NIM: 1183113020
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Report ini
dengan baik.
Adapun Critical Book Report ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari Critical Book Report ini sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
.
Arini Fadhillah
Nim 1183113020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana Filsafat Pendidikan menurut Imam Barnadib (1993:3) merupakan ilmu yang
pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan_negara.
Karena manusia (peserta didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi dan memiliki
keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus dipandang sebagai upaya
bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Upaya
pendidikan adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan
tujuan yang bersifat individualistik semata, sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan
manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan yang integral.Pendidikan menyediakan kesempatan
kepada peserta didik untuk lebih aktif, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator (memfasilitasi
pembelajaran), organisator (mengarahkan), dan motivator (mendorong) peserta didik dalam proses
pembelajaran agar berlangsung efektif dan efisien.
A.Identitas Buku
ISBN : 978-979-769-537-8
BAB I : PENDAHULUAN
Filsafat atau falsafat berasal dari kata Philore dan Shopia dari bahsa Yunani kuno. Philore berarti
cinta dan Shopia berarti kebijaksanaan, kebaikan, kebenaran, cinta, hikmah. Filosof adalah orang yang
mencintai hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan
sikap positif terhadapnya. Juga mencari hakekat sesuatu, berusaha menautkansebab dan akibat serta
berusaha melakukan penafsiran atas pengalaman-pemgaaman manusia.
A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh karena filsafat
bukan hanya sekedar pengetahuan melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus
sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Sistematis karena filsafat menggunakan berfikir secara
sadar, teliti, teratur sesuai dengan hokum-hukum yang ada.
Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi,
dogma,serta agama) dan dengan sedalam-dalamnyasehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Filsafat merupakan cara berfikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar untuk
suatu permasalahan yang mendalam.
Filsafat merupakan lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas
(komprehensif). Meskipun kesimpulan-kesimpulan filsafat bersifat hakiki namun masih relative
dan subjektif.
Menurut Al-Syaibany
Filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat
tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
Menurut Barnadib
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan dalam bidang pendidikan. Sehingga filsafat pendidikan adalah aplikasi sesuatu
analisa filosofis terhadap bidang pendidikan.
Dalam hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan, maka filsafat pendidikan memiliki
batasan-batasan sebagai berikut:
a. Filsafat pendidikan merupakan pelaksana pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang
pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan
c. Filsafat pendidikan memiliki kepercayaan, andaian, konsep yang terpadu satu dan yang
lainnya terhadap masalah pendidikan.
Ruang lingkup filsafat pendidikan secara umum adalah menjangkau seluruh permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya.
6. Merumuskan system nilai norma dan isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan.
Menurut Will Durant ruang lingkup studi filsafat adalah logika, estetika, etika, politik,
metafisika.
a). Manusia
b). Sekolah
c). Lingkungan
Hubungan antara filsafat denga filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali sebab
ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah
aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelarasakan dan mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan
yang ingin dicapai. Jadi terdapat kesatuan utuh antara filsafat, filsafat pendidikan dan
pengalaman manusia.
Tujuan pendidikan adalah tujuan filsafat, yaitu menuju kea rah kebijaksanaan. Oleh
karena itu pendidikan adalah realisasi dari ide-ide filsafat, filsafat member asas kepastian bagi
peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu
pendidikan, lembaga pendidikan, da aktivitas pendidikan. Jadi filsafat pendidikan adalah jiwa
dan pedoman dasar pendidikan.
Karena fungsi filsafat dalam pendidikan sangat penting, maka fakultas tarbiyah sebagi
fakultas yang mencetak atau memproduksi calon pendidik sehingga dalam fakultas tarbiyah
mata kuliah filsafat pendidikan merupaka Mata kuliah dasar khusus yang wajib diikuti
mahasiswanya. Hal ini sesuai dengan namanya tarbiyah yang berarti pendidikan maka
mahasiswa fakultas tarbiyah diharapkan bisa menjadi calon pendidik yang mampu membantu
dan memecahkan problematika yang ada dalan pendidikan islam.
Oleh karena itu filsafat pendidikan islam mempunyai hubungan erat dengan peranannya
sebagai sumber idealism pada program pendidikan fakultas tarbiyah untuk menciptakan
sarjana-sarjana pendidikan muslim yang sesuai dengan tujuan program fakultas tarbiyah.
BAB III Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan
(the Mother of Sciences)
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the Mother of Sciences) pada mulanya
mampu menjawab segala pertanyaan tentang segala sesuatu dan segala masalah yang
berhubungan dengan alam semesta, manusia, deng segala problematikanya. Namun karena
banyak permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan filsafat maka muncullah cabang
ilmu yang lain. Misal filsafat pendidikan.
1. Timur Jauh
Hindu
Pemikiran spiritualisme = adanya konsep karma dan reinkarnasi. Alam semesta ini
penuh rahasia dan manusia didalamnya merupakan suatu yang mat kecil, namun memiliki arti
yang besar. Sehingga manusia didorong untuk menyelidiki dan memahami alam semesta dan
isinya.
Meskipun ajaran budha telah disebut sebagai agama tetapi sebenarnya ia bukanlah
agama karena tidak ditemukan ajaran tentang tuhan. Dalam kitab Tripitaka terdapat 8 ajaran
yang akan membawa manusia menjadi mulia dan sempurna. Apabila manusia melakukan
pelanggaran maka akan sengsara. Karena secara filsafat agama ini berkeyakinan bahwa segala
sesuatu yang ada si sunia ini terliputi oleh sengsara yang disebabkan oleh cinta yang berlebihan.
Jalan Tuhan atau sabda Tuhan, tao ada di mana-mana, tetapi tidak berbentuk dan tidak
dapat
Shinto
Shinto adalah agama utama di Jepang, yang menitik beratkan pemujaan alam dan
pemujaan leluhur. Shinto tumbuh dan berkemang di Jepang, sangat respek kepada alam
(nature) karena ajaran-ajarannya mengandung nilai atau ekspresi. Dalam ajaran Shinto ini
mengandung makna-makna filsafat, mengandung nilai motivasi dan optmik guru menjadi
pegangan bagi penganutnya. Karena itu ajaran Shinto mengandung petunjuk agar umat Shinto
biasa menempatkan diri di alam semesta tanpa merusak dan mengorbankan alam dan isinya
dan kerja keras menjadi cirri khas masyarakat jepang.
2. Timur Tengah
Yahudi
Kristen
Awal munculnya filsafat adalah dengan pengetahuan mitos. Khusus mengenai aliran
filsafat spiritual ditandai dengan pemikiran yang mengutamakan kerohanian dan kejiwaan,
banyak para filosof yang mencurahkan pemikirannya memenuhi dan melalui alur aliran ini.
Banyak yang puas dengan aliran ini yaitu aliran idealism. Sementara aliran yang tidak puas
karena aliran ini dianggap tidak ilmiah lahirlah aliran materialism. Dan kemudian muncul aliran
rasionalisme yaitu pusat segala sesuatu terletak pada dunia rasio, sementara yang lain adalah
objeknya.
III. Idealisme (Plato)
Adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa, menurutnya cita adalah
gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak diantara gambaran asli (cita)
dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indra. Jadi yang nyata adalah idea.
Inti ajaran ini yang terpenting adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih
berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan manusia. Roh dianggap suatu
hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau
sukma.
Materialisme, adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan,
dimana benda merupakan sumber segalanya. Mereka berfikir sederhana, bahwa realitas adalah
sebagimana adanya. Maka realitas alam semesta ini pastilah sebagimana apa yang kita lihat
yang tampak dihadapan kita, yaitu materi
Suatu pandangan dunia umumnya suatu pandangan teoritis mempunyai hubungan erat
denga lingkungan di mana pemikiran itu dijalankan. Bagi seorang Yunani, filsafat bukanlah
merupakan ilmu disamping ilmu-ilmu lain melainkan meliputi semua ilmupengetahuan ilmiah.
Tanah Yunani adalah tempat permainan dimana pemikitan ilmiah tumbuh terutama bidang
filsafat pendidikan.
Pemikiran Filsafat Pra-Socrates
Pada masa ini para pemikir belum puas dengan keterangan mengenai alam semesta yang
diterima dari kepercayaannya. Maka mereka mencari tahu sendiri, apakah sebenarnya alam
semesta ini? Apa intisarinya? Sehingga para filosof filosof ini disebut filosof alam.
