Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“TRADISI BAU NYALE (menangkap cacing laut)”


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata kuliah Pendidikan dan Kebudayaan Daerah
Dosen Pengampu: Muchammad Triyanto

Di susun oleh :

Baiq Abidaturrosida (200102245)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HAMZANWADI
TP : 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas segala nikmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “ Tradisi Bau Nyale
(menangkap cacing)". Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, yang menjadi tauladan bagi kita semua.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
dosen Drs. Muchamad Triyanto, M. Pd pada bidang studi Pendidikan dan kebudayaan
daerah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “tradisi bau
nyale” bagi para pembaca dan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen pengampu yang telah
memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah wawasan penulis. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Alhamdulillah.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Loyok, 23 Juli 2023

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5

C. Tujuan................................................................................................................................5

D. Manfaat..............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6

A. Pengertian Bau Nyale .......................................................................................................7

B. Sejarah Tradisi Bau Nyale ................................................................................................8

C. Tujuan Tradisi Bau Nyale ................................................................................................9

D. Proses Pelaksanaan Tradisi Bau Nyale ............................................................................9

E. Keunikan Tradisi Bau Nyale ..........................................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................12

A. Kesimpulan......................................................................................................................12

B. Saran................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauaan yang terdiri dari beberapa pulau, dimana
masing-masing pulau memiliki karakteristik yang berbeda-beda, terutama dalam hal
tradisi dan kebudayaan. Kebudayaan di setiap pulau-pulau ini terbentuk berdasarkan
kebudayaan dan kepercayaan. Perbedaan ini tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan
pulau, namun juga kebudayaan serta kepercayaan masyarakat terjadi di masing-masing
daerah, dimana nantinya masing-masing perbedaan di suatu daerah dijadikan sebuah
kelompok dalam suatu komunitas.
Komunitas-komuitas yang ada termasuk komunitas masyarakat lokal (tradisional)
memiliki kebudayaan dan kepercayaan beranekah ragam dan berbeda-beda dengan
masyarakat lainnya. Meskipun zaman sudah berubah. namun budaya dan adat di
lingkungan masyarakat tetap dipertahankan. Disaat ini masyarakat tradisonal menjadikan
budaya sebagai bagian dari kearifan lokal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari masyrakat, kearifan lokal masyarakat tradisional ini dijadikan suatu identitas
dari suatu budaya yang tidak boleh diabakan dan ditinggalkan.
Kebudayaan dari suatu komunitas lahir akibat adanya tradisi leluhur yang dijadikan
sebuah kebiasaan dalam kehidupan, tradisi dan budaya memiliki peran penting dalam
membangun komunitas etnis suatu daerah. Terkait dengan hal tersebut maka kebudaya di
lingkungan masyarakat akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya tradisi-
tradisi yang menjadi penguat identitas etnis suatu suku/golongan, salah satu bentuk
gambaran terkait dengan berkembangnyaan komunitas di suatu daerah akibat dari adanya
tradisi-tradisi yang dijadikan sebuah identitas etnis suatu daerah yakni pada tradisi
kegiatan menangkap cacing masyarakat Lombok.
Tradisi ini merupakan tradisi yang sangat kental di masyaraka Lombok serta
perkembanganya sangat pesat, dimana awalnya tradisi ini hanya dilakukan oleh
masyarakat sekitar pesisir pantai selatan Lombok ataupun masyarakat sekitar tempat
berlangsungnya upacara kegitan dari tradisi ini. Namun seiring dengan berjalanya waktu
tradisi ini tidak hanya di jalankan oleh masyarak pesisir saja namun hampir semua
masyarakat Lombok ikut dalam meriahkan kegiatan ini, selain itu juga banyak juga
warga asing yang penasaran serta ikut dalam meriahkan tradisi menangkap cacing ini.
4
Pada tradisi kegiatan bau nyale (Menangkap Cacing Laut) masyarakat suku Sasak
(masyarakat Lombok). Masyarakat suku sasak menjadikan tradisi bau nyale sebagai
bagian dari kebudayaan sekaligus identitas etnis dari suku Sasak yang tidak terlepas dari
kepercayaan leluhur yang berkaitan dengan cerita-cerita yang sudah melegenda
dikalangan masyarakat Lombok, cerita ini menceritakan bahwa kemunculan nyale
(cacing laut) yang keluar di pantai selatan lombok ini merupakan jelmaan dari putri
mandalika (Seorang putri kerajaan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tradisi bau nyale ?
2. Bagaimana sejarah terjadinya bau nyale ?
3. Apa tujuan dari pelaksanaan tradisi bau nyale?
4. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi bau nyale?
5. Apa saja keunikan dari tradisi bau nyale?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari tradisi Bau Nyale
2. Mengetahui sejarah tradisi bau nyale
3. Mengetahui tujuan dari tradisi bau nyale
4. Mengetahui proses pelaksanaan tradisi bau nyale
5. Mengetahui keunikan dari tradisi bau nyale

