Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“KENAKALAN REMAJA”

DiSusun Oleh :
KAREL PUTRI AURELIA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan
sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul

“KENAKALAN REMAJA”

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada
tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
Memberikan manfaat.

Jambi, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tawuran............................................................................................ 3
2.2 Narkoba ........................................................................................... 5
2.3 Bullying ........................................................................................... 9
2.4 Pemalakan ....................................................................................... 19

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perilaku menyimpang tumbuh di kalangan masyarakat akibat kurang
seimbangnya masalah ekonomi, terutama terhadap para remaja Indonesia
yang sering menggunakan minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang.
Mungkin mereka kurang perhatian dari orang tua mereka atau mungkin juga
karena ajakan para pemakai atau teman-temannya.Penyalahgunaan narkoba
terhadap para pelajar SMA dan SMP berawal dari penawaran dari pengedar
narkoba. Mula-mula mereka diberi beberapa kali dan setelah mereka merasa
ketergantungan terhadap narkoba itu, maka pengedar mulai menjualnya.
Setelah mereka saling membeli narkoba, mereka disuruh pengedar untuk
mengajak teman-temannya yang lain untuk mencoba obat-obatan terlarang
tersebut.

Masa remaja, adalah masa dimana seorang manusia sedang berada


dalam pencarian jati dirinya, ingin mengenal siapa dirinya sebenarnya.
Seorang manusia dikatan remaja, jika ia sudah menginjak usia 17 tahun. Dan
dalam usia ini, seorang manusia mengalami masa yang dinamakan masa
pubertas. Saat pubertas, biasanya manusia ingin mencoba segala suatu yang
baru dalam hidupnya, muncul berbagai macam gejolak emosi, dan banyak
timbul masalah baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.

    Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh


kalangan remaja yang tindakannya menyimpang. Menurut ahli sosiologi
Kartono, Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Sedangkan menurut
Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku

1
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.”

1.2 Rumusan masalah


Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini adalah :
1. Apa itu Tawuran?
2. Apa itu Narkoba ?
3. Apa itu Bullying ?
4. Apa Itu Pemalakan ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui defenisi Tawuran
2. Untuk mengetahui definisi Narkoba
3. Untuk mengetahui apa itu Bullying
4. Untuk mengetahui apa Pemalakan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tawuran
1. Pengertian Tawuran

Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai


perkelahian yang meliputi banyak orang.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja


digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja

2. Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Tawuran Pelajar

Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar,

diantaranya :

1. Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri

2. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu :

a. Faktor Keluarga

b. Faktor Sekolah

c. Faktor Lingkungan

3. Hal Yang Menjadi Pemicu Tawuran

Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling

menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan

wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab

lainnya.

3
4. Dampak Tawuran Pelajar

Beberapa dampak negatif dari terjadinya tawuran pelajar adalah:

a. Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi

korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian.

b. Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga

apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah

warga.

c. Terganggunya proses belajar mengajar.

d. Menurunnya moralitas para pelajar.

e. Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling

menghargai.

1. Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Tawuran Pelajar

Dalam usaha mengatasi tawuran pelajar, baik pencegahan maupun

penanggulangan pasca kejadian. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:

a. Memberikan pendidikan etika dan moral untuk para pelajar.

b. Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.

c. Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya

sedang mencari jati diri.

d. Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau di

lingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat 

diwaktu luangnya.

4
e. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan

kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan

bakat dan potensi remaja.

2.2 Narkoba
1. Pengertian Narkoba

Narkoba atau napza adalah obat/bahan/zat, yang bukan tergolong


makanan. Jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikan, berpengaruh
terutama pada kerja otak (susunan saraf pusat) yang sering menyebabkan
kertergantungan. Akibatnya, kerja otak berubah (meningkat atau
menurun),sehingga dapat mengubah keadaan psikologi seseorang seperti
perubahan perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku.

