Anda di halaman 1dari 120

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

(SIG) DENGAN ARCGIS UNTUK ANALISA BANJIR


KELURAHAN SEPINGGAN

SKRIPSI

Oleh
Abdul Syahid
14.11.106.701101.0914

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
BALIKPAPAN
2018
i
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG) DENGAN ARCGIS UNTUK ANALISA BANJIR
KELURAHAN SEPINGGAN

SKRIPSI
Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Teknik dari Universitas Balikpapan

Oleh
Abdul Syahid
14.11.106.701101.0914

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
BALIKPAPAN
2018

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanggung jawab dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya


bahwa skripsi ini merupakan penelitian yang telah saya lakukan. Segala kutipan dan
bantuan dari berbagai sumber telah diungkapkan sebagaimana mestinya.
Skripsi ini belum pernah dipublikasikan uuntuk keperluan lain oleh siapa pun juga.

Apabila kemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima akibat hukum dari ketidak benaran pernyataan tersebut.

Balikpapan, 2 Agustus 2018

Abdul Syahid
14.11.106.701101.0914

i
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG) DENGAN ARCGIS UNTUK ANALISA BANJIR
KELURAHAN SEPINGGAN

Oleh
Abdul Syahid
NPM : 14.11.106.701101.0914
(Program Teknik Sipil)

Universitas Balikpapan

Skripsi ini telah diujikan dan telah diperbaiki


Pada tanggal 31 Juli 2018
Panitia Penguji/Penilai

Rahmat, ST., M.T.


Pembimbing Utama ........................
NIK. 003 003 288

Martheana Kencanawati, S.T.,M.T.


Pembimbing Pedamping ........................
NIK. 014 009 013

Ir. H. Mustakim, M.Si.


Penguji ........................
NIK. 087 003 205

Suheriah Mulia Devi, ST., M.Si.


Penguji ........................
NIK. 016 009 007

i
i
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG) DENGAN ARCGIS UNTUK ANALISA BANJIR
KELURAHAN SEPINGGAN

Oleh
Abdul Syahid
NPM : 14.11.106.701101.0914
(Program Teknik Sipil)

Universitas Balikpapan

Menyetujui
Tim Pembimbing
Tanggal..........................

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Rahmat, ST., M.T. Martheana Kencanawati, S.T.,M.T.


NIK. 003 003 0288 NIK. 014 009 013
Diketahui
Fakultas TeknikSipil dan Perencanaan

Ketua Program Studi Dekan

Martheana Kencanawati, S.T.,M.T. Rahmat, ST., M.T.


NIK. 014 009 013 NIK. 003 003 288

iv
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi S1 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan


Universitas Balikpapan, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di
Universitas Balikpapan. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh skripsi haruslah seizin


dekan jurusan teknik sipil, Universitas Balikpapan.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DENGAN
ARCGIS UNTUK ANALISA BANJIR KELURAHAN SEPINGGAN” ini
dengan tepat waktu.

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana teknik dari Universitas Balikpapan. Selama proses penulisan skripsi
ini penyusun telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Yang pertama dan utama kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Orang Tua saya yang telah memberikan doa sehingga penulis di beri
kekuatan sampai bisa menyelesaikan skripsi ini
3. Bapak Dr. Piatur Pangaribuan A.Md., S.H., M.H., C.L.A., Selaku Rektor
Universitas Balikpapan
4. Bapak Rahmat, ST., MT. selaku pembimbing utama dan Dekan Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Balikpapan.
5. Bapak Ir. H. Mustakim, M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Balikpapan
6. Ibu Martheana Kencanawati, ST., MT. Selaku pembimbing pendamping
dan Ketua Program Studi Jurusan Teknik Sipil Universitas Balikpapan.
7. Bapak Rahmat, ST.,MT, Martheana Kencanawati, ST., MT., Suheriah
Mulia Devi, ST, M.Si, Ir. H. Mustakim, M.Si, selaku dosen penguji
8. Seluruh dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan yang telah membagi
ilmu dan nasihat selama masa perkuliahan
9. Suci Romadhani, S.T. dan Nursifa Lily, S.E. selaku Staf Administrasi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Balikpapan, yang selalu
membantu dalam setiap urusan administrasi baik selama perkuliahan
maupun selama penyusunan tugas akhir ini

v
10. Mas Julsah, selaku Staf Laboratorium Teknik Sipil Universitas Balikpapan,
yang telah banyak membantu dalam proses praktikum di Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Universitas Balikpapan
11. Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Perencanaan (HMTSP-UNIBA),
yang menjadi wadah aspirasi untuk keluarga besar mahasiswa teknik sipil
Universitas Balikpapan
12. Bapak Emanuel Azhar, ST., selaku pihak dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Balikpapan, dan ibu Diyan
Novrida, selaku pihak dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG), serta Bambang Subagya, S.Sos., selaku lurah di Kelurahan
Sepinggan yang telah bersedia membantu dalam pengadaan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini
13. Sofian Hardiyanto, S.T., yang selalu ada saat saya membutuhkan bantuan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-Teman mahasiswa teknik sipil Universitas Balikpapan angkatan
tahun 2014 yang saya banggakan dan telah saya anggap sebagai keluarga,
yang telah banyak membantu,memotivasi dan berjuang bersama untuk
lulus, melalui proses tugas akhir ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan di masa mendatang.
Balikpapan, Agustus 2018
Penulis,

Abdul Syahid
NPM. 14.11.106.701101.0914

v
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
DENGAN ARCGIS UNTUK ANALISA BANJIR KELURAHAN
SEPINGGAN

Abdul Syahid
NPM : 14.11.106.701101.0914
(Program Teknik Sipil)

ABSTRAK

Pemetaan banjir sangat dibutuhkan dalam mengetahui daerah rawan banjir. Ada 3 parameter yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Penggunaan Lahan, Kelerengan, Curah Hujan. Sistem
informasi geografis (SIG) dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui daerah rawan
banjir dengan menggunakan analisa dari SIG dan mengetahui mendapatkan besar bobot masing-
masing faktor banjir serta mengetahui curah hujan rencana periode ulang 20 tahun, analisa hidrologi
serta peta sebaran hujan. Parameter ini di analisis menggunakan ArcGIS overlay intersection dan
diberi bobot oleh metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Curah hujan rencana periode ulang
20 tahun menggunakan metode gumbel adalah 824,41 mm, dan untuk sebaran hujan atau
menggunakan metode Ishoyet dengan curah hujan rata-rata 490,56mm pada tahun 2017.
Penggunaan lahan di Kelurahan Sepinggan sebagian besar semak belukar yaitu 48,27% dan
Pemukiman atau tempat kegiatan yaitu 37,79%, dimana potensi rawan banjir lebih besar di daerah
pemukiman. Analisa kelerengan dengan kemiringan lereng 15-25% paling luas dan 0-8% dengan
persentase luas 28,53%, dimana kemiringan lereng 0-8% yang mempunyai potensi rawan banjir.
Perhitungan metode AHP didapatkan bobot penggunaan lahan (0,480), curah hujan (0,480),
kelerengan (0,120) yang kemudian di analisis ArcGIS dan menghasilkan kawasan taksiran rawan
banjir diperoleh luas daerah paling aman 3,89%, aman 27,37%, terancam 27,11%, rawan 41,46%,
dan sangat rawan 0,17%.

Kata Kunci : Banjir, AHP, Sistem Informasi Geografis, ArcGIS, Analisa SIG

v
THE APPLICATION OF ARCGIS IN GIS TO ANALIZE
SEPINGGAN DISTRICT FLOOD

Abdul Syahid
NPM : 14.11.106.701101.0914
(Civil Engineering Department)

ABSTRACT

Flood mapping is needed in knowing flood prone areas. There are 3 parameters used in this
research that are Land Use, Slope, Rainfall. Geographic Information System (GIS) in this research
can be used to find out the flood-prone areas by using analysis of GIS and quantity each flood factor
and to know 20 years return periods rainfall, hydrological analysis and map of rain distribution.
Those parameters were analyzed using ArcGIS overlay intersection and weighted by Analytical
Hierarchy Process (AHP) method. Rainfall plan of the return period of 20 years using the gumbel
method is 824,41 mm, and for the distribution of rain or use method of Ishoyet with average rainfall
490,56mm in year 2017. Mostly was in Kelurahan Sepinggan Land used shrub that was 48,27 %
and settlement or place of activity that was 37,79%, where potency of flood prone was bigger in
residential areas. Slope analysis with the widest slope of 15-25% and 0-8% with wide percentage
28,53%, where slope 0-8% have potency of flood prone. The results of AHP method obtained land
use weight (0,480), rainfall (0,480), slope (0,120) which then analyzed by ArcGIS and yielded flood
hazard zone obtained were 3,89% the most safe area, 27,37% safe, 27,11% threatened, 41,46%
Proned and mostly prone 0,17%.

Keyword : Flood, AHP, Geographic Information System, ArcGIS, GIS Analysis

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................. iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKIRPSI .......................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI ......................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.................................................... xvi
DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................. xvii

Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 1


I.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
I.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
I.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
I.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 2
I.5. Batasan Masalah................................................................................ 2
I.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 3
I.7. Sistematika Penulisan ....................................................................... 5
Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6
II.1. Banjir ................................................................................................. 6
II.2. Analisa Kerawanan Banjir ................................................................ 8
II.3. Hujan (Prespitasi) .............................................................................. 9
II.4. Analisis Hujan ................................................................................... 10
II.4.1. Hujan Kawasan (Daerah Tangkap Air = DTA) ................................ 10
II.4.2. Cara Memilih Metode ....................................................................... 13
II.4.3. Perhitungan Curah Hujan Rencana ................................................... 15
II.5. Penggunaan Lahan (Land Use) ......................................................... 18
x
II.6. Kelerengan ........................................................................................ 19
II.7. Sistem Informasi Geografis................................................................... 20
II.7.1. Jenis-Jenis Data dan Subsistem pada SIG............................................. 21
II.7.2. Cara Kerja SIG ...................................................................................... 22
II.7.3. Fungsi Analisis Dalam SIG ................................................................... 23
II.7.4. Format Data Spasial .............................................................................. 24
II.8. Pengertian Peta ...................................................................................... 25
II.8.1. Fungsi Peta ............................................................................................ 25
II.8.2. Macam Peta ........................................................................................... 26
II.9. Analytical Hierarchy Process (AHP).................................................... 27
II.9.1. Kelebihan Metode AHP ........................................................................ 27
II.9.2. Prosedur Metode AHP .......................................................................... 28
Bab III Metode Penelitian.................................................................................. 32
III.1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 32
III.2. Objek Penelitian .................................................................................... 32
III.3. Pengumpulan Data ................................................................................ 32
III.3.1. Sumber Data .......................................................................................... 32
III.3.2. Instrumen Penelitian.............................................................................. 33
III.3.3. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33
III.4. Tahap Penelitian .................................................................................... 34
Bab IV Analisa Penelitian.................................................................................. 36
IV.1. Batas Administrasi Kelurahan Sepinggan ..............................................37
IV.2. Kondisi Topografi ..................................................................................42
IV.3. Analisis Curah Hujan Rencana ..............................................................44
IV.3.1. Perhitungan Curah Hujan Rencana ........................................................44
IV.3.2. Intensitas Curah Hujan ...........................................................................48
IV.3.3. Sebaran Hujan (Metode Isohyet) .......................................................... 48
IV.3.4. Perhitungan Debit...................................................................................54
IV.4. Penggunaan Lahan .................................................................................55
IV.5. Analytical Hierarchy Process (AHP).....................................................57
IV.6. Infrastruktur (Pendidikan, Kesehatan, Sosial, dan Keagamaan) ............58
IV.7. Kepadatan Bangunan .............................................................................63

x
IV.8. Daerah Rawan Banjir .............................................................................65
Bab V Kesimpulan Dan Saran .......................................................................... 62
V.1. Kesimpulan ..........................................................................................652
V.2. Saran.....................................................................................................652

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................64

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A DOKUMENTASI........................................................................ 67
LAMPIRAN B LEMBAR ASISTENSI ............................................................... 75
LAMPIRAN C SURAT PERMOHONAN DATA ............................................... 79
LAMPIRAN D SURAT KETERANGAN PENELITIAN ................................... 80
LAMPIRAN E DATA CURAH HUJAN BMKG ................................................ 81
LAMPIRAN F KUISONER AHP ........................................................................ 85
LAMPIRAN G SURAT REKOMENDASI KELURAHAN ................................ 87
LAMPIRAN H PETA TEMATIK ........................................................................ 88

x
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI

Gambar I.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 3


Gambar II.1 Poligon Thiessen ........................................................................... 11
Gambar II.2 Uraian Subsistem-Subsistem SIG ................................................. 22
Gambar II.3 Struktur Hirarki Metode AHP ....................................................... 28
Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 35
Gambar IV.1 Peta Administrasi .......................................................................... 39
Gambar IV.2 Peta Kemiringan Lereng ............................................................... 41
Gambar IV.3 Grafik Hubungan Intensitas Curah Hujan Dengan Lamanya Curah
Hujan ............................................................................................. 47
Gambar IV.4 Peta Sebaran Hujan Ishoyet .......................................................... 49
Gambar IV.5 Peta Penggunaan Lahan ................................................................ 52
Gambar IV.7 Peta Sebaran Infrastruktur ............................................................. 57
Gambar IV.8 Peta Kepadatan Bangunan............................................................. 59
Gambar IV.9 Grafik Lingkaran Daerah Rawan Banjir ....................................... 61
Gambar IV.10 Kawasan Taksiran Rawan Banjir .................................................. 62

x
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Kelurahan di Kecamatan Balikpapan Selatan ............................... 4


Tabel I.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 4
Tabel II.1 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah
Berdasarkan Banyaknya Jaring-Jaring Pos Penakar Hujan .......... 14
Tabel II.2 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah
Berdasarkan Berdasarkan Luas DAS ............................................ 14
Tabel II.3 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah
Berdasarkan Topografi DAS ......................................................... 14
Tabel II.4 Reduced mean (Yn) ....................................................................... 16
Tabel II.5 Reduced standar deviation (Sn) .................................................... 16
Tabel II.6 Reduced variate (Ytr) .................................................................... 17
Tabel II.7 Kelas Penggunaan Lahan .............................................................. 18
Tabel II.8 Kelas Lereng ................................................................................. 19
Tabel II.9 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ................................. 28
Tabel II.10 Contoh matriks Perbandingan Berpasangan ................................. 29
Tabel II.11 Perbandingan Antar Kriteria ......................................................... 29
Tabel II.12 Pembobotan Metode AHP ............................................................ 30
Tabel II.13 Nilai Indeks Random..................................................................... 31
Tabel IV.1 Batas Administrasi Kelurahan Sepinggan ..................................... 36
Tabel IV.2 Luas wilayah RT Kelurahan Sepinggan ........................................ 36
Tabel IV.3 Luas Wilayah Penelitian Berdasarkan Persentase Kelerengan ..... 40
Tabel IV.4 Data Curah Hujan Kota Balikpapan Tahun 2008-2012 ................ 42
Tabel IV.5 Data Curah Hujan Kota Balikpapan Tahun 2013-2018 ................ 43
Tabel IV.6 Tabel Konfigurasi Data Curah Hujan ........................................... 44
Tabel IV.7 Tabel Perhitungan Periode Ulang Curah Hujan Rencana ............. 46
Tabel IV.8 Tabel Perhitungan Intensitas Hujan .............................................. 46
Tabel IV.9 Stasiun Hujan ................................................................................ 48
Tabel IV.10 Tabel Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata Metode Isohyet ......... 48
Tabel IV.11 Tabel Perhitungan Koefisien Limpasan ........................................ 50
Tabel IV.12 Tabel Perhitungan Debit ............................................................... 50
Tabel IV.13 Luas Wilayah Penelitian Berdasarkan Penggunaan Lahan .......... 51

x
Tabel IV.14 Perhitungan Data Kuisoner AHP ................................................. 53
Tabel IV.15 Matriks Pairwase Comprasion ..................................................... 53
Tabel IV.16 Hasil Matriks Pairwase Comprasion ............................................ 53
Tabel IV.17 Infrastruktur Kelurahan Sepinggan .............................................. 54
Tabel IV.18 Jumlah Infrastruktur Kelurahan Sepinggan ................................. 56
Tabel IV.19 Kepadatan Bangunan ................................................................... 58
Tabel IV.20 Kerawanan Banjir ......................................................................... 61

x
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Pemakaian
Singkatan Nama
pertama kali
pada halaman
SIG Sistem Infromasi Geografis 1
AHP Analytical Hierarchy Process 1
DEM Digital Elevation Model 48
IDW Inverse Distance Weighted 48

Lambang

X Nilai Kerawanan 8
Wi Bobot untuk parameter ke-i 8
Xi Skor kelas pada parameter ke-i 8
P Rata-rata curah hujan wilayah 10
n Jumlah titik stasiun 10
RT Hujan rencana 15
Nilai rata-rata dari air hujan 15
Sx Standar Deviasi data air hujan 15
K Faktor Frekuensi Gumbel 15
Yn Reduced Mean 15
Sn Reduced Standar Deviation 15
Ytr Reduced Variate 15
S Besar Sudut Lereng (%) 19
CI Indeks Konsistensi 31
RI Random Konsistensi 31

x
DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan II.1 Nilai Kerawanan Banjir............................................................. 8


Persamaan II.2 Hujan Rata-Rata Kawasan Metode Rata-Rata Aljabar ............ 10
Persamaan II.3 Hujan Rata-Rata Kawasan Metode Poligon Thiessen ............. 12
Persamaan II.4 Hujan Rata-Rata Kawasan Metode Ishoyet ............................. 13
Persamaan II.5 Hujan Rencana Metode Gumbel ............................................... 15
Persamaan II.6 Faktor Frekuensi Metode Gumbel ............................................ 15
Persamaan II.7 Standar Deviasi Metode Gumbel .............................................. 16
Persamaan II.8 Nilai Rata-Rata Air Hujan Metode Gumbel ............................. 16
Persamaan II.9 Besar Sudut Lereng ................................................................... 19

x
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Dalam satu abad terakhir, banjir merupakan bencana yang sering terjadi di
Indonesia ditinjau dari frekuensinya (tercatat 108 kali atau 33,3% dari seluruh
peristiwa bencana penting yaitu 324 kejadian). Banjir yang terjadi di Indonesia
merupakan kombinasi antara faktor alam dan faktor antropogenik. Faktor utama
banjir adalah hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung lama (Hamdani,
2014).

Banjir di Kota Balikpapan, terjadi Beberapa ruas jalan, daerah yang mengalami
banjir ada di Jalan MT Haryono, Jalan Beller, Jalan Marsma Iswahyudi, Jalan
Pangeran Antasari, dan Jalan Jenderal Sudirman yang menjadi pusat Kota. Akibat
banjir di Kota Balikpapan sebagian aktivitas warga yang berada di jalan atau
pengendara roda dua dan empat terganggu (Fitriyani, 2017).

Faktor-faktor yang menyebabkan banjir antara lain curah hujan, topografi dan
penggunaan lahan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah perubahan
tata guna lahan yang tidak terkendali dapat menyebabkan peningkatan debit banjir
dan mengurangi air yang meresap ke dalam tanah. Pada penelitian ini dilakukan
analisa daerah rawan banjir melalui pendekatan analisa hidrologi dan
menggunakan sistem informasi geografis untuk memperoleh kawasan taksiran
rawan banjir di Kelurahan Sepinggan Kota Balikpapan.

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang diperoleh yaitu :
1. Bagaimana hasil analisis banjir menggunakan sistem informasi geografis (SIG)
dari faktor-faktor curah hujan, topografi, dan pengunaan lahan ?
2. Bagaimana identifikasi terhadap faktor-faktor daerah rawan banjir dengan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ?
3. Bagaimana curah hujan rencana terhadap periode ulang 20 tahun dan analisa
hidrologinya serta peta sebaran hujan ?
1
I.3. Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui daerah-daerah rawan banjir Kelurahan Sepinggan dari analisis
faktor-faktor penyebab banjir yaitu curah hujan, kelerengan, dan penggunaan
lahan.
2. Mendapatkan besar bobot dari masing-masing faktor yang mempengaruhi
banjir.
3. Mengetahui besaran curah hujan rencana periode ulang 20 tahun dan analisa
hidrologi, serta peta sebaran hujan di Kelurahan Sepinggan.

I.4. Manfaat Penelitian


Analisis dari penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh instansi
pemerintah untuk mengevaluasi daerah banjir tersebut serta dapat dimanfaatkan
instansi swasta untuk memilih daerah yang bisa menjadi tempat berinvestasi seperti
perumahan.

I.5. Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Parameter yang digunakan untuk penelitian ini adalah curah hujan,
kelerengan dan penggunaan lahan Kota Balikpapan.
2. Data yang digunakan adalah data batas administrasi Kota Balikpapan, data
digital topografi, data digital penggunaan lahan, data curah hujan Kota
Balikpapan.
3. Melakukan proses overlay data batas administrasi Kota Balikpapan, data
kelerengan, data curah hujan Kota Balikpapan, data penggunaan lahan.
4. Melakukan analisis menggunakan aplikasi ArcGIS dan menampilkan peta
tematik daerah rawan banjir Kelurahan Sepinggan.
5. Studi kasus dalam penelitian ini berada di Kelurahan Sepinggan, Kecamatan
Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan.
6. Penelitian hanya sampai hasil kawasan taksiran tematik rawan banjir
Kelurahan Sepinggan.

2
I.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian sebagai berikut:
1. Lokasi Penelitian

Gambar I.1 Lokasi Penelitian


Sumber : Peta Tematik Indonesia

Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Sepinggan, Kecamatan


Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan. Kecamatan Balikpapan Selatan
memiliki luas wilayah perairan 200,3 km2 dan wilayah darat 37,818 km2.

3
Kecamatan ini memiliki 7 (tujuh) kelurahan dan jumlah rukun tetangga
sebagai berikut :
Tabel I.1 Kelurahan di Kecamatan Balikpapan Selatan
No Kelurahan Luas Daerah Jumlah RT

1 Damai Baru 2,149 km2 33

2 Damai Bahagia 3,708 km2 43

3 Sepinggan Baru 10,618 km2 40

4 Sungai Nangka 3,204 km2 27

5 Sepinggan Raya 6,588 km2 31

6 Gunung Bahagia 3,735 km2 50

7 Sepinggan 7,812 km2 67


Sumber : Olahan Data

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini 3 bulan dengan rincian waktu sebagai berikut:
Tabel I.2 Waktu Penelitian
Apr-18 May-18 Jun-18
Kegiatan
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4

Persiapan
Pengumpulan
Data
Menyesuaikan
Analisa
Hidrologi Dan
SIG
Pengolahan
Data SIG

Laporan
Sumber : Olahan Data

4
I.7. Sistematika Penulisan
Adapun sebagai tahapan dalam penelitian ini maka disusun laporan hasil
penelitian skripsi yang sistematika pembahasannya diatur sesuai dengan tatanan
sebagai berikut:
1. BAB I: PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang yang merupakan alasan penulis mengambil
judul tersebut. Tujuan penelitian berisikan tentang hal sasaran penulis
melakukan penelitian tersebut. Rumusan masalah berisikan tentang hal
yang akan diteliti oleh penulis dari penelitian tersebut. Batasan masalah
berisikan tentang batasan ruang lingkup yang diteliti oleh penulis pada
penelitian tersebut. Sistematika penulisan berisikan tentang tata cara dalam
pelaksanaan penelitian.
2. BAB II: LANDASAN TEORI
Bagian ini berisi tentang gambaran lokasi penelitian serta kajian pustaka dan
teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. BAB III: METODE PENELITIAN
Berisikan penjelasan tentang bagaimana penelitian ini dilakukan, dimulai
dari proses pengumpulan data, pengolahan data sampai pada hasil akhir
yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini.
4. BAB IV ANALISA PENELITIAN
Bagian ini menjelaskan secara rinci pelaksanaan penelitian dalam mencapai
hasil serta kajian dan pembahasan hasil dari penelitian ini.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini merupakan uraian singkat tentang kesimpulan hasil pembahasan
yang mencakup isi dari penelitian, serta saran – saran yang berkaitan dengan
kesesuaian penggunaan hasil penelitian agar tepat guna dan sasaran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Banjir
Berdasarkan SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam Suparta 2004, bahwa
banjir adalah aliran air yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai
atau saluran.
Kerawanan banjir adalah keadaan yang menggambarkan mudah atau
tidaknya suatu daerah, terkena banjir dengan didasarkan pada faktor- faktor alam
yang mempengaruhi banjir antara lain faktor meteorologi (intensitas curah hujan,
distribusi curah hujan, frekuensi dan lamanya hujan berlangsung) dan karakteristik
daerah aliran sungai (kemiringan lahan/kelerengan, ketinggian lahan, testur tanah
dan penggunaan lahan) (Suherlan, 2001).
Istilah banjir terkadang bagi sebagian orang disamakan dengan genangan,
sehingga penyampaian informasi terhadap bencana banjir di suatu wilayah menjadi
kurang akurat. Genangan adalah luapan air yang hanya terjadi dalam hitungan jam
setelah hujan mulai turun. Genangan terjadi akibat meluapnya air hujan pada
saluran pembuangan sehingga menyebabkan air terkumpul dan tertahan pada suatu
wilayah dengan tinggi muka air 5 hingga >20 cm. Sedangkan banjir adalah
meluapnya air hujan dengan debit besar yang tertahan pada suatu wilayah yang
rendah dengan tinggi muka air 30 hingga > 200 cm.
Menurut M. Syahril (2009), Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan
lokasi sumber aliran permukaan dan berdasarkan mekanisme terjadinya
banjir.Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya :
1. Banjir Kiriman (banjir bandang) : Banjir yang diakibatkan oleh tingginya
curah hujan didaerah hulu sungai.
2. Banjir lokal : banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang
melebihi kapasitas pembuangan disuatu wilayah.

6
Berdasarkan mekanisme banjir tediri atas 2 jenis yaitu :
1. Regular Flood adalah Banjir yang diakibatkan oleh hujan
2. Irregular Flood adalah Banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti
tsunami, gelombang pasang, dan hancurnya bendungan.

Penyebab terjadinya banjir di suatu wilayah antara lain (IDEP,2007) :


1. Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan
selama berhari- hari.
2. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan
mengalir deras diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.
3. Buruknya penanganan sampah yaitu menyumbatnya saluran-saluran air
sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.
4. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi
jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan.
Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko
banjir sampai 6 kali lipat dibanding tanah terbuka yang biasanya
mempunyai daya serap tinggi.
5. Bendungan dan saluran air yang rusak dimana menyeb abkan banjir
terutama pada saat hujan deras yang panjang.
6. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak
tanaman mempunyai dayaserap air yang besar.
7. Di daerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga bisa
menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang.

Banjir yang terjadi dapat menimbulkan beberapa kerugian (Eko, 2003),


diantaranya adalah:
1. Bangunan akan rusak atau hancur akibat daya terjang air banjir, terseret
arus, terkikis genangan air, longsornya tanah dibawah pondasi.
2. Hilangnya harta benda dan korban nyawa.
3. Rusaknya tanaman pangan karena genangan air.
4. Pencemaran tanah dan air karena arus air membawa lumpur, minyak dan
bahan-bahan lainnya.

7
II.2. Analisa Kerawanan Banjir
Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah overlay dengan teknik
geoprocessing, yaitu tumpang susun dan menggabungkan semua peta yang ada
menjadi parameter banjir. Hasil dari overlay ini akan menjadi suatu parameter baru
dimana gabungan beberapa peta akan membentuk suatu irisan-irisan yang dapat
dijadikan parameter potensi banjir (Hamdani,2014).
Untuk menentukan nilai dari parameter yang baru maka diperlukan suatu persmaan
matematis dengan cara menggabungkan antara skoring dan pembobotan yang telah
dilakukan sebelumnya. Persamaannya adalah:
n
X = ∑ (Wi x Xi )
i =1 ...................................................................................... (II.1)
Keterangan:
X = Nilai Kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas pada parameter ke-i

8
II.3. Hujan (Prespitasi)
Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling
penting. Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan
bumi. Hujan merupakan salah satu komponen dalam suatu proses yang akan terjadi
dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan mempengaruhi
proses yang terjadi didalamnya. Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan (dapat
berbentuk cair atau beku) dari atmosphere ke permukaan bumi. Presipitasi cair
dapat berupa hujan dan embun dan presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan
es. Dalam uraian selanjutnya yang dimaksud dengan presipitasi adalah hanya
berupa hujan.
Daerah tropis khususnya di Indonesia memiliki beberapa jenis hujan, setidaknya
terdapat 3 jenis hujan, antara lain:
1. Hujan Konvektif (Convectional Storms)
Hujan yang disebabkan oleh adanya beda panas yang diterima
permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara diatas
permukaan tanah tersebut. Beda panas umumnya terjadi pada musim kering
yang akan mengakibatkan hujan dengan intensitas tinggi sebagai hasil
kondensasi massa air basah pada ketinggian diatas 15 km.
2. Hujan Frontal (Frontal/Cyclonic Storms)
Tipe hujan yang diakibatkan oleh berrgulungnya dua massa udara
berbeda suhu dan kelembaban. Massa udara lembab yang hangat dipaksa
bergerak ke tempat yang lebih tinggi (suhu lebih rendah dengan kerapatan
udara dingin lebih besar).
3. Hujan Orografik (Orographic Storms)
Jenis hujan yang umum terjadi di daerah pengunungan yaitu ketika
massa udara bergerak ke tempat yang lebih tinggi mengikuti bentang lahan
pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Ketika massa udara
melewati daerah bergunung pada daerah dimana angin berhembus (windward
side) terjadi hujan orografik.
Pada lereng dimana gerakkan massa udara tidak atau kurang berarti (leeward
side), udara yang turun akan mengalami pemanasan dangan sifat kering.
Daerah ini disebut daerah bayangan, hujan yang turun disebut hujan di daerah

9
bayangan (jumlah hujan lebih kecil). Hujan orografik dianggap sebagai
pemasok air tanah, danau, bendungan karena berlangsung di hulu DAS.
(Liona, 2017)

II.4. Analisis Hujan


II.4.1. Hujan Kawasan (Daerah Tangkap Air = DTA)

Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi
hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat
bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat
penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini
diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa
stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan/atau di sekitar kawasan tersebut
(Suripin, 2004).

Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata
kawasan, yaitu rata-rata aljabar, polygon Thiessen, dan isohyet (Suripin,2004)
1. Metode rata-rata aritmatik (aljabar)

Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa


stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi
jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang
berada dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih
berdekatan juga bisa diperhitungkan.

Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :

1) Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.


2) Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS.

Rumus:
1
P = n (P1 + P1 + ⋯ + Pn ) ……………………………..……………(II.2)

dengan :
P = Curah hujan daerah (mm)
n = Jumlah titik-titik (stasiun-stasiun) pengamat hujan
P1, P2,…, Pn = Curah hujan di tiap titik pengamatan

1
Cara kerja:

1) Menyiapkan alat dan bahan


2) Menghitung jumlah total curah hujan di suatu wilayah
3) Menghitung curah hujan rata-rata dengan rumus Aritmatik yang sudah
ada
2. Metode Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata, pada metode ini stasium hujan minimal yang
digunakan untuk perhitungan adalah tiga stasiun hujan. Hitungan curah
hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari
tiap stasiun.

Metode poligon Thiessen banyak digunakan untuk menghitung hujan rata-


rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk suatu jaringan stasiun
hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan stasiun hujan seperti
pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus dibuat lagi poligon yang
baru (Triatmodjo, 2015).

Gambar II.1 Poligon Thiessen


Sumber: Suripin, 2004

1
Rumus:

A1P1+ + A2 P2 + ………..+ An Pn
P= ……………………………………………(II.3)
A1 + A2 + ……+ An

dengan :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn = curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An = luas pengaruh masing masing stasiun(km2)

Cara Kerja:

1) Menyiapkan alat dan bahan


2) Menghubungkan titik-titik tempat stasiun terdekat berada pada peta
dengan garis lurus
3) Membentuk garis-garis yang menghubungkan titik-titik stasiun menjadi
bentuk segitiga.
4) Membagi garis lurus antara dua stasiun (garis 1) yang berdekatan sama
panjang
5) Menarik garis tegak lurus dari garis 1 pada titik pembagi garis
tersebut(garis 2)
6) Membagi luasan wilayah tiap stasiun berdasarkan garis 2
7) Menghitung luasan wilayah tiap stasiun
8) Menghitung cura hujan rata-rata dengan rumus Poligon Thiesen yang
sudah ada.
3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman
hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu
daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-
rata dari kedua garis Isohyet tersebut.

Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman


hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak
dan tersebar merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian
yang lebih banyak dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2015).

1
P P P P Pn+ P
A1� 1+ 2 �+ A2 � 1+ 2 �+ ………..+ An � n+1 �
2 2 2
Rumus: P = ………………..(II.4)
A1 + A2 + ……+ An

dengan :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,2,3,…n = Curah hujan masing masing isohyet(mm)
A1,2,3…n = Luas wilayah antara 2 isohyet (km2)

Cara Isohyet

1) Menyiapkan alat dan bahan.,


2) Menghubungkan titik stasiun dengan curah hujan terbesar dengan titik-
titik stasiun yang lain dengan garis lurus.
3) Membagi garis lurus tersebut menjadi beberapa bagian dengan interval
yang sama.
4) Menghubungkan titik-titik dengan curah hujan sama menjadi garis
isohyet
5) Menghitung luas wilayah tiap stasiun berdasarkan garis-garis isohyet
tersebut
6) Menghitung besar rata-rata curah hujan dengan rumus Isohyet yang
sudah ada.

II.4.2. Cara Memilih Metode


Lepas dari kelebihan dan kelemahan ketiga metode yang tersebut di atas,
pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat ditentukan
dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut:
1. Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS
2. Luas DAS
3. Topografi DAS

1
Tabel II.1 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah Berdasarkan Banyaknya
Jaring-Jaring Pos Penakar Hujan.
Jaring-Jaring pos penakar hujan Metode
Metode Isohyet, Thiessen atau rata-
Jumlah pos penakar hujan cukup
rata aljabar dapat dipakai
Metode rata-rata aljabar atau
Jumlah pos penakar hujan terbatas
Thiessen
Pos penakar hujan tunggal Metode hujan titik
Sumber: Suripin,2004

Tabel II.2 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah Berdasarkan Luas DAS.
Luas DAS Metode
DAS besar (>5000 km²) Metode Isohyet
DAS SEDANG (500 s/d 5000 km²) Metode Thiessen
DAS kecil (<5000 km²) Metode rata-rata aljabar
Sumber: Suripin,2004

Tabel II.3 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah Berdasarkan Topografi DAS.
Topografi DAS Metode
Pegunungan Metode rata-rata aljabar
Dataran Metode Thiessen
Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohyet
Sumber: Suripin,2004

1
II.4.3. Perhitungan Curah Hujan Rencana

Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk meramal besarnya hujan dengan
periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan rencana tersebut kemudian dicari
intensitas hujan yang digunakan untuk mencari debit banjir rencana.

Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis
distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi, yaitu distribusi normal,
distribusi Log-Normal, distribusi Log-Person III, dan distribusi Gumbel. Sebelum
menghitung curah hujan wilayah dengan distribusi yang ada dilakukan terlebih
dahulu pengukuran dispersi untuk mendapatkan parameter-parameter yang
digunakan dalam perhitungan curah hujan rencana (Suripin, 2004).

Metode Gumbel

Rumus-rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan rencana menurut


metode Gumbel adalah sebagai berikut :

RT = Ṝ + K.Sx ………………………..(II.5)

dengan :
RT = hujan rencana (mm)
Ṝ = nilai rata-rata dari hujan
Sx = Standar deviasi dari data hujan
K = Faktor frekuensi Gumbel
Faktor frekuensi k didapat dengan menggunakan rumus :

Ytr−Yn
K= Sn
………………………..(II.6)

dengan :
Yn = harga rata-rata reduced mean (Tabel II.4).
Sn = reduced Standar Deviation (Tabel II.5).
Ytr = reduced variate (Tabel II.6).