Thales
Anaximandros
Anaximenes
Pitagoras
Heraklitos
Parmenides
Pada masa ini muncul pula kaum sofisme (sendekiawan) yang dipelopori oleh Protogoras. Bagi
mereka manusia menjadi ukuran kebenaran, tidak ada kebenaran yang berlaku secara
universal,kebenaran hanya berlaku secara individual.
Sacrotes (Athena, 470-399 SM) merupakan pemikir besar kuno yang memiliki gagasan-gagasan
filosofisnya dan pengajarannya dalam dunia pendidikan.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan menurut Sacrotes adalah metode dialektis, dasar teknis
pendidikan yang direncanakan dan mendorong seseorang belajar untuk berfikir cermat, untuk
menguji coba diri sendiri dan untuk memperoleh pengetahuannya.
Tujuan pendidikan :merangsang penalaran yang cermat dan disiplinmental yang akan
menghasilkan perkembangan intelektual yang terus-menerus dan standar moral yang tinggi.
Plato (427-347 SM) adalah murid Sacrotes. Pendidikan adalah tugas suatu bangsa yang harus
dilaksanakan untuk kepentingan Negara dan perorangan, pendidikan itu memeberikan
kesempatan kepadanya untuk penampilan kesanggupan diri pribadinya. Bagi Negara ia
bertanggung jawab untuk memberikan perkembangan kepada warganya, dapat berlatih,
terdidik, dan merasakan bahagia dalam menjalankan peranannya guna melaksanakan
kehidupan kemasyarakatan.Pendidikan merupakan suatu tindakan pembebasan dari belenggu
ketidaktahuan dan ketidakbenaran sehingga mereka akan lahir kembali (they shall be born
again)
Pendidikan harus direncanakan dan diprogramkan agar sesuai yang di idamkan yaitu sebagai
berikut: sesuai tingkat usia
Tahap pertama
Tahap kedua
Tahap ketiga
Aristoteles adalah murid Plato. Pendidikan harus didapatkan oleh setiap orang agar ia hidup
baik. Pendidikan bukanlah semata-mata soal akal tetapi member bimbingan kepada perasaan-
perasan yanglebih tinggi, supaya mengarah diri kepada akal, sehingga dapat dipakai akal guna
mengatur nafsu-nafsu.
Pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan, kebahagiaan tertinggi
adalah kebahagiaan spekulatif.
Prinsip pokok pendidikan adalah pengumpulan serta penelitian fakta-fakta suatu belajar
induktif, suatu pencarian objektif akan kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan.
BAB IV : BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT MODERN
DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN
AKSIOLOGI
Ontologi = ilmu hakikat ang menyelidiku alam nyata dan bagaimana keadaan
sebenarnya.
Aksiologi = menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan apakah yang baik dan yang buruk.
1) Aliran Progesivisme
Mengakui dan berusaha mengembangkan progresivisme dalam semua realita terutama dalam
kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam
melihat sesuatu dari segi keagungannya. Tokoh-tokoh aliran ini adalah William James, John
Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller dan George Santayana.
Pandangan ontologi
Asal keduniaan adalah kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas sebab kenyataan lama
semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan
segala realitadalam hidupnya atau pengetahuan yang diperoleh melalui catatan.
Semakin sering menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalamansemakin besar
peersiapan untuk menghadapi tuntutan zaman.
Pandangan Aksiologi
Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk data dikatakan ada bila menunjukkan kecocokan
dengan hasil pengujian yangdialami manusia dalam pergaulan.
Progesivisme = pragmatisme berdasarkan ide dasarnya dengan asas yang utama yaitu manusia
dalam hidupnya untuk tetap survive (mempertahankan hidupnya) terhadap semua tantangan
dan harus pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya.
Progessivisme telah memberikan sumbangan besar kepada dunia pendidikan pada abad ke 20
dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik dalam
mengembangkan bakat dan kemampuan dirinya baik secara fisik maupun cara berfikir, tanpa
terhambat rintangan yang dibuat orang lain.
Menurut aliran progessivisme kebudayaan adalah hasil budi manusia yang merupakan milik
manusia yang tidak beku dan terus berkembang. Untuk itu pendidikan adalah alat untuk
memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru haruslah menciptakan situasi yang edukatif
yang pada akhirnya akan memberikan corak dan warna dari output yang dihasilkan adalah
manusia-manusia yang berkualitas, kompetitif, insiatif, adaptif dan kreatif sanggup menjawab
tantangan zaman. Sehingga dibutuhkan kurikulum eksperimental (kurikulum yang berpijak pada
pengalaman)
Asas belajar
Bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagia potensi untuk memecahkan
problema-problemanya. Sehingga pendidikan adalah wahana paling efektif sebagai proses
sesuai hakikat anak didik sebagai manusia berkembang. Sehingga sekolah yang ideal adalah
sekolah yang berintegrasi dengan lingkungan sekitar.
Kurikulum dipusatkan pada kurikulum eksperimental, oleh karena itu manusia harus belajar
dari pengalaman. Progessivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan
terpisah, melainkan harus berintegrasi dalam unit, dan metode yang diutamakan adalah
problem solving.
o Kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas hidup anak didik sesuai denga jenjang
pendidikan
o Kurikulum sanggup mengubah perilaku anak didik menjadi kreatif, adaptif, dan
kemandirian
Kebudayaan adalah hasil budi manusia. Manusia sebagi makhluk berakal dan berbudidaya
selalu berupaya melakukan perubahan-perubahan.
Idealisme modernmerupakan suatu ide-ide manusia sebagai makhluk yang berfikir dan
semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala
sesuatu yang ada dilangit dan dibumi.
Sifat khas dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsinbahwa dunia ini di kuasai oleh
tatanan yang cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa
bagaimanpun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan
tatanan tersebut. Secara filosofis esensialisme dilandasi oleh prisip-prinsip klasik dari filsafat
realisme dan idialisme moderen. Ontologinya dapat disebut realisme objektif, yang
berpendapat bahwa kenyataan adalah sebuah pokok (subtansi) mater atau idialisme objektif
yang berpandangan bahwa kenyataan itu pada pokoknya bersifat rohaniah.
Essensialisme timbul karena adanya pandangan kaum progesif mengenai pendidikan yang
fleksibel. Oleh karena adanya saingan dari progresibvisme, maka pada sekitar tahun 1930
muncul organisasi. Dengan munculnya komite ini pandangan-pandangan essensilaisme
menurut tafsiran abad XX mulai diketengahkan dalam dunia pendidikan.
Pandangan mengenai belajar
Essensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat bahwa bila seseorang itu
belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk
memahami dunia objektif. Akal budi manusia membentuk, mengatur, mengelompokkannya
dalam ruang dan waktu. Dengan prinsip itu dapat dikatakan bahwa belajar pada seseorang
sebenarnya adalah mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri sebagai substansi spritual. Jiwa
membina dan menciptakan dirinya sendiri. Jadi belajar adalah menerima dan mengenal dengan
sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan
dikurangi serta diteruskan kepada angkatan berikutnya (Barnadib:1996:56). Belajar adalah
cerminan dari jiwa yang aktif.
Essensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa pendidikan selayaknya
bergerak dalam kegiatan pembelajaran tentang keahlian dasar, seni dan sains yang telah nyata-
nyata berguna dimasa lalu dan tetap demikian dimasa yang akan datang. Para essensialis
percaya bahwa beberapa keahlian esensi atau dasar mempunyai kontribusi yang besar
terhadap keberadaan manusia seperti membaca, menulis, aritmatika dan perilaku sosial yang
beradab. Keahlian dasar ini merupakan hal yang selayaknya dan memeng dibutuhkan sehingga
selalu ada dalam setiap kurikulum sekolah dasar yang baik.
Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari sejarah, matematika,
sains dan sastra. Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari dua komponen yaitu mata kuliah
umum dan sains. Dengan menguasai mata kuliah ini yaitu yang berkaitan dengan lingkungan
sosial dan alam, seorang siswa mempersiapkan diri untuk berpartisipasi ssecara efektif dalam
masyarakat beradab.
Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai yang sederhana sampai
yang kompleks. Kurikulum direncanakan dan disusun berdasarkan pikiran yang matang agar
manusia dapat hidup harmonis dan menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis.
3) Aliran Perennialisme
Dengan demikian, segala yang ada di alam semesta ini, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-
tumbuhan, merupakan hal yang logis dalam karakternya. Setiap sesuatu yang ada tidak hanya
merupakan kombinasi antara zat atau benda, tapi juga merupakan unsur potensialitas dengan
bentuk yang merupakan unsur aktualitas.
Sejalan dengan apa yang dikatakan Poedjawijatna, bahwa esensi dari kenyataan itu adalah
menuju ke arah aktualitas, sehingga makin lama makin jauh dari potensialitasnya. Bila
dihubungkan dengan manusia, maka manusia itu setiap waktu adalah potensialitas yang sedang
berubah menjadi aktualitas. Dengan peningkatan suasana hidup spiritual ini, manusia dapat
makin mendekatkan diri menuju tujuan (teleologis) untuk mendekatkan diri pada supernatural
(Tuhan) yang merupakan pencipta dan tujuan akhir.
Perenialisme berpangkal pada tiga istilah yang menjadi asas di dalam epistemologi yaitu truth,
self evidence, dan reasoning. Bagi perenialisme truth adalah prasyarat asas tahu untuk
mengerti atau memahami arti realita semesta raya. Sedangkan , self evidenceadalah suatu bukti
yang ada pada diri (realita, eksistensi) itu sendiri, jadi bukti itu tidak pada materi atau realita
yang lain. Dan pengertian kita tentang kebenaran hanya mungkin di atas hukum berpikir
(reasoning), sebab pengertian logis misalnya berasal dari hukum-hukum berpikir.
Dalam pandangan Perenialisme ada hubungan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat, seraya
menyadari adanya perbedaan antara kedua bidang tersebut. Hubungan filsafat dan
pengetahuan tetap diakui urgensinya, sebab analisa-empiris dan analisa ontologis keduanya
dianggap Perenialisme dapat komplementatif. Dan meskipun ilmu dan filsafat berkembang ke
tingkat yang makin sempurna, namun tetap diakui bahwa fisafat lebih tinggi kedudukannya
daripada ilmu pengetahuan.
Pandangan Aksiologi Perenialisme
Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam Perenialisme, karena ia berdasarkan pada asas-
asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi,
hakikat manusia itu yang pertama-tama adalah jiwanya. Oleh karena itu, hakikat manusia itu
juga menentukan hakikat perbuatannya, dan persoalan nilai adalah persoalan spiritual. Dalam
aksiologi, prinsip pikiran demikian bertahan dan tetap berlaku. Secara etika, tindakan itulah
yang bersesuaian dengan sifat rasional manusia, karena manusia itu secara alamiah condong
pada kebaikan.
Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi: nafsu, kemauan, dan pikiran. Maka
pendidikan hendaknya berorientasi pada ketiga potensi tersebut dan pada masyarakat, agar
kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi. Dengan demikian,
hendaknya pendidikan disesuaikan dengan keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan,
dan pikiran. Dengan memperhatikan hal ini, maka pendidikan yang berorientasi pada potensi
dan masyarakat akan dapat terpenuhi.
4) Aliran Rekonstruksionisme
Berasal dari bahasa inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali. Adalah aliran
yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern
Pandangan ontologi
Memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana realita itu ada di mana dan sama di
setiap tempat. Tiap realita sebagi substansi selalu cenderung bergerak dan berkembang dari
potensialitas menuju aktualitas (teknologi). Memandang bahwa alam metafisika merujuk
dualisme: bahwa alam ini mengandung hakikat materi dan hakikat rohani.
Dibalik gerak realita sesungguhnya terdapat kausalitas sebagai pendorongnya dan merupakan
penyebab utama (kausa Prima yaitu Tuhan). Tuhan adalah aktualitas murni yang sama sekali
sunyi dan substansi.
Pandangan Epistemologi
Untuk memahami realita alam nyata memerlukan suatu azas tahu dalam arti bahwa tidak
mungkin memahami realita tanpa melalui pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih
dahulu melalui penemuan suatu gerbang ilmu pengetahuan.
Dasar suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self evidence yakni bukti.
Pandangan Aksiologi
Dalam proses interaksi sesama manusia, diperlukan nilai-nilai. Begitu juga halnya dalam
hubungan manusia dengan sesamanya dan alam semesta tidak mungkin melakukan sikap
netral, akan tetapi manusia sadar ataupun tidak sadar telah melakukan proses penilaian, yang
merupakan kecenderungan manusia. Tetapi, secara umum ruang lingkup (scope) tentang
pengertian “nilai” tidak terbatas.
Neo-Thomisme memandang bahwa etika, estetika dan politik sebagai cabang dari filsafat
praktis, dalam pengertian tetap berhubungan dan berdasarkan pada prinsip-prinsip dari
praktek-praktek dalam tindakan-tindakan moral, kreasi estetika dan organisasi politik.
Karenanya, dalam arti teologis manusia perlu mencapai kebaikan tertinggi, yakni bersatu
dengan Tuhan, kemudian berpikir rasional. Dalam kaitannya dengan estetika (keindahan),
hakikat sesungguhnya ialah Tuhan sendiri.
Aristoteles memandang bahwa kebajikan dibedakan menjadi dua macam, yakni kebajikan
intelektual dan kebajikan moral, kebajikan moral merupakan suatu kebajikan berdasarkan
pembiasaan dan merupakan dasar dari kebajikan intelektual.
Filsafat sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang bersifat prinsip yang dikaitkan dengan
pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai dasar. Berbicara mengenai ilmu maka tidak bisa
lepasdari pendidikan yang mana meyakini tentang eksistensi pendidikan yang sifatnya umum
sampai kepada yang khusus, makin hari diperkuat dengan perkembangan metode pengukuran
dan cara analisis yang dapat menghasilkann data yang dipercaya.
Hubungan filsafat dan ilmu pendidikan = bahwa filsafat adalah teori umum pendidikan landasan
utama dari semua teori pendidikan.
Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat Dalam Bidang Ontologi, Epistemologi Dan
Aksiologi
1) ONTOLOGI
Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realita mengenai
kenyataan, yang selanjutnya menjurus pada hakikat kebenaran. Realitas ontologi ini melahirkan
pertanyaan-pertanyaan,
Untuk mengetahui realitas semesta didalam ruang lingkup ontologi yang jelas maka dibedakan
antara metafisika dan kosmologi
a. Ontologi secara epistemologi berarti di balik atau dibelakang fisika maka yang diselidiki
adalah hakikat realita menjangkau sesuatu di balik realita karena metafisika ingin mengerti
sedalam-dalamnya.
b. Kosmologi tentang realita à kosmos yaitu keseluruhan sistem alam semesta dan
keosmologi terbatas pada realita yang lebih nyata dalam arti alam fisika yang material yang
memperkaya kepribadian manusia di dunia tidaklah di alam raya dan sisinya. Dalam arti bahwa
sebagai pengalaman sehari-hari akan tetapi sesuatu yang luas, realita fisi spiritual yangtetap
dinamis.
Di dalam pendidikan, pandangan ontologi secara praktis menjadi masalah utama karena anak
bergaul dengan lingkungannya. Sehingga anak perlu dibimbing kepada pengertian untuk
memahami realita dunia nyata dan membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal
pada realita yang ada.
2) EPISTEMOLOGI
Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang membahas
dari isi pikiran manusia yakni pengetahuan. Epistemologi memberikan kepercayaan dan
jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-murid. Epistemologi adalah
pengetahuan bagaimana kita mengetahui benda-benda.
3) AKSIOLOGI
Aksiologi adalah suatu bidang yang meyelidiki nilai-nilai(value) yaitu moral, ekspresi
keindahan, dan kehidupan sosial politik.
Bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah materi/zat. Alam ini adalah materi dan manusia
adlah unsur alam, maka dari itu manusia dalah zat atau materi.
Bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia adalah ruh, hakikat manusia adalah ruh,
adapun zat itu adlah manifestasi dari ruh di atas dunia ini. Dasar pikiran bahwa ruh itu lebih
berharga, lebih tinggi dari materi. Ruh adalah hakikat dan badan adalah penjelmaan atau
bayangan
c. Aliran dualisme
Bahwa manusia itu terdiri dari 2 substansi yaitu jasmani dan rohani. Keduanya merupakan
unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. antara badan dab ruh terjadi sebab
akibat yang keduanya saling mempengaruhi.
d. Aliran eksistensialisme
Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Manusia tidak
dipandang sebagai zat tapi dari segi eksistensi manusia itu sendiri di dunia. Pandangan islam
bahwa manusia terdiri dari substansi materi dari bumi dan ruh yang berasal dari Allah maka
hakikat pada manusia adalah ruh sedang jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh
saja. Tanpa kedua substansi tersebut tidak disebut manusia.
Menurut antropologi metafisika hakikat manusia adalah integrasi antara wataknya sebagi
makhluk individu, sebagi makhluk sosial dan manusia susila. Manusia adalah pemimpin atau
khalifah.
Penyelidikan manusia bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang hakikat manusia
itu sendiri.
Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah membina kepribadian manusia secara semperna.
Sehinggga proses pendidikan, peranan efektif terhadap pembianaan kepribadian manusia
melalui lingkungan juga didukung oleh faktor pembawaan sejak manusia dilahirkan. Pendidikan
dianggap sebagi transfer kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan akan membawa
manusia mengerti dan memahami lebih luas tentang permasalahnnya. Maka dari itu ilmu
pengetahuan memiliki nilai-nilai praktis di dalam kehidupan baik sebagai pribadi maupun warga
masyarakat.
Dari zaman dahulu manusia tidak henti-hentinya berusaha membedakan antara unsur manusia
yang bersifat lahiriah dan maknawiyah. Para filosof yunani berpendapat bahwa ruh merupakan
unsur yang halus yang dapat meninggalkan badan. Sementara islam berpandangan bahwa
manusia merupakan perakitan antara badan dan ruh. Dan keduanya merupakan substansi
alam. Permasalahan ruh adalah sesuatu yang terbatas untuk dipelajari secara mendalam.
Sistem adalah suatu himpunan gagasan/prinsip yang saling bertautan yang bergabung menjadi
suatu keseluruhan. Berhubungan dengan itu nilai merupakan suatu norma tertentu yang
mangatur ketertipan kehidupan sosial. Nilai akan selalu muncul apabila manusia sebagai
makhluk sosial mengadakan hubungan sosial (bermasyarakat).
A. Pengertian nilai
Nilai adalah suatu penetapanatau suatu kualitas sesuatu objek yang menyangkut suatu jenis
apresiasi atau minat. Menurut pandangan idealis nilai bersifat normatif dan objektif serta
berlaku umum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai adalah hasil kreatifitas manusia dalam
rangka melalukan kegiatan sosial, baik berupa cinta, simpati dan lain-lain.
a. Nilai instrinsik
Nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dirinya sendiri.
b. Nilai instrumental
Nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk sesuatu yang lain. Menurut August Comte,
menurut tingkat perkembangan nilai dibagi menjadi 3 yaitu tingkat theologis, tingkat metafisik,
dan tingkat positif.
C. Nilai-nilai pendidikan dan tujuan pendidikan
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari nilai. Keadaan masyarakat dapat diukur dari pendidikan,
kebrobokan masyarakat takkan dapat diperbaiki dengan cara apapun kecuali dengan
pendidikan.
D. Etika jabatan
Fungsi dan tanggung jawab mendidik dalam masyarakat merupakan kewajiban setiap warga
masyarakat karena mendidika adalah panggilan sebagai moral tiap manusia. Kaum profesional
adalah mereka yang telah menempuh pendidikan relatif cukup lama serta mengalami latihan-
latihan khusus.
Filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari
dan memberikan identitas suatu sitem pendidikan. Filsafat sering diartikan dengan pandangan
dunia. Pandangan duania adalah suatu konsep yang menyeluruh tentang alam semesta,
manusia, masyarakat umum, nilai dan norma yang mengatur dan alam sekitarnya serta
penciptanya.
Untuk mengembangkan mutu pendidikan ada lima jalur yang harus ditempuh:
1) Landasan filsafatà menjadi dasar dalam menyusun paradigma bagi pengembangan ilmu
pendidikan.
o Kurikulum
o Sistem pendidikan
Dasar pendidikan yaitu suatu aktivitas untuk mengembangkan dalam bidang pendidikan dan
pembinaan kepribadian. Dasar dan landasannya di Indonesia adalah Pancasila sila pertama.
b. Tujuan institusional
c. Tujuan kurikuler
d. Tujuan instruksional
Agar keempat tujuan penidikan itu tercapai maka agar hasil tersebut dapat diukur secara
objektif kemudian rumusan tujuan instruksional haruslah dibuat secara behaviorial
(berdasarkan tingkah laku). Tujuan pendidikan yang ingin dicapai menentukan kurikulum dan isi
pendidikan yang diberikan.
Dasar dan tujuan pendidikan itu, dasarnya ialah aktivitas untuk mengembangkan dalam bidang
pendidikan dan pengembangan menuju terbinanya kepribadian yang tinggi sesuai dengam
dasar persiapan pendidikan.
Pendidik bertugas sebagi medium agar anak didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan. Agar pendidik dapat berfunsi sebagai mediu, baik dalam menjalankan tugas dan
kegiatan pendidikan maka ia harus melaksanakan beberapa peranan secara baik.
Peserta sisik adalah anak yang tumbuh bekembang baik ditinjau dari fisisk maupun
perkembangan mental. Setiap anak didik mempunyai pembawaan yangberlainan. Karena itu
pendidik wajib senantiasa berusah amengetahui pembawaan masing-masing anak didiknya agar
layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan pembawaan masing-masing.
Kurikulum
Kurikulum merupakan faktor yang sangat pendting dalam proses pendidikan dalam suatu
lembaga pendidikan. Segala sesuatu yang harus diketahui diresapi serta dihayati oleh
anakharuslah ditetapkan dalam kurikulum dengan segala hal yang harus diajarkan oleh
pendidik. Kurikulum merupakan rumusan, tujuan mata pelajaran, garis besar pokok bahasan
penilaian dan perangkat lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan
Buku Filsafat Pendidikan karya Prof. Dr. H. Jalaluddin & Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed. Buku ini
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan buku filsafat pendidikan yang lain. Kelebihan dari
buku karya Prof. Dr. H. Jalaluddin & Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed adalah:
Pertama, kehadiran buku ini sangat penting artinya terutama untuk kalangan pengkaji filsafat
pendidikan dan pendidikan / akademisi maupun masyarakat, dapat dijadikan referensi bagi
pengembang kurikulum dan praktisi pendidikan.
Kedua, buku ini menyajikan beberapa argumen terkait dengan filsafat, mulai dari filsafat timur
jauh sampai filsafat zama pra-sokrates mengenai filsafat pendidikan.
Ketiga, buku ini masih bersifat teoiritis saja, solusi dalam melaksanakan pendidikan seperti
carut-marutnya pendidikan dan bagaimana idealnya seharusnya pendidikan dilaksanakan di
Indonesia tidak disajikan dalam buku ini.
B. Kekurangan
Kelemahan dari buku karya Prof. Dr. H. Jalaluddin & Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed adalah:
Pertama, buku ini sama seperti buku-buku filsafat pendidikan yang lain dalam penyajiannya
masih menggunakan alur berpikir datar-datar saja.
Kedua, sudut pandang buku ini belum memberikan tif-tif atau upaya-upaya dalam mengatasi
problematika pendidikan baik dari sudut pandang filsafat maupun dari sudut pandang
pendidikan itu sendiri.
Ketiga, Jika filosofi pendidikan ini dirumuskan secara matang dan selanjutnya diaplikasikan
secara benar, tentu saja kita tidak akan melihat kelatenan karut-marutnya sistem pendidikan di
negeri ini.
Keempat buku ini hanya mampu memberikan peta bagi penelusur lebih mendalam terhadap
filsafat pendidikan melalui berbagai pendekatan yang ditawarkan. Namun sayang, selama ini
landasan filsafat pendidikan Pancasila kita hanya menjadi landasan imajiner saja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat tersebut sebagai
jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan . artinya, bahwa
filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan
untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor
yang integral atau satu kesatuan. Ruang lingkup filsafat pendidikan Secara makro (umum) apa
yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau
permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran
filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan.
Dengan demikian, filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah
kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori
pendidikan dengan segala tingkat. Peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong
adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang terperinci kemudian filsafat pendidikan menjadi
jiwa dan pedoman asasi pendidikan.
B. Saran
Setelah membaca dan memahami isi dari buku karya Prof. Dr. H. Jalaluddin ini, dengan
berdasarkan kelemahan dan kelebihan isi buku yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
maka saya sebagai pembaca menyarankan bagi pembaca lainnya agar jangan hanya
menggunakan buku karya Prof. Dr. H. Jalaluddin ini saja sebagai bahan bacaan, tetapi juga tetap
menggunakan buku lain demi penyempurnaan informasi yang ingin diperoleh pembaca.
Daftar Pustaka