2. Jenis-jenis/golongan narkoba
Adapun jenis-jenis narkoba lain antara lain :

1. Marijuana
2. Cocaine.
3. Methamphetamine.
4. Heroin.
5. Club Drugs.
a. Ecstasy.
b. Rohypnol.
3. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
 Terganggunya fungsi otak  dan perkembangan normal remaja
seperti Daya ingat sehingga mudah lupa,Perhatian sehingga sulit
berkonsentrasi,Presepsi sehingga memberi perasaan
semu/khayal,Motivasi sehingga keinginan dan kemampuan belajar
merosot

5
 Keracunan yakni gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba dalam
jumlah yang cukup banyak, berpengaruh pada tubuh dan perilakunya.
Gejalanya tergantung pada jenis, jumlah, dan cara penggunaan.
 Overdosis dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan
atau perdarahan otak. Overdosis terjadi karena toleransi sehingga perlu
dosis yang lebih besar, atau karena sudah lama berhenti pakai, lalu
memakai lagi dengan dosis yang dahulu digunakan.
 Gangguan perilaku/mental-sosial yakni acuh tak acuh, sulit
mengendalikan diri, mudah tersinggung, marah, menarik diri dari
pergaulan, serta hubungan dengan keluarga/sesama terganggu. Terjadi
perubahan mental: gangguan pemutusan perhatian, motivasi belajar/
bekerja lemah, ide paranoid.
 Gangguang kesehatan yakni kerusakan atau gangguan fungsi organ
tubuh seperti hati, jantung, paru, ginjal, kelenjar endokrin, alat
reproduksi, penyakit kulit dan kelam1n.
 Kendornnya nilai-nilai yakni kendornya nilai-nilai kehidupan agama-
sosial-budaya, seperti perilaku seks bebas dengan akibatnya (penyakit
kelam1n dan kehamilan yang tidak diinginkan). Sopan santun hilang. Ia
menjadi asosial, mementingkan diri sendiri, dan tidak memperdulikan
orang lain.
 Masalah ekonomi dan hukum yakni pecandu terlibat hutang.
 Suasana nyaman dan tentram terganggu.
 Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses
belajar.

2.6 ciri-ciri pengguna narkoba

1. Perubahan fisik dan lingkungan sehar-hari : jalan sempoyongan;


penampilan dunguk; bicara tidak jelas; mata merah; kurus dan nyeri
tulang.

6
2. Perubahan psikologis :gelisah, bingung, apatis, suka menghayal, dan
linglung.
3. Perubahan prilaku sosial :menghindari kontak mata langsung; suka
melawan; mudah tersinggung; ditemukan obat-obatan, jarum suntik dalam
kamar/ tas; suka berbohong; suka bolos sekolah; malas belajar, suka
mengurung diri di kamar.

2.7 Upaya Penanggulanggan Narkoba

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut:
1. Prefentif
Pendidikan Agama sejak dini,Pembinaan kehidupan rumah tangga yang
harmonis dengan penuh perhatian dan kasih sayang,Menjalin komunikasi
yang konstruktif antara orang tua dan anak,Orang tua memberikan teladan
yang baik kepada anak-anak,Anak-anak diberikan pengetahuan sedini
mungkin tentang narkoba, jenis, dan dampak negatifnya
2. TindakkanHukum
Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan Undang-Undang dan
peraturan disertai tindakkan nyata demi keselamatan generasi muda
penerus dan pewaris bangsa. Sayangnya KUHP belum mengatur tentang
penyalah gunaan narkoba, kecuali UU No :5/1997 tentang Psikotropika
dan UU no: 22/1997 tentang Narkotika. Tapi kenapa hingga saat ini
penyalah gunaan narkoba semakin meraja lela ? Mungkin kedua Undang-
Undang tersebut perlu di tinjau kembali relevansinya atau menerbitkan
kembali Undang-Undang yang baru yang mengatur tentang
penyalahgunaan narkoba ini.
3. Rehabilitasi
Didirikan pusat-pusat rehabilitasi berupa rumah sakit atau ruang rumah
sakit secara khusus untuk mereka yang telah menderita ketergantungan.

