Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TRADISI BAU NYALE DAN PARIWISATA


KOKOH PUTIH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kimia Kearifan Lokal Dan
Kepariwisataan Yang Diampu Oleh Dahlia
Rosma Indah, M. Si.

DISUSUN OLEH :

NAMA : ISYA ANJANI

NIM : 17231001

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS SAINS TEKNIK DAN TERAPAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

MATARAM

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pemakalah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada
pemakalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu
yang direncanakan.

Makalah yang berisi materi “Tradisi Bau Nyale dan Pariwisata Kokoh Putih”
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Kearifan Lokal dan
Kepariwisataan. Pada kesempatan ini pemakalah menyampaikan terima kasih kepada
dosen pengampu Dahlia Rosma Indah, M. Si. yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran kepada pemakalah.

Pemakalah telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian


makalah ini. Namun, pemakalah menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi
isi maupun tata bahasanya. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya makalah ini. Semoga isi
makalah ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan
pendidikan. Terima kasih.

Mataram, 18 Januari 2020

PEMAKALAH
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Tradisi Bau Nyale……….......………….…........................................ 3
B. Kandungan Nyale……………………………..…........................................... 5
C. Wisata Kokok Putik…………………………………………….…................. 6
D. Kandungan Kokok Putik……………………………...………….…............... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia mempunyai berbagai kearifan lokal dan pariwisata yang
berbeda di setiap daerah. Arus global dapat cepat menggerus nilai-nilai budaya
lokal termasuk kearifan lokal yang dipegang oleh masyarakat. Jika ditelusur
lebih dalam, nilai-nilai kearifan lokal dalam budaya penduduk Indonesia selaras
dengan isu-isu seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup.
Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap
system atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Kearifan lokal dapat dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan
strategi dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Upaya memperkuat jati
diri daerah dapat dilakukan melaui penanaman nilai-nilai budaya dan
kesejarahan senasip sepenanggungan diantara warga. Oleh karena itu, perlu
dilakukan revitalisasi budaya daerah dan penguatan budaya daerah. Upaya
tersebut dapat meminimalisasi dampak negatif atau menahan gemburan nilai-
nilai yang merusak kepribadian bangsa ketika interaksi kebudayaan antar bangsa
semakin intensif, maka sangat diperlukan ketahanan budaya yang tangguh.
Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan orang karena dengan
mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya
sangat besar, oleh karena itu permintaan akan pariwisata semakin bertambah
seiring dengan tingkat kebutuhan manusia yang semakin bertambah dari tahun
ke tahun. Perkembangan sektor pariwisata ini di satu sisi memberikan
keuntungan ekonomis yang cukup tinggi. Keuntungan ekonomis ini membawa
pengaruh pada pendapatan negara secara umum dan kesejahteraan masyarakat
sekitar secara khusus. Kehadiran wisatawan dapat diartikan sebagai kehadiran
rezeki bagi sejumlah orang mulai para pemandu wisata, tukang becak, sampai
dengan para pedagang. Dengan demikian, sektor pariwisata bukan sekedar
memberikan keuntungan bagi pelaku-pelaku bidang pariwisata melainkan juga
memberikan keuntungan sektor-sektor lain di luar pariwisata.
Dalam GBHN 1999,  termuat bahwa pembangunan kepariwisataan terus
di tingkatkan dan di kembangkan untuk memperbesar penerimaan devisa negara,
memperluas dan meratakan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan
nasional, dan tetap mempertahankan kepribadian bangsa demi terpilihnya nilai-
nilai agama, mempererat persahabatan antar bangsa, memupuk cinta tanah air,
serta mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. Di Lombok itu sendiri
mempunyai berbagai macam kearifan lokal dan pariwisata yang mempunyai
berbagai macam manfaat, baik dari segi kesehatan maupun keuntungan. Salah
satunya yaitu tradisi bau nyale dan wisata kokok putek atau kali putih

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Sejarah Tradisi Bau Nyale ?
2. Apa Kandungan Yang Ada Di Nyale ?
3. Bagaimana Wisata Kokok Putek ?
4. Apa Kandungan Yang Ada Di Kokok Putek ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Tradisi Bau Nyale.
2. Untuk Mengetahui Kandungan Yang Ada Di Nyale.
3. Untuk Mengetahui Tentang Wisata Kokok Putek.
4. Untuk Mengetahui Kandungan Yang Ada Di Kokok Putek.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Tradisi Bau Nyale

Pesona pantai-pantai di Lombok sudah terkenal di dunia, sebut saja Gili


Trawangan, Kuta, hingga Senggigi menjadi atraksi paling menyenangkan. Lantas
bagaimana budaya khas Lombok di Festival Bau Nyale?. Mungkin sebagian
wisatawan lokal masih belum sering mendengan keberadaan ajang tahunan
Festival Bau Nyale, tapi untuk turis Asing ini jadi tempat terbaik untuk
menikmati keindahan budaya bercampur pesona Mandalika di Lombok. Jika
melihat ke belakang, Festival Bau Nyale ini sebenarnya proses pencarian cacing
laut yang disebut nyale. Cacingnya itu berwarna warni dan panjang-panjang
biasa ditemukan ketika air sedang surut.

(Gambar 1. Nyale)

Nyale merupakan sebutan untuk cacing laut yang banyak terdapat di


perairan Lombok, NTB. Tak hanya bagian dari tradisi, nyale juga kerap
dijadikan makanan enak. Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat punya
tradisi unik mencari cacing laut. Tradisi yang dikenal dengan sebutan Bau Nyale
ini selalu digelar setiap tanggal 20 bulan 10 pada kalender Suku Sasak. Dalam
bahasa Indonesia, Bau Nyale artinya adalah mencari nyale, cacing laut yang
muncul di pesisir laut pulau Lombok. Tradisi unik ini berlangsung setiap tahun
secara turun temurun. Setiap tahunnya ada ratusan orang yang menjejali pantai
demi bisa mendapatkan cacing laut yang jumlahnya ribuan.

Sebenarnya Bau Nyale sendiri merupakan sebuah ajang untuk menyambut


musim kemarau yang jatuh tanggal 20 bulan 10 kalender Suku Sasak. Mereka
percaya jika cacing bentuknya panjang dan cerah pertanda panen akan melimpah
di sepanjang tahun, tapi jika tidak akan sebaliknya. Namun, di balik itu semua,
cacing palolo itu dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika yang bunuh diri di
laut saat zaman kerajaan. Putri cantik itu merupakan anak dari Raja Tonjang
Beru dan Dewi Seranting. Karena cantik sekali Putri Mandalika itu diperebutkan
oleh tiga keraton, dan membuatnya stress. Akhirnya ia memilih untuk bunuh diri
di laut. Kemudian selang lama bunuh diri, hadirlah cacing warna-warni di balik
karang-karang sehingga orang Sasak menyakinkan jika sosok itu merupakan
bentuk lain dari Putri Mandalika.

Cacing ini juga dipercaya bisa menyuburkan tanah sehingga bisa membuat
hasil panen melimpah, tapi bergantung dengan ukuran cacing dan kesuburan
cacingnya. Sekarang, perayaan Bau Nyale itu sudah dijadikan alat promosi
negara untuk menarik antusias wisatawan asing dan nusantara. Oleh karena itu,
Bau Nyale sendiri dikemas dengan bentuk festival, di mana banyak acara yang
identik dengan Bau Nyale dihadirkan setiap tahun. Dalam perayaan menangkan
cacing ini, masyrakat Lombok akan berkumpul sejak pukul 05:00 WIB, dan
pergi ke karang-karang di lautan untuk menemukan cacing.

Tak hanya di Lombok, Nyale yang tergolong kelas polychaeta ini ternyata
juga muncul di berbagai belahan lain di dunia, diantaranya di Kepulauan Samoa,
Teluk Mexico, beberapa pantai di Jepang dan Prancis, serta di Kepulauan
Bermuda. Nyale merupakan jenis cacing yang hidup di dasar laut, dimana siklus
reproduksinya dipengaruhi oleh benda-benda angkasa. Kemunculan Nyale di
pesisir pantai, yang hanya terjadi sekali dalam satu tahun, tak lain dikarenakan
cacing ini sedang melangsungkan aktivitas pemijahannya secara massal.

Di Indonesia, pada saat yang bersamaan, Nyale juga menepi di Pantai


Wanokaka, Sumba Barat. Kemunculan Nyale di Sumba Barat turut dijadikan
ritual adat yang menjadi bagian dari rangkaian festival tahunan Pasola,
permainan adu ketangkasan saling melempar lembing dari atas kuda yang dipacu
kencang. Meskipun dengan latar belakang legenda yang berbeda, masyarakat
Sumba penganut kepercayaan Merapu memaknai kehadiran Nyale dengan cara
yang serupa dengan masyarakat Sasak, Lombok. Mereka yang berhasil
mengumpulkan Nyale dalam jumlah yang banyak, dipercaya akan mendapat
rezeki yang berlimpah di tahun yang sama.

B. Kandungan Nyale
Festival Bau Nyale berlangsung antara bulan Februari dan Maret setiap
tahunnya, atau setiap tanggal dua puluh bulan sepuluh menurut penanggalan
Sasak. Bau Nyale yang dalam Bahasa Sasak berarti ‘menangkap Nyale’
merupakan inti dari festival ini, yakni mengumpulkan Nyale sebanyak mungkin.
Nyale yang didapat kemudian sebagian akan ditaburkan di sawah karena
dipercaya dapat menyuburkan tanah hingga membuat hasil panen berlimpah.
Sebagian lagi akan diolah menjadi lauk-pauk, penyedap masakan, antibiotik,
bahkan obat kuat karena ternyata Nyale memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Nyale memiliki kandungan protein yang jauh lebih tinggi dari telur ayam
ras dan susu sapi. Sebagai perbandingan, nyale memiliki kandungan protein
sebanyak 43.84% sedangkan telur ayam ras dan susu sapi masing-masing hanya
sebesar 12.2% dan 3.50%. Protein ini berfungsi dalam proses metabolisme
tubuh, terutama dalam pembentukan sel-sel baru untuk menggantikan sel yang
rusak. Kadar fosfor dalam Nyale (1.17%) juga cukup tinggi bila dibandingkan
dengan telur ayam ras (0.02%) dan susu sapi (0.10%). Fosfor ini berfungsi
sebagai untuk kesehatan tulang dan gigi, membangtu kerja ginjal, pembentukan
DNA, dll. Nyale bahkan memiliki kandungan kalsium (1.06%) yang ternyata
masih lebih tinggi dari kandungan kalsium susu sapi yang hanya 0.12%. Kalsium
adalah jenis mineral yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
gigi serta tulang. Selain itu, kalsium juga dibutuhkan oleh saraf, jantung, dan
sistem pembekuan darah agar bisa berfungsi dengan baik.

Masyarakat Lombok umumnya mengolah Nyale menjadi pepes yang


dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar. Ada juga yang mengolah Nyale
menjadi emping atau dikeringkan untuk digunakan sebagai penyedap masakan.

C. Wisata Kokok Putik


Kokok Putik atau dalam bahasa Bayan disebut Lokoq Putiq merupakan
salah satu sungai yang airnya bersumber dari Danau Sagara Anak Gunung
Rinjani. Air sungai ini memang betul-betul mengalir dari Danau Sagara Anak
dan bermuara di Pantai Elong-Elong yang berada di wilayah administratif Dusun
Kokok Putik Desa Bilok Petung Kecamatan Sembalun. Di sepanjang aliran
sungai ini banyak ditemukan air terjun, dan telaga-telaga kecil yang digunakan
sebagai tempat berendam oleh para pengunjung.

(Gambar 2. Wisata Kokok Putik)


Perlu diketahui bahwa beberapa air terjun yang ditemukan di sekitar ailan
Kokok Putik adalah Air Terjun Mayung Putik, Air Terjun Mangkusakti, Air
Terjun Mengkodek, Air Terjun Madu, dan Air Terjun Umar Maya, Air Terjun
Urif dan masih banyak air terjun yang belum dipublikasikan keberadaannya.
Selain memiliki air terjun yang banyak, Kokok Putik juga menyimpan destinasi
wisata alam lainnya. Suasana alam Kokok Putik yang masih asri dan alami
membuat banyak orang yang terpikat untuk berkunjung dengan tujuan menikmati
destinasi wisata yang ditawarkan oleh sungai tersebut. Perlu diketahui bahwa
Kokok Putik terletak dibagian timur Kabupaten Lombok Utara dan sekaligus
menjadi batas alam wilayah administrative Kabupaten Lombok Timur dan
Lombok Utara. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan Kokok Putik banyak
dilalui oleh wisatawan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri,
terutama wisatawan yang hendak berkunjung ke Danau Sagara Anak melalui
jalur Senaru ataupun jalur Sembalun dan objek-objek wisata alam lainnya yang
berada di wilayah Kecamatan Bayan dan Kecamatan Sembalun.

Kokok Putik berjarak 70 km dari kota Kabupaten Lombok Utara dan


sekitar 120 km dari kota Kabupaten Lombok timur dengan jarak tempuh sekitar
2,5 jam atau dapat ditempuh dalam waktu satu hari perjalanan kaki, sedangakan
jarak dengan sekitar 172 km dari ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat
(Mataram).

Suasana alam Kokok Putik masih tampak asri karena hutannya berada di
bawah perlindungan pemerintah dan dijadikan sebagai bagian dari wilayah
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Di sepanjang Kokok Putik banyak
ditumbuhi oleh pohon-pohon besar, semak-semak dan tanaman obat-obatan.
Disamping itu, Kokok Putik juga banyak menyimpan misteri alam yang
membuat orang terheran-heran bagi mereka yang telah menjumpai pengalaman
mistis tersebut dan bahkan banyak orang yang mempercayai bahwa Kokok Putik
merupakan tempat persinggahan para wali. Hal itulah yang kemudian membuat
Kokok Putik dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi wisatawan yang
menuju Danau Segara Anak yang melalui jalur Sembalun ataupun jalur Torean
dan Senaru.

Setiap harinya, Kokok Putik selalu ramai disinggahi oleh pejalan yang
berlalu lalang melalui jalur Sembalun – Bayan, sebab Kokok Putik merupakan
jalur utama yang menghubungkan kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara.
Setiap hari minggu dan hari-hari libur sekolah, sungai ini selalu ramai dikunjungi
oleh wisatawan. Susana alam yang sejuk membuat pengunjung merasa nyaman
untuk menikmati pitur alam sekitar dan pitur Gunung Rinjani dari sekitar
jembatan Kokok Putik.

Terkait dengan hal tersebut, dalam Babad Lombok dikisahkan bahwa


Kokok Putik merupakan Kokok yang pertama kali dijadikan sebagai tempat
mandinya 5 orang puteri yang berasal dari Kerajaan Majapahit dan kerajaan
lainnya yang disembunyikan oleh seorang Raksasa. Kelima orang puteri tersebut
berhasil diselamatkan oleh Raden Doyan Neda setelah membunuh Raksasa.
Kelima Puteri tersebut dijadikan sebagai isteri oleh Raden Doyan Neda bersama
2 orang saudara sepertapaannya (Sigar Penyalin dan Tameng Muter) dan 2 orang
patihnya. Karena lamanya puteri tersebut disekap oleh Raksasa di dalam gua
sehingga puteri tersebut kelihatan kotor, jelek dan bau maka Raden Doyan Neda
menyuruh ke 5 Puteri tersebut mandi di sungai. Setelah kelima orang puteri
tersebut mandi maka mereka terlihat putih dan cantik rupawan. Melihat hal itu
maka Doyan Neda berserta saudara dan dua orang pepatihnya ikut mandi di
sungai tersebut sehingga mereka juga kelihatan putih, gagah dan tanpan sehingga
Raden Doyan Neda menyebutnya sungai itu dengan nama Kokok Puteq artinya
(sungai tempat dia mandi sehingga kelihatan putih bersih).

D. Kandungan Kokok Putik


Air Kokok Putik memiliki kandungan mineral belerang yang cukup tinggi
sehingga banyak pengunjung yang sengaja datang untuk tujuan wisata mandi air
belerang.
(Gambar 3. Belerang)

Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang S dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur non logam
yang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral sulfide dan
sulfat.

Ciri khas air belerang itu, terletak pada warna cenderung keruh dan
aromanya bau sulfur, karena sulfur oksida salah satu spesies dari gas-gas oksida
sulfur (SOx). Gas ini sangat mudah larut dalam air, sehingga sulfur dapat
ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti : meteorit, gunung berapi, sumber air
panas. Belerang merupakan unsur kimia yang ditemukan dalam dua bentuk,
yaitu belerang alam dan belerang yang bersenyawa dengan logam logam lain.
Belerang alam muncul di perut bumi karena adanya aktivitas magma.

Berikut kegunaan atau manfaat dari belerang:


a. Sebagai antiseptik.
b. Sebagai obat gatal-gatal.
c. Sebagai obat gigitan binatang berbisa.
d. Sebagai campuran dalam pembuatan pupuk, cat, pengawet kayu dan industri
lain.
e. Untuk membunuh hama.
f. Untuk menghilangkan penyakit kulit seperti panu, kadas, kurap, dan kutu air.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi bau nyale mempunyai berbagai macam manfaat bagi kesehatan
karena kandungan yang ada di dalamnya. Nyale memiliki kandungan protein yang
jauh lebih tinggi dari telur ayam ras dan susu sapi. Nyale juga mengandung zat
anti biotik, fosfor, kalsium, dll.
Wisata kokok putik yang terletak di sembalun mengandung belerang yang
mempunyai berbagai macam manfaat, untuk kecantikan dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Unsur Dan Radiokimia. Bandung: Pt. Citra Aditya
Bakti.

Arie, N. R. Peranan Sulfur Dioksida Pada Pembentukan Korosi Logam Dan


Implikasinya Bagi Kesehatan Manusia Di Gunung Lumpur, Desa Kuwu,
Kecamatan Kradenan, Kabupaten Krodogan, Propinsi Jawa Tengah. Jurnal
Teknologi Technoscientia. Vol. 8 No 2.

Barlian, M. Dkk. 2013. Perancangan Pipa Pesat, Dan Daya Keluaran Pembangkit
Listrik Tenaga Air Kokok Putik Desa Bilok Petung Kecamatan Sembalun
Kabupaten Lombok Timur. Dinamika Teknik Mesin. Vol. 3. No. 2.

Made, I. P. 2018. Bau Nyale, Tradisi Bernilai Multikulturalisme Dan Pluralism.


Patanjala. Vol. 10, No. 1. Hal. 99-114.

Saharudin. 2016. Perilaku Luminal Masyarakat Sasak-Lombok Dalam Bekayaq Bau


Nyale Dan Pataq Pare. Gadjah Mada Jurnal Of Humanities. Vol.1. No. 1.

Setyowati, P. 2016. Karakteristik Karet Ebonit Yang Dibuat Dengan Berbagai Variasi
Rasio Rss/I/Riklim Dan Jumlah Belerang. Jurnal Majalah Kulit, Karet, Dan
Plastic. Vol. 20. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai