Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH OJEK ONLINE TERHADAP EKSISTENSI ANGKUTAN


UMUM KOTA DI CIANJUR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Persetujuan


Penyusunan Skripsi di prodi pendidikan geografi

Oleh
Risnanda Naufal Izdihar
NIM 1601537

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI


PROGRAM SUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
Daftar Isi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 8
A. Transportasi ................................................................................................... 10
1. Pengertian Transportasi .............................................................................. 10
2. Fungsi dan Manfaat Transportasi ............................................................... 10
B. Pengertian Moda Transportasi Darat ............................................................. 12
C. Transportasi Kota ........................................................................................... 13
1. Angkutan Jalan Raya.................................................................................. 13
2. Angkutan diatas rel .................................................................................... 14
D. Angkutan Perkotaan ....................................................................................... 14
E. Jaringan Jalan ................................................................................................. 14
F. Konsep Pemilihan Rute ................................................................................. 18
G. Sarana dan Prasarana Transportasi ................................................................ 19
H. Kemacetan Lalu Lintas .................................................................................. 20
I. Sistem Informasi Geografis ........................................................................... 20
1. Pengertian Sistem Informasi Geografis ..................................................... 20
2. Sistem Informasi Geografis untuk Transportasi ........................................ 21
3. Analisis Jaringan Pada Sistem Informasi Geografis .................................. 21
J. Teori Konektivitas ......................................................................................... 21
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 23
A. Lokasi Penelitian............................................................................................ 23
B. Metode Penelitian .......................................................................................... 23
C. Pendekatan Geografi ...................................................................................... 23
D. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 24
1. Populasi ...................................................................................................... 24
2. Sampel ........................................................................................................ 26
E. Tahap Penelitian ............................................................................................ 30
F. Variabel Penelitian ......................................................................................... 31
G. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 31
H. Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 32
I. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 33
J. Alur Penelitian ............................................................................................... 36
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi
masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan
geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang
terdiri dari sebagian besar laut, sungai dan danau yang memungkinkan
pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau
seluruh wilayah Indonesia. Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad (1998,
hlm 7)
Moda transportasi umum yang tersedia saat ini meliputi moda transportasi
tradisional seperti delman dan becak yang masih menggunakan tenaga hewan dan
manusia sebagai alat penggeraknya, dan moda transportasi modern seperti bus
kota, angkutan umum kota, Taksi, ojek pangkalan, dan yang sedang ramai
dikalangan publik adalah Anguktan umum online, Pesawat terbang, Perahu
maupun Kapal laut. Dengan beragamnya pilihan moda transportasi angkutan
umum saat ini, masyarakat pasti memperhitungkan segi ekonomis, kenyamanan,
keamanan dan efisiensi dalam menggunakan moda transportasi tersebut.
Sebagaimana diungkapkan Kurniawan (2010, hlm 4). Kebutuhan masyarakat yang
dapat bergerak dengan cepat, nyaman dan aman bergerak dari satu tempat ke
tempat lain. Kebutuhan tersebut akan dapat terpenuhi, bilamana didukung oleh
tersedianya alat transportasi yang memadai dan adanya penjaminan sistem
keselamatan yang baik dalam arti, jumlah alat transportasi yang disediakan
seimbang dengan jumlah kebutuhan masyarakat dan adanya jaminan keselamatan
dalam berlalu lintas dan angkutan jalan raya.
Kebutuhan manusia yang beragam, mendorong permintaan dan penawaran
moda transportasi begitu tinggi dan mendorong beragam moda transportasi
muncul untuk memenuhi segala aspek yang dibutuhkan. Sebagaimana
diungkapkan oleh Nasution (2004, hlm 15) menyatakan bahwa permintaan jasa
transportasi ini akan timbul apabila ada hal-hal di balik permintaan itu, misalnya
keinginan untuk rekreasi, keinginan untuk ke sekolah atau untuk berbelanja,
keinginan untuk menengok keluarga yang sakit dan sebagainya. Oleh karena itu,
untuk penawaran jasa transportasi dilihat dari aspek kapasitas fasilitas transportasi
yang mampu melayani permintaan transportasi.
Angkutan umum perkotaan merupakan satu dari beragam jenis moda
transportasi yang berfungsi sebagai alat pengangkut manusia yang ingin
melakukan perpindahan dari satu tempat menuju tempat lain untuk tujuan tertentu.
Warpani (2002, hlm 44) mengemukakan bahwa angkutan perkotaan membentuk
jaringan pelayanan antar kota yang berada dalam daerah kota raya.
Dinas perhubungan kabupaten Cianjur pada awal tahun 2018 memberlakukan
rekayasa rute jalur transportasi angkutan umum kota yang baru (Cianjur, 2018).
Tujuan dari rekayasa rute jalur transportasi baru tersebut adalah untuk melakukan
perombakan rute sehingga semua angkutan umum kota yang terdaftar dalam
rekayasa rute baru ini dapat memulai perjalanan dari titik puncak pemberangkatan
dan pemberhentian yaitu terminal, guna terciptanya suatu konsep yang disebut
jaringan guna melihat bagaimana suatu proses pergerakan itu terjadi.
Perubahan rute jalur transportasi angkutan umum kota di kabupaten Cianjur
ini meliputi 10 trayek angkutan umum kota, yang mengalami perubahan pada
awalnya memiliki 14 trayek. Terdiri dari trayek angkutan umum kota bernomor
01 sampe 010 dengan jumlah trayek sebanyak 1500 unit angkutan umum kota.
Rute baru tersebut mencakup 3 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Cilaku,
Kecamatan Cianjur, dan Kecamatan Karang Tengah. Luas dari pada 3 kecamatan
tersebut jika dihitung dalam satuan kilometer persegi (km2) adalah 12.543,68 km2
dengan jumlah penduduk sebesar 242.288 jiwa. Apabila di suatu wilayah
perkotaan mengalami peningkatan jumlah penduduk yang tinggi maka angkutan
umum yang sudah ada perlu ditingkatkan lagi untuk jumlah angkutannya agar
apabila penduduk yang akan menggunakan angkutan umum untuk melakukan
perjalanan tidak terjadi kekurangan moda transportasi.
Selain Keseimbangan antara jumlah penduduk di wilayah dengan jumlah
transportasi angkutan umum kota yang ada, infrastruktur jalan menjadi faktor
yang penting dalam kebutuhan transportasi. Menurut Undang-Undang No. 13
Tahun 1980 tentang jalan, jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat
dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Berdasarkan
catatan Kabupaten Cianjur dalam angka tahun 2018, pada tahun 2017 jumlah
panjang jalan menurut kelas jalan adalah 212,44 km panjang jalan negara (state),
186,40 km panjang jalan provinsi (province) dan 1.301,50 km panjang jalan
kabupaten (regency).
Angkutan kota memiliki rute masing-masing, suatu rute angkutan kota yang
optimal dapat dilihat dari segi jarak ataupun waktu tempuh hal ini didasari oleh
pendapat Tamin (2000, hlm. 45) bahwa penentuan rute optimal berdasarkan waktu
tempuh dilakukan dengan memperhatikan kepadatan jalan yang terjadi. Kepadatan
jalan pada waktu tertentu dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya waktu
tempuh yang kepadatan jalan melampaui kapasitas ruas jalan maka akan
menimbulkan masalah transportasi yaitu kemacetan sesuai dengan pendapat yang
dijelaskan oleh Susantono (2014, hlm. 108) mengatakan bahwa kemacetan terjadi
akibat pertambahan kendaraan yang terus menerus dengan kondisi penambahan
jaringan jalan relatif tetap.
Kesesuaian rute angkutan kota mempertimbangkan beberapa aspek dilihat dari
segi jarak dan waktu tempuh. penentuan rute optimal berdasarkan waktu tempuh
dilakukan dengan memperhatikan kepadatan jalan yang terjadi, seperti yang
diungkapkan Tamin (2000, hlm. 14) Selain itu, kepadatan kendaraan disuatu ruas
jalan dapat menimpulkan kemacetan jika tidak dibarengi dengan penambahan ruas
jalan. Salah satu permasalahan transportasi di kabupaten Cianjur sendiri adalah
kemacetan, beberapa faktor penyebab kemacetan yaitu keadaan prasarana jalan
raya pada umumnya kurang memuaskan yaitu sempit dan kualitasnya dibawah
standar, jumlah kendaraan bermotor bertambah setiap tahunnya dengan laju
pertumbuhan yang sangat pesat tidak sebanding dengan faktor yang tersedia.
Adapun faktor penyebab kemacetan di ruas jalan rute baru tersebut jika dilihat
dari rute angkutan kota yang ada adalah terjadinya penumpukan kendaraan di rute
jalur angkutan kota (table 1.1) yang telah ditentukan. Sehingga terjadinya overlap
kendaraan di beberapa ruas jalan.
Fakta dilapangan menyatakan bahwa perubahan rute ini resmi diberlakukan
oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur. banyak pemilik angkutan umum kota
yang memilih untuk tidak melakukan pekerjaan nya akibat banyaknya jalur yang
mengalami overlap sehingga memberikan dampak kerugian bagi
pemilik/pengendara angkutan umum kota serta banyak pengguna angkutan umum
kota mengeluh akan waktu tempuh yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh pengguna angkutan umum kota. Gina dkk (2018, hlm 163) menyebutkan
bahwa faktor paling berpengaruh dalam pemilihan rute bagi pengemudi yaitu
biaya dan pendapatan sedangkan bagi penumpang dipengaruhi oleh tarif,
ketepatan waktu, keamanan, dan kenyamanan. Jika overlap jalur transportasi yang
mengakibatkan kemacetan seperti ini terus terjadi, maka akan menimbulkan
kerugian bagi pengguna dan pengemudi moda transportasi angkutan umum kota.
Kasus kemacetan yang sering terjadi di wilayah kota Cianjur sendiri meliputi
ruas Jalan Siliwangi, Jalan HOS Cokroaminoto, Jalan Prof. Muh. Yamin, dan
Jalan Pangeran Hidayatullah. Selain empat ruas jalan tersebut, ruas jalan lain yang
juga terkadang terkena dampak kemacetan diantaranya ruas jalan KH. Abdullah
bin nuh, perempatan bojong di Jalan Raya Bandung, Perempatan Ramayana, dan
Jalan Dr. Muwardi (By pass). Kemacetan yang terjadi khususnya di daerah
perempatan Ramayana diakibatkan oleh angkutan umum perkotaan yang berhenti
dipinggir jalan untuk menunggu penumpang dan membuat terminal bayangan
sendiri. Selain terminal bayangan, beberapa ruas jalan di cianjur pun mengalami
penyempitan akibat pembangunan trotoar jalan sehingga membuat lebar jalan
tidak seimbang dengan volume kendaraan yang semakin meningkat.
Perkembangan teknologi di era modern ini memungkinkan manusia untuk
menganalisis dan memecahkan masalah dengan efektif dan efisien. Teknologi
Sistem Informasi Geografis di era modern ini memungkinkan kita untuk
mengambil, mengolah, menyimpan, dan menyampaikan data seputar kegiatan
manusia di permukaan bumi. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dapat menjadi
media untuk menganalisis masalah dengan menggunakan Analisis Jaringan (
Network Analysist ). (Prahasta, 2014, hlm. 100) mengemukakan bahwa pada
aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk mengurangi kemacetan lalu lintas
menggunakan analisis spasial sistem jaringan yaitu analisis jaringan (network
analysis). Subanalisis spasial yang ada di dalamnya yaitu penentuan jalur
terpendek atau penentuan jalur optimum dan terbaik dari jarak tempuhnya.
Berdasarkan pemaparan penulis mengenai kondisi rute baru jalur transportasi
angkutan umum kota cianjur yang mengalami overlap jalur yang menyebabkan
kemacetan yang berdampak terhadap pengguna dan pengendara angkutan kota
dibeberapa ruas jalan, maka pentingnya dilakukan penelitian guna memecehkan
masalah overlap jalur dan kemacetan lalu lintas ini. Oleh karena itu, penulis
mengambil judul “EVALUASI RUTE BARU ANGKUTAN UMUM
PERKOTAAN DI KABUPATEN CIANJUR MENGGUNAKAN NETWORK
ANALYSIST GIS”
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan penjelasan arah dalam penulisan penelitian ini, penulis
membatasi permasalahan yang akan diteliti dalam beberapa rumusan masalah
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pola Rute Baru Angkutan Umum Perkotaan Di Kabupaten
Cianjur?
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan rute di Kabupaten
Cianjur?
3. Bagaimana rute angkutan umum kota yang efektif dan efisien hasil Network
Analysis GIS ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis Pola Rute Baru Angkutan Umum Kota Di Kabupaten
Cianjur Menggunakan Network Analysist GIS
2. Untuk menganalisis Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan rute
Angkutan Umum Kota Di Kabupaten Cianjur
3. Untuk mengevaluasi rute angkutan umum kota di Kabupaten Cianjur
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat
berkenaan dengan rute baru jalur transportasi angkutan umum kota di
kabupaten cianjur
2. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi tentang bagaimana pengaruh
overlap rute jalur baru transportasi angkutan umum kota di kabupaten cianjur
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap
bab dan bagian bab dalam skripsi, mulai dari bab I hingga bab V. Urutan
penulisan bab yang akan disajikan adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan
Merupakan garis besar, arah tujuan dan alasan peneliti yang
mendorong melakukan penelitian dan meliputi: Latar Belakang
Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Struktur Organisasi Skripsi serta Definisi Operasional
BAB II : Tinjauan Pustaka
Mengkaji atau memperkaya lebih jauh mengenai teori yang
menjadi landasan penulis yang meliputi: Teori dan konsep dalam
bidang yang dikaji
BAB III : Metode Penelitian
Menguraikan tentang: Lokasi Penelitian, Metode Penelitian,
Pendekatan Geografi, Populasi dan Sampel Penelitian, Desain
Penelitian, Variabel Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Teknis Analisis Data, dan Alur Penelitian
BAB IV : Temuan dan Pembahasan
Menguraikan hasil temuan dan pembahasan yang berisikan
jawaban dari rumusan masalah
BAB V : Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
Merupakan bab penutup, yang berisi simpulan, implikasi dan
rekomendasi yang diambil dari hasil penelitian yang berguna bagi
penyempurnaan penelitian pada skripsi ini.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Transportasi
Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Rahardjo, Adisasmata (2010, hlm
1) mengatakan bahwa transportasi merupakan kegiatan pemindahan barang atau
manusia dari tempat asal menuju tempat tujuan.
1. Pengertian Transportasi
Miro (2012, hlm 1) Transportasi secara umum dapat diantikan
sebagai usaha pemindahan, atau pergerakan orang atau barang suatu lokasi
yang disebut lokasi asal, ke lokasi lain yang disebut lokasi tujuan, untuk
keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula. Kemudian
Pangihutan (2011, hlm 3) Transportasi adalah usaha untuk memindahkan,
menggerakkan, atau mengangkut orang ataupun barang dari suatu tempat
ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih berguna atau
dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.
Maka dari itu, transportasi merupakan suatu usaha pergerakan
manusia atau barang dari satu lokasi menuju lokasi lain untuk tujuan
tertentu. Transportasi di era modern ini sudah menjadi kebutuhan primer
bagi manusia untuk menunjang seluruh aktivitasnya.
2. Fungsi dan Manfaat Transportasi
Menurut Adisasmata (2011, hlm 8) Fungsi transportasi adalah
memindahkan atau mengangkut muatan (barang dan manusia) dari suatu
tempat ke tempat lain, yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan. Maka
fungsi transportasi dapat diartikan sebagai sarana atau penunjang aktivitas
manusia untuk melakukan pergerakan dari satu tempat menuju tempat lain.
Dewasa ini, teknologi transportasi sudang mengalami banyak
perkembangan dari mulai teknologi transportasi yang memiliki kecepatan
tinggi sehingga aktivitas pergerakan manusia dapat dilakukan dengan
cepat, sehingga pengguna teknologi transportasi di era modern seperti
sekarang tidak perlu untuk takut akan keterlambatan waktu ketika
melakukan aktivitas pergerakan dari satu tempat menuju tempat yang
dituju, sebagaimana yang diungkapkan oleh Adisasmata (2011, hlm 8).
Seiring dengan perkembangan teknologi transportasi yang semakin
canggih, fungsi transportasi itu sendiri sebagai sarana penunjang aktivitas
manusia dapat memberikan manfaat dari berbagai aspek. Nasutian (2004,
hlm 20) menyatakan bahwa dapat dilihat dari berbagai segi kehidupan
masyarakat yang dapat dikelompokan dalam manfaat ekonomi, sosial,
politik, dan kewilayahan.
1) Manfaat di bidang Ekonomi
Kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi dapat dikategorikan dalam
kegiatan yang termasuk kedalam bidang ekonomi. Menurut Salim (2006,
hlm 2) secara umum transportasi memegang peranan penting dalam dua
hal yaitu pembangunan ekonomis dan pembangunan non ekonomis.
Sedangkan menurut Kadarisman (2017, hlm 253) peran yang cukup vital
dalam menunjang berbagai aktivitas sehari – hari adalah sektor jasa
