Anda di halaman 1dari 12

ETNIS BATAK TOBA

BAB I

PENDAHULUAN

Etnis Batak Toba merupakan salah satu dari sub-etnis Batak yang berada di
Sumatera Utara. Suku Batak terdiri dari enam sub-etnis, yaitu Angkola, Mandailing,
Toba, Dairi/Pakpak, Karo, dan Simalungun. Walaupun dikelompokkan ke dalam satu
rumpun etnis yang sama yaitu Batak tetapi setiap sub etnis memiliki kebudayaan
sendiri baik menyangkut sastra, kesenian, dan adat istiadat.

Etnis Batak Toba merupakan etnis yang sangat memegang teguh tradisi, yang
merupakan warisan nenek moyang, baik yang diwariskan secara lisan maupun
tulisan. Salah satunya adalah Andung-andung yang termasuk salah satu tradisi lisan
yang merupakan bagian dari sastra pada etnis Batak Toba, merupakan warisan leluhur
yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya secara lisan.

Lumbantoruan (2012:12) Andung-andung umumnya mempunyai ritme yang


sama dengan andung, namun berbeda dalam hal tujuannya, di dalam andung kata-
katanya harus menggunakan ‘Hata Andung’ sedangkan Andung-andung tidak harus
menggunakan bahasa andung/Hata Andung dan tidak selalu berhubungan dengan
kematian. Andung-andung menggambarkan tentang perjalanan hidup atau
penderitaan seseorang. Selain itu, Andung-andung juga banyak berfungsi sebagai
pengisi waktu bersifat hiburan.

Terdapat berbagai jenis Andung-andung yang ada pada etnis Batak Toba,
namun pada tulisan ini peneliti hanya membahas tiga jenis andung saja yaitu:
Andung-andung ni na so mariboto (si Boru Tumbaga), Andung-andung paragat, dan
Andung-andung ni anak sasada.
Tradisi Andung-andung sudah jarang diperdengarkan sekarang ini, beberapa
faktor yang menyebabkan Andung-andung sudah semakin jarang digunakan dalam
kehidupan Etnis Batak Toba khususnya. Perubahan sosial budaya yang dialami oleh
etnis Batak Toba setelah masuknya agama dan masuknya budaya luar merupakan
penyebab utama.

Keadaan mengkhawatirkan tersebut membuat penggiat budaya Batak


mengadakan suatu perlombaan dengan mengadakan festival budaya Batak yang
diselenggarakan oleh suatu lembaga non profit yaitu T.B Silalahi Center yaitu “Pesta
Budaya Tradisional Batak”, pada festival Pesta Budaya Tradisional Batak tahun 2015
yang dilaksanakan pada tanggal 9-11 Juli, terdapat 8 kegiatan perlombaan yang
dilakukan, salah satunya adalah perlombaan mangandung. Perlombaaan mangandung
ini diadakan dengan tujuan melestarikan salah satu kebudayaan leluhur dan sebagai
pewarisan nilai-nilai budaya kepada generasi muda mengenai pemahaman
keberagaman tradisi yang ada pada etnis Batak Toba.

Sebagai tradisi yang diwariskan secara lisan Andung-andung bisa


dikategorikan sebagai folklor, karena pewarisannya dilakukan secara lisan dari
generasi ke generasi berikutnya, yang memiliki karakteristik yang sama dengan folklor yang
memilki fungsi sebagai pelipur lara dan berfungsi sebagai pengisi waktu
berifat hiburan. Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparan diatas maka peneliti
tertarik untuk menjelaskan lebih dalam mengenai etnis batak toba.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Suku batak toba

Suku batak adalah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak
mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah sekitar Danau Toba.
Pada masa lampau, wilayah ini disebut sebagai Tanah Batak, Yang berarti daerah
yang mengelilingi Danau Toba. Konon sebenarnya Tanah Batak itu meluas hingga
sampai ke wilayah Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. Suku Batak memiliki sub-sub
suku yang terikat kuat antara satu dengan lainnya. Ada beberapa pendapat tentang
jumlah sub-sub suku ini. Ada yang menyebut bahwa ada 5 sub, yaitu sub suku Toba,
Mandailing, Karo, Simalungun, dan Pakpak. Namun, ada juga yang menyebut
sebelas, yaitu kelima sub tersebut ditambah dengan Pesisir, Angkola, Padang
Lawas, Melayu, Nias, dan Alas Gayo ( Malau, 2000 ).

