Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SOSIO-ANTROPOLOGI

Dosen Pengampuh:
Ika Purnamasari, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh:
Joshua Jofrat Erikogusto Hutapea
322121022

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN SEJARAH REG.D
2022/2023
MATERI

1. Sejarah Suku Batak Toba

Batak Toba merupakan salah satu dari etnis batak yang ada di Sumatera Utara.
Nama Batak sendiri sudah dipakai sejak abad ke-17. Secara turun-temurun etnis
Batak Toba mendiami dataran-dataran tinggi pedalaman sumatera, sekitar Danau
Toba. Danau Toba aslinya merupakan kawah gunung berapi yang luas sebagai
topografi utamanya. Masyarakat Batak Toba lebih memilih untuk tinggal di sekitar
lereng-lereng, dataran-dataran dan pegunungan sekitar bagian utara dan selatan
danau juga termasuk pulau samosir.
Wilayah yang menjadi pusat bagi masyarakat khususnya Batak Toba adalah
wilayah dataran tinggi Humbang bagian selatan-barat danau tersebut dan lebih
jauh ke selatan di lembah Silindung. Masyarakat Batak Toba dikenal sangat kental
dengan adat istiadatnya. Adat bagi masyarakat Batak Toba terbentuk dalam tradisi
lisan melalui perumpamaan. Perumpamaan tersebut memiliki kekuatan pada
dirinya yang melindungi adat yang tidak dilanggar.
Masyarakat Toba memiliki tiga nilai utama dalam kebudayaan Batak Toba,
yakni harajoan (Kuasa), hamoraon (kekayaan), dan hasangapon (Kehormatan).
Harajoan menunjukan bahwa tujuan setiap manusia adalah berdiri sendiri secara
merdeka dan mengatur hidupnya sendiri. Hamoraon adalah mensejahterakan.
Kesejahteraan bagi masyarakat Batak Toba adalah memiliki istri dan banyak anak,
ladang-ladang yang luas dan banyak ternak. Sedangkan hasangapon merupakan
tujuan dari usaha-usaha untuk mewujudkan gagasan harajoan dan hamoraon.
Saya sendiri merupakan orang Batak Toba bermarga Hutapea, jadi marga
Hutapea dalam Batak Toba ada dua yaitu Hutapea Laguboti dan Hutapea
Tarutung. Saya sendiri termasuk ke Hutapea Tarutung atau juga disebut Hutapea
Silindung. Kedua marga tersebut tidak memiliki ikatan darah(Keluarga), hanya

1
nama marga saja yang sama, dan sulit untuk membedakan orang yang memakai
nama Hutapea dari mana, kecuali ditanyakan secara langsung kepada yang
bersangkutan (itupun bila yang bersangkutan paham akan marganya sendiri).

Gambar Silsilah Hutapea umum

Gambar Silsilah Hutapea Sabungan


Berdasarkan silsilah Hutapea pada gambar diatas saya termasuk pada hutapea
Sabungan generasi ke-15, orang tua saya generasi ke-14, opung saya generasi ke-
13, dan seterusnya.

2
2. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Batak Toba pada zaman dahulu adalah berburu
dan meramu. Kegiatan ini masih ada dan berkembang di masyarakat Batak Toba
di Samosir yang tinggal di daerah pedesaan. Dalam melakukan kegiatannya,
mereka menggunakan alat yang disebut sior, sior tersebut digunakan untuk
memanah binatang, dan sumpit untuk menembak binatang. Dalam memburu
bisanya menggunakan lembing, perangkap, jerat dan bedil. Sementara untuk
binatang kecil menggunakan panah, sumpitan, jarring, dan getah.
Mata pencaharian utama adalah Bertani, yakni bersawah, berladang, berkebun,
dan beternak. Adapula Sebagian dalam mata pencaharian berjualan, bertukang,
kerajinan tangan, pegawai ataupun buruh harian disawah dan lain-lain.
Mengusahakan persahawan berarti menghasilkan beras sebagai bahan makanan
utama. Tetapi di samping beras, sawah juga dipergunakan untuk memelihara ikan,
terutama ikan mas yang pembibitannya selalu diselaraskan dengan musim
bertanam padi. Mereka juga menanam nenas, tebu, sayur-sayuran, ubi kayu
(Garinghau), ubi jalar (Gadong), pisang, nangka (pinasa). Orang Batak juga
mengusahakan perkebunan kopi yang diperdagangkan baik secara nasional
maupun internasional. Juga ada perkebunan kemenyan, terutama di gunung-
gunung.

3. Peralatan dan Teknologi


Masyarakat Batak pada umumnya hidup dari pertanian. Sebagian besar
menggarap tanah di ladang maupun sawah-sawah dengan peralatan yang dibuat
sendiri dan bersifat tradisional. Pengolahan tanah oleh para petani dengan
menggunakan cangkul, pengolahan selanjutnya yakni untuk menggemburkan
tanah dipergunakan untuk membajak dan biasanya ditarik oleh seekor kerbau.
Pada musim panen padi dipotong sabit.

3
Sebagian besar penduduk sudah mengolah padinya di gilingan padi, tetapi
masih ada lagi yang menumbuk sendiri yaitu dengan lesung dan alu, yang
keduanya terbuat dari kayu. Alat-alat transport bagi tempat-tempat yang belum
memungkinkan untuk dilalui oleh kendaraan-kendaraan, masih menggunakan
kuda beban, pedati yang ditarik menggunakan kerbau atau lembu.
Demikian juga dalam hal pembuatan ulos yakni salah satu kerajinan tangan
yang terkanal dari tanah Batak. Dimana dalam pengerjaan ulos tersebut masih
mempergunakan alat-alat yang masih sederhana dan terbuat dari bahan kayu
digerakkan oleh tangan, kaki manusia. Dalam hal membuat rumah Batak yang
pada umumnya dibuat dari bahan-bahan seperti: kayu, ijuk dan rotan sebagai alat
pengikat ataupun kayu bercabang karena orang Batak zaman dahulu sebelum
mengenal paku.
Pada umumnya rumah Batak didirikan secara bergotong royong, Adapun alat
yang digunakan biasanya antara lain: parang, baji(alat untuk membelah), tuhil, raut
pengalontik(sejenis pisau pengukir), babung, papatil, umban-umban, dan lain-lain.
4. Bahasa
Suku Batak dapat dikatakan adalah salah satu diantara suku bangsa yang telah
tinggi kebudayaannya pada zamannya. Terbukti dari adanya Kasara (huruf Batak),
buku Pustaka perkalaan (kalender) ilmu pertanian, ilmu perbintangan, dan lain-
lain.
Didalam buku Pustaka Batak dijumpai aneka ragam tulisan-tulisan klasik
mengenai sejarah terombo, ilmu-ilmu mistik, obat-obatan dan lain sebagainya
dengan berbagai hiasan dan teka-teki, agar Guru-guru dan Datu-datu yang pada
umumnya terdiri dari Raja-raja yang dapat memiliki dan menafsirkannya. Tetapi
jelas dan nyata bahwa dalam buku-buku Pustaka Batak, tidak pernah dijumpai
perihal kejahatan, keonaran, kepalsuan. Sebab buku itu adalah “Kitab Suci” bagi
suku bangsa pada zaman lampau.
Sesuai dengan isi buku-buku pustaka mengenai hikayat “tarombo Siraja Batak”,
dalam buku pustaka Taringot tu Tarombo Bangso Batak, kalau kita ambil bahasa

4
Batak Toba, kedalam rumpun bahasa di Asia Tenggara, bahasa-bahasa Batak Toba
dapat dinilai termasuk rumpun induk. Terbukti dengan terdapatnya jenis kata-kata
bahasa Batak.
Al Kitab yang diterjamahkan ke dalam bahasa Melayu Riau dan bahasa Batak
Toba Tua menjelang akhir abad ke-19, apabila dibandingkan bahasa Batak Toba
Tua masih jauh lebih lengkap dari bahasa Melayu Riau. Buktinya bahasa Batak
Toba Tua sanggup dipergunakan untuk mengadakan alih bahasa tanpa meminjam
bahasa Melayu dan bahasa Arab, dengan tidak mempunyai kekurangan atau
kejanggalan apa-apa.

5. Kesenian
Pada masyarakat Batak umumnya meliputi seni sastra, seni music, seni tari, seni
bangunan, seni kerajinan tangan, dan lain-lain. Dalam upacara adat sering
menggunakan music tradisional ataupun musik tiup. Contohnya pada pesta
pernikahan, pesta kematian orang yang berada, pada peresmian tugu dan
sebagainya. Seni sastra di suku Batak ada sastra lisan dan tulisan yang terdiri dari
prosa, prosa lisan dan puisi. Umumnya cerita di kalangan orang Batak.
Sastra Batak khususnya cerita rakyat atau dalam bahasa Batak disebut “Turi-
turian”. Bentuknya sama dengan pantun Melayu berbaris empat, mengandung
sampiran dan isi sajaknya a, b, a, b. pantun Batak ada macam-macam menurut
isinya. Adapun pantun biasa dipergunakan pada pidato-pidato dalam upacara adat,
ada yang mengandung ketentuan-ketentuan hukum adat, ada pula pantun
percintaan antara kaum muda-mudi.
Pada masyarakat Batak musik juga termasuk pada seni masyarakat Batak.
Musik merupakan suatu kegiatan yang dapat memuaskan perasaan
menggembirakan, memberikan kenikmatan kepada pendengarnya. Musik
tradisional Batak cuma mengenal 5 nada dari seperangkat gondang dengan ukuran
yang berbeda-beda besarnya.

5
Nilai seni Tari (Tor-tor) pada semua orang Batak adalah sama. Tujuan dari
tarian ini ditujukan kepada Tuhan untuk meminta hujan, kesuburan tanah,
kekayaan, dan lain-lain, dapat juga ditujukan kepada orang tua. Seni tari dapat
juga untuk menyehatkan badan karena bergerak atau melakukan gerakan yang
menghibur dan kepuasan bagi penonton serta sebagai pemersatu bagi penari.
Seni bangunan dan ukiran. Dalam membangun bangunan bahan-bahan
banyak dijumpai di Tanah Batak. Tempat tinggal dibuat dari kayu dengan tiang-
tiang besar dan kokoh, atapnya dari ijuk dan dindingnya dari papan. Pada ujung
atap depan terkadang diberi tanduk kerbau, sehingga rumah adat menyerupai
kerbau, punggung kerbau diibaratkan dengan atap yang melengkung, dan tiang-
tiang pada kolong diibaratkan dengan kaki kerbau.
Seni kerajinan tangan ulos dikaitkan dengan angka, warna, dan struktur sosial
religious yakni: tiga, lima, putih, merah, atas, tengah, bawah, segi tiga, garis tiga,
menunggal. Setiap ulos mempunyai pola dasar tertentu, berdasarkan pola dasar
itulah nama ulos itu disebut sesuai dengan rencana semula dari yang mengerjakan.
Ulos ini dipergunakan sebagai upacara, kepercayaan dan adat istiadat serta sebagai
nilai ekonomis.
Seni kerajinan tangan ulos mempunyai nilai lain: religious, ialah memohon
kepada Tuhan agar yang memakai ataupun yang menerimanya dikaruniakan anak,
harta, kekuasaan, dan sebagainya. Sosial, ialah agar pihak perempuan “Boru”
menghormati hula-hulanya(paman) sebagai sumber berkat. Ekonomis, ialah untuk
diperjual belikan untuk memperoleh untung, cenderamata yang diberikan kepada
seorang pejabat atau tamu negara, daerah, dan teman sebagai rasa simpatik.

6. Sistem Kepercayaan/ Religi dan Pengetahuan


Sebelum suku Batak Toba mengenal akan adanya agama, mereka menganut
sistem kepercayaan religi tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki kekuasaan di
atas langit dan kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut
jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep yaitu;

6
 Tondi; jiwa atau roh yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi
memberi nyawa kepada manusia.
 Sahala; jiwa atau roh yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi,
tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala dapat diartikan dengan
kesaktian yang dimiliki para Raja-raja atau hula-hula.
 Begu; tondi orang yang telah meninggal, yang perilakunya sama dengan
tingkah manusia, dan muncul pada waktu malam.

Masuknya agama Islam di Sumatera Utara terutama di Tanah Batak mula-mula


di Barus. Kemudian berkembang lebih luas lagi ke berbagai daerah. Sebelum
masuknya agama Kristen ke Sumatera Utara, pengaruh agama Islam sudah masuk
lebih dahulu, terlebih-lebih di daerah pantai.

Daerah Batak yang pertama kali dimasuki oleh para misionaris Kristen pada
tahun 1820 adalah Sibolga kemudia ke Silindung. Pengkristenan dan pendidikan
yang dilakukan pendeta-pendeta jerman terhadap orang Batak. Hal ini bertujuan
untuk mengubah pola pemikiran yang kuno dari orang Batak itu sendiri, menuju
modernisasi

7. Sistem Kemasyarakatan
Stratifikasi sosial orang Batak dalam kehidupan sehari-hari tidak memiliki titik
temu, namun dapat digolongkan berdasarkan tiga prinsip;
- Perbedaan Usia
- Pendidikan
- Materi(Kekayaan)
Lapisan sosial berdasarkan perbedaan usia jelas kelihatan dalam perbedaan hak
dan kewajiban dalam upacar adat. Dalam hal menentukan upacara adat atau dalam
hal kekeluargaan, hanya orang tua yang berhak untuk memberikan saran dan
pengambilan keputusan.

7
Pada lapisan sosial yang berdasarkan pendidikan, Nampak dalam kehidupan
sosial sehari-hari. Lapisan tertinggi adalah lapisan terpelajar. Sistem lapisan yang
berdasarkan sifat dan keahlian jelas Nampak dalam perbedaan antara marga tanah.
Para marga tanah mempunyai hak misalnya; ada persediaan mengenai tanah dan
juga hal menempati jabatan pimpinan desa diadakan diskriminasi antara marga
tanah dengan orang-orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

8
Napitupulu, S. P. (1997). Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara. Direktorat
Jenderal Kebudayaan.
Simanjuntak, B. A. (2006). Struktur sosial dan sistem politik Batak Toba hingga
1945: suatu pendekatan antropologi budaya dan politik. Jakarta. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
SAHABI, F. (2018). Bentuk Kebudayaan Suku Batak Toba dalam Novel Mangalua
Karya Idris Pasaribu (Suatu Kajian Antropologi Sastra). Skripsi,
1(311413034).
Sihombing, A. A. (2018). Mengenal budaya Batak Toba melalui falsafah “dalihan
na tolu”(Perspektif kohesi dan kerukunan). Jurnal Lektur Keagamaan, 16(2),
347-371.
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Toba

Anda mungkin juga menyukai