Anda di halaman 1dari 31

Sistem Kepercayaan/Religi

Di daerah Batak terdapat


beberapa agama, antara lain:
agama Islam, agama Katolik, dan
agama Kristen Protestan.
Meskipun demikian, konsep-
konsep kepercayaan atau religi
purba masih hidup terutama di
pedesaan. Sumber utama untuk
mengetahui sistem kepercayaan
dan religi purba ini adalah buku
pustaka yang terbuat dari kayu
dan ditulis dengan huruf Batak.
Buku tersebut memuat konsep-
konsep tentang pencipta, jiwa,
roh, dan dunia akhirat.

Sistem Kekerabatan
Perkawinan pada masyarakat
Batak merupakan suatu pranata
yang tidak hanya mengikat
seorang laki-laki dengan seorang
perempuan. Perkawinan juga
mengikat kaum kerabat laki-laki
(paranak dalam bahasa Toba,
si pempokan dalam bahasa Karo)
dengan kaum kerabat si
perempuan
(parboru dalam bahasa
Toba, sinereh dalam bahasa
Karo). Menurut adat lama pada
masyarakat Batak, seorang laki-
laki tidak bebas dalam memilih
jodoh. Perkawinan antara orang-
orang rimpal (marpariban dalam
bahasa Toba) yakni perkawinan
dengan anak perempuan dari
saudara laki-laki ibunya (cross
cousin) dianggap perkawinan
ideal.

Sistem kekerabatan masyarakat


Batak adalah patrilineal, dengan
dasar satu ayah, satu kakek atau
satu nenek moyang. Dalam
masyarakat Batak hubungan
berdasarkan satu ayah
disebut sada bapa (bahasa Karo)
atau saama (bahasa Toba).
Adapun kelompok kekerabatan
terkecil adalah
keluarga batih (keluarga inti,
terdiri atas ayah, ibu, dan anak-
anak) yang disebut jabu,
dan ripe dipakai untuk keluarga
luas yang virilokal (tinggal di
rumah keluarga pihak laki-laki).
Dalam masyarakat Batak, banyak
pasangan yang sudah kawin tetap
tinggal bersama orang tuanya.
Adapun
perhitungan hubungan
berdasarkan satu kakek atau satu
nenek moyang disebut sada
nini (pada masyarakat Karo)
dan saompu (pada masyarakat
Toba).

Keluarga sada
nini atau saompu merupakan klen 
kecil. Adapun klen besar dalam
masyarakat Batak
adalah merga (dalam bahasa
Karo) atau marga (dalam bahasa
Toba).

Sistem Politik

Sistem politik yang dimaksud


adalah sistem pemerintahan dan
kepemimpinan. Pada masyarakat
Batak sistem kepemimpinan ini
terbagi atas tiga bidang sebagai
berikut.

Kepemimpinan di Bidang Adat

Kepemimpinan di bidang adat


meliputi: perkawinan dan
perceraian, kematian,
warisan, penyelesaian
perselisihan, kelahiran, dan
sebagainya. Kepemimpinan pada
bidang adat ini tidak berada dalam
tangan seorang tokoh, tetapi
berupa musyawarah Dalihan Na
Tolu (Toba) dan Sangkep
Sitelu (Karo). Dalam pelaksanaan
musyawarah adat,
sidang (ninggem) dipimpin
oleh Suhut. Suhut ialah orang
yang mengundang para pihak
kerabat dongan sabutuha, hula-
hula, dan boru dalam Dalikan Na
Tolu. Keputusannya merupakan
hasil musyawarah dengan
kerabat-kerabat tersebut.

Kepemimpinan di Bidang Agama


Dalam masyarakat Batak,
kepemimpinan dalam bidang
agama berhubungan dengan
perdukunan dan roh nenek
moyang serta kekuatan-kekuatan
gaib. Pemimpin keagamaan
dipegang oleh guru sibaso.

Kepemimpinan di Bidang
Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan,
kepemimpinan dipegang oleh
salah satu keturunan dari merga
taneh. Oleh sebab itu, faktor
tradisi masih melekat dalam
memilih pemimpin pemerintahan.
Adapun tugas pemimpin
pemerintahan, yaitu menjalankan
pemerintahan sehari-hari. Pada
saat ini, masyarakat Batak selalu
mencari orang yang dianggap
mampu dan memahami segala
persoalan yang terdapat dalam
masyarakat.

Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi atau sistem mata


pencaharian yang dilakukan
masyarakat Batak adalah
bercocok tanam di sawah, ada
juga yang di ladang seperti suku
bangsa Karo, Simalungun, dan
Pakpak.

Masyarakat Batak mengenal


sistem gotong-royong dalam
bertani, dalam bahasa Karo
disebut raren, sedangkan dalam
bahasa Toba
disebut marsiurupan. Gotong
royong
dilakukan dengan mengerjakan
tanah secara bersama-sama oleh
tetangga atau kerabat dekat. Alat
yang digunakan untuk bercocok
tanam, antara lain cangkul, bajak
(tenggala dalam bahasa Karo,
luku dalam bahasa Toba), dan
tongkat tugal (engkol dalam
bahasa Karo). Bajak biasanya
ditarik dengan sapi/kerbau, sabit
(sabi-sabi dalam bahasa Toba)
dipakai untuk memotong padi, ada
juga yang memakai ani-ani.