1
Rumus untuk menentukan Standar Deviasi adalah sebagai berikut

Σ(𝑋𝑋i−Ṝ)²
Sx = � 𝑛𝑛−1
……………………………(II.7)

Σ 𝑋𝑋i
Ṝ= 𝑛𝑛
…………………………………...(II.8)

dengan:
Sx = Standar Deviasi
ƩXi = Jumlah data curah hujan rata-rata dengan periode ulang n-tahun
Ṝ = nilai rata-rata dari hujan
n = periode ulang
Tabel II.4 Reduced mean (Yn)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5309 0.5320 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5403 0.5410 0.5418 0.5424 0.5436
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600 0.5602 0.5603 0.5604 0.5606 0.5607 0.5608 0.5609 0.5610 0.5611
Sumber: Rony, 2017

Tabel II.5 Reduced standar deviation (Sn)


N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565

20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.1004 1.1047 1.1080

30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388

40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.1590

50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734

60 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844

70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.1930

80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1980 1.1987 1.1994 1.2001

90 1.2007 1.2013 1.2020 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 1.2049 1.2055 1.2060

100 1.2065 1.2069 1.2073 1.2077 1.2081 1.2084 1.2087 1.2090 1.2093 1.2096

Sumber: Rony, 2017

1
Tabel II.6 Reduced variate (Ytr)
PERIODE ULANG Tr (tahun) Reduced Variate,Ytr

2 0.3668

5 1.5004

10 2.2519

20 2.9709

25 3.1993

50 3.9028

75 4.3117

100 4.6012

200 5.2969

250 5.5206

500 6.2149

1000 6.9087

5000 8.5188

10000 9.2121
Sumber: Rony, 2017

1
II.5. Penggunaan Lahan (Land Use)
Penggunaan lahan adalah semua jenis penggunaan untuk pertanian,
lapangan olah raga, rumah mukim hingga rumah sakit dan kuburan. Tata guna lahan
dapat ditinjau menurut suatu wilayah (regional land use) secara keseluruhan.
Karena wilayah terdiri atas pedesaan dan perkotaan, maka tata guna lahan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu (1)tata guna lahan pedesaan (rural land use) dan
(2)tata guna lahan perkotaan (urban land use). Pengertian-pengertian tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan lahan berhubungan erat dengan aktivitas manusia
dan sumberdaya lahan. Penggunaan lahan sifatnya dinamis, mengikuti
perkembangan kehidupan manusia dan budayanya. Masyarakat menghadapi
beberapa tantangan khusus dalam mengelola sumberdaya lahan. Lahan sebagai
tempat bagi pertumbuhan tanaman atau tumbuh tumbuhan maupun kehidupan
hewan, bagi aliran air, bangunan, transportasi dan sebagainya. Dengan banyaknya
macam penggunaan lahan ini, maka dengan digunakannya sebidang lahan akan
mempengaruhi penggunaan yang lain yang sifatnya potensial. Jika suatu wilayah
diamati dalam suatu periode waktu tertentu maka akan dijumpai suatu perubahan
penggunaan lahan, yang sering juga disebut sebagai konversi lahan. Konversi lahan
dapat dibedakan atas dua, yaitu bersifat musiman dan yang permanen (Hendri,
2017).
Tabel II.7 Kelas Penggunaan Lahan
Kelas Rawan Penggunaan Lahan
1 Hutan Primer
2 Hutan Sekunder
3 Perkebunan, Semak Belukar
4 Ladang, Perumahan
5 Tambang, Danau/ Kolong air, Sawah, Sungai/rawa
Sumber : Hamdani, 2014

1
II.6. Kelerengan
Kelerengan adalah kenampakan permukaan alam yang memiliki beda tinggi.
Apabila dua tempat yang memiliki beda tinggi dibandingkan dengan jarak lurus
mendatar, maka akan diperoleh besarnya kelerengan. Wentworth mengemukakan
pembuatan peta kelas kelerengan diperoleh melalui interpretasi peta rupa bumi
Indonesia (RBI) dengan rumus sebagai berikut:
(n - 1) x ki
S= x 100%
a x penyebutan skala peta ......................................(II.9)
keterangan:
S adalah besar sudut lereng
n adalah Jumlah kontur interval
ki adalah kontur interval
a adalah panjang diagonal jaring dengan panjang rusuk 1 cm

Tabel II.8 Kelas Lereng


Kemiringan (%) Klasifikasi Kelas Untuk Indeks Banjir
0-8 Datar 5
8 - 15 Agak Miring 4
15 -25 Miring 3
25 - 45 Agak Curam 2
>45 Curam 1
Sumber : Hamdani, 2014

1
II.7. Sistem Informasi Geografis
SIG dapat diartikan sebagai suatu sistem terpadu dari hardware, software,
data, dan lineweare (orang – orang yang bertanggung jawab dalam mendesain,
megimplementasikan, dan menggunakan SIG) yang mempunyai kemampuan untuk
menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,
menggabungkannya, menganalisa dan memetakan hasilnya. Data yang akan diolah
pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan
merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar
referensinya. Sehingga, aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti:
lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan
SIG dari sistem informasi lainnya (Sunaryo, 2015).
Pada perkembangannya SIG memiliki fungsi yang memiliki dampak positif
dalam proses perencanaan berbasis komunitas dan pembuatan keputusan ilmiah
untuk aktivitas pengembangan program. SIG merupakan sebuah sistem yang
mampu membangun, memanipulasi dan menampilkan informasi yang mempunyai
referensi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan
menganalisis objek-objek serta fenomena-fenomena dimana lokasi geografis
merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. SIG sangat
menarik untuk digunakan dalam berbagai bidang ilmu karena SIG sangat efektif,
dapat digunakan sebagai alat bantu, mampu menguraikan unsur-unsur yang
terdapat di permukaan bumi ke dalam bentuk layer atau coverage data spasial,
memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial dan
bentuk atribut-atributnya serta dapat menurunkan data-data secara otomatis tanpa
keharusan untuk melakukan interpretasi secara manual (Setyawan, 2014).

2
II.7.1. Jenis-Jenis Data dan Subsistem pada SIG
Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung Sistem Informasi
Geografis yaitu (Prahasta, 2009):
1. Data Spasial
Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di
permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar
dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor)
atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
2. Data Non Spasial (Atribut)
Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi
informasi - informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data
tersebut berbentuk data tabular yang saling terintegrasi dengan data spasial
yang ada.
Selain data-data yang terbagi dalam dua jenis, menurut Setyawan (2014)
SIG merupakan sistem computer yang memiliki sub sistem yang terdiri atas empat
kemampuan dalam menangani data yang bereferensi geografis seperti berikut:
1. Data Input
Sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data
spasial dan attribut dari berbagai sumber, serta bertanggung jawab dalam
mengkonversi atau mentransformasikan format-format data aslinya ke
dalam format yang dapat digunakan oleh Sistem Informasi Geografis.
2. Data Output
Sub-sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy atau hardcopy seperti: tabel,
grafik, peta, dan lain - lain.
3. Data Management
Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke
dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,
diperbarui dan disunting.

2
4. Data Manipulation dan Analysis
Sub-sistem ini menentukan informasi – informasi yang dapat dihasilkan
oleh Sistem Informasi Geografis. Selain itu, sub-sistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.

Berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis keluaran yang ada
didalamnya, maka sub-sistem dapat digambarkan sebagai berikut (Prahasta,
2005):

Gambar II.2 Uraian Subsistem – Subsistem SIG


(Sumber: Prahasta, 2005)

II.7.2. Cara Kerja SIG


SIG dapat merepresentasikan realworld (dunia nyata) di atas monitor
komputer sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata di
atas kertas. Namun SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas dari pada
lembaran peta kertas. Peta merupakan representasi grafis dari dunia nyata, objek-
objek yang direpresentasikan di atas peta disebut unsur peta atau map features
(contohnya adalah sungai, kebun, jalan, dan lain-lain). Karena peta
mengorganisasikan unsur-unsur berdasarkan lokasi-lokasinya, peta sangat baik
dalam memperlihatkan hubungan atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsurnya
(Setyawan, 2014).

2
SIG menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai
atribut-atribut di dalam basisdata. Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya
di dalam tabel-tabel (relasional). Setelah itu, SIG menghubungkan unsur-unsur di
atas dengan tabel-tabel yang bersangkutan. Dengan demikian, atribut-atribut ini
dapat diakses melalui lokasi-lokasi unsur-unsur peta, dan sebaliknya unsur-unsur
peta juga dapat diakses melalui atribut-atributnya. Karena itu, unsur-unsur tersebut
dapat dicari dan ditemukan berdasarkan atribut-atributnya. SIG menghubungkan
sekumpulan unsur-unsur peta dengan atribut- atributnya di dalam satuan-satuan
yang disebut layer. Kumpulan-kumpulan dari layer-layer ini akan membentuk
basisdata SIG. Dengan demikian, perancangan basisdata merupakan hal yang
esensial di dalam SIG. rancangan basisdata akan menentukan efektifitas dan
efisiensi proses-proses masukan, pengelolaan, dan keluaran SIG (Prahasta, 2002).

II.7.3. Fungsi Analisis Dalam SIG


Kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat
dilakukannya. Secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis yaitu fungsi analisis
spasial dan fungsi analisis atribut. Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerful
dan mendasar adalah integrase data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah
overlay, yang memadukan layers data yang berbeda. SIG juga dapat
mengintegrasikan data secara matematis dengan melakukan operasi-operasi
terhadap atribut-atribut tertentu dari datanya Kekuatan SIG yang sebenarnya
terletak pada kemampuannya dalam melakukan analisis. SIG dapat mengeloah dan
mengelola data dengan volume yang besar. Dengan demikian, pengetahuan
mengenai bagaimana cara mengekstrak data tersebut dan bagaimana
menggunakannya merupakan kunci di dalam SIG (Harseno, 2007).
1. Fungsi Analisis Atribut
Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar basisdata yang mencakup
create database, drop database, create database, drop table, record dan insert,
field, seek, find, search, retrieve, edit, update, delete, zap, pack, membuat indeks
untuk setiap table basisdata, dan perluasan operasi basisdata yang mencakup
export dan import, structured query language dan operasi-operasi atau fungsi

2
analisis lain yang sudah rutin digunakan di dalam sistem basisdata (Prahasta,
2002).

2
2. Fungsi Analisis Spasial
Karakteristik utama SIG adalah kemampuan menganalisis sistem seperti
analisa statistic dan overlay yang disebut analisa spasial. Analisa dengan
menggunakan SIG yang sering digunakan dengan istilah analisa spasial tidak
seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi (ruang).
Analisis spasial terdiri dari (Handayani, 2005):
a. Overlay
Salah satu cara dasar untuk membuat atau mengenali hubungan spasial
melalui proses overlay. Overlay dikerjakan dengan melakukan operasi join dan
menampilkan secara bersama sekumpulan data yang dipakai secara bersama atau
berada dibagian area yang sama. Hasil kombinasi merupakan sekumpulan data yang
baru yang mengidentifikasi hubungan spasial baru.
b. Buffer
Analisa buffer digunakan untuk mengidentifikasi area sekitar fitur-fitur
geografi. Proses generate sekitar lingkaran buffer yang ada fitur-fitur geografi dan
kemudian mengidentifikasi atau memilih fitur-fitur berdasarkan pada apakah
mereka berada di luar atau didalam batas buffer.
c. Reclassify
Reclassify merupakan fungsi analisis spasial untuk mengklasifikasikan
kembali suatu data hingga menjadi data spasial baru berdasarkan kriteria atau
atribut tertentu. Proses ini juga bergantung pada kriteria dan kebutuhan analisis
yang akan dikerjakan sehingga jumlah kelas tergantung pada hal tersebut.

II.7.4. Format Data Spasial


Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG , data
spasial dapat dipresentasikan dalam dua format, yaitu:
1. Data Vektor merupakan bentuk bumi yang dipresentasikan ke dalam kumpulan
garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik
yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah
garis). Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam
merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus.

2
2. Data Raster (sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem penginderaan
jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel
grid yang disebut juga dengan pixel (picture element). Data raster sangat baik
untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis
tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan
data raster adalah besarnya ukuran, semakin tinggi resolusi grid-nya semakin
besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasitas perangkat keras
yang tersedia.

II.8. Pengertian Peta


Peta adalah gambaran dari permukaan bumi dengan ukuran yang lebih kecil
biasanya dengan skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar dalam bentuk
simbol-simbol yang sifatnya selektif serta melalui suatu sistem proyeksi tertentu
(Sitorus, 2014).
Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan
keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili. Menurut ICA, peta adalah
gambaran konvensional yang dibuat dengan menggambarkan elemen-elemen yang
ada di permukaan bumi dan gejala yang ada hubungannya dengan elemen-elemen
tersebut (Nursa’ban, 2010).

II.8.1. Fungsi Peta


Fungsi peta yang paling utama barangkali untuk orientasi dan navigasi.
Dalam setiap kasus, kebanyakan peta yang dijumpai masyarakat umum, diproduksi
untuk membantu dalam hal orientasi dan navigasi. Orang menggunakan peta
orientasi (peta jalan, peta topografi, chart) untuk dapat mencapai dari suatu tempat
ke tempat lain dalam suatu rute yang telah ditentukan sebelumnya, dan ingin
mengecek peta apakah mereka masih pada jalan yang benar selama perjalanan.
Beberapa syarat agar berfungsi dengan baik dan mudah di mengerti oleh pengguna
(Sitorus, 2014):
1. Tidak boleh membingungkan.
2. Mudah dimengerti atau ditangkap maknanya oleh pengguna peta.

2
3. Dapat memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini berarti peta itu harus
cukup teliti, sesuai dengan tujuannya.
4. Peta itu harus rapi dan bersih.

II.8.2. Macam Peta


Peta tidak hanya memiliki satu bentuk, tetapi peta memiliki banyak jenis
dan bentuk sesuai kebutuhan. Macam-macam peta ditinjau dari 4 segi sebagai
berikut (Naursa’ban, 2010):
1. Ditinjau dari jenisnya, macam peta terdiri atas:
a. Peta foto, yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara/ortofoto yang
dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda.
b. Peta garis, yaitu peta yang menyajikan detail alam dan buatan manusia
dalam bentuk titik, garis, dan luasan wilayah, contohnya peta topografi dan
peta tematik
2. Ditinjau dari skalanya, macam peta terdiri atas:
a. Peta kadastral/hak milik: ≥ 1 : 5.000
b. Peta skala besar: 1 : 5.000 - 1 : 25.000
c. Peta skala medium: 1 : 25.000 - 1 : 500.000
d. Peta skala kecil: 1 : 500.000 - 1 : 1.000.000
3. Ditinjau dari fungsinya, macam peta terdiri atas:
a. Peta umum (general map), merupakan peta yang berisi jalan, bangunan,
batas wilayah, garis pantai, elevasi, dan sebagainya. Peta umum skala besar
disebut peta topografi, sedangkan peta umum skala kecil disebut atlas.
b. Peta tematik, merupakan peta yang menunjukkan hubungan ruang dalam
bentuk atribut tunggal atau hubungan atribut. Ada beberapa macam maksud
dan tujuan dari peta tematik.
c. Chart, merupakan peta yang didesain untuk keperluan navigasi, nautical,
dan acronautical. Peta kelautan yang ekuivalen dengan peta topografi
disebut peta batimetrik.
4. Ditinjau dari maksud dan tujuannya ada banyak sekali macam peta. Misalnya:
peta tanah, peta geologi, peta kadaster, peta ekonomi, peta kependudukan, peta
iklim, peta tata guna lahan, dan lain sebagainya.

2
II.9. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School Of Business
pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam
memilih alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP merupakan metode
pemecahan suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur pada kelompoknya,
mengatur kelompok-kelompok tersebut menjadi suatu susunan hierarki,
memasukkan nilai numerik guna menggantikan persepsi manusia dengan
melakukan perbandingan relatif dan akhirnya suatu sintesis ditentukan menjadi
elemen yang memiliki prioritas tinggi. Pada umumnya AHP bertujuan untuk
menyusun prioritas dari berbagai alternatif pilihan dan pilihan-pilihan tersebut
bersifat kompleks maupun multikriteria.
Prinsip kerja AHP yaitu dengan melakukan penyederhanaan kompleks
yang tidak terstruktur, strategis, dan dinamik menjadi beberapa bagian serta
melakukan pengurutan dalam suatu hierarki, kemudian tingkat kepentingan setiap
variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut
secara relatif dibandingkan dengan variable lain. Dari berbagai hal tersebut maka
dilakukanlah sintesa guna penetapan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan
menjadi pembobotan dari hasil pada sistem.

II.9.1. Kelebihan metode AHP


Beberapa kelebihan penggunaan metode AHP adalah sebagai berikut :
1. Struktur hirarki AHP sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih hingga
subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhatikan validitas hingga batas toleransi inkonsistensi pada kriteria-
kriteria dan alternatif yang diambil pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan maupun ketahanan keluaran analisis
sensitifitas pembuat keputusan.
Metode AHP memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah multi-
objektif dan multikriteria berdasar perbandingan preferensi dari setiap elemen pada
hierarki. Oleh karena itu, metode AHP menjadi suatu bentuk pemodelan pembuatan
keputusan yang sangat komprehensif.

2
II.9.2. Prosedur metode AHP
Prosedur metode AHP sebagai berikut :
1. Penyusunan hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan
Permasalahan diuraikan menjadi berbagai unsur, yaitu kriteria,
selanjutnya disusun menjadi struktur hierarki seperti pada gambar :

Goal

Criteria

Gambar II.3 Struktur Hirarki Metode AHP


Sumber : Abdhika, 2016

2. Penilaian untuk kriteria-kriteria


Penilaian kriteria dilakukan melalui berbagai perbandingan berpasangan.
Skala yang digunakan adalah skala 1 sampai 9 yang merupakan skala terbaik
dalam pengekspresian pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari
skala perbandingan sebagai berikut :
Tabel II.9 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas Keterangan
Kepentingan
1 Kedua elemen memiliki nilai yang sama.
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen lainnya.
5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya.
7 Satu elemen sangat penting dari elemen lainnya.
9 Elemen satu mutlak penting dari elemen lainnya.
2,4,6,8 Nilai Elemen yang memiliki nilai saling berdekatan
Sumber : Abdhika, 2016

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan


dengan menilai tingkat kepentingan elemen satu terhadap elemen lain. Proses
dimulainya perbandingan berpasangan yaitu dari level hierarki paling atas
yang ditujukan guna memilih kriteria. selanjutnya pengambilan elemen

2
dibandingkan. Sehingga susunan beberapa elemen yang dibandingkan akan
terlihat seperti tabel matriks berikut :
Tabel II.10 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan
A B C
A 1
B 1
C 1
Sumber : Abdhika, 2016

Skala bilangan dari 1 sampai 9 digunakan untuk menentukan nilai


kepentingan relatif antar elemen sepeti pada tabel 2.2. Penilaian dilakukan
oleh pembuat keputusan yang mahir dalam bidang penganalisaan.
Suatu elemen yang dibandingkan dengan dirinya sendiri diberikan nilai
1. Apabila elemen x dibandingkan dengan elemen y menghasilkan nilai
tertentu, maka jika elemen y dibandingkan dengan elemen x merupakan nilai
kebalikannya.
Tabel II.11 Perbandingan Antar Kriteria
Factor Slope Surface water Road Urban
Slope 1 3 3 3
Surface water 1/3 1 2 2
Road 1/3 1/2 1 1
Urban 1/3 1/2 1/1 1
Total 1.99 5 7 7
Sumber : Abdhika, 2016

3
Tabel II.12 Pembobotan Metode AHP
Surface
Factor Slope water Road Urban Total Eigenvector
Slope 1.00/1.99 3.00/5.00= 3.00/7.00 3.00/7.00 1.958 1.958/4.00=
= 0.502 0.600 = 0.428 = 0.428 0.489
Surface
water 0.33/1.99 1.00/5.00= 2.00/7.00 2.00/7.00 0.938 0.938/4.00=
= 0.166 2.00 = 0.286 = 0.286 0.234
Road 0.33/1.99 0.50/5.00= 1.00/7.00 1.00/7.00 0.552 0.552/4.00=
= 0.166 0.100 = 0.143 = 0.143 0.138
Urban 0.33/1.99 0.50/5.00= 1.00/7.00 1.00/7.00 0.552 0.552/4.00=
= 0.166 0.100 = 0.143 = 0.143 0.138
Total 1.000 1.000 1.000 1.000 4.000 1.000
Sumber : Abdhika, 2016

3. Penentuan Prioritas
Perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) dilakukan pada setiap
kriteria. Nilai-nilai perbandingan relatif selanjutnya diolah guna menentukan
peringkat alternatif dari semua alternatif.
Kriteria kualitatif atau kriteria kuantitatif dibandingkan sesuai dengan
penilaian yang ditentukan guna menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot
maupun prioritas dihitung menggunakan manipulasi matriks atau melalui
persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan
berpasangan disintesis guna memperoleh seluruh prioritas melalui beberapa
tahapan sebagai berikut :
a. Penguadratan matriks dari hasil perbandingan berpasangan.
b. Perhitungan jumlah nilai dari setiap baris, selanjutnya melakukan
normalisasi matriks.
4. Konsistensi Logis
Pengelompokkan seluruh elemen secara logis dan diperingkatkan secara
konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.
Langkah-langkah perhitungan konsistensi logis :
a. Perkalian matriks dan prioritas bersesuaian.

3
b. Penjumlahan hasil perkalian perbaris.
c. Pembagian hasil penjumlahan tiap baris dengan prioritas bersangkutan dan
hasilnya dijumlahkan.
d. Pembagian hasil c dengan jumlah elemen, akan diperoleh eigen value (λ
maks).
e. Indeks Konsistensi (CI)=( λ maks-n)/(n-1)
Rasio konsistensi = CI/ RI, dimana RI merupakan indeks random konsistensi.
Apabila rasio konsistensi ≤ 0.1, maka hasil perhitungan data dapat dibenarkan.
Tabel II.13 Nilai Indeks Random
Ukuran Matriks Nilai RI Ukuran Matriks Nilai RI
1,2 0,00 9 1,45
3 0,58 10 1,49
4 0,90 11 1,51
5 1,12 12 1,48
6 1,24 13 1,56
7 1,32 14 1,57
8 1,41 15 1,59
Sumber : Abdhika, 2016

3
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian


Jenis Penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah penelitian Non-
eksperimental atau penelitian yang dilakukan secara tidak langsung, dan lebih
mengarah kepada pengumpulan data.

III.2. Objek Penelitian


Objek Penelitian atau hal yang menjadi sasaran penelitian ini meliputi
rawan banjir, peta, dan Kelurahan Sepinggan Kota Balikpapan.

III.3. Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian merupakan suatu kegiatan mengumpulkan
objek yang digunakan atau diperlukan untuk memenuhi proses penelitian.

III.3.1. Sumber Data


Data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Pengumpulan data primer bertujuan untuk mengumpulkan data-data langsung
dari sumber utama bertujuan sebagai verifikasi hasil dari proses olah data SIG
dan pengambilan validasi data dari para ahli.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk mengumpulkan data-data informasi
terkait penelitian untuk proses SIG. Data sekunder meliputi:
a. Data Digital Batas Administrasi Kota Balikpapan terbaru format shapefile
(*.shp) dengan skala 1:25.000.
b. Data curah hujan tahun 2012-2018.
c. Data digital peta topografi skala 1:2500 Kota Balikpapan.
d. Data digital peta penggunaan lahan Kota Balikpapan.
e. Data digital peta rawan banjir Kota Balikpapan.

3
III.3.2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sebuah sarana penilitian yang berfungsi sebagai
sarana pengumpulan hingga pembuatan sampai penelitian selesai. Alat-alat yang
digunakan dibagi menjadi dua yaitu software dan hardware. Alat-alat yang
digunakan sebagai berikut :
1. Software merupakan alat atau perangkat lunak yang sifatnya menjalankan,
memproses untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Software berbentuk non
fisik sehingga kita tidak dapat melihat bentuknya. Software yang digunakan
untuk penelitian ini antara lain :
a. ArcMap 10.6
b. WPS Writer 10.2
c. WPS Spreadsheets 10.2
2. Hardware merupakan suatu perangkat keras yang digunakan untuk
menjalankan software dimana hardware ini dapat dilihat bentuknya. Hardware
yang digunakan untuk penelitian ini antara lain :
a. Satu unit Laptop
b. Satu unit Mouse
c. Satu unit Kamera Digital

III.3.3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
1. Observasi lapangan langsung
Observasi lapangan bertujuan untuk mendata wilayah atau daerah-daerah yang
terkena dampak banjir.
2. Wawancara
Wawancara kepada masyarakat sekitar yang terkena dampak banjir dan upaya
masyarakat sekitar untuk mengurangi dampak banjir tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi penelitian juga penting untuk membuktikan suatu data.
4. Instansi Pemerintahan
Pengumpulan data-data sekunder ke instansi pemerintahan yang terkait.

