Anda di halaman 1dari 9

Penjelasan mengenai etnografi pada suku Batak akan dibahas lebih dalam

dalam 7 unsur kebudayaan di bawah ini :


1. BAHASA
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang terutama
dipertuturkan
di
daerah
sekitar Danau
Toba dan
sekitarnya,
meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli utara, dan Toba
samosir, sumatera Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk
dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok
bahasa-bahasa Batak. Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih
2.000.000 orang penutur Bahasa Batak Toba, yang tinggal di bagian barat
dan selatan Danau Toba. Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah
menggunakan aksara Batak, namun saat ini para penuturnya hampir
selalu menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya.
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak
menggunakan beberapa logat :
Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo
Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak
Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun
Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing

Selain itu, bahasa Batak bisa dibagi menjadi beberapa kelompok:


Bahasa Batak Utara (Bahasa Alas & Bahasa Karo)
Bahasa Batak Selatan (Bahasa Angkola - Mandailing, Pakpak Dairi, Simalungun, Toba)

2. SISTEM PENGETAHUAN
Sistem pengetahuan pada suku Batak akan dijelaskan mengenai
pengetahuan masyarakat Batak dalam memasak dan membuat
rumah. Masakan adat Batak jenis masakan yang dipengaruhi seni suku
batak, dan termasuk masakan Nusantara. Yang paling sering digunakan
dalam memasak sebuah pesta adalah andaliman (merica batak). Bahkan
di tradisi orang batak banyak menggunakan Babi ataupun daging Anjing,
yang dimasak sesuai selera masing masing dan juga menggunakan
makanan yang berasal dari danau, seperti ikan ikanan yaitu hasil
pancingan para nelayan, mereka memasaknya biasanya disebut
(napinadar,dipanggang atau ikan arsik). Jenis makanan Batak yang dapat
dijumpai
dan
dikenal
oleh
masyarakat
umumnya
adalah Saksang, Arsik Panggang, Ayam
tasak
telu, Manuk
Napinadar, Tangotanggo, Dengke
Mas
naniura, Natinombur, Mie
Gomak, Na
nidugu, Dali
ni
horbo, Sambal
tuktuk, Pagitpagit, Itak
gurgur,Kue lampet, Kue Ombus ombus, Kue Pohul pohul, Kacang sihobuk.
Sedangkan pengetahuan pada masyarakat Batak mengenai
pembuatan rumah memiliki cirri khas tersendiri. Rumah adat batak toba
disebut juga RUMAH BOLON yang berbentuk panggung dengan bahan
utama dari kayu, dengan ciri khas atapnya yang melengkung dan runcing
ditiap ujungnya. Rumah adalah hal yang terpenting, dibuat dengan
formasi berbentuk segi empat, dipadu tiang dan dinding yang kuat. Makna
dari pondasi ini sendiri adalah saling kerja sama demi memikul
yang berat. Gorga adalah pahatan/ukiran kayu yang ada pada rumah adat

suku Batak. Hiasan ini sendiri memiliki nama-nama tersendiri berdasarkan


bentuk ukirannya seperti penjelasan di bawah ini :
a. Gorga simataniari (matahari) : menggambarkan matahari yang
merupakan sumber kehidupan manusia.
b. Gorga desa naualu : menggambarkan 8 penjuru mata angin yang
sangat berkaitan erat dengan aktivitas ritual suku Batak
c. Gorga singa-singa : menggambarkan tuan rumah sebagai orang yang
kuat, kokoh, pemberani dan berwibawa.
Gorga dituliskan dengan 3 warna yaitu merah, melambangkan
kecerdasan dan
wawasan yang
luas.Putih, melambangkan
kejujuran yang
tulus sehingga
lahir
kesucian. Hitam, melahirkan
kewibawaan yang bersifat pemimpin. Rumah adat bagi orang Batak
didirikan bukan hanya sekedar tempat bemaung dan berteduh dari hujan
dan panas terik matahari semata tetapi sebenanya sarat dengan nilai
filosofi yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman hidup. Beragam
pengertian dan nilai luhur yang melekat dan dikandung dalam rumah adat
tradisional yang mestinya dapat dimaknai dan dipegang sebagai
pandangan hidup dalam tatanan kehidupan sehari-hari, dalam rangka
pergaulan antar individu.
3. ORGANISASI SOSIAL DAN SISTEM KEKERABATAN
a.
Pernikahan
Garis besar tata cara dan urutan pernikahan adat batak Na Gok
adalah sebagai berikut :

Mangarisika

Marhori-hori Dinding/marhusip

MarhataSinamot

Pudun Sauta

Martonggo Raja atau Maria Raja

Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)

Pesta Unjuk

Mangihut di ampang (dialap jual)

Ditaruhon Jual

Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si


Panganon)

Paulak Unea

Manjahea

Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga)


b.
Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah
pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya
satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga. Ada pula kelompok
kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan
pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu
misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang

masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang


anggotanya sudah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal
tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang
selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak
didasarkan pada empat prinsip yaitu : perbedaan tigkat umur, perbedaan
pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.
4. SISTEM TEKNOLOGI DAN PERALATAN HIDUP
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat
sederhana
yang
dipergunakan
untuk
bercocok
tanam
dalam
kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo),
tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani.
Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit
(sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur
(sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi
lainnya yaitu kain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai
banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.
5. SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah
dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap
kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah
ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Perternakan juga salah
satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi,
babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian
penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang.
Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, yang ada kaitanya
dengan pariwisata.
6. SISTEM RELIGI
Kehidupan masyarakat batak adalah kehidupan yang sangat
menjujunjung tinggi upacara adatnya.Bahkan sebelum lahir ke dunia pun
sudah melakoni adat sampai seorang Batak tersebut meninggal dan
menjadi tulang belulang masih ada serangkian adat, bukan rumit tapi
adat batak menunjukkan bahwa DALIHAN NATOLU yang didalamnya
adalah somba marhula - hula, Elek marboru, Manat mardongan tubu dan
selalu terlihat pada saat perayaan serta syukuran dan adat yang
digunakan sebagai penanda didalamnya. Beberapa macam Adat Batak
Toba :
Upacara Adat Mangirdak atau mangganje/mambosuri boru (adat tujuh
bulanan)
Upacara Adat Mangharoan
Upacara adat mangharoan adalah upacara adat yang dilaksanakan
setelah dua minggu kelahiran bayi untuk menyambut kedatangan bayi
tersebut dalam keluarga tersebut
Upacara Adat Martutu aek
Adat pemberian nama kepada bayi
Upacara Adat Marhajabuan


Upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba,
Marhajabuan (berumah tangga). Jenis-jenis upacara pernikahan adat
batak yaitu PATIUR BABA NI MUAL (Permisi dan mohon doa restu tulang),
MARHORI HORI DINGDING (Perkenalan keluarga secara tertutup),
MARHUSIP (Perundingan diam diam & Patua) dan Hata (Melamar secara
resmi), MARTOMPUL dan MARTONGGO RAJA DAN MARIA RAJA (Pesta
pertunangan).