Peternakan yang diusahakan oleh


masyarakat Batak, seperti kerbau,
sapi, babi, kambing, ayam, dan
bebek. Babi biasanya untuk
dimakan dan juga digunakan
dalam upacara adat.
Di Pulau Samosir tepi Danau
Toba, menangkap ikan dilakukan
intensif dengan perahu lesung
(Solu) dan hasilnya dijual ke kota.

Sistem Kesenian
Seni Bangunan Rumah adat

Batak disebut ruma/jabu (bahasa
Toba) merupakan kombinasi seni
pahat ular serta kerajinan.

Ruma akronim Ririt di Uhum Adat


yang artinya sumber hukum adat
dan sumber pendidikan
masyarakat
Batak. Ruma berbentuk panggung
yang terdiri atas tiang rumah yang
berupa kayu bulat, tiang yang
paling besar disebut tiang persuhi.
Tiang-tiang tersebut berdiri di tiap
sudut di atas batu sebagai
pondasi yang disebut batu
persuhi. Bagian badan terbuat
dari papan tebal, sebagai dinding
muka belang, kanan dan kiri,
dinding muka belakang penuh
ukiran cicak. Atap sebelah barat
dan timur menjulang ke atas dan
dipasang tanduk kerbau sebagai
lambang pengharapan.

Seni Tari
Tari yang terkenal dari Batak,
yaitu tor-tor. Tari tor-tor terdiri atas
beberapa jenis. Beberapa jenis
tari tor-tor sebagai berikut.

Pangurdot, anggota badan yang


bergerak hanya kaki, tumit, hingga
bahu.

Pangeal, anggota badan yang


bergerak hanya pinggang, tulang
punggung, dan bahu.

Pandenggal, anggota badan yang


bergerak hanya lengan, telapak
tangan hingga jari tengah.

Siangkupna, anggota badan yang


bergerak hanya leher.
Hapunana, anggota badan yang
bergerak hanya wajah.

Baca Juga :   Surah At-Taubah


Ayat 71 : Bacaan, Terjemah,
Mufradat dan Isi Kandungan
Seni Tari

Tari yang terkenal dari Batak,


yaitu tor-tor. Tari tor-tor terdiri atas
beberapa jenis. Beberapa jenis
tari tor-tor sebagai berikut.

Pangurdot, anggota badan yang


bergerak hanya kaki, tumit, hingga
bahu.

Pangeal, anggota badan yang


bergerak hanya pinggang, tulang
punggung, dan bahu.

Pandenggal, anggota badan yang


bergerak hanya lengan, telapak
tangan hingga jari tengah.
Siangkupna, anggota badan yang
bergerak hanya leher.

Hapunana, anggota badan yang


bergerak hanya wajah.

Seni Musik
Seni musik suku bangsa Batak
adalah ogung sabangunan.
Peralatan yang digunakan adalah
empat gendang dan
lima taganing (sejenis gamelan
Batak). Nama-nama gendang
ogung, yaitu oloan, ihutan, doal,
dan jeret.

Macam-macam tari tor-tor yang


diiringi ogung sabangunan
sebagai berikut.

Tor-tor/gondang mula-mula,
dilakukan dengan menyembah
berputar ke arah mata angin.

Tor-tor/gondang mangido pasu-


pasu, dilakukan dengan tangan
menari artinya petuah, nasihat,
dan amanat orang tua.

Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan


dengan menari berkeliling artinya
keluarga mendapat kebahagiaan.

Tor-tor/gondang hasahatan,
dilakukan
dengan menari di tempat artinya
petuah/rahmat Tuhan YME.

Seni Kerajinan

Kerajinan suku bangsa Batak


yang terkenal adalah kain ulos.
Peranan ulos bagi masyarakat
Batak sejak lahir hingga
meninggal sangat tinggi. Macam-
macam ulos dan fungsinya dalam
suatu acara, meliputi:

Ulos lobu-lobu adalah ulos yang


diberikan ayah kepada putra dan
menantu saat pernikahan.

Ulos hela adalah ulos yang


diberikan orang tua pengantin
perempuan.

Ulos tondi adalah ulos yang


diberikan orang tua kepada
putrinya saat hamil tua.

Ulos tujung adalah ulos yang


diberikan kepada janda atau
duda.
Bahasa
Batak Toba memiliki kekhasan
baik dari segi bentuk maupun
makna kata
berdasarkan ragam
pemakaiannya. Dalam bahasa
Batak Toba intonasi sangat
mempengaruhi makna. Pada kata
marbottar berarti menjadi putih,
sedangkan kata èÉîÑëñÔñÉî
berarti ada darah. Contoh lain,
misalnya kata
margota yang berarti bergetah,
sedangkan èÉîâëñÉÔ berarti
berdarah.
Secara administratif, wilayah
tempat tinggal suku bangsa Batak
Toba
meliputi 4 kabupaten: Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten
Humbang
Hasundutan, Kabupaten Toba
Samosir, dan Kabupaten Samosir.
Pembagian
dialek Bahasa Batak Toba adalah
(1) dialek Silindung meliputi:
Tarutung,
Sipoholon, Pahae Jae, Sipahutar,
Pangaribuan, dan Garoga, (2)
dialek
Humbang meliputi: Siborong-
borong, Dolok
Sanggul, Lintong Nihuta, Muara,
Parmonangan, dan Onan
Ganjang, (3) dialek Toba meliputi:
Balige, Lagu Boti,
Porsea, Lumban Julu,
Parsoburan, dan Silaen, (4) dialek
Samosir meliputi:
Palipi, Pangururan, Onan Runggu,
Simanindo, dan Harean, (5) dialek
Sibolga
meliputi: di wilayah Silindung yaitu
Adiankoting.
Masyarakat Batak Mandailing
memiliki adat-istiadat sendiri.
Bahasa
ibu Batak Mandailing disebut hata
(bahasa) Mandailing. Bahasa
Batak
Mandailing digunakan sebagai
alat komunikasi sehari-hari, baik
di rumah
maupun di luar rumah. Selain itu,
bahasa Batak Mandailing juga
dipakai
dalam upacara adat, ritual dan
kegiatan lain. Bahasa Mandailing
memiliki
kekhasan, baik dari segi bentuk,
proses pembentukan kata, makna
kata
maupun berdasarkan ragam
pemakaiannya. Dalam bahasa
Mandailing
intonasi sangat mempengaruhi
arti. Pada
kata ÑÉÔâÉï berarti rumah,
sedangkan kata ÑÉâÔÉï berarti
dalam. Contoh lain, misalnya kata
parmangan
dengan pengucapan berbeda
dapat bermakna (1) suka makan;
(2) uang yang
digunakan untuk membeli
makanan; dan (3) cara makan.
Begitu juga dengan
bentuk-bentuk lain seperti ÜÉÔÑó
berarti jatuhkan, dan ÜÉÑóÔ
berarti dalam
keadaan jatuh.
Secara geografis, Batak Toba dan
Batak Mandailing adalah bagian
dari
Sumatera Utara. Kedua daerah ini
memiliki bahasa yang berbeda.
Mandailing
menggunakan bahasa Batak
Mandailing dan Batak Toba
menggunakan
bahasa Batak Toba. Meskipun
kedua daerah ini memiliki bahasa
yang
berbeda, tidak tertutup
kemungkinan bahwa di antara
kedua bahasa ini
terdapat kekerabatan. Contoh
kata bahasa Batak Toba dan
bahasa Batak
MandailiêâÉêñÉîÉéÉãê„
sçÉñÉÓÉíÉÔÜÉéÉèÑÉäÉïÉÑÉñ
ÉçëÑÉÚahaÛÜÉéÉè
ÑÉäÉïÉÉñÉçÉêÜÉãéãêâåóâÉÚa
haÛ·
tçÉñÉÓéãÜÉäÔÜÉéÉèÑÉäÉïÉÉñ
ÉçëÑÉ
ÚdilaÛ ÜÉéÉè ÑÉäÉïÉ ÉñÉç
ÉêÜÉãéãêâ åóâÉ ÚdilaÛ· u çÉñÉ
ÓçÉèãÔ ÜÉéÉè
ÑÉäÉïÉ ÉñÉç ëÑÉÚhamiÛ
ÜÉéÉè ÑÉäÉïÉ
ÉñÉçÉêÜÉãéãêâåóâÉÚhamiÛ· v
çÉñÉ ÓÉçóÔ ÜÉéÉè ÑÉäÉïÉ
ÉñÉç ëÑÉÚÉóÛ dalam bahasa
Batak Mandailing
åóâÉÚÉóÛ· w çÉñÉ ÓtikamÔ
ÜÉéÉè ÑÉäÉïÉ ÑÉñÉç
ñëÑÉÚtikkamÛ ÜÉéÉè ÑÉäÉïÉ
ÉêÜÉãéãêâÚtihamÛ·
xçÉñÉÓberenangÔÜÉéÉèÑÉäÉï
ÉÉñÉçëÑÉÚmarlangeÛ
dalaèÑÉäÉïÉÉñÉçÉêÜÉãéãêâåó
âÉÚmarlangeÛ‰
Berdasarkan latar belakang di
atas maka penelitian ini bertujuan
untuk,1) menghitung persentase
kekerabatan bahasa Batak Toba
dengan
bahasa Batak Mandailing,
2)menghitung lama waktu pisah
bahasa Batak
Toba dengan bahasa Batak
Mandailing, dan3)
menjelaskanbukti-bukti
korespondensi bunyi antara
bahasa Batak Toba dengan
bahasa Batak
Mandailing.

Anda mungkin juga menyukai