7
Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa alternative penanggulangan yang
dapat kami tawarkan:
a. Penanggulangan secara nasional, yang teramat penting adalah
pelaksanaan Hukum yang tidak pandang bulu, tidak pilih kasih.
b. Khusus untuk penanggulangan narkoba di sekolah agar kerja sama
yang baik antara orang tua dan guru diaktifkan.
c. Polisi dan aparat terkait agar secara rutin melakukan razia mendadak
terhadap berbagai diskotik, karaoke dan tempat-tempat lain yang
mencurigakan sebagai tempat transaksi narkoba.
d. Pihak Departemen Kesehatan bekerjasama dengan POLRI untuk
menerbitkan sebuah booklet yang berisikan tentang berbagai hal yang
terkait dengan narkoba. Misalnya apakah narkoba itu, apa saja yang
digolongkan kedalam narkoba, bahayanya, kenapa orang
mengkomsumsi narkoba, tanda- tanda yang harus diketahui pada
orang- orang pemakai narkoba cara melakukan upaya preventif
terhadap narkoba.
e. Kerja sama dengan tokoh-tokoh agama perlu dieffektifkan kembali
untuk membina iman dan rohani para umatnya agar dalam setiap
kotbah para tokoh agama selalu mengingatkan tentang bahaya narkoba.
f. Seperti di Australia, misalnya pemerintah sudah memiliki komitmen
untuk memerangi narkoba. Karena sasaran narkoba adalah anak-anak
usia 12-20 tahun, maka solusi yang ditawarkan adalah komunikasi
yang harmonis dan terbuka antara orang tua dan anak-anak mereka.
Booklet tentang narkoba tersebut dibagi-bagikan secara gratis kepada
semua orang dan dikirin lewat pos kealamat-alamat rumah, aparteman,
hotel, sekolah-sekolah dan lain-lain. Sehubungan dengan kasus ini,
maka keluarga adalah kunci utama yang sangat menentukan terlibat
atau tidaknya anak-anak pada narkoba.

8
2.3 Bullying

1. Definisi Bullying

Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris.


Bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang
mengganggu orang yang lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia
yang seringkali dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena
bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan,
pemalakan, pengucilan, atau intimidasi.

Bullying merupakan serangan berulang secara fisik, psikologis,


sosial, ataupun verbal, yang dilakukan dalam posisi kekuatan yang secara
situasional didefinisikan untuk keuntungan atau kepuasan mereka
sendiri. Bullying merupakan bentuk awal dari perilaku agresif yaitu
tingkah laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui kata-kata,
ataupun kombinasi dari ketiganya. Hal itu bisa dilakukan oleh kelompok
atau individu. Pelaku mengambil keuntungan dari orang lain yang dilihatnya
mudah diserang. Tindakannya bisa dengan mengejek nama, korban
diganggu atau diasingkan dan dapat merugikan korban.

2. Jenis – Jenis Perbuatan Bullying

Barbara Coloroso (2006:47-50) membagi jenis-jenis bullying


kedalam empat jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Bullying secara verbal; perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, terror, surat-surat
yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk
yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya.
2. Bullying secara fisik; yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli,
menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan
merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas.
3. Bullying secara relasional; adalah pelemahan harga diri korban secara

9
sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran.
4. Bullying elektronik; merupakan bentuk perilaku bullying yang
dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone,
internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya
ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi,
gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi,
menyakiti atau menyudutkan.

Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak menggunakan bullying secara


fisik dan anak wanita banyak menggunakan bullying relasional/emosional, namun
keduanya sama-sama menggunakan bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan
dengan pola sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso,
2006:51).

3. Faktor yang Menyebabkan Perilaku Bullying

Pada umumnya, anak-anak korban bullying memiliki salah satu atau


beberapa faktor resiko berikut:

1. Dianggap “berbeda”, misalnya memiliki ciri fisik tertentu yang


mencolok seperti lebih kurus, gemuk, tinggi, atau pendek
dibandingkan dengan yang lain, berbeda dalam status ekonomi,
memiliki hobi yang tidak lazim, atau menjadi siswa/siswi baru,

2. Dianggap lemah atau tidak dapat membela dirinya.

3. Memiliki rasa percaya diri yang rendah.

4. Kurang populer dibandingkan dengan yang lain, tidak memiliki


banyak teman.

Menurut psikolog Seto Mulyadi, Bullying disebabkan karena :

1. Menurutnya, saat ini remaja di Indonesia penuh dengan tekanan.


Terutama yang datang dari sekolah akibat kurikulum yang padat dan

10
teknik pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga sulit bagi remaja untuk
menyalurkan bakat nonakademisnya Penyalurannya dengan kejahilan-
kejahilan dan menyiksa.

2. Budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat juga dapat


menjadi salah satu penyebab bullying sebagai wujudnya adalah timbul
budaya senioritas, yang bawah harus menurut denganyang atas.

Pengaruh media, tayangan televisi yang bebas di Indonesia, dari film


kartun hiburan anak- anak, adegan di sinetron, berita kekerasan di daerah
lain yang dapat dilihat secara bebas oleh anak-anak dapat memberikan
mereka contoh perilaku kekrasan yang akan ia praktekkan di sekolah.
Atau bila ia melihat hal itu secara terus menerus maka keempatiannya
terhadap perilaku kekerasan itu makin memudar, ia akan menganggap
kekerasan itu adalah hal yang wajar.

4.Dampak yang Didapat Akibat Dari Perilaku Bullying

Bullying memiliki berbagai dampak negatif yang dapat dirasakan


oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik pelaku, korban,
ataupun orang-orang yang menyaksikan tindakan bullying. Hasil studi
yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center
Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat
membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi
belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila
bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-
esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik
diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak
aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan
remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri
(commited suicide).

Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa

11
korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu
korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri,
terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap
orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut
kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung tidak
mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol
hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.

Terkait dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks (1993, dalam


Northwest Regional Educational Laboratory, 2001; dan dalam Anesty,
2009) menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi terhadap
rendahnya tingkat kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya
self-esteem, tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan
orang dewasa. Dampak negatif bullying juga tampak pada penurunan skor
tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa. Berbagai penelitian juga
menunjukkan hubungan antara bullying dengan meningkatnya depresi dan
agresi.

Dampak bagi pelaku, Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) National


Youth Violence Prevention mengemukakan bahwa pada umumnya, para
pelaku ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang
tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap
kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan impulsif,
toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku bullying ini memiliki
kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati
terhadap targetnya. Apa yang diungkapkan tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Coloroso (2006:72) mengungkapkan bahwa siswa akan
terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan
hubungan yang sehat, kurang cakap untuk memandang dari perspektif lain,
tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai
sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan
datang.

12
Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa
mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus-menerus
tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya
perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.

Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying (bystanders).


Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang
menjadi penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang
diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan
bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan
beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun
dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

Selain dampak-dampak bullying yang telah dipaparkan di atas,


penelitian- penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun luar negeri
menunjukkan bahwa bullying mengakibatkan dampak-dampak negatif
sebagai berikut:

Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian


(Rigby K. 2003). Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif
karena korbam merasa tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu
dirinya juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus dalam
membina pertemanan, yaitu di bully oleh teman dekatnya sendiri (Ratna
Djuwita, dkk , 2005).

Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku,


dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan ada
yang menyilet-nyilet tangannya (Ratna Djuwita, dkk , 2005).

1. Membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah (Forero et


all.1999).

2. Keinginan untuk bunuh diri (Kaltiala-Heino, 1999).

3. Kesulitan konsentrasi; rasa takut berkepanjangan dan depresi (Bond,


2001).

13
4. Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis (Banks R.,
1993).

5. Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai


dewasa, akan berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk
membangun dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.