D. Manfaat
Makalah ini memiliki dua manfaat, yakni manfaat secara teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, manfaat khususnya berkaitan
dengan penelitian tindakan kelas bagaimana cara menyusun penelitian tindakan kelas
yang benar.
2. Manfaat Praktis
Isi makalah ini diharapkan bermanfaat
a. Bagi mahasiswa,
makalah ini diharapkan lebih memahami dan menelaah tradisi-tradisi yang
ada di daerah khususnya tradisi daerah suku sasak (Lombok).
b. Bagi Guru

5
Isi makalah ini diharapkan dapat meningkatkan Pemahaman guru dalam
materi kebudayaan sebagai sinergi alternative bagi guru dalam mengajar di
kelas.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bau Nyale


Dalam tradisi masyarakat Lombok, bau nyale merupakan sebuah pesta atau
upacara yang dikenal dengan Bau Nyale. Kata Bau berasal dari bahasa sasak yang
berarti menangkap sedangkan kata Nyale berarti cacing laut yang hidup di lubang-
lubang batu karang dibawah permukaan laut. Secara etimologis, Bau Nyale terdiri dari
2 suku kata, yakni "Bau" dlam bahasa Indonesi yang artinya menangkap; dan "Nyale"
adalah cacing laut.

6
Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Sasak, khususnya di Kecamatan
Pujut Lombok Tengah. Bau Nyale merupakan tradisi berburu cacing laut yang hanya
keluar di tepi pantai pada waktu tertentu saja. Bau nyale diselenggarakan setiap pada
tanggal 20 bulan 10 berdasarkan penanggalan sasak, biasanya jatuh pada bulan Februari
atau Maret. Tradisi ini sekarang telah dijadikan sebagai tradisi kegiatan tahunan yang
sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Sasak dan sekitarnya.

Kata bau nyale berasal dari bahasa Sasak yang artinya menangkap cacing laut.
Nyale atau sering disebut dengan cacing laut ini merupakan jenis cacing laut dengan
nama latin Eunice viridis. Sehingga tradisi bau nyale merupakan tradisi menangkap
cacing laut.

Secara etimologis Bau Nyale terdiri dari 2 suku kata, yakni "Bau" dalam bahasa
Indonesia artinya menangkap dan "Nyale" adalah cacing laut yang tergolong jenis
filumannelida. Tradisi Bau Nyale salah satu tradisi turun temurun yang dilakukan oleh
masyarakat Lombok Tengah sejak ratusan tahun silam. Awal mula tradisi ini tidak ada
yang mengetahui secara pasti. Namun berdasarkan isi babad sasak yang dipercaya oleh
masyarakat, tradisi ini berlangsung sejak sebelum 16 abad silam.

Tradisi ini berkaitan dengan cerita mitos Putri Mandalika, diceritakan Putri
Mandalika adalah seorang putri yang berparas cantik dan berbudi luhur, sehingga
diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan. Namun Sang Putri memilih
jalan lain untuk hidupnya, Sang Putri tidak menerima pinangan dari salah satu
pangeran, karena jika menerima pinangan dari salah satu pangeran maka akan terjadi
bencana besar yang mengakibatkan kerugian banyak orang. Putri Mandalika rela
mengorbankan jiwa dan raganya demi keselamatan orang banyak, dengan membuang
dirinya ke tengah lautan dan menjelma menjadi nyale.

B. Sejarah Tradisi Bau Nyale


Pesta atau upacara Bau Nyale merupakan sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat
melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi Suku Sasak, Suku asli Pulau Lombok.
Keberadaan pesta bau nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang
berkembang di daerah Lombok Tengah bagian selatan.
Putri Mandalika, seorang putri cantik jelita yang menjelma menjadi cacing nyale dan
muncul sekali dalam setahun di Pantai Lombok. Siapa sangka cacing nyale yang
diperebutkan dan dicari-cari setiap tahun oleh masyarakat Lombok ini adalah jelmaan
dari seorang putri yang sangat cantik yang zaman dahulu diperebutkan oleh pangeran-
pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok.

7
Putri Mandalika adalah putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting. Raja
ini terkenal karena kebijaksanaannya sehingga rakyatnya sangat mencintainya karena
mereka hidup makmur. Putri Mandalika hidup dalam suasana kerajaan dan dihormati
hingga dia menginjak dewasa.
Saat dewasa Putri Mandalika tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan
mempesona. Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga Pangeran-
Pangeran dari berbagai Kerajaan seperti Kerajaan Johor, Kerajaan Lipur, Kerajaan Pane,
Kerajaan Kuripan, Kerajaan Daha, dan kerajaan Beru berniat untuk mempersuntingnya.
Mengetahui hal tersebut ternyata membuat sang Putri menjadi gusar, karena jika dia
memilih satu di antara mereka maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Gumi
Sasak. Bahkan ada beberapa kerajaan yang memasang senggeger agar Sang Putri jatuh
hati padanya. Namun hal ini malah membuat sang Putri makin gusar.
Setelah berpikir panjang, akhirnya sang Putri memutuskan untuk mengundang seluruh
pangeran beserta rakyat mereka untuk bertemu di Pantai Kuta Lombok pada tanggal 20
bulan ke 10 menurut perhitungan bulan Sasak tepatnya sebelum Subuh. Undangan
tersebut disambut oleh seluruh pangeran beserta rakyatnya sehingga tepat pada tanggal
tersebut mereka berduyun-duyun menuju lokasi undangan.
Setelah beberapa saat akhirnya Sang Putri Mandalika muncul dengan diusung oleh
prajurit-prajurit yang menjaganya. Kemudian dia berhenti dan berdiri di sebuah batu
dipinggir pantai. Setelah mengatakan niatnya untuk menerima seluruh pangeran dan
rakyat akhirnya Sang Putri pun meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencarinya
tidak menemukannya. Setelah beberapa saat akhirnya datanglah sekumpulan Cacing
berwarna-warni yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika.

C. Tujuan Tradisi Bau Nyale


Tradisi Bau Nyale di Lombok memiliki tujuan yang beragam. Salah satunya adalah
keyakinan bahwa memakan olahan atau mentah Nyale dapat membuat seseorang awet
muda dan mudah mendapatkan jodoh. Selain itu, masyarakat Lombok meyakini bahwa
Nyale adalah perwujudan dari Putri Mandalika, sehingga binatang tersebut dianggap
sakral dan memiliki nilai spiritual yang kuat.
Tradisi berburu Nyale telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Lombok sejak
lama. Hal ini dilakukan untuk menjaga nilai-nilai identitas suku Sasak, terutama bagi
para wanita yang dianggap memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan adat
dan budaya.
Festival Bau Nyale di Lombok menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di
Indonesia. Festival ini mampu meningkatkan sumber devisa negara dan memberikan
kesempatan bagi masyarakat lokal untuk memanfaatkan potensi wisata yang sedang
ramai dikunjungi wisatawan.
Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk menyaksikan momen langka ini, di
mana ribuan Nyale tiba-tiba muncul ke permukaan laut. Selama festival, para wisatawan
dapat menikmati berbagai kegiatan seperti perlombaan perahu dayung, tari-tarian, dan
berbagai kuliner khas Lombok.

8
Dalam menjalankan tradisi Bau Nyale, masyarakat Lombok harus tetap
memperhatikan kewaspadaan dan menjaga kelestarian ekosistem laut di sekitar. Peran
pemerintah dan masyarakat lokal menjadi sangat penting untuk menjaga
keberlangsungan tradisi ini serta memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke seluruh
dunia.

D. Proses Pelaksanaan Tradisi Bau Nyale


Penduduk Lombok mempercayai bahwa nyale memiliki Tuah yang dapat mendatangkan
kesejahteraan bagi yang menghargainya dan keburukan bagi orang yang
meremehkannya. Oleh karena itu, Upacara Bau Nyale dilaksanakan pada tanggal 20
bulan ke-10 dan awal tahun Sasak, yang ditandai dengan terbitnya bintang "Rowot",
yang dikaitkan dengan pertanian.
Suku Sasak menghitung bulan ke-1 dimulai pada tanggal 25 Mei dan setiap bulannya
dihitung selama 30 hari. Sehingga, jika dibandingkan dengan tahun Masehi, bulan ke-10
jatuh pada sekitar bulan Februari.
Festival Bau Nyale dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional
Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama. Festival ini umumnya
dilaksanakan antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya. Masyarakat Lombok
mulai menangkap nyale di pantai selatan Lombok, seperti Pantai Seger Kuta Lombok,
Tanjung Aan, Kaliantan, dan daerah selatan lainnya untuk menunggu munculnya nyale
yang biasanya keluar pada pukul 04.00 hingga 06.00.
Proses penentuan tanggal kemunculan nyale bukanlah hal yang sembarangan. Pemangku
adat Sasak dari keempat penjuru mata angin harus bertemu di tempat suci dan menggelar
ritual wajib yang tak boleh diketahui orang-orang. Setelah itu, masyarakat Lombok dapat
menangkap nyale.
Proses pelaksanaan Tradisi Bau Nyale di Lombok memiliki beberapa tahapan yang
diawali dengan pertemuan para tokoh adat dalam Sangkep Wariga. Mereka menentukan
hari yang baik (tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak) untuk menangkap Nyale.
Sehari sebelum pelaksanaan, para mamik (tokoh adat) membacakan lontar di Bale Saka
Pat, bangunan tradisional dengan tiang empat. Pembacaan lontar dilakukan dengan
menembangkan beberapa pupuh atau nyanyian tradisional, seperti Pupuh Smarandana,
Pupuh Sinom, Pupuh Maskumambang, dan Pupuh Ginada.
Dalam prosesi Bau Nyale, dipakai beberapa piranti seperti daun sirih, kapur, kembang
setaman dengan sembilan jenis bunga, dua buah gunungan yang berisi jajanan tradisional
khas Sasak, dan buah-buahan lokal. Semua piranti ini dipersiapkan sebelum masyarakat
turun ke laut untuk menangkap Nyale.
Sebelum masyarakat turun ke laut, para tokoh adat menggelar upacara adat Nede Rahayu
Ayuning Jagad di dini hari. Para tetua adat Lombok berkumpul dengan posisi melingkar,
sementara jajanan dan buah-buahan yang berbentuk gunungan diletakkan di tengah-
tengah mereka.
Dengan tahapan-tahapan yang kaya akan budaya dan tradisi, pelaksanaan Tradisi Bau
Nyale di Lombok selalu menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

9
Prosesi ini menjadi salah satu magnet wisata yang menampilkan keindahan dan kearifan
lokal masyarakat Lombok.

E. Keunikan Tradisi Bau Nyale


Tradisi Bau Nyale di Lombok memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya menjadi
salah satu wisata budaya yang menarik. Pada malam hari sebelum memburu Nyale,
warga lokal dan turis menyalakan api unggun dan mempersembahkan drama tentang
Putri Mandalika. Mereka juga menampilkan tarian-tarian tradisional Lombok yang
memukau.

Pada pukul 03.00 dini hari, orang-orang turun ke pantai untuk memburu Nyale. Ada
tradisi unik dalam menangkap binatang ini, yaitu dengan berteriak menggunakan kata-
kata kasar. Masyarakat Lombok percaya bahwa berteriak seperti itu dapat memanggil
Nyale keluar dari persembunyiannya di dasar laut. Tradisi ini sama persis dengan yang
dilakukan oleh masyarakat Lombok saat Putri Mandalika mengorbankan dirinya dengan
terjun ke laut.
Suasana di Pantai Seger semakin ramai pada siang hari saat pertunjukan Gendang Beleq
dimainkan oleh para lelaki suku Sasak. Joget atau penari wanita juga menampilkan
gerakan indah yang mengikuti irama musik gendang. Selain itu, ada pertunjukan adat
Presean, di mana dua lelaki bertarung menggunakan kayu dan perisai untuk melindungi
diri. Mereka menari tarian Sasak di setiap gerakan pertarungannya, menggambarkan
perjuangan para pangeran untuk memperebutkan Putri Mandalika.
Keunikan dari Tradisi Bau Nyale di Lombok tidak hanya terletak pada prosesi
penangkapan Nyale, tetapi juga pada seluruh rangkaian acara yang memukau. Tradisi ini
menjadi magnet wisata yang menampilkan keindahan dan kearifan lokal masyarakat
Lombok. Semua keunikan ini membuat Tradisi Bau Nyale menjadi salah satu daya tarik
wisata yang sangat menarik dan unik di Indonesia.
Tradisi Bau Nyale di Lombok memiliki tujuan yang beragam. Salah satunya adalah
keyakinan bahwa memakan olahan atau mentah Nyale dapat membuat seseorang awet
muda dan mudah mendapatkan jodoh. Selain itu, masyarakat Lombok meyakini bahwa
Nyale adalah perwujudan dari Putri Mandalika, sehingga binatang tersebut dianggap
sakral dan memiliki nilai spiritual yang kuat.
Ketika berkunjung ke Lombok, jangan lupa untuk menyaksikan Tradisi Bau Nyale dan
menikmati seluruh keunikan yang ditawarkannya. Dengan segala keindahan dan kearifan
lokal yang dimilikinya, Tradisi Bau Nyale siap memukau para wisatawan dari berbagai
penjuru dunia.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis, Bau Nyale terdiri dari 2 suku kata, yakni "Bau" dlam bahasa
Indonesi yang artinya menangkap; dan "Nyale" adalah cacing laut. Tradisi Bau Nyale
merupakan tradisi masyarakat Sasak, khususnya di Kecamatan Pujut Lombok Tengah.
Bau Nyale merupakan tradisi berburu cacing laut yang hanya keluar di tepi pantai pada
waktu tertentu saja.

Pesta atau upacara Bau Nyale merupakan sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat
melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi Suku Sasak, Suku asli Pulau Lombok.
Keberadaan pesta bau nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang
berkembang di daerah Lombok Tengah bagian selatan.
Tradisi Bau Nyale di Lombok memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya menjadi
salah satu wisata budaya yang menarik. Pada malam hari sebelum memburu Nyale,
warga lokal dan turis menyalakan api unggun dan mempersembahkan drama tentang
Putri Mandalika. Mereka juga menampilkan tarian-tarian tradisional Lombok yang
memukau.
Keunikan dari Tradisi Bau Nyale di Lombok tidak hanya terletak pada prosesi
penangkapan Nyale, tetapi juga pada seluruh rangkaian acara yang memukau. Tradisi ini
menjadi magnet wisata yang menampilkan keindahan dan kearifan lokal masyarakat
Lombok. Semua keunikan ini membuat Tradisi Bau Nyale menjadi salah satu daya tarik
wisata yang sangat menarik dan unik di Indonesia.
Festival Bau Nyale di Lombok menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di
Indonesia. Festival ini mampu meningkatkan sumber devisa negara dan memberikan
kesempatan bagi masyarakat lokal untuk memanfaatkan potensi wisata yang sedang
ramai dikunjungi wisatawan.
Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk menyaksikan momen langka ini, di
mana ribuan Nyale tiba-tiba muncul ke permukaan laut. Selama festival, para wisatawan
dapat menikmati berbagai kegiatan seperti perlombaan perahu dayung, tari-tarian, dan
berbagai kuliner khas Lombok.

11
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan kepada pembaca agar dapat lebih mengetahui
dan memahami tentang kebudayaan daerah yang ada di Indonesia khususnya
kebudayaan daerah yang ada di Lombok. Selain itu diharapkan pembaca dapat
melestarikan kebudayaan yang ada di daerah tempat tinggal masing-masing.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mita, Apriana. (2022). "Keunikan Budaya Perayaan Adat Bau Nyale". (


https://muda.kompas.id/baca/2022/03/17/keunikan-budaya-perayaan-adat-bau-nyale/ ).
Diakses pada tanggal 23 Juli 2023.

Tifani. (2023). "Tradisi Bau Nyale Lombok, Tangkap Cacing Demi Berkah Sang Putri". ( https://www-
liputan6-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.liputan6.com/amp/5199563/tradisi-bau-nyale-
lombok-tangkap-cacing-demi-berkah-sang-putri?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16901867515140&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Fregional%2Fread
%2F5199563%2Ftradisi-bau-nyale-lombok-tangkap-cacing-demi-berkah-sang-putri ). Diakses
pada tanggal 23 Juli 2023.

Wiki Pantaipedia. (2023). "Tradisi Bau Nyale yang Memiliki Keunikan" (


https://wiki.pantaipedia.com/2023/06/bau-nyale.html?m=1 ). Diakses pada tanggal 23 Juli
2023.

Wikipedia. (2023). "Bau Nyale" ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bau_Nyale ). Diakses pada tanggal


23 Juli 2023.

13

Anda mungkin juga menyukai