SKRIPSI
oleh
Nur Indah Rizqi
2401414007
Program Studi Pendidikan Seni Rupa
i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“ Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang
berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa
mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, ‘salam’ ”
(SurahAl-Furqan, ayat 63).
Persembahan :
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Orang tua saya Bapak Suntoro (alm), Ibu
Sanatun yang selalu memberikan motivasi,
bimbingan dan kasih sayang dengan tulus
ikhlas serta mendoakan setiap langkah.
iv
SARI
Rizqi, Nur Indah. 2018. “Seni Lukis Karya Agus Sudarto : Kajian Proses
Penciptaan dan Nilai Estetis”. Skripsi. Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni
Yniversitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Moh. Rondhi, M.A.,
Pembimbing II : Mujiyono, S.Pd., M.Sn.
Kata Kunci : Seni, Lukis, Proses, Nilai Estetis
Semarang merupakan salah satu kota yang memiliki perkembangan pesat di bidang
seni rupa. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari peran seniman daerah, salah
satunya adalah Agus Sudarto, salah seorang seniman senior Semarang yang aktif
melukis sejak tahun 2003, corak lukisannya yang realistis romantis dan sebagian
besar tema yang diangkat adalah kesenian tradisional telah menjadi cirikhas dari
Agus Sudarto. Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini yang menghasilkan
rumusan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana proses penciptaan seni lukis
yang dilakukan oleh Agus Sudarto?, (2) Bagaimana nilai estetis seni lukis karya
Agus Sudarto. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilaksanakan
melalui pengamatan terkendali. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melaui pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukan hal-hal
sebagai berikut. Pertama, proses penciptaan seni lukis Agus Sudarto dilakukan
dengan tiga tahapan, yang pertama (1) tahapan awal, meliputi pencarian ide atau
tema lukisan, biasanya didapatkan dari renungan dan pengalaman Agus Sudarto,
(2) Tahapan penyempurnaan, pengembangan dan pemantapan gagasan awal,
diawali dengan membandingkan beberapa ide yang tersaji kemudian dijadikan satu
tema, pencarian referensi atau dokumen pendukung, dan (3) Tahapan visualisasi
menggunakan medium, meliputi pembuatan sket, pewarnaan, evaluasi dan
finishing. Kedua, nilai estetis yang terkandung pada lukisan Agus Sudarto meliputi
nilai yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik, nilai intrinsik terletak pada unsur-unsur
visual dan prinsip desain pada lukisannya, seperti setting, komposisi, gestur, mimik
atau ekspresi, subjek utama dan subjek pendukung terlihat perbedaannya dengan
jelas, pencahayaan yang digunakan adalah cahaya memusat satu arah, dalam
melukis Agus Sudarto menggunakan teknik atau prinsip chiaroscuro supaya
lukisannya terlihat dramatis. Sedangkan nilai ekstrinsik yang terdapat pada lukisan
Agus Sudarto secara umum adalah nilai luhur kesenian tradisional yang masih
dilestarikan melalui bentuk lukisan, hal ini didasari pada sebagian besar lukisan
Agus Sudarto yang mengangkat tema tentang kesenian tradisional. Berdasarkan
data tersebut, penulis menyampaikan saran, yaitu : (1) Untuk dapat berkembang di
era modern saat ini, ada baiknya Agus Sudarto dapat memberikan sentuhan gaya
kontemporer pada lukisannya, di samping gaya realisme yang telah melekat dan
menjadi cirikhas dari lukisan Agus Sudarto, hal ini bertujuan supaya ada inovasi
baru pada lukisannya dan lebih mendapatkan perhatian oleh seniman-seniman
muda, (2) Dalam berbagi ilmu melukis, ada baiknya Agus Sudarto lebih terbuka
dalam menerima dan mengajarkan seniman-seniman muda yang ingin belajar
melukis dengannya, (3) Dalam proses manajemen penjualan lukisan pasca
berkarya, ada baiknya Agus Sudarto dapat berbagi pengalaman.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas karuniaNya,
penulis dapat melalui segala proses penyusunan skripsi ini, baik mulai proses
bimbingan, penelitian maupun penulisan. Berkat karunia itu skripsi yang berjudul
“Seni Lukis Karya Agus Sudarto : Kajian Proses Penciptaan dan Nilai Estetis” ini
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat dorongan dan arahan
dari berbagai pihak. Paling awal saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Moh. Rondhi, M.A dan Bapak Mujiyono, S.Pd, M.Sn selaku dosen
konstruktif dengan penuh kesabaran serta ketulusan. Ucapan terima kasih penulis
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang
2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah
3. Dr. Syakir, M.Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni
perkuliahan.
4. Dosen Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan seni
selama kuliah.
vi
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................. iii
PERNYATAAN...................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v
SARI........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB 2 LANDASAN TEORETIS
2.1 Pengertian Seni Rupa ........................................................................ 7
2.2 Konsep Seni Lukis ............................................................................ 10
2.2.1 Pengertian Seni Lukis ............................................................. 10
2.2.2 Fungsi Seni Lukis..................................................................... 12
2.3 Gaya atau Corak Seni Lukis .............................................................. 14
2.4 Media Berkarya Seni Lukis .............................................................. 16
2.4.1 Bahan dalam Seni Lukis ......................................................... 16
2.4.2 Alat dalam Seni Lukis ............................................................ 17
2.4.3 Teknik dalam Seni Lukis ........................................................ 17
2.5 Proses Penciptaan Karya Seni Lukis ................................................ 18
viii
2.5.1 Tahapan Awal ......................................................................... 18
2.5.2 Tahapan Penyempurnaan, Pengembangan dan Pemantapan Gagasan
Awal................................................................................................. 19
2.5.3 Tahapan Visualisasi ke dalam Medium .................................. 19
2.6 Estetika dalam Karya Seni Lukis ..................................................... 19
2.6.1 Pengertian Estetika ................................................................. 19
2.6.2 Nilai Estetis dalam Karya Seni Lukis .................................... 21
2.6.3 Unsur-Unsur Rupa dalam Seni Lukis ..................................... 24
2.6.3 Prinsip-Prinsip Desain dalam Seni Lukis ............................... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................... 30
3.2 Sasaran dan Lokasi Penelitian ........................................................... 31
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32
3.3.1 Teknik Observasi .................................................................... 32
3.3.2 Wawancara/ Interview ........................................................... 32
3.3.3 Dokumentasi ........................................................................... 33
3.4 Teknik Analisi Data .......................................................................... 33
3.4.1 Reduksi Data........................................................................... 34
3.4.2 Penyajian Data ....................................................................... 35
3.4.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi .................................... 35
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Seniman ............................................................... 36
4.1.1 Biografi Seniman .................................................................... 36
4.1.2 Kehidupan Internal Seniman................................................... 39
4.1.3 Kehidupan Eksternal Seniman ................................................ 42
4.1.4 Kehidupan Keluarga Seniman ................................................ 45
4.2 Proses Penciptaan Seni Lukis Karya Agus Sudarto .......................... 47
4.2.1 Tahapan Awal ....................................................................... 48
ix
4.2.2 Tahapan Penyempurnaan, Pengembangan dan Pemantapan Gagasan
Awal ................................................................................................. 51
4.2.1 Tahapan Visualisasi ke dalam Medium .................................. 56
4.2 Visualisasi dan Nilai Estetis Seni Lukis Karya Agus Sudarto .......... 63
2.3.1 Tipologi Karya berdasarkan Periode Waktu .......................... 64
2.3.2 Gaya Lukisan Agus Sudarto .................................................. 66
2.3.3 Nilai Estetis Lukisan Agus Sudarto ........................................ 70
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................... 106
5.2 Saran .................................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 109
LAMPIRAN ............................................................................................ 111
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.29 “Barongsai dan Barong Bali” ............................................ 99
Gambar 4.30 “Bedhaya Ketawang” ........................................................ 102
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
dianugerahkan cipta, rasa dan karsa untuk mencapai tujuan dan kebutuhan dalam
kehidupannya. Manusia memiliki tujuan dan kebutuhan pribadi yang perlu dipenuhi
antaranya adalah sandang, pangan dan papan, sedangkan kebutuhan rohani antara
lain religi, seni. Kebutuhan seni tidak dapat dilepaskan dari seluruh kebutuhan
manusia karena seni itu melekat pada diri setiap manusia meskipun berbeda-beda
kadarnya. Seni menjadi salah satu kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan rohani dan
maupun sekolah. Orang tidak dapat melepaskan diri dari seni seperti seni rupa, seni
musik, seni sastra dan lainnya yang telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari
akan keindahan, salah satunya adalah seni rupa. Menurut Kartika (2004:34-35) seni
rupa ditinjau dari segi fungsinya, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu seni murni
(fine art) dan seni terapan (applied art). Seni murni adalah seni yang memiliki
keindahan dan tidak terikat oleh fungsi praktis, sedangkan seni terapan adalah seni
1
2
kebutuhan hidup sehari-hari. Seni rupa ditinjau dari bentuknya dibagi menjadi dua,
yaitu seni rupa dua dimensi (dwimatra) dan seni rupa tiga dimensi (trimatra).
Sedangkan seni rupa ditinjau dari jenisnya antara lain seni lukis, seni patung, seni
Seni adalah suatu bentuk ekspresi seniman yang kreatif, emosional dan
individual. Salah satu sifat seni yakni kreatif, maka seni sebagai kegiatan manusia
masyarakat. Seni juga merupakan hal yang menjadikan dunia terasa indah. Karena
seni itu sendiri merupakan ekspresi yang muncul dari dalam diri seniman, yang
dituangkan dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah seni lukis.
Seni lukis merupakan cabang dari karya seni rupa yang paling populer
dibandingkan dengan cabang karya seni rupa yang lainnya, seperti seni patung, seni
kriya, seni grafis. Terbukti dengan banyaknya pameran seni lukis yang
terselenggara di berbagai daerah. Selain itu, seni lukis adalah salah satu karya seni
rupa yang memerlukan material paling sederhana untuk menuangkan ekspresi dari
ide para seniman menjadi sebuah karya seni, di antaranya kertas atau kanvas, kuas,
perasaan. Seni terjadi karena proses seseorang yang dipengaruhi pengalaman hidup,
seni yang diciptakan. Karya seni sendiri erat hubungannya dengan nilai rasa yang
3
terkandung dalam kejiwaan seniman. Jadi dapat dikatakan bahwa karya seni
merupakan refleksi batin seorang seniman. Dengan berkarya seni seorang seniman
Agus Sudarto bukanlah nama yang asing dalam dunia seni rupa Indonesia,
rupa baik di dalam negeri maupun di luar negeri sudah tidak diragukan lagi. Setelah
berkiprah di dalam dunia seni rupa sejak tahun 60an saat di Akademi Seni Rupa
Indonesia (ASRI) hingga sekarang, Agus Sudarto dikenal sebagai seorang yang
rendah hati dan mudah bergaul dengan orang lain, selain dikenal sebagai pelukis
yang teguh dan berkarakter. Ciri khas yang kental dari karya seni lukis Agus
Nusantara. Pada penelitian kali ini, peneliti mengkaji mengenai proses penciptaan
dan nilai estetis lukisan karya Agus Sudarto dari tahun 2003 sampai 2016. Alasan
warna-warna yang ada pada banyak subjek yang dilukis. Bahkan ada yang
kemudian memotret bagian pada tubuh manusia sebagai obyek foto. Namun
berbeda dengan Agus Sudarto, dalam membuat lukisan yang menonjolkan figur
komposisi, gestur dan mimik yang menarik hasil dari kreativitas Agus Sudarto
sendiri. Tentu sebelum melukis, Agus Sudarto mempelajari filosofi mengenai tema
yang akan dilukisnya, baik dengan observasi langsung maupun mencari referensi
dari majalah, katalog, buku, dan internet. Agus Sudarto melukis dengan melihat
acuan contoh gambar yang menjadi subyek lukisannya, namun pada setiap lukisan
beliau kreasikan sendiri menjadi sebuah lukisan yang dinamis dan menarik, hasil
dari kreasi penciptaan gestur dan mimik yang baik. Pada proses bagian pembuatan
wajah subjek penari wanita, Agus Sudarto menciptakannya tanpa mengacu pada
wanita tanpa menyontoh, yaitu paras yang mirip dengan anak perempuannya,
tersebut, diawali pada karya lukis yang dibuat tahun 2003 yang berjudul
Namun Agus Sudarto sangat mahir dalam mengkonstruksi visual, cara mengatur
komposisi subjek, kesan cahaya yang mampu diciptakannya dan membentuk kesan
bidang tiga dimensi serta nilai lukisan yang memiliki rasa. Karakteristik sebuah
lukisan tetap tidak dihilangkan, bukan hanya semata-mata foto yang dipindahkan
5
pada kanvas saja, akan tetapi dengan ekspresi yang hidup, gestur dan gelap terang
yang baik Agus Sudarto mampu menciptakan lukisan yang memiliki daya pukau.
utama bagi banyak orang saat ini. Baginya pengakuan sukses dari keluarganyalah
Agus Sudarto untuk mengetahui karya seni lukis Agus Sudarto dari proses
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana proses penciptaan seni lukis yang dilakukan oleh Agus
Sudarto?
1.3.Tujuan
1.3.2. Ingin mendeskripsikan dan menjelaskan nilai estetis seni lukis karya
Agus Sudarto.
6
1.4.Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sudarto.
1.4.2. Bagi lembaga/ institusi, hasil penelitian seni lukis karya Agus Sudarto
lukis.
1.4.3. Bagi masyarakat luas, diharapkan dapat memberi wawasan tentang seni
BAB 2
LANDASAN TEORETIS
Menurut Rondhi (2014) definisi seni terus berubah seiring dengan perkembangan
zaman, seni memiliki esensi yang berbeda dengan bidang yang lain, maka dari itu
seni tidak mudah didefinisikan. Seni adalah sebuah kata yang berarti kecil, halus,
rumit, sopan (sastra melayu kuno), indah. Seni merupakan suatu konsep yang
artinya sama dengan “art” yang dalam bahasa latin disebut “ars” serta dalam bahasa
membuat sesuatu. Seni tidak selalu identik dengan keindahan, namun sebagian
besar karya seni diciptakan memiliki nilai keindahan karena dalam penciptaannya
manusia melalukannya dengan perasaan senang, dan senang itu indah. Seni sebagai
Setiap orang butuh atau ingin mengekspresikan gagasannya karena keinginan yang
tidak diungkapkan akan menjadi tekanan psikis, manusia yang sehat bisa
Soedarso (dalam Susanto, 2011 : 354) berpendapat bahwa seni adalah karya
batin tersebut disajikan secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya
pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak
7
8
penjelmaan indah yang terkandung dalam jiwa orang, dilahirkan dengan perantara
Seni memiliki berbagai jenis di antaranya adalah seni rupa, seni musik, seni
tari, seni drama, seni teater, seni sastra. Dari beberapa jenis tersbut, seni rupa
merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering
disebut bentuk perupaan, yang merupakan susunan atau komposisi dari unsur-unsur
Menurut Rondhi (2002: 13-14) karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua
yaitu karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Karya seni rupa
dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar
atau karya yang hanya bisa dilihat dari satu arah pandang. Contoh karya seni rupa
dua dimensi yaitu: seni lukis, seni ilustrasi, seni grafis, poster, kolase dan berbagai
karya seni lannya. Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa mempunyai
volume dan menempati suatu ruang. Contoh karya seni rupa tiga dimensi yaitu: seni
patung, arsitektur, dan berbagai desain produk. Unsur ruang dalam karya tiga
dimensi lebih nyata dibanding dengan bentuk dan ruang dalam seni rupa dua
Karya seni tidak dapat lepas dari seniman. Seniman adalah manusia yang
mengalami proses kreatif, proses imajinasi, proses interaksi antara persepsi memori
dan persepsi luar. Primadi (dalam Santo, 2012 : 91) berpendapat bahwa seniman
penciptaan karya seni di bidang seni murni. Adapun menurut Munandar (1987 : 50),
ide gagasan.
dan tujuan dari hal-hal yang berkaitan dengan seni adalah keindahan. Selanjutnya,
dia membagi keindahan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : (1) keindahan
bentuk, (2) keindahan gagasan/ konsep berkarya dan (3) keindahan ekspresi.
Adapun pengertian seni dan keindahan adalah sebagai berikut : (1) seni adalah hal
yang menyangkut hasil karya/ benda artefak seni, (2) keindahan adalah hal yang
Sedangkan menurut Santo (2012 : 77) bidang seni rupa memiliki lingkup
yang beragam. Esensi pengertian seni rupa memiliki tolok ukur makna yang
filosofi berbeda sesuai periode perkembangan sejarah seni rupa. Dengan latar
belakang filosofi maupun gagasan para senimannya, karya seni ini bisa bersifat
kolektif sebagai seni rakyat, bisa juga bersifat pribadi sebagai hasil karya seniman.
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya dengan media yang
bisa ditangkap dengan mata dan juga dengan indera perabaan. Kesan ini diciptakan
dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur dan
10) seni rupa adalah cabang seni yang mengutamakan ekspresi ide atau konsep sang
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seni rupa menekankan pada
hasil yang bersifat artistik. Seni diciptakan melalui proses keragaman karya seni
berdasarkan filosofi, sejarah, religi, perilaku manusia dalam budaya dan gagasan
senimannya melalui teknik dari kegiatan kerja kreatif para senimannya yang
Menurut Rondhi (2002: 18), seni lukis adalah seni rupa murni yang berfungsi untuk
menyampaiakan pesan artistik kepada orang lain. Bahan dan alat pada kegiatan
melukis dapat menggunakan apa saja, tidak harus kuat atau yang berharga mahal.
Dalam kegiatan melukis, persyaratan utama yang penting adalah seluruh gagasan
Sedangkan Susanto (2012: 71) berpendapat bahwa seni lukis sebagai bahasa
ungkapan dari pengalaman artistik maupun ideologis yang menggunakan warna dan
maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang. Karya seni lukis dibuat dalam
bentuk dan warna yang penuh dengan kepekaan rasa dan sensasi. Oleh karena itu,
meskipun dua orang pelukis melukis sebuah objek yang sama, mereka tidak akan
masing, sehingga hasil karya keduanya sama sekali akan berbeda. Salah satu hal
11
yang menentukan bagi seorang seniman adalah kapan sebuah karya seni lukis akan
selesai.
Lebih lanjut Santo (2012 : 93) mengemukakan bahwa seni lukis merupakan
melalui beragam bahan, antara lain : kanvas, kayu maupun kertas. Ini dilakukan
dengan memadu unsur rupa. Yang ditampilkan melalui rupa/ visual dengan
menggunakan berbagai bahan dan teknik, seperti cat minyak, cat akrilik, cat air,
pensil maupun charcoal, gouache dan lain-lain. Karya lukis dapat disajikan dengan
menggunakan garis dan warna. B.S. Myers, Rinehart dan Winston (dalam Susanto,
2012:241) berpendapat, seni lukis merupakan tebaran pigmen atau warna cair pada
sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama baiknya dengan tekanan
yang dihasilkan kombinasi unsur-unsur tersebut, tentu saja hal itu dapat dimengerti,
bahwa melalui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emosi, ekspresi, simbol,
membubuhkan cat, baik kental maupun cair di atas permukaan yang datar, yang
ketebalannya tidak diperhitungkan, sehingga lukisan itu sering dilihat sebagai karya
dua dimensi. Berbagai kesan/ konfigurasi yang diperoleh dari pembubuhan cat itu
secara semu, tidak dapat menyusun ruang yang memiliki ukuran panjang, lebar dan
tergambarkan di atas bidang datar. Bisa disimpulkan, seni lukis adalah sebuah karya
seni rupa dua dimensi dengan rmedia kertas, kanvas atau bidang dua dimensi
lainnya dan cat baik cat akrilik, minyak, cat air, tinta dan sejenisnya.
Seni lukis juga dapat dikatakan sebagai salah satu media dalam menuangkan
ekspresi dari seniman dalam bentuk karya seni rupa dua dimensi yang memiliki
maksud atau pesan tertentu, atau sekedar ingin menyampaikan apa yang sedang
Rondhi (2002: 15) menjelaskan bahwa fungsi karya lukis terbagi menjadi tiga
kemungkinan berbeda dengan orang lain terhadap objek yang sama. Sebagai alat
mengandung hal-hal atau perasaan yang berkaitan dengan kehidupan orang banyak.
dan pandanganya.
13
2.2.2.2. Fungsi sosial dalam karya lukis merupakan sebuah tanggungjawab artistik
seniman kepada kelompoknya. Dalam fungsi sosial seni biasanya ditandai dengan,
yaitu : (1) cenderung dicari dan digunakan untuk mempengaruhi perilaku publik
atau kelompok manusia, (2) diciptakan untuk dilihat dan digunakan terutama dalam
situasi publik , dan (3) mengekspresikan atau mendiskripsikan aspek sosial yang
2.2.2.3. Fungsi fisik adalah kegunaan karya lukis untuk hal-hal yang bersifat
praktis. Fungsi fisik berarti fungsi bentuk karya seni sedangkan fungsi non fisik
pandangan dalam menanggapi sesuatu yang dihadapi, begitu pula karya seni lukis.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa di balik itu semua seniman mengharapkan
konsekuensinya karya seni yang mereka susun atau ciptakan merupakan respon
fungsi seni lukis dibagi menjadi fungsi pribadi, kemasyarakatan, fisik (praktis),
(kepentingan ideologis dan politik serta kemasyarakatan) dan the phsyical function
(seni dibebankan pada kegiatan fisik, seperti seni bangunan, interior, seni publik,
14
kerajinan dan industri). Sedangkan Huisman memberi satu tambahan lagi bahwa
adalah salah satu media mengekspresikan gagasan dalam bentuk lukisan dengan
Gaya atau corak merupakan hal yang berhubungan dengan bentuk luar atau fisik
suatu karya seni (Susanto, 2012 :150). Menurut Chapman (dalam Suhartono, 2007
: 21) gaya adalah a family resemblance among work by virtue of their cammon
features seperti ekspresif, formalistik, fantastis dan lain-lain. Sedang Soedarso S.P,
menyiratkan gaya, langgam, atau style berurutan dengan bentuk luar (fisik) karya
seni, sedang aliran, faham isme lebih menyangkut pandangan atau prinsip yang
Aliran seni lukis merupakan faham atau isme yang lebih menyangkut
pandangan atau prinsip yang lebih dalam sifatnya dari suatu karya seni rupa dan
aliran tidak hanya ditentukan oleh bentuk fisik (visual) karya seni. Aliran lebih
beraneka macam corak atau gaya, yang merupakan satu bentuk yang memiliki
karakteristik atau ciri tersendiri, yang telah disepakati dan dideklarasikan pada
zaman tersebut, atas bentuk tertentu dan menjadi nama tertentu. Ada yang selaras
15
dan saling meneruskan, atau menentang aliran sebelumnya. Corak dalam seni lukis
sebagainya. Dalam hal ini, lukisan karya Agus Sudarto cenderung masuk dalam
kategori corak realistis romantis, karena ciri-ciri lukisan Agus Sudarto yang
Lukisan yang bercorak realistis romantis adalah lukisan dengan penciptaan bentuk
yang dibuat dengan akurasi tepat, tanpa ilusi, tanpa menambah atau mengurangi
objek, suasana batin pelukisnya mewujudkan dalam berbagai bentuk yang berbeda.
pelukis realistis romantis yang terkenal di Indonesia adalah Dullah. Dullah dikenal
sebagai pelukis istana selama 10 tahun sejak awal 1950an, dengan tugas merestorasi
lukisan dan menjadi bagian dalam penyusunan buku koleksi lukisan Presiden
lukisan diciptakan sama seperti aslinya, tanpa menambah atau mengurangi bagian-
bagiannya. Kesan cahaya atau gelap terang dibuat dengan kesat memusat sehingga
16
seolah-olah berada pada suatu ruangan tertentu. Teknik melukis Dullah hampir
Penerapan media bagi para pelukis memiliki kekuatan sesuai dengan kepentingan
dan target yang dikehendaki. Seniman untuk mewujudkan suatu ide atau gagasan
yang masih dalam pikiran menjadi karya, maka seniman memerlukan media. Media
merupakan unsur yang terdiri dari bahan, alat dan teknik. Media merupakan salah
satu komponen penting dalam terwujudnya sebuah karya seni. Media adalah
Bahan berkarya seni lukis adalah material habis pakai yang digunakan untuk
mewujudkan karya seni lukis. Bahan dalam berkarya seni lukis ada yang berfungsi
sebagai bahan utama dan ada pula sebagai bahan penunjang. Contohnya seperti
kanvas dan cat sebagai bahan utamanya, kayu digunakan sebagai bahan bingkai
(spanram) untuk menempatkan kanvas dan paku untuk mengaitkan kanvas pada
Bahan pewarna untuk berkarya seni lukis dapat dikategorikan menjadi bahan
alami dan bahan sintetis. Bahan baku alami adalah material yang bahan dasarnya
berasal dari alam, seperti warna hijau dari daun, kuning dari kunyit, sedangkan
bahan baku sintesis adalah bahan-bahan yang telah diolah melalui proses pabriksasi
atau industri tertentu, contohnya adalah pewarna pigmen seperti cat air, cat akrilik,
Alat berkarya seni lukis adalah benda yang digunakan untuk mewujudkan karya
seni lukis dan dapat digunakan berulang-ulang karena bukan benda habis pakai.
Alat untuk berkarya seni lukis sangat banyak jenis dan ragamnya, seperti kuas,
Teknik adalah keterampilan teknis menggunakan alat dan mengolah bahan untuk
mewujudkan objek pada bidang lukisan. Penguasaan teknik dalam seni lukis akan
menggunakan cat air (yang transparan), sehingga lapisan cat yang ada di bawahnya
(yang disapukan sebelumnya), atau kertasnya masih tampak. Warna putih yang ada
di dalam tube tidak digunakan, sebagai gantinya digunakan warna putih kertas, (2)
Gouache, Plakkaat Vert en Vervant material, pada teknik gouche dan plakat, yang
digunakan adalah cat buram (opage), dalam arti cat ini harus digunakan dalam
keadaan kental (jauh lebih kental daripada akuarel), karena bersifat menutup kertas
atau dasaran lain, maka cat berwarna putih mampu menutup warna lain, (3)
Schilderen met Oliverf : media ini juga disebut olivert/ oil colour. R. Mayer, yang
disebut oil colour adalah pigmennya dicampur linseed oil (minyak yang dibuat dari
biji tumbuhan sejenis rami), jika cat akuarel, gouache dan plakat diencerkan dengan
18
air, maka cat minyak diencerkan dengan minyak pengencer dari linseed oil. Cat
minyak bisa digunakan dua cara, yaitu tebal – tebal atau tipis – tipis sesuai kehendak
pelukis, (4) Multimedia, pengertian multimedia ini merupakan sarana pelukis untuk
mengejar pencapaian ide, ada proses yang melibatkan media campuran dari
berbagai pewarna yang diyakini mampu mendistribusi subject matter, ada pensil,
cat air, cat minyak hingga teknik graffito, kolase dan mixmedia.
dan tak kurang pula terdorong oleh keinginan untuk mencukupi kehidupan. Proses
penciptaan suatu karya seni adalah tahapan yang berkesinambungan dengan adanya
pengaruh dari lingkungan, sehingga karya seni dapat diciptakan oleh seniman.
Menurut Chapman (dalam Sahman, 1993:119) proses mencipta itu terdiri dari tiga
Tahapan awal ini berupa upaya penemuan gagasan atau mencari sumber gagasan.
Dalam tahapan ini juga dapat dikatakan sebagai tahapan mencari inspirasi atau
ilham yang terdapat pada lingkungan alam. Mencari inspirasi adalah upaya seniman
untuk mendapatkan ide-ide baru. Dorongan yang kuat diperlukan oleh seniman
Awal
pravisual yang nantinya dimungkinkan untuk diberi bentuk atau wujud nyata. Jadi
gagasan yang muncul pada tahapan awal, pada tahapan ini masih harus diperbaiki
sebuah karya seni dapat dengan mudah divisualisasikan yang berupa rancangan
desain.
menuntaskan sampai pada tahapan akhir. Medium ini sendiri berperan sebagai
mewujudkan sebuah karya seni dari tahapan awal sampai tahapan visualisasi
seniman lebih berperan aktif dan kreatif dalam mencari inspirasi, penyempurnaan
gagasan dan sampai visualisasi ke dalam medium. Penuangan konsep atau bentuk
Kata estetika dikutip dari bahasa Yunani yaitu aisthetikos atau aisthanomai yang
berarti mengamati dengan indera (Lexicon Webster Dict, dalam Suhartono, 2007 :
32). Menurut Kuypers (dalam Bastomi 126 : 2012), estetika dikutip dari bahasa
20
Liang Gie (1976) menjelaskan bahwa kata estetik dipandang berurusan dengan
yang dapat diindera atau pengamatan inderawi, dengan lain kata berarti
penginderaan atau pencerapan indera. Nilai estetik sendiri dapat diartikan sebagai
kekuatan suatu benda untuk memuaskan keinginan manusia atau sifat suatu benda
merupakan nilai-nilai yang amat manusiawi dan tersusun dalam tiga kategori, yaitu
(1) agung dan elok, (2) komis dan tragis, serta (3) indah dan jelek (Triyanto, 2014).
melainkan dengan kemestian yang subyektif dalam suatu cara yang seketika
Dilihat dari segi keindahan Triyanto (2014) menjelaskan bahwa seni secara
Sehingga dapat dikatakan bahwa seni merupakan unsur kebudayaan yang berfungsi
keindahan. Secara umum orang beranggapan bahwa seni identik dengan keindahan,
baik itu dari segi gagasan atau dari segi bentuknya. Salah satu seni yang cara
merupakan seni yang menggunakan garis, bidang, bentuk, ruang, warna, dan tekstur
Ada dua teori keindahan, yaitu yang bersifat subyektif dan objektif.
Keindahan subyektif adalah keindahan yang ada pada mata yang memandang.
(Kartika, 2007 : 7). Lebih lanjut Kartika (2007 : 8), menyatakan bahwa estetika
pengalaman keindahan.
pengetahuan yang mempelajari hal-hal yang bisa ditangkap dengan panca indera
serta ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang struktur dan nilai keindahan
estetika diterima sebagai cabang filsafat, yang cenderung berbicara tentang filsafat
keindahan, oleh karena itu estetika mempelajari tentang garis besar karya seni.
Wujud dalam bahasa sehari-hari lazim kita pakai kata “rupa”, dalam konteks seni
lukis (visual) merupakan bentuk yang tidak lepas dari unsur titik, jenis, warna dan
tentang konsep dan subjek matter, oleh karena itu, mencermati cita rasa keindahan
banyak lagi dengan jenis seni serta reaksi fisik yang lain. Kedua, penyusunan dan
22
harmoni, keseimbangan, kesatuan yang selaras atau merupakan kesatuan yang utuh.
dengan perasaan atau emosi, yang merupakan hasil interaksi antara persepsi
PENGORGANISASIAN
PENGAMATAN RIEL
PERTIMBANGAN
(Unsur Visual)
(Unsur Estetik)
Pada setiap karya seni terdapat nilai estetis yang terkandung di dalamnya.
Gie dalam Rondhi (2002 : 12) menjelaskan bahwa, nilai estetis dalam karya seni
merupakan satu kesatuan antara persepsi pengamat dengan karya seni, sehingga
keilmuan dalam menangkap makna yang terkandung dalam karya seni. Suhartono
dalam Sahman (2007 : 18) menjelaskan bahwa peran keindahan jika dilihat sebagai
demikian, estetika bisa dikelompokkan menjadi beberapa aliran utama, yaitu : (1)
sebagai fokus telaah, atau dengan kata lain nilai estetis suatu lukisan bisa dilihat
dari segi ekspresi atau isinya. (2) Estetika formalistis yang menelaah aspek
23
lahiriyah karya seni sebagai objek estetis hingga perbincangan filsafat seni yang
sedang menggejala di era global, yaitu filsafat ilmu pengetahuan seni. Di sini
dijadikan tolok ukur dalam menentukan kualitas karya seni, dengan kata lain sifat
atau nilai estetis dalam karya seni lukis dapat dilihat dari segi komposisi, yaitu nilai
dari kata forma (latin), yang berarti bentuk atau wujud, teori formalistis ini
bertujuan untuk mengetahui keterpaduan unsur yang terdapat dalam karya lukis
Triyanto (2014 : 16-19) berpendapat bahwa nilai dalam karya seni lukis
sendiri dikategorikan dalam dua jenis nilai, yaitu nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.
Triyanto, 2014 : 16). Nilai intrinsik adalah kualitas atau sifat yang memiliki harga
tertentu itu terletak pada bentuk fisiknya. Dengan kata lain nilai intrinsik karya seni
adalah nilai pembentukan fisik dari suatu karya, yaitu kualitas atau sifat dari
pembentukan fisik itu yang menimbulkan rasa atau kesan indah. Dalam karya seni
lukis, nilai instrinsik terletak pada struktur dan bentuknya. Struktur yang dimaksud
dalamnya. Sedangkan nilai ekstrinsik dalam karya seni adalah kualitas atau harga
yang berada di luar atau di balik suatu perwujudan fisik. Kualitas atau harga ini
merupakan sesuatu yang tidak konkret yakni berupa pengertian, makna, pesan dan
ajaran atau informasi lainnya yang berharga. Dapat disebut dengan nilai simbolis.
24
Artinya dalam karya seni terdapat simbol yang memiliki makna, pesan atau harapan
dan menghargai serta menafsirkan sebuah makna yang terkandung dalam karya
seni. Masih Kartika dan Prawira (2004: 18), aktivitas estetis dapat dilakukan dengan
pengamatan terhadap kualitas media, unsur penyusunan serta hasil persepsi dari
menjelaskan secara cermat akan nilai estetis yang di informasikan oleh seniman.
Sebuah karya seni rupa diamati sebagai suatu kesatuan yang utuh,
menjadi bentuk yang sempurna dan mengandung nilai estetis di dalamnya itu tidak
Dalam berkarya seni lukis, untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan unsur-
unsur pendukung bentuk yang sering disebut unsur-unsur rupa (visual). Secara garis
besar unsur-unsur (visual) yang dikembangkan dalam berkarya seni lukis adalah
garis (line), raut/ bidang (shape), warna (color), ruang (space), gelap terang
Menurut Sunaryo (2002 : 7) deretan sejumlah titik atau noktah dapat membentuk
sebuah garis. Garis yang dipakai oleh penulis dalam karya lukis menggunakan garis
secara sederhana, merupakan deretan titik-titik, apabila titin itu ditarik, maka akan
menginggalkan jejak yang disebut garis, atau juga dapat dikatakan bahwa garis
adakah hubungan antara dua titik, yaitu titik pada pangkal dan pada ujungnya.
Raut adalah pengenal bentuk yang utama karena sebuah bentuk dapat dikenali dari
rautnya (Sunaryo, 2002:9). Raut yang digunakan penulis dalam karya adalah raut
geometris (raut yang luasnya dapat dihitung atau diukur), raut organis (raut yang
tidak dapat diukur luasnya), raut tak beraturan dan raut tak disengaja untuk
membedakan dua objek yang identik dalam ukuran bentuk, tekstur, raut dan
kecerahan, warna berkait langsung dengan perasaan dan emosi (Sunaryo, 2002:10).
dalam proses berkarya lukis, penulis juga menggunakan warna susunan analogus
(warna senada) untuk membuat agar lukisan memperjelas secara halus subjek yang
Ruang dalam karya dwi matra atau dua dimensi bersifat maya, sehingga ruang yang
bersifat pipih, datar dan rata dapat menumbulkan kesan jauh maupun dekat, yang
memberi kesan kedalaman dengan berbagai sapuan kuas, dengan maksud untuk
Unsur gelap terang juga disebut nada atau unsur cahaya. Gelap terang yang
menunjukkan kesan subjek tiga dimensi atau volume, dan kedalaman ruang.
berhubungan dengan indra peraba (tekstur nyata) dan indra penglihatan (tekstur
semu). Tekstur sendiri adalah sifat ermukaan suatu benda. Penulis dominan
menggunakan tekstur semu dalam karyanya, namun ada beberapa karya dalam
proyek studi ini yang menggunakan tekstur nyata, yaitu dengan menggunakan
tekstur cat pelapis dasar kanvas yang dibuat tebal pada beberapa subjek lukisannya.
Dalam menciptakan sebuah karya seni lukis, unsur-unsur rupa seperti garis, warna,
pengorganisasian.
kesatuan (unity).
keseluruhan sehingga cocok satu dengan yang lain, serta terdapat keterpaduan yang
jenis, yakni keserasian fungsi (keserasian subjek-subjek yang berbeda berada dalam
hubungan symbol) dan keserasian bentuk (kesesuaian raut, ukuran, warna, tekstur,
unsur rupa secara berulang dan berkelanjutan, sehingga bentuk yang tercipta
bagiannya.
Dalam karya lukis yang dibuat, menggunakan beberapa irama yang antara
lain Irama repetitif (irama yang diperoleh dari perulangan unsur-unsur rupa, tertip,
dan monoton).
28
Prinsip dominasi adalah pengaturan peran atau penonjolan suatu bagian dalam
suatu keseluruhan sehingga bagian yang ditonjolkan itu menjadi pusat perhatian
(center of interest) dan menjadi tekanan (emphasis) atas bagian lainnya. Menurut
Sidik (dalam Aprilia, 1981 : 49) dominasi disebut klimaks atau emphasis, ada pula
pengaturan unsur-unsur yang saling berkaitan oleh unsur atau bagian yang lebih
yang berkaitan dengan pengaturan bobot akibat gaya berat dan letak kedudukan
unsur rupa agar tiap-tiap bagian memiliki keseimbangan ruang dan ukuran, supaya
tentang hubungan antar bagian atau antara bagian terhadap keseluruhan. Pengaturan
hubungan yang dimaksud berkaitan dengan ukuran, yakni besar kecilnya bagian,
luas sempitnya bagian, panjang pendeknya bagian, atau tinggi rendahnya bagian
Kesatuan merupakan tujuan akhir dari penerapan prinsip-prinsip desain yang lain,
BAB 3
METODE PENELITIAN
Menurut Rohidi (2011 : 169) penelitian adalah suatu proses penyelidikan dari suatu
disiplin yang relevan untuk kegiatan tersebut. Proses yang dimaksudkan di sini pada
dasarnya bersifat umum dan baku, tetapi harus dikerangkai dan dibiasakan oleh
penciptaan dan nilai estetis pada seni lukis karya Agus Sudarto, maka penelitian ini
memahami secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat
populasi, daerah, atau bidang tertentu. Penelitian deskriptif, karena itu, data yang
diperoleh disajikan secara deskriptif, tidak perlu mencari atau menerangkan saling
hubungan, menguji hipotesis atau membuat ramalan. Akan tetapi, hal yang sangat
menjelaskan segala yang dikaji kepada orang lain (Syafii, 2013 : 23-24).
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
(Sugiyono, 2016 : 2). Di samping itu, metode penelitian kualitatif memang cocok
30
31
kualitatif, yaitu mendeskripsikan data, gambar dan perilaku orang yang diamati
dengan menggunakan kata-kata atau dengan kata lain penelitian ini memaparkan
tentang proses penciptaan seni lukis karya Agus Sudarto dan nilai estetis pada
Sasaran penelitian ini adalah proses penciptaan karya seni lukis Agus Sudarto dan
nilai estetis yang terkandung dalam lukisan Agus Sudarto. Baik itu nilai intrinsik
Alasan pemilihan lokasi tersebut berdasar pada pertimbangan observasi awal yang
menunjukkan bahwa tempat tersebut juga digunakan sebagai studio dan galeri
Untuk memperoleh data yang relevan, terarah dan memiliki tujuan yang sesuai
Nasution (dalam Sugiyono, 2016 : 226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
kondisi lokasi yang diteliti. Pada penelitian ini selain menggunakan kemampuan
indra, peneliti juga menggunakan alat bantu elektronik, seperti kamera untuk
mendapatkan data visual berupa gambar (foto). Adanya data berupa gambar (foto)
menjaring informasi mengenai proses penciptaan karya seni lukis Agus Sudarto dan
lukisan karya Agus Sudarto yang terletak di kelurahan Pamularsih, Kota Semarang.
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
yang berhubungan dengan proses penciptaan dan nilai estetis dari seni lukis karya
Agus Sudarto. Selain melakukan wawancara dengan Agus Sudarto, penulis juga
melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat bantu seperti buku catatan, alat
3.3.3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2016 : 240) dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau
dengan pengambilan gambar atau foto sebagai bukti pernah dilakukannya suatu
aktivitas. Dalam penelitian, dokumentasi tidak hanya sekedar gambar, lebih dari itu
mengumpulkan dokumen.
tentang proses penciptaan seni lukis karya Agus Sudarto, mulai dari proses
wawancara, penyiapan alat dan bahan melukis Agus Sudarto, membuat sket, proses
pewarnaan dan hasil lukisan. Serta hal-hal yang berhubungan dengan objek
Analisis data merupakan proses penyusunan data, pengolahan data dan interaksi
data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, sehingga
34
lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2016 : 245). Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2016:246) menyebutkan bahwa analisis data ada tiga
unsur dalam proses analisis penelitian kualitatif yaitu : reduksi data, penyajian data,
dan verifikasi.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2016:248). Proses ini
proses pengumpulan data. Reduksi data sebenarnya sudah dimulai sejak peneliti
kerangka kerja konseptual, kasus, pertanyaan yang diajukan, dan cara pengumpulan
data yang dianggap tidak mendukung atau tidak sesuai dengan sasaran penelitian.
menarik kesimpulan. Penyajian data dapat berupa uraian singkat (teks naratif),
bagan, hubungan antar kategori, selanjutnya dalam menyajikan data juga dapat
berupa grafik, matrik dan chart (Sugiyono, 2016: 249). Dengan pedoman analisis
informasi diperoleh dari berbagai narasumber yang telah dipilih, yaitu Agus
data yang dilakukan. Dari proses ini, akan dapat memberikan gambaran bagaimana
hasil penelitian dapat memberikan implikasi yang bersifa teoretis (penelitian murni)
BAB 4
Agustus 1945, tepat saat Indonesia merdeka. Pada usia 4 tahun Agus Sudarto dan
bersama dengan istrinya, yang bernama Ibu Tati Soemantri (lihat gambar 4.1),
36
37
Gambar 4.2. Peta Kota Semarang (sumber Google dan Google Map)
Agus Sudarto pernah belajar melukis dengan Kok Poo secara privat. Selain
Inanta dan Jimilau, Kok Poo adalah salah satu dari murid Dullah. Dullah adalah
seorang yang dikenal sebagai pelukis istana sejak awal 1950-an, dengan tugas
merestorasi lukisan dan menjadi bagian dalam penyusunan buku koleksi lukisan
diterapkan di semua murid Dullah, yang salah seorang di antaranya adalah Kok
Poo. Menurut Athian, hal tersebut adalah salah satu alasan mengapa lukisan Agus
istilah dalam seni lukis, yang mengandung pengertian penggunaan gelap terang,
untuk menciptakan efek artistik pada lukisan atau gambar. Istilah chiaroscuro
berasal dari Italia, yaitu “chiaro” yang berarti terang dan “oscuro” yang bermakna
gelap. Pelukis menciptakan efek chiaroscuro agar lukisan tampak lebih dramatis
dengan setting cahaya yang memusat pada subjek utama yang dikehendaki, setting
tempat yang berada seolah-olah pada ruangan tertentu, bentuk atau gestur yang
dinamis supaya terlihat indah, sedangkan di dunia nyata mungkin tidak seindah itu.
menjadi kesan dramatik dan juga sangat membedakan subjek utama dan subjek
pendukung. Pola ini dimaksud untuk mengcapture pusat perhatian yang diinginkan
Tidak berbeda dengan tahun 2014 saat penulis berkunjung pertama kali
potongan rambut tipis. Hanya saja Agus Sudarto tampak lebih kurus dibandingkan
sehingga daya tahan tubuh yang terkadang lemah. Dalam berpenampilan, Agus
seniman yang biasanya tidak rapih (lihat gambar 4.3), “Penampilan bukanlah tolok
ukur eksistensi atau keberhasilan menjadi seorang seniman, namun biarkan karya
sekelilingnya heran. Salah satunya adalah kebiasaan Agus Sudarto yang lebih
mobil pribadi miliknya, “Enakan juga naik Grab, bayar duapuluh ribu bisa pergi
kema-mana, disupiri lagi”, ujarnya dengan logat santai. Beliau memiliki satu mobil
pribadi, dan belum ada niat untuk membelinya lagi, padahal dari hasil
jumlah banyak dan kelas mewah, “Bagi saya, semua ini titipan Tuhan untuk anak-
anak saya, jadi saya gunakan untuk membuatkan rumah ketiga anak saya di Jakarta
dan Bandung”, kata Agus Sudarto. Kebahagiaan keluarganya menjadi bagian dari
bahagianya. Baginya sudah merasa cukup hidup dengan keadaan seperti ini, karena
sifat manusia yang tidak pernah puas, jika sudah diberi cukup maka akan selalu
merasa kurang, maka dari itu, Agus Sudarto berusaha membiasakan diri untuk
hidup dengan rasa cukup dan tidak berlebihan sehingga bisa menjadi kebiasaan
Negeri 2 Semarang pada tahun 1957 sampai 1959, dan melanjutkan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), setelah tama dari SMK Agus Sudarto memutuskan
disebut dengan Institut Seni Indonesia (ISI). Meskipun pada awalnya orang tua
Agus Sudarto kurang sependapat dengan keputusan yang diambil Agus Sudarto.
40
Orang tua Agus Sudarto bukanlah seorang seniman. Namun orang tua Agus Sudarto
menyadari bahwa kemampuan Agus Sudarto di bidang seni rupa sudah terlihat
sedari kecil sehingga orang tua Agus Sudarto akhirnya mendukungnya untuk hijrah
Dimulai pada tahun 1960 Agus Sudarto masuk Akademi Seni Rupa
Indonesia (ASRI) dan mulai menekuni bidang seni rupa demi mengembangkan
hobi serta kemampuannya di bidang seni rupa tersebut. Di ASRI, Agus Sudarto
mengambil konsentrasi seni patung, namun diam-diam Agus Sudarto juga hadir
dalam kelas seni lukis, karena ketertarikannya di bidang seni rupa bukan hanya pada
seni patung saja, namun juga seni lukis dan cabang seni rupa yang lain. Setelah
Rupa Indnesia (ASRI). Seiring berjalannya waktu, Agus Sudarto mulai menemukan
passion dalam jiwanya pada seni lukis Agus Sudarto memiliki perasaan yang
berbeda saat melukis, yang tidak dapat dirasakan saat berkarya seni rupa yang lain.
Sejak saat itu, tiada hari tanpa melukis bagi Agus Sudarto, dan mulai aktif
lukis yang diciptakan Agus Sudarto yang dibeli oleh teman-temanya di ASRI.
Tahun 1960, Agus Sudarto di kontrak untuk mendesain interior dan lukisan di salah
satu hotel di Jogjakarta. Sampai pada tahun 1965, lukisan-lukisan Agus Sudarto
dikontrak oleh Tio Galeri dalam Art Dealer. Dalam partisipasinya mengikuti
pameran seni lukis di Jogjakarta, selalu ada kolektor yang membeli lukisannya. Hal
itu membuat teman-temanya di ASRI kagum, dibalik rasa bahagia yang Agus
Sudarto rasakan karena lukisannya selalu laku terjual. Namun Agus Sudarto merasa
41
tidak enak hati dengan teman-temanya yang belum seberuntung dia, maka dari itu,
selain untuk dibelikan alat dan bahan untuk berkarya seni lukis, uang hasil menjual
lukisan Agus Sudarto bagikan kepada teman-temannya untuk makan bersama. Hal
melukis Agus Sudarto semakin sering dikerjakan. Tidak hanya dilakukan pada
sekolah formal akan tetapi juga bergabung dengan dosen-dosen ASRI dan diajak
bekerja sama saat ada proyek seni rupa di luar. Agus Sudarto menyelesaikan
pendidikannya setelah tamat tingkat tiga di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI)
Tahun 1977 Agus Sudarto menikah dengan Ibu Tati Soemantri, dan pada
tahun 1978 Agus sudarto direkrut oleh PT. Masscom Graphy atau dikenal dengan
“Suara Merdeka”. Alasan Agus Sudarto untuk bekerja di “Suara Merdeka” adalah
menjanjikan pada tahun-tahun tersebut. Namun hal tersebut tidak membuat Agus
Sudarto berhenti berkarya seni. Melukis masih menjadi hobinya dan sering
Masscom Graphy, namun pada tahun 2003, Agus Sudarto memilih jalan hidup yang
baru. Beliau memutuskan untuk resign dari PT. Masscom Graphy dan mulai
utamanya. Saat itu bidang seni rupa sedang berkembang pesat di Semarang. Dan
sejak saat itu, Agus Sudarto mulai fokus melukis dan mematangkan kemampuan
teknik melukisnya. Sampai saat ini, kemahirannya dalam melukis sudah tidak
42
diragukan lagi. Keindahan hasil lukisan yang diciptakan Agus Sudarto, membuat
banyak seniman muda ingin belajar teknik melukis dengan Agus Sudarto.
Agus Sudarto merupakan pribadi yang mudah bergaul dan terbuka, dalam
beriteraksi sosial dengan tetangga. Agus Sudarto selalu santun dan berbagi dalam
setiap kesempatan. Selain itu, Agus Sudarto juga secara berkala mendonasikan
sebagian hartanya ke panti asuhan. Meskipun karya lukisnya belum ada yang
bertemakan sosial, namun jiwa sosial telah ditumbuhkan sedari kecil atas
bimbingan kedua orang tuanya dan menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan Agus
Sudarto dan keluarga. Baginya membayarkan zakat dan mal merupakan suatu
Agus Sudarto memiliki kawan baik yang berprofesi sama seperti dirinya,
yaitu seniman, baik di Semarang dan Jogjakarta (lihat gambar 4.4). Dari awalnya
senimannya yang tutup usia, sehingga pertemuan dan diskusi forum semakin
jarang.
merupakan budaya Jawa yang harus dilestarikan karena keindahan seni tradisional
tradisional negara kita diklaim lagi oleh negara-negara tetangga. Kecintaannya pada
seni bukan hanya pada seni rupa. Agus Sudarto juga senang dan mempelajari seni
musik, karawitan serta lagu-lagu Jawa (lihat gambar 4.5). Beberapa alat musik
seperti piano, biola, gitar mahir dimainkannya. Di rumahnya terdapat beberapa alat
musik seperti piano, biola dan gitar, alat musik tersebut kerap kali dimainkannya
dan internasional senang didengar dan dinyanyikannya sembari melukis. Ada satu
keyakinan yang diyakini Agus Sudarto dapat menjadikan hidup sehat dan bahagia,
yang pertama adalah menjaga pola makan, yang kedua adalah harus tertawa
minimal lima menit dalam sehari dan yang ketiga adalah sering mendengarkan
musik. Ketiga hal tersebut selalu dilakukan Agus Sudarto sepanjang hidupnya dan
Selain itu, Agus Sudarto juga sangat fasih dalam mendalang. Hal tersebut
sering Agus Sudarto tontonkan pada tamunya yang berkunjung ke rumah. Terdapat
satu kotak lengkap koleksi wayang kulit milik Agus Sudarto pribadi yang dipasang
di salah satu ruangan dalam rumahnya, lukisan wayang kulit juga pernah menjadi
tema-tema lukisannya pada tahun-tahun sebelum 2003, “Rama dan Shinta” adalah
salah satu judul lukisan wayang kulit yang pernah diciptakan oleh Agus Sudarto.
44
Di bidang seni rupa sendiri, Agus Sudarto pernah melakukan beberapa kali
pameran di dalam dan luar negeri. Di antaranya adalah The Jakarta International
Fine Arts Exhibition, pameran bersama “Figuratif” di Andy’s Gallery, The Asian
Art Award, Pra Biennale Bali, Citra Realis, Biennale #1 Jateng, pameran bersama
dengan seniman-seniman Jepang di Kyoto, Shanghai Art Fair, Paris dan pameran
tunggal di Amsterdam pada tahun 1996 didampingi Frans Euckelanes, guru seni
rupa Belanda. Pada kesempatan acara pameran tunggal Agus Sudarto di Amsterdam
tersebut, Agus Sudarto dinobatkan sebagai “Rembrandt van Java”, karena lukisan
Belanda, yaitu “Rembrandt van Rijn”. Agus Sudarto yang berasal dari Pulau Jawa
dan Muhammad Rahman Athian menyebutkan bahwa Agus Sudarto adalah perupa
senior Semarang yang memiliki teknik sangat baik dalam memvisualisasikan figur,
memperoleh kecepatan dan ketepatan teknik itu berdasar bakat dan ilmu dari Kok
45
Poo. Kedekatan dan penguasaan terhadap budaya Nusantara, seperti tari, gamelan
dan wayang, membuat dia acap melukiskan visual-visual yang berhubungan dengan
tari, gamelan, pakaian adat. Kedekatan dengan Kok Poo membuat Agus Sudarto
menjadi pribadi yang tidak membedakan budaya satu dan budaya yang lain,
terutama di Kota Semarang. Dia melukis Barongsai dan Barong Bali, yang bagi dia
Agus Sudarto menikah dengan Ibu Tati Soemantri yang berasal dari Jogjakarta yang
Ibu Tati Soemantri sempat membuat Agus Sudarto minder dengan dirinya yang
hanya berasal dari keturunan keluarga biasa. Namun Agus Sudarto dengan
keteguhan hatinya berjuang untuk mendapatkan cinta dari Ibu Tati Soemantri yang
Meskipun saingannya dalam memperebutkan hati Ibu Tati Soemantri itu berat,
namun pada akhirnya Ibu Tati Soemantri memilih Agus Sudarto sebagai suaminya.
Karena cinta yang tulus dari Agus Sudarto kepada Ibu Tati Soemantri dan takdir
Tuhan yang indah, mereka menikah pada 29 Juni tahun 1977. Saat ini usia
Agus Sudarto dan istri memiliki tiga anak. Dua anak laki-laki yaitu Edo
Mahista dan Oga Swastya dan satu perempuan bernama Arla Manggarwangi
Trieska (lihat gambar 4.6). Ketiga anaknya telah menikah dan tidak lagi tinggal
bersama Agus Sudarto dan istri di Semarang. Ketiga anaknya bersama dengan
keluarga kecilnya menetap di luar kota. Agus Sudarto memiliki 4 cucu, dua cucu
46
laki-laki dan dua cucu perempuan, dia adalah Reno, Biyan, Cika dan Fara. Agus
Sudarto dan istri selalu menyempatkan untuk berkunjung menemui anak dan cucu-
cucunya di Jakarta dan Bandung, atau anak dan cucunya yang mengunjunginya di
Namun dari ketiga anaknya, tidak ada satupun yang mewarisi profesi Agus
Sudarto sebagai seorang seniman. Dua anaknya bekerja di salah satu perusahaan
swasta, dan satu di antaranya menjadi seorang arsitek. Dalam membimbing anak-
anaknya, Agus Sudarto dan istri tidak menuntut kepada anak-anaknya untuk
menjadi seperti yang dia inginkan. Semuanya diserahkan pada anak dalam
bukan hal yang tidak mungkin, apabila bakat melukisnya akan diwarisi oleh cucu-
Agus Sudarto dengan usia yang sudah memasuki tahun ke 74, memiliki cita-
cita akan karir melukisnya apabila sudah diharuskan pensiun suatu saat nanti.
47
Beliau ingin ada generasi penerus seniman-seniman muda yang mewarisi bakat
rupa di Semarang. Sehingga ada beberapa seniman muda yang “nyantrik” (bahasa
jawa) atau belajar melukis dengan Agus Sudarto secara langsung di rumahnya.
Namun tidak banyak, saat ini hanya ada satu orang yang serius belajar melukis
melukis atau hanya sekedar menemani dan mempelajari setiap teknik Agus Sudarto
dalam melukis. Biasanya proses “nyantrik” berlangsung pada pukul jam 4 sore
sampai jam 9 malam atau lebih. “Dia dari Ungaran, biasanya ke sini naik motor,
tapi kalau kemaleman ya saya suruh nginep di sini saja”, ujar Agus Sudarto saat
menceritakan Pak Yoyo. Pak Yoyo sendiri merupakan orang yang saat ini sedang
yang pernah belajar melukis dengannya, namun biasanya dalam kurun waktu
setahun sudah berhenti dan berganti dengan orang lain. Meskipun yang dianggap
mengajarkan setiap ilmunya pada Pak Yoyo, dibimibingnya dengan sepenuh hati.
Dalam konsep penciptaan karya lukis Agus Sudarto, proses penciptaannya tidak
dilakukan dengan serta merta, sebagian besar karya yang dibuat dilakukan dengan
Sahman, 1993:119) proses mencipta itu terdiri dari tiga tahapan antara lain : (1)
gagasan awal dan (3) tahapan visualisasi ke dalam medium. Untuk lebih
48
lengkapnya, berikut ini adalah tahapan-tahapan proses penciptaan seni lukis Agus
Sudarto :
Dalam melukis, tentu memerlukan ruangan yang nyaman, tidak terlalu sempit,
ventilasi yang cukup dan cahaya yang baik. Tempat yang dijadikan Agus Sudarto
untuk melukis adalah studio lukis pribadinya. Berada di kediaman atau di dalam
rumah Agus Sudarto sendiri. Bangunan rumah yang luas, dijadikannya salah satu
bekerjanya serta tempat penyimpanan alat, bahan melukis serta hasil lukisannya.
Terdapat kolam ikan koi di bagian depan sisi kanan studio lukisnya, serta ukiran
kayu dan topeng yang dibuat Agus Sudarto sendiri dan menjadi hiasan dinding
bagian depan bangunan studio lukis Agus Sudarto (lihat gambar 4.7 dan 4.8).
Gambar 4.7 Topeng hiasan dinding depan studio lukis Agus Sudarto
(sumber : dokumen peneliti)
49
pencarian ide yang akan menjadi tema lukisannya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), ide adalah rancangan yang tersusun di pikiran, artinya sama
dengan gagasan atau cita-cita. Ide dalam kajian Filsafat Yunani menyangkut suatu
gambaran imajinal utuh yang melintas cepat. Misalnya ide tentang sendok, muncul
dalam bentuk sendok yang utuh di pikiran. Selama ide belum dituangkan menjadi
suatu konsep dengan gambar yang nyata, maka ide masih berada di dalam pikiran.
Sedangkan tema didefinisikan Bahari (2017: 22) adalah gagasan yang hendak
dikomunikasikan pencipta karya seni kepada khalayak. Tema bisa saja menyangkut
Tema harus mampu menyentuh pengamat, baik pada nilai-nilai tertentu dalam
50
kehidupan sehari-hari atau pun hal-hal yang bisa mengingatkan pada peristwa
tertentu.
Ide atau gagasan yang menjadi tema lukisan Agus Sudarto biasanya
tidak secara mentah dibiarkan berlalu begitu saja, namun Agus Sudarto berusaha
untuk mencari makna dan manfaat di setiap kejadian yang terjadi di sekelilingnya,
dan bukan tidak mungkin kejadian tersebut akan menjadi sebuah tema untuk karya
dengan kecintaannya pada kesenian. Selain seni rupa, Agus Sudarto juga menyukai
seni tari, seni musik dan karawitan, serta wayang, didapat dari kecintaannya pada
“Kalau kamu tanya alasan kenapa Bapak senang melukis orang menari ya karena
Bapak suka kesenian, bukan cuma seni rupa, Bapak juga suka seni tari, seni musik,
wayang juga Bapak suka, jadi tema-tema yang Bapak lukis itu ya yang Bapak
suka”.
berjudul “Bom Bali”. Lukisan tersebut dibuat pada tahun 2003 saat fenomena pulau
Dewata Bali di bom. Agus Sudarto mencoba memberikan ungkapan bela sungkawa
untuk Bali atas terjadinya bom di wilayah tersebut dalam bentuk melukis tragedi
bom Bali.
51
Awal
dengan membandingkan beberapa ide yang tersaji dalam pikirannya menjadi satu
referensi dari majalah, katalog, buku dan internet. Agus Sudarto mencoba
menggali informasi secara rinci supaya dalam melukis tidak ada tafsiran ambigu
dalam lukisannya.
Pada tahapan pemantapan gagasan awal dilakukan Agus Sudarto saat ide
untuk melukis sebuah tema lukisan telah final dengan menyiapkan alat dan bahan
yang beliau perlukan dalam melukis. Contohnya kanvas, cat, kuas, charcoal dan
lain-lain. Jenis kanvas yang digunakan Agus Sudarto untuk melukis adalah jenis
kanvas linen dan katun. Namun kanvas jenis linen lebih sering Agus Sudarto
dengan kanvas berjenis katun, sehingga tidak mudah kendur bahkan sobek. Untuk
tenaga yang diperlukan untuk pembuatan kanvas tidaklah sedikit, mengingat usia
Agus Sudarto yang sudah memasuki tahun ke 74. Dalam pemesanan kanvas, Agus
Sudarto biasanya memesan dari Jogjakarta, dengan kualitas kayu spanram yang
baik yaitu jenis kayu Kalimantan dengan ketebalam 5 cm pada setiap sisinya,
52
sehingga kekuatan kanvas saat dipasang akan terbentang kuat. Kanvas tersebut
Sudarto memesan kanvas jumlah banyak dan ukuran yang beragam. Biasanya
jumlah kanvas yang dipesan adalah untuk kebutuhannya melukis dalam kurun
waktu satu tahun, sehingga di dalam studio lukisnya terdapat tumpukan kanvas
Jogjakarta, Dipesan pada salah satu home industry yang sama dalam pemesanan
spanram, Namun tidak dipesan dalam waktu yang bersamaan dengan pemesanan
karakteristik lukisan yang dihasilkan, sehingga jenis bingkai dengan lukisan dapat
Penataan stok kanvas serta bahan dan alat melukis yang lain pada studio
lukis Agus Sudarto, biasanya diserahkan pada asisten rumah tangga Agus Sudarto.
Penataan alat dan bahan yang baik pada studio lukisnya tentu perlu mendapatkan
perhatian khusus supaya pada ruangan tersebut memiliki space yang cukup untuk
Pak Rahdi adalah orang yang telah bekerja dengan Agus Sudarto selama
kurang lebih 15 tahun. Pak Rahdi bersama dengan istri dan anaknya, telah dipercaya
Agus Sudarto dan keluarga untuk mengurus keperluan ruamhnya, mulai dari
membereskan rumah, memasak dan sebagainya. Pak Rahdi dan istri memiliki satu
anak laki-laki bernama Brian dan sedang menempuh pendidikan dasar kelas 3.
Agus Sudarto pernah berjanji dalam hidupnya, bahwa seluruh biaya sekolah Brian
Sudarto akan memberikan sebagian warisanya kepada Pak Rahdi dan keluarga.
Mereka adalah orang asing yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh Agus
Sudarto, karena sifat jujur dan rendah hatinya Agus Sudarto sangat menghargai dan
lukisannya adalah jenis pewarna pigmen yaitu cat. Cat sendiri didefinisikan sebagai
bahan pewarna atau cairan kental yang dibuat dari bahan pigmen dan zat pengikat,
dapat diberi zat pewarna (KBBI). Cat yang digunakan Agus Sudarto adalah kategori
cat professional atau artist, berjenis minyak dan memiliki hampir semua jenis
warna dengan ukuran yang bervariasi, dari tube yang kecil sampai tube yang besar
Cat minyak sendiri didefinisikan jenis cat yang digunakan untuk melukis
yang diencerkan dengan minyak, zat perekat yang sangat kuat dan diencerkan
dengan terpentin (KBBI). Hampir dalam setiap proses berkarya, Agus Sudarto tidak
pernah menggunakan cat dengan kualitas rendah. Semua cat yang digunakan adalah
kualitas cat professional. Pemilihan bahan termasuk jenis cat tentu sangat
diperhitungkan Agus Sudarto, karena kualitas bahan termasuk cat akan sangat
mempengaruhi hasil lukisan yang diciptakan. Agus Sudarto menggunakan jenis cat
dengan kualitas terbaik demi mengahsilkan lukisan yang terbaik pula. Cat yang
55
Agus Sudarto gunakan adalah cat merk “Rembrandt”, hampir tidak terdapat cat
Selain bahan kanvas dan cat, tentunya harus menggunakan alat kuas untuk
bidang lukis. Berbagai macam model dan ukuran tersedia di studio lukisnya. Alat
kuas ini dipenuhi Agus Sudarto demi kenyamanannya dalam melukis, tentu setiap
bidang gambar mengharuskan menggunakan kuas dengan ukuran dan model yang
berbeda, namun kuas yang dimiliki Agus Sudarto lebih banyak kategori kuas untuk
cat minyak (lihat gambar 4.12). Salah satu merk kuas yang biasanya Agus Sudarto
gunakan adalah merk “Rembrandt”, selain itu ada kuas cina dan kuas merk
“Davinci”.
Biasanya Agus Sudarto membeli perlengkapan bahan dan alat melukis di toko
kawasan Semarang yang menyediakan sparepart seni rupa, salah satunya adalah
kesempatan saat peneliti berkunjung ke toko “Celita Lindo”, penjaga toko tersebut
bercerita mengenai jumlah nominal yang Agus Sudarto keluarkan untuk sekali
56
berbelanja di toko tersebut, dengan biaya ongkos kirim yang dibebankan pada toko,
Agus Sudarto berbelanja perlengkapan melukisnya seperti cat dan kuas sampai
belasan juta rupiah, nominal tersebut tidak terhitung spanram dan kanvas, karena
bahan spanram dan kanvas dipesan Agus Sudarto di Jogjakarta. Bahkan Agus
Sudarto sudah diberi kepercayaan dari toko untuk dialokasikan keperluan melukis
Agus Sudarto dalam kurun waktu, karena dalam berbelanja Agus Sudarto sekaligus
dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik. Agus Sudarto juga pernah
sambil berkunjung ke rumah salah satu anaknya yang berada di Bandung. Namun
apabila alat atau bahan yang dibutuhkannya tidak tersedia di toko tersebut, Agus
Pada tahapan ini, Agus Sudarto memulainya dengan memilah bahan dan alat yang
pewarna cat minyak yang dibutuhkan, jenis dan ukuran kuas yang diperlukan,
charcoal, dan alat penunjang yang lain. Alat dan bahan untuk melukis selalu
tersedia di studio lukisnya dan tersedia lengkap mulai dari alat dan bahan yang
pokok sampai jenis alat dan bahan penunjang, sehingga Agus Sudarto dapat dengan
leluasa dalam melukis tanpa harus menunggu waktu tertentu dan menyiapkan atau
membeli alat dan bahan terlebih dahulu, kapanpun Agus Sudarto dapat melukis,
saat keinginannya ingin melukis. Waktu yang sering Agus Sudarto gunakan untuk
melukis adalah siang menjelang sore sampai malam hari. Sekitar jam empat sore
57
sampai tengah malam pukul dua belas. Waktu tersebut dilakukan untuk melukis
Setelah memilih bahan dan alat yang diperlukan, langkah selanjutnya yang
dilakukan Agus Sudarto dalam tahap visualisasi ke dalam medium adalah adalah
membuat sket atau gambar rancangan pada kanvas menggunakan charcoal (lihat
gambar 4.13). Charcoal sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang berarti arang
(kayu). Dalam seni rupa charcoal yang dimaksud adalah charcoal untuk melukis.
Charcoal yang digunakan Agus Sudarto untuk membuat sket lukisannya adalah
penggunanya karena goresan yang telah dibuat pada kanvas dapat dihapus
sket.
menggunakan bantuan teknik seperti grid, skala bahkan bantuan alat elektronik
seperti proyektor, kemampuannya dalam membuat sket akan ide melukisnya sudah
mengandalkan kematangan teknik dengan ketepatan optik dan mengolah rasa. Agus
58
Sudarto membuat sket setiap karyanya dengan teknik manual (lihat gambar 4.14).
Hasil sket pun tidak lebih buruk dari foto acuan yang menjadi subjek lukisannya.
Setiap tahap demi tahap proses berkaryanya, Agus Sudarto malakukannya dengan
perasaan bahagia tanpa paksaan karena kondisi perasaan saat melukis merupakan
salah satu faktor utama dalam menghasilkan kualitas suatu karya seni yang baik.
penguasaan anatomi tubuh manusia yang telah dikuasai Agus Sudarto sejak masih
belajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), dan kembali mematangkan teknik
melukisnya dengan berguru secara privat pada Kok Poo, kemampuan melukisnya
semakin baik dan terasah berkat ilmu yang diberikan oleh Kok Poo, sehingga setiap
karya lukisnya memiliki proporsi atau kesebandingan yang tepat, tidak ada kesan
janggal pada setiap bagian tubuh yang dilukisnya. Selain dibuat dengan teknik yang
baik dalam proses penciptaannya, namun juga dengan perasaan bahagia yang
mewarnai sket tersebut dengan cat (lihat gambar 4.16). Cat yang biasa Agus
Sudarto gunakan adalah cat minyak merk “Rembrandt”, dengan menggunakan kuas
berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan bidang gambar yang diwarnainya,
sebagian besar kuas yang digunakan dalam proses mewarnaipun juga bermerk
“Rembrandt”. Kematangan warna pada setiap lukisan Agus Sudarto tidak secara
tiba-tiba mampu diciptakan olehnya, proses yang panjang telah dilewatinya selama
puluhan tahun, tidak semua proses mewarnai dapat secara langsung berhasil sesuai
dengan harapannya. Dengan belajar pada setiap kesalahan saat proses pewarnaan,
Agus Sudarto dapat memiliki pengalaman yang mumpuni dalam mengolah warna-
warna yang matang. Agus Sudarto pernah beberapa kali harus mengulang mewarnai
dihasilkan selanjutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari karya sebelumnya.
60
menghasilkan lukisan yang berkelas. Satu lukisan diperlukan waktu kurang lebih
tiga bulan untuk Agus Sudarto dapat menyelesaikan satu karya lukisan.
Dalam waktu satu hari, Agus Sudarto tidak menghabiskan seluruh waktunya
untuk melukis, kurang lebih delapan dari dua puluh empat jam Agus Sudarto
gunakan untuk melukis, selebihnya Agus Sudarto gunakan untuk beristirahat dan
melakukan kegiatan yang lain. Namun dalam pengalaman Agus Sudarto melukis,
tidak selalu tujuh hari dalam seminggu Agus Sudarto melukis, terkadang ada
melukisnya, misal pergi ke luar kota atau luar negeri karena ada kepentingan
memaksa melukis.
61
Palet sendiri didefinisikan sebagai salah satu peralatan melukis yang berfungsi
sebagai tempat menaruh dan mencampurkan cat, berupa lempengan yang berbentuk
yang berbeda-beda. Ada juga yang berbentuk persegi panjang dengan petak-petak
untuk meletakkan cat sesuai warnanya. Palet ada yang terbuat dari kayu dan plastik.
Jenis palet yang digunakan Agus Sudarto adalah palet berbahan plastik yang
memiliki tutup (lihat gambar 4.17). Hal tersebut bertujuan supaya warna
percampuran cat yang telah dibuat tidak mudah kering apabila masih tersisa dan
akan digunakan keesokan harinya. Karena dalam membuat warna apabila dalam
waktu yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda pula meskipun dengan
kadar/ komposisi setiap campuran cat yang sama. Sehingga hal tersebut diantisipasi
menguntungkan dalam pemanfaatan cat dari hasil pencampuran warna, hal tersebut
juga bermanfaat dalam meminimalisir penggunaan cat dalam jumlah yang banyak,
artinya cat tidak akan kering sehingga tidak perlu membuat pencampuran warna
yang baru.
menggunakan palet yang berbeda karena Agus Sudarto sering melukis dengan dua
tema yang berbeda pada kanvas yang berbeda pula. Hal tersebut bertujuan supaya
pewarnaan karena proses tersebut dilakukan dalam kurun waktu beberapa minggu.
62
tidak cocok atau ada kejanggalan dalam salah satu subjek lukisan tersebut. Agus
lukisan ciptaannya. Hal ini terbukti dalam setiap lukisannya mampu menampilkan
komposisi yang baik meskipun tidak dibuat menggunakan teknik repro dalam
melukis. Penempatan komposisi setiap subjek lukisan, ekspresi, pose dan gestur
dan indah.
bahan fixative dimaksudkan supaya lukisan terlihat lebih mengkilat dan terhindar
dari jamur akibat perubahan cuaca atau suhu. Bahan fixative sendiri didefinisikan
sebagai cairan yang biasanya disemprotkan di atas karya seni yang sudah jadi
63
supaya terlihat lebih baik dari segi penampilan dan perawatan dalam mencegah
corengan (wikipedia).
penciptaan wajah penari wanita, Agus Sudarto membuatnya tanpa melihat contoh
model yang menjadi subjek lukisannya, akan tetapi wajah penari wanita dibuat
mirip dengan wajah anak perempuannya dan sudah diluar kepala dalam
melukisnya, meski demikian, figur yang dibuat tetap menunjukkan karakter figur
supaya lebih kompleks Agus Sudarto selalu menggunakan foto sebagai acuannya.
4.3. Visualisasi dan Nilai Estetis Seni Lukis Karya Agus Sudarto
Sebuah karya seni dikatakan memiliki nilai estetis, baik itu nilai bentuk (intrinsik)
tersebut. Demikian pula dengan lukisan karya Agus Sudarto, dalam proses
berkesenian, dari latar belakang seorang direktur di salah satu perusahaan swasta di
Semarang, ke professional artist, Agus Sudarto tidak memulainya dari awal, karena
pengalamannya di bidang seni rupa sudah dijalani sedari tahun 1960 saat masih
belajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Jogjakarta, yang sekarang dikenal
dengan Institut Seni Indonesia (ISI). Ilmu pengetahuan di bidang seni rupa serta
keterampilan teknik melukis sudah dikuasai Agus Sudarto, sehingga dalam merintis
mematangkan teknik melukis dan yang paling utama adalah inovasi-inovasi baru
pada tema lukisannya. Dalam melukis, Agus Sudarto melakukannya dengan teliti
melukis sedari muda sampai saat ini, dalam mengolah unsur-unsur visual dan
memberikan kualitas yang berkelas. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat seni
yang telah membeli lukisan Agus Sudarto meskipun harus mengeluarkan uang
ratusan juta rupiah, namun nominal tersebut pantas dihargai karena kualitas lukisan
Hampir setiap tahun, Agus Sudarto mampu menghasilkan tiga sampai empat
lukisan, satu lukisan biasanya dikerjakan dalam waktu tiga sampai empat bulan,
menghasilkan sebuah lukisan yang berkelas dengan kualitas baik. Namun karena
usia yang memasuki tahun ke 74, jadwal melukis Agus Sudarto menjadi tidak
menentu, karena seringkali kondisi kesehatan Agus Sudarto yang tiba-tiba kurang
karya yang telah diciptakan sejak Agus Sudarto mulai melukis sudah tidak
terhitung, namun apabila dihitung sejak tahun 2003, saat Agus Sudarto resign dari
PT.Masscom Graphy dan beralih profesi menjadi seniman profesional sampai tahun
2018, ada sekitar 60 karya lukisan. Dengan ukuran lukisan yang berbeda-beda,
lukisan yang paling kecil adalah berukuran 90 cm x 110 cm, yaitu lukisan yang
paling besar adalah berukuran 280 cm x 230 cm, yaitu lukisan berjudul “Bedhaya
Ketawang” yang dibuat ahun 2016. Serta tema lukisan yang beragam pada kurun
terikat dengan budaya dan adat Jawa, tak ubahnya hal tersebut menjadi inspirasi
dalam menciptakan suatu lukisan, seperti seni tari, barong. Tipologi karya seni lukis
Agus Sudarto dapat dikategorikan dalam beberapa kurun waktu, dimulai tahun
2003 sampai 2005 Agus Sudato banyak melukis potrait, tahun 2006 beberapa
lukisan barongan diciptakan Agus Sudarto, tahun 2007 sampai 2009 Agus Sudarto
banyak melukis tentang tokoh, dalam melukis tokoh, tidak semua tokoh atau publik
figur dilukis oleh Agus Sudarto, hanya tokoh-tokoh tertentu saja yang dianggap
memiliki peran yang penting dalam perubahan atau kemajuan zaman, tahun 2010
sampai 2013 lukisan bertema penari banyak diciptakan Agus Sudarto, tahun 2014
sampai 2015 Agus Sudarto melukis dengan subjek yang mirip dengan boneka atau
wayang golek dan tahun 2016 Agus Sudarto kembali melukis barong dan penari.
Hampir semua lukisan yang beliau ciptakan sudah terjual, namun ada salah
lukisannya, lukisan tersebut adalah lukisan Agus Sudarto yang diciptakan tahun
2003, saat beliau memutuskan resign dari PT. Masscom Graphy dan berganti
profesi menjadi seorang seniman, karya tersebut merupakan salah satu pembuktian
Agus Sudarto dalam menempatkan kualitas melukisnya pada dunia seni rupa.
Lukisan tersebut tidak diperbolehkan Agus Sudarto untuk dibeli orang, meskipun
pernah suatu hari ada yang mendatangi Agus Sudarto untuk menukar mobilnya
66
dengan lukisan berjudul “Manggarwangi” tersebut, namun Agus Sudato tetap tidak
merelakan lukisan tersebut dibeli orang. “Lukisan tersebut memiliki sejarah besar
mengenai karir saya di bidang seni”, ujar seniman nomor satu di Semarang itu.
Banyak terdapat kanvas kosong di studio lukis Agus Sudarto yang tertumpuk dan
kanvas tersebut sudah menjadi pesanan orang, dengan kata lain, lukisan yang belum
dibuat Agus Sudarto sudah menjadi pesanan orang. Namun dalam melukis Agus
semata-mata keinginan Agus Sudarto untuk melukis, sehingga dalam melukis, ide
diciptakan dari ide atau gagasan Agus Sudarto sendiri. Namun, bukan berarti Agus
Sudarto menutup diri dari masukan para apresiator karya lukisannya, Agus Sudarto
selalu terbuka dalam menerima dan menanggapi para apresiator mengapresiasi dan
mengkritik karyanya.
Athian mengatakan :
“Kurator boleh saja komentar lukisan Agus Sudarto tidak up to date atau
ketinggalan zaman, namun pada kenyataannya lukisan Agus Sudarto laku di
pasaran tanpa harus mengikuti seni rupa kontemporer saat ini, bahkan harganya
sampai ratusan juta rupiah”.
Agus Sudarto sampai saat ini masih laku di pasaran dan masih banyak peminatnya,
67
bahkan dengan harga yang sangat tinggi, yaitu ratusan juta rupiah dan pnggemar
seni rupa khususnya lukisan banyak yang mengantri ingin mengoleksi lukisan Agus
Sudarto.
“Karena Agus Sudarto tidak dikuratori oleh siapapun, namun harga lukisan yang
mampu menembus pasar sampai dengan ratusan juta rupiah, tidak tanpa alasan
mampu beliau dapatkan, kualitas teknik dan penghayatan yang sangat tinggi dalam
menciptakan sebuah karya lukis, mampu menghadirkan kharisma yang sangat
memikat pada setiap lukisan ciptaannya. Sidomuncul adalah salah satu kolektor
lukisan karya Agus Sudarto, terdapat tiga lukisan Agus Sudarto yang telah dikoleksi
oleh PT yang memproduksi jamu tersebut. Dengan berkawan baik dengan pemilik
PT. Sidomuncul, serta pengalamannya menjadi direktur utama “Suara Merdeka”,
sehingga banyak kenalan orang-orang kaya, hal tersebut merupakan salah satu jalan
Agus Sudarto dalam mengenalkan karya lukisnya yang berkelas, yang dibuat
dengan teknik yang sangat baik, sehingga harga lukisannya mampu menembus
angka sampai ratusan juta rupiah. Jika dibandingkan secara teknik, Agus Sudarto
memang merupakan seniman nomor satu di Semarang”.
Bagi Agus Sudarto, popularitas bukanlah tujuan pencapaian dalam hidupnya,
menikmati pekerjaannya dengan berkarya seni sesuai keinginan hati serta dapat
mengekspresikan ide atau gagasannya dalam bentuk lukisan itu adalah hal yang
membuatnya bahagia, tanpa harus memaksa diri mengikuti perkembangan seni rupa
kontemporer.
pernyataan ini dikemukakan oleh Athian, salah satu pengamat seni rupa di
Rembrandt, lukisan Agus Sudarto memiliki ciri-ciri setting cahaya memusat satu
arah, gestur yang dinamis, komposisi subjek yang hebat dan ekspresi yang hidup
sehingga karya lukisanya terlihat sangat indah serta subjek utama dan subjek
68
subjek yang ingin ditonjolkan dalam lukisannya, semakin tampak jelas, sedangkan
subjek lainnya yang tidak ingin ditonjolkan tampak tersamarkan oleh warna gelap
dan transparan, cahaya pada subjek lukisan memberikan kesan trimatra yang jelas
pantulan cahaya, dan proses pembentukan bayangan. seperti halnya dengan lukisan
metode ini menjadikan efek chiaroscuro lukisannya memusat pada objek lukisan
perhatian. Bagian mata, hidung, pipi, telinga atau rambut, kadang ditampakkan
lebih jelas daripada bagian lainnya. Menurut Proyatno (2017), komposisi gelap
perhatian.
yang ternyata sempat belajar melukis secara langsung dengan Agus Sudarto, saat
bahwa lukisan Agus Sudarto bercorak realistis, hal ini dibuktikan dengan
pembentukan lukisannya yang jelas dan akurasi yang tepat, Agus Sudarto meniru
objek aslinya dalam melukis tanpa menggubah bagian-bagian antar subjek lukisan.
aliran lukisan yang diciptakannya, baginya melukis tidak harus terikat dengan suatu
69
aliran isme tertentu, melukis adalah ekspresi jiwa, tidak bisa dipaksa dan tidak harus
berpegangan pada aturan-aturan isme tertentu selama ini. Karena fungsi seni
baginya pribadi merupakan curahan ekspresi dan bentuk kecintaannya pada seni
rupa, hal ini merupakan salah satu alasan mengapa Agus Sudarto masih aktif
alasan kedua mengapa Agus Sudarto diberikan sehat dan usia yang panjang, karena
alasan yang pertama adalah rizqi dari Tuhan yang diberikan kepada Agus Sudarto.
Namun di sisi lain, dalam melukis Agus Sudarto juga dilatarbelakangi dengan
dengan keluarganya.
setiap subjek lukisannya dibuat dengan bentuk yang tidak abstrak, yaitu
perbentukan yang jelas dan akurasi yang tepat. Hal ini dibuktikan dengan karya-
karya Agus Sudarto yang banyak menggambarkan potrait dan figur manusia.
Namun tidak dipungkiri jika di sisi lain ada kecenderungan lukisan Agus Sudarto
bercorak romantis, hal itu dapat terjadi karena lukisannya dibuat dengan
emosi penonton dalam menikmati karya lukisannya, kesan romantis lukisan Agus
70
Sudarto terletak pada perpaduan setiap subjek lukisan yang dibuat saling
berinteraksi dengan gestur dan mimik yang seolah-olah sedang memiliki perasaan
tertentu pada setiap subjek lukisan tersebut, sehingga lukisan Agus Sudarto
dalam acara pameran, bukan hanya dengan menghubungi langsung Agus Sudarto
untuk mengoleksi karyanya oleh beberapa kolektor, namun juga pada setiap
pameran yang diikuti Agus Sudarto, lukisannya pasti laku terjual. Pernah beberapa
kali Agus Sudarto berpatisipasi dalam undangan pameran, dan lukisan yang Agus
Sudarto pamerkan merupakan lukisan yang sudah dipesan orang. Sehingga lukisan
tersebut tidak dapat dikoleksi oleh apresiator dalam acara pameran tersebut.
“Karir Agus Sudarto di bidang seni rupa, boleh dibilang berbeda dengan pola-pola
kontekstual seni rupa di Indonesia, cara penjualan galeri-galeri di Indonesia
biasanya dengan berbasis pariwisata dan berbasis karir, namun Agus Sudarto tidak
masuk ke dalam dua pola tersebut”.
Karir Agus Sudarto yang tidak bergantung pada kurator dan tidak berperan
dalam balai lelang, namun harga lukisannya mencapai ratusan juta rupiah, harga
tersebut mampu dihargai karena Agus Sudarto memiliki kualitas teknik nomor satu
dalam memvisualisasikan figur, skill yang tidak dimiliki orang lain, serta memiliki
kenalan atau channel orang-orang kaya. Penciptaan lukisan dengan menjual
ekspresi yang hidup, gestur subjek yang dinamis serta kecerdasan dalam
mengkomposisikan subjek adalah salah satu cara Agus Sudarto dalam mengenalkan
karya lukisan yang berkelas.
mengangkat sesuatu dari hal yang bisa menjadi isu menarik dan berbagai fenomena-
menciptakan berbagai peluang, perekat dan citra diri dari seniman. Menurut
Johanes Volkelt ada empat ukuran yang menjadi tanda pengenal dari karya seni
yang dapat memuaskan secara estetika, yaitu (1) karya seni yang memuaskan dapat
mengungkapkan keselarasan antara bentuk dengan isi dan sangat menarik menurut
perasaan : perenungan kita terhadapnya diliputi dengan rasa puas, (2) karya seni
memperbesar kehidupan kita, (3) karya ini membawa kita masuk ke dalam suatu
dunia khayal yang dicita-citakan dan membebaskan kita dari ketegangan atau
suasana realitas sehari-hari, (4) karya seni dapat menyajikan suatu kebulatan yang
Triyanto (2014 : 16-19) berpendapat bahwa nilai dalam karya seni lukis
dikategorikan dalam dua jenis nilai, yang pertama adalah nilai intrinsik yaitu
kualitas atau sifat keindahan yang terletak pada bentuk fisiknya, kualitas atau sifat
dari pembentukan fisik itu yang menimbulkan rasa atau kesan indah. Dalam karya
seni lukis nilai instrinsik terletak pada struktur dan bentuknya, struktur yang
dimaksud adalah susunan atas serangkaian unsur-unsur rupa (visual) yang terdapat
di dalamnya. Yang kedua adalah nilai ekstrinsik, yaitu kualitas atau nilai yang
berada di luar atau di balik suatu perwujudan fisik, kualitas atau nilai ini merupakan
72
sesuatu yang tidak konkret yakni berupa pengertian, makna, pesan dan ajaran atau
informasi lainnya yang berharga, atau dapat disebut dengan nilai simbolis, artinya
dalam karya seni terdapat simbol yang memiliki makna, pesan atau harapan di luar
bentuk fisiknya.
Begitu pula pada lukisan karya Agus Sudarto, di dalamnya terdapat nilai
estetis baik yang bersifat intrinsik maupun eksterinsik. Nilai intrinsik pada lukisan
Agus Sudarto dapat terlihat dari bentuk fisik lukisan. Ciri-ciri keindahan lukisan
yang terdapat pada lukisan Agus Sudarto secara umum adalah sebagai berikut :
Subjek utama dan subjek pendukung lukisan dibuat dengan dibedakan atau
terlihat jelas, subjek pendukung yang tidak ingin ditonjolkan tampak tersamarkan
73
oleh warna gelap, cahaya pada objek lukisan memberikan kesan trimatra sangat
jelas akibat pengaplikasian highlight dan bayangan. Seperti halnya dengan lukisan
Agus Sudarto, menggunakan cahaya satu arah, untuk melukis objek-objeknya, hal
ini membuat lukisannya memusat pada objek lukisan tertentu yang dikehendaki.
wajah menjadi pusat perhatian, seperti mata, hidung, pipi, telinga atau rambut,
Selain nilai intrinsik yang terdapat pada lukisan Agus Sudarto, terdapat pula
(2014 : 18) sebagai nilai yang berada di luar atau di balik suatu objek atau benda.
Dalam kamus kata ekstrinsik berarti berasal dari luar atau tidak merupakan bagian
yang terpisahkan dari sesuatu (Depdikbud, 1989 : 223). Lebih lanjut Triyanto
menjelaskan nilai ekstrinsik ialah suatu kualitas atau harga yang berada di luar atau
di balik suatu perwujudan fisik, baik berupa pengertian, makna, pesan, informasi,
atau disebut dengan nilai simbolis yang memiliki makna, pesan, atau harapan-
Nilai eskstrinsik yang terdapat pada lukisan Agus Sudarto secara umum
adalah nilai luhur kesenian tradisional Nusantara yang masih dilestarikan melalui
bentuk lukisan. Seperti tarian tradisional yang paling banyak menjadi tema lukisan
Agus Sudarto. Contoh lukisan karya Agus Sudarto yang mengangkat tema
kebudayaan adalah lukisan serinya yang berjudul “Kolaborasi” (lihat gambar 18).
Nilai ekstrinsik yang terkandung dalam lukisan tersebut adalah sebagai salah
berkolaborasi dengan kesenian tradisional dari negara yang lain. Meskipun berbeda
kebudayaan dan nilai magis yang tidak dimiliki oleh kesenian-kesenian modern.
rupa, Agus Sudarto juga mencintai seni tari, musik dan karawitan serta wayang.
Sehingga ada harapan dari hasil melukisnya selain sebagai bentuk atau media
ekspresi dan latar belakang ekonomi sebagai fungsi pribadi, Agus Sudarto juga
ciptaannya kepada masyarakat atau apresiator. Fenomena yang terjadi saat ini,
Indonesia. Hal tersebut terjadi karena kesenian tradisonal tersisihkan oleh kesenian
modern yang dianggap lebih asik dan kekinian. Namun kesenian tradisional
hendaknya harus tetap di lestarikan meskipun saat ini berada di zaman modern,
sakral dan dramatis pada setiap lukisan Agus Sudarto. Dengan penciptaan mimik
figur lukisan yang mengena, baik itu rasa bahagia, seram, takut, anggun, garang
mampu diciptakan Agus Sudarto dalam setiap karya lukisan ciptaannya, ekspresi
mimik figur lukisan mampu mewakilkan perasaan dan suasana yang diceritakan
pada lukisan tersebut dan mampu membuat apresiator terbawa atau masuk ke dalam
Agus Sudarto, perlu dilakukan analisis terhadap karya seninya. Berikut ini
dipaparkan hasil penelitian terhadap lukisan karya Agus Sudarto, dengan mangacu
pada deskripsi analisis formalis yaitu menjelaskan objek yang diapresiasi dengan
dukungan beberapa data yang tampak secara visual. Proses ini dimulai dengan cara
kesatuan. Analisis formalis dapat dimulai dari hal ihwal gagasan hingga kepada
76
bagaimana tata cara proses perwujudan karya beserta urutannya (Bahari, 2017: 10-
11).
suatu pendekatan tentang seni yang menekankan pada pentingnya bentuk lebih
daripada isi sebagai sumber daya tarik subjektif karya seni. para pengkaji formalis
yang merupakan asas-asas dari bahasa visual seniman, yang mencakup garis,
bidang, ruang, warna, gelap-terang, yang disusun dalam berbagai cara untuk
mencapai susunan karya yang lebih rumit. Karya seni keseluruhan tersebut disusun
akhir yang dibuat oleh seniman komposisi karya seni. analisis formal tentang
Berikut ini akan disajikan beberapa sampel karya seni lukis Agus Sudarto
4.3.3.1. Manggarwangi
Judul : Manggarwangi
Seniman: Agus Sudarto
Media : cat minyak di atas kanvas
Ukuran : 90 cm x 110 cm
Tahun : 2003
4.3.3.1.1. Isi
(lihat gambar 4.19). Corak lukisannya adalah realistis romantis. Lukisan tersebut
menampilkan seorang wanita yang sedang duduk dan mengenakan pakaian adat
Jawa Tengah, ditunjukkan dengan latar belakang lukisan yaitu relief candi
Tati Soemantri dari dua saudara laki-lakinya, saat menjadi model gaun pengantin
bola basket di sekolahnya, namun permintaan itu ditolak oleh Agus Sudarto dan
terhadap anaknya, Agus Sudarto memberikan kado lukisan figur dirinya. Lukisan
yang diberi judul “Manggarwangi” ini merupakan lukisan Agus Sudarto yang
diciptakan pada tahun 2003, salah satu pembuktian saat Agus Sudarto beralih
profesi menjadi seniman, setelah memutuskan resign dari PT. Masscom Graphy
selama 25 tahun. Sejak saat itu, lukisan-lukisan karya Agus Sudarto yang
mengangkat tema tarian tradisional, wajah penari wanitanya dibuat mirip dengan
penari wanita dibuat Agus Sudarto mirip dengan anak perempuannya, karena beliau
lukisnya.
4.3.3.1.2. Tema
pakaian adat dan sifat wanita Jawa, Agus Sudarto melukiskan karakteristik dan sifat
yang menjadi cirikhas wanita Jawa, khususnya Jawa Tengah. Wanita yang cantik,
anggun, lemah lembut dan santun disimbolkan dengan figur wanita yang sedang
Tengah, memberikan kesan tenang dan sakral pada lukisan tersebut. Lukisan
“Manggarwangi” ini juga salah satu bentuk pelestarian pakaian adat Jawa Tengah.
79
4.3.3.1.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni rupa dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter penciptanya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
menggunakan garis yang dibuat dengan kontras dan dinamis mengikuti alunan figur
pada subjek lukisan. Garis yang dibuat dengan perpaduan warna membedakan
4.3.3.1.2.2. Warna
Pemilihan warna sangat penting dalam menciptakan sebuah karya seni khususnya
seni khususnya seni lukis, karena hal ini dapat bertujuan menyatakan gerak, jarak,
ekspresi, makna simbolik atau kualitas dari lukisan tersebut. Agus Sudarto
yang mewah, seperti coklat kemerahan, oranye, emas dan didominasi menggunakan
warna putih kehijauan dan biru yang telah dicampur dengan warna lainnya. Warna
emas pada pakaian wanita memberikan kesan mewah dan elegan, sedangkan warna
latar lukisan yang dibuat dengan subjek relief candi Borobudur diciptakan dengan
warna yang gelap yaitu abu-abu kecoklatan sehingga subjek utama lukisan terfokus
4.3.3.1.2.3. Perspektif
suatu objek tepat di depan mata. Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut
pandang mata normal dikarenakan sisi atas dengan sisi bawah seimbang. Agus
80
Sudarto menciptakan subjek utama lukisan berada di tengah bidang kanvas, yaitu
wanita Jawa.
4.3.3.1.2.4 Pencahayaan
Pencahayaan bertujuan menjelaskan kesan gelap terang pada lukisan Agus Sudarto.
subjek utama lukisan yaitu wanita Jawa. Kesan cahaya yang berbeda pada subjek
utama yang dibuat dengan kesan cahaya kuat dan subjek pendukung dengan kesan
4.3.3.1.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Manggarwangi” bersisi persegi
dengan ukuran 90 cm x 100 cm, wujud wanita mengenakan pakaian adat Jawa
bentuk latar lukisan dibuat dengan subjek relief candi Borobudur dengan warna
4.3.3.1.2.6. Tekstur
Tekstur yang dihasilkan dari cat yang tebal menggunakan kuas, dengan goresan
yang lembut pada subjek wanita Jawa, mengesankan sifat halus dan lembut pada
lukisan. Dan kesan kasar pada latar yang bersubjek relief candi Borobudur karena
dibuat seperti relief pada aslinya. Sehingga tekstur diciptakan menggunakan tekstur
maya.
81
4.3.3.2.1. Isi
Lukisan yang diberi judul “Bom Bali” merupakan lukisan karya Agus Sudarto yang
dibuat dengan corak realistis romantis. Aliran yang yang telah menjadi cirikhas dari
Agus Sudarto melukis tiga Barong Bali yang dikelilingi oleh masyarakat Bali
yang mengenakan pakaian adat dan berada di tempat upacara ritual ngaben
(pembakaran mayat) dengan suasana yang gaduh akibat dari bom yang membuat
dan kiri yang tampak retak dan gestur para masyarakat yang nampak kebingungan
4.3.3.2.2. Tema
Karya yang berjudul “Bom Bali” bertemakan tragedi pengeboman di kawasan Bali,
seperti Barong Bali, Ngaben dan masyarakat Bali dengan pakaian adatnya.
beragam tema dalam lukisannya dan menjadikan subjek kesenian daerah menjadi
subjek utama lukisannya, salah satunya adalah lukisan yang berjudul “Barong Bali”
tersebut. Lukisan ini adalah salah satu bentuk peringatan saat terjadinya bom di
Bali.
4.3.3.2.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter pembuatnya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
menggunakan garis yang dibuat dengan tegas dan dinamis mengikuti alunan setiap
subjek.
4.3.3.2.2.2. Warna
Peranan warna sangat dominan pada sebuah karya seni lukis, hal ini dapat
diupayakan dalam menyatakan gerak, jarak, ekspresi atau makna simbolik. Agus
menghasilkan warna yang elegan, seperti merah, krem, coklat, emas, hitam dan
didominasi menggunakan warna biru keunguan dan warna biru yang telah dicampur
dengan warna yang lainnya. Warna nuansa dingin pada barong sisi kiri bermaksud
83
menandakan suasana Barong pada saat itu dalam keadaan genting, cemas dan
gemuruh.
4.3.3.2.2.3. Perspektif
Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut pandang mata burung seolah-olah
kita melihat suatu objek dari ketinggian. Sehingga nantinya objek gambar yang
dihasilkan bagian atasnya terlihat lebih besar dan bagian bawah mengecil. Sehingga
akan terlihat luas. Subjek utama pada lukisan Agus Sudarto menitik beratkan pada
dekat, figur orang-orang Bali terlihat jauh kedalam menggunakan warna yang lebih
gelap.
4.3.3.2.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan dibuat dengan maksud menjelaskan kesan gelap terang pada karya
lukisan Agus Sudarto. Lukisan berjudul “Bom Bali” warna bagian depan
menggunakan warna yang kuat dan semakin menjauh Agus Sudarto menggunakan
warna yang lebih lembut atau monokromatik bernuansa biru keunguan. Cahaya
dibuat memusat pada subjek utama lukisan yaitu barong Bali bagian tengah.
4.3.3.2.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Bom Bali” bersisi persegi
dengan ukuran 135 cm x 200 cm, wujud bom tidak dilukiskan secara tersurat,
namun disimbolkan dengan Barong Bali yang merupakan kesenian khas tradisional
daerah yang terkena bom tersebut dalam hal ini adalah Bali, Barong menjadi subjek
utama lukisan. Dua di antara tiga barong digambarkan dengan wajah yang retak
4.3.3.2.2.6. Tekstur
Tekstur yang dihasilkan dari cat yang dibuat tebal menggunakan sapuan kuas
bermaksud memberikan kesan kuat, cembung dan dangkal pada subjek barong dan
figur manusia.
4.3.3.3. Kolaborasi 1
Judul : Kolaborasi 1
Seniman: Agus Sudarto
Media : cat minyak di atas kanvas
Ukuran : 170 cm x 190 cm
Tahun : 2010
4.3.3.3.1. Isi
Lukisan yang diberi judul “Kolaborasi 1” merupakan lukisan karya Agus Sudarto
yang dibuat dengan corak realistis romantis. Pada karya di atas merupakan lukisan
pakaian adat Bali lengkap dengan pernak-pernik khas Bali. Lelaki tersebut sedang
menari dengan gestur yang cepat dan tegas ditandai dengan mata yang melotot dan
85
posisi bahu yang diangkat. Sedangkan bagian belakang terdapat seorang wanita
yang sedang menari dan mengenakan pakaian adat Negara Cina, dengan gestur
yang lembut dan wajah yang cantik menandakan sifat tarian yang lamban dan lemah
lembut.
4.3.3.3.2. Tema
Tema lukisan “Kolaborasi 1” adalah kesenian tradisional dari dua negara yang
negara tersebut berbeda nada dan berbeda irama, kolaborasi tetap dapat tercipta
antara tarian tradisional dari negara Cina dan negara Indonesia, meskipun dalam
dunia nyata hal tersebut adalah hanya sekedar khayalan, namun lukisan tersebut
diciptakan dan menjadi hal yang menarik dalam bentuk salah satu cara melestarikan
kesenian tradisional.
4.3.3.3.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter pembuatnya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
menggunakan garis yang dibuat dengan tegas dan dinamis mengikuti alunan setiap
subjek.
4.3.3.3.2.2. Warna
Peranan warna sangat dominan pada sebuah karya seni lukis, hal ini dapat
diupayakan dalam menyatakan gerak, jarak, ekspresi atau makna simbolik. Agus
menghasilkan warna yang elegan, seperti merah, krem, coklat, emas, hitam dan
86
dicampur dengan warna yang lainnya. Warna hijau pada kostum penari Bali
4.3.3.3.2.3. Perspektif
suatu objek tepat di depan mata. Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut
pandang mata normal dikarenakan sisi atas dengan sisi bawah seimbang. Agus
Sudarto menciptakan subjek utama lukisan berada di tengah bidang kanvas, yaitu
4.3.3.3.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan dibuat dengan maksud menjelaskan kesan gelap terang pada karya
menggunakan warna yang kuat dan semakin menjauh Agus Sudarto menggunakan
warna yang lebih lembut atau monokromatik bernuansa biru keunguan. Cahaya
dibuat memusat pada subjek utama lukisan yaitu dua figur penari.
4.3.3.3.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Kolaborasi 1” bersisi persegi
dengan ukuran 170 cm x 190 cm, terdapat dua figur penari, penari lelaki yang
berasal dari Bali dan penari wanita yang berasal dari Cina, kedua penari saling
berkolaborasi dalam sebuah irama dan nada yang sama, ditunjukkan dengan gestur
4.3.3.3.2.6. Tekstur
Tekstur maya yang dihasilkan dari cat yang dibuat tebal menggunakan sapuan kuas
bermaksud memberikan lembut kulit dan pakaian penari Cina, kasar, cembung dan
4.3.3.4. Kolaborasi 2
Judul : Kolaborasi 2
Seniman: Agus Sudarto
Media : cat minyak di atas kanvas
Ukuran : 170 cm x 190 cm
Tahun : 2011
4.3.3.4.1. Isi
Lukisan yang diberi judul “Kolaborasi 2” merupakan lukisan karya Agus Sudarto
yang dibuat dengan corak realistis romantis. Pada karya di atas merupakan lukisan
dengan subjek utama dua figur penari wanita dan lima figur pemain musik sebagai
subjek pendukung. Satu penari wanita mengenakan pakaian adat tradisional Jawa
dengan alunan musik seruling bambu yang ditiup oleh wanita yang berasal dari
Negara Cina, ditandai dengan pakaian adat kimono berwarna merah yang
Cina pada bagian belakang, ke lima pemain musik merupakan subjek pendukung
lukisan yang berfungsi untuk melengkapi subjek utama lukisan, diciptakan dengan
4.3.3.4.2. Tema
Tema lukisan “Kolaborasi 2” adalah kesenian tradisional dari dua negara yang
negara tersebut berbeda nada dan berbeda irama, kolaborasi tetap dapat tercipta
antara tarian tradisional dari negara Cina dan negara Indonesia, meskipun dalam
dunia nyata hal tersebut adalah hanya sekedar khayalan, namun lukisan tersebut
diciptakan dan menjadi hal yang menarik dalam bentuk salah satu cara melestarikan
kesenian tradisional.
4.3.3.4.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter pembuatnya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
menggunakan garis yang dibuat dengan tegas dan dinamis mengikuti alunan setiap
subjek.
4.3.3.4.2.2. Warna
Peranan warna sangat dominan pada sebuah karya seni lukis, hal ini dapat
diupayakan dalam menyatakan gerak, jarak, ekspresi atau makna simbolik. Agus
89
hangat dan dingin untuk memadukan warna yang elegan, seperti hijau, merah,
oranye, krem, coklat, emas, hitam. Warna hijau pada pakaian penari Jawa dan
warna merah pada pakaian penari Cina dibuat dengan maksud lebih menyatukan
dan menyerasikan kolaborasi tersebut, karena warna hijau dengan merah adalah
warna komplementer langsung, sehingga saat disatukan dalam satu frame pada satu
4.3.3.4.2.3. Perspektif
suatu objek tepat di depan mata. Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut
pandang mata normal dikarenakan sisi atas dengan sisi bawah seimbang. Agus
Sudarto menciptakan subjek utama lukisan berada di tengah bidang kanvas, yaitu
4.3.3.4.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan dibuat dengan maksud menjelaskan kesan gelap terang pada karya
menggunakan warna yang kuat dan semakin menjauh Agus Sudarto menggunakan
warna yang lebih lembut atau monokromatik bernuansa krem kecoklatan. Cahaya
dibuat memusat pada subjek utama lukisan yaitu dua figur penari.
4.3.3.4.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Kolaborasi 2” bersisi persegi
dengan ukuran 170 cm x 190 cm, terdapat satu penari wanita dan satu wanita peniup
seruling sebagai subjek utama dan lima pemain musik sebagai subjek pendukung.
90
4.3.3.4.2.6. Tekstur
Tekstur maya yang dihasilkan dari cat yang dibuat tebal menggunakan sapuan kuas
bermaksud memberikan lembut pada kulit, pakaian wanita, kasar pada pernak
4.3.3.5. Kolaborasi 3
Judul : Kolaborasi 3
Seniman: Agus Sudarto
Media : cat minyak di atas kanvas
Ukuran : 170 cm x 190 cm
Tahun : 2012
4.3.3.5.1. Isi
Lukisan yang diberi judul “Kolaborasi 3” merupakan lukisan karya Agus Sudarto
yang dibuat dengan corak realistis romantis. Pada karya di atas merupakan lukisan
91
dengan subjek utama dua figur manusia, di bagian depan terdapat seorang wanita
cantik beras Tionghoa yang sedang duduk dan memainkan alat musik Liuqin khas
negara Cina, dengan gestur yang lembut dan wajah yang anggun menandakan sifat
atau jenis musik yang lamban dan lemah lembut. Sedangkan di bagian belakang
kerajaan lengkap dengan pernak-pernik khas Bali. Lelaki tersebut sedang menari
dengan gestur yang tegas dan suasana yang santai, ditandai dengan posisi bahu
4.3.3.5.2. Tema
Tema lukisan “Kolaborasi 3” adalah kesenian tradisional dari dua negara yang
negara tersebut berbeda nada dan berbeda irama, kolaborasi tetap dapat tercipta
antara tarian tradisional Indonesia yang diiringi alat musik tradisional negara Cina,
meskipun dalam dunia nyata hal tersebut adalah hanya sekedar khayalan, namun
lukisan tersebut diciptakan dan menjadi hal yang menarik dalam bentuk salah satu
4.3.3.5.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter pembuatnya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
menggunakan garis yang dibuat dengan tegas dan dinamis mengikuti alunan setiap
subjek.
92
4.3.3.5.2.2. Warna
Peranan warna sangat dominan pada sebuah karya seni lukis, hal ini dapat
diupayakan dalam menyatakan gerak, jarak, ekspresi atau makna simbolik. Agus
menghasilkan warna yang elegan, seperti merah, oranye, coklat, emas, hitam dan
didominasi menggunakan warna putih keabuan dan campuran warna yang lainnya.
4.3.3.5.2.3. Perspektif
suatu objek tepat di depan mata. Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut
pandang mata normal dikarenakan sisi atas dengan sisi bawah seimbang. Agus
4.3.3.5.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan dibuat dengan maksud menjelaskan kesan gelap terang pada karya
menggunakan warna yang kuat dan semakin menjauh Agus Sudarto menggunakan
warna yang lebih lembut dan hangat. Cahaya dibuat memusat pada subjek utama
4.3.3.5.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Kolaborasi 3” bersisi persegi
dengan ukuran 170 cm x 190 cm, terdapat dua figur penari, penari lelaki yang
berasal dari Bali dan pemain musik wanita yang berasal dari Cina, kedua penari
saling berkolaborasi dalam sebuah irama dan nada yang sama, ditunjukkan dengan
gestur tubuh yang meliuk dan mimik yang menikmati suasana pada saat itu.
93
4.3.3.5.2.6. Tekstur
Tekstur maya yang dihasilkan dari cat yang dibuat tebal menggunakan sapuan kuas
bermaksud memberikan lembut kulit dan pakaian penari Cina, kasar, cembung dan
4.3.3.6. Kolaborasi 4
Judul : Kolaborasi 4
Seniman: Agus Sudarto
Media : cat minyak di atas kanvas
Ukuran : 170 cm x 190 cm
Tahun : 2013
4.3.3.6.1. Isi
Lukisan yang diberi judul “Kolaborasi 4” merupakan lukisan karya Agus Sudarto
yang dibuat dengan corak realistis romantis. Pada karya di atas merupakan lukisan
dengan subjek utama dua figur penari wanita dan lima figur pemain musik sebagai
subjek pendukung. Satu penari wanita menari tarian tradisional Serimpi khas Solo
Jawa Tengah dan mengenakan pakaian adat tradisional Jawa Tengah berwarna
94
dengan tarian kipas khas Negara Jepang, ditandai dengan pakaian penarinya yang
mengenakan pakaian adat Jepang pada bagian belakang, ke lima pemain musik
4.3.3.6.2. Tema
Tema lukisan “Kolaborasi 4” adalah kesenian tradisional dari dua negara yang
negara tersebut berbeda nada dan berbeda irama, kolaborasi tetap dapat tercipta
antara tarian tradisional dari negara Cina dan negara Indonesia, meskipun dalam
dunia nyata hal tersebut adalah hanya sekedar khayalan, namun lukisan tersebut
diciptakan dan menjadi hal yang menarik dalam bentuk salah satu cara melestarikan
kesenian tradisional.
4.3.3.6.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter pembuatnya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
menggunakan garis yang dibuat dengan tegas dan dinamis mengikuti alunan setiap
subjek.
4.3.3.6.2.2. Warna
Peranan warna sangat dominan pada sebuah karya seni lukis, hal ini dapat
diupayakan dalam menyatakan gerak, jarak, ekspresi atau makna simbolik. Agus
95
hangat dan dingin untuk memadukan warna yang elegan, seperti hijau, merah,
kuning, coklat, emas dan hitam. Warna hijau pada pakaian penari Jawa dan warna
merah pada pakaian penari Cina dibuat dengan maksud lebih menyatukan dan
menyerasikan kolaborasi tersebut, karena warna hijau dengan merah adalah warna
komplementer langsung, sehingga saat disatukan dalam satu frame pada satu tema
4.3.3.6.2.3. Perspektif
suatu objek tepat di depan mata. Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut
pandang mata normal dikarenakan sisi atas dengan sisi bawah seimbang. Agus
Sudarto menciptakan subjek utama lukisan berada di tengah bidang kanvas, yaitu
4.3.3.6.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan dibuat dengan maksud menjelaskan kesan gelap terang pada karya
menggunakan warna yang kuat dan semakin menjauh Agus Sudarto menggunakan
warna yang lebih lembut atau monokromatik bernuansa krem kecoklatan. Cahaya
dibuat memusat pada subjek utama lukisan yaitu dua figur penari.
4.3.3.6.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Kolaborasi 4” bersisi persegi
dengan ukuran 170 cm x 190 cm, terdapat dua penari wanita sebagai subjek utama
dan lima pemain musik sebagai subjek pendukung. kedua wanita tersebut saling
96
yang meliuk.
4.3.3.6.2.6. Tekstur
Tekstur maya yang dihasilkan dari cat yang dibuat tebal menggunakan sapuan kuas
bermaksud memberikan lembut pada kulit dan pakaian wanita, kasar pada pernak
4.3.3.7.1. Isi
Lukisan yang diberi judul “Keakraban Keluarga” merupakan lukisan karya Agus
Sudarto yang dibuat dengan corak realistis romantis. Pada karya di atas merupakan
lukisan yang menampilkan 4 figur, tiga wanita dan satu lelaki (lihat gambar 4.28).
Visualisasi figur dibuat seperti wayang golek yang mengenakan pakaian adat Jawa
Tengah, hal tersebut dilatarbelakangi dengan alasan wayang golek merupakan salah
satu kesenian tradisional Indonesia yang berasal dari daerah dari Jawa Tengah. Ke
empat figur di atas diibaratkan adalah sebuah keluarga. Terdapat ayah, ibu dan dua
anak perempuan yang sedang berinteraksi sosial. Visualisasi figur dibuat seperti
wayang golek dan menjadi salah satu daya tarik dalam lukisan serta salah satu cara
4.3.3.7.2. Tema
Lukisan tersebut kembali mengangakat tema tentang salah satu kesenian tradisional
Jawa Tengah yaitu wayang golek yang sudah populer, namun beberapa tahun
banyak anak zaman sekarang yang mengetahui apa itu wayang golek. Gestur ke
dalam keluarga adalah salah satu kunci menciptakan keluarga yang harmonis.
4.3.3.7.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter pembuatnya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
98
menggunakan garis yang dibuat dengan tegas dan dinamis mengikuti alunan setiap
subjek.
4.3.3.7.2.2. Warna
Peranan warna sangat dominan pada sebuah karya seni lukis, hal ini dapat
diupayakan dalam menyatakan gerak, jarak, ekspresi atau makna simbolik. Agus
hangat dan dingin untuk memadukan warna yang elegan, seperti hijau, merah,
coklat dan emas. Serta dikombinasi dengan warna putih kemerah mudaan dengan
campuran warna-warna yang lain. Warna hijau pada pakaian salah satu anak
perempuan dan warna merah pada pakaian anak perempuan lainnya dibuat dengan
maksud lebih menyatukan suasana dalam lukisan tersebut, karena warna hijau
dalam satu frame pada satu tema peristiwa menjadi sebuah daya tarik saat mata
memandang.
4.3.3.7.2.3. Perspektif
suatu objek tepat di depan mata. Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut
pandang mata normal dikarenakan sisi atas dengan sisi bawah seimbang. Agus
4.3.3.7.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan dibuat dengan maksud menjelaskan kesan gelap terang pada karya
lukisan Agus Sudarto. Lukisan berjudul “Keakraban Keluarga” warna bagian depan
menggunakan warna yang kuat dan semakin menjauh Agus Sudarto menggunakan
99
warna yang lebih lembut atau monokromatik bernuansa krem kecoklatan. Cahaya
4.3.3.7.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Keakraban Keluarga” bersisi
persegi dengan ukuran 120 cm x 170 cm, terdapat empat figur subjek utama yang
divisualisasikan dalam bentuk wayang golek. Keempat figur tersebut adalah satu
keluarga, terdapat ayah, ibu dan dua anak perempuan. Keempatnya sedang berdiri
dan saling berinteraksi. Mimik dan gestur figur mengisyaratkan suasana keakraban
4.3.3.7.2.6. Tekstur
Tekstur maya yang dihasilkan dari cat yang dibuat tebal menggunakan sapuan kuas
bermaksud memberikan lembut pada kulit dan kasar pada pernak pernik pakaian.
4.3.3.8.1. Isi
Lukisan yang diberi judul “Barongsai dan Barong Bali” merupakan lukisan karya
Agus Sudarto yang dibuat dengan corak realistis romantis. Aliran yang yang telah
menjadi cirikhas dari lukisan Agus Sudarto sendiri. Di dalam lukisan tersebut
terdapat bentuk Barongsai dan Barong Bali yang digambarkan serupa tapi tak sama
dengan cirikhas yang dimiliki oleh masing-masing barong tersebut, salah satu daya
tarik tersendiri karena keduanya sama-sama jenis barong yang berasal dari dua
negara yang berbeda, namun berasal dari ras yang sama, yaitu ras Mongolia.
Barongsai yang berwarna dominan merah dari Cina dan Barong Bali berwana
dominan emas dari Indonesia. Terdapat pula dua figur wanita yang mengenakan
pakaian tradisional dari salah satu daerah di negaranya (lihat gambar 4.29) yang
4.3.3.8.2. Tema
Karya yang berjudul “Barongsai dan Barong Bali” bertemakan kesenian tradisional
dari dua negara yaitu Cina dan Indonesia. Barongsai dan Barong Bali adalah
perbedaan yang menjadi keunikan saat disatukan dalam sebuah frame pada lukisan.
4.3.3.8.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter pembuatnya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
101
menggunakan garis yang dibuat dengan tegas dan dinamis mengikuti alunan setiap
subjek.
4.3.3.8.2.2. Warna
Peranan warna sangat dominan pada sebuah karya seni lukis, hal ini dapat
diupayakan dalam menyatakan gerak, jarak, ekspresi atau makna simbolik. Agus
menghasilkan warna yang elegan, seperti merah, emas, hijau dan coklat, dan
warna yang lainnya. Warna bernuansa hangat disimbolkan suasana lukisan yang
4.3.3.8.2.3. Perspektif
suatu objek tepat di depan mata. Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut
pandang mata normal dikarenakan sisi atas dengan sisi bawah seimbang. Agus
4.3.3.8.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan dibuat dengan maksud menjelaskan kesan gelap terang pada karya
lukisan Agus Sudarto. Lukisan berjudul “Barongsai dan Barong Bali” warna bagian
depan menggunakan warna yang kuat dan semakin menjauh Agus Sudarto
menggunakan warna yang lebih lembut. Cahaya dibuat memusat pada subjek utama
lukisan yaitu Barongsai dan Barong Bali serta dua figur wanita.
102
4.3.3.8.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Barongsai dan Barong Bali”
bersisi persegi dengan ukuran 120 cm x 190 cm, wujud Barong dilukiskan seperti
Barong pada aslinya, didekatkan dengan mimik yang bahagia dan saling
wayang golek.
4.3.3.8.2.6. Tekstur
Tekstur yang dihasilkan dari cat yang dibuat tebal menggunakan sapuan kuas
bermaksud memberikan kesan kuat, cembung dan dangkal pada subjek barong dan
figur manusia.
4.3.3.9.1. Isi
Lukisan yang diberi judul “Bedhaya Ketawang” merupakan lukisan karya Agus
Sudarto yang dibuat dengan corak realistis romantis. Pada karya di atas merupakan
lukisan dengan subjek utama lima figur penari wanita. Kelima penari menarikan
tarian “Bedhaya Ketawang” yang merupakan tarian sakral berasal dari Solo, Jawa
Tengah. Pada zaman dahulu ditampilkan pada acara pernikahan anak raja di Jawa
Tengah, ditunjukkan dengan pakaian penari yang dikenakan adalah pakaian adat
tradisional Solo, memakai mahkota, bersanggul dan kain jarik dodot khas Solo,
tarian “Bedhaya Ketawang”, sang penari diharuskan puasa dan belum pernah
terjamah oleh laki-laki. Pada lukisan “Bedhaya Ketawang” ini, wajah penari dibuat
hampir mirip antara penari yang satu dengan penari yang lainnya, wajah penari
4.3.3.9.2. Tema
tradisional khas Solo Jawa Tengah. Agus Sudarto kembali mengangkat tema
kesenian tradisional, selain berfungsi sebagai media dalam menyalurkan ide, Agus
mengenai salah satu tari tradisional Indonesia yang berasal dari Solo Jawa Tengah
yaitu tarian Bedhaya Ketawang. Selain nilai instrinsik yang terdapat pada lukisan,
104
ada pula nilai ekstrinsik yang tersirat di dalamnya dan menjadi hal yang menarik
4.3.3.9.2.1. Garis
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna, garis juga dapat membentuk karakter pembuatnya, garis dapat
terbentuk dari perpaduan dua warna. Seperti halnya dengan karya Agus Sudarto
menggunakan garis yang dibuat dengan dinamis dan dinamis mengikuti alunan
4.3.3.9.2.2. Warna
Peranan warna sangat dominan pada sebuah karya seni lukis, hal ini dapat
diupayakan dalam menyatakan gerak, jarak, ekspresi atau makna simbolik. Agus
hangat untuk memadukan warna yang elegan, seperti coklat, krem, emas dan merah.
Warna hijau pada aksentuasi pakaian penari Jawa yang didekatkan dengan warna
merah pada selendang penari diciptakan dengan maksud supaya lebih menyatukan
dan menyerasikan suasana sakral tarian tersebut, karena warna hijau dengan merah
adalah warna komplementer langsung, sehingga saat disatukan dalam satu frame
pada satu tema peristiwa menjadi sebuah daya tarik saat mata memandang.
4.3.3.9.2.3. Perspektif
Segi perspektif karya di atas diambil dari sudut pandang mata burung seolah-olah
kita melihat suatu objek dari ketinggian. Sehingga nantinya objek gambar yang
dihasilkan bagian atasnya terlihat lebih besar dan bagian bawah mengecil. Sehingga
akan terlihat luas. Subjek utama pada lukisan Agus Sudarto menitik beratkan pada
105
dekat, figur penari wanita terlihat jauh kedalam menggunakan warna yang lebih
gelap.
4.3.3.9.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan dibuat dengan maksud menjelaskan kesan gelap terang pada karya
lukisan Agus Sudarto. Lukisan berjudul “Bedhaya Ketawang” warna bagian depan
menggunakan warna yang kuat dan semakin menjauh Agus Sudarto menggunakan
Cahaya dibuat memusat pada subjek utama lukisan yaitu dua lima figur penari
wanita.
4.3.3.9.2.5. Bentuk
Bentuk pada lukisan Agus Sudarto yang berjudul “Bedhaya Ketawang” bersisi
persegi dengan ukuran 280 cm x 230 cm, lukisan di atas merupakan lukisan dengan
ukuran yang besar dibandingkan dengan ukuran-ukuran lukisan Agus Sudarto yang
lain. Terdapat lima penari wanita sebagai subjek utama lukisan dan bentuk stupa
candi Borobudur sebagai latar atau subjek pendukung. Kelima penari tersebut
menari dengan tenang dan lamban ditunjukkan dengan alunan tangan penari yang
4.3.3.9.2.6. Tekstur
Tekstur maya yang dihasilkan dari cat yang dibuat tebal menggunakan sapuan kuas
bermaksud memberikan lembut pada kulit dan pakaian wanita, dilihat dari draperi
BAB 5
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang terkumpul dari penelitian tentang seni lukis
karya Agus Sudarto kajian proses penciptaan dan nilai estetis, dapat disimpulkan
bahwa :
5.1.1. Proses Penciptaan Seni Lukis Agus Sudarto Dikerjakan Melalui Tiga
Tahapan, yaitu :
(1) tahapan awal, meliputi pencarian ide atau tema lukisan, biasanya didapatkan
dari renungan dan pengalaman Agus Sudarto. Tema-tema lukisan Agus Sudarto
terhadap kesenian, selain seni rupa, Agus Sudarto juga menyukai seni tari, seni
mengenai dokumen pendukung yang terkait dengan tema lukisannya, baik melalui
dalam proses melukis, baik itu media utama dan media pendukung, media utama
meliputi alat dan bahan melukis, sedangkan media tambahan seperti referensi
melukis. Dan (3) Tahapan visualisasi ke dalam medium. Yang pertama adalah
106
107
proses pewarnaan tersebut, setelah selesai proses pewarnaan, tahap yang terakhir
Dalam lukisan Agus Sudarto, terdapat nilai estetis, baik yang bersifat intrinsik
maupun eksterinsik. Nilai intrinsik pada lukisan Agus Sudarto adalah terletak pada
unsur-unsur visual dan prinsip desain pada lukisannya, seperti setting cahaya,
bentuk, komposisi yang hebat, gestur yang luwes dan subjek utama subjek
pendukung terlihat perbedaannya dengan jelas, subjek pendukung yang tidak ingin
subjek utama dibuat dengan kesan cahaya yang memusat satu arah pada subjek
highlight dan bayangan. Penciptaan mimik figur lukisan yang mengena dan
memiliki rasa baik itu ekspresi bahagia, menyeramkan, takut, anggun menjadi salah
Sedangkan nilai eskstrinsik yang terdapat pada lukisan Agus Sudarto secara
umum adalah nilai luhur kesenian tradisional yang dilestarikan melalui bentuk
lukisan, hal ini didasari pada sebagian besar lukisan Agus Sudarto yang banyak
5.2. Saran
sebagai berikut :
108
Untuk dapat berkembang di era modern saat ini, ada baiknya Agus Sudarto
realisme yang telah melekat dan menjadi cirikhas dari lukisan Agus Sudarto, hal ini
bertujuan supaya ada inovasi baru pada lukisannya dan lebih mendapatkan
Dalam berbagi ilmu melukis, ada baiknya Agus Sudarto lebih terbuka dalam
muda dalam mewarisi ilmu dan teknik melukis dari seniman senior seperti Agus
Sudarto.
berkarya, ada baiknya Agus Sudarto dapat berbagi pengalaman kepada seniman-
DAFTAR PUSTAKA
Aprillia. 2012. “Nirmana Dwimatra”. Bahan Ajar. Jurusan Seni Rupa FBS Unnes.
Semarang.
Bandung.
Kartika, Darsono S. 2007. Seni Rupa Modern. Bandung : Rekayasa Sains Bandung.
Maria, Mia. 2016. Buku Seni Rupa Kita. Jakarta : Gajah Hidup Printing.
Prima Nusantara.
Rondhi, M. 2002. “Tinjauan Seni Rupa 1”. Bahan Ajar. Jurusan Seni Rupa
FBS Unnes.
Aksara Indonesia.
Alfabeta.
109
110
Sunardi. 2012, Vodka dan Birahi Seorang “Nabi”Esai-Esai Seni dan Estetika.
Jogjakarta : Jalasutra.
Susanto, Mikke. 2012. Diksi Rupa. Yogyakarta : Dicti Art Lab & Djagad Art House.
Syafii. 2013. “Metode Penelitian Pendidikan Seni Rupa”. Bahan Ajar. Jurusan Seni
Santo, Tris Neddy, Rotua Magdalena Pardede Agung, Dyah Chitraria Liestyati
Mandiri.
Triyanto. 2014. “Estetika Barat”. Bahan Ajar. Jurusan Seni Rupa FBS Unnes.
Wahana, Roky Budi. 2011. “Seni Patung Kawi Designs Blora : Kajian Proses
Semarang.
Http://harian.analisadaily.com/mobile/seni/news/chiaroscuro-pada-lukisan-
rembrandt/93665/2014/12/28
LAMPIRAN
111
112
Lampiran 1
BIODATA NARASUMBER
Umur : 73 tahun
Pekerjaan : Seniman
Riwayat Pendidikan :
- SD : SD Kartini
- SMP : SMP N 2 Semarang
- SMA : SMK (tidak lulus)
- Perguruan Tinggi : Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI)
113
Pengalaman Pameran :
Lampiran 2
BIODATA PENULIS
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
NIM : 2401414007
Data yang dibutuhkan dalam penelitan ini adalah data kualitatif yang lebih banyak
menampilkan kata-kata dari pada angka. Penelitian kualitatif ini juga akan
menghasilkan data deskriptif berupa proses penciptaan, serta visualisasi seni lukis
karya Agus Sudarto. Oleh karena itu teknik yang digunakan untuk memperoleh
data yang ada dilapangan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Agar
pelaksanaan pengumpulan data dengan teknik-teknik tersebut dapa berjalan dengan
baik, disusun kerangka pedoman sebagai berikut :
I. PEDOMAN OBSERVASI
Pewarnaan
Finishing
II. PEDOMAN WAWANCARA
Media :
Ukuran :
Tahun :
2. Wawancara dengan asisten rumah tangga Agus Sudarto :
Bagaimana kepribadian Agus Sudarto?
Seberapa sering Agus Sudarto melukis?
Seberapa besar dukungan keluarga kepada Agus Sudarto dalam
menjadi profesional artis?
3. Wawancara dengan pengamat seni rupa
Sejak kapan Anda mengenal Agus Sudarto dan karya-karyanya?
Menurut Anda, apa pencapaian artistik yang unik dari lukisan-
lukisan Agus Sudarto sejauh ini?
Di manakah menurut pendapat Anda, posisi eksistensial Agus
Sudarto dalam peta seni rupa Indonesia?
Bagaimana karya-karya Agus Sudarto dalam konteks seni rupa
sekarang?
Apa saja yang menjadi kelebihan pada lukisan Agus Sudarto?
Apa saja kekurangan lukisan lukisan Agus Sudarto?
III. PEDOMAN DOKUMENTASI
Pada instrumen ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data dari
katalog-katalog pameran yang pernah diikuti Agus Sudarto. Selain dengan
catatan yang tertulis, pengumpulan data dapat berupa gambar/ foto serta video
yang berkaitan dengan penelitian. Data yang dikumpulan sebagai berikut :
1. Gambaran kediaman Agus Sudarto secara umum
Lokasi rumah dan lingkungan sekitar
Studio lukis Agus Sudarto
2. Bahan dan alat melukis Agus Sudarto
3. Proses pencarian ide dan referensi tema lukisan
4. Proses menyiapkan bahan dan alat lukis
5. Proses visualisasi atau mencipta karya lukis
118
Lampiran 4
Proses Wawancara dengan seniman Agus Sudarto di rumah dan studio lukisnya
Lampiran 5
Bahan dan alat melukis Agus Sudarto