DOSEN PENGAMPU: Dra. Sariana Marbun, M.Pd / May Sari Lubis, S.Pd , M.Pd
OLEH:
KELOMPOK 4
Delima Tampubolon
Tri Putri
2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa,atas berkatnya yang melimpah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
ini yang berjudul Wujud Dan Isi Budaya Batak Toba Dan Simalungun .Penyusun juga tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Sariana Marbun, M.Pd dan Ibu May Sari Lubis,
S.Pd , M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan, dan
kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya
saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya tugas ini, kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas
kebaikannya.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
pembaca umumnya.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.Batak Toba
B.Batak Simalungun
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia terkenal dengan keberagaman budayanya yang sangat banyak.Misalnya saja suku
yang beragam seperti suku jawa,melayu,betawi,baduy,sunda,batak, dan lain sebagainya.Setiap
suku ini sendiri juga masih terbagi kedalam beberapa sub suku lagi misalnya saja suku batak
yang masih terbagi menjadi 6 sub suku yakni angkola,karo,mandailing,pakpak,simalungun,dan
toba.
Dalam pembahasan ini ada dua sub suku yang akan dikaji yakni suku batak toba dan batak
simalungun.Bagaiamana wujud budaya lokalnya serta isi ataupun unsur-unsur budaya dari kedua
suku ini akan dijelaskan lebih rinci dalam bab pembahasan nantinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah wujud budaya lokal dari suku Batak Toba ?
2. Seperti apakah isi budaya suku Batak Toba ?
3. Bagaimanakah wujud budaya lokal dari suku Batak Simalungun ?
4. Seperti apakah isi budaya suku Batak Simalungun ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui wujud budaya lokal dari suku Batak Toba.
2. Untuk mengetahui isi budaya suku Batak Toba.
3. Untuk mengetahui wujud budaya lokal dari suku Batak Simalungun.
4. Untuk mengetahui isi budaya suku Batak Simalungun.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BATAK TOBA
Sebagai kompleks gagasan, kebudayaan adalah bersifat abstraks tidak dapat dilihat,
didengar atau diraba. Wujud ini disebut sistem budaya. Sistem budaya adalah rangkaian proses
gagasan atau rangkaian proses pandangan yang paling berharga dan bernilai dalam hidup
manusia.
Gagasan itu mencakup bagaimana pandangan manusia mengenai alam, terhadap sesama
manusia, tentang pengetahuan dan pekerjaan, tentang ketuhanan, pandangan manusia tentang
waktu. Berkat nilai budaya itulah maka manusia berbuat untuk kehidupannya, baik dalam
hubungan ketuhanan, kemanusiaan maupun untuk berkarya.
Konsep kemasyakatan dalam batak toba yakni terlihat pada pedoman teguh "dalihan na tolu"
yakni somba marhula-hula (sembah sujud kepada pihak istri),manat mardongan tubu (hati-hati
dan bijaksanalah terhadap saudara semarga),elek marboru (baik serta mampu membujuk anak
perempuan ).Dalam kehidupan sehari-hari keberadaan ketiga unsur dalam sistem sosial itu
ternyata diperkokoh dengan sistem kepercayaan budaya Batak Toba, sehingga kedudukan
hulahula lebih tinggi dan lebih istimewa. Simbol tingginya kedudukan sosial pihak hulahula
dipandang sebagai sumber restu yang bernilai kepercayaan. Oleh karena itu, dalam kosep
kemasyakatan dalihan na tolu diperintah atau disuruh apalagi dipaksa oleh pihak boru. Hal ini
diperkuat dengan pepatah adat Batak Toba yang berbunyi somba marhulahula (sembah sujud
kepada pihak istri). Sembah sujud dalam konteks tingkah laku, sikap pandang, pemberian,
pelayanan sosial dan pelayanan adat (Simanjuntak, 2001: 122).
Adalah interaksi manusia yang timbul berkat nilai budaya yang dihayatinya untuk
menghadapi lingkungannya, yaitu wujud nilai budaya yang timbul dalam bentuk sosial. Sistem
sosial adalah sistem yang menata hubungan manusia dengan Tuhan, mengatur hubungan
manusia dengan alam,sesama manusia, mendorong aktifitas untuk berkarya guna kebutuhan
sosialnya.
Termasuk didalamnya sistem kekerabatan, panggilan kekerabatan dan sopan santun kekerabatan
akan dapat diketahui dari sistem sosialnya. Jadi nilai budaya, sistem sosial dan karya budaya
suatu suku bangsa adalah merupakan satu kesatuan.
d. Sebagai benda
Disebut aset budaya yag tumbuh dari kompleks aktifitas demi kebutuhan sosial, baik
kebutuhan spiritual mendorong manusia untuk berkarya atau berbuat. Hasil kerja demikian
disebut karya budaya, berwujud konkrit dan nyata disebut dengan istilah phisical culture. Karya
budaya itu tumbuh dari sistem sosial.
Para ahli telah sependapat bahwa unsur kebudayaan materi itu adalah kebutuhan sosial antara
lain tentang sistem masyarakat, bahasa, sistem ekonomi, pengetahuan, kesenian dan religi.
Maksudnya adalah bahwa seseorang akan berbuat demi kemasyrakatan, berkomunikasi dengan
bahasa, meningkatkan ilmu demi kesejahteraan, teknologi demi memajukan teknologi bermoral
demi kebutuhan spiritual.
a. Bahasa
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah
sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara dan
Toba Samosir, Sumatra Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa
Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak.
Bahasa khas yang sering diucapkan oleh orang-orang Batak adalah horas. Horas adalah kata
salam masyarakat Batak yang berasal dari daerah Sumatera Utara, khususnya Tapanuli, yang
selalu diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Sistem Teknologi
c. Sistem Ekonomi
Orang Batak bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi,Pada sistem bercocok tanam di
ladang , Huta atau Kutalah yang memegang hak Ulaya tanah. Sedangkan hanya warga Huta atau
Kuta yang berhak untuk memakai wilayah itu. Mereka menggarap tanah itu seperti menggarap
tanahnya sendiri, tetapi tak dapat menjualnya tanpa persetujuan dari Huta yang diputuskan
dengan musyawarah. Tanah yang dimiliki individu juga ada. Pada orang batak toba misalnya ada
tanah panjaenan, tanah pauseang dan tanah par bagian.
d. Organisasi Sosial
Tarombo atau silsilah adalah marga dalam masyarakat Batak. Tarombo adalah daftar
asal-usul suatu keluarga). Dalam hal ini, hampir semua marga Batak telah mempunyai
tarombo secara tertulis, di dalamnya tercatat semua keturunan marga yang bersangkutan.
Kalaupun belum ada tarombo tertulis, setidaknya semua keluarga dapat mengetahui nama
nenek moyangnya turun temurun, kepada dirinya sendiri. Orang Batak menggunakan kata
marga untuk menunjukkan, baik satuan-satuan yang lebih kecil maupun yang lebih besar,
juga kelompok-kelompok yang paling besar.
e. Sistem Pengetahuan
Suku Batak juga menguasai konsep pengetahuan yang berkaitan dengan jenis tumbuh-
tumbuhan di sekitar mereka. Pengetahuan tersebut sangat penting artinya dalam membantu
memudahkan hidup mereka sehari-hari, seperti makan, minum, tidur, pengobatan, dan
sebagainya. Jenis tumbuhan bambu misalnya dimanfaatkan suku masyarakat Batak untuk
membuat tabung air, ranting-ranting kayu menjadi kayu bakar, sejenis batang kayu dimanfaatkan
untuk membuat lesung dan alu, yang kegunaannya untuk menumbuk padi.
f. Religi
Di daerah Batak terdapat beberapa agama, antara lain: agama Islam, agama Katolik, dan
agama Kristen Protestan.Untuk daerah toba sendiri,agama yg tersebar adalah agama kristen yg
disiarkan oleh organisasi penyiar agama dari Jerman yaitu Nomensen sejak tahun 1863.
Meskipun demikian, konsep-konsep kepercayaan atau religi purba masih hidup terutama di
pedesaan. Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan dan religi purba ini adalah buku
pustaka yang terbuat dari kayu dan ditulis dengan huruf Batak. Buku tersebut memuat konsep-
konsep tentang pencipta, jiwa, roh, dan dunia akhirat.
g. Kesenian
Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi, seni sastra, seni musik, seni tari, seni
bangunan, seni patung, dan seni kerajinan tangan. Terdapat beberapa seni masyarakat Batak,
antara lain :
Margondang
Upacara margondang diadakan untuk menyambut kelahiran anak mereka dan sekaligus
mengumumkan kepada warga kampung bahwa dia sudah mempunyai anak. Margondang
merupakan suatu kebiasaan masyarakat Batak yang dilakukan dalam suatu upacara
tertentu. Tujuan filosofinya adalah untuk mengukuhkan muatan religi acara tersebut
karena merupakan kebiasaan yang diwarisi dari leluhur.
Manortor
Tortor adalah tarian Batak yang selalu diiringi dengan gondang(gendang). Tortor pada
dasarnya adalah ibadat keagamaan dan bersifat sakral,bukan semata-mata seni.
Seni Patung
B. BATAK SIMALUNGUN
1. Wujud Budaya Lokal
Sebagai kompleks gagasan, kebudayaan adalah bersifat abstraks tidak dapat dilihat,
didengar atau diraba. Wujud ini disebut sistem budaya. Sistem budaya adalah rangkaian proses
gagasan atau rangkaian proses pandangan yang paling berharga dan bernilai dalam hidup
manusia.Nama Simalungun merurut sumber lisan turun-temurun berasal dari bahasa Simalungun
sima-sima dan lungun. Sima-sima, artinya peninggalan dan lungun, artinya yang dirindukan atau
sepi.
Adalah interaksi manusia yang timbul berkat nilai budaya yang dihayatinya untuk
menghadapi lingkungannya, yaitu wujud nilai budaya yang timbul dalam bentuk sosial. Sistem
sosial adalah sistem yang menata hubungan manusia dengan Tuhan, mengatur hubungan
manusia dengan alam,sesama manusia, mendorong aktifitas untuk berkarya guna kebutuhan
sosialnya.
Termasuk didalamnya sistem kekerabatan, panggilan kekerabatan dan sopan santun
kekerabatan akan dapat diketahui dari sistem sosialnya. Jadi nilai budaya, sistem sosial dan karya
budaya suatu suku bangsa adalah merupakan satu kesatuan.
d. Sebagai benda
Disebut aset budaya yag tumbuh dari kompleks aktifitas demi kebutuhan sosial, baik
kebutuhan spiritual mendorong manusia untuk berkarya atau berbuat. Hasil kerja demikian
disebut karya budaya, berwujud konkrit dan nyata disebut dengan istilah phisical culture. Karya
budaya itu tumbuh dari sistem sosial.
Para ahli telah sependapat bahwa unsur kebudayaan materi itu adalah kebutuhan sosial
antara lain tentang sistem masyarakat, bahasa, sistem ekonomi, pengetahuan, kesenian dan religi.
Maksudnya adalah bahwa seseorang akan berbuat demi kemasyrakatan, berkomunikasi dengan
bahasa, meningkatkan ilmu demi kesejahteraan, teknologi demi memajukan teknologi bermoral
demi kebutuhan spiritual.
a. Bahasa
Bahasa Simalungun adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami
Kabupaten Indonesia. Bahasa Simalungun ini sangat unik dan menarik, karena bahasa
simalungun ini sangat mendayu-dayu sekali saat diucapkan. Cengkok pada bahasa simalungun
ini sangat terlihat sekali. Masyarakat selalu menggunakan bahasa simalungun disaat mereka
berbicara dengan sesamanya. Sedikit sekali diantara mereka yang menggunakan bahasa
Indonesia dalam bahasa sehari-hari mereka.
b. Sistem Teknologi
Sistem peralatan teknologi suku Simalungun masih sederhana. Mereka yang tinggal disitu
telah terbiasa menggunakan teknologi yang sederhana. Contoh dari teknologi sederhana tersebut
yaitu bajak. Bajak ini digunakan untuk membajak sawah atau ladang yang mereka punya. Tetapi
ada sebagian masyarakat dalam membajak menggunakan kerbau. Karena bagi mereka kerbau itu
sangat bagus digunakan untuk membajak sawah atau ladang.
c. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi atau mata pencaharian suku Simalungun yaitu bercocok tanam. Yang jadi
bercocok tanam mereka adalah jagung dan padi. Jagung dan padi ini sangat bermanfaat sekali
untuk masyarakat suku Simalungun. Karena jagung dan padi adalah sumber makanan mereka.
Jika jagung habis maka sumber makanan mereka adalah padi.
d. Organisasi Sosial
Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal silsilah karena penentu partuturan
(perkerabatan) di Simalungun adalah hasusuran (tempat asal nenek moyang) dan tibalni
parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal ini bisa dilihat saat
orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya aha marga ni ham? (apa marga anda)
tetapi hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal usul anda)?"
Suku Simalungun seperti rumpun Batak lainnya menganut sistem sosial marga yang
patrilineal.Dalam sistem sosial ini masyarakat Simalungun menganut sistem organisasi sosial
berdasarkan garis keturunan vertical dari leluhur yang sama (lineality). Secarlineality masyarakat
Simalungun terdiri dari empat marga utama yaitu marga Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba.
e. Sistem Pengetahuan
Kelompok suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan Mandailing masing-masing
memiliki sifat-sifat tertentu sebagai ciri khusus kepribadiannya yang berbeda dengan kelompok
suku batak lainnya. Dari tatanan adat istiadat memiliki persamaan, tetapi dari sidat dan perilaku
berbeda.