Pada umumnya, sub suku batak toba tinggal dan hidup di daerah sebelah
utara pulau Sumatera ( Sumatera Utara ), khususnya di daerah Tapanuli Utara atau
Samosir. Dalam kenyataanya, orang Batak toba juga telah menyebar luas hingga
dipelosok negeri ini dan bahkan sampai di negeri orang (luar negeri ). Sebagai salah
satu sub-suku di Indonesia, orang Batak Toba juga dikenal sebagai sub-suku
terbesar di Indonesia, orang Batak Toba juga dikenal sebagai sub-suku yang hidup
dan tumuh dalam budaya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa seluruh proses hidup
manusia Batak Toba adalah ungkapan atau cetusan dari budaya/ adat istiadat yang
dihayatinya. Sebab, seluruh hidup orang Batak Toba mulai dari dalam kandungan sampai
menjadi tulang belulang di hayati dalam terang budaya Batak Toba itu
sendiri (Malau, 2000).

B. Sistem Kekerabatan Dalam Budaya Batak Toba.


a. Konsep Marga

Marga adalah istilah orang Batak Toba untuk menyebut leleuhur induk dari
silsilah keluarga dan kekerabatan mereka. Sebagai sebuah tradisi, marga telah
menjadi identitas dan status sosia orang Batak Toba yang masih bertahan hingga
kini. Adapun kegiatan menelusuri silsilah garis keturunan marga disebut dengan
istilah tarombo ( Malau, 1986 ).

Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 2005,


mengartikan marga sebai kelompok kekerabatan yang eksogam dan unlinear, baik
secara matrelineal (perempuan) maupun patrilineal (laki-laki). Adapun masyarakat
umum Batak mengartikan marga sebagai kelompok suku dan suku induk.
Marga adalah nama persekutuan dari orang-orang bersaudara, sedarah,
seketurunan menurut garis ayah, yang mempuyai tanah sebagai milik bersama di
daerah asal atau tanah leluhur (Situmeang, 2007).

Menurut Vergouwen (1986), jika melihat realitas yang terjadi dimasyarakat


Batak Toba sekarang, arti ini terlihat tidak sesuai dengan realitasnya karena bagi
orang Batak Toba, marga juga dimaksudkan untuk menunjukkan satuan suku-suku
yang lebih kecl dan kelompok yang lebih besar. Hal ini juga disebabkan oleh alur
pokok dari struktur silsilah (tarombo) Batak Toba yang beragam. Orang Batak
Toba hingga kini masih meyakini bahwa marga dan tarombo penting untuk dicari
dan diperjelas karena seluruh orang Batak meyakini bahwa mereka adalah Dongan- Sabutuha.
Dongan-Sabutuha berarti " mereka yang berasal dari rakim yang sama"
(Vergouwen, 1986). Hal ini diperkuat juga dengan pribahasa Batak yang berbunyi
Tinitip sangar bahen huru-huruan/ Djolo sinungkun marga asa binoto partuturan.
Arti pribahsa ini adalah untuk membuat sangkar burung, orang harus memotong
gelagah. Untuk tahu hubungan kekerabatannya orang haus menanyakan marganya.

Keyakinan bahwa orang Batak Toba berasal dari rahim yang sama ini (satu
marga dan tarombo) disebabkan oleh penetapan struktur garis keturunan mereka
yang menganut garis keturunan laki-laki (Patrilineal) yang berarti bahwa garis
marga dan tarombo orang Batak Toba diteruskan oleh anak laki-laki. Jika orang
Batak tidak memiliki anak laki-laki, maka marga dan tarombonya akan punah.
Adapun posisi anak perempuan atau perempuan atau perempuan Batak Toba adalah
sebagai pencipta hubungan besan karena perempuan harus kawin dengan laki-laki
dari kelompok patrileneal yang lain (Vergouwen, 1986).

b. Dalihan Natolu

Sebagai salah satu sub-suku, orang Batak Toba juga dikenal memiliki sistem
kekerabatan. Sistem kekerabatan orang Batak Toba menempatkan posisi seseorang
secara pasti sejak dilahirkan hinga meninggal dalam tiga posisi sebagaimana
tercetus dalam Dalihan Natolu. Sistem kekerabatan ini bertujuan untuk mengatur
pola interaksi sosial diantara orang Batak Toba (Vergouwen, 1986 ).

C. Rumah adat suku batak toba

Suku bangsa Batak terbagi atas 6 anak suku, yaitu Batak Karo, Batak Simalungun, Batak
Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Setiap suku memiliki seni arsitektur
yang menarik.

Rumah Adat Batak Toba yaitu Rumah Bolon (Rumah Gorga atau Jabu Si Baganding Tua).
Biasanya Rumah terdiri atas Rumah dan juga sopo (lumbung padi) yang berada di depan rumah.
Rumah dan sopo dipisahkan oleh pelataran luas yang berfungsi sebagai ruang bersama warga
huta.Rumah adat dengan banyak hiasan (gorga), disebut Rumah Gorga Sarimunggu atau Jabu
Batara Guru. Sedangkan rumah adat yang tidak berukir, disebut Jabu Ereng atau Jabu Batara
Siang. Rumah berukuran besar, disebut Rumah Bolon. dan rumah yang berukuran kecil, disebut
Jabu Parbale-balean.

Pada rumah Adat Batak juga terdapat banyak ukiran yang disebut gorga. Warna-warna yang
dipilih adalah merah, hitam dan putih, yang maksudnya adalah warna dari alam yang mengacu
pada flora dan fauna. Sebelum mendirikan bangunan diadakan upacara mangunsong bunti,
yaitu upacara memohon kepada Tri-tunggal Dewa (Mula Jadi Nabolon, Silaon Nabolon, dan
Mengalabulan). Peserta upacara melipud Datu Ari (dukum), Raja Perhata (ahli hukum adat),
Raja Huta (kepala desa) dan Dalihan Natolu (raja ni hula-hula, dongan tubu dan boru). Waktu
mendirikan bangunan diadakan upacara paraik tiang dan paraik urur (memasang tiang dan
urur). Setelah bangunan selesai diadakan 2 upacara, yakni: mangompoi jabu (memasuki rumah
baru) dan pamestahon jabu (pesta perhelatan rumah baru).

Beranda Ruma Bolon Raja Simanindo merupakan tempat raja menyampaikan perintah atau
menyaksikan pagelaran seni dan upacara adat Ragam hias (gorga) pada bangunan Batak Toba
banya mengenal 3 warna, yaitu merah, putih dan hitam yang dibuat dari bahan alam. Setiap
hiasan dan ukiran mengandung makna yang melambangkan kepercayaan bersifat magis
religius. Pemasangan ragam hias juga harus mengikuti aturan adat yang berlaku. Bentuk dan
corak ragam hiasnya banyak mengambil bentuk dari alam semesta, flora, dan fauna. Hiasan dari
alam, di antaranya at matani ari (matahari) dan desa ni ualu (8 mata angin). Hiasan berasal dari
flora, antara lain simeol-eol, sitompi, sitangan, iran-iran, hariara sudung ni langit. Sedang hiasan
berasal dari fauna, yaitu hoda-hoda (kuda), boraspati (cecak besar), sijonggi, dan gajah dompak.
Ada juga hiasan geometris, seperti silintong (garis-garis) dan ipon-ipon.

Makna dan Simbolisme Pada hiasan runmah tradisional Batak Toba, merupakan desain
bentuk dari binatang dan tumbuhan. Pewarnaan yang digunakanpun hanya menggunakan tiga
warna, yaitu hitam, merah dan putih. Hal ini merupakan warna dsar yang dapat ditemukan dari
alam. Selain bentuk tumbuhan dan binatang, terdapat juga hiasan geometris, baik garus lurus
maupun lengkung. Adapun bentukan garis lengkung merupakan hiasan yang memiliki nilai
historis yang sangat tinggi, karena hal tersebut dapat ditemukan pula pada arsitektur
kalimantan dan sulawesi. Selain bentuk ruma secara individu, keberadaan tempat upacara juga
merupakan salah satu pelengkap bagi keberadaan lumban. Hal ini merupakan salah satu
bangunan yang memiliki nilai yang tidak kalah pentingnya dengan keberadaan ruma dan sopo
sebagai inti dari keberadaan lumban.

D. Pakaian tradisional suku batak toba


Suku ini bermukim di kawasan sekitar Danau Toba. Pakaian adat Batak Toba terbuat dari
kain ulos. Bagi orang-orang Batak Toba, ulos memiliki arti khusus. Jenisnya pun ada banyak,
sesuai dengan maknanya masing-masing. Misalnya saja, ulos ragi hotang digunakan untuk pesta
sukacita, ulos simbolang dikenakan saat berduka, dan banyak jenis lainnya. Untuk laki-laki, kain
tersebut akan dibuat menjadi ampe-ampe dan singkot. Lalu, sebagai penutup kepala mereka akan
mengenakan bulang-bulang. Sementara untuk perempuan, kain ulos dijahit menjadi hoba-hoba
dan haen. Busana ini dilengkapi dengan ikat kepala dan selendang ulos berwarna senada.

Kain Ulos telah menjadi ciri khas Suku Batak untuk baju tradisional Sumatera Utara
secara keseluruhan. Bagi Suku Batak Toba, pakaian dari kain Ulos bisa dikenakan dalam
kegiatan sehari-hari, maupun saat upacara adat. Setiap kain Ulos dikenakan pada kesempatan
yang berbeda-beda lantaran memiliki makna dibaliknya.

Dalam perkembangannya, kain Ulos tidak hanya digunakan sebagai selendang. Ulos ini
bisa untuk sovenir seperti dompet, dasi, tas, ikat pinggang, sarung bantal, hingga gorden. Kain
ulos memiliki bermacam corak dimana masing-masing memiliki motif yang khas dan menarik,
antara lain:

 Kain Ulos Antakantak 


 Kain Ulos Bintang Maratur 
 Kain Ulos Bolean 
 Kain Ulos Mangiring 
 Kain Ulos Padang Ursa 
 Kain Ulos Pinan Lobu-lobu 
 Kain Ulos Pinuncaan

E. Tarian adat suku bata toba

Tarian adat tradisional suku Batak Toba dan penjelasannya merupakan salah satu jenis
kesenian tari yang ada di Sumatera Utara (Sumut) dan menjadi sarana hiburan bagi masyarakat
Toba khususnya. Sedangkan pada momen tertentu, selain masyarakat Toba juga ikut menikmati
pertunjukan dari tariannya. Contohnya ketika ada acara pesta Danau Toba, maka salah satu jenis
tarian ciri khas Toba menjadi tontonan banyak orang, mulai dari masyarakat asli Sumut sampai
dengan luar propinsi Sumut serta mereka yang datang dari manca negara.

1. Tortor Sipitu Cawan

Tarian ini terkait pada kepercayaan orang Batak kepada Mula jadi Nabolon (tuhan yang
maha kuasa). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja.  Tor-tor Sipitu cawan
menceritakan tentang ketika Mula Jadi Na Bolon pertama kali menurunkan orang Batak di
Pusuk Buhit dan kembali menurunkan 7 (Tujuh) bidadari di Pusuk Buhit sambil menari
dengan tujuh sawan yang berisi air dari 7 sumber mata air dan diperas dengan jeruk purut
bertujuan membersihkan manusia yang sudah berbuat dosa agar hidup damai, rukun dan
saling menghormati.

2. Tari Tortor Sawan Pangurason

Tarian ini biasanya akan dilakukan sebelum berlangsungnya sebuah pesta. Tujuan dari
dilakukannya tarian ini adalah sebagai pembersih tempat lokasi pesta dari gangguan –
gangguan yang dapat merusak kebahagian dari acara pesta tersebut. Tarian ini berisikan
ritual-ritual yang dianggap mampu melakukan pembersihan ini.

3. Tari Tortor Sombah

Tarian ini merupakan bentuk penghormatan kepada tuhan yang maha kuasa, kepada raja
agar mendapatkan restu dalam melakukan kerja – kerja dalam kehidupan sehari-hari. Tarian
ini juga menjadi salah satu yang sering dibawakan ketika berlangsungnya pesta adat sebagai
bentuk permohonan agar diberkatinya acara pesta tersebut.

4. Tari Tortor Tunggal Panaluan

Tor-tor Tunggal Panaluan ini merupakan tarian yang memiliki nilai kesakralan bagi
orang Batak. Tarian ini  dianggap bisa menjadi salah satu media penghubung antara mula
jadi nabolon dengan manusia. Tarian ini biasanya akan dilakukan oleh seorang dukun (Datu
Bolon) yang ditunjuk dan diperintahkan oleh sang raja dengan tujuan untuk menolak bala,
meminta atau menolak hujan, mengangkat pemimpin atau  seorang raja, membentuk
kampung baru atau mengambil keputusan untuk berperang.
F. Makanan khas suku batak toba

Makanan khas Batak Toba dapat dengan mudah ditemui di Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, sebagian
Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga dan sekitarnya. Seperti suku
lainnya, Batak memiliki kuliner yang khas.

Tak seperti masakan Sumatera lainnya yang terpengaruh bangsa asing, masakan khas batak
lebih menampilkan tradisi memasak asli suku bangsa Austronesia. Makanan khas Batak Toba
merupakan salah satu kuliner yang begitu khas. Kuliner Batak, salah satunya makanan khas
Batak Toba dikenal dengan bumbu utamanya andaliman.

Andaliman inilah yang memberi cita rasa tersendiri pada makanan khas Batak Toba.
Beberapa makanan khas Batak Toba juga berbahan dasar ikan air tawar. Ikan ini biasa didapat
dari sungai atau Danau Toba. Makanan khas Batak Toba juga selalu hadir dalam acara adat dan
telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Batak Toba.

1. Ikan Arsik

Ikan Mas Na Narsik atau ikan Arsik adalah kuliner tradisional khas Toba yang kaya dengan
bumbu dan rempah. Na Niarsik berarti di-marsik-kan atau dikeringkan. Ikan Arsik berarti ikan
yang dimasak terus-menerus sampai kuahnya kering, hingga bumbunya menyerap ke ikan mas
tersebut. Jika proses memasak benar, Na Niarsik dapat bertahan dua hari tanpa basi.

Na Niarsik adalah makanan yang menjadi bagian dari adat Batak yang memiliki cerita dari
mulai kelahiran, perkawinan, hingga meninggal. Bumbu Na Niarsik sangat kaya dan beragam.
Ada 16 macam bumbu dari andaliman, bunga kecombrang dan bawang Batak. Selain ikan mas,
ikan laut seperti kembung dan kakap, dan daging juga dapat dijadikan bahan arsik.

2. Naniura
Naniura dalam bahasa Batak artinya ikan yang tidak dimasak melalui api namun baik dan
enak dimakan. Naniura adalah makanan khas suku Batak yang kebanyakan berada di daerah
Toba. Sekilas kuliner ini konsepnya mirip dengan sushi dari Jelang dan Ceviche dari Peru.

Bedanya kalau ceviche disajikan dengan irisan bawang merah besar di atasnya, Naniura
disiram dengan bumbu halus berwarna kuning. Jika dahulu kala naniura hanya dihidangkan
untuk raja-raja Batak, sekarang makanan khas ini sudah bisa dinikmati oleh banyak orang.

Ikan mas mentah dibersihkan duri dan lendirnya dulu. Lalu dimatangkan dengan cara
merendamnya dengan air asam Jungga atau jeruk purut. Proses ini membuat kualitas protein di
ikan mas menjadi lebih utuh karena tidak terkena api sama sekali. kan dianggap siap makan
apabila daging ikan sudah kenyal dan mudah disobek. Bumbu siram yang terdiri dari gabungan
10 macam bumbu termasuk andaliman dan kecombrang.

3. Mie Gomak

Mie Gomak terkenal sebagai masakan khas daerah tanah Batak Toba. Cara penyajian kuliner
ini cukup unik, mie digomak atau dalam bahasa Indonesia digenggam langsung menggunakan
tangan saat memasukkannya ke dalam wadah. Mie kemudian disiram kuah santan yang ditaburi
andaliman.

Mie ini terbuat dari mie yang sering disebut Mie Lidi atau dikenal oleh orang Batak sebagai
Mie Besar. Mie Gomak juga kerap kali disebut sebagai spagetinya orang Batak. Mie yang sudah
direbus biasanya dibuat terpisah dengan kuah dan sambalnya. Mie ini biasa disajikan dalam
bentuk kuah atau goreng.
4. Sasagun

Sasagun dibuat dari tepung beras yang digongseng dengan kelapa dan dicampur dengan gula
merah. Sasagun juga biasa diperkaya dengan rasa nanas, durian, kacang, atau sesuai selera.
Dahulu makanan ini selalu disertakan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang akan merantau,
dan juga kepada mereka yang akan pulang ke perantauan.

Sasagun biasa hadir pada perayaan natal dan pergantian tahun di masyarakat Batak. Makanan
ringan ini memiliki cita rasa gurih dan manis yang menggoyang lidah.

5. Sambal Tuktuk

Sambal Tuktuk merupakan makanan khas Sumatera Utara dari daerah Tapanuli. Di
daerah asalnya, sambal tuktuk dicampur dengan ikan aso-aso (sejenis ikan kembung yang sudah
dikeringkan), tapi jika tidak menemukan ikan tersebut bisa diganti dengan ikan teri
tawar.Meskipun bahannya hampir sama dengan bahan pembuatan sambal pada umumnya.
Namun adanya andaliman membuatnya berbeda dengan sambal lainnya, termasuk rasanya.
Bahan seperti bawang, andaliman, kemiri, dan bawang bisa disangrai sampai berbau harum.

Kemudian, semua bahan-bahan tersebut dihaluskan dan ditambah dengan hasil suwiran
ikan, tidak lupa juga adanya tambahan garam, jeruk nipis, dan penyedap rasa agar rasanya
semakin enak.
BAB III

KESIMPULAN

1. Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub suku Batak yang cukup dikenal
dengan kekayaan budayanya. Salah satu dari unsur budaya tersebut digambarkan
dalam adat istiadat perkawinan. Pada masyarakat Batak Toba perkawinan
merupakan suatu tahap dalam kehidupan masyarakatnya yang harus dilalui untuk
menyesuaikan pola perilakunya dalam sistem sosial masyarakat. `
2. Marga adalah istilah orang Batak Toba untuk menyebut leleuhur induk dari
silsilah keluarga dan kekerabatan mereka. Sebagai sebuah tradisi, marga telah
menjadi identitas dan status sosia orang Batak Toba yang masih bertahan hingga
kini.
3. Sebagai salah satu sub-suku, orang Batak Toba juga dikenal memiliki sistem
kekerabatan. Sistem kekerabatan orang Batak Toba menempatkan posisi
seseorang
secara pasti sejak dilahirkan hinga meninggal dalam tiga posisi sebagaimana
tercetus dalam Dalihan Natolu. Sistem kekerabatan ini bertujuan untuk mengatur
pola interaksi sosial diantara orang Batak Toba
4. Rumah Adat Batak Toba yaitu Rumah Bolon (Rumah Gorga atau Jabu Si
Baganding Tua). Biasanya Rumah terdiri atas Rumah dan juga sopo (lumbung
padi) yang berada di depan rumah. Rumah dan sopo dipisahkan oleh pelataran
luas yang berfungsi sebagai ruang bersama warga huta.
5. Pakaian adat Batak Toba terbuat dari kain ulos. Bagi orang-orang Batak Toba,
ulos memiliki arti khusus. Jenisnya pun ada banyak, sesuai dengan maknanya
masing-masing.
6. Tarian adat tradisional suku Batak Toba dan penjelasannya merupakan salah satu
jenis kesenian tari yang ada di Sumatera Utara (Sumut) dan menjadi sarana
hiburan bagi masyarakat Toba khususnya
7. Tak seperti masakan Sumatera lainnya yang terpengaruh bangsa asing, masakan
khas batak lebih menampilkan tradisi memasak asli suku bangsa Austronesia.
Makanan khas Batak Toba merupakan salah satu kuliner yang begitu khas.
Kuliner Batak, salah satunya makanan khas Batak Toba dikenal dengan bumbu
utamanya andaliman.

Anda mungkin juga menyukai