Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN
BATAK TOBA

Disusun Oleh:

Silverado De La Septya.S
IX.10

SMP NEGERI 3 BATAM


Jalan Kartini 2, Kel. Sei. Harapan, Kec. Sekupang
TAHUN PELAJARAN 2021 – 2022

Guru MAPEL:Fitri Lasma Br butar butar.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas Makalah PKN dengan tema “Keberagaman Suku Batak”
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini di buat sebagai kewajiban untuk memenuhi Tugas Keberagaman Suku
Batak Mata Pelajaran PKN. Makalah ini kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari Guru PKN, Ibu Fitri Lasma Br Butar-butar,
S.Pd.

Akhir kata saya berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, terutama teman-teman SMP Negeri 3
Batam.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………….…… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………...…… iii

BAB I PEMBAHASAN ………………………………………………………. 4

1. Sistem Kepercayaan Suku Batak ………………………….……… 4


2. Sistem Masyarakat Suku Batak ..……………………...……….….. 4
3. Sistem Pengetahuan Suku Batak …………..………….……...….... 4
4. Bahasa Di Suku Batak ………………...……………………...….... 5
5. Sistem Mata Pencaharian Suku Batak .………..…………………... 6
6. Sistem Teknologi Dan Peralatan Suku Batak ..……………………. 6
7. Kesenian Di Suku Batak …………………………………………... 7
8. Adat Istiadat Di Suku Batak ……………………………………….. 8
BAB I
PEMBAHASAN

1.SISTEM KEPERCAYAAN ATAU RELIGI

Mayoritas masyarakat batak toba beragama Kristen Protestan, Katolik, dan


sebagainya beragama Islam, selain itu ada pula masyarakat nya yang
menganut kepercayaan tradisional seperti agama MALIM dan ANISMISME.

Pasukan kaum Paderi datang untuk menyebarkan agama Islam di tanah


Batak bagian selatan atau lebih dikenal di daerah Tapanuli Selatan.

Sebelum mengenal agama Islam, suku Batak Mandailing sudah memiliki


kepercayaan terlebih dahulu yang dikenal sebagai sistem kepercayaan
animisme atau Pelbegu. Begu sendiri dalam bahasa Batak artinya makhluk
halus atau roh. Sistem kepercayaan Pelbegu ini adalah menyembah roh-roh
nenek moyang.

Kepercayaan Pelbegu jumlahnya tidak hanya satu melainkan lebih dari satu dan
menempati berbagai tempat yang ada di suatu hutan (wilayah tempat tinggal). Ada
begu yang menempati tanah atau ladang, begu yang menempati pohon-pohon yang
berukuran besar, begu yang menempati rumah, begu yang menempati patung, dan
tempat-tempat lainnya. Ada juga namanya begu Tagasan yang dipercayai oleh suku
Batak Mandailing untuk menjaga dan melindungi satu keturunan dan satu marga.
Begu Boru Ni Namora Nam Puna Tano: putri yang mulia, pemilik tanah. (nam pun:
pemilik/punya. Tano: tanah). Kata boru digunakan untuk kata perempuan.
Begu Boru Ni Ambolungan Bulu Begu Na Pahae Paulu di Batang Aek: putri yang
mulia, pemilik sungai atau air. Pahae pahulu: mondar mandir dan Aek: air/sungai.
Begu Tuan Jonjang Balentung Na Mian di Pangulu Balang: putri yang mulia, yang
menempati patung penjaga.
2.SISTEM KEKERABATAN DAN ORGANISASI DALAM MASYARAKAT
Kekerabatan pada masyarakat Batak memiliki dua jenis, yaitu kekerabatan yang berdasarkan
pada garis keturunan atau geneologis dan berdasarkan pada sosiologis.Semua suku bangsa
Batak memiliki marga, inilah yang disebut dengan kekerabatan berdasarkan
geneologis.Sementara kekerabatan berdasarkan sosiologis terbentuk melalui perkawinan.
Sistem kekerabatan muncul di tengah-tengah masyarakat karena menyankut hukum antar
satu sama lain dalam pergaulan hidup.

suku Mandailing juga memiliki sistem kekerabatan patrilineal dan menggunakan marga.
Hanya saja bedanya dengan suku Batak, umumnya pada Mandailing tidak dikenal larangan
perkawinan semarga. Suku Mandailing dominan memeluk agama Islam, ini mengapa dalam
pelaksanaan adatnya sangat dipengaruhi oleh ajaran agama Islam. Misalnya saja, besar
kecilnya hajatan adat akan dilihat dari pilihan hewan korban yang dipotong, yaitu ayam,
kambing atau kerbau.

3.SISTEM PENGETAHUAN

Sistem pengtahuan masyarakat Batak


tampak pada perubahan-perubahan musim yang diakibatkan oleh siklus alam,
misalnya musim hujan dan musim kemarau. Perubahan dua jenis musim tersebut
dipelajari masyarakat Batak sebagai pengetahuan untuk keperluan bercocok tanam.

Selain pengetahuan tentang perubahan musim, masyarakat suku Batak juga


menguasai konsep pengetahuan yang berkaitan dengan jenis tumbuh-tumbuhan di
sekitar mereka.Pengetahuan tersebut sangat penting artinya dalam membantu
memudahkan hidup mereka sehari-hari, seperti makan, minum, tidur, pengobatan,
dan sebagainya.Jenis tumbuhan bambu misalnya dimanfaatkan suku masyarakat
Batak untuk membuat tabung air, ranting-ranting kayu menjadi kayu bakar, sejenis
batang kayu dimanfaatkan untuk membuat lesung dan alu, yang kegunaannya untuk
menumbuk padi.
Masyarakat Batak mengetahui dan menguasai kegunaan bagian-bagain tumbuhan
dan bebatuan secara efektif dan memanfaatkan untuk acara tergambar pemakaman
raja-raja. Upacara pemakaman itu hanya untuk raja-raja, tetua adat, dan para tokoh
yang mempunyai kedudukan saja. Hal itu disebabkan pelaksanaan upacara
pemakaman membutuhkan dana yang cukup besar.

4.BAHASA
Bahasa Batak yang berada di Provinsi Sumatra Utara terdiri atas lima dialek,
yaitu (1) dialek Toba, (2) dialek Mandailing, (3) dialek Simalungun, (4) dialek Pakpak
(Dairi), dan (5) dialek Karo. ... Bahasa Batak juga dituturkan di wilayah provinsi lain.
Falsafah yang terkenal dari Mandailing yaitu “Hombar do Adat dohot Ibadat”
yang artinya Adat dan Ibadah tidak dapat dipisahkan (maknanya: Adat tidak boleh
bertentangan dengan Agama Islam).
Adapun Bahasa yang digunakan oleh suku Mandailing adalah seperti Bahasa
Andung, Bahasa Adat, Bahasa Parkapur, Bahasa na Biaso, dan Bahasa Bura adalah
bahasa yang dipergunakan sebagai bahasa ibu di Mandailing.

5.SISTEM MATA PENCAHARIAN

Pada umumnya masyarakat batak bercocok


tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga.
Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat
adapun tanah yang dimiliki perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan
kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian
penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu,
temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.

6.SISTEM TEKNOLOGI DAN PERALATAN


Masyarakat Batak telah mengenal dan
mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam
dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat
tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak
juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak
(sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang
panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang
mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.
Masyarakat Batak juga memiliki rumah adat Batak. Rumah Batak biasanya didirikan
di atas tiang kayu yang banyak, berdinding miring, beratap ijuk. Letaknya memanjang
kira kira 10 – 20 meter dari timur ke barat. Pintunya ada di sisi barat dan timur pada
rumah Karo dan Simanuwun, atau pada salah satu ujung lantai pada rumah Toba
( masuk dari kolong). Pada bagian puncaknya yang menjulang ke atas di sebelah barat
dan timur dipasang tanduk kerbau atau arca muka manusia dan puncak yang
melengkung membentuk setengah lingkaran ( kecuali rumah empat ayo pada Karo).
Pada bagian depan (barat dan timur) rumah Karo yang disebut ayo ada ornamentasi
geometris dengan warna warna merah , putih , kuning dan hitam. Pada sisi kanan kiri
pada kedua mukanya rumah batak menggunakan lukisan (arca). Kepala orang atau
singa (Kalamakara). Dindingnya diikat dengan tali ijuk yang disusun sedemikian rupa
sehingga menyerupai gambar cecak ( Reret ).

7.KESENIAN

a.Margondang
Upacara margondang diadakan untuk menyambut kelahiran anak mereka dan
sekaligus mengumumkan kepada warga kampung bahwa dia sudah mempunyai anak.

b.Seni Tari (Tor-tor)

Tortor adalah tarian Batak yang selalu diiringi dengan gondang (gendang). Tortor
pada dasarnya adalah ibadat keagamaan dan bersifat sakral,bukan semata-mata seni.

C. Rumah Adat

(BAGAS GONDANG)
d.Kerajinan Tangan (Ulos)

Ulos adalah kain tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni
budaya saja, kain Ulos pun sarat dengan arti dan makna.
8.ADAT ISTIADAT

itualnya diawali dengan akad nikah, di mana pengantin laki-laki diwajibkan membawa salipi.
Selesai akad nikah, di sore harinya, kedua pengantin menuju rumah laki-laki untuk
melaksanakan pesta adat. Namun sebelumnya, keluarga pihak perempuan akan menggelar
makan bersama atau mangalehen mangan pamunan untuk melepas kepergian sang anak.
Tentu dilakukan juga tarian tor-tor tanda perpisahan yang dilakukan seluruh keluarga mulai
dari kahanggi, anak boru, dan mora.

• Memberi gelar : Prosesi pernikahan adat diawali dengan memberikan gelar pada
pengantin laki-laki. Adalah para raja-raja adat yang memutuskan gelar yang akan
disematkan kepada pengantin laki-laki. Tujuan pemberian gelar ini adalah agar
anaknya suatu saat nanti bisa melakukan prosesi adat pernikahan Mandailing.

• Kenduri : Memasak nasi dan gulai yang diiringi dengan doa selamat dan doa arwah.
• Marhaban : Ini adalah prosesi penyambutan kedua pengantin. Penyambutannya
diiringi dengan marhaban, pencak silang dan tabuh gondang sambilan.

• Tampung tawar : Kedua belah pihak keluarga, saudara, dan tamu undangan
memberikan restu kepada kedua pengantin.

• Doa selamat : Memberikan doa selamat untuk kedua pengantin agar menjadi
keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

• Tapian raya bangunan : Prosesi ini bertujuan untuk menghapus segala sifat tidak
baik kedua pengantin saat masih melajang. Caranya dengan mengikat jeruk purut,
pandan, dan daun wanigan pada batang pisang. Ini kemudian disebut silinjuang. Lalu
dicelupkan ke dalam air dan dipercikkan ke atas kepala kedua pengantin. Prosesi ini
kemudian dilengkapi dengan penyematan gelar adat kepada pengantin laki-laki oleh
para raja adat.

• Makan siang dan hiburan : Seluruh keluarga dan tamu undangan makan bersama
kedua pengantin dan biasanya disi dengan hiburan dengan manortor yang diiringi
tabuhan gordang sambilan.

• Mangupa : Seluruh keluarga memberikan nasehat-nasehat pernikahan kepada


pengantin. Yang kemudian ditutup dengan jawaban dari pengantin atas nasehat yang
disampaikan.
Dengan selesainya prosesi mangupa, maka kedua pengantin dinyatakan resmi menjadi
pasangan suami-istri secara adat Mandailing.

Anda mungkin juga menyukai