Upacara Adat Manulang


Upacara adat yang diberikan kepada orang tua yang lanjut usianya
dengan menyuapi/menyulangkan makanan kesukaan oleh anak dan
cucunya.
Upacara adat Hamatean
Ketika seseorang batak meninggal disesuaikan dengan adat batak
toba apakah adat yang akan dibuat jika seseorang meninggal sebagai
sari matua , saur matua, maulibulung.
Upacara adat mangongkal holi
Upacara adat penggalian tulang belulang orang tua yang telah
meninggal untuk dimasukkan kedalam tugu (monument yang lebih bagus
dari sebelumnya unuk menghormati orang yang sudah meninggal)
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke
tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan
istilah dewa-dewa. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah
kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada bendabenda mati. Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah
leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang
tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti
dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali
dengan aktifitas manusia.
Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan
istilah Debata, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut
Ompu Na Bolon (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada
awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah
dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki
kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi
setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu;
Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak kuno
sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk
menekankan bahwa Ompu Nabolon ini sebagai kakek/nenek yang
terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu
Nabolon menjadi Mula Jadi Nabolon atau Tuan Mula Jadi Nabolon.
Mereka beribadah setiap hari sabtu dan memiliki dua hari
peringatan besar setiap tahunnya yaitu Sipaha Sada dan Sipaha Lima.
Sipaha Sada ini dilakukan saat masuk tahun baru Batak yang dimulai
setiap bulan Maret. Dan Sipaha Lima yang dilakukan saat bulan Purnama
yang dilakukan antara bulan juni-juli.
Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah biasanya mengunakan
sorban seperti layaknya orang muslim, sarung dan Ulos (selendang
batak). Sementara yang wanitanya bersarung dan mengonde rambut
mereka. Semua acara Parmalin dipimpin langsung oleh Raja Marnokkok

Naipospos. Kakek Raja Marnokkok adalah Raja Mulia Naipospos yang


menjadi pembantu utama Sisingamangaraja XI. Kini penganut Parmalin ini
mencapai 7000 orang termasuk yang bukan orang batak. Mereka tersebar
di 39 tempat di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh Darussalam.
Kitab-Kitab Dalam Agama Parmalim
a. Kitab Batara Guru, Kitab ini berisi seluruh rahasia Allah tentang
terjadinya bumi dan manusia beserta kodrat kehidupan dan kebijakan
manusia.
b. Kitab Debata Sorisohaliapan, Kitab ini berisi tatanan hidup manusia.
c. Kitab Mangala Bulan, Kitab Mangala Bulan menerangkan tentang
cerminan kekuatan Allah.
d. Debata Asi-Asi, Kitab ini menerangkan tentang inti dari Kitab Batara Guru,
Debata Sorisohaliapan, Mangala Bulan (Debata Natolu) dan induk dari
segala kitab
e. Kitab Boru Debata, Kitab ini berisikan tentang kehidupan wanita hingga
memperoleh anak.
f. Kitab Pengobatan
g. Falsafah Batak, Kitab ini berisi tentang adat istiadat, budaya, hukum,
aksara seni tari, seni musik terutama bidang pemerintahan
kerajaan, sosial dan ekonomi.
h. Kitab Pane Nabolon (Pengetahuan tentang bulan dan bintang)
i. Kitab Raja Uhum Manisia, Kitab ini adalah kitab yang berisi penghakiman.
Sedangkan pada agama samawi seperti agama Islam memiliki
perbedaan sejarah pada masyarakat Batak. Peradaban Islam diawali
dari Perang Paderi Sumatera Barat yang berawal dari pertentangan antara
kaum adat dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia
Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut
masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu. Setelah
kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin
menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara
kaum adat dan kaum ulama, yang bereskalasi kepada konflik bersenjata.
Karena tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta
bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira. Maka pecahlah
Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai 1833. Selama
berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya
berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang
Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 1820 dan kemudian
mengIslamkan Tanah Batak selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di
beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam.
Agama Islam yang masuk ke Mandailing dinamakan oleh penduduk
setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya
datang dari Bonjol. Seperti juga di Jawa Timur dan Banten rakyat
setempat yang tidak mau masuk Islam, menyingkir ke utara dan bahkan
akibat agresi kaum Paderi dari Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri
sampai Malaya. Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam
keturunan marga Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang
anak hasil incest (hubungan seksual dalam satu keluarga) dari keluarga
Singamangaraja X.

Penyebaran Mazhab Hambali dimulai tahun 1804 dengan


pemusnahan keluarga Kerajaan Pagarruyung di Suroaso, yang menolak
aliran baru. Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1 Ramadhan 1231 H
(tahun 1816 M), dengan penyerbuan terhadap benteng Muarasipongi
yang dipertahankan oleh Marga Lubis. 5.000 orang dari pasukan berkuda
ditambah 6.000 infanteri meluluhlantakkan benteng Muarasipongi, dan
seluruh penduduknya dibantai tanpa menyisakan seorangpun. Kekejaman
ini sengaja dilakukan dan disebarluaskan untuk menebarkan teror dan
rasa takut agar memudahkan penaklukkan. Setelah itu, satu persatu
wilayah Mandailing ditaklukkan oleh pasukan Paderi, yang dipimpin oleh
Tuanku Rao dan Tuanku Lelo, yang adalah putra-putra Batak sendiri. Selain
kedua nama ini, ada sejumlah orang Batak yang telah masuk Islam, ikut
pasukan Paderi menyerang Tanak Batak, yaitu Tuanku Tambusai
(Harahap), Tuanku Sorik Marapin (Nasution), Tuanku Mandailing (Lubis),
Tuanku Asahan (Mansur Marpaung), Tuanku Kotapinang (Alamsyah
Dasopang), Tuanku Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar),
Tuanku Saman (Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger Siregar), Tuanku
Junjungan (Tahir Daulay) dan Tuanku Marajo (Harahap).
Agama Kristen, ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara
sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah
Batak (Utara). Kawasan ini masih sangat tertutup seperti dikelilingi kabut
misteri. Suku Batak Toba yang mendiaminya tetap asyik dengan
kehidupan sosial yang dicengkeram agama suku, masih pele begu,
peradaban yang cenderung primitif karena hidup dalam permusuhan,
perbudakan, penculikan, perampokan, perjudian, dan kanibalisme. Maka
istilah Jangan coba-coba mendekati orang Batak memaksa Burton dan
Ward menarik langkah mereka mundur dari Tanah Batak saat berkunjung
Juli 1824. Burton dan Ward adalah utusan Babtist Church of England,
tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah Batak.
Secara umum Pekabaran Injil di dunia adalah mengkuti pembukaan
segala benua melalui gerakan imperialisme dan kolonialisme. Maka, tak
heran apabila mesionaris perintis di Tanah Batak tertahan di Sipirok dan
Angkola yang sudah masuk dalam penaklukan Belanda, belum masuk ke
Tanah Batak sebelum daerah itu betul-betul masuk dalam kekuasaan
Belanda .
Setelah Burton-Ward dan Munson-Lyman, misionaris perintis lain
yang menyusul adalah Gerrit van Asselt. Dia diutus Ds Wetteven dari kota
Ermello, Belanda, tiba di Sumatra Mei 1856 dan berpos di Sipirok ,1857.
Organisasi yang megirimkan Gerrit van Asselt sangat kecil, bahkan dalam
buku Sejarah Gereja, karangan Dr.H .Berkog dan Dr. IH Enklar sama sekali
tidak disebut-sebut. Ada yang mencatat Zending Ermello berada di bawah
naungan Nederlandse Zendingsvereniging (NZV). Akan tetapi, karena NZV
baru berdiri pada tahun 1856, besar kemungkinan Zending Ermello
berada di bawah naungan Nederandse Zending-Genootschap (NZG) yang
berdiri pada tahun 1797, sebuah organisasi Zending dari mana NZV
berasal.
Koster dan van Dalen ditempatkan di Pargarutan. Van Dallen
kemudian pindah ke Simapilapil. Dammerbooer jadi opzichter di sekolah
Belanda sebelum ke Huta Rimbaru dan masuk ke Mission Java Komite.