6. Korban akan merasa rendah diri, tidak berharga (Rigby, K, 1999).

7. Gangguan pada kesehatan fisik: sakit kepala, sakit tenggorokan, flu,


batuk- batuk, gatal-gatal, sakit dada, bibir pecah-pecah (Rigby, K,
2003).

Berdasarkan paparan di atas, dapat kita lihat bahwa bullying


memiliki dampak yang luas terhadap semua orang yang terlibat di
dalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka
pendek dan dalam jangka panjang.

5. Upaya Pencegahan Bullying

Pertama. Membantu anak-anak mengetahui dan memahami bullying.


Dengan menambah pengetahuan anak-anak mengenai bullying, mereka
dapat lebih mudah mengenali saat bullying menimpa mereka atau
orang-orang di dekat mereka. Selain itu anak-anak juga perlu dibekali
dengan pengetahuan untuk menghadapi bullying dan bagaimana mencari
pertolongan.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman anak


mengenai bullying, diantaranya:

1. Memberitahu pada anak bahwa bullying tidak baik dan tidak dapat
dibenarkan dengan alasan maupun tujuan apapun. Setiap orang layak
diperlakukan dengan hormat, apapun perbedaan yang mereka
miliki.

2. Memberitahu pada anak mengenai dampak- dampak bullying

14
bagi pihak-pihak yang terlibat maupun bagi yang menjadi “saksi bisu”.

Kedua. Memberi saran mengenai cara-cara menghadapi bullying.


Setelah diberikan pemahaman mengenai bullying, anak-anak juga perlu
dibekali pengetahuan dan keterampilan ketika mereka menjadi sasaran dari
bullying agar dapat menghadapinya dengan aman tanpa menggunakan cara-
cara yang agresif atau kekerasan, yang dapat semakin memperburuk
keadaan. Cara-cara yang dapat digunakan, misalnya dengan mengabaikan
pelaku, menjauhi pelaku, atau menyampaikan keberatan mereka terhadap
pelaku dengan terbuka dan percaya diri. Mereka juga dapat menghindari
bullying dengan berada di sekitar orang-orang dewasa, atau sekelompok
anak-anak lain. Apabila anak menjadi korban bullying dan cara-cara di atas
sudah dilakukan namun tidak berhasil, mereka sebaiknya didorong untuk
menyampaikan masalah tersebut kepada orang-orang dewasa yang mereka
percayai, baik itu guru di sekolah maupun orangtua atau anggota keluarga
lainnya di rumah.

Ketiga. Membangun hubungan dan komunikasi dua arah dengan


anak. Biasanya pelaku bullying akan mengancam atau mempermalukan
korban bila mereka mengadu kepada orang lain, dan hal inilah yang
biasanya membuat seorang korban bullying tidak mau mengadukan
kejadian yang menimpa mereka kepada orang lain. Oleh karena itu, sangat
penting untuk senantiasa membangun hubungan dan menjalin komunikasi
dua arah dengan anak, agar mereka dapat merasa aman dengan menceritakan
masalah yang mereka alami dengan orang- orang terdekat mereka, dan tidak
terpengaruh oleh ancaman-ancaman yang mereka terima dari para pelaku
bullying. Dalam kehidupan masa kini yang serba sibuk dan penuh aktivitas,
semakin sulit bagi para orangtua dan anggota keluarga untuk

Keempat, mendorong mereka untuk tidak menjadi “saksi bisu”


dalam kasus bullying. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan pada
anak-anak sekolah dasar di Kanada, sebagian besar kasus bullying dapat
dihentikan dalam 10 detik setelah kejadian tersebut berlangsung berkat

15
campur tangan saksi –anak anak lain yang hadir saat kejadian tersebut
berlangsung- misalnya dengan membela korban bullying melalui kata-kata
ataupun secara fisik (memisahkan korban dengan pelaku). Anak-anak yang
menyaksikan kasus bullying juga dapat membantu dengan cara:

1. Menemani atau menjadi teman bagi korban bullying, misalnya dengan


mengajak bermain atau berkegiatan bersama.

2. Menjauhkan korban dari situasi-situasi yang memungkinkan ia


mengalami bullying.

3. Mengajak korban bicara mengenai perlakuan yang ia terima,


mendengarkan ia bercerita dan mengungkapkan perasaannya.

4. Apabila dibutuhkan, membantu korban mengadukan permasalahannya


kepada orang dewasa yang dapat dipercaya.

Kelima. Membantu anak menemukan minat dan potensi mereka.


Dengan mengetahui minat dan potensi mereka, anak-anak akan terdorong
untuk mengembangkan diri dan bertemu serta berteman dengan orang-orang
yang memiliki minat yang sama. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya
diri dan mendukung kehidupan sosial mereka sehingga membantu
melindungi mereka dari bullying.

Terhadap anak-anak yang berisiko terkena bullying atau menjadi


korban bullying, lakukan langkah berikut ini :

1. Jangan membawa barang-barang mahal atau uang berlebihan.


Merampas, merusak, atau menyandera barang-barang korban adalah
tindakan yang biasanya dilakukan pelaku bullying. Oleh karena itu,
sebisa mungkin jangan beri mereka kesempatan membawa barang
mahal atau uang yang berlebihan ke sekolah.

2. Jangan sendirian. Pelaku bullying melihat anak yang menyendiri


sebagai “mangsa” yang potensial. Oleh karena itu, jangan sendirian di
dalam kelas, di lorong sekolah, atau tempat-tempat sepi lainnya. Kalau
memungkinkan, beradalah di tempat di mana guru atau orang dewasa

16
lainnya dapat melihat. Akan lebih baik lagi, jika anak tersebut bersama-
sama dengan teman, atau mencoba berteman dengan anak-anak
penyendiri lainnya.

3. Jangan cari gara-gara dengan pelaku bullying.

4. Jika anak tersebut suatu saat terperangkap dalam situasi bullying,


kuncinya adalah tampil percaya diri.

5. Jangan memperlihatkan diri seperti orang yan lemah atau ketakutan.

6. Harus berani melapor pada orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya
yang dipercayainya. Ajaklah anak tersebut untuk berani bertindak dan
mencoba

Keenam. Memberi teladan lewat sikap dan perilaku. Sebaik dan


sebagus apapun slogan, saran serta nasihat yang mereka dapatkan, anak akan
kembali melihat pada lingkungan mereka untuk melihat sikap dan perilaku
seperti apa yang diterima oleh masyarakat. Walaupun tidak terlihat
demikian, anak-anak juga memerhatikan dan merekam bagaimana orang
dewasa mengelola stres dan konflik, serta bagaimana mereka
memperlakukan orang-orang lain di sekitar mereka. Apabila kita ingin ikut
serta dalam memerangi bullying, hal paling sederhana yang dapat kita
lakukan adalah dengan tidak melakukan bullying atau hal-hal lain
yang mirip dengan bullying. Disadari maupun tidak, orang dewasa juga
dapat menjadi korban ataupun pelaku bullying, misalnya dengan melakukan
bullying di tempat kerja, ataupun melakukan kekerasan verbal terhadap
orang-orang di sekitar kita.

Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying:

1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri,


terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di
dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi
mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying.
Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis. Pertahanan diri

17
Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda,
berlari), kesehatan yang prima. Pertahanan diri Psikis : rasa percaya
diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa sederhana, kemampuan
melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah.

2. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak


menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu,
selain kemampuan mempertahankan diri secara psikis. Maka yang
diperlukan adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap
beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap mendampingi)
anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.

3. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali


kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap
beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan atau meminta
pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja
bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan
yang terus berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.

4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan


sebaya atau dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman,
diharapkan anak tidak terpilih menjadi korban bullying karena :

a) Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar


bahwa temannya pelaku bullying pada teman lainnya.

b) Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena


si anak memiliki banyak teman yang mungkin sekali akan membela
si anak.

c) Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau
pengasuh atau lainnya, akan memudahkan anak ketika ia
mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.

Penanganan buat anak yang menjadi pelaku Bullying:

1. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa

18
tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari
tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan
tuntas.

2. Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi


penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri
tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan
oleh dendam karena pernah menjadi korban.Demikian juga bila pelaku
disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda.

3. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.

2.4 Pemalakan
1. Definisi Pemalakan

Pemalakan adalah suatu tindakan kriminal yang merugikan orang lain


dengan cara   paksa ,Bahasa lainya adalah NARGET,MAJEG  hal ini sudah
sering terjadi dimanapun tempat terutama di kota-kota besar ,
Di Indonesia, gejala pemalakan di sekolah-sekolah semakin meningkat
frekuensinya. Hampir setiap sekolah terjadi peristiwa pemalakan, mulai dari
sekedar menggoda sampai menyakiti fisik. Pemalakan (tindakan
mengganggu, menggertak) merupakan bentuk perilaku anti-sosial yang
diiringi dengan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti
seseorang atau sekelompok orang sehingga korban merasa tertekan, trauma,
dan tidak berdaya. Bukti-bukti penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
pemalakan lebih lazim dilakukan dan memberi dampak yang lebih merusak
bagi jiwa anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.

2. Akibat yang ditimbulkan


Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja ada 3
antara lain :
a. Bagi diri remaja itu sendiri

19
Akibat dari kenakalan yang dia lakukan akan berdampak bagi
dirinya sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan  mental, walaupun
perbuatan itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua
hanya kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang dilakukan yang
dampaknya bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit
karena karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dalam segi
mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan mengantarnya
kepada memtal-mental yang lembek, berfikirnya tidak stabil dan
keperibadiannya akan terus menyimpang dari segi moral dan endingnya
akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus
berlangsung selama tidak ada yang mengarahkan.

b. Bagi keluarga 
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi
tulang punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi
bekerja. Dan oleh para orang tuanya apabila anaknya berkelakuan
menyimpang dari ajaran agama akan berakibat terjadi ketidak
harmonisan didalam kekuarga, komunikasi antara orang tua dan anak
akan terputus. Dan tentunya ini sangat tidak baik,  Sehingga
mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang
serta menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk
bersenang-senang dengan jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi
narkoba dan narkotika. Dan menyebabkan keluarga merasa malu serta
kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Yang mana
kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya saja
terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.

c. Bagi lingkungan masyarakat


Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering
bertemu orang dewasa atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah
ataupun ditempat lainnya, yang mana nantinya apapun yang dilakukan

20
oleh orang dewasa ataupun orang tua itu akan menjadi panutan bagi
kaum remaja. Dan apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan
dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga. Sehingga
masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran,
mabuk-mabukkan ataupun mengganggu ketentraman masyarakat
mereka dianggap remaja yang memiliki moral rusak. Dan pandangan
masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek Dan untuk
merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang
lama dan hati yang penuh keikhlasan.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat
secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile
court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Kenakalan remaja meliputi
semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan
orang-orang di sekitarnya.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berupa krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor
eksternal berupa kurangnya perhatian dari orang tua; minimnya pemahaman
tentang keagamaan; pengaruh dari lingkungan sekitar dan pengaruh budaya
barat serta pergaulan dengan teman sebaya, dan tempat pendidikan. Untuk
menanggulanginya Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga
mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap
ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya.


http://basando.blogspot.com/2018/11/pemalakan.html
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/BK-Psikologi/article/view/4815
https://bnn.go.id/pengertian-narkoba-dan-bahaya-narkoba-bagi-kesehatan/
https://pelayananpublik.id/2021/08/30/apa-itu-tawuran-faktor-penyebab-jenis-
dan-cara-mengatasinya/
Kartini Kartono. (2005). Patologi Sosial 2; Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali
Pers.
Santrock. J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja.(edisi keenam)
Jakarta: Erlangga.

23

Anda mungkin juga menyukai