Seperti misalnya dalam hal mendirikan rumah batak yg tidak dilakukan dengan
sembarangan,tetapi mengandung makna-makna tertentu didalamnya.Konsep bangunan adat,
fungsinya tidak hanya sebagai bangunan untuk tempat tinggal, namun juga merupakan sebuah
bangunan yang memiliki gambaran wujud adat serta ciri khas kepribadian dari kelompok suku
atau marga, baik sebagai bangunan dari suku Batak maupun suku-suku lainnya. Selain itu
kehidupan manusia di dunia bersumber dari tiga alam (kosmos), sehingga menempatan simbol-
simnol adat diahlihkan ke bagian badan bangunan, dinding, tiang penyangga, atap, jendel, pintu
masuk, maupun penempatan lain dari simbol adat. Simbol-simbol adat yang ditempatkan pada
bagian ini, merupakan ukiran atau pahatan yang beri warna-warna ataupun berupa patung kayu
f. Religi
Naibata, penduduk Simalungun juga percaya akan mahluk-makluk gaib yang merupakan
sembahan satu keluarga atau marga yang disebut sinumbah dan simagod. Sinumbah dalam
pemahaman penduduk Simalungun adalah roh-roh gaib yang mendiami tempat-tempat keramat
yang ada kaitanya dengan sejarah leluhur suatu keluarga atau marga yang lokasinya dinamakan
parsinumbahan.Penduduk Simalungun juga percaya bahwa kuasa dari nenek moyang dapat hadir
bila dipanggil melalui ritual dengan membunyikan seperangkat alat musik tradisional
Simalungun. Ritual ini dapat dilakukan dengan medium laki-laki maupun perempuan yang
dinamakan paniaran.
Seiring dengan peralihan penduduk Simalungun ke agama Kristen dan Islam, jumlah penganut
akan hal gaib mulai berkurang hingga saat ini tidak ada lagi ditemukan yang menganut
kepercayaan ini.
g. Kesenian
Banyak kesenian yang terdapat pada suku Simalungun .Diantaranya seni musik dan tari.
Seni musik pada suku Simalungun yaitu Gual, seni drama dan seni tari yaitu TORTOR. Seni
musik dalam suku Simalungun ada yang disebut dengan Gonrang atau Gendang yang dimainkan
dengan cara di pukul. Gonrang pada suku Simalungun di bagi dua,yaitu Gonrang sidua-dua dan
Gonrang sipitu-pitu.
Seni Tari dalam bahasa Simalungun adalah tortor , yaitu ungkapan ekspresi jiwa
seseorang yang dituangkan melalui gerak baik dalam hal suka cita maupun duka cita. Tortor
dahulu selalu terkait dengan ritual yang berhubungan dengan roh dan ketika ada anggota
keluarga yang meninggal dunia, akan tetapi saat ini tortor sudah dijadikan daya tarik wisata dan
dipentaskan dalam berbagai acara sebagai pertunjukan dan hiburan. Suku Simalungun biasa
menggunakan tortor untuk menunjukkan suatu prosesi adat atau proses kegiatan. Tari yang
lainnya adalah Tari Horja Harangan, Tari Haruan Bolon dan Tari Manduda.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Toba dan Simalungun merupakan sub suku dari suku batak yang memiliki wujud serta isi
maupun unsur-unsur budaya didalamnya.Meski tedapata beberapa perbedaan dalam kedua suku
ini,tetapi masih memiliki beberapa kesamaan sebagai bagian dari suku batak.Wujud serta isi
kedua budaya ini sendiri tentunya juga dapat diintegrasikan kedalam pembelajaran PAUD
sehingga menanamkan cinta budaya kepada anak sejak usia dini.
B. SARAN
Semoga dengan penulisan makalah ini, bisa memberikan wawasan serta mengembangkan
pengetahuan pembaca tentang wujud dan isi budaya dari suku batak Toba dan Simalungun.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan makalah dimasa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Badriayaya,2016,kebudayaanbatakyangfenomenal,https://ilmuseni.com/senibudaya/kebudayaan-
batak (25Februari)
Hutapeajadiman,2011,nilaikebudayaanbataktoba,http://jadimanhutapea.blogspot.com/2011/04/ni
lai-budaya-batak-toba.html (25Februari )