Anda di halaman 1dari 84

i

STUDI PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN


DI KECAMATAN SINJAI BARAT KABUPATEN SINJAI
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana Perencanaan
Wilayah dan Kota pada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh:

IHWAN SABIR
60800116044

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2021
ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini

menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di

kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat

oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya maka skripsi dan gelar yang diperoleh

karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, Februari 2021


Penyusun

Ihwan Sabir
60800116044
iii

PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Studi Pemilihan Lokasi Perumahan di Kecamatan Sinjai


Barat Kabupaten Sinjai Berbasis Sistem Informasi
Geografis (SIG)

Nama Mahasiswa : Ihwan Sabir

NIM : 608001161044

Jurusan : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas : Sains dan Teknologi

Disetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Slamet Nuhung, M.T Irsyadi Siradjuddin, SP., M.Si.


iv

Mengetahui

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Jurusan Teknik Perencanaan

UIN Alauddin Makassar Wilayah dan Kota

Prof. Dr. Muhammad Halifah Mustami, M.Pd A.Idham AP., S.T.,M.Si

NIP. 19710412 200003 1 001 NIP. 19761007 200912 100 2


v

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul, “Studi Pemilihan Lokasi Perumahan di Kecamatan Sinjai


Barat Kabupaten Sinjai Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)” yang disusun
oleh Ihwan Sabir, NIM: 60800116044, mahasiswa Jurusan Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar,
telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan
pada hari Kamis, tanggal 28 Januari 2021, dinyatakan telah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perencanaan Wilayah Kota
dalam Ilmu Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota.

Makassar, Februari 2021

DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Muhammad Anshar, S.Pt., M.Si (……………………..)


Sekretaris : Titi Mildawati, S.Pd.I., M.Pd.I (……………………..)
Munaqisy I : Dr. S. Kamran Aksa, S.T., M.T (……………………..)
Munaqisy II : Dr. Hj. Rahmi Damis, M. Ag (……………………..)
Pembimbing I : Nursyam Aksa, S.T., M.Si (……………………..)
Pembimbing II : H. Juhanis, S.Sos., M.M (……………………..)

Diketahui oleh:

Dekan Fakultas Sains Dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar,


vi

Prof. Dr. Muhammad Halifah Mustami, M.Pd

NIP. 19710412 200003 1 001

KATA PENGANTAR

‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِحيم‬


ْ ِ‫ب‬

Assalamu Alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah swt, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul: “Studi
Pemilihan Lokasi Perumahan Di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)” ini untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Teknik
Strata Satu pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Sejak di bangku perkuliahan hingga penyusunan tugas akhir, penulis


banyak mendapatkan hambatan dan kendala. Akan tetapi, berkat arahan,
bimbingan, dukungan dan partisipasi serta saran dan kritik dari berbagai
vii

pihak, berbagai masalah dapat di selesaikan. Oleh Karena itu, penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof.Hamdan Juhanis, M.A., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri


Alauddin Makassar serta seluruh jajarannya.
2. Prof.Dr.Muhammad Halifah Mustami, M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Sainds dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
3. A.Idham A.P., S.T., M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
4. Dr. Henny Haerani G., S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
5. Ir. Slamet Nuhung., M.T dan Irsyadi Siradjuddin, SP., M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
6. Para Dosen, Staf Administrasi Fakultas Sains dan Teknologi, dan Staf
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota yang telah banyak
memberikan bantuan selama menempuh perkuliahan
7. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang selalu mendukung saya dan
menjadi motivasi terbesar saya dalam menyelesaikan penelitian saya
8. Teman-teman seperjuangan penulis PWK angkatan 2016 atas dukungan,
dorongan dan kebersamaannya dari awal semester hingga sekarang.
9. Teman-teman dan sahabat saya serta semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selalu membantu dan mendukung saya dalam
proses penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penelitian ini. Aamiin
viii

Gowa-Samata, Februari 2021

Ihwan Sabir
ix

ABSTRAK

Nama Penyusun : Ihwan Sabir

NIM : 60800116044

Judul Skripsi : Studi Pemilihan Lokasi Perumahan di Kecamatan Sinjai


Barat Kabupaten Sinjai Berbasis Sistem Informasi
Geografis (SIG)

Perumahan dan permukiman merupakan aspek yang terpenting dalam


kehidupan, karena aspek tersebut merupakan satuan aktivitas atau kegiatan yang
terjadi di masyarakat. Pertumbuhan penduduk beriringan dengan pertumbuhan
jumlah penduduk Privinsi Sulawesi Selatan merupakan pintu masuk bagi
Indonesia Timur, sehingga dalam perkembangannya Sulawesi Selatan memiliki
banyak daya tarik dari berbagai sektor, seperti segi ekonomi, infrastruktur,
pendidikan dan sebagainya untuk terus mengalami pertumbuhan.
Kecamatan Sinjai Barat merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Sinjai, jarak Kecamatan Sinjai Barat ± 45,7 km dari pusat kota
Kabupaten Sinjai. Luas wilayah Kecamatan Sinjai Barat adalah 135,53 Km2.
x

Secara fisik alam struktur wilayah Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai
sangat spesifik berbeda dengan daerah lainnya. Struktur wilayah di Kecamatan
Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai terdiri dari bukit-bukit bahkan pegunungan dengan
lekukan-lekukan tajam diselingi sedikit ruang datar. Kebutuhan akan tempat
tinggal di wilayah Kecamatan Sinjai Barat semakin meningkat. Jika dilihat dari
aspek kehidupan sosial masyarakat Kecamatan Sinjai Barat yang senantiasa
memberikan tempat tinggal pada semua anggota keluarganya mengakibatkan
peningkatan kebutuhan lahan perumahan dan permukiman.
Pemilihan lokasi perumahan dan permukiman menjadi hal yang sangat
penting untuk mengurangi dan mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh
kesalahan dalam pemilihan lokasi perumahan dan permukiman di Kecamatan
Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG).
Analisis yang digunakan yaitu analisis deskripif dan analisis overlay yang
memerlukan data berupa data letak geografi wilayah, jumlah penduduk, luas
wilayah, dan sebagainya yang terkait dengan penelitian. Dari hasil analisis
diketahui luas untuk kategori sesuai adalah 5.591,89 hektar sedangkan luas untuk
kategori agak sesuai adalah 3.475,53 hektar dan luas untuk kategori tidak sesuai
dengan permukiman adalah 6.011,86 hektar.

Kata Kunci: perumahan dan permukiman, Sistem Informasi Geografis


iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……….………………………………………..……………i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...................................................................ii
PERSETUJUAN SKRIPSI.......................................................................................iii
PENGESAHAN SKRIPSI.........................................................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................v
ABSTRAK.................................................................................................................vii

DAFTAR ISI……………………………………………….……………………….iv

DAFTAR TABEL………………………………………………………………….vii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………viii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian..................................................7
D. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................7
E. Sistematika Pembahasan...............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9

A. Pengertian Perumahan dan Permukiman....................................................9


B. Pertimbangan Lokasi Perumahan dan Permukiman................................15
C. Parameter-Parameter yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi
Perumahan dan Permukiman......................................................................19
D. Penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Pemilihan Lokasi
Perumahan dan Permukiman......................................................................24
E. Pemetaan Kawasan Pemilihan Lokasi Perumahan dan Permukiman....27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................30

A. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................30


B. Jenis dan Sumber Data................................................................................30
C. Metode Pengumpulan Data........................................................................31
D. Variabel Penelitian......................................................................................32
E. Metode Analisis Data..................................................................................32
v

F. Definisi Operasional....................................................................................33
G. Kerangka Pikir.............................................................................................34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................35

A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Sinjai Barat...............................35


B. Arahan Pemilihan Lokasi Perumahan di Kecamatan Sinjai Barat.........51

BAB V PENUTUP...................................................................................................68

A. Kesimpulan...................................................................................................68
B. Saran..............................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................72
vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi dan Kriteria Lereng untuk Permukiman