transportasi. Transportasi merupakan sarana perkembangan yang penting
dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh
persatuan dan kesatuan serta memengaruhi semua aspek kehidupan.
Transportasi dalam bidang ekonomi memegang peranan penting.
Tanpa adanya transportasi dalam kegiatan ekonomi, maka kegiatan
distribusi dan produksi yang dilakukan bisa berhenti dan tidak dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
2) Manfaat di bidang sosial
Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
sama lain, menyisihkan waktu untuk melakukan aktivitas sesame manusia.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution (2004, hlm 21)
pengangkutan sangat membantu dalam menyediakan berbagai kemudahan,
antara lain (a) pelayanan untuk perorangan maupun kelompok, (b)
pertukaran atau penyampaian informasi, (c) perjalanan untuk rekreasi, (d)
perluasan jangkauan perjaianan sosial, (e) pemendekan jarak antara rumah
dan tempat kerja, dan (f) bantuan daiam memperluas kota atau
memancarkan pendudukan menjadi kelompok yang lebih kecil.
3) Manfaat di bidang politik
Salim (2006, hlm 2) transportasi di bidang politik bertujuan untuk
mempertinggi integritas bangsa, serta meningkatkan pertahanan dan
keamanan nasional. Sedangkan menurut Adisasmata (2011, hlm 12)
manfaat transportasi di bidang politik yaitu pertahanan dan keamanan
nasional terhadap agresi dari luar ataupun gangguan keamanan dari dalam
ditentukan pula oleh sistem transportasi yang mampu menunjang mobilitas
sumberdaya nasional.
4) Manfaat di bidang kewilayahan
Ardi, I (2003,hlm. 62) aktivitas penduduk membutuhkan sarana dan
prasarana penunjang, terutama untuk pergerakan terutama dari satu fungsi
kegiatan ke fungsi kegiatan lainnya. Oleh karena itu selayaknya
pertumbuhan dan perkembangan prasarana jalan sebagai media pergerakan
penduduk. Sehingga memudahkan mobilitas dan aksesibilitas penduduk
setempat. Sementara Nasution (2004, hlm. 22) kebutuhan pengangkutan
dari satu tempat ke tempat lain adalah karena ada unsur persediaan di A
dan unsur permintaan di B. Pada tempat yang satu terdapat persediaan
barang berlebih sementara tempat lain membutuhkan barang itu. Sifat
kebutuhan tersebut adalah pemenuhan, yaitu mernenuhi kebutuhan di
tempat B.
Transportasi dan tata guna lahan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Transportasi membutuhkan lintasan atau jalur yang dibangun di
atas lahan untuk meghubungkan satu wilayah ke wilayah lainnya guna memenuhi
kebutuhan aktivitas manusia.
B. Pengertian Moda Transportasi Darat
Moda transportasi darat merupakan alat transportasi yang dioperasikan
penggunannya di wilayah daratan. Menurut Miro (2012, hlm. 33) moda
transportasi darat merupakan moda transportasi yang memberikan pelayanan di
daratan, diantaranya : (a) Segala yang bergerak di jalan raya (b) Khusus yang
bergerak diatas rel (c) Khusus yang bergerak diatas air daratan (d) alat penggerak
penunjang di darat
Transportasi darat bukan hanya moda transportasi yang beroperasi diatas jalan
raya, tapi juga moda transportasi yang beroperasi di wilayah perairan daratan
seperti sungai dan danau, sehingga moda transportasi tersebut dapat dikategorikan
sebagai jenis moda transportasi darat.
C. Transportasi Kota
Adapun moda transportasi yang pada umumnya ada diwilayah perkotaan
merupakan jenis transportasi yang bergerak di jalan raya dan bergerak diatas besi
(rel). Menurut Kurniawan (2016, hlm. 16) Adapun jenis jenis dari transportasi
angkutan darat adalah :
1. Angkutan Jalan Raya
1) Angkutan Perkotaan
Menurut Warpani (2002, hlm. 44) Angkutan perkotaan membentuk
jaringan pelayanan antarkota yang berada dalam daerah kota raya,
sedangkan angkutan kota adalah angkutan dalam wilayah administrasi kota.
Sedangkan menurut Martinus dan Rayindra (2014, hlm. 1) Transportasi
umum atau public transportation merupakan sebuah fasilitas layanan yang
melayani jasa mobilisasi masyarakat perkotaan untuk mendukung berbagai
macam aktifitas yang dijalani. Moda transportasi yang berfungsi untuk
mengangkut manusia atau barang dalam ruang lingkup wilayah
administratif kota raya.
2) Bus
Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk empat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
3) Taksi
Taksi adalah angkutan umum yang menggunakan mobil untuk
mengangkut penumpangnya. Menurut Warpani (2002, hlm. 60) taksi tidak
memiliki trayek tetap, tidak memiliki pemberhentian tetap sepanjang lintas
yang dilaluinya, dan belum tentu memiliki terminal. rute ditentukan sendiri
oleh penumpang berdasarkan kepentingannya. Dalam arti Taksi merupakan
jenis angkutan umum darat bebas rute yang disesuikan oleh kebutuhan atau
kepentingan si penumpang taksi itu sendiri
2. Angkutan diatas rel
Adapun jenis transportasi rel adalah kereta yaitu kendaraan beroda yang
merupakan bagian dari sebuah rangkaian kereta api dan digunakan untuk
mengangkut penumpang. Kereta umumnya dilengkapi dengan sistem listrik,
sistem hiburan audio visual, dan toilet. Di daerah atau negara-negara tertentu
kereta dilengkapi dengan tempat tidur untuk perjalanan malam hari. Pada
awalnya kereta hanya diberi tempat duduk dan tidak diberi atap (untuk kelas
ekonomi) atau diberi atap (untuk kelas khusus). kereta umumnya tertutup dan
tidak dilengkapi dengan kabin/kamar tersendiri sebagaimana kereta yang
umum dijumpai saat ini di Indonesia.
D. Angkutan Perkotaan
Angkutan perkotaan membentuk jaringan operasi yang melayani di wilayah
administrative kota raya, menurut Warpani (2002, hlm.44) angkutan perkotaan
membentuk jaringan pelayanan antarkota yang berada dalam daerah kota raya.
Sedangkan menurut Sukma A (2006, hlm.6) mengatakan bahwa angkutan kota
merupakan salah satu bentuk dari angkutan umum yang mempunyai fungsi
sebagai sarana pergerakan manusia untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat
lain, yang juga merupakan sarana alternatif di dalam kota, terutama bagi
masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi.
Angkutan kota merupakan bagian penting dalam aktivitas manusia diwilayah
perkotaan. Kota merupakan pusat perkembangan daerah, pusat pemerintahan,
pusat ekonomi yang memiliki laju mobilitas penduduk yang tinggi. Maka dari itu,
angkutan umum kota sangat diperlukan keberadaannya di wilayah perkotaan
dalam menunjang seluruh aktivitas penduduk yang bertujuan melakukan mobilitas
di dalam wilayah maupun ke luar wilayah kota itu sendiri.
E. Jaringan Jalan
Warpani (2002, hlm. 83) jalan direncanakan dan dirancang sedemikian rupa
sehingga ada hierarki yang membentuk sistem pelayanan yang tak terpisahkan
dengan pola tata ruang kegiatan. Sedangkan menurut Adisasmata (2012, hlm.
126) klasifikasi jalan dalam sistem operasional, fungsi atau geometri jalan
diperlukan bagi ahli jalan dan orang yang teliat dalam masalah jalan untuk
berkomunikasi, hal ini disesuaikan dengan penggunaannya apakah untuk
antarkota atau didalam kota. Klasifikasi ini bisa dalam tipe perancangan yang
didasarkan pada geometik jalan yang biasanya digunakan untuk prosedur
perancangan dan penentuan lokasi. Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang
jalan pasal satu ayat (38), sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan
yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan
hierarkis.
Jaringan jalan merupakan sistem prasarana moda transportasi yang memiliki
peran penting dalam pengoperasian moda transportasi itu sendiri. Dengan peran
penting yang berfungsi sebagai fasilitas penguhubung di dalam maupun antar
wilayah sehingga pengoperasian moda transportasi yang berfungsi sebagai
layanan pengangkut pergerakan manusia atau barang dari satu tempat menuju
tempat tujuan dapat beroperasi dengan semestinya. Dalam penataannya, sistem
jaringan jalan perlu memperhatikan hierarki jaringan. Hierarki jaringan akan
menuntut pada susunan sistem pelayanan jaringan jalan yang kemudian menjadi
sistem sirkulasi lalu lintas jalan.
Faktor lain yang menentukan sistem jaringan jalan yang baik adalah
lingkungan disepanjang jalan itu sendiri. Hal ini memiliki pengaruh besar
terhadap pelayanan jalan bagi pengguna moda transportasi jalan raya, lingkungan
jalan yang baik dapat memberikan dampak positif seperti kenyamanan bagi para
pengguna jalan raya, memberikan rasa aman bagi pengendara dan manaikan
tingkat keamanan berlalu lintas. Rambu-rambu, isyarat, lampu, marka jalan, pagar
pengaman, tanaman pelindung merupakan hal yang harus jadi perhatian dalam
mengelola sistem lalu litas jalan raya.
Menurut Guide to Trafic Engineering Practice Part I, Austroads 1988 dalam
Warpani (2002, hlm. 84) kinerja arus lalu lintas dan kapasitas jalan dipengaruhi
oleh kondisi fisik jaringan jalan, seperti :
1) Lebar jalur jalan;
2) Alinyemen vertical dan horizontal jalan;
3) Rancang geometric jalan;
4) Kondisi dan jenis perkerasan jalan;
5) Lebar dan banyaknya jalur;
6) Gradien;
7) Jarak pandang;
8) Frekuensi dan bentuk persimpangan;
9) Kelengkapan jalan;
10) Hamparan (terrain) dan daya tarik lintas;

Sedangkan menurut Muhtadi, Adhi (2010, hlm. 47) kinerja arus lalu lintas
jalan dipengaruhi oleh :
1) Geometric jalan
2) Kapasitas jalan
3) Jenis hambatan samping
4) Tingkat pelayanan
5) Volume lalu lintas
6) Kinerja jalan
7) Jenis kendaraan

Apabila lingkungan sepanjang jalan baik, maka kelancaran arus lalu lintas
dapat terjamin dengan baik.
Warpani (2002, hlm. 86) membagi jalan ke dalam beberapa fungsi dan
pengelolaannya.
Berdasarkan fungsinya, jalan dipilah-pilah sebagai berikut :
1) Arteri primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang
terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
kota jenjang kedua
2) Arteri sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder kesatu, atau menhubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
3) Kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua
dengan kota jenjang kedua lainnya, atau kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga.
4) Kolektor sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan antara pusat jenjang
kedua, atau antara pusat jenjang kedua dengan ketga.
5) Lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan persil dengan kota pada
semua jenjang.
6) Lokal sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan permukiman dengan
semua kawasan sekunder.
Berdasarakan pengelolaannya, jalan dibedakan ke dalam :
1) Jalan Negara, yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah pusat
2) Jalan provinsi, yaitu jalan yang yang dibina oleh pemerintah daerah
provinsi
3) Jalan kabupaten, yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah kabupaten
4) Jalan desa, yaitu jalan yang dibina oleh pemeritah desa
Arteri jalan merupakan jalan yang menghubungkan ibu kota suatu Negara
dengan dengan ibu kota provinsi atau kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua. Jalan Negara disebut dengan jalan jenjang kesatu dan jalan provinsi
disebut dengan jalan jenjang kedua, seperti contoh jalan yang menghubungkan ibu
kota Negara Indonesia Jakarta dengan Ibu kota provinsi Jawa barat Bandung, atau
jalan yang menghubungkan pulau jawa dengan sumatera. Sedangkan arteri
sekunder merupakan jalan yang ada diwilayah kota dengan cakupan pelayanan
jasa masyarakat di dalam kota. Contohnya adalah jalan Dr. Setiabudhi di kota
Bandung. Sedangkan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan satu kota
dengan kota lainnya dalam satu kesatuan wilayah. Local primer merupakan jala-
jalan kecil yang menghubungkan ibu kota Negara dengan ibu kota provinsi.
Sedangkan local primer merupakan jalan yang menghubungkan satu kota dengan
wilayah aktivitas pemukiman dan perdagangan penduduk.
Warpani (2002, hlm. 85) membagi jalan sesuai daya dukungnya kedalam
beberapa kelas, diantaranya :
1) Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton
2) Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 10 ton
3) Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton
4) Jalan kelas III B , yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton
5) Jalan kelas III B , yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 8 ton
F. Konsep Pemilihan Rute
Pangihutan (2011, hlm. 10) Perilaku pemilihan rute dari setiap individu
pelaku perjalanan secara umum dipengaruhi oleh tiga kategori faktor, diantaranya:
1. Karakteristik pelaku perjalanan
2. Keperluan dan tujuan perjalanan.
3. Waktu melakukan perjalanan.
Sedangkan Adi dan Adji (2011, hlm. 52) mengatakan semua yang diterapkan
dalam pemilihan moda, dipergunakan pula untuk pemilihan rute. Untuk angkutan
umum, pemilihan moda disesuaikan dengan jenis moda transportasi itu sendiri,
sepeti bus atau kereta api yang memiliki rute yang tetap. Untuk kendaraan pribadi,
pemilihan rute cenderung tergantung pada rute alternative terpendek, tercepat, dan
termurah.
Proses pemilihan rute setiap pengguna atau pengemudi moda transportasi
biasanya memilih rute yang untuk meminimumkan biaya perjalanannya (rute
tercepat jika pengguna lebih mementingkan waktu disbanding biaya dan jarak).
Maka ada juga pengguna moda transportasi yang berpersepsi untuk memilih rute
yang meminimalkan biaya perjalanan seperti menghindari rute yang berpotensi
mengalami kemacetan guna meminimalkan biaya bahan bakar. Namun dalam
prosesnya selain biaya waktu tempuh juga menjadi faktor yang tak kalah penting.
Waktu tempuh dan biaya menjadi faktor yang mempengaruhi pengguna atau
pengenadara dalam memilih rute perjalanan.
Menurut Tamim (2000, hlm.14) terdapat bukti yang sangat kuat bahwa waktu
tempuh merupakan faktor yang lebih dominan daripada jarak tempuh bagi
pergerakan dalam kota. Namun pada kenyataanya pendapat tersebut belum tentu
seuai dengan apa yang ada dilapangan. Beberapa variable yang menentukan
pemilihan rute diantaranya seperti :
1) Waktu tempuh (menit, jam, hari)
2) Jarak (kilometer/mil)
3) Biaya
4) Kemacetan (v/c ratio)
5) Banyak nya maneuver yang dilewati
6) Ruas jalan
7) Kelengkapan rambu lalu lintas
8) Kenyamana
9) Keamanan
G. Sarana dan Prasarana Transportasi
Bentuk dari sebuah alat yang dapat digunakan untuk menggerakan manusia
atau barang bisa disebut sebagai sarana transportasi. Miro (2012, hlm. 84) sarana
atau moda merupakan salah satu komponen sistem transportasi berbentuk alat
yang dapat digerakkan dengan suatu propulsi tertentu baik secara alamiah atau
melalui teknologi buatan manusia seperti mesin. Secara umum, sarana moda
transportasi dikelompokan kedalam dua kelompok yaitu :
1. Kendaraan pribadi
Moda transportasi yang bersifat fleksibel dan bebas bergerak ke segala
rute (disesuiakan dengan kebutuhan pengendara) dan bebas memilih
kecepatan sesuai dengan kebutuhan. Kendaraan pribadi dab tidak
dipergunakan untuk umum ini biasanya digunakan oleh orang – orang dikota
maupun pedesaan seperti contoh mobil dan motor.
2. Kendaraan umum atau Publik Transportation
Kendaraan umum merupakan jenis moda transportasi yang digunakan oleh
khalayak ramai, diperuntukan untuk umum khususnya bagi orang-orang yang
tidak memiliki kendaraan pribadi yang rute dan waktu keberangkatan sudah
diatur sesuai dengan sistem penyedia layanan jasa public transportation itu
sendiri seperti Bus, Kereta api, dan Angkutan Perkotaan.
Menurut Miro (2012, hlm. 55) Prasrana atau Infrastrukur sistem transportasi
merupakan komponen berentuk fasilitas fisik yang bersifat tetap yang menjadi
media untuk menjalani, memulai, atau mengakhiri pergerakan pindah seperti jalan
raya, rel, air, udara, terminal bus, stasiun kereta api, dan pelabuhan.
Jalan merupakan salah satu prasarana penting yang menunjang moda
transportasi darat dan berfungsi sebagai penghubung dari satu wilayah ke wilayah
lainnya. Menurut undang-undang No. 13 Tahun 1980 tentang jalan, adalah suatu
prasarana perhubungan darat dalam bentuk apa pun yang meliputi segala bagian
jalan termasuk bangunan perlengkapan dan perlengkapannya yang diperuntukan
bagi lalu lintas.
H. Kemacetan Lalu Lintas
Kemacetan lalu lintas merupakan peristiwa penumpukan kendaraan di suatu
ruas jalan yang menimbulkan dampak negatif bagi pengguna maupun pengendara
moda transportasi. Menurut Adisasmata (2011, hlm. 143 ) kemacetan lalu lintas,
terutama yang terjadi di daerah perkotaan merupakan peristiwa yang umum di
alami, yang menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran (polusi) udaran dan
kebisngan suara kendaraan bermotor. Salah satu penyebab kemacetan lalu lintas
adalah terdapatnya persimpangan jalan namun pada umumnya, kemacetan lalu
lintas diakibatkan jumlah kendaraan bermotor yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Solusi yang ditawarkan untuk mengurai kemacetan lalu lintas diantaranya,
mengatur nyala lampu lalu lintas (traffic light) secara proposional, mengubah atau
mengatur jalur yang dapat digunakan bersamaan, mengubah jalur yang sudah ada
dan mengkombinasikan jalur tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Adisasmata
(2011, hlm. 144).
I. Sistem Informasi Geografis

1. Pengertian Sistem Informasi Geografis


Sistem informasi geografis merupakan sistem yang bekerja untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan data kembali ketika
dibutuhkan, lalu memproses dan menampilakan data spasial wilayah untuk
tujuan tertentu dan mengahasilkan luaran objek yaitu peta (Prahasta, 2014,
hlm. 100).
2. Sistem Informasi Geografis untuk Transportasi
Longley at el (dalam Manfred M.Fischer, 2003 hlm. 1) mengungkapkan
bahwa sistem informasi geografis untuk transportasi yang paling banyak
digunakan pada model data yaitu simpul-arc jaringan. Model ini memisahkan
data spasial dengan data atribut dalam model data yang berbeda. Sebuah logis
model data spasial (model data vector) dan data atribut. Untuk data spasial
berguna untuk mongkodekan node dan busur mempertahankan geometri
sedangkan data atribut terkait diadakan di database relasional manajemen tabel
dan menghasilkan menghasilkan pengidentifikasian yang terkait pada data
spasial (node,arc)
3. Analisis Jaringan Pada Sistem Informasi Geografis
Analisis jaringan pada SIG digunakan untuk menemukan jarak terpendek
melalui segmen garis menurut panjang geometri garis. Model data dibuat
dengan memberikan faktor pembobot pada segmen garis (jalan). Penentuan
jalur terpendek pertama menggunakan Algoritma Dijkstra, yang berfungsi
untuk mencari jalur terpendek dari satu node ke node. Algoritma ini
menghitung rute/jarak secara rasional, yang tergantung pada optimalisasi
kriteria yang dipilih pada rute yaitu faktor pembobot seperti panjang segmen
jalan, waktu yang ditempuh dari satu node ke node yang lain, laju kendaraan,
kepadatan lalu lintas, dll. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Kuntarto,
Agus (2012, hlm. 141)
J. Teori Konektivitas
Teori konektivitas dapat disebut dengan teori grafik (graph theory) yang
diterapkan pada bidang geografi untuk menganalisa interaksi dan difusi
keruangan, teori konektivitas ini sendiri merupakan adaptasi dari teori yang ada
dalam matematika. (Nursyid, Sumaatmadja, 2010 hlm. 155). Teori konektivitas
atau grafik dalam matematika menempatkan titik-titik dan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik tadi, yang menjadi dasar pengkajiannya. Tiap titik
disebut puncak (vertex, top) dan garis atau kurva yang menghubungkan puncak –
puncak tadi disebut tepi atau bingkai. Teori ini diterapkan utntuk transportasi
dalam segala bentuk, sifat, dan konektivitasnya.
Perhitungan indeks konektivitas transportasi ini menggunakan konsep β.
Indeks β ini mengungkapkan bentuk rasio antara jumlah tepi atau rute dalam suatu
sistem (e) dengan jumlah titik atau puncak simpul-simpul (v) pada sistem tersebut.
rumus yang digunakan Menurut K.J Kansky dalam Nursyid, Sumaatmadja (2010,
𝑒
hlm. 153) rumus indeks konektivitas adalah : β = 𝑣
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelelitian berada di daerah Kecamatan Cianjur yang merupakan ibu
kota dari Kabupaten Cianjur. Adapun batas administratifnya sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Cugenang
Sebelah Barat : Kecamatan Karang Tengah
Sebelah Timur : Kecamatan Ciwalen
Sebelah Selatan : Kecamatan Cilaku
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan salah satu cara dalam penelitian untuk
menyusun sebuah penelitian dan membantu peneliti dalam menemukan hasil dari
peneliian itu sendiri. Menurut Sukmadinanta (2007, hlm. 317) bahwa metode
penelitian (research method) adalah cara-cara yang digunakan peneliti dalam
merancang, melaksanakan, pengolahan data dan menarik kesimpulan berkenaan
dengan masalah penelitian itu sendiri.
Metode penelitian memiliki berbagai macam metode, disesuaikan dengan
tujuan penelitian itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, peneleliti akan
menggunakan metode deskritif analisis. Menurut Nasutian (2000, hlm. 61) ciri-
ciri dari penelitian deskritif adalah data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan, kemudian di analisa.
Adapun data yang akan di deskripsikan oleh peneliti meliputi pola rute baru
angkutan kota, pemilihan rute oleh pemilik kendaraan dilihat dari modal, biaya,
dan pendapatan, kemudia penumpang dilihat dari tarif, keamanan, kenyamana,
dan ketepatan waktu menggunakan angkutan umum perkotaan. Kemudian peneliti
menggunakan aplikasi Arcgis dengan Network Analysist untuk membuat peta
rekomendasi rute angkutan umum perkotaan di kabupaten cianjur.
C. Pendekatan Geografi
Geografi merupakan ilmu yang mengkaji fenomena geosfer, seperti yang
dijelaskan bintarto dalam ilmu geografi terdapat tiga pendekatan yaitu pendekatan
keruangan, ekologi dan regional atau kewilayahan. Pendekatan tersebut dapat
digunakan untuk menganalisis persamaan dan perbedaan di permukaan bumi.
Peneliti akan menggunakan pendekatan keruangan dalam penelitain ini.
Yunus (2010, hlm. 4) mengungkapkan bahwa pendekatan keruangan merupakan
suatu metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang
lebih mendalam melalui media ruang yang dalam hal ini variable ruang mendapat
posisi utama dalam analisis ini. Peneliti menggunakan pendekatan keruangan
karena akan menganalisis pola ruang seperti titik dan garis dalam peta.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari suatu objek dan subjek yang akan
diteliti oleh peneliti. Sujaweni (2014, hlm. 65) mengungkapkan bahwa populasi
merupakan keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek dan subjek yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Sugiyono (2010,
hlm. 117) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diteapkan oleh
peneliti kemudia dipejari untuk dapat ditarik kesimpulan.
Adapun poplasi trayek dan manusia yang akan diteliti dalam penelitian ini
meliputi :
a. Populasi wilayah rute angkutan umum perkotaan kabuaten Cianjur

Tabel 1.1 Rute Jalur transportasi baru angkutan umum kota Cianjur tahun 2018
N Nama Rute Panjang
o angkut jalan pp
an (km)
1 01 Term.Psr.Hayam - Cikaret - Jl.Siliwangi (Jolgo) - Jl.Siti 10,4
Jenab - Jl.Otista II - Jl.Taifur Yusuf - Jl.Suroso Jl.Kh.Ashari
- Jl. Kh.Asnawi - Jl. Barisan Banteng - Jl. Arif Rachman
Hakim - Jl. Prof. Moch. Yamin - Jl. Perintis Kemerdekaan -
Terminal Psr Hayam
2 02 Terminal Pasirhayam - Jebrod - Jl.Perintis Kemerdekaan - 10,1
Jl.Prof. Moch. Yamin - Jl.KH.Hasyim Ashari - Jl. Suroso -
Jl. Taifur Yusuf - Jl. Otista II - Jl. Siti Jenab - Jl. Siliwangi -
Jl. Adi ucipta - Jl. Aria Cikondang - Jl. Siliwangi (Cikaret) -
Terminal Pasirhayam
3 03 Term.Rw.Bango-Jl.Raya Bandung- Jl.Arif Rachman Hakim 18,1
- Jl. Barisan Banteng - Jl.Pasar Baru Ruko Ramyana -
Jl.Dr.muwardi(By.pass)-Jl.Irhanda-Panembong- rawey -
Gombong- Caringain - Gasol - Caringing - Gomobong -
Limbangansari -Jl.P.Hidayatulloh- Jl.Siliwangi-Jl.St.Jenab-
Jl.Otista.II-Jl.IrhandaSelakopi-Jl.Dr.Muwardi-By.Pass-
Jl.Arya Wiaratanudatar - (Baros) - Jl.Pramuka-T.Rw.Bango
4 04 Terminal Rawabango - Jl.Raya Bandung - Jl. Arif rachman 20,5
hakim - Jl. Prof.Moch Yamin - Jl. Amalia rubini - Jl. Aria
Cikondang - Jl. Siliwangi - Jl. Gatot Mangku Praja - Jl. Kh.
Abdullah Bin Nuh - Jl. Pangeran Hidayatulloh - Gombong -
Rawey - Panembong - Jl. Dr.Muwardi - Jl. raya Bandung –
Rawabango
5 05 Terminal Rawabango – Jl.Halte Maleber – (Jl.KH.Opo 10,7
Mustofa) - Jl.Didi Prawirakusuma – Jl. Prof.Moch. Yamin -
Jl. Raya Bandung – rawabango
6 06 Terminal Rawabango - Jl.Raya Bandung - Jl. Pramuka - Jl. 16,8
Aria Wiratunadatar - Jl.Gunteng - Jl.Raya Bandung - Jl.Arif
Rachaman Hakim - Jl. Kh. Hasyim Ashari - Jl. Suroso - Jl.
Taifur Yusuf - Jl. Otista II - Jl. Siti Jenab - Jl. Siliwangi - Jl.
Adi Sucipta - Jl. Amalia rubini - Jl. Prof.Moch Yamin -
Jl.Didi Prawirakusuma - (Jl.KH.Opo Mustofa) - Jl. Halte
Maleber - Terminal Rawabango
7 07 Terminal Pasirhayam - Jl.Siliwangi - Jl.Gatot Mangku Praja 8,8
- Nagrak - Awi Larangan
8 08 Terminal Pasirhayam – Jl. KH. Abdullah Bin Nuh – Jl. Ir. H. 24
Djuanda – Tangkil Cibereum
9 09 Terminal Rawabango – Jl. Lingkar Timur – Terminal 16,8
Pasirhayam
10 10 Rawabango - Jl. Raya bandung - Jl. Pramuka - Jl. Aria 12,7
Wiratanudatar - Baros - Cibeureum - Baros - Jl. Aria
Wiratanudatar - Jl. Simpang Dishub - Jl. Raya Bandung –
Rawabango
Jumlah 148,7
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur 2018
Gambar 1.1 Peta Rute Jalur Transportasi Angkutan Umum Kota dan Peta Wilayah Kajian
b. Populasi manusia
Populasi manusia dalam peneltian ini meliputi seluruh pengguna angkutan
umum perkotaan di kabupaten cianjur, khusunya meliputi seluruh
pengemudi/supir angkutan umum perkotaan dan penumpang angkutan umum
perkotaan yang melakukan aktifitas di wilayah populasi wilayah rute angkutan
umum perkotaan yang ditulis pada tebel 1.1.
2. Sampel
Arikunto (2006, hlm. 113) bahwa banyaknya sampel yang diambil tergantung
pada (a) kemampuan peneliti dalam segi waktu, tenaga, dan biaya (b) sempit dan
luasnya pengamatan setiap sampel karena hal ini meyangkut banyak sedikitnya
data dan besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Sedangka menurut
Sugiyono (2010, hlm. 118) sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteriskti yang dimiliki oleh populasi itu sendiri. Berdasarkan populasi, pada
penelitian ini akan dibagi kedalam dua sampel yaitu sampel wilayah dan manusia.
a. Sampel wilayah
Pengambilan sampel wilayah menggunakan teknik Sampling Jenuh
(Saturation Sampling) dengan metode pengambilan sampel yaitu metode sensus
Yunus (2010, hlm. 306) pengambilan sampel wilayah menggunakan Teknik
Sampling Jenuh seluruh anggota sub populasi diambil seluruhnya sebagai anggota
sampel dan hal ini juga disebut dengan metode sensus. Penelitian ini
menggunakan metode Sampling Jenuh karena jumlah anggota populasi yang
diteliti tidak terlalu banyak :
Tabel 1.1 Rute Jalur transportasi baru angkutan umum kota Cianjur tahun 2018
N Nama Rute Sampel
o angkut Trayek
an
1 01 Term.Psr.Hayam - Cikaret - Jl.Siliwangi (Jolgo) - Jl.Siti 30
Jenab - Jl.Otista II - Jl.Taifur Yusuf - Jl.Suroso Jl.Kh.Ashari
- Jl. Kh.Asnawi - Jl. Barisan Banteng - Jl. Arif Rachman
Hakim - Jl. Prof. Moch. Yamin - Jl. Perintis Kemerdekaan -
Terminal Psr Hayam
2 02 Terminal Pasirhayam - Jebrod - Jl.Perintis Kemerdekaan - 28
Jl.Prof. Moch. Yamin - Jl.KH.Hasyim Ashari - Jl. Suroso -
Jl. Taifur Yusuf - Jl. Otista II - Jl. Siti Jenab - Jl. Siliwangi -
Jl. Adi ucipta - Jl. Aria Cikondang - Jl. Siliwangi (Cikaret) -
Terminal Pasirhayam
3 03 Term.Rw.Bango-Jl.Raya Bandung- Jl.Arif Rachman Hakim 24
- Jl. Barisan Banteng - Jl.Pasar Baru Ruko Ramyana -
Jl.Dr.muwardi(By.pass)-Jl.Irhanda-Panembong- rawey -
Gombong- Caringain - Gasol - Caringing - Gomobong -
Limbangansari -Jl.P.Hidayatulloh- Jl.Siliwangi-Jl.St.Jenab-
Jl.Otista.II-Jl.IrhandaSelakopi-Jl.Dr.Muwardi-By.Pass-
Jl.Arya Wiaratanudatar - (Baros) - Jl.Pramuka-T.Rw.Bango
4 04 Terminal Rawabango - Jl.Raya Bandung - Jl. Arif rachman 25
hakim - Jl. Prof.Moch Yamin - Jl. Amalia rubini - Jl. Aria
Cikondang - Jl. Siliwangi - Jl. Gatot Mangku Praja - Jl. Kh.
Abdullah Bin Nuh - Jl. Pangeran Hidayatulloh - Gombong -
Rawey - Panembong - Jl. Dr.Muwardi - Jl. raya Bandung –
Rawabango
5 05 Terminal Rawabango – Jl.Halte Maleber – (Jl.KH.Opo 15
Mustofa) - Jl.Didi Prawirakusuma – Jl. Prof.Moch. Yamin -
Jl. Raya Bandung – rawabango
6 06 Terminal Rawabango - Jl.Raya Bandung - Jl. Pramuka - Jl. 18
Aria Wiratunadatar - Jl.Gunteng - Jl.Raya Bandung - Jl.Arif
Rachaman Hakim - Jl. Kh. Hasyim Ashari - Jl. Suroso - Jl.
Taifur Yusuf - Jl. Otista II - Jl. Siti Jenab - Jl. Siliwangi - Jl.
Adi Sucipta - Jl. Amalia rubini - Jl. Prof.Moch Yamin -
Jl.Didi Prawirakusuma - (Jl.KH.Opo Mustofa) - Jl. Halte
Maleber - Terminal Rawabango
7 07 Terminal Pasirhayam - Jl.Siliwangi - Jl.Gatot Mangku Praja 10
- Nagrak - Awi Larangan
8 08 Terminal Pasirhayam – Jl. KH. Abdullah Bin Nuh – Jl. Ir. H. 12
Djuanda – Tangkil Cibereum
9 09 Terminal Rawabango – Jl. Lingkar Timur – Terminal 10
Pasirhayam
10 10 Rawabango - Jl. Raya bandung - Jl. Pramuka - Jl. Aria 15
Wiratanudatar - Baros - Cibeureum - Baros - Jl. Aria
Wiratanudatar - Jl. Simpang Dishub - Jl. Raya Bandung –
Rawabango
Jumlah 187

b. Sampel manusia
Penentuan sampel manusia pada penelitian ini menggunakan metode sampling
aksidental. Yunus (2010, hlm. 303) mengatakan bahwa sampling aksidental
dilakukan apabila peneliti tidak mengetahui sampling frame dan sulit menemukan
atau menemui anggota populasi yang dapat dipilih menjadi sampel sehingga untuk
maksud memperoleh gambaran mengenai populasi, peneliti memutuskan untuk
memilih siapa saja yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan dapat
ditemui.
Dalam penelitian menggunakan teknik aksidental berdasarkan faktor
spontanitas yang artinya siapa saja tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan
sesuai dengan karakteristik atau klasifikasi, maka orang tersebut dapat diambil
sebagai sampel atau responden (Wawang, 2008, hlm. 33).
Adapun klasifikasi sampel manusia dalam penelitian ini dikategorikan kepada
supir/pemilik angkutan umum perkotaan dan jumlah penumpang angkutan umum
perkotaan itu sendiri. Kemudian untuk memudahkan penentuan sampel manusia
menggunakan rumus slovin (Darmawan, 2013, hlm. 156) berikut ini :
1. Pengemudi/Supir Angkutan Kota
Jumlah pengemudi atau supir angkutan kota ditentukan dengan melihat
berapa jumlah trayek angkutan umum kota yang melintas di ruas jalan yang
menjadi sampel wilayah. Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur menetapkan
jumlah pengemudi angkutan umum kota Kabupaten Cianjur dalam tabel.
Tabel 1.2 Rute Jalur transportasi baru angkutan umum kota Cianjur tahun 2018
No Nomor angkutan Jumlah Pengemudi/Supir Angkutan
1 01 30
2 02 28
3 03 24
4 04 25
5 05 15
6 06 18
7 07 10
8 08 12
9 09 10
10 10 15
Jumlah 187
Sumber : Dishub dan DLLAJ Cianjur 2018

Kemudian untuk memudahkan penentuan sampel manusia menggunakan


rumus slovin (Darmawan, 2013, hlm. 156) berikut ini :
N
𝑛=
1+Ne2

Dimana :n = Jumlah sampel

:N = Jumlah Populasi

:E = Taraf Signifikan
Tingkat Keyakinan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 95% sehingga taraf
signifikan penarikan sampel ditentukan 0,05. Maka dari perhitungan rumus slovin
tersebut dapat diperoleh sampel yang dibutuhkan yaitu :
187
𝑛=
1 + (187)(0,05)(0,05)
187
𝑛=
1 + (187)(0,0025)
187
𝑛=
1 + (187)(0,0025)
187
𝑛=
1 + 0,4675
187
𝑛=
1,4675
𝑛 = 127

Oleh karena itu, untuk pengambilan sampel secara accidental sampling supir
atau pengendara angkutan umum kota ditentukan sebanyak 127. Dan dapat
ditentukan besaran sampel setiap trayek angkutan umum kota berdasarkan nomor
angkutan adalah :
30
Angkutan nomor 01 = 187 𝑥127 = 21 responden supir angkutan kota
28
Angkutan nomor 02 = 187 𝑥127 = 19 responden supir angkutan kota
24
Angkutan nomor 03 = 187 𝑥127 = 16 responden supir angkutan kota
25
Angkutan nomor 04 = 187 𝑥127 = 17 responden supir angkutan kota
15
Angkutan nomor 05 = 187 𝑥127 = 11 responden supir angkutan kota
18
Angkutan nomor 06 = 187 𝑥127 = 12 responden supir angkutan kota
10
Angkutan nomor 07 = 187 𝑥127 = 6 responden supir angkutan kota
12
Angkutan nomor 08 = 187 𝑥127 = 8 responden supir angkutan kota
10
Angkutan nomor 09 = 187 𝑥127 = 6 responden supir angkutan kota
15
Angkutan nomor 10 = 187 𝑥127 = 11 responden supir angkutan kota
Berdasarkan perhitungan diatas maka responden angkutan umum kota berjumlah 127
responden dengan keterangan jumlah setiap trayeknya sebagai berikut. 21 supir
angkutan kota 01, 19 supir angkutan kota 02, 16 supir angkutan kota 03, 17 supir
angkutan kota 04, 11 supir angkutan kota 05, 12 supir angkutan kota 06, 6 supir
angkutan kota no 07, 8 supir angkutan kota 08, 6 supir angkutan kota 09, dan 10
supir angkutan kota 10.
E. Tahap Penelitian
Tahap penelitian merupakan langkah-langkah yang diambil pada saat
penelitian itu akan dan sedang dilaksanakan sampai dapat menarik kesimpulan
dari hasil penelitian itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (2009, hlm.
99) bahwa desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perancanaan dan pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu, tahap penelitian dibagi
kedalam beberapa tahapan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Pra Penelitian
Identifikasi kondisi lalu lintas kabupaten cianjur dengan mencari data
sekunder melalui lembaga maupun instansi terkait guna mempoleh informasi
tentang jaringan jalan dan rute angkutan kota.
2. Penelitian
a. Rute angkutan kota
Untuk mengetahui pola angkutan kota kabupaten cianjur menggunakan
indeks konektivitas
b. Wawancara kepada pemilik/supir angkutan kota
Untuk mengetahui moda, biaya, dan pendapatan
c. Wawancara kepada pengguna/penumpang angkutan kota
Untuk mengetahui tarif, kenyamana, kemanan, dan ketepatan waktu
3. Pasca Penelitian
Melakukan analisis dan memberikan rekomendasi rute angkutan umum kota
kabupaten cianjur hasil analisis Network Analysist GIS agar tidak terjadi
penumpukan kendaraan di ruas jalan pada rute angkutan umum perkotaan.
F. Variabel Penelitian
Variabel Rumusan Masalah Indikator

1. Rute
2. Panjang Jalan
Pola rute angkutan kota 3. Waktu Tempuh

Evaluasi rute Supir :


baru transportasi 1. Biaya Tetap
angkutan 2. Biaya Tidak Tetap
Faktor-faktor yang 3. Pendapatan
perkotaan mempengaruhi pemilihan
rute
Penumpang :

1. Tarif
2. Keamanan
3. Kenyaman
4. Ketepatan Waktu

G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur suatu fenomena atau gejala yang terjadi. Sebuah instrument sangat
diperlukan bagi peneliti untuk dapat melaksanakan penelitian agar dapat
mengukur objek dan subjek penelitian sehingga permasalahan di lapangan dapat
terjawab. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm. 12).
Oleh karena itu, adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu :
1. Alat
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini sebagai berikut
a. Laptop dengan aplikasi ArcGis 10.3
b. Lembar Wawancara
c. Handpone
d. Software Microsoft Word 2016
e. Software Microsoft Excel 2016
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini sebagai berikut
a. Peta Jaringan Jalan Kota Cianjur
b. Data rute angkutan umum kota di Cianjur
c. Data supir/pemilik angkutan kota berdasarkan jumlah kendaraan yang
beroperasi
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknis pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam penelitian untuk
mencapai tujuan utama yaitu data. Sesaui dengan pendapat Sugiyono (2012, hlm.
62). Sumber data penelitian :
Sumber Instrumen
No Variabel Data yang diperlukan Data Data Wawancara
primer sekunder
1 Pola Rute 1. Rute √ √
Angkutan 2. Panjang Lintasan √ √
Kota 3. Waktu tempuh √ √
2 Faktor Supir : √ √
Pemilihan 1. Modal
rute 2. Biaya √ √
3. Pendapatan √ √
Penumpang : √ √
1. Tarif
2. Keamanan √ √
3. Kenyamanan √ √
4. Ketepatan Waktu √ √
Berdasarkan pada tabel diatas maka Teknik pengumpulan data pada penelitian
kali ini menggunakan instrumen wawancara, sumber data yang diambil pun
meliputi sumber data primer dan sekunder, dimana cara pengambilan data tersebut
berbeda. Oleh karena itu, akan dijelaskan sebagai berikut
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang digunakan oleh peneliti untuk
tujuan mendapatkan keterangan atau informasi dari responden secara langsung
atau melalui tatap muka. Pada tahap wawancara ini, peneliti berusaha untuk
mendapatkan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan oleh
peneliti ini adalah data wawancara ke Dinas Perhubungan dan Dinas Lalu Lintas
Jalan Raya mengenai Rute, Panjang Lintasan, dan Waktu Tempuh Angkutan Kota
di Cianjur. Sedangkan Data Primer yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara terhadap supir angkutan kota mengenai Modal, Biaya, dan Pendapatan
serta wawancara terhadap penumpang angkutan umum kota terhadap Tarif,
Kenyamanan, Keamanan, dan Ketepatan Waktu Angkutan Kota Cianjur.
I. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2008, hlm. 142) teknik analisis data adalah proses
pengelompokan data berdasarkan variabel dan respon, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan tiap data dan variabel
yang diteliti dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
Berdasarkan pernyataan diatas maka ada beberapa teknis analisis data yang dapat
digunakan untuk menjawab rumusan masalah, diantaranya :
1. Analisis Indeks Konektivitas
Menurut K.J Kansky dalam Nursyid, Sumaatmadja (2010, hlm. 153) rumus
𝑒
indeks konektivitas adalah : β = 𝑣

Keterangan :
β : Indeks Konektivitas
e : Jumlah Jaringan Jalan
v : Jumlah Rute
Hasil tersebut dapat diartikan kedalam dua kategori seperti
No Hasil Kategori
1 Nilai Indeks (𝛽) < 1 Pola Jaringan Pohon
2 Nilai Indeks (𝛽) sama dengan 1 atau > 1 Pola Jaringan Sirkuit
Sumber : K.J Kansky dalam Nursyid, Sumaatmadja (2010, hlm. 153)
2. Analisis Presentase
Analisis presentase dapat digunakan untuk mengetahui kecenderungan
jawaban responden. Berdasarkan metode presentase menurut Santoso (2001, hlm.
𝑓
299) rumus metode presentase adalah 𝑃 = 𝑛x100%

Keterangan : P = Presentase
f = Data yang didapat
n = Jumlah seluruh data
100% = Bilangan Konstan
Perhitungan menggunakan rumus tersebut dengan memasukan angka
kemudian akan diperoleh hasil jawaban responden terhadap pertanyaan yang
diajukan, kemudian hasil perhitungannya dibandingkan dengan kriteria yang
sudah ditentukan.
Presentase Kriteria
0 Tidak ada
1-24 Sebagian kecil
25-49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51-74 Sebagian besar
74-99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
Sumber : Arikunto (2006, hlm. 57)

3. Analisis Deskritif
Analisis deskritif digunakan untuk mendeskripsikan hasil temuan peneliti
dilapangan selama penelitian dilakukan.
4. Analisis Aplikasi Sistem Informasi Geografi
Network Analysist merupakan salah satu fitur dalam aplikasi Sistem Informasi
Geografis dalam memecahkan masalah jaringan, terutama jaringan jalan dan
mencari rute efisien dan terbaik untuk menghindari masalah yang terjadi dan
memecahkan masalah yang ada seputar rute transportasi
J. Alur Penelitian

Peta rute angkutan


Peta titik kemacetan
umum perkotaan

Overlay

Peta overlay titik kemacetan rute


angkutan umum perkotaan Cianjur

Pengumpulan data

Wawancara Wawancara

Rute Analisis
Data biaya Data tarif,
indeks
tetap, biaya keamanan,
konektivitas
Panjang tidak tetap, kenyamanan,
lintasan dan dan ketepatan
Pola rute pendapatan waktu
angkutan supir/pemilik penumpang
Waktu kota
tempuh

Analisis deskriptif

Penentuan rute terbaik angkutan


umum perkotaan menggunakan
Network Analysist GIS

Peta rekomendasi rute angkutan


umum perkotaan Cianjur
DAFTAR PUSTAKA :

Adisasmata, A (2011). Jaringan Transportas. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu


Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Cianjur, D. P. K. (2018). Rencana Ruas Jalan Satu Arah dan Lokasi Parkir Hasil
Kajian.
Fadhillah, G., Somantri, L., & Jupri. (2018). Evaluasi Rute Transportasi Angkutan
Kota dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis, 163–180.
Kuntarto, Agus (2010). Penggunaan analisis jaringan sistem informasi geografis
untuk perencanaan rute wisata di kabupaten sleman. Skripsi : Universitas
Sleman
Kurniawan. (2010). Hukum Lalu lintas dan Jalan. Bandung.
Miro, F. (2012). Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta : Penerbit Airlangga
Muhammad, A. (1998). Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: Penerbit Citra
Aditya Bakti.
Nasution. (2004). Manajemen Transportasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Nazir, Muhammad. (2009). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia
Nursyid, Sumaatmadja. (2010). Studi geografi suatu pendekatan dan analisa
keruangan. Bandung
Prahasta, E. (2014). Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar
(Perspektif Geodesi dan Geomatika). Bandung: Penerbit Informatika
Bandung.
Prasetya, D. (2016). Kajian Efektifitas dan Efisiensi Moda Transportasi Bus Kota
Trayek Teminal Purabaya-Perak. Universitas Negeri Surabaya.
Santoso. (1996). Kajian Rute Angkutan Umum di Banyumanik Semarang Terkait
Transportasi yang Berkelanjutan.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukma, Yan Andriariza Ambhita (2006) pembuatan aplikasi untuk perencanaan
trayek angkutan kota di mojokerto, Undergraduate thesis. Institut Teknologi
Sepuluh November
Susantono. (2014). Revolusi Transportasi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tamin, O. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transprtasi. Bandung: Penerbit
Institut Teknologi Bandung.
Undang-Undang No.13 Tahun 1980 Tentang Jalan
Warpani (2002). Pengelolaan lalu lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Penerbit
Institut Teknologi Bandung
Yunus. (2010). Metodologi Penelitian Kontemporer Kewilayahan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai