KELOMPOK 2:
Nurainun Zakina Mz. Dm B301 21 122
Zahra Amalia Dananda B301 21 014
Zalsa Billa Ratu Larasati B301 21 113
Rahma Magfira B301 21 080
Rifka Baeduri B301 21 044
Haryanto Febriawan B301 21 029
Ridho Rahmadhian B301 21 101
KELAS: B
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Antropologi
Maritim, dengan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, dan
makalah ini saya susun berdasarkan berbagai sumber yang saya dapatkan.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar belakang...........................................................................................4
BAB 2......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5
2.1 Studi tentang kebudayaan etnis Kaili........................................................5
2.2 Kajian tentang kebudayaan nelayan..........................................................6
BAB 3......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
3.1 Pengetahuan tentang gerakan air laut........................................................7
3.1.1 Air pasang..........................................................................................7
3.1.2 Air konda............................................................................................8
3.1.3 Arus air...............................................................................................8
3.2 Pengetahuan tentang ombak......................................................................9
3.4 Pengetahuan tentang pergantian musim....................................................9
3.4.1 Musim timur dan barat.......................................................................9
3.4.2 Musim hujan dan kemarau...............................................................10
3.5 Pengetahuan tentang bulan dan perilaku ikan.........................................10
3.6 Kepercayaan dan kearifan lingkungan....................................................11
3.6.1 Kepercayaan.....................................................................................11
3.6.2 Kearifan lingkungan.........................................................................11
KESIMPULAN......................................................................................................12
SARAN..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2 Kajian tentang kebudayaan nelayan
“Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Berbasis Sustainable Livelihood di
Pesisir Kota Surabaya” oleh Ardiyanto Maksimilianus (2020) menjelaskan
masyarakat pesisir umumnya terdiri dari sekelompok individu yang mayoritasnya
bermata pencaharian sebagai nelayan, pembudidaya ikan, atau pedagang ikan,
yang hidup berdampingan di wilayah pesisir dan membentuk serta memiliki
kebudayaan khas yang terkait erat dengan ketergantungannya pada sumber daya
pesisir. Meskipun memiliki kekayaan budaya yang unik, masyarakat pesisir sering
kali dianggap terbelakang dan berada dalam posisi marginal. Dalam masyarakat
nelayan khususnya, terdapat beberapa budaya yang telah membentuk pola
kehidupan mereka. Misalnya, kecenderungan untuk hidup bersama lebih dari satu
keluarga dalam satu rumah atau menampung keluarga serta kerabat dalam waktu
yang lama. Hal ini seringkali menyebabkan kepadatan dalam rumah tangga dan
memicu perluasan rumah tanpa perencanaan yang memadai, sehingga
mengakibatkan ruang gerak yang sempit dan terbatas bagi anggota keluarga.
6
BAB 3
PEMBAHASAN
Pada waktu terjadi pasang surut, keadaan air laut menjadi tenang dan
banyak jenis ikan yang muncul di permukaan laut dangkal untuk mencari pakan.
Pada waktu itulah nelayan turun ke laut menangkap ikan. Di antara kedua
kejadian air pasang. para nelayan lebih suka turun ke laut pada waktu dini hari.
Ada beberapa alasan yang diberikan, yaitu: pertama, karena pada waktu itu tidak
perlu menggunakan lampu penerang; kedua, karena pada waktu itu ikan-ikan yang
muncul sangat lapar sehingga lebih mudah dijaring; ketiga, ikan-ikan yang
ditangkap pada waktu pagi hari dapat langsung dijual di pasar dalam keadaan
segar.
7
3.1.2 Air konda
Konsep air konda digunakan oleh nelayan Kaili untuk keadaan permukaan
air laut yang tidak mengalami kenaikan (pasang), tetapi berada pada keadaan surut
kira-kira 10 meter dari garis pantai. Air konda tersebut biasanya terjadi 2 kali
sebulan selama tujuh hari berturut-turut, dan selama itu kurang ikan yang dapat
ditangkap. Oleh karena itu, nelayan jarang turun ke laut menangkap ikan. Namun,
setelah terjadi air konda, terjadi air pasang secara teratur. Selama itu, banyak ikan
yang muncul di perairan dangkal yang dapat ditangkap oleh nelayan.
Konsep air konda yang dikenal oleh nelayan setempat tidak ada konsep yang sama
maknanya dalam kepustakaan ilmu kelautan. Namun, saya memperkirakan bahwa
keadaan air seperti itu sama dengan air surut yang berlangsung beberapa saat.
Namun, yang menjadi pertanyaan apakah mungkin terjadi air surut secara
berturut-turut tanpa diantarai oleh air pasang.
Untuk mengatasi masalah arus air, para nelayan di kelurahan Lere, Kota
Palu harus bersabar menunggu hingga arus mereda sebelum mereka bisa turun
melaut. Jika arus tetap kuat dalam beberapa jam, mereka memilih untuk tidak
memancing, mengakibatkan hilangnya pendapatan hari itu. Meskipun
pengetahuan mereka tentang arus air berbeda jauh dengan para ilmuwan, nelayan
ini tetap dihargai karena kemampuannya membedakan antara arus dan ombak
8
yang disebabkan oleh angin, serta prinsip mereka yang lebih memilih hasil
tangkapan yang sedikit daripada kerugian karena peralatan rusak.
9
nelayan di kelurahan Lere jarang menangkap ikan. Sebagai gantinya, para istri
nelayan menjadi pengecer ikan di pasar Palu.
10
untuk ditangkap dengan jala maupun pancing karena mereka tidak tertarik pada
umpan. Hal ini disebabkan karena ikan-ikan tersebut sedang dalam proses kawin.
Selama periode 7 hingga 10 hari saat bulan terang, nelayan tidak melaut, yang
mengakibatkan kenaikan harga ikan di pasar. Meskipun demikian, fenomena ini
sudah menjadi hal yang umum dan diterima oleh masyarakat, meskipun terkadang
mereka mengeluhkan harga ikan yang naik. Selama bulan terang, nelayan
melakukan kegiatan sampingan seperti perawatan perahu, perbaikan jala, pancing,
atau mencari pekerjaan lain seperti buruh harian bangunan atau berdagang ikan.
11
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, nelayan etnik Kaili di Teluk Palu memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang dinamika perairan, termasuk gerakan air laut
seperti pasang, konda, dan arus. Mereka memahami pola-pola ini dengan baik,
yang memengaruhi kegiatan penangkapan ikan sehari-hari. Selain itu, mereka juga
memahami pengaruh ombak yang dipengaruhi oleh angin dan menggunakannya
sebagai tenaga penggerak perahu. Pemahaman mereka tentang pergantian musim,
seperti musim Timur dan Barat, musim hujan, dan kemarau, memungkinkan
mereka untuk mengadaptasi strategi penangkapan ikan sesuai dengan kondisi
musiman yang berbeda. Selanjutnya, nelayan juga memiliki pengetahuan tentang
hubungan antara fase bulan dan perilaku ikan, seperti menghindari melaut saat
bulan terang karena sulit menangkap ikan yang sedang kawin. Tidak hanya itu,
mereka juga memiliki kepercayaan terhadap Dewa Laut dan menjalankan ritual
tertentu sebelum memulai aktivitas penangkapan ikan, serta memiliki kearifan
lingkungan dalam melarang penggunaan alat tangkap tertentu yang dapat merusak
populasi ikan secara berlebihan. Semua ini mencerminkan pengetahuan yang
holistik dan kearifan lokal yang penting dalam menjaga keberlanjutan sumber
daya laut dan kehidupan nelayan.
SARAN
Untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan dan menjaga keberlanjutan
sumber daya laut, nelayan Kaili dapat mengikuti beberapa langkah sederhana.
Pertama, mereka dapat memantau perkiraan cuaca dan kondisi ombak sebelum
berlayar, sehingga dapat merencanakan waktu terbaik untuk melaut dan
meminimalkan risiko kecelakaan. Selanjutnya, pemilihan alat tangkap ikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan ramah lingkungan juga penting. Hindari penggunaan
alat tangkap yang merusak lingkungan laut, seperti pukat harimau dan bagang,
yang dapat menguras populasi ikan secara berlebihan. Dengan menerapkan
langkah-langkah sederhana ini, diharapkan nelayan dapat meningkatkan hasil
tangkapan ikan secara berkelanjutan dan menjaga keseimbangan ekosistem laut.
12
DAFTAR PUSTAKA
13