Anda di halaman 1dari 49

KEBUDAYAAN MELAYU DAN ARSITEKTUR

SUNGAI KAMPAR

DISUSUN OLEH :

ADELIA MARSHANDA (1907111251)


ANNISA USKHA MAHURI (1907155768)
ESTETIKA SAKINA NISA (1907111450)
FIKROTUL AMNA (1907111536)
LOVIARNI CHAIRINI (1907155948)
NAILATI FAUZAH (1907113224)
SELMA KHALIDA (1907112731)
WAAFIQ LAILANNAJMI AMIN (1907111456)

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq
dan hidayah, sehingga makalah mengenai “Kebudayaan Melayu dan Arsitektur
Sungai Kampar”ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka proses pembelajaran Mata Kuliah
“Kebudayaan Melayu dan Arsitektur”. Penulis menyadari bahwa dalam proses
pembuatan Makalah ini melibatkan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak.
Mengingat proses pembuatan Makalah ini dirasa masih jauh dari
kesempurnaan, penulis selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran.
Selanjutnya, penulis mengharapkan karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
.

Pekanbaru, 21 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...3

BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………4


1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………...4
1.3 Manfaat …………………………………………………………………………...5

BAB II Pembahasan ………………………………………………………………...6


2.1 Geografi Sungai Kampar …………………………………………………………6
2.2 Kondisi Geografi Sungai Kampar ………………………………………………..6
2.3 Rumah Adat Di Sungai Kampar ………………………………………………….8
2.4 Kerajaan Di Sungai Kampar ……………………………………………………...9
2.5 Perkampungan dan Permukiman Di Dekat Sungai Kampar …………………….12
2.6 Kegiatan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sungai Kampar …………………….31
2.7 Kebudayaan dan Tradisi Masyarakat Sungai Kampar …………………………..32

BAB III Penutup …………………………………………………………………...47


3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………...47
3.2 Saran …………………………………………………………………………….47

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………....48

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai merupakan poros kehidupan sejak zaman dahulu sampai sekarang.
Dengan adanya sungai, segala aktivitas manusia dapat terpenuhi, dari segi
ekonomi, sosial, budaya dan kegiatan harian sebagaimana biasanya dilakukan
oleh satu masyarakat. Salah satu sungai yang terkenal di masyarakat Melayu Riau
adalah Sungai Kampar. Sungai ini termasuk sungai besar di Provinsi Riau dan
melewati beberapa kota yang ada di Riau. Sungai ini telah ada sejak dulu yang
mana masih terdapat kerajaan seperti Kerajaan Gunung Sahilan, dan Kerajaan
Pelalawan. Sampai saat ini, sungai ini dijadikan sebagai poros bagi masyarakat
sekitar nya untuk memenuhi hidup mereka. Hingga muncullah perkampungan dan
permukiman di sekitar tepi sungai.
Seiring berjalannya waktu, perkampungan dan permukiman tadi perlahan-
lahan memiliki budaya dan tradisi. Serta dengan datangnya budaya lain ke
perkampungan dan permukiman tersebut, terciptalah tradisi yang saling
bergabung seperti bahasa, dan tradisi. Kebudayaan dan tradisi itulah yang turun-
temurun dilakukan oleh masyarakat tersebut dan menjadi ciri khas tersendiri pada
masyarakat Sungai Kampar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan" masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas
adalah sebagai berikut :
1. Dimana jalur Sungai Kampar?
2. Bagaimana geografi Sungai Kampar?
3. Dimana saja perkampungan dan permukiman yang ada di dekat Sungai
Kampar? Beserta tempat peribadatan, istana/kerajaan yang ada.
4. Apa saja kegiatan masyarakat Sungai Kampar?

4
5. Apa saja kebudayaan dan tradisi yang ada di Sungai Kampar?

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil setelah melakukan analisis terhadap
Kebudayaan Melayu dan Arsitektur di Sungai Kampar adalah :
1. Mengetahui jalur penyebaran Sungai Kampar berserta anak sungai dan
cabang anak sungai.
2. Mengetahui perkampungan dan permukiman yang ada di sepanjang tepi
Sungai Kampar
3. Memahami akulturasi budaya yang terjadi di sepanjang Sungai Kampar
4. Memahami tradisi yang turun-temurun pada masyarakat di Sungai
Kampar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Geografi Sungai Kampar

Sungai ini mengaliri wilayah tengah pulau Sumatera yang beriklim hutan
hujan tropis, yang memiliki suhu rata-rata setahunnya sekitar 24 derajat Celsius.
Cuaca panasnya terjadi pada bulan Oktober, dengan suhu rata-rata 26 derajat
Celsius, dan cuaca dinginnya terjadi pada bulan November, dengan curah hujan
402 mm, dan curah terendahnya terjadi pada bulan Juli, dengan rata-rata curah
hujan 104 mm. Kondisi lahan tanah relative subur dan pada umumnya struktur
tanah bersifat argonosol, gleihumus, alluvial, himdromorfik kelabu, podzolic
merah kuning, litosol, dan regosol. Jenis tanah argonosol tersebar luas di dataran
rendah berawa-rawa dan berasosiasi dengan humus. Semakin jauh dari pinggir
sungai, semakin tebal bahan gambutnya yang dikenal dengan gambut ombrogen.

2.2 Kondisi Geografi Sungai Kampar

6
Sungai Kampar merupakan sungai yang berada di pulau sumatera,
Indonesia. Sungai ini berhulu di Bukit barisan di sekitar Sumatera Barat dan
bermuara di pesisir timur Pulau Sumatera di wilayah provinsi Riau. Sungai ini
merupakan pertemuan dua buah sungai yang disebut dengan Sungai Kampar
Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Pertemuaan ini berada pada Kawasan Langgam
(Kabupaten Pelalawan), dan setelah pertemuan tersebut, sungai ini disebut
Sungai Kampar sampai ke muara di Selat Malaka. Hulu air sungai ini
dimanfaatkan sebagai PLTA Koto Panjang yang berkapasitas 114 MW.
Sementara di hilir sungai menjelang muara, sungai ini terkenal dengan ombak
bearnya yang bernama Ombak Bono. Ombak Bono ini biasanta terjadi pada saat
pasang, sehingga air yang berasal dari sungai, tertekan oleh air laut dan ditambah
lagi dengan dangkalnya muara mengakibatkan gelombang yang tercipta semakin
tinggi.

Aliran Sungai Kampar Kanan menelusuri Lima Puluh Kota dan Kampar,
sedangkan aliran Sungai Kampar Kiri melewati Sijunjung, Kuantan Singingi dan
Kampar, kemudian kedua aliran sungai ini bertemua di Pelalawan. Sungai
Kampar Kanan bermata air dari Gunung gadang, yang memiliki luas daerah
tangkap air 5.231 km2. Alur utama mengalir ke utara, kemudian berbelok ke
timer, bertemu dengan anak sungai Batang Kapur Nan Gadang, mengalir degan
kemiringan sedang melalui lembah Batubersurat. Selanjutnya bertemu dengan
anak sungai Batang Mahat,kemudia mengalir kea rah timur. Para penduduk di
daerah Danau bingkuang kerap melakukan penambangan batu dan pasir secara
illegal sehingga terjadinya pengikisan tepian sungai. Sungai Kampar Kiri
bermata air dari Gunung Ngalautinggi, Gunung Solokjanjang, Gunung
Paninjauan Nan Elok, memiliki luas daerah tangkap air 7.053 km2. Dua anak
sungai besar bernama Batang Sibayang dan Batang Singingi.

7
2.3 Rumah Adat Di Sungai Kampar

 Rumah Adat Tua di Daerah Sungai Kampar Kiri Hilir

Berlokasikan di Sungai Pagar, Kampar, Riau

 Rumah Adat Tua di Daerah Sungai Kampar Kanan

Rumah Lontiok

Di Desa Pulau Belimbing terdapat sebuah Museum yaitu Museum


Kandil Kemilau Emas. Museum ini berbentuk Rumah Lontiok yang
menyimpan berbagai koleksi yang memiliki nilai sejarah seperti Barang
tembikar, Alat Pertukangan, Alat Pertanian, Alat-alat penangkap ikan, alat-
alat kesenian, Alat-alat pelaminan, Alat-alat perdagangan, Alat pesta dan lain-
lain.

8
2.4 Kerajaan Di Sungai Kampar

 Istana Pelalawan

Istana Pelalawan dibangun pada tahun 1935, pada masa pemerintahan


Tegku Said Osman (1931 – 1940). Istana ini merupakan replika dari istana
asli yang bentuknya lebih kecil dari kondisi saat ini, dibangun berdasarkan
gambar yang diperoleh dari Belanda.

Istana Kerajaan Pelalawan menghadap ke timur atau berhadapan


dengan Sungai Kampar. Bangunan utama berukuran 60 X 30 m, di kiri dan
kanan bangunan utama terdapat bangunan yang disebut dengan bangunan
sayap. Bagian depan bangunan utama terdapat pendopo, pada sisi utara dan
selatan terdapat dua buah tangga masuk, pada anak tangga terdapat hiasan
dengan motif floral, pada pipi tangga terdapat hiasan terawangan dengan
motif floral. Masuk ke dalam dari bagian pendopo terdapat serambi, pada sisi
utara dan selatan terdapat tangga masuk, di sebelah barat serambi terdapat
sembilan buah pintu masuk yang salah satunya merupakan pintu utama. Pada
dinding sisi utara dan selatan bangunan utama bagian depan terdapat 10 buah
jendela, masing-masing lima buah. Menghubungi bangunan depan dan
belakang terdapat lorong, pada sisi utara dan selatan terdapat pintu masuk.
Bangunan bagian belakang, terdapat pintu masuk dan sebuah jendela di sisi
barat , pada sisi utara dan selatan terdapat masing-masing dua buah jendela.
Bangunan sayap dengan denah persegi panjang, terdapat tangga naik pada sisi

9
utara dan selatan. Pintu masuk terdapat di keempat sisi, jendela ada 12 buah,
di utara selatan masing-masing empat buah, di timur dan barat masing-masing
dua buah. Semua bangunan memiliki atap berbentuk limas.

• Istana Kerajaan Gunung Sahilan

Istana Gunung Sahilan merupakan salah satu situs peninggalan sejarah


Kabupaten Kampar yang terletak di Kampung Gunung Sari, Kecamatan
Gunung Sahilan (Kampar Kiri), Kabupaten Kampar, Riau. Kerajaan Gunung
Sahilan merupakan kerajaan yang berdiri pada abad ke 16-17M. Raja yang
berkuasa di kerajaan ini pada masa itu adalah keturunan dari Kerajaan
Pagaruyung. Setelah Kerajaan Pagaruruyung runtuh, Kerajaan Gunung
Sahilan pun berdiri sendiri. Gelar adat dari raja kerajaan ini diberi nama
Tengku Yang Dipertuan Besar. Berdasarkan riwayat dan bukti-bukti sejarah
yang ditemukan, raja terakhir kerajaan Gunung Sahilan yang berkuasa
bernama Tengku Sulung yang Dipertuan Besar (1930-1945).
Istana Gunung Sahilan yang tersisa saat ini merupakan bangunan
rumah yang sudah cukup renta, tetapi memiliki nilai sejarah yang cukup lama.

10
Bangunan rumah papan panggung ini merupakan bangunan istana yang cukup
penting pada masa Kerajaan Gunung Sahilan Berjaya. Ratusan tahun lamanya,
bangunan ini meski dengan kondisi yang memprihatinkan, masih tersisa
sebagai bukti sejarah yang harus dilestarikan.

Di dalam bangunan bersejarah ini terdapat beberapa benda-benda dan


koleksi sejarah yang bisa dilihat oleh pengunjung, di antaranya adalah meriam
kecil (lelo). Beberapa waktu yang lalu sempat terjadi kecelakaan meriam yang
masih aktif dan dioperasikan sehingga menimbulkan korban jiwa. Perlu
diperhatikan bagi para pengunjung agar berhati-hati terhadap benda-benda
bersejarah karena bisa jadi benda tersebut masih aktif dan berfungsi.

Selain itu terdapat juga bukti-bukti benda yang dimiliki Kerajaan


Gunung Sahilan seperti kendi, tombak, pedang, gong hitam, payung kerajaan,
dan guci-guci antik. Menurut masyarakat setempat, ada hal aneh tentang guci
tersebut. Biasanya guci ini akan berisi air penuh pada musim kemarau, dan
malah kosong pada saat hujan. Selain itu, ada juga sisa-sisa tempat tidur raja
kerajaan yang dilengkapi dengan foto-foto lama yang terpajang di bagian
kamar.

Dahulu, Gunung Sahilan bernama Gunung Ibul. Pada masa itu,


masyarakat masih memeluk agama Budha. Hal ini dibuktikan dengan adanya
kandang babi dan tapak benteng yang ada di kerajaan. Namun, setelah
kerajaan Gunung Sahilan berdiri, masyarakat memeluk agama Islam. Saat ini,
situs-situs bukti sejarah di tempat ini terancam punah karena perluasan area
kebun sawit yang terus dilakukan. Perlu dilakukan upaya perlindungan dan
konservasi yang serius oleh pemerintah setempat.

Saat ini Gunung Sahilan sering menaja aneka festival budaya untuk
mempromosikan kekayaan sejarah dan budaya masyarakat setempat. Selain
melihat bukti sejarah berupa istana yang sudah tua, pengunjung juga bisa
berziarah ke makam raja-raja kerajaan yang letaknya tak jauh dari bangunan

11
istana. Masyarakat setempat akan menyambut pengunjung dengan keramahan
dan budaya khas Kampar yang unik. Berkunjung ke Istana Gunung Sahilan
cocok dilakukan oleh para peminat wisata sejarah, budaya dan para peneliti
yang ingin melihat langsung bukti sejarah di tempat ini. Para penggiat budaya
pun banyak yang menaja acara seni dan budaya di tempat tersebut.

2.5 Perkampungan dan Permukiman Di Dekat Sungai Kampar

1. Pelalawan, Kec. Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Riau

• Sebelum perkampungan terdapat anak sungai bernama Sungai Pelalawan

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke Selatan.

• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di sebelah
barat.

• Orientasi matahari – kampung ini tidak berhadapan langsung dengan


matahari terbit.

• Tempat Peribadatan

 Masjid At-Taqwa

12
 Mesjid Hibah
 Musholla Al Mukhlisin
• Kerajaan
 Istana Sayap Pelalawan

2. Langgam, Kec. Langgam, Pelelawan, Kabupaten Pelalawan, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi utara
• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di sebelah
barat.
• Orientasi matahari – kampong ini berhadapan langsung dengan matahari
terbit.

13
• Tempat Peribadatan
 Masjid Nurul Islam
 Masjid nurul ikhlas

3. Segamai, Kec Tlk. Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau

• Alur kampung segamai mengikuti arah jalur sungai kampar dengan posisi
kampung mengarah kesungai kampar dengan orientasi perkampungan
mengarah kearah barat laut.
• Arah hilir sungai berada disebelah timur laut kota dan hulu berada di
sebelah barat daya.
• Orientasi matahari – kampung ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
• Tempat peribadatan
 Mesjid Al Jihat
 Mesjid Nurul Hakim
 Mesjid Fastabiqul Khairat
 Mesjid Nurul Hakim

14
4. Pulau Muda, Kec. Tlk. Meranti, Pelelawan, Riau

• Alur perkampungan mengikuti jalur sungai kampar dan juga mengarah ke


arah sungai dengan posisi kampunga mengarah dari arah barat dan timur.
• Orientasi kampung terhadap matahari dari arah kiri ke kanan.
• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di sebelah
barat
• Orientasi matahari – kampung ini berhadapan langsung dengan matahari
terbit.
• Tempat beribadah :
 Mesjid Syuhada
 Mesjid Parit Naga
 Mesjid Prit Nilam
 Mesjid Taqwa
 Mesjid Attolibin

15
5. Sering, Kec. Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Riau.

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke timur dan barat
• Arah hilir sungai berada di utara kota dan hulu berada di selatan.
• Orientasi matahari – kampung berhadapan langsung dengan matahari terbit.
• Peribadatan
 Masjid Nurul Iman

PERKAMPUNGAN ANAK SUNGAI KAMPAR KANAN

1. Buluh Nipis, Kec. Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau

16
• Posisi Perkampungan berada pada sisi samping kiri pada Sungai Kampar.
Namun perkampungan ini tidak langsung berdekatan dgn sungai
dikarenakan ada danau dekat perkampungan tersebut.

• Perkampungan berorientasi ke utara dan selatan.

• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di utara.

• Orientasi matahari – kampung berhadapan langsung dengan matahari


terbit.

• Tempat Peribadatan

 Masjid Jami

 Mushola Nurul Ikhlas

 Mushola Baiturrahman

 Masjid Syuhada Desa Kapau Jaya

2. Buluh Cina, Kec. Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke utara dan selatan

17
• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di sebelah
barat

• Orientasi matahari – kampung ini tidak berhadapan langsung dengan


matahari terbit.

• Tempat Peribadatan

 Mushola Nur Ikhlas

 Mushola Baitullah Buluh Cina

3. Tj. Balam, Kec. Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke selatan.

• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di sebelah
barat.
• Orientasi matahari – kampong ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
• Tempat Peribadatan

 Masjid at Takwa

 Masjid Raya Nurul Islam

18
 Masjid Al Jihad

4. Teratak Buluh, Kec. Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke selatan

• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di selatan
• Orientasi matahari – kampung ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
• Tempat Peribadatan

 Masjid Teratak Buluh

19
5. Kp. Pinang, Perhentian Raja, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke Barat

• Arah hilir sungai berada utara kota dan hulu berada di sebelah barat laut.
• Orientasi matahari – kampong ini berhadapan langsung dengan matahari
terbit.
• Tempat Peribadatan

 Musholla Nurul Ikhlas

 Masjid Raya Pinang

20
6. Tlk. Kenidai, Kec. Tambang, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke barat laut
• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di sebelah
barat
• Orientasi matahari – kampong ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
• Tempat Peribadatan
 Masjid Al-Ikhlas

7. Kualu, Kec. Tambang, Kabupaten Kampar, Riau

21
• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan
berorientasi ke selatan.

• Arah hilir sungai berada tenggara kota dan hulu berada di selatan
• Orientasi matahari – kampong ini berhadapan langsung dengan matahari
terbit.
• Tempat Peribadatan

 Masjid Nurul Iman

8. Tanjung Kudu, Kualu, Kec. Tambang, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke selatan

• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di sebelah
barat
• Orientasi matahari – kampong ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
• Tempat Peribadatan
 Masjid Baiturrahmah

22
9. Gobah, Kec. Tambang, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke Utara

• Arah hilir sungai berada diutara kota dan hulu berada di utara
• Orientasi matahari – kampong ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
• Tempat Peribadatan

 Masjid Nurul Yakin

 Masjid Syurowalfatwa

 Masjid Baitul Amal

23
10. Terantang, Padang Luas, Kec. Tambang, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke selatan

• Arah hilir sungai berada diselatan kota dan hulu berada di sebelah barat daya
• Orientasi matahari – kampong ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
• Tempat Peribadatan
 Mesjid Al-iklas Padang Luas

24
11. Sipungguk, Salo, Kabupaten Kampar, Riau

 Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke selatan
 Arah hilir sungai berada ditimur dan hulu berada di sebelah barat
 Orientasi matahari – kampong ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
 Tempat Peribadatan :
 Masjid Al-Hidayah Sipungguk
 Masjid Al-Jihad Muara Danau

25
12. Pulau, Belimbing, Kabupaten Kampar, Riau

 Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke utara
 Arah hilir sungai berada ditimur dan hulu berada di sebelah barat daya
 Orientasi matahari – kampong ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
 Rumah Adat :
 Rumah Lontiok

26
PERKAMPUNGAN DI ANAK SUNGAI KAMPAR KIRI

1. Simalinyang, Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke selatan

• Arah hilir sungai berada disebelah timur kota dan hulu berada di selatan

• Orientasi matahari – kampong ini berhadapan langsung dengan matahari


terbit.

• Tempat Peribadatan
 Masjid/Mushollah

27
2. Lipat Kain Sel, Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau

Sungai Setingkai (Anak sungai di lipat kain)

• Posisi Perkampungan mengarah ke Sungai Kampar. Perkampungan


berorientasi ke barat

• Arah hilir sungai berada di utara dan hulu berada di selatan

• Orientasi matahari – kampong berhadapan langsung dengan matahari


terbit.

• Tempat Peribadatan
 Masjid Raya BAITUL IHSAN

28
 Masjid Raya AL-MIZAN

Masjid Raya Baitul Ihsan Masjid Raya Al Mizan

Balai Adat Kenegarian Lipat Kain, Kampar

29
3. Mentulik, Kampar Kiri Hilir, Kabupaten Kampar, Riau

• Posisi kampung mengarah ke arah sungai Kampar kiri dengan orientasi


kampung ke arah barat
• Arah hilir sungai berada di selata dan hulu berada di barat daya.
• Orientasi matahari – kampong ini tidak berhadapan langsung dengan
matahari terbit.
• Tempat wisata :
 Monas Mentulik

30
• Tempat peribadatan :
 Mesjid Baiturahman

2.6 Kegiatan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sungai Ka

Masyarakat cenderung melakukan kegiatan memancing disungai.


Beberapa juga melakukan kegiatan sebagai petani karet getah. Kegiatan
memancing di sekitaran sungai Kampar. Adapun salah satu rumah penduduk
yang berada dipinggir sungai.

31
2.7 Kebudayaan dan Tradisi Masyarakat Sungai Kampar

 Tradisi Balimau Kasai ketika menyambut puasa

Balimau kasai adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi


masyarakat Kampar di provinsi Riau untuk menyambut bulan suci ramadhan.
Acara ini biasanya dilaksanakan sekali dalam setahun yaitu sehari menjelang
masuknya bulan puasa, upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa
syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa juga merupakan simbol
penyucian diri.

Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang di


campur jeruk yang oleh masyarakat Kampar sendiri disebut limau. Jeruk yang
biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Sedangkan
kasai adalah wangiwangian yang biasanya dipakai kewajah dan tangan atau
semacamlulur. Bagi masyarakat Kampar pengharum badan (kasai) ini
dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala,
sebelum memasuki bulan puasa.

32
Kegiatan balimau kasai ini biasanya dimeriah kan oleh masyarakat
dengan membuat sampan hias dan diiringi oleh masyarakat yang berenang
dibelakang sampan tersebut dan acara panjat pinang di tepi sungai.

 Tradisi Semah Rantau di Kampar Kiri

Ritual Sema atau Semah Rantau menjadi agenda tahunan di Desa


Tanjung Beringin, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar. Sema
Rantau artinya membersihkan/mengobati.Tradisi ini merupakan ritual untuk
membersihkan diri dari segala dosa yang dilakukan warga desa, baik yang
sengaja maupun tidak disengaja dilakukan.

Biasanya, Sema Rantau akan dilakukan ketika terjadi suatu musibah di


kampung, seperti halnya gagal panen padi karena diserang hama ataupun
ketika salahseorang warga tempatan menjadi korban mangsa raja sungai

33
maupun raja hutan. Selain itu, Sema Rantau juga dilaksanakan sebagai
ungkapan syukur kepada Tuhan semesta yang telah memberi rahmat air dan
ikan yang berlimpah.

Sema Rantau dilakukan dengan memotong kerbau lalu diambil kepala,


hati dan bagian jantung. Pembagiannya, hati dan jantung diantar ke makam
Datuok Page yang bergelar Datuk Harimau. Kepala kerbaunya dibuang ke
dasar sungai dan sisa dagingnya dibagi-bagikan ke warga setempat. Sebelum
memulai Sema Rantau, Datuok Pucuk dan warga akan berziarah ke dua
makam, yaitu makam Datuok Page dan Datuok Darah Putih. Konon, datuk
tersebut berdarah putih, sakti dan dulunya disegani masyarakat. Selesai
berziarah, warga berbondong-bondong menaiki perahu yang biasanya disebut
piyau menuju ke hulu sungai yang dinamakan Lubuok.Di tempat tersebut,
prosesi terakhir Sema Rantau dilakukan yaitu dengan membuang kepala
kerbau ke dalam sungai oleh tetua adat. Sembari dibacakan doa, kepala kerbau
tersebut berangsur masuk ke dalam air.

Usai ritual, warga setempat makan bersama di pinggir sungai sekaligus


menikmati keindahan alam yang masih asri. Selain Sema Rantau, warga Desa
Tanjung Beringin kerap melakukan mancokau ikan. Dimana, tetua adat akan
membacakan doa sebelum melempar jala pertama tanda dimulainya acara
adat. Hasil menjala itu akan berlanjut pada acara pelelangan ikan dengan
harga yang murah. Usai mancokau ikan, biasanya dilanjutkan dengan tradisi
pacu bagala. Tradisi isi dilestarikan untuk mengingat para raja atau para tetua
dulu yang selalu menggunakan perahu dan gala untuk menyusuri sungai ke
desa-desa yang berada di daerah pinggiran Sungai Subayang.

 Masyarakat melakukan kegiatan menangkap ikan di sungai


bersama sama setahun sekali.

34
 Tradisi Makan Bajambau

Tradisi Makan Bajambau adalah tradisi asli dari Kabupaten Kampar,


tradisi makan bajambau sendiri pun adalah tradisi turun temurun dari
masyarakat Kampar pada zaman dahulu, dimana tradisi ini adalah mengenal
suku atau kaum yang ada karena tradisi makan bajambau merupakan tradisi
saling menghormati para tamu yang datang untuk melaksanakan makan
bajambau. Maka dari itu tradisi makan bajambau di Kampar sangat dijunjung
dan sangat perlu dipertahankan. Tradisi makan bajambau dulu nya dilakukan
oleh masyarakat pada setiap hari kamis, karena masyarakat pada zaman
dulunya lebih banyak membuat acara makan bajambau pada siang hari atau
pada malam hari. Tradisi makan bajambau atau bisa dibilang dengan makan
bersama dalam satu tempat atau lazim disebut dengan talam, biasanya dalam
satu hidangan disantap sebanyak 4 sampai dengan 5 orang. Ditambahkan

35
dengan menu-menu khusus yang ditampilkan di dalam talam tersebut,
sehingga tradisi makan bajambau di Kampar khususnya di desa salo timur
sangat unik. Keunikan tradisi makan bajambau di Desa Salo Timur salah satu
nya adalah cara penyajian dan cara aturan duduk, karena sejak dulu nya
masyarakat Desa Salo Timur sudah membuat aturan duduk antar suku
sebelum tradisi makan bajambau dilakukan,

Tradisi Makan Bajambau adalah tradisi makan bersama-sama dalam


satu hidangan, dengan menggunakan talam atau dulang kaki tigo. Kegiatan ini
biasanya selalu diadakan disetiap acara-acara formal maupu non formal,
acara-acara yang biasanya di lakukan saat makan bajambau adalah : Acara
adat pernikahan, Acara Aqiqah, Acara 7 hari kematian, Acara harihari besar
agama isalam, dan Acara pelantikan Ninik Mamak atau penjabat daerah.

Aturan duduk dalam makan bajambau yang ada di Desa Salo Timur
Kecamatan Salo Kabupaten Kampar merupakan hal yang sangat unik dari
tradisi ini, dimana sebelum proses pelaksanaan makan bajambau para tamu
yang datang khususnya di acara adat pernikahan tidak boleh sembarang
duduk. Karena di posisi duduk itulah kita akan bisa menilai dan menentukan
tingkatan seseorang. arti di dalam duduk tradisi makan bajambau adalah untuk
bisa lebih memperkenalkan posisi duduk yang sudah ada sejak turun temurun.
Maka dari itu peran ninik mamak, orang tua dulu untuk bisa memperkenalkan
nya agar posisi duduk dalam makan bajambau dapat bisa dipertahankan
sampai sekarang ini.

Makna Orang Pembawa Jambau Setiap tradisi pasti memiliki makna


dan sakral dan mempunyai makna-makna terntu. Sama seperti makna orang
pembawa jambau, sedangkan orang pembawa jambau itu sendiri adalah
sumondo. Makna orang sumondo yang membawa jambau itu adalah untuk
bisa dikenal orang yang datang kerumah bahwa orang tuan rumah yang

36
sedang mengadakan acara tahu bahwa orang tuan rumah memiliki sumondo
(menantu/ipar).

 Tradisi Ayo Zorah

Rombongan ziarah kubur

Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat bangkinang seberang.


Masyarakat bangkinang seberang merupakan masayarakat asli kabupaten
Kampar. Tradisi ayo zorah ini dilakukan pada hari raya ke 6 setelah idul fitri.
Kegiatannya berupa ziarah kubur dan makan bejambau di nosa. Kegiatan ini
dilakukan dari pagi sampai siang hari.

37
Kegiatan ziarah kubur

Ziarah kubur dilakukan oleh para laki-laki dengan berombongan.


Kegiatan yang dilakukan disana berupa memanjatkan doa untuk orang-orang
yang terdahulu. Setelah acara ziarah kubur para laki- laki tersebut pergi
menuju nosa ( surau) untuk makan bejambau. Jambar ini dibawa oleh para
wanita dari rumah menuju nosa untuk dinikmati bersama-sama setelah orang
ziarah kubur. Dan salah satu makanan khas yang tidak pernah dilupakan
ketika ayo zora ini adalah dadio. Dadio ini terbuat dari susu kerbau.

Dadio

38
 Tradisi Kotik
Kotik Adat Kampar ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda
(WBTB) Indonesia 2018 dari Provinsi Riau. Kotik Adat sebuah upacara yang
sarat makna dan fungsi. Sampai saat ini tradisi ini masih dilestarikan
Masyarakat Pulau Godang, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten
Kampar.

Keberadaan Kotik adat di Nogori Pulau Godang telah berlangsung


lama, dan merupakan suatu bukti penerimaan ajaran Islam sebagai agama baru
bagi masyarakat di Pulau Godang pada waktu itu. Bagi orang Ocu di Pulau
Godang, upacara kotik adat merupakan suatu upacara yang penting dan sakral,
karena di dalamnya terdapat dua aspek yaitu adat dan agama. Melaksanakan
kotik adat berarti melestarikan adat dan sekaligus mempertebal iman
keagamaan.

Kotik Adat upacara yang penting sehingga perlu persiapan yang


matang dan melibatkan orang penting dalam suku dan nogori (daerah) itu.
Dalam upacara penobatan kotik adat, hanya satu calon kotik yang boleh
dinobatkan. Jika terdapat satu atau lebih calon, maka upacara dilakukan pada
waktu atau tempat yang berbeda.

Pada zaman dahulu, uacara penobatan kotik adat biasanya pada hari
pertama di bulan Syawal setelah sholat Zuhur. Pada perkembangannya saat
ini, upacaranya disejalankan acara halal bihalal dusun atau nogori. Halal
bihalal biasanya digelar di surau pasukuan atau masjid nogori.
Menggabungkan acara halal bihalal dengan uacara penobatan kotik adat tak
masalah dan tak mengurangi makna atau nilai penobatan.

Kotik adat hiburan adalah istilah masyarakat setempat untuk


menyebutkan pembacaan kutbah adat oleh seseorang yang telah dinobatkan

39
menjadi kotik adat. Kotik adat biasanya memiliki suara yang merdu. Kotik
adat jadi penghibur masyarakat dengan lewat pembacaan kutbah. Pembacaan
kutbah yang menghibur oleh kotik adat tidak menghilangkan nilai suci dan
sakral dari teks tersebut karema hiburan yang disajikan adalah suatu tembang
religius.

Syarat menjadi kotik adat cukup berat. Orang itu tak pernah
melakukan perbuatan tercela, taat beribadah, pandai membaca Al Quran,
sosoknya dianggap calon ulama di dalam suku atau nogori. Tidak ada batasan
umur.

Upacara Kotik Adat memiliki sejumlah fungsi. Pertama, lambang


kemakmuran nogori dan upacara tolak bala. Kedua, menjaga kelangsungan
struktur sosial budaya. Ketiga, memantapkan kolektifitas dan identitas
Masyarakat Pulau Godang. Ketiga, gerbang menuju pertaubatan diri dan
penyucian diri. Keempat, sebagai hiburan.

 Tradisi Basiacuong dalam Masyarakat Adat Limo Koto Kampar


Basiacuong merupakan bagian adat dan tradisi masyarakat Limo Koto
Kampar yang diwarisi secara turun temurun dari nenekmoyang terdahulu.
Siacuong berasal dari kata sanjung menyanjung dari satu pihak ke pihak lain
yang biasanya diwakili oleh ninik mamak dari suatu suku yang berbincang
atau mereka yang karena kedudukannya diberi kesempatan untuk berbicara.
Kata kerja dari Siacuong yang sering disebut masyarakat dengan basiacuong
yang berarti menyengaja sesuatu perbuatan. Adapun nama lain dari
basiacuong adalah sisombau atau basisobau. Basisombau adalah salah satu
bentuk penyampaian pikiran, ide dan nasehat dengan cara yang tidak lansung
ataumelaluigaya bahasa yang enak di dengar. Dalam sastra lisan terdapat
dialog antara dua ninik mamak dan mengungkapkan pepatah dan pantun yang
mempunyai nilai-nilai dan pemakaian bahasa yang bagus. Dalam berbagai

40
upacara seperti pertunangan, pernikahan, kenduri, penobatan ninik mamak
biasanya basiacuong dilaksanakan. Siacuong merupakan salah satu
kebudayaan yang dapat memperkaya kebudayaan yang ada di Riau seperti
makyong, randai, nadihin, baandu, berdah, hikayat, bakoba, badikiu dan lain-
lain. Biasanya basiacuong dilaksanakan pada acara peminangan, peresmian
pernikahan dengan cara sebagai berikut:

1. Ninikmamak pengantin laki-laki bertanya kepada orang limbago pengantin


perempuan mengenai kepada siapa dia memulai basiacuong.

2. Setelah orang limbago menjawab pertanyaan tersebut, maka ninik mamak


pengantin laki-laki akan basiacuong dalam rangka penyerahan tepak, yang
disebut dengan basiacuong ulur tepak.

3. Setelah acara penyerahan tepak selesai, berikutnya dilanjutkan dengan


makan bersama yang didahului oleh basiacuong oleh orang limbago.

4. Berikutnya dilanjutkan dengan penyerahan kemenakan (pengantin laki-laki)


kepadan ninik mamak pihak perempuan.

5. Selanjutnya pihak ninik mamak laki-laki kembali menanyakan tentang


tanda peminangan kepada ninik mamak pihak perempuan yang disebut
dengan membalikkan tanda.

6. Sebagai akhir dari upacara adat basiacuong dalam pernikahan untuk pamit
meninggalkan tempat acara dan pulang ke rumah masingmasing oleh pihak
ninik mamak pihak laki-laki dengan basiacuong.

Selain pada acara perkawinan basiacuong juga dilaksanakan pada


acara sebagai beikut:

a. Pada acara hitanan

b. Penobatatan ninik mamak

41
c. Acara kenduri dalam berbagai bentuk

Basiacuong selain sebagai tradisi yang turun temurun dilaksanakan di


daerah Limo Koto Kampar dia juga berfungsi untuk menyampaikan pesan-
pesan moraldan norma-norma tertentu untukmasyarakat. Di samping itu
basiacuong dapat mendorong masyarakat terampil berbicara. Dalam
menuturkan kata, maka haruslah tersusun rapi. Karena mulut merupakan
senjata ampuh dalam menundukkan orang lain, tetapi mulut juga dapat
melukai hati orang lain, seperti pepatah mengatakan mulutmu harimaumu,
kalau luka karena pedang masih ada obat akan dicari, kalau bicara melukai
hati seseorang kemana obat akan dicari.

Prosesi Basiacung dilaksanakan sesuai dengan upacara yang ada dan


berpedoman kepada ketentuan adat yang mengatur tata cara basiacuong serta
mempergunakan ungkapan katakata siacuong. Penuturan kata siacuong dalam
acara adat adalah para ninik mamak dari setiap persukuan yang ada. Akan
tetapi acara di luar adatseperti kenduri boleh dituturkan oleh mereka yang
terampil dalam basiacuong yang sudah dipersiapkan pada masing-masing
persukuan yang ada. Pada waktu belakangan ini pewarisan kepada generasi
muda dirasakan sudah sangat kurang, walaupun di beberapa tempat masih
terlihat anak muda mempelajari materi siacuong.

42
 Mengaji di Nosa
Kegiatan ngaji dinosa masih dilakukan sampai sekarang, kegiatan
ngaji di nosa berupa ngaji anak-anak yang dilakukan sehabis magrib. Dan
pada siang hari nosa digunakan untuk kegiatan wirid ibuk-ibuk.

Nosa yang terletak di muara uwai

43
• Calempong Oguong - Seni Memukul Gong dari Kampar

Tradisi musik tradisional asal Kabupaten Kampar - Provinsi Riau yang


cukup terkenal bernama Calempong Oguong. Merupakan seni budaya
memukul gong secara tradisional yang menghasilkan bunyi-bunyian musik
yang bervariasi. Calempong Oguong secara resmi pada tahun 2016 telah
ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) nasional, dan
mendapatkan sertifikat resmi yang telah diserahkan pada pemerintah daerah
setempat.
Calempong Oguong (gong) mirip dengan talempong yang ada di
daerah Sumatera Barat. Namun calempong Kampar memiliki kekhasan tradisi
dan asal usul yang berbeda. Selain itu, improvisasi (nada hiasan/krenek
melodi) serta peningkah yang digunakan juga tidak sama.

Pada mulanya, peralatan gong yang digunakan dibawa oleh para


perantau asal Kampar yang merantau ke Singapura. Saat itu Singapura masih
menjadi bagian dari Malaysia. Gong tersebut terbuat dari logam. Bukan hanya
di Kampar saja, calempong pada masa dahulu juga dibawa hingga ke
Pekanbaru (masih satu daerah), lalu dibunyikan dan ditabuh hingga ke
Kampar. Dengan bunyi gong ini, menandakan para perantau asal Singapura
telah kembali ke kampung halamannya di Kampar.

44
Perlengkapan Musik Calempong Oguong Calempong Oguong
dimainkan oleh 5 orang pemain, diantaranya adalah:

1. Dua (2) orang masing-masing penggolong dan peningkah akan memainkan


6 buah alat calempong.

2. Satu (1) orang gondang peningkah memainkan instrumen ketepak dasar.

3. Satu (1) orang gondang peningkah memainkan ketepak bungo

4. Satu (1) orang pemukul gong

Tradisi musik calempong pada dasarnya menggunakan 3 jenis alat


musik yang dimainkan, diantaranya adalah:
1. Calempong, merupakan alat musik perkusi berbahan dasar logam
sebanyak 6 buah, disusun secara berderet dengan nada tinggi ke tengah,
diletakkan pada sebuah kotak kayu panjang dengan ukiran di bagian
luarnya. Kotak calempong ini berfungsi sebagai resonansi bunyi pada saat
dipukul.
2. Ketepak, merupakan sejenis alat musik perkusi dengan sumber bunyinya
berasal dari selaput/kulit kambing. Bentuk alat ini bulat dan pada kedua
permukaannya dan ditutup dengan kulit yang dirajut menggunakan rotan.
Cara menggunakannya alat ini ditabuh menggunakan jari atau juga
dengan rotan. Ketepak menjadi salah satu alat dari 3 jenis alat musik
pelengkap pada grup calempong.
3. Gung (gong), merupakan alat musik yang juga terbuat dari logam,
memiliki rongga sehingga menimbulkan bunyi dengung yang nyaring.
Dalam satu permainan calempong biasanya menggunakan dua buah gong.

45
Dalam menyusun alat calempong, yang memiliki nada tinggi biasanya
diletakkan di bagian tengah, baik dari kiri atau kanan. Nada ini dikatakan
sebagai nada inti yang sering dianggap memiliki kekuatan magis. Pada waktu-
waktu tertentu, calempong inti ini biasanya dilumuri dengan air limau dan
dibacakan mantera-mantera. Susunan enam calempong ini diibaratkan seperti
makhluk yang memiliki hati dan jiwa. Dan calempong inti merupakan bagian
dari jantung sebagai inti kehidupan.

46
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan yang telah ada yaitu Sungai Kampar
merupakan salah satu poros kehidupan masyarakat yang tinggal di tepi Sungai
Kampar. Sungai Kampar melewati beberapa kota di Sumatera Barat dan Riau.
Oleh karena itu, terdapat akulturasi budaya yang terjadi pada daerah Sungai
Kampar yaitu penggabungan Budaya Melayu dan Budaya Minangkabau. Dari
akulturasi budaya itulah tercipta beberapa tradisi yang tidak jauh dari kedua
budaya itu sendiri. Tidak hanya pada tradisi masyarakat, namun rumah adat
dan rumah tradisional yang ada pun penggabungan dari kedua budaya tersebut
yaitu rumah lontiok yang menggunakan atap yang hampir menyerupai atap
pada rumah gadang di minangkabau. Dengan demikian, tradisi tersebut tetap
dilakukan oleh masyarakat sampai saat ini, guna melestarikan budaya leluhur.

3.2 Saran
Saran yang bisa penulis sampaikan yaitu:
• Tetaplah membaca dan mengetahui penyebaran Budaya Melayu yang ada
khususnya di Sungai Kampar, Provinsi Riau.
• Dengan memahami perkampungan dan permukiman yang ada di sepanjang
Sungai Kampar, maka hendaknya dapat melestarikan budaya yang ada di
daerah tersebut.

47
DAFTAR PUSTAKA

https://www.wikiwand.com/id/Sungai_Kampar Diakses tanggal 28 Maret 2021

https://kominfosandi.kamparkab.go.id/peta-wilayah/ Diakses tanggal 28 Maret 2021

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/balimau-kasai-tradisi-orang-kampar-
sambut-puasa/ Diakses tanggal 28 Maret 2021

Sumber : Hafizh,A,2018; Tradisi makan bajambau di desa salo timur kecamatan salo
kabupaten Kampar. Pekanbaru.

Sumber: Masyarakat Kampar desa pulau lawas dan muara uwai

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/kotik-adat-tradisi-dari-pulau-godang-
kampar/ Diakses tanggal 28 Maret 2021

Drs. H. Mohd. Yunus, MA. 2013 Tradisi Basiacuong dalam Masyarakat Adat Limo
Koto Kampar, Menara, Vol. 12 No.2

https://www.riaumagz.com/2019/12/istana-gunung-sahilan-peninggalan.html Diakses
tanggal 28 Maret 2021

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcToyK_FkO9mbbH30JaK-
ZkhWCVqiZbjtUR1yA&usqp=CAU Diakses tanggal 06 April 2021

https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTo_TGbR5Q6lDRcfTzQSccKeYmfkPmsej9
2VA&usqp=CAU Diakses tanggal 06 April 2021

Foto – foto peta Kampar

https://earth.google.com/web/data=MicKJQojCiExNHA5d204X0VMamlwck5IRWx
WOVZXc2pocWt4djVrZWI6AwoBMA?authuser=0 Diakses tanggal 25 Maret 2021

48
https://www.google.com/maps/place/Kabupaten+Kampar,+Riau/@0.3203257,100.50
08754,9z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x31d56ceb8146887d:0x3039d80b220cad0!8
m2!3d0.146671!4d101.1617356 Diakses tanggal 25 Maret 2021

http://www.riaudailyphoto.com/2011/12/desa-wisata-pulau-belimbing.html Diakses
tanggal 11 April 2021

49

Anda mungkin juga menyukai