Anda di halaman 1dari 66

HUMAN ASPECT IN STREET

CORRIDOR

i
HUMAN ASPECT IN STREET
CORRIDOR

Penulis :

Adelia Marshanda (1907111251)

Alya Handhini (1907111551)

Annisa Uskha Mahuri (1907155768)

Ewa Hasna Asyifah (1907113418)

Loviarni Chairini (1907155948)

Nailati Fauzah (1907113224)

Selma Khalida (1907112731)

Waafiq Lailannajmi Amin (1907111456)

Penerbit

Pekanbaru

2021

ii
HUMAN ASPECT IN STREET CORRIDOR

Penulis:
Adelia Marshanda & DKK
Jurusan Arsitektur
Universitas Riau
2021

Desain Cover:
Selma Khalida

Layout:

Cetakan I:

Penerbit

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku
pemanfaatan koridor jalan terhadap perilaku
manusia telah dapat diselesaikan. Buku “Human
Aspect in Street Corridor” disusun berdasarkan
hasil penelitian di beberapa tempat di Kota
Pekanbaru, Provisi Riau.

Terimakasih disampaikan kepada Bapak


Muhd. Arief Al Husaini, S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing dan penguji beserta anggota
kelompok yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini, serta terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah berkontribusi dalam editing dan
semua pihak yang ikut membantu menyelesaikan
buku ini.

Kami sangat menyadari bahwa buku ini


hanya menyampaikan sebagian kecil dari
pemanfaatan koridor jalan terhadap perilaku
manusia di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
Walaupun demikian, buku ini akan menambah

v
wawasan mengenai pemanfaatan, solusi dan
rancangan desain yang berguna bagi koridor jalan
dan penggunanya. Semoga buku ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca, masyarakat,
dan lingkungan hidup khususnya bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, Juni 2021

Tim Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ……………………………... i

Kata Pengantar ................................................ iv

Daftar Isi …………………………………….. vi

BAB I Pendahuluan …………………………. 1


1.1 Latar Belakang …………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………… 3
1.3 Tujuan ……………………………………... 3

BAB II Literature Review …………………..... 5


2.1 Pengertian Sequential Perspective – Serial
Vision................................................................... 5
2.2 Hubungan Perilaku Manusia terhadap Serial
Vision ………………………………………….. 6

BAB III Metode ……………………………… 7

BAB IV Hasil Survey dan Analisa ………….. 8


4.1 Jembatan Siak 3 …………………………….9
4.2 Jembatan Siak 4 ………………………….. 12
4.3 Mall Pekanbaru ………………………….. 16

vi
4.4 Pasar Pagi ………………………………... 20
4.5 Pasar Kodim ……………………………... 23
4.6 Pedestrian Tuan Kadi ……………………. 27
4.7 RTH Kaca Mayang ……………………… 30
4.8 RTH Rumah Walikota …………………… 34
4.9 RTH Sungai Siak ………………………… 37
4.10 Jalan Sumatra ………………………… 40

BAB V Usulan Rancangan ………………… 44


5.1 Jembatan Siak 3 …………………………. 44
5.2 Jembatan Siak 4 …………………………. 45
5.3 Mall Pekanbaru …………………………. 46
5.4 Pasar Pagi ……………………………….. 47
5.5 Pasar Kodim …………………………….. 48
5.6 Pedestrian Tuan Kadi …………………… 49
5.7 RTH Kaca Mayang …………………….. 50
5.8 RTH Rumah Walikota …………………. 51
5.9 RTH Sungai Siak ………………………... 52
5.10 Jalan Sumatra ………………………….. 53

BAB VI Penutup …………………………… 54


6.1 Kesimpulan ……………………………... 54
6.2 Saran ……………………………………. 54

Daftar Pusataka …………………………… 56

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku dapat mempengaruhi kebiasaan
seseorang dalam penggunaan suatu tempat,
dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut
sering kita jumpai di berbagai tempat,
khususnya tempat yang terdekat dengan kita.
Tempat yang biasanya memiliki satu fungsi
dapat berubah menjadi dua bahkan banyak
fungsi, bergantung pada kebiasaan seseorang
atau orang banyak yang menggunakan tempat
tersebut. Bahkan, tempat yang memiliki
banyak fungsi tersebut akan mengakibatkan
fungsi utamanya menjadi hilang.
Studi kasus yang bisa dilihat adalah
ruang publik, terutama koridor jalan suatu
penggalan kota kita. Disini banyak ditemukan
bahwa koridor jalan di beberapa tempat tetap
mengedepankan fungsi utama dan ada yang
menutupi fungsi utama. Sehingga,

1
penggunaan koridor jalan tersebut tidak
berjalan maksimal. Fungsi tersebut
dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang
kurangnya pemahaman tentang penggunaan
koridor jalan yang semestinya digunakan.
Kebiasaan atau perilaku yang banyak
digunakan sehingga penggunaan koridor jalan
menjadi berubah ialah berdagang, tempat
parkir roda dua, dan lain-lain. Oleh karena itu,
sebaiknya penggunaan koridor jalan tetap
sesuai dengan fungsi utamanya yaitu sebagai
tempat pejalan kaki. Dengan penerapan teknik
Sequential Perspective - Serial Vision, kita
dapat melakukan analisa terhadap koridor
jalan. Untuk itu, penulis melakukan analisa
dan pertimbangan desain pada beberapa
koridor jalan di Kota Pekanbaru, Provinsi
Riau. Sehingga dapat menjadikan
pertimbangan bagi tata kota di Kota
Pekanbaru nantinya.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan
beberapa pertanyaan, sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Sequential
Perspective – Serial Vision?
2. Bagaimana hubungan antara perilaku
dengan Sequential Perspective – Serial
Vision?
3. Bagaimana contoh rancangan dari
Sequential Perspective – Serial Vision?
4. Bagaimana hasil survey, analisa dan
usulan rancangan terhadap penggunaan
koridor jalan di beberapa tempat di Kota
Pekanbaru?

1.3 Tujuan
Tujuan dari analisa tersebut yaitu :
1. Memahami penggunaan teknik Sequential
Perspective – Serial Vision dalam
mengamati dan menganalisa perilaku
manusia terhadap suatu ruang atau tempat.

3
2. Dapat mengembangkan desain baru yang
merupakan hasil analisa yang telah
dilakukan.
3. Dapat mengedepankan fungsi utama pada
suatu ruang atau tempat.
4. Dapat mengembangkan fungsi tambahan
tanpa mengubah fungsi utama suatu ruang
atau tempat.

4
BAB II

LITERATURE REVIEW

2.1 Pengertian Sequential Perspective – Serial


Vision

Serial Vision merupakan suatu


Pendekatan secara visual yang bisa diterapkan
dalam suatu pengamatan kota (Cullen, 1961).
... Berkenaan dengan reaksi pengamatan
lingkungan terhadap posisi pengamat dalam
lingkungannya, sehingga diperoleh situasi
yang dramatis dengan indikator posisi,
hubungan tempat, dan kontinuitas.

Arsitek Inggris dan perancang kota


Gordon Cullen mengembangkan istilah visi
berseri untuk menggambarkan apa yang
dialami pejalan kaki saat bergerak melalui
lingkungan binaan. Pandangan pejalan kaki
terus berubah saat mengikuti jalur berkelok,
memasuki halaman, atau berbelok di sudut.
Pandangan yang berubah memberikan rasa

5
penemuan dan drama. Sebaliknya, Cullen
menulis,'Jalan lurus yang panjang memiliki
dampak yang kecil karena pandangan awal
akan segera dicerna dan menjadi monoton.'
(Cullen 1961, hlm. 11 dikutip dalam Roberts).

2.2 Hubungan Perilaku Manusia terhadap


Serial Vision

Perilaku manusia terhadap penggunaan


suatu spot dapat diamati dengan
menggunakan teknik Sequential Perspective
– Serial Vision. Dengan mengamati per seri
terhadap pandangan suasana perilaku
manusia yang ada di suatu tempat. Maka kita
dapat menyimpulkan permasalahan, perilaku
dan dapat menyelesaikan hal tersebut dalam
sketsa atau pun desain baru.

6
BAB III

METODE

Jenis metode yang digunakan adalah mixed-


method (Creswell.2008). Pada prinsipnya metode
penelitian adalah kualitatif yang dijabarkan secara
deskriptif tentang kondisi fisik dan non-fisik spot
penelitian. Selanjutnya dilakukan penilaian
kondisi penggunaan koridor jalan. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah
observasi selama 3 kali. Sedangkan metode
analisis data dilakukan secara deskriptif atas
penilaian penggunaan koridor jalan untuk
menemukan desain apa yang harus disarankan
untuk meningkatkan kualitas dan fungsi dari
koridor jalan tersebut.

7
BAB IV

HASIL SURVEY DAN ANALISA

Survey dilakukan di beberapa koridor pada


penggalan jalan di Kota Pekanbaru, Provinsi
Riau. Terdapat 10 lokasi sebagai tempat
penelitian Human Aspect in Street Corridor, yaitu
:
1. Jembatan Lecton 3
2. Jembatan Siak 4
3. Mall Pekanbaru
4. Pasar Pagi
5. Pasar Kodim
6. Pedestrian Tuan Kadi
7. RTH Kaca Mayang
8. RTH Rumah Walikota
9. RTH Sungai Siak
10. Jalan Sumatra
Hasil survey beruba sketsa dan penjelasan
mengenai perubahan perilaku pengguna koridor
tersebut. Penggunaan teknik analisa adalah teknik
Sequential Perspective – Serial Vision. Untuk

8
lebih jelas, maka akan dibahas hasil survey dan
analisa masing-masing lokasi.

4.1 Jembatan Lecton 3

9
Jembatan Jembatan Lecton 3,
Lecton 3, Siang Hari
Pagi Hari

10
Jembatan Lecton 3, Sore
Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


masih tergolong rendah, dikarenakan
hanya beberapa orang saja yang
menggunakan koridor jalan sebagai
akses jogging. Tidak ditemukan
penggunaan lainnya.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong sangat rendah, dikarenakan
suhu pada siang hari sangat tinggi.
Sehingga tidak terdapat pengguna yang
banyak menggunakan koridor jalan.
Tidak ditemukan penggunaan lainnya.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan hanya
beberapa orang saja yang menggunakan

11
koridor jalan sebagai akses jogging.
Tidak ditemukan penggunaan lainnya.
Dari ketiga analisa tersebut,
penggunaan koridor jalan tetap sebagai
tempat pejalan kaki. Permasalahan yang
juga terkait terhadap koridor jalan di
jembatan lecton 3 ini adalah dekatnya
jarak pejalan kaki dengan kendaraan
yang berada di samping pedestrian,
sehingga tingkat kenyamanan dan
keamanan kurang bagi pejalan kaki.

4.2 Jembatan Siak 4

12
13
Jembatan Jembatan siak 4,
siak 4, pagi siang hari
hari

Jembatan siak 4,
sore hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong padat, pada hari libur oleh
pejalan kaki dan pesepeda. Penggunaan
pedestrian pada jembatan lebih
menonjol. Tidak terdapat aktivitas selain
pejalan kaki dan pesepeda.

14
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong sangat rendah, dikarenakan
suhu pada siang hari sangat tinggi. Tidak
terdapat fungsi selain pedestrian dan
jalur sepeda.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong sedang, dikarenakan lumayan
banyaknya pejalan kaki yang menikmati
waktu sore hingga menjelang matahari
tenggelam.
Dari ketiga analisa tersebut
penggunaan koridor jalan sesuai dengan
fungsi nya yaitu pejalan kaki dan
bersebelahan dengan jalur pesepeda.
Untuk meningkatkan kualitas dari
koridor jalan pada jembatan, hendaknya
memperhatikan keamanan bagi
pengguna pedestrian khususnya di tepi
jembatan. Penggunaan batasan tepi dan
pedestrian harus lebih ekstra demi
keselamatan semua usia, terutama anak-
anak.

15
4.3 Mall Pekanbaru

16
Mal Pekanbaru, Mal Pekanbaru,
Pagi Hari Siang Hari

17
Mal Pekanbaru,
Sore Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong sangat rendah, dikarenakan
Mall Pekanbaru dan took-toko di
sekitarnya belum buka. Namun
ditemukan penggunaan selain dari jalur
pedestrian, yaitu sebagai tempat jualan
bagi pedagang kaki lima. Dari hasil
observasi, pedagang kaki lima tidak
terlalu memiliki banyak pengujung,
sehingga pedestrian masih dapat dilalui
oleh pejalan kaki.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong sedang, dikarenakan Mall
Pekanbaru dan took-toko di sekitarnya
telah buka. Ditemukan keramaian di
salah satu bagian pedestrian yang masih

18
sebagai tempat jualan bagi pedangang
kaki lima. Pada waktu ini, PKL semakin
ramai dan membuat akses pedestrian
mulai tertutup sebagian sebagai tempat
duduk pengunjung dagangan PKL
tersebut.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong tinggi, dikarenakan banyaknya
pengujung Mall Pekanbaru dan toko-
toko di sekitarnya. Ditemukan
banyaknya pengujung dagangan PKL
dan kendaraan yang parkir di tepi jalan
sehingga menutupi penghlihatan pejalan
kaki terhadap pintu masuk mall dan
toko.
Dari ketiga analisa tersebut
penggunaan koridor jalan sudah
memiliki banyak fungsi yang
mengakibatkan salah satu dari
banyaknya fungsi tersebut menjadi
hilang.

19
4.4 Pasar Pagi

20
Pasar Pagi, Pagi Pasar Pagi, Siang
Hari Hari

21
Pasar Pagi, Sore
Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong sangat tinggi, dikarenakan
digunakan sebagai tempat berdagang
oleh pedagang kecil di sekitar pinggiran
pedestrian serta parkiran kendaraan roda
empat. Hal ini mengakibatkan kurang
maksimal akses bagi pejalan kaki.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan pedagang
sudah tidak berdagang dan suhu pada
siang hari sangat tinggi. Namun,
ditemukan perubahan fungsi pada
pedestrian yaitu sebagai tempat parkir
roda dua bagi toko-toko yang ada di
spot.

22
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan tidak
terlalu banyaknya akses pejalan kaki
yang sudah dijadikan sebagai tempat
parkir roda dua.
Dari ketiga analisa tersebut
penggunaan koridor jalan bagi pejalan
kaki sangat minim di siang dan sore hari
karena tertutup dengan penggunaan
sebagai tempat parkir roda dua oleh
beberapa toko.

4.5 Pasar Kodim

23
24
Pasar Kodim, Pasar Kodim,
Pagi Hari Siang Hari

Pasar Kodim,
Sore Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong sangat tinggi, dikarenakan
pedestrian digunakan oleh pedagang
pasar untuk berjualan. Namun koridor
jalan tersebut masih termasuk dalam
kawasan sekolah, sehingga pintu masuk

25
sekolah tertutup oleh dagangan yang ada
dan mengakibatkan pejalan kaki tidak
dapat mengakses pedestrian secara baik.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong sedang, dikarenakan
pedestrian masih digunakan oleh
pedagang pasar untuk berjualan. Namun
pada waktu ini, pedagang perlahan-lahan
sudah berhenti berjualan dikarenakan
kawasan tersebut masih terhitung
sebagai sekolah, keributan penjual akan
mengganggu aktivitas yang ada di
sekolah. Sehingga pejalan kaki, perlahan
bisa menggunakan pedestrian.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan pedagang
sudah tidak berjualan di pedestrian
sehingga pejalan kaki dapat
menggunakan pedestrian dengan penuh.
Dari ketiga analisa tersebut
penggunaan koridor jalan untuk pejalan
kaki tidak dapat digunakan di pagi dan
siang hari. Walaupun pedestrian tersebut

26
masih termasuk daerah pasar, disarankan
lebih diutamakan sebagai pedestrian
kawasan sekolah. Mengingat keamanan
bagi siswa dan warga sekolah.
4.6 Pedestrian Tuan Kadi

27
Pedestrian Tuan Kadi, Pagi Hari

28
Pedestrian Tuan
Kadi, Siang Hari

Pedestrian Tuan Kadi, Sore Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong sangat rendah, dikarenakan
tidak terlalu banyak aktivitas yang
terjadi di koridor tersebut. Fungsi
pedestrian tetap menjadi fungsi utama

29
dan tidak ditemukan penggunaan
lainnya.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong sangat rendah, keadaan tetap
sama dengan keadaan di pagi hari.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong sangat rendah, keadaan tetap
sama dengan keadaan di pagi dan siang
hari.
Dari ketiga analisa tersebut
penggunaan koridor jalan tidak terlalu
menonjol walaupun berada di dekat
taman dan wisata budaya rumah
tradisional melayu.
4.7 RTH Kaca Mayang

30
31
RTH Kaca RTH Kaca
Mayang, Pagi Mayang, Siang
Hari Hari

RTH Kaca
Mayang, Sore
Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong sangat tinggi, dikarenakan
terdapat fungsi lain selain pejalan kaki,
berjualan, parkir sepeda dan tempat jalur
bermain mobil-mobilan bagi anak-anak.

32
Sehingga penggunaan utama dari
pedestriannya menjadi hilang. Pejalan
kaki tidak dapat menggunakan
pedestrian tersebut dengan maksimal
karna keadaan yang ramai dan sempit.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong sangat tinggi, dikarenakan
bertambahnya pedagang keliling yang
berjualan, baik di tepi ataupun di atas
pedestrian. Pejalan kaki akan merasa
susah untuk melewati koridor karena
harus berdempetan dengan dagangan dan
orang lain.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan pedagang
telah mulai bubar dan pedestrian kembali
ke ukuran dan suasana awal.
Dari ketiga analisa tersebut,
kebiasaan pedagang yang berjualan tidak
teratur, mengakibatkan kurang
nyamannya pengguna pedestrian pada
taman ini.

33
4.8 RTH Rumah Walikota

34
RTH Rumah RTH Rumah
Walikota, Pagi Walikota, Siang
Hari Hari

RTH Rumah
Walikota, Sore Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong rendah, dikarenakan kurang
nya pengunjung yang datang dan

35
ditemukanya fungsi berdagang di
pedestrian.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan hanya
beberapa orang yang melewati koridor
jalan dan ditemukannya pedagang yang
berjualan di pedestrian.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan hanya
beberapa orang yang melewati koridor
jalan, dan ditemukannya pedagang yang
berjualan di pedestrian.
Dari ketiga analisa tersebut,
penggunaan koridor jalan sangat rendah
karena terletak di pertigaan jalan, namun
pedagang kaki lima sangat sering
dijumpai pada kawasan ini.

36
4.9 RTH Sungai Siak

37
RTH Sungai Siak,
Pagi Hari

RTH Sungai Siak,


Siang Hari

38
RTH Sungai Siak,
Sore Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong rendah, dikarenakan terdapat
pedagang yang berjualan dan menutupi
jalur pejalan kaki.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan terdapat
pedagang yang berjualan dan menutupi
jalur pejalan kaki, serta suhu yang sangat
tinggi di siang hari.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong rendah, dikarenakan terdapat
pedagang yang berjualan dan menutupi
jalur pejalan kaki.
Dari ketiga analisa tersebut,
terdapat permasalahan pada pedagang

39
yang berjualan secara tidak teratur dan
memakan ruas koridor jalan bagi pejalan
kaki.

4.10 Jalan Sumatra

40
41
Jalan Sumatra, Jalan Sumatra,
Pagi Hari Siang Hari

Jalan Sumatra,
Sore Hari

Pagi : penggunaan koridor jalan


tergolong rendah, dikarenakan
sedikitnya pengguna yang menggunakan
koridor jalan. Namun ditemukan fungsi
tambahan yaitu berdagang. Pedagang

42
lebih banyak ditemukan berjualan di tepi
jalan dan akses pedestrian tertutupi oleh
dagangan.
Siang : penggunaan koridor jalan
tergolong sedang, dikarenakan semakin
banyaknya pedagang yang berjualan di
tepi jalan dan menutupi ruas pedestrian.
Sore : penggunaan koridor jalan
tergolong tinggi, dikarenakan banyaknya
pedagang, baik keliling dan pedagang
tetap yang berjualan di tepi jalan dan
menutupi seluruh ruas pedestrian.
Dari ketiga analisa tersebut,
penggunaan koridor jalan lebih banyak
digunakan sebagai tempat berdagang,
sehingga menutupi ruas pedestrian.

43
BAB V
USULAN RANCANGAN

5.1 Jembatan Siak 3

Area Pejalan Kaki

Area Pesepeda

Jalan

Penggunaan
barricade pada
pedestrian

Penggunaan
simbol
pesepeda
pada sisi jalan

44
5.2 Jembatan Siak 4
Pedestrian

Jalur Sepeda

Jalan Utama

Pedestrian

Jalur Sepeda

45
5.3 Mall Pekanbaru

Area
Pejalan
Kaki

Jalan Vegetasi

Batasan
bagi PKL

Vegetasi

Area
Pejalan
Kaki

Batasan
bagi PKL

46
5.4 Pasar Pagi

Area Pertokoan

Pedestrian

Area Parkir
roda 2 dan 4

Jalan Utama

Area Pertokoan

Area Parkir
roda 2 dan 4

Pedestrian

47
5.5 Pasar Kodim

Pedestrian

Area Pedagang

Jalan

Pedestrian

Pembatas

Area Pedagang

48
5.6 Pedestrian Tuan Kadi

Lampu

Vegetasi

Pedestrian

Jalan

Vegetasi Pedestrian Jalan

49
5.7 RTH Kaca Mayang

Kolam

Pedestrian sekitar
kolam

Parkiran

Pedestrian

Kolam

Pelebaran pedestrian

Pelebaran utama

50
5.8 RTH Rumah Walikota

Pedestrian

Pedagang

Penambahan
Vegetasi
bagi
pedestrian

Pedagang

51
5.9 RTH Sungai Siak

Pepohonan

Tanaman
sebagai pagar

Pedestrian

Parit kecil

Tanaman
sebagai pagar

52
5.10 Jalan Sumatra

Area Parkir

Jalan Sumatra

Pedestrian

Area Pedagang

Area Pedagang

Pedestrian

53
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan adalah
untuk melakukan analisa terhadap perilaku
manusia dalam penggunaan ruang terbuka,
kita dapat menggukan teknik Sequential
Perspective – Serial Vision yang merupakan
pengamatan ber seri atau per bagian terhadap
pandangan sang pengamat di lapangan.
Dengan adanya teknik ini, maka kita dapat
mengetahui secara langsung perilaku
pengguna ruang di tiap waktunya.

6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah
setiap ruang yang ada memiliki beragam
penggunaan sesuai dengan perilaku
penggunanya. Untuk dapat mendapatkan
fungsi utama pada ruang tersebut, maka
hendaknya kita sebagai mahasiswa ataupun
calon arsitek, dapat menganalisa,

54
menyelesaikan permasalahan, dan
mengusulkan suatu desain untuk dapat
memajukan fungsi dari ruang tersebut dengan
mempertimbangkan perilaku-perilaku yang
ada.

55
DAFTAR PUSTAKA

1. R. S, Andrew. (n.d.). Fragmentasi Serial


Vision Dalam Pembentukan Citra
Kawasan. Studi Kasus Koridor Jalan
Pierre Tendean.

2. P, Chengzhi. (n.d). Serial Vision


Revisited. Prospects of Virtual City
Supported Urban Analysis and Design.
3. A, Aleksander. (2011). Digital “Serial
Vision”. New Approach in Urban
Composition Teaching.

56

Anda mungkin juga menyukai