Gerrit van Asselt sendiri pada 31 Maret 1961 membaptis orang Batak
Kristen pertama, Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon di Sipirok.
Semangat Pekabran Injil de Eropah tak lagi tergantung pada
kerjasama suatu Gereja dengan pemerintahnya yang melakukan
kolinialisasi ke berbagai benua. Di Jerman, di tepi sungai Zending.
Rheinische Missionsgesellschaft (RM) yang berdiri pada tahun 1818
mengutus misionaris ke daratan luas dan suku-suku bangsa besar di Afrika
dan Tiongkok, termasuk ke Indonesia yang berada di bawah penguasaan
Belanda.
Pemindahan Zendeling dari Kalimantan ke Tanah Batak terkait
dengan penugasan pimpinan RM, Inspektur Dr.Friedrich Fabri kepada
misionaris yang tertahan di Batavia akibat Perang Banjar, pada tahun
1860. Ketika itu Febri berkunjung ke Amsterdam, Belanda. Dia sangat
tertarik pada dokumen van der Took mengenai suku Batak Toba yang
ditelitinya pada tahun 1849. Fabri mengutus Hoefen mengunjungi Tanah
Batak, dan berdasarkan laporan Hoefen RM menugaskan dua misionaris,
Klammer yang bertahan di Batavia dan Heine yang langsung didatangkan
dari Barmen, ke Tanah Batak. Keduanya tiba di Sibolga 17 Agustus 1961
dan memilih Sipirok sebagai pos utama. Heine dan Klammer tinggal
melapor ke residen Tapanuli di Sibolga karena Fabri sudah lebih dahulu
meminta izin atas penugasan kedua misionaris itu ke pemerintahan
Belanda.
Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1918) merupakan tokoh sentral
Pekabaran Injil di Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai
Rasul Batak yang menjadikan suku Batak Toba menjadi suku bangsa
maju.
Dia menginjakkan kaki di Barus Juni 1862, ditempatkan oleh rekanrekan pendahulunya di Parausorat Desember 1862, lalu menginjakkan
kaki di Silindung November 1863. Pekerjaan di perbatasan, menurutnya
tidak memadai karena dominan penduduknya sudah memeluk agama
Islam. Tak ada cara lain kecuali memasuki Tanah Batak, Silindung adalah
pilihan utama karena jumlah penduduknya sangat besar, meskipun
ditentang pemerintah Hindia Belanda, harus ditempuh melalui medan
yang berat yaitu hutan belantara yang penuh marabahaya, serta
kemungkinan ditolak bahkan bisa terbunuh.
Ditandai dengan didirikannya Universitas Nommensen (1954)
dengan kira-kira 3.000 mahasiswa pada tahun 1971,dan suatu tata gereja
baru (1962) yang dengannya dihapuskan sinode distrik. HKBP juga
mengembangkan usaha pendidikan dan penginjilan dikalangan orangorang Jawa di Sumatera Timur, orang-orang Sakai di Riau, dan di Malaysia.
Pada permulaan tahun 1960-an HKBP hampir mempunyai 900.000
anggota di sumatera dan banyak jemaat di pulau lainnya dan di
Singapura.
Dalam perkembangannya HKBP beberapa kali mengalami peristiwa
ditinggalkan jemaat, di mulai tahun 1927 dengan berdirinya Mission
Batak, disusul Huria Christen Batak (HCB), Punguan Kristen Batak (PKB),
dan Huria Kristen Indonesia (HKI). Pada tahun 1964 sejumlah anggota
keluar dan menamakan diri Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI).
Atas kemelut HKBP yang terjadi pada tahun 1990-an sejumlah anggota