3
III.4. Tahap Penelitian
1. Persiapan
Tahap ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan untuk
mempersiapkan bahan-bahan serta alat yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan mengumpulkan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain data digital batas administrasi, data curah hujan, data digital peta topografi, data
digital peta penggunaan lahan, peta rawan banjir, serta observasi lapangan.
3. SIG
Tahap ini merupakan tahapan untuk melihat kembali apakah data yang telah
dilakukan proses digitasi sebelumnya memiliki kesalahan atau tidak. Jika data
tersebut memiliki kesalahan maka perlu dilakukan digitasi ulang. Jika data tersebut
benar maka dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya. setelah melalui proses editing
kemudian dilakukan proses overlay atau penggabungan beberapa data untuk
mendapatkan hasil analisis. Proses overlay dilakukan menggunakan ArcGIS dan
pembobotan didapatkan dari AHP.
4. Analisis Daerah Rawan Banjir
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil overlay maka akan didapatkan
analisis daerah rawan banjir dan kemudian dibandingkan dengan hasil verifikasi
lapangan.
5. Penyajian Kawasan Taksiran Daerah Rawan Banjir
Setelah mendapatkan hasil analisis maka kemudian hasil tersebut disajikan
dalam bentuk kawasan taksiran daerah rawan banjir.

3
III.5. Diagram Alur Penelitian

Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian


Sumber : Olah Data

3
BAB IV

ANALISA PENELITIAN

IV.1. Batas Administrasi Kelurahan Sepinggan


Batas administrasi diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penelitian dan Pengembangan (BAPPEDA) Kota Balikpapan dan revisi dari lurah
Kelurahan Sepinggan. Berdasarkan data yang diperoleh, Kelurahan Sepinggan
berbatasan dengan 4 Kelurahan, 2 Kecamatan dan memiliki 67 RT. Batas wilayah
penelitian adalah Kelurahan Sepinggan, maka dari itu semua data yang di proses di
ArcGIS akan di potong dengan tool Clip. Batas administrasi kelurahan sebagai
berikut:
Tabel IV.1 Batas Administrasi Kelurahan Sepinggan
Batas Kelurahan Kecamatan
Utara Karang Joang Balikpapan Utara
Selatan Sepinggan Raya Balikpapan Selatan
Timur Manggar Balikpapan Timur
Barat Sepinggan Baru Balikpapan Selatan
Sumber : Hasil Olahan
Tabel IV.2 Luas wilayah RT Kelurahan Sepinggan
RT Kelurahan Luas (Ha)
01 Sepinggan 18,72041231
02 Sepinggan 7,026869468
03 Sepinggan 2,443383494
04 Sepinggan 5,917488628
05 Sepinggan 32,15865954
06 Sepinggan 49,62609017
07 Sepinggan 47,60381558
08 Sepinggan 35,53546302
09 Sepinggan 3,63815363
10 Sepinggan 26,73328737
11 Sepinggan 7,400203596
12 Sepinggan 3,326527316
13 Sepinggan 6,44380972
14 Sepinggan 1,824711587
15 Sepinggan 4,977100202

3
Tabel IV.2a Lanjutan
RT Kelurahan Luas (Ha)
16 Sepinggan 2,797565744
17 Sepinggan 14,96939738
18 Sepinggan 19,87467548
19 Sepinggan 5,609891441
20 Sepinggan 5,245955423
21 Sepinggan 7,381036749
22 Sepinggan 3,284249587
23 Sepinggan 2,43743608
24 Sepinggan 1,362441004
25 Sepinggan 5,596309942
26 Sepinggan 2,891283859
27 Sepinggan 3,244903195
28 Sepinggan 1,783560974
29 Sepinggan 4,247548329
30 Sepinggan 3,842701096
31 Sepinggan 9,269605626
32 Sepinggan 6,23284791
33 Sepinggan 6,350655479
34 Sepinggan 3,648493384
35 Sepinggan 1,378176587
36 Sepinggan 3,288935114
37 Sepinggan 3,837738823
38 Sepinggan 2,672549116
39 Sepinggan 8,764305081
40 Sepinggan 3,153867276
41 Sepinggan 3,037867836
42 Sepinggan 7,427727781
43 Sepinggan 3,129999601
44 Sepinggan 30,93057642
45 Sepinggan 13,32215042
46 Sepinggan 17,04128518
47 Sepinggan 4,6839081
48 Sepinggan 16,34235249
49 Sepinggan 77,95979081
50 Sepinggan 69,09708827
51 Sepinggan 4,469567236
52 Sepinggan 7,277198163
53 Sepinggan 21,46780412
54 Sepinggan 6,200278014

3
3
Sumber : Hasil Olahan
Tabel IV.2b Lanjutan

RT Kelurahan Luas (Ha)


55 Sepinggan 4,129944669
56 Sepinggan 7,407023926
57 Sepinggan 7,17170339
58 Sepinggan 5,60125696
59 Sepinggan 5,63704339
60 Sepinggan 52,6167786
61 Sepinggan 1,344441204
62 Sepinggan 15,04894456
63 Sepinggan 9,29254647
64 Sepinggan 42,28206006
65 Sepinggan 2,487010994
66 Sepinggan 2,273138755
67 Sepinggan 15,51365163
Total 839,7352454

4
Gambar IV.1 Peta Administrasi

4
Sumber : Hasil Pengolahan Data
IV.2. Kondisi Topografi
Kemiringan lereng salah satu parameter atau faktor yang mempengaruhi
perhitungan rawan banjir. Kelerengan adalah kenampakan permukaan alam yang
memiliki beda tinggi. Apabila dua tempat yang memiliki beda tinggi dibandingkan
dengan jarak lurus mendatar, maka akan diperoleh besarnya kelerengan.
Luas area penelitian berdasarkan persen kemiringan lereng dapat dapat di lihat di
Tabel IV.3. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, wilayah penelitian memiliki
kemiringan lereng yang bervariasi antara 0% sampai dengan lebih dari 45%.
Berikut proses SIG untuk membuat peta kelerengan:
1. Data kontur di konversi ke raster menggunakan tool polyline to raster.
2. Buat kelerengan dengan tool slope.
3. Klasifikasi hasil proses slope dengan tool reclass dengan nilai menyesuaikan
dengan tabel II.8.
4. Buat layout untuk menghasilkan peta tematik

Tabel IV.3 Luas Wilayah Penelitian Berdasarkan Persentase Kelerengan.


Kelerangan Luas Persentase
(%) (Ha) (%)
0-8 239,610983 28,534
8 - 15 218,885678 26,066
15 - 25 245,955422 29,290
25 - 45 128,108238 15,256
> 45 7,174924 0,854
Luas Total 839,735246 100
Sumber : Hasil Olahan

4
Gambar IV.2 Peta Kemiringan Lereng

4
Sumber : Hasil Pengolahan Data
IV.3. Analisis Curah Hujan Rencana
Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
melalui stasiun pengamatan hujan. Dalam penelitian ini, data curah hujan yang
digunakan adalah data curah hujan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika, dengan periode 10 tahun,dari bulan April tahun 2008, sampai dengan
bulan Maret tahun 2018.

IV.3.1. Perhitungan Curah Hujan Rencana


Langkah pertama yang dilakukan adalah konfigurasi data curah hujan,untuk
menentukan Standar Deviasi.
Tabel IV.4 Data Curah Hujan Kota Balikpapan Tahun 2008-2012
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Januari 71,40 215,90 218,80 175,63 254,20
Februari 223,60 203,70 248,00 224,40 293,53
Maret 323,80 290,50 210,20 253,50 244,20
April 256,30 161,30 342,90 255,00 181,80
Mei 259,40 103,00 262,20 232,10 483,40
Juni 454,30 157,00 337,50 424,40 230,20
Juli 705,10 259,60 275,00 122,60 361,80
Agustus 308,80 93,10 76,70 128,30 165,60
September 291,70 64,40 182,00 355,00 76,90
Oktober 220,10 144,70 369,70 198,82 203,00
Nopember 346,10 178,60 241,50 247,80 243,80
Desember 324,70 338,00 222,90 330,80 176,00
Jumlah 5793,30 4218,80 4997,40 4959,35 4926,43
Rata-Rata 482,78 351,57 416,45 413,28 410,54
Curah Hujan
705,10 338,00 369,70 424,40 483,40
Maksimum
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Balikpapan

4
Tabel IV.5 Data Curah Hujan Kota Balikpapan Tahun 2013-2018
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Januari 190,00 199,60 267,90 67,80 221,20 254,40
Februari 515,90 98,00 329,10 172,30 104,30 217,70
Maret 36,80 256,10 182,80 189,60 340,00 412,20
April 205,00 271,50 220,50 101,00 195,40
Mei 259,40 146,80 199,70 202,10 535,40
Juni 191,20 246,30 509,80 92,00 250,90
Juli 205,30 242,20 114,50 243,90 325,50
Agustus 328,70 187,30 69,10 44,80 430,40
September 165,10 21,20 0,00 195,70 266,50
Oktober 146,60 164,30 37,50 203,00 115,70
Nopember 442,40 145,80 111,80 288,00 281,70
Desember 220,40 421,90 112,70 538,42 272,10
Jumlah 4919,80 4415,00 4170,40 4354,62 5356,10 2902,30
Rata-Rata 409,98 367,92 347,53 362,89 446,34 241,86
Curah
Hujan 515,90 421,90 509,80 538,42 535,40 412,20
Maksimum
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Balikpapan
Rumus untuk menentukan Standar Deviasi menggunakan persamaan (II.7) dan
persamaan (II.8).

Σ(𝑋𝑋i − Ṝ)²
Sx = �
𝑛𝑛 − 1
Σ 𝑋𝑋i
Ṝ=
𝑛𝑛
dengan:
Sx = Standar Deviasi
ƩXi = Jumlah data curah hujan rata-rata dengan periode ulang n-tahun
Ṝ = Nilai rata-rata dari hujan
n = periode ulang

4
Tabel IV.6 Tabel Konfigurasi Data Curah Hujan
Curah Hujan
Tahun
NO Maksimum- Ṝ Xi - Ṝ (Xi - Ṝ)²
Pengamatan(N)
Xi (mm)
1 2008 705,1 525,422 179,678 32.284,184
2 2009 338 525,422 -187,422 35.127,006
3 2010 369,7 525,422 -155,722 24.249,341
4 2011 424,4 525,422 -101,022 10.205,444
5 2012 483,4 525,422 -42,022 1.765,848
6 2013 515,9 525,422 -9,522 90,668
7 2014 421,9 525,422 -103,522 10.716,804
8 2015 509,8 525,422 -15,622 244,047
9 2016 538,42 525,422 12,998 168,948
10 2017 535,4 525,422 9,978 99,560
11 2018 412,2 525,422 -113,222 12.819,221
Ʃ 10 5254,22 127.771,074
*Curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum
dihitung mulai April 2008
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan perhitungan pada tabel, maka standar deviasi dapat dihitung sebagai
berikut.

(127.771,074) 2
Sx = = 119,1502663
10 - 1

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah perhitungan distribusi pada curah


hujan dengan menggunakan metode EJ.Gumbel. Rumus metode EJ.Gumbel
adalah:

RT = Ṝ + K.Sx
dengan :
RT = hujan rencana (mm)
Ṝ = nilai rata-rata dari hujan
Sx = Standar deviasi dari data hujan
K = Faktor frekuensi Gumbel
Faktor frekuensi k didapat dengan menggunakan persamaan :

Ytr − Yn
K=
Sn
4
dengan :
Yn = Reduced Mean.
Sn = Reduced Standard Deviation.
Ytr = Reduced Variate.
Berdasarkan tabel Reduced Mean (Yn) yang merupakan tabel (II.4), Reduced
Standard Deviation (Sn) yang merupakan tabel (II.5), dan Reduced Variate (Ytr)
yang merupakan tabel (II.6), untuk curah hujan dengan kala ulang 10 tahun (n = 10),
maka didapat nilai:
Reduced Mean (Yn) = 0,5035
Reduced Standard Deviation (Sn), = 0,9833
Reduced Variate (Ytr) = 2,2519
Berdasarkan tabel konfigurasi curah hujan, maka didapat nilai standar deviasi
sebesar 119,1502663, maka curah hujan dengan periode ulang tertentu dapat
diketahui sebagai berikut.
RT = Ṝ + K.Sx
𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌 − 𝑌𝑌𝑌𝑌
RT = Ṝ + 𝑥𝑥 Sx
𝑆𝑆𝑆𝑆
Berikut adalah contoh perhitungan curah hujan untuk T = 2 tahun dan T = 5 tahun.
Untuk T = 2 tahun:
0,3668 - 0,5035
R2 = 525,422 + ×119,1502663
0,9833
R2 = 508,8575
Untuk T = 5 tahun:
1,5004 - 0,5035
R5 = 525,422 + ×119,1502663
0,9833
R5 = 525,2358
Seluruh perhitungan curah hujan rencana dapat dilihat pada tabel berikut

4
Tabel IV.7 Tabel Perhitungan Periode Ulang Curah Hujan Rencana

T Ṝ Ytr Yn Sn K Sx K.Sx RT

2 525,422 0,3668 0,5035 0,9833 -0,1390 119,1503 -16,5645 508,8575


5 525,422 1,5004 0,5035 0,9833 1,0138 119,1503 120,7982 646,2202
10 525,422 2,2519 0,5035 0,9833 1,7781 119,1503 211,8604 737,2824
20 525,422 2,9709 0,5035 0,9833 2,5093 119,1503 298,9844 824,4064
Sumber: Hasil Perhitungan

IV.3.2. Intensitas Curah Hujan


Dalam penelitian ini, grafik intensitas curah hujan dibuat dengan menggunakan
rumus Mononobe,
𝑅𝑅24 24 2/3
𝐼𝐼 = 𝑥𝑥 � �
24 𝑡𝑡
I = intensitas curah hujan (mm/jam).
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
t = lamanya curah hujan (jam)
Berikut adalah contoh perhitungan intensitas curah hujan dengan lama 1 jam,
dengan curah hujan maksimum periode ulang 20 tahun.
𝑅𝑅24 24 2/3
𝐼𝐼 = 𝑥𝑥 � �
24 𝑡𝑡
2/3
824,406  24 
I= x  = 285,806 mm/jam
24  1 
Tabel IV.8 Tabel Perhitungan Intensitas Hujan

Lama Intensitas Hujan mm/jam


Hujan t
(Jam) RT = 2 Tahun RT = 5 Tahun RT = 10 Tahun RT = 20 Tahun
508,858 646,220 737,282 824,406
1 176,411 224,032 255,602 285,806
2 111,132 141,131 161,019 180,046
3 84,810 107,703 122,880 137,401
4 70,009 88,907 101,436 113,422

4
Tabel IV.8a Lanjutan
Intensitas Hujan mm/jam
Lama
Hujan t RT = 2 Tahun RT = 5 Tahun RT = 10 Tahun RT = 20 Tahun
(Jam)
508,858 646,22 737,282 824,406
5 60,332 76,618 87,414 97,744
6 53,427 67,849 77,41 86,557
7 48,209 61,223 69,85 78,104
8 44,103 56,008 63,9 71,451
9 40,772 51,778 59,075 66,056
10 38,007 48,266 55,068 61,575
11 35,667 45,295 51,678 57,784
12 33,657 42,742 48,765 54,528
13 31,908 40,521 46,231 51,694
14 30,37 38,568 44,003 49,202
15 29,004 36,834 42,025 46,991
16 27,783 35,283 40,255 45,012
17 26,682 33,885 38,66 43,229
18 25,685 32,618 37,215 41,612
19 24,776 31,464 35,897 40,139
20 23,943 30,406 34,69 38,79
21 23,176 29,433 33,58 37,548
22 22,469 28,534 32,555 36,402
23 21,813 27,701 31,604 35,339
24 21,202 26,926 30,72 34,35
Sumber: Hasil Perhitungan

Grafik Hubungan Intensitas Curah Hujan Dengan


Lamanya Curah Hujan
350

300

250
2 Tahun
200
5 Tahun
150 10 Tahun

100 20 Tahun

50

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Gambar IV.3 Grafik Hubungan Intensitas Curah Hujan Dengan Lamanya Curah Hujan
Sumber : Hasil Perhitungan

4
5
IV.3.3. Sebaran Hujan (Metode Isohyet)
Sebaran Hujan dibuat menggunakan proses SIG di ArcGIS, Langkah proses
sebagai berikut:
1. Buat titik stasiun hujan serta informasi curah hujan maksimum sebagai nilai
untuk ketinggian titik stasiun hujan tersbut.
2. Proses feature point menjadi DEM dengan tool IDW (Inverse Distance
Weighted)
3. Konversi data DEM ke Vektor dengan tool raster to polygon.
4. Beri informasi kelas sesuai dengan klasifikasi dari BMKG SAMS
Balikpapan.
5. Buat peta tematik

Tabel IV.9 Stasiun Hujan


Curah
Elevasi No. Jenis
Nama Stasiun Longitude Latitude Hujan Tahun
(m) Stasiun Stasiun
(mm)
Pos
Teritip 117,007 -1,159 30 64710101a Hujan 544 2017
Bersama
Pos
Karang Joang 116,871 -1,266 10 64710301a Hujan 412 2017
Bersama
Stasiun Geofisika
116,915 -1,255 31 96635 UPT 480 2017
Balikpapan
Stasiun Meteorologi
Sultan Aji
116,900 -1,260 3 96633 UPT 535,4 2017
Muhammad
Sulaiman Sepinggan
Sumber: BMKG SAMS Balikpapan

Tabel IV.10 Tabel Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata Metode Isohyet


Luas Bagian Luas Total Koefisien Curah Hujan Bagian
Isohyet (mm)
(Km2) (Km2) Isohyet (mm)

480 1,044 8,397 0,1243 59,681


485 1,702 8,397 0,2027 98,308
490 2,169 8,397 0,2583 126,560
495 2,749 8,397 0,3273 162,027
500 0,428 8,397 0,0509 25,473
505 0,152 8,397 0,0181 9,123
510 0,099 8,397 0,0118 6,015
515 0,047 8,397 0,0056 2,859
520 0,008 8,397 0,0010 0,516
Hujan Rata-Rata 490,56
Sumber: Hasil Perhitungan

5
5
Gambar IV.4 Peta Sebaran Hujan Ishoyet

5
Sumber : Hasil Pengolahan Data
IV.3.4. Perhitungan Debit
Tabel IV.11 Tabel Perhitungan Koefisien Limpasan
Koefisien
Luas
No. Guna Lahan Limpasan C*A
(Km2)
(C)
1. Tanah Kosong/Gundul
a. Datar 0-2% 0,043130803 0,17 0,007332237
b. Rata-rata 2-7% 0,034188922 0,22 0,007521563
c. Curam >7% 0,603358265 0,25 0,150839566
2. Semak Belukar 4,053229627 0,50 2,026614814
3. Tegalan/Ladang 0,028610366 0,60 0,01716622
Permukiman dan
4. 3,173623164 0,75 2,380217373
Tempat Kegiatan
5. Hutan Sekunder
a. Datar 0-5% 0,015347369 0,40 0,006138948
b. Bergelombang 5-10% 0,024801741 0,50 0,012400871
c. Berbukit 10-30% 0,312999310 0,60 0,187799586
6. Sungai 0,007748461 0,95 0,007361038
7. Danau/Situ 0,006483119 0,95 0,006158963
8. Pekebunan/Kebun 0,064026272 0,60 0,038415763
9. Padang Rumput 0,029798087 0,50 0,014899044
Jumlah 8,397345508 4,862865984
Sumber: Hasil Perhitungan

Koefisien limpasan gabungan (C) =


∑ (C x A) = 4,862865984
= 0,579
∑A 8,397345508

Debit dihitung dengan rumus rasional Q 0,278 CIA, Perhitunan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel IV.12 Tabel Perhitungan Debit
Periode Probabilitas Luas (A) Intensitas Debit (Q)
RT
Ulang (T) (1/T) Km2 (I) m3/s
2 0,500 508,8575 8,397 176,4110534 238,4368
5 0,200 646,2202 8,397 224,0320414 302,8012
10 0,100 737,2824 8,397 255,6015302 345,4705
20 0,050 824,4064 8,397 285,8057384 386,2944
Sumber: Hasil Perhitungan

5
IV.4. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan kelurahan Sepinggan sebagian besar adalah semak belukar


dimana berdasarkan kelas faktor pengaruh banjir semak belukar adalah kelas 3 dari
5 kelas.

Tabel IV.13 Luas Wilayah Penelitian Berdasarkan Penggunaan Lahan


Luas Persentase
No. Guna Lahan
(Ha) (%)
1. Tanah Kosong/Gundul 68,06779912 8,11
2. Semak Belukar 405,3229627 48,27
3. Tegalan/Ladang 2,861036593 0,34
Permukiman dan Tempat
4. 317,3623164 37,79
Kegiatan
5. Hutan Sekunder 35,31484208 4,21
6. Sungai 0,774846117 0,09
7. Danau/Situ 0,648311929 0,08
8. Pekebunan/Kebun 6,402627150 0,76
9. Padang Rumput 2,97980871 0,35
Jumlah 839,7345508 100
Sumber : Hasil Olahan

5
Gambar IV.5 Peta Penggunaan Lahan

5
Sumber : Hasil Pengolahan Data
IV.5. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pembobotan dari 3 parameter banjir didapatkan dari hasil proses perhitungan AHP.
Kuisoner diberikan kepada responden Bambang Subagya, S.Sos sebagai lurah
Kelurahan Sepinggan

Tabel IV.14 Perhitungan Data Kuisoner AHP


Land Use Rainfall Slope
Land Use 1,00 1,00 2,00
Rainfall 1,00 1,00 2,00
Slope 0,50 0,50 1,00
∑ 2,50 2,50 5,00
Sumber : Hasil Olahan

Tabel IV.15 Matriks Pairwase Comprasion


Jumlah Eigen
Land Use Rainfall Slope
Baris Vektor
Land Use 0,400 0,400 0,400 1,200 0,400
Rainfall 0,400 0,400 0,400 1,200 0,400
Slope 0,200 0,200 0,200 0,600 0,200
∑ 1,000 1,000 1,000 3,000 1,000
Sumber : Hasil Olahan

Tabel IV.16 Hasil Matriks Pairwase Comprasion


Jumlah Eigen
Hasil Keterangan Bobot
Baris Vektor
Land Use 1,200 0,400 0,480 Penting 0,480
Rainfall 1,200 0,400 0,480 Penting 0,480
Slope 0,600 0,200 0,120 Rata-rata 0,120
Sumber : Hasil Olahan

Rasio konsistensi = CI/ RI, dimana RI merupakan indeks random konsistensi.


Rasio Konsistensi = 0/0.58 = 0
karena rasio konsistensi ≤ 0.1, maka hasil perhitungan data dapat dibenarkan.

5
IV.6. Infrastruktur (Pendidikan, Kesehatan, Sosial, dan Keagamaan)

Keberadaan berbagai jenis infrastruktur dasar suatu wilayah adalah salah satu
terselenggaranya layanan publik. Keberadaan infrastruktur ini telah teridentifikasi
dengan melakukan observasi lapangan. Bencana banjir tentulah akan mengganggu
kegiatan atau pelayanan-pelayanan publik. Oleh karena itu dibutuhkan Peta
Infrastruktur untuk mendapatkan informasi jumlah infrastruktur.

Tabel IV.17 Infrastruktur Kelurahan Sepinggan.


Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Perdagangan Lapangan Pemaka
RT Taman
Pendidikan Ibadah Keamanan Kesehatan Sosial & Jasa Olahraga man
1 1 1 1

2 2 1
3
4 1
5 2 1 1 1
6 1 1
7 3 1
8 1
9 1
10 6 2 1 1
11 1 2
12 1
13
14 1 1 1
15 2
16 1
17 1
18 1 1
19 1
20 1
21 1 1 2 2 1
22 1 2 2 2
23 1 1
24
25 1
26 1 1
27 1 2
28 1
29

5
Tabel IV.17a Lanjutan
Fasilitas
Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Perdagangan Lapangan Pemaka
RT Kesehata Taman
Pendidikan Ibadah Keamanan Sosial & Jasa Olahraga man
n
30 1
31 1
32 1 1
33 2 1 1 1
34 1
35
36
37 2 1
38
39
40
41 1 1 1
42
43
44 1
45
46 1
47 1 1 1
48 3 1
49 1 1
50 1
51
52 1
53 2 1
54 1 1
55 1 1 1 1 1
56 1 1 1
57 1 1
58 1
59 1
60 1 2 1 1 1
61 1 1
62 1 1
63 3 1 1
64 1
65
66
67
∑ 39 45 13 19 1 6 4 2 1
Sumber : Hasil Olahan

5
6
Tabel IV.18 Jumlah Infrastruktur Kelurahan Sepinggan
Fasilitas Jumlah
Perguruan Tinggi 1
SLTA 2
SMP 1
SD 7
PAUD & TK 16
TPQ 9
Pondok Pesantren 1
Kursus 2
Masjid 26
Langgar/Mushola 14
Gereja 5
Apotek 5
Klinik 1
Posyandu 13
Poskamling 12
Kantor Polisi 1
Pemakaman Khusus 2
Panti Jompo 1
Sumber : Hasil Olahan

6
Gambar IV.7 Peta Sebaran Infrastruktur

6
Sumber : Hasil Pengolahan Data
IV.7. Kepadatan Bangunan

Untuk menghitung kepadatan bangunan, digunakan analisis spasial pada perangkat


lunak ArcGIS, dimana sebelumnya dilakukan digitasi bangunan terlebih dahulu
dari peta foto. Bangunan dalam bentuk fitur poligon dikonversi dengan tool di
ArcGIS menjadi fitur poin, sehingga masing-masing bangunan diwakili oleh satu
titik. Metode yang digunakan untuk analisis secara spasial kepadatan bangunan ini
adalah Kernel Density yaitu tool ArcGIS yang mempunyai fungsi menghitung
kepadatan fitur di lingkungan sekitar fitur tersebut. Ini dapat dihitung untuk fitur
titik dan garis.

Tabel IV.19 Kepadatan Bangunan.


Kelas Kepadatan Persentase
No Luas (Ha)
Bangunan Kepadatan
1 0-5 43,762 5,21%
2 5 - 10 433,061 51,57%
3 10 - 15 94,468 11,25%
4 15 - 20 29,593 3,52%
5 20 - 25 19,359 2,31%
6 25 - 30 82,348 9,81%
7 30 - 35 69,715 8,30%
8 35 - 40 48,321 5,75%
9 40 - 45 13,160 1,57%
10 45 - 50 4,866 0,58%
11 50 - 51,069 1,082 0,13%
Jumlah 839,7352454 100%
Sumber : Hasil Olahan

KDB = (111,970 / 839,735) x 100% = 13,334 %

6
Gambar IV.8 Peta Kepadatan Bangunan

6
Sumber : Hasil Pengolahan Data
IV.8. Daerah Rawan Banjir
Analisa daerah rawan banjir Kelurahan Sepinggan Kota Balikpapan dilakukan
dengan menggunakan data hasil analisis SIG dengan menggunakan metode skoring
overlay intersection dimana hasil skoring nanti akan diberi bobot dari metode
Analytic Hierarchy Process (AHP) matriks Pairwase Comparison. Hasil dari
proses semua anlisa yaitu AHP dan skoring overlay intersection.
Berikut proses SIG untuk mendapatkan daerah rawan banjir:
1. Proses 3 parameter banjir dengan overlay intersection menggunakan tool
intersect menjadi feature intersect banjir
2. Buat 2 field baru di feature intersect banjir untuk bobot AHP dan Kelas Rawan
Banjir.
3. Masukkan nilai pembobotan AHP dengan cara field calculator dikolom bobot
AHP dengan rumus[(0,48*Landuse)+(0,48*Rainfall)+(0,12*Slope)]
4. Masukkan Kelas Rawan dengan Field calculator di kolom kelas AHP dengan
menyesuaikan persamaan II.1.
5. Bentuk Layout menjadi peta tematik.

Dan Proses SIG untuk mendapatkan luas daerah yang terkena banjir sebagai berikut
:
1. Proses feature intersect banjir dengan tool dissolve berdasarkan kelas rawan
untuk menggabungkan feature yang sama kelas banjirnya menjadi satu
kesatuan feature.
2. Buat field baru untuk luas kemudian calculate geometry data dalam luasan Km2

6
Gambar IV.9 Grafik Lingkaran Daerah Rawan Banjir
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel IV.20 Kerawanan Banjir.


Level Luas Km2
Paling Aman 0,32695
Aman 2,29852
Terancam 2,27639
Rawan 3,48126
Sangat Rawan 0,01423
Sumber : Hasil Pengolahan Data

6
Gambar IV.9 Kawasan Taksiran Daerah Rawan Banjir

6
Sumber : Hasil Pengolahan Data
6
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1.Kesimpulan
Dari hasil penilitian mengenai prediksi daerah kerawanan banjir Kelurahan
Sepinggan dapat disimpulkan seperti berikut :
1. Dari hasil overlay intersection dan diberi bobot oleh hasil AHP didapatkan
kerawanan banjir dari yang paling aman sampai sangat rawan. Luas daerah
yang paling aman 3.89%, aman 27.37%, terancam 27.11%, rawan 41.46%, dan
sangat rawan 0.17%
2. Bobot yang didapatkan dari perhitungan AHP untuk parameter penggunaan
lahan (0,480), curah hujan (0,480), kelerengan (0,120)
3. Curah hujan di Kelurahan Sepinggan periode ulang 2 tahun = 508,8575 dengan
debit 238,4368 m3/det, 5 tahun = 646,2202 mm dengan debit 302,8012 m3/det,
10 tahun = 737,2824 mm dengan debit 345,4705 m3/det, 20 tahun = 824,4064
mm dengan debit 386,2944 m3/det. Curah hujan rata-rata Kelurahan Sepinggan
dengan menggunakan metode isohyet adalah 490,56mm.

V.2.Saran
Dari hasil penelitian ini didapatkan saran seperti :
1. Diharapkan parameter yang digunakan agar diperbanyak seperti jenis tanah,
morfologi sungai atau saluran, iklim, pasang surut air laut yang terupdate
sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat dan dapat digunakan untuk
monitoring daerah-daerah yang berpotensi terkena dampak banjir secara
berkelanjutan.
2. Hasil dari analisis tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk WEB dan real time
sehingga dapat digunakan untuk mengantisipasi daerah yang terkena dampak
banjir dengan memasukkan parameter yang berubah-ubah seperti curah hujan
dan penggunaan lahan.

6
3. Selain pengaruh alam, pengaruh aktivitas manusia juga berpengaruh terhadap
banjir, maka perlu mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan dan alih
fungsi lahan yang tertata serta terencana dengan baik.
4. Perlu studi kasus secara struktural di daerah rawan banjir untuk mendapatkan
solusi secara tepat dan akurat.

7
DAFTAR PUSTAKA

H. Hamdani, Sulwan Permana dan Adi Susetyaningsih, Analisa Daerah Rawan


Banjir Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus
Pulau Bangka), Jurnal Konstruksi, 12(1):2302-7312, 2014.
N Fitriyani, Analisis Terkait Hujan Sangat Lebat (128,1mm) di Balikpapan (30
Maret 2017), (http://www.bmkg.go.id/artikel/?id=ezqq4675304jgye63537,
diakses 26 juni 2006)
DS Sholahuddin, SIG untuk memetakan daerah banjir dengan metode skoring dan
pembobotan (Studi Kasus Kabupaten Jepara), Jurnal Sistem Informasi,
Jurnal_14777, 2015
Liona Dwi Sarisa, Analisa Spasio-Temporal Hujan Rancangan dan Hujan Rerata
di Provinsi Lampung, Tesis, Fakultas Teknik UNILA, 2017.
Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2004
Hartono Rony, Kajian Terhadap Sistem Drainase Pada Jalan Z. A. Maulani
Kelurahan Damai Bahagia Kota Balikpapan (Studi Kasus Depan Kampus
Stikom Balikpapan, Skripsi, Teknik Sipil FTSP UNIBA, 2017.
Setiawan Hendri, Analisis pengaruh penggunaan lahan terhadap erosi dan
sedimentasi DAS Way Seputih Hulu menggunakan model SWAT, Skripsi,
Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2017.
Sunaryo, D. K. 2015. Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya. Malang:
Institut Teknologi Nasional Malang.
Setyawan, D.A., Pengantar Sistem Informasi Geografis (Manfaat SIG dalam
Kesehatan Masyarakat). Program Studi Diploma IV Kebidanan
Komunitas. Politeknik Kesehatan Surakarta, 2014
Prahasta Eddy, Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar. Bandung:
CV. Informatika, 2009.
Prahasta Eddy, Sistem Informasi Geografis. Edisi Revisi, Cetakan Kedua.
Bandung: CV. Informatika, 2005.
Prahasta Eddy, Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView. Bandung: CV.
Informatika, 2002.
Harseno Edy, Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Pemetaan Batas
Administrasi, Tanah, Geologi, Penggunaan Lahan, Lereng, Daerah
Istimewa Yogyakarta Dan Daerah Aliran Sungai Di Jawa Tengah
Menggunakan Software ArcView GIS. Fakultas Teknik Sipil. UKRIM
Yogyakarta, 2007.
Andi Ikmal Mahardy, Analisis Dan Pemetaan Daerah Rawan Banjir Di Kota
Makassar Berbasis Spatial, Skripsi, Teknik Sipil Unhas, 2014.

7
Sitorus, Oloan, Modul MKK-4/2 SKS/Modul I-IV Kartografi. Kementrian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional, Sekolah Tinggi Pertahanan
Nasional, 2014
Nursa’ban, E. S. M., Kartografi Dasar. Program Studi Pendidikan Geografi FISE.
UNY., 2010
R. Abdhika, Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Untuk Prediksi Daerah Rawan Banjir Di Kota
Semarang, Skripsi, Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer UDINUS,
2016.
Anonim, Wilayah Administrasi Kota Balikpapan
(http://balikpapan.go.id/read/96/wilayah-administrasi,diakses 4 Maret 2018)
Anonim, Peta Administrasi Kota Balikpapan
(https://petatematikindo.wordpress.com/2014/04/07/administrasi-kota-
balikpapan/,diakses 4 Maret 2018)

7
DOKUMENTASI LAPANGAN

Gambar 1 Pengumpulan Data di Kelurahan Sepinggan


Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 2 Pengumpulan Data di Kelurahan Sepinggan


Sumber : Dokumentasi Penulis

7
Gambar 3 Pengumpulan Data di BAPPEDA Balikpapan
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 4 Pengumpulan Data di BAPPEDA Balikpapan


Sumber : Dokumentasi Penulis

7
Gambar 5 Pengumpulan Data di BMKG Stasiun Meteorologi SAMS
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 6 Survey Lapangan Infrastruktur di Kelurahan Sepinggan


Sumber : Dokumentasi Penulis

7
Gambar 7 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Daksa Raya
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 8 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Daksa Raya


Sumber : Dokumentasi Penulis

7
Gambar 7 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Sepinggan Baru
(Pasar Sepinggan)
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 8 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Sepinggan Baru


(Depan Polsek Balikpapan Selatan)
Sumber : Dokumentasi Penulis

7
Gambar 9 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Sepinggan Baru
(Depan Polsek Balikpapan Selatan)
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 10 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Sepinggan Baru


(Jalan Sepinggan Baru)
Sumber : Dokumentasi Penulis

7
Gambar 11 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Sepinggan Baru
(Jalan Sepinggan Baru)
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 12 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Sepinggan Baru


(Jalan Sepinggan Baru)
Sumber : Dokumentasi Penulis

7
Gambar 13 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Sepinggan Baru
(Jalan Taman Sepinggan)
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 14 Survey Lapangan Daerah Rawan Banjir di Jalan Sepinggan Baru


(Jalan Taman Sepinggan)
Sumber : Dokumentasi Lurah

8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
1
2
3
4
5
6
7

Anda mungkin juga menyukai