Tabel 2.2 Klasifikasi Kekuatan Batuan
Tabel 2.3 Klasifikasi dan Kriteria Jenis Tanah untuk Permukiman
Tabel 2.4 Klasifikasi dan Kriteria Curah Hujan untuk Permukiman
Tabel 4.1 Luas Kelurahan/Desa di Kecamatan Sinjai Barat
Tabel 4.2 Luas Desa dan Jarak Dari Ibukota Kecamatan dan Kabupaten Serta
Ketinggian dari Permukaan Laut
Tabel 4.3 Curah Hujan Pada Kecamatan Sinjai Barat
Tabel 4.4 Kemiringan Lereng Kecamatan Sinjai Barat Tahun 2018
Tabel 4.5 Sebaran Geologi Kecamatan Sinjai Barat
Tabel 4.6 Jenis Tanah di Kecamatan Sinjai Barat
Tabel 4.7 Penggunaan Lahan Kecamatan Sinjai Barat
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Sinjai Barat
Tabel 4.9 Pembobotan Kemiringan Lereng, Curah Hujan dan Jenis Tanah
Tabel 4.10 Parameter Peruntukkan Permukiman
Tabel 4.11 Fungsi Kawasan Kecamatan Sinjai Barat
Tabel 4.12 Hasil Analisis Peruntukkan Permukiman
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Sinjai Barat
Gambar 4.2 Peta Topografi Kecamatan Sinjai Barat
Gambar 4.3 Peta Klimatologi Kecamatan Sinjai Barat
Gambar 4.4 Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Sinjai Barat
Gambar 4.5 Peta Geologi Kecamatan Sinjai Barat
Gambar 4.6 Peta Jenis Tanah Kecamatan Sinjai Barat
Gambar 4.7 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sinjai Barat
Gambar 4.8 Fungsi Kawasan Kecamatan Sinjai Barat
Gambar 4.9 Peta Peruntukkan Kerawanan Bencana Longsor
Gambar 4.10 Peta Peruntukkan Lokasi Permukiman Kecamatan Sinjai Barat
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia, yang juga mempunyai peran sangat strategis sebagai pusat pendidikan

keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi mendatang, serta

penemuan jati diri. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman, perumahan dalah kumpulan rumah sebagai bagian dari

permukimann, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan

prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah layak.

Pembangunan perumahan harus mempertimbangkan lokasi bangunan baik

dari segi tata ruang di wilayah tersebut dan lahan peruntukan serta kondisi

lingkungan sekitar yang mencakup tentang kebijakan perencanaan tata ruang

wilayah, kegiatan penetuan lokasi perumahan juga seharusnya

mempertimbangkan berbagai faktor pendudukung seperti ekonomi,

kependudukan, aktivitas dan kualitas ruang, guna lahan, lingkungan, transportasi,

utilitas, komunikasi dan peraturan.

Komposisi unsur yang dikemukakan oleh Sastra dan Marlina (2016) yang

membentuk permukiman beraneka ragam, serta kegiatan yang ditampung oleh

permukiman tersebut juga beragam. Selain untuk menampung kegiatan hunian itu

sendiri, permukiman juga sebagai tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan salah satunya adalah kegiatan pertambangan.

Fungsi permukiman dapat dilihat dari kondisi masing-masing unsur penyusunnya.


Unsur atau komponen penyusun dapat menggambarkan bagaimana kondisi

permukiman tersebut secara keseluruhan. Pertumbuhan serta pertambahan

penduduk menyebabkan terjadinya kebutuhan perumahan dan permukiman

sebagai tempat tinggal semakin tinggi. Ketersediaan lahan yang terbatas

mengakibatkan pembangunan akan bergerak ke pinggiran kota untuk memenuhi

kebutuhan perumahan dan permukiman.

Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari pemanfaatan lahan, lahan dan

tanah merupakan sumber daya penting bagi kehidupan manusia. Semakin banyak

jumlah penduduk pada suatu wilayah, maka tekanan terhadap lahan semakin

meningkat dan akan menimbulkan konflik kepentingan dalam pemanfaatan lahan.

Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong peningkatan kebutuhan

penggunaan lahan. Luas lahan yang dapat digunakan untuk mendukung kehidupan

relatif tetap dan bersifat terbatas. Sebagai akibatnya, akan terjadi persaingan

penggunaan lahan dan pada akhirnya akan terjadi konflik antar-pengguna serta

penurunan kualitas lahan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan

manusia memanfaatkan sumberdaya alam tanpa memperhatikan kemampuan dan

daya dukung lingkungan. Sebagai akibatnya, terjadi penurunan kualitas

lingkungan dan bencana alam. Pemanfaatan lahan untuk permukiman harus diatur

dengan baik sehingga sesuai dengan rencana tata ruang kota, dengan

mempertimbangkan keseimbangan aspek ekologis sehingga tidak sampai terjadi

penurunan kualitas lahan.[CITATION Placeholder1 \l 1033 ]. Batasan kawasan

terbangun seperti daerah kabupaten harus dilakukan. Perkembangan permukiman,

atau fasilitas lain harus dibatasi melalui sistem penataan ruang agar perkembangan
3

