Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“SUKU BATAK”

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Lita Aini Salsabila


2. Putri Dwi Aira
3. Fiqiyyah Hanum P
4. Revliana S
5. Ferdi Lorenza

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 2 LUBUKLINGGAU
Alamat: Jl. Letkol Sukirno, Air Kuti Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kebudayaan atau sering dikatakan suku di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis
sesuai dengan daerah yang ditempati. Mulai dari sabang sampai merauke memiliki suku atau
kebudayaan masing-masing. Misalnya di Sumatera Barat terkenal dengan suku minang,
Kalimantan barat yaitu suku dayak, suku bugis di Sulawesi Selatan, suku sunda di Jawa Barat,
suku batak di Sumatera Utara dan llain sebagainya.
Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai salah satu suku di Indonesia yaitu
suku batak. Suku batak merupakan sebuah nama kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara. Suku
bangsa yang dikategorikan sebagai batak adalah Batak toba,  Batak Karo,  Batak Pakpak, Batak
Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
            Suku bangsa batak di atas memiliki adat, kebiasaan agama ataupun hal lainnya yang tidak
sama. Sejarah, identitas, agama, kekerabatan, sistem kemasyarakatan dan lain-lain mengenai
suku batak akan dibahas lebih mendetail. Memaparkan pula perbedaan jenis suku batak ditinjau
dari berbagai sisi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah
Batak merupakan satu istilah yang digunakan untuk kumpulan suku yang terdapat di
daratan tertinggi di Sumatera Utara. Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia, dan
tidak diketahui kapan nenek moyang orang batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan
Sumatera Timur. Bahasa dan bukti arkeologi menunjukan bahwa orang yang berbahasa
Austronesia dari Taiwan berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun
lalu, dan diduga bahwa nenek moyang Batak bermigrasi ke Sumatera Utara pada zaman
logam.
Suku batak termasuk suku bangsa melayu tua yang berasal dari indocina atau hindia.
Pada abad ke-6 pedagang Tamil (India) mendirikan kota dagang bernama barus, yang
terletak di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur barus dari petani-petani di
pedalaman dan bermutu tinggi. Pada abad ke-10 Barus diserang Sriwijaya, dan
menyebabkan pedagang Tamil terusir. Pada masa berikutnya, perdagangan kapur barus
dikuasai oleh Minangkabau.
Suku batak termasuk dalam rumpun proto-melayu yang berasal dari Asia selatan yakni
dari burmayang berlayar sampai malaysia, menyeberang dan menghuni daerah sekitar danau
toba.

B.     Jenis Suku Batak


Jenis-jenis suku batak meliputi; 1) Batak toba, 2) Batak karo, 3) Batak pakpak, 4)
Batak simalungun, 5) Batak angkola, 6) Batak mandailing

C.    Identitas Suku Budaya Batak


1.      Suku Batak
Identitas Batak populer setelah didirikan dan tergabungnya para pemuda dari
berbagai jenis suku, yakni dari suku Angkola, Mandailing, Karo, Toba, Simalungun,
Pakpak dengan nama organisasi Jong Batak pada tahun 1926 tanpa membedakan agama
dalam satu kepahaman.

3
“Bahasa Batak kita begitu kaya akan puisi, Pepatah dan Pribahasa mengandung
satu dunia kebijaksanaan tersendiri, Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi
terbagi jelas dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri, Aksara sendiri, Seni
bangunan yang tinggi mutunya sepanjang masa yang tetap membuktikan bahwa kita
mempunyai nenek moyang yang perkasa, Sistem marga yang berlaku bagi semua
kelompok penduduk negeri kita menunjukan adanya tata negara yang bijak, kita berhak
mendirikan sebuah persatuan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingan kita
dan melindungi budaya kuno itu.
R.W Liddle mengatakan, sebelum Abad ke-20 tidak terdapat kelompok etnis di
Sumatera bagian utara. Menurutnya, sampai abak ke-19 interaksi sosial di daerah itu
hanya sebatas hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar
kampung dan tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian politik dan sosial yang lebih
besar. Sebelum kedatangan Belanda semua orang baik karo, mandiliang maupun
simalungun adalah Batak, Belanda membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut
dan membuat kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak.
Terbentuknya masyarakat Batak dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan
karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Menurut Pustaka
Kembaren (penelitian oleh J. H Neuman tentang tradisi), daerah asal marga Kembaren
dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur
pembentuk masyarakat Karo. Banyaknya nama marga Karo diturunkan dari Bahasa
Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman
Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk
menguasai Barus.

2. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yang berasal dari Batak, yaitu;
a. Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu),
legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner.
b. Batak Karo terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah,
penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang menembus pasar global dan juga
memiliki adat budaya yang masih tradisional.

4
c. Etnis Melayu terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon,
tari derah dan peninggalan rumah melayu, masjid yang memiliki nilai sejarah tinggi.
d. Batak Angkola terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah
adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) dan sudah
menembus di pasar global.
e. Batak Pakpak Dairi dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan
patung ulubalang, juga memiliki adat istiadat, tari daerah serta alat musik yang
khusus.

3. Musik
Toba Kuno di jaman dinasti Tuan Sorimangaraja (Pahompu-nya Si Raja Batak)
berawal dari musik Raja-raja. Bukan musik untuk Raja, tetapi musik yang dimainkan
oleh Raja. Musik Batak awalnya diciptakan untuk upacara ritual yang dipimpin oleh
Datu (dukun) sebagai penghormatan bagi leluhur, minta panen yang sukses kepada
Mula Jadi Nabolon. Ritual ini disebut Gondang Sabangunan yang terdiri dari 5 Ogung,
5 Gondang, Sarune Bolon lubang 5. Namun para Rakyat juga ingin main musik, maka
berkembanglah musik batak ini di kalangan rakyat dengan format Taganing, Garantung,
Hasapi, Seruling dan Sarune Etek. Dengan alat-alat musik inilah tercipta banyak sekali
lagu rakyat yang bernuansa pentatonis (Do Re Mi Fa Sol, kadang-kadang ada juga La)
dan susunan nada (licks)-nya sangat khas tidak didapati di musik suku lain.
Alat musik suku Batak Karo disebut dengan Gendang karo atau gendang lima
sedalanen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi). Kelima perangkat
tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima
sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik,
yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon,
gung, dan penganak.
Sierjabaten begitulah sebutan Orang Karo kepada pemain musik tradisional-nya,
dimana mereka (Sierjabaten atau penggual) berfungsi sebagai pengiring musik upacara
adat Suku Karo, baik itu pernikahan, pesta panen, kemalangan atau lainnya. Semakin
hebat keahlian mereka dalam bermain musik maka makin tinggi pula pamor mereka
(Sierjabaten) dimata masayarakat Karo. Setiap pemain alat musik mempunyai nama

5
masing masing sesuai dengan alat musik yang mereka mainkan, pemain sarune disebut
panarune, pemain gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggua, dan pemain
penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung, serta pemain
mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.

4. Tarian
Seni tari tradisional meliputi berbagai jenis tari, ada yang bersifat magis, berupa
tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan berupa tari profan. Tari adat merupakan
bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis
tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan
tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak. Gerakan tarian ini seirama dengan
iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional
seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut sejarah, tari tor tor
digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan
"masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut
tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan
tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor sangat beragam, ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari
pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai,
tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut
agar jauh dari mara bahaya. Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh
cawan), tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal
dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit
bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung). Terakhir, ada tor
tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila
suatu desa dilanda musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk
mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal
panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah,
dan Benua bawah.

6
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau
anggota keluarganya meninggal dunia. Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk
menyambut turis.

5.      Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh
tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang
digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,
dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah
hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain
merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Ulos dikenal oleh suku Batak sejak abad ke-14, seiring masuknya alat tenun
tangan dari India. Umumnya, panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm. Ulos
melambangkan cinta kasih seseorang terhadap sesama. Awalnya ulos berfungsi untuk
menghangatkan badan (sebagai selimut atau sebagai selendang untuk menutupi tubuh
dari udara dingin). Menurut suku Batak, ada tiga sumber yang dapat memberi panas
kepada manusia yaitu matahari, api dan ulos. Ulos memiliki fungsi memberi panas yang
bermanfaat bagi kesehatan tubuh pengguna ulos tersebut.
Cara memakai ulos bermacam-macam tergantung pada situasinya, ada yang
memakai ulos dibahunya seperti memakai selendang, ada memakai sebagai kain sarung,
ada yang melilitkannya dikepala dan ada pula yang mengikatnya secara ketat
dipinggang. Arti dan fungsi kain khas suku Batak ini sejak dulu hingga sekarang tidak
mengalami perubahan, kecuali berbeda variasi yang disesuaikan dengan kondisi sosial
budaya. Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat dan kasih sayang,
melainkan juga sebagai lambang komunikasi dan solidaritas. Dan jenis-jenis Ulos yaitu,
Ulos Ragidup, Ulos Ragihotang,  Ulos Sibolang Rasta, Ulos abit godang, Ulos
mangiring, Ulos lobu-lobu, Ulos Runjat, Ulos Ragi Pakko.

6. Bahasa Batak
Bahasa Batak dapat mengacu pada beberapa hal berikut:
a. Rumpun bahasa Batak
1) Bagian Utara (Bahasa karo dan Bahasa Pakpak)

7
2) Bagian Selatan (Bahasa Angkola, Bahasa Batak Toba, Bahasa Mandailing, dan
Bahasa Simalungun)
b. Bahasa Batak Palawan, sebuah bahasa yang dituturkan oleh orang Negrito di Pulau
Palawan, Filipina.

Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih 2.000.000 orang penutur Bahasa Batak
Toba, yang tinggal di bagian barat dan selatan Danau Toba. Penulisan bahasa ini dalam
sejarahnya menggunakan aksara Batak, namun saat ini para penuturnya hampir selalu
menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya.

7. Kekerabatan suku Batak


      Kekerabatan pada suku batak mempunyai 2 jenis, yaitu kekerabatan pada garis
keturunan dan sosiologis. Semua suku batak memiliki marga, dalam tradisi masyarakat
batak yang menjadi pengikat adalah marga (sedarah). Suku bangsa batak terbagi
menjadi 6 puak, yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak pak pak, Batak simalungun,
Batak angkola, dan Batak mandailing. Semuanya memiliki cirri khas masing masing
yang dapat membedakan jenis puak tersebut.
Kelompok kekerabatan ditentukan dari garis keturunan laki-laki, penerus untuk
harta warisan yang akan meneruskan garis keturunan (leluhur marga). Ada 416 jenis
marga termasuk didalamnya suku Nias, ini dapat diketahui dari TAROMBO, keturunan
mana dia berasal yang asal usulnya berakhir pada Si Raja batak (anak perempuan dari
keturunan Debata Mulajadi Nabolon/Tuhan pencipta bumi dan isinya). Hulahula/Mora
adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula menempati posisi yang paling dihormati
dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada
semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu
marga atau lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling
berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling
gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah,
dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan
tubu.

8
Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga
(keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau
pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat.
walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-
mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya,
semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu,
juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja
dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang
berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam
setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan
Raja ni Boru.

8. Upacara adat
Kehidupan masyarakat batak adalah kehidupan yang sangat menjunjung tinggi
adatnya. Baik sebelum lahir ke dunia maupun seorang Batak tersebut meninggal dan
menjadi tulang belulang masih ada serangkian adat yang dilakukan, bukan rumit tapi
adat batak menunjukkan bahwa DALIHAN NATOLU yang didalamnya adalah somba
marhula - hula, Elek marboru, Manat mardongan tubu dan selalu terlihat pada saat
perayaan serta syukuran dan adat yang digunakan sebagai penanda didalamnya.
Ada Beberapa macam Adat Batak Toba :
a. Upacara Adat Mangirdak atau mangganje/mambosuri boru (adat tujuh bulanan)
b. Upacara Adat Mangharoan; upacara  adat yang  dilaksanakan setelah  dua minggu 
kelahiran bayi  untuk menyambut  kedatangan  bayi tersebut  dalam keluarga
tersebut.
c. Upacara Adat Martutu aek; Adat pemberian nama kepada bayi, namun pada saat ini
sudah jarang dilakukan kepada bayi karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran
agama.
d. Upacara Adat Marhajabuan; Upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak
Toba, Marhajabuan (berumah tangga). Jenis-jenis upacara pernikahan adat batak
yaitu ; PATIUR BABA NI MUAL (Permisi dan mohon doa  restu tulang),
MARHORI HORI DINGDING (Perkenalan keluarga secara tertutup), MARHUSIP

9
(Perundingan diam diam  & Patua dan Hata  (Melamar secara resmi,
MARTOMPUL, MARTONGGO RAJA DAN MARIA RAJA (Pesta pertunangan)
e. Upacara Adat Manulangi; Upacara adat yang diberikan kepada orang tua yang
lanjut usianya dengan menyuapi/menyulangkan makanan kesukaan  oleh anak dan
cucunya.
f. Upacara adat Hamatean; Ketika seseorang  batak meninggal  disesuaikan dengan
adat  batak toba  apakah adat yang akan dibuat jika seseorang meninggal  sebagai
sari matua , saur matua,  maulibulung.
g. Upacara adat mangongkal holi; Upacara adat penggalian tulang belulang orang tua
yang telah meninggal untuk dimasukkan  kedalam tugu (monument yang lebih
bagus dari sebelumnya unuk menghormati  orang yang sudah meninggal)

9. Masakan Suku batak


Masakan Batak termasuk masakan Nusantara, yang paling sering digunakan
dalam memasak adalah andaliman (merica batak). Bahkan di tradisi orang batak banyak
menggunakan Babi ataupun daging Anjing, yang dimasak sesuai selera masing masing
dan juga menggunakan makanan yang berasal dari danau, seperti ikan hasil pancingan
para nelayan, mereka memasaknya biasanya disebut (napinadar,dipanggang,atau ikan
arsik). Jenis makanan Batak yang dapat dijumpai dan dikenal oleh masyarakat
umumnya adalah: Saksang, Arsik, Panggang, Ayam tasak telu, Manuk Napinadar,
Tangotanggo, Dengke Mas naniura, Natinombur, Mie Gomak, Na nidugu, Dali ni
horbo, Sambal tuktuk, Pagitpagit, Itak gurgur, Kue lampet, Kue Ombus ombus, Kue
Pohul pohul, Kacang sihobuk.

10. Rumah adat Suku Batak


a. Rumah adat Suku Batak Toba
Rumah adat batak toba disebut Jabu Bolon (Jabu:Rumah) dan (Bolon:Besar),
yang berbentuk panggung dengan bahan utama dari kayu, ciri khas atapnya
melengkung  dan runcing ditiap ujungnya. Gorga adalah pahatan/ukiran kayu yang
ada pada rumah adat suku Batak. Hiasan ini sendiri memiliki nama-nama tersendiri
berdasarkan bentuk ukirannya seperti Gorga simataniari (matahari); menggambarkan
matahari yang merupakan sumber kehidupan manusia. Gorga desa naualu :
menggambarkan 8 penjuru mata angin yang sangat berkaitan erat dengan aktivitas
ritual suku Batak, dan Gorga singa-singa : menggambarkan tuan rumah sebagai

10
orang yang kuat, kokoh, pemberani dan berwibawa. Gorga dituliskan dengan 3
warna; Merah Melambangkan kecerdasan  dan wawasan  yang luas, Putih
melambangkan kejujuran  yang tulus  sehingga lahir kesucian dan Hitam melahirkan
kewibawaan yang bersifat pemimpin.
b. Rumah Adat Pakpak
Rumah adat Pakpak bernama Jerro. Bentuk rumah sama seperti kebanyakan
rumah adat di Sumatera Utara yang umumnya menggunakan tangga dan tiang. Suku
Pakpak bermukim di distrik Dairi dan Pakpak Bharat.
c. Rumah Adat Mandailing
Nama rumah adat Mandailing disebut Bagas godang. Bagas berarti rumah dan
Godang berarti banyak. Suku Mandailing terletak di provinsi Sumatera Utara
berbatasan dengan provinsi Riau.
d. Rumah Adat Nias
Nama rumah adat Nias adalah Omo Sebua, dan dinamai omo Hada. Rumah
adat yang satu ini merupakan tempat tinggal bagi para kepala negara (tuhenori),
kepala desa (salawa) atau bangsawan. Rumah adat Nias dibangun diatas tiang kayu
nibung yang tinggi dan besar, serta rumbia. Bentuk denah bulat telu.
e. Rumah Adat Melayu
Rumah adat Melayu deli identik berwarna kuning dan hijau, dinding dan lantai
terbuat dari terbuat dai papan sedangkan atap terbuat dari ijuk. Suku melayu terletk
di kota meda kabupaten deli serdang, kabupaten langkat, kabupaten serdang bedagai
dan kabupaten labuhan.
f. Rumah Adat Simalungun
Nama rumah adat Simalungun disebut Rumah Bolon, hanya saja memiliki
perbedaan diatapnya yang berbentuk limas. Terletak di pematang siantar.
g. Rumah adat Angkola
Rumah adat Angkola disebut Bagas Godang dengan warna dominan hitam dan
putih.
h. Rumah adat Karo
Rumah adat Karo disebut siwaluh jabu, yang memiliki arti dihuni oleh 8
keluarga.

11
11. Aneka Legenda Suku Batak
a.       Legenda Danau Toba
b.      Patung Sigale Gale
Patung sigale gale dibuat oleh seorang raja, dan ditempatkan di sebuah pondok
kecil yang berada dihutan pada zaman dahulu, tetapi sekarang ada di kabupaten
samosir daerah simanindo. Patung ini sering dipertunjukkan untuk mengetahui
seluk beluknya dan keunikan patung tersebut.
c. Tongkat Tunggal Panalungan
Tongkat tunggal panalungan di adat batak itu sangat sakral, karena merupakan
tongkat kebesaran, dan diguanakan oleh para penetua adat batak, seperti
penyambutan.

D.    Sejarah Perkembangan Agama Suku Batak


1.      Agama Parmalim
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak,
orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah “dewa-dewa”.
Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta
kepercayaan kepada benda-benda mati dan istilah “Debata”, sombaon yang paling besar
orang Batak (kuno) disebut “Ompu Na Bolon” (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu
Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah
dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar
biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan
dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa
yang dipuja orang Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar
biasa. Untuk menekankan bahwa “Ompu Nabolon” ini sebagai kakek/nenek yang
terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi
“Mula Jadi Nabolon” atau “Tuan Mula Jadi Nabolon”. Mereka beribadah setiap hari
sabtu dan memiliki dua hari peringatan besar setiap tahunnya yaitu Sipaha Sada dan
Sipaha Lima. Sipaha Sada dilakukan saat masuk tahun baru Batak yang dimulai setiap
bulan Maret, dan Sipaha Lima yang dilakukan saat bulan Purnama antara bulan juni-
juli.

12
Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah biasanya mengunakan sorban seperti
layaknya orang muslim, sarung dan Ulos (selendang batak). Sementara yang wanitanya
bersarung dan mengonde rambut mereka. Semua acara Parmalim dipimpin langsung
oleh Raja Marnokkok Naipospos. Kakek Raja Marnokkok adalah Raja Mulia Naipospos
yang menjadi pembantu utama Sisingamangaraja XI. Kini penganut Parmalim ini
mencapai 7000 orang termasuk yang bukan orang batak. Mereka tersebar di 39 tempat
di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh Darussalam.
Kitab-Kitab Dalam Agama Parmalim;
a. Kitab Batara Guru, Kitab ini berisi seluruh rahasia Allah tentang terjadinya bumi
dan manusia beserta kodrat kehidupan dan kebijakan manusia.
b. Kitab Debata Sorisohaliapan, Kitab ini berisi tatanan hidup manusia.
c. Kitab Mangala Bulan, Kitab Mangala Bulan menerangkan tentang cerminan
kekuatan Allah.
d. Debata Asi-Asi, Kitab ini menerangkan tentang inti dari Kitab Batara Guru, Debata
Sorisohaliapan, Mangala Bulan (Debata Natolu) dan induk dari segala kitab.
e. Kitab Boru Debata, Kitab ini berisikan tentang kehidupan wanita hingga
memperoleh anak.
f. Kitab Pengobatan, Kitab ini menerangkan tentang bagaimana manusia agar selalu
sehat, bagi orang sakit menjadi sembuh, bagaimana agar dekat dengan Tuhan dan
bagaimana cara melaksanakan budaya ritual agar manusia itu sehat.
g. Falsafah Batak, Kitab ini berisi tentang adat istiadat, budaya, hukum, aksara seni
tari, seni musik terutama bidang pemerintahan kerajaan sosial ekonomi.
h. Kitab Pane Nabolon, Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan
bulan dan bintang setiap harinya.
i. Kitab Raja Uhum Manisia, Kitab ini adalah kitab yang berisi penghakiman.

2.      Agama Islam


Marco Polo, 1292 dalam kunjungannya melaporkan bahwa masyarakat batak
tidak pernah terpengaruh oleh agama- agama dari luar. Ibn Battuta mengunjungi
Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan Sultan Al-Malik Al-Dhahir, dan
masyarakat batak tidak pernah mengenal islam sebelum disebarkan oleh pedagang

13
Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang minangkabau
melakukan kawin-mawin dengan perempuan batak.
Pada masa perang paderi abad ke-19 pasukan minangkabau menyerang tanah
batak dan melakukan pengislaman besar-besaran. Setelah itu, satu persatu wilayah
Mandailing ditaklukkan oleh pasukan Paderi, yang dipimpin oleh Tuanku Rao dan
Tuanku Lelo, yang adalah putra-putra Batak sendiri. Selain kedua nama ini, ada
sejumlah orang Batak yang telah masuk Islam, ikut pasukan Paderi menyerang Tanah
Batak, yaitu Tuanku Tambusai (Harahap), Tuanku Sorik Marapin (Nasution), Tuanku
Mandailing (Lubis), Tuanku Asahan (Mansur Marpaung), Tuanku Kotapinang
(Alamsyah Dasopang), Tuanku Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar),
Tuanku Saman (Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger Siregar), Tuanku Junjungan
(Tahir Daulay) dan Tuanku Marajo (Harahap).

3.      Agama Kristen


Ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di
Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Utara). Kawasan ini masih sangat
tertutup seperti dikelilingi kabut misteri. Suku Batak Toba yang mendiaminya tetap
asyik dengan kehidupan sosial yang dicengkeram agama suku, masih pele begu,
peradaban yang cenderung primitif karena hidup dalam permusuhan, perbudakan,
penculikan, perampokan, perjudian, dan kanibalisme. Maka istilah “Jangan coba-coba
mendekati orang Batak” memaksa Burton dan Ward menarik langkah mereka mundur
dari Tanah Batak saat berkunjung Juli 1824. Burton dan Ward adalah utusan Babtist
Church of England, tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah
Batak.
Dalam perkembangannya HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) beberapa kali
mengalami peristiwa “ditinggalkan jemaat”, di mulai tahun 1927 dengan berdirinya
Mission Batak, disusul Huria Christen Batak (HCB), Punguan Kristen Batak (PKB), dan
Huria Kristen Indonesia (HKI). Pada tahun 1964 sejumlah anggota keluar dan
menamakan diri Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Atas kemelut HKBP yang
terjadi pada tahun 1990-an sejumlah anggota juga banyak yang pindah ke Gereja lain.
Menurut Almanak HKBP tahun 2007 HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di

14
Indonesia bahkan di Singapura dan Amerika Serikat. Dengan jumlah lebih dari 5 juta
jemaat HKBP di catat sebagai lembaga keagamaan dengan jumlah angota terbesar
ketiga setelah Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah.

E.     Falsafah dan sistem kemasyarakatan


Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam
kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu.

15
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk
adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakat terdiri atas beberapa suku, seperti
melayu, nias, batak toba, batak karo, simalungun, tapanuli tengah, tapanuli selatan (meliputi
sipirok, angkola, padang, bolah, dan mandailing). Serta penduduk pendatang seperti minang,
jawa, dan aceh yang bawa budaya serta adat istiadatnya sendiri.
Semua etnis memiliki budaya masing-masing, mulai dari agama, adat istiadat, upacara
adat dari daerah, jenis makanan, dan pakaian adat juga memilki suatu khas atau ciri dari setiap
daerah. Keragaman budaya tersebut sangat mendukung untuk digunakan sebagai pusat
pariwisata maupun cagar budaya di Sumatra Utara.

16
DAFTAR PUSTAKA

1.      http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
2.      http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/952/suku-batak-sumatera-utara]
3.     http://www.kidnesia.com/Kidnesia?Potret-Negriku/Teropong-Daerah/Sumatera-Utara/Seni-
Budaya/Tari-Tor-Tor

17
Gambar Ulos

Ulos mangiring Ulos sipirok

Ulos angkola

18
Rumah Bolon

Tari Tor-Tor

19
Masakan Batak

Saksang Arsik

Napinanggad Tanggotanggo

20

Anda mungkin juga menyukai