gotong royong ini
disebut raron oleh orang Batak Karo dan disebut Marsiurupan oleh
orang Batak Toba.
(3) Teknologi
Teknologi tradisional suatu suku bangsa adalah bentuk
kearifan lokal suku bangsa tersebut. Suku bangsa Batak terbiasa
menggunakan peralatan sederhana dalam bercocok tanam,
misalnya bajak (disebut tenggala dalam bahasa Batak Karo),
cangkul, sabit (sabi-sabi), tongkat tunggal, ani-ani, dan sebagainya.
Di bidang penenunan pun teknologi tradisional suku Batak
sudah cukup maju. Mereka memiliki kain tenunan yang
multifungsi dalam kehidupan adat dan budaya suku Batak, yang
disebut kain ulos.
3. Konsep Marga dalam Suku Bangsa Batak
Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, kata ‘marga’ merupakan
istilah antropologi yang bermakna ‘kelompok kekerabatan yang eksogam
dan unilinear, baik secara matrilineal maupun patrilineal’ atau ‘bagian
daerah (sekumpulan dusun) yang agak luas (di Sumatra Selatan).
Marga adalah identitasnya suku Batak. Marga diletakkan sebagai
nama belakang seseorang, seperti nama keluarga. Dari marga inilah kita
dapat mengidentifikasi bahwa seseorang adalah benar orang Batak.
D. Peroses Pernikahan
Urutan prosesi pernikahan adat Batak :
1. Mangarisika
Prosesi pertama yang harus dilalui adalah mangarisika, yakni momen di
mana pihak pria berkunjung secara tidak resmi ke kediaman pihak
perempuan untuk melakukan penjajakan. Biasanya pihak pria membawa
buah tangan berupa cincin emas atau kain.
2. Marhusip-husip
Rangkaian acara pra pesta pamasumasuon (pesta pernikahan) dalam adat
Batak adalah marhusip, yang merupakan acara perundingan antara pihak
laki-laki dan perempuan, biasanya membahas berapa besar sinamot (mas
kawin) yang akan diberikan oleh calon mempelai pria kepada pihak calon
mempelai perempuan. Secara harfiah, marhusip-husip memiliki arti
berbisik. Namun bukan berarti prosesi ini dilakukan dengan berbisik-bisik.
3. Marhata Sinamot
Ini merupaka momen di mana pihak pria ‘membeli’ wanita untuk menjadi
istrinya. Bukan membeli dalam arti yang sesungguhnya. Pihak pria dan
perempuan biasanya kan membicarakan sinamot (mahar), ulos, jumlah
udangan, tanggal dan lokasi pesta, tata cara adat, serta tanggap untuk
martumpol di rumah keluarga perempuan. Ada pula acara pembagian
daging (Jambar Juhut) bagi para kerabat, baik dari marga ibu, marga ayah,
marga menantu, serta orang-orang tua atau pariban.
4. Martumpol
Martumpol dilakukan di Gereja, dimana dihadiri oleh saksi dari keluarga
calon mempelai laki-laki dan keluarga calon mempelai perempuan. Prosesi
ini biasanya dilaksanakan 2-3 minggu sebelum pernikahan.
5. Martonggo Raja
Matonggo raja adalah upacara pembentukan panitia (parhobas) sekaligus
membahas mengenai persiapan pesta besar, pernikahan misalnya. Prosesi
ini dilakukan di masing-masing pihak mempelai. Jika zaman dulu pihak
hula-hula tidak diperbolehkan hadir, kini semua pihak keluarga dan teman-
teman sekampung boleh dihadirkan saat martonggo raja.
6. Manjalo Pasu-pasu Parbagason
Ini merupakan prosesi pemberkatan pernikahan yang dilakukan di gereja.
Acara pemberkatan ini kemudian dilanjutkan dengan rangkaian pesta adat
Batak.
7. Pesta Unjuk
Dalam adat Batak, kedua mempelai juga harus memperoleh pemberkatan
dari seluruh keluarga, orang tua khususnya. Kedua mempelai dilimpahi
doa-doa sembari ditandakan dengan pemberian ulos. Acara kemudian
dilanjutkan dengan pembagian jambar ke pihak wanita dan uang (tuhor ni
boru). Sementara itu, pihak pria menerima ikan mas arsik (dengke) dan
ulos.
8. Dialap Jual/ Ditaruhon Jual
Pesta pernikahn bisa dilakukan dengan dialap jual atau ditaruhon jual.
Kalau dialap jual, pesta pernikahan dilakukan di kediaman perempuan.
Sedangkan ditaruhon jual jika pesta dilakukan di kediaman pihak laki-laki.
9. Paulak Une
Prosesi ini langsungkan seminggu setelah dilaksanakannya pesta adat,
yakni saat kedua mempelai sudah resmi menjadi suami istri. Pihak pria
berkunjung ke rumah mertua untuk berterima kasih dan menyampaikan
bahwa acara pernikahan yang telah dilangsungkan dengan benar ‘une’. Di
momen ini pihak pria juga menyampaikan rasa terima kasih, bahwa orang
tua pengantin wanita berhasil mengasuh, mendidik dan memelihara adab
dan adat borunya, sehingga tetap menyandang status ‘gadisi, sampai
dengan hari perkawinannya.
10. Manjae
Manjae merupakan prosesi khusus yang dilakukan jika mempelai pria
bukan anak bungsu. Setelah beberapa waktu menjalani biduk rumah
tangga, pria tersebut akan dipajae atau dipisah rumah dan mata pencarian
dari keluarganya. Namun jika sip ria merupakan anak bungsu, acara ini
tidak perlu dilangsungkan, karena biasanya anak bungsu akan mewarisi
rumah milik orang tuanya.
11. Maningkir Tangga
Ini merupakan acara balasan dari pihak keluarga pengantin perempuan atas
kunjungan pihak keluarga pria (paulak une), sekaligus untuk mengetahui
keadaan sosial, ekonomi dan spritual pihak pria. Prosesi ini juga
merupakan implementasi bahwa hubungan kekeluargaan tidak hanya
sebatas pada acara pernikahan saja, tapi juga menyangkut keluarga
besarnya juga.

E. Hidangan makanan

Arsik adalah makan khas Batak Toba Samosir, Tapanuli Utara, Sumatra
Utara. Makanan yang berbahan dasar ikan mas yang dibumbui kuning dan
rempah-rempah khas asalnya seperti Andaliman, kincung, bawang batak dan
bumbu lainnya.

makanan Batak bernama naniura, sajian makanan serupa sushi ini juga
berbahan dasar ikan-ikanan. Ikan yang menjadi bahan dasarnya tidak dimasak,
melainkan hanya disajikan dengan bumbu bumbu khas saja. Rasanya
cenderung asam karena proses pematangannya memakai asam.
Ciri khas paling menonjol dari menu masakan ini adalah penggunaan ayam
dan andaliman. Ayam yang telah disiapkan dibakar dan dibberi bumbu serta
dicampur dengan darah segar dari ayam itu sendiri dengan kematangan yang
pas. Manuk atau ayam napinadar lebih enak bila disajikan agak pedas.
Namun, bisa juga disajikan gurih, sesuai dengan selera yang akan
mengkonsumsinya. Siapapun yang sudah mencoba masakan ini, pasti akan
ketagihan dan ingin menyantapnya lagi.

Berikutnya ada makanan khas Batak saksang yang juga terbuat dari daging
babi atau daging anjing. Saksang diolah menggunakan bumbu khusus yang
mirip dengan bumbu napinadar dan proses memasaknya pun juga dicampur
menggunakan darah dari daging itu sendiri. Selain itu, ada tambahan
andaliman dalam bumbunya sehingga rasanya menjadi lebih panas dan pedas
membuat lidah bergetar.
Tanggo tanggo adalah olahan berbahan dasar daging babi dan daging anjing
yang mirip dengan saksang. Hanya saja daging yang dipakai untuk memasak
tanggo tanggo dipotong lebih besar dari biasanya. Daging yang dipakai untuk
memasak tanggo tanggo biasanya berasal dari hewan yang berumur muda
agar tekstur dagingnya ketika dimasak tidak terlalu keras dan bumbunya
meresap sempurna.

Anda mungkin juga menyukai