juga banyak yang pindah ke Gereja lain. Menurut Almanak HKBP tahun
2007 HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di Indonesia bahkan di
Singapura dan Amerika Serikat. Dengan jumlah lebih dari 5 juta jemaat
HKBP di catat sebagai lembaga keagamaan dengan jumlah anggota
terbesar ketiga setelah Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah.
7. SENI
Seni Tarian, Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana
utama pelaksanaan upacara ritual keagamaan. Menari juga dilakukan
dalam acara gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang waktu itu
masih bernapaskan mistik (kesurupan). Acara pesta adat yang
membunyikan gondang sabangunan (dengan perangkat musik yang
lengkap), erat hubungannya dengan pemujaan para Dewa dan roh-roh
nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu. Contohnya seni Tari Tor-tor
(bersifat magis). Didalam menari setiap penari harus memakai Ulos.
Orang Batak mempergunakan alat musik/ Gondang yaitu terdiri dari:
Ogung sabangunan terdiri dari 4 ogung. Kalau kurang dari empat ogung
maka dianggap tidak lengkap dan bukan Ogung sabangunan dan
dianggap lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang
dinamakan Hesek. Kemudian Tagading terdiri dari 5 buah. Kemudian
Sarune (sarunai harus memiliki 5 lobang diatas dan satu dibawah. Menari
juga dapat menunjukkan sebagai pengejawantahan isi hati saat
menghadapi keluarga atau orang tua yang meninggal, tariannnya akan
berkat-kata dalam bahasa seni tari tentang dan bagaimana hubungan
batin sipenari dengan orang yang meninggal tersebut. Juga Menari
dipergunakan oleh kalangan muda mudi menyampai hasrat hatinya dalam
bentuka tarian, sering taruian ini dilakukan pada saat bulan Purnama.
Kesimpulannya
bahwa
tarian ini dipergunaka
sebagai sarana
penyampaian batin baik kepada Roh-roh leluhur dan maupun kepada
orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian
menunjukkan rasa hormat.
Seni arsitektur, rumah adat Siwaluh Jabu, rumah adat Batak Karo.
Rumah ini bertiang tinggi dan satu rumah biasanya dihuni atas satu
keluarga besar yang terdiri dari 4 sampai 8 keluarga Batak. Di dalam
rumah tak ada sekatan satu ruangan lepas. Namun pembagian ruangan
tetap ada, yakni dibatasi oleh garis-garis adat istiadat yang kuat, meski
garis itu tak terlihat. Masing-masing ruangan mempunyai nama dan siapa
yang harus menempati ruangan tersebut, telah ditentukan pula oleh adat.
Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol ini adalah untuk
memungkinkan asap keluar dari tungku dalam rumah. Pada bagian depan
dan belakang rumah adalah panggung besar yang disebut ture,
konstruksinya sederhana dari potongan bambu melingkar dengan
diameter 6 cm. Panggung ini dugunakan untuk tempat mencuci,
menyiapkan makanan, sebagai tempat pembuangan (kotoran hewan) dan
sebagai ruang masuk utama. Jalan masuk menuju ture adalah tangga
bambu atau kayu.
Musik, Toba Kuno di jaman dinasti Tuan Sorimangaraja (Pahompunya Si Raja Batak) Berawal dari musik Raja-raja.Bukan musik untuk Raja,
tetapi musik yang dimainkan oleh Raja. Musik Batak awalnya diciptakan

untuk upacara ritual yang dipimpin pada Datu (dukun) pada masa itu
untuk penghormatan leluhur, minta panen yang sukses kepada Mula Jadi
Nabolon.
Batak untuk ritual ini adalah yang disebut Gondang Sabangunan
yang terdiri dari 5 Ogung, 5 Gondang, Sarune Bolon lubang 5. Namun
para Rakyat juga ingin main musik, maka berkembanglah musik batak ini
di kalangan rakyat dengan format Taganing, Garantung, Hasapi, Seruling
dan Sarune Etek. Dengan alat-alat musik inilah tercipta banyak sekali lagu
rakyat yang bernuansa pentatonis (Do Re Mi Fa Sol, kadang2 ada juga La)
dan susunan nada (licks)-nya sangat khas tidak didapati di musik suku
lain.
Kerajinan, tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari
suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos
merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara
perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos
terbuat dari benang kapas atau rami.Warna ulos biasanya adalah hitam,
putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain
merupakan lambang dari variasi kehidupan

Anda mungkin juga menyukai