ruang terbangun dapat terkendali dan arah pengembangan ke arah sepanjang jalan

harus di cegah. Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi yang tinggi

namun dihadapkan pada ancaman yang pula, maka hendaknya wilayah tersebut

ditangani agar wilayah ini dapat berkelanjutan.

Hal tersebut telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa sesungguhnya

Allah swt tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi.

Sebagaimana dijelaskan dalam QS Al A’raf/7:56 yang berbunyi:

G‫ َّن‬Gِ‫ إ‬Gۚ G‫ ا‬G‫ ًع‬G‫ َم‬Gَ‫ ط‬G‫ َو‬G‫ ا‬Gً‫ ف‬G‫و‬Gْ G‫ َخ‬Gُ‫ه‬G‫ و‬G‫ ُع‬G‫ ْد‬G‫ ا‬G‫ َو‬G‫ ا‬Gَ‫ ه‬G‫ح‬Gِ ‫ اَل‬G‫ص‬Gْ Gِ‫ إ‬G‫ َد‬G‫ ْع‬Gَ‫ ب‬G‫ض‬ ِ G‫ر‬Gْ Gَ ‫أْل‬G‫ ا‬G‫ ي‬Gِ‫ ف‬G‫ا‬G‫ و‬G‫ ُد‬G‫س‬Gِ G‫ ْف‬Gُ‫ اَل ت‬G‫و‬Gَ
G‫ َن‬G‫ ي‬Gِ‫ ن‬G‫س‬Gِ G‫ح‬Gْ G‫ ُم‬G‫ ْل‬G‫ ا‬G‫ن‬Gَ G‫ ِم‬G‫ب‬
Gٌ G‫ ي‬G‫ ِر‬Gَ‫ ق‬Gِ ‫ هَّللا‬G‫ت‬
Gَ G‫ َم‬G‫ح‬Gْ G‫ر‬Gَ

Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah swt. amat
dekat kepada orang-orang berbuat baik” (Kementrian Agama RI, 2012).
Maksud dari QS A’raf/7:56 menjelaskan Allah swt melarang membuat

kerusakan dibumi seperti dengan membunuh manusia, menghancurkan rumah-

rumah, membunuh hewan, menebang pepohonan dan mengeringkan sungai-

sungai. Dan termasuk berbuat kerusakan di muka bumi juga, kafir terhadap Allah,

terjerumus kedalam kemaksiatan dan tidak menjalankan aturan sesuai syariat

setelah ia ditentukan dan ditetapkan.

Di samping hal dari unsur yang harus dipertimbangkan, penggunaan lahan

di suatu wilayah perlu diketahui, karena untuk mengetahui bagaimana dampak

dari perubahan penggunaan lahan terhadap daya dukung lahan sehingga

berdampak pada menurunnya kualitas sebuah lingkungan. Degradasi atau


4

penurunan kualitas lingkungan tersebut terkait dengan pola pengggunaan lahan

yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah penataan ruang yang secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap tingkat pencemaran di wilayah tersebut

Allah swt mengingatkan besarnya nikmat rumah bagi manusia seperti yang

dijelaskan dalam Q.S An-Nahl/80 di bawah ini:

‫َوٱهَّلل ُ َج َع َل لَ ُكم ِّم ۢن بُيُوتِ ُك ْم َس َكنًا َو َج َع َل لَ ُكم ِّمن ُجلُو ِد ٱأْل َ ْن ٰ َع ِم بُيُوتًا تَ ْست َِخفُّونَهَا‬
‫ارهَٓا أَ ٰثَثًا َو َم ٰتَعًا إِلَ ٰى ِحي ٍن‬
ِ ‫ارهَا َوأَ ْش َع‬ ِ َ‫يَوْ َم ظَ ْعنِ ُك ْم َويَوْ َم إِقَا َمتِ ُك ْم ۙ َو ِم ْن أَصْ َوافِهَا َوأَوْ ب‬

Terjemahnya:
“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat
tinggaldan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari
kulitbinatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu
kamuberjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari
buludomba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan
(yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)”. (Kementrian Agama, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, 2012).

Menurut Ahmad Mushtafa Al-Marobi dalam tafsir Al-Maroghi,

menafsirkan ayat-ayat ini bahwa Allah telah menyebutkan nikmat-nikmat yang

Dia limpahkan kepada para hamba-Nya. Dimulai dengan nikmat yang

dikhususkan bagi orang-orang yang bermukim, dengan Firman-Nya: “menjadikan

bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal” kemudian nikmat yang

dikhususkan bagi para musafir yang mampu mendirikan lemah, dengan Firman-

Nya: “menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang

ternak”.

Kebutuhan akan penyajian informasi dan dokumentasi kegiatan di tiap

daerah saat ini masih memerlukan pengembangan, untuk membantu pelaksanaan

tugas dalam melakukan pengolahan dokumentasi kegiatan pembangunan dan


5

pemetaan lokasi-lokasi perumahan permukiman untuk menentukan lokasi-lokasi

kegiatan yang sesuai dengan tingkat kepentingan atau kebutuhan masing-masing

kabupaten/kota atau RTRW kabupaten/kota melalui sub bidang perencanaan dan

program, hal itu dilakukan dengan cara melihat, mencari informasi tentang lokasi

dan menetukan kriteria yang cocok untuk bahan pertimbangan yang

memungkinkan perlu dilakukannya proses pengamatan, sehingga pihak aparatur

membutuhkan waktu yang cukup lama dan kecermatan dalam menentukan

kegiatan yang sesuai dengan kepentingan kabupaten/kota tersebut, maka

dibutuhkannya suatu sistem yang dapat memudahkan untuk menginformasikan,

memetakan, memonitoring dan memberikan rekomendasi pembangunan untuk

suatu kabupaten/kota berupa Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pemilihan

atau penentuan kawasan perumahan dan permukiman suatu daerah.

Perumahan dan permukiman merupakan aspek yang terpenting dalam

kehidupan, karena aspek tersebut merupakan satuan aktivitas atau kegiatan yang

terjadi di masyarakat. Pertumbuhan penduduk beriringan dengan pertumbuhan

jumlah penduduk Privinsi Sulawesi Selatan merupakan pintu masuk bagi

Indonesia Timur, sehingga dalam perkembangannya Sulawesi Selatan memiliki

banyak daya tarik dari berbagai sektor, seperti segi ekonomi, infrastruktur,

pendidikan dan sebagainya untuk terus mengalami pertumbuhan.

Kabupaten Sinjai adalah salah satu dari 24 Kabupaten/Kota dalam

Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan yang terletak di bagian timur Provinsi

Sulawesi Selatan yang berjarak lebih kurang 223 Km dari Kota Makassar (Ibu

Kota Propinsi Sulawesi Selatan). Kabupaten Sinjai memiliki luas 819.96 Km 2.


6

Terdiri dari 9 kecamatan defenitif dengan jumlah desa sebanyak 67 dari 13

kelurahan. Pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Sinjai seperti

halnya dengan kota lain sangat maju dan cukup pesat perkembangannya yang

mengantar pada kondisi tata ruang yang positif dan negatif.

Kecamatan Sinjai Barat merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Sinjai, jarak Kecamatan Sinjai Barat ± 45,7 km dari pusat kota

Kabupaten Sinjai. Luas wilayah Kecamatan Sinjai Barat adalah 135,53 Km 2.

Secara fisik alam struktur wilayah Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai

sangat spesifik berbeda dengan daerah lainnya. Struktur wilayah di Kecamatan

Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai terdiri dari bukit-bukit bahkan pegunungan dengan

lekukan-lekukan tajam diselingi sedikit ruang datar. Kebutuhan akan tempat

tinggal di wilayah Kecamatan Sinjai Barat semakin meningkat. Jika dilihat dari

aspek kehidupan sosial masyarakat Kecamatan Sinjai Barat yang senantiasa

memberikan tempat tinggal pada semua anggota keluarganya mengakibatkan

peningkatan kebutuhan lahan perumahan dan permukiman.

Pemilihan lokasi perumahan dan permukiman menjadi hal yang sangat

penting untuk mengurangi dan mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh

kesalahan dalam pemilihan lokasi perumahan dan permukiman di Kecamatan

Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis

(SIG), data dan informasi yang ada dapat diintegrasikan dalam pemilihan lokasi

perumahan dan permukiman. Maka peneliti perlu mengangkat judul skripsi yaitu

“Studi Pemilihan Lokasi Perumahan di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten

Sinjai Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)”.


7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu : Bagaimana arahan terhadap pemilihan lokasi
perumahan di Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografis (SIG) ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah: Untuk mengetahui arahan terhadap pemilihan lokasi
perumahan di Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografis (SIG). Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini yakni dapat memberikan gambaran pada masyarakat luas terkait
pemilihan lokasi perumahan yang berbasis sistem informasi geografis, serta
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan serta saran bagi
pemerintah serta peneliti selanjutnya mengenai pemilihan lokasi perumahan dan
permukiman dimasa yang akan datang.

D. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah bertujuan untuk membatasi lingkup wilayah
kajian. Ruang lingkup wilayah yang menjadi fokus penelitian ini dilakukan di
Kelurahan Manipi, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai.
2. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dari penelitian ini mencakup pemetaan daerah
Kecamatan Sinjai Barat berdasarkan pemilihan lokasi perumahan dengan
identifikasi penggunaan lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan dan
jenis batuan (geologi) dengan menggunakan pendekatan Sistem Infromasi
Geografis (SIG).
8

E. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian ini dilakukan dengan mengurut data/informasi sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan kegunaannya, sehingga semua aspek yang
dibutuhkan dalam proses selanjutnya terangkum secara sistematis, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama membahas terkait latar belakang secara singkat
sebagai dasar dari penelitian ini. Selain itu bab pertama ini membahas
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup
pembahasan serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab kedua menguraikan kajian teoritis yang terdiri dari pengertian
umum perumahan dan permukiman, parameter-parameter yang
mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan permukiman, penerapan
sistem informasi geografis (SIG) dalam pemilihan lokasi perumahan
hingga kerangka penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ketiga akan membahas jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, jenis dan metode pengumpulan data, variabel penelitian,
metode analisis data untuk menjawab permasalahan yang diteliti dan
defenisi operasional.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab keempat akan membahas mengenai lokasi perumahan di
kecamatan Sinjai Barat dengan menggunakan analisis overlay peta jenis
tanah, peta kemiringan lereng, peta curah hujan dan peta penggunaan
lahan.
BAB V PENUTUP

Pada bagian ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari

penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perumahan dan Permukiman

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari

permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan

prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah layak.

Secara fisik perumahan adalah suatu lingkungan yang terdiri atas kumpulan unit-

unit rumah tinggal yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial antara

penghuninya, yang dilengkapi sarana dan prasarana.

Pemukiman berasal dari kata mukim yang berarti penduduk tetap, tempat

tinggal/kediaman, daerah dan dapat pula didefinisikan sebagai kawasan. Sehingga,

kata pemukiman dapat didefiniskan sebagai daerah yang terdiri dari kumpulan

tempat tinggal yang didiami oleh masyarakat yang bermukim disuatu tempat.

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik

perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan

utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni (UU

No.1/2011).

Penggunaan lahan untuk perumahan di daerah perkotaan menacuk

prosentase yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan

yang lain. Sektor perumahan memegang peran penting dalam perekonomian

nasional, dan merupakan kebijakan sosial nasional. Sebagian besar perumahan

dimiliki secara pribadi dan bersifat eksklusif, meskipun pemerintah ikut terlibat

aktif dalam berbagai aspek perumahan.penuh dalam memenuhi kebutuhan akan

tempat tinggal, terutama secara fisik (Asmutaqi,2011).


Permukiman merupakan suatu kesatuan wilayah dimana suatu perumahan

berbeda, sehingga lokasi dan lingkungan perumahan tersebut sebenarnya tidak

akan pernah dapat lepas dari permasalahan dan lingkup keberadaan suatu

permukiman. Oleh karena itu sebaiknya jika akan dilakukan pengembangan

perumahan, terlebih dahulu harus betul-betul diketahui dan diteliti keadaan dan

kondisi permukiman dimana perumahan tersebut akan dibangun. Upaya tersebut

antara lain bisa dilakukan melalui studi kelayakan terlebih dahulu agar keberadaan

perumahan tersebut dapat betul-betul sesuai dengan kebutuhan yang semestinya

dalam operasionalnya nanti dapat mendukung arah dan laju pengembangan

permukiman sudah direncanakan (Malau, Waston, 2016)

Unsur-unsur permukiman yaitu alam (nature), lindungan(shell), jejaring

(network), manusia (man), dan masyarakat (society). Alam merupakan unsur dasar

yang kemudian diatasnya didirikan bangunan atau rumah serta jejaringnya sebagai

tempat tinggal manusia dan berbagai kegiatan lain. Adapun Elemen-elemen

permukiman terdiri dari beberapa unsur yaitu 1) Alam: geologi, topografi, tanah,

air, tumbuh-tumbuhan, hewan, iklim, dan sebagainya. 2) Manusia. 3) Masyarakat:

komposisi penduduk, kelompok sosial, adat dan kebudayaan, pengembangan

ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta hukum dan administrasi. 4) Bangunan. 5)

Network: sistem jaringan air bersih, listrik, transportasi, komunikasi, drainase dan

air kotor, serta tata letak fisik (Sastra dan Marlina, 2016).

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung,

baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
11

mendukung penghidupan. Permukiman merupakan suatu kelompok rumah hunian

pada suatu areal atau wilayah beserta prasarana yang ada didalamnya

(Sadyohutomo, 2008)

Dalam konsep permukiman yang menjadi perhatian penting dalam

mengenai kualitas permukiman adalah 1) Contextual Aspect: karakteristik alami,

pengelolaan kenyamanan lingkungan, keamanan, lokasi permukiman, dan

aksesibilitas. 2) Spatial Aspect: karakteristik arsitektural, ukuran bangunan, dan

organisasi spasial. 3) Social Aspect: profil masyarakat, interaksi sosial

masyarakat, integrasi sosial penduduk dengan lingkungan, organisasi sosial dan

administratif. 4) Economic Aspect: kemampuan masyarakat memiliki hunian,

kepemilikan hunian permanen, dan preferensi hunian (Dursun & Saglamer 2010).

Menurut Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dalam

Yuniawan (2011), terdapat faktor-faktor yang bisa dijadikan penimbang

parameter kualitas permukiman, yaitu kepadatan bangunan, lebar jalan masuk

permukiman, tata letak bangunan, kondisi permukaan jalan masuk permukiman,

pohon pelindung jalan, lokasi permukiman, kualitas atap bangunan.

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang

terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan

permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,

pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Kawasan Permukiman

adalah bagian dari lingkungan hidup di luarkawasan lindung, baik berupa

Kawasan Perkotaan maupun perdesaan, yangberfungsi sebagai lingkungan tempat


12

tinggal atau Lingkungan Hunian dan tempatkegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan perumahandan kawasan

permukiman).

Ridwan dan Giyarsih (2012) mengemukakan bahwa kualitas suatu

lingkungan permukiman dapat diukur dengan melihat beberapa indikator.Kualitas

lingkungan permukiman dinilai berdasarkan indikator komposit yang merupakan

gabungan dari tiga indicator yaitu kondisi rumah, sanitasi lingkungan, dan

prasarana dasar permukiman.

Untuk mengkaji sebaran kualitas lingkungan permukiman diukur dengan

melihat kondisi fisik bangunan dan sosial ekonomi masyarakat yang

menempatinya. Fisik bangunan yang dilihat adalah terkait keteraturan bangunan

serta kondisi kontruksi bangunan itu sendiri. Keteraturan bangunan yang

dimaksud adalah kondisi arah hadap dan bentuk bangunan. Semakin seragam

kondisi arah hadap serta ukuran suatu bangunan dengan bangunan-bangunan lain

disekitarnya maka keteraturannya semakin baik. Sedangkan kondisi kontruksi

bangunan dilihat dari beberapa hal seperti kondisi atap dan dinding bangunan

serta ukuran bangunan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang digunakan untuk

melihat kualitas lingkungan permukiman adalah tahun sukses pendidikan, tingkat

pendapatan, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan lingkungan

permukiman yang ditinggalinya (Ekartaji at al, 2014).

Faktor perubahan nilai-nilai budaya masyarakat juga sangat berpengaruh

pada pembangunan perumahan, hal ini jelas terlihat pada masyarakat perkotaan,
13

karena sifatnya yang dinamis dan pluralistis, masyarakat kota mempunyai ciri

budaya yang beraneka ragam.Dalam membuat keputusan tentang rumah, manusia

akan memperhitungkan antara nilai rumah yang ada dengan kebutuhan masing-

masing individu, meliputi : prosedur, barang dan pelayanan. Hal yang paling

penting adalah tentang lokasi dan akses kepada masyarakat dan tempat-tempat

lain, biaya sewa dan kemudahan untuk dipindah tangankan, serta privasi dan

kenyamanan (Hunger, 2010).

Kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapatdigunakan

untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam maupunbuatan manusia,

sehat dan mempunyai akses dan kesempatan berusaha (Direktorat Jendral

Penataan Ruang Pekerjaan Umum, 2007)

Permukiman desa dan permukiman kota mempunyai karkteristik yang

berbeda. Perbedaaanpemukiman desa dan pemukiman kota terlihat dari perbedaan

karakteristikpenggunaan ruangnya. Singkatnya, karakteristik penggunaan ruang

sebuahdesa pertanian kecil akan terlihat berbeda dengan sebuah kota metropolitis

(Mardhanie, 2013). Permukiman desa juga dikenal dengan sebutan kampung atau

dusun. Dari aspek hubungan antar penduduknya, desa merupakan suatu

lingkungandengan penduduk yang memiliki hubungan akrab dan serba informal.

Dariaspek aktivitas ekonominya, masyarakat desa juga memiliki ciri-ciri

aktivitasekonomi yang beragam, namun kegiatan yang paling menonjol di desa

adalahkegiatan yang berkaitan dengan pertanian. Oleh Karena itu, desa atau

dusunidentik dengan suatu wilayah permukiman yang terdapat di pedesaan,

dengankegiatan utama pertanian. Pengertian tentang desa diperjelas dalam


14

Undang Undang Tentang Penataan Ruang (UU No 26 Tahun 2007). Dalam

Undang-Undang dijelaskan disebutkan bahwa kawasan pedesaaan adalah wilayah

yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya

alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan,

pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Mardhanie,

2013).

Permukiman kota dapat dikenali dari jenis-jenis aktivitas yangdilakukan

penduduknya. Jenis-jenis aktivitas yang menonjol dikawasan kotapada umumnya

sangat beragam, seperti: perdagangan, perkantoran,pelayanan jasa, dan pusat

pemerintahan. Dari aspek hubungan antarpenduduknya, masayarakat kota

cenderung kurang akrab dan kurangmengenal satu dengan yang lainnya.

Hubungan anatar penduduknya lebihditentukan oleh kepentingan dibandingkan

kekeluargaan. Dalam Undang-Undang Tentang Penataan Ruang (UU No 26

Tahun 2007) juga dijelaskantentang kawasan perkotaan, yaitu wilayah yang

mempunyai kegiatan utamabukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukimanperkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanansocial dan kegiatan ekonomi.

B. Pertimbangan Lokasi Perumahan dan Permukiman

Dalam penentuan lokasi pengembangan perumahan terdapat faktor-faktor

yang mepengaruhi pemilihan lokasi perumahan, maka dengan demikian kawasan

perumahan harus mempetimbangkan beberapa hal, yakni: (Putri dan Jamal, 2014 ;

Kalesaran,2013)
15

1. Aksesbilitas

Aksesibilitas wilayah merupakan kemudahan untuk mengakses sarana

dan prasarana baik fisikmaupun sosial dan antara wilayah satu dengan wilayah

yang lainnya. Salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat

aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistemjaringan

yang tersedia pada daerah tersebut. (Putri dan Jamal, 2014) Aksesbilitas dalam

kenyataannya berwujud jalan dan transportasi (Kalesaran, 2013).

2. Harga

Adanya hubungan antara harga tanah denganpencapaian atau

aksesibilitas yang diukur dengan jarak dari pusat kota. Pencapaian atau akses

akansemakin menurun secara bertahap kesemua arah dari pusat kota, sehingga

harga tanah akan semakinberkurang seiring dengan makin jauhnya lokasi

tersebut terhadap pusat kota. Tanah yang berada disepanjang jalan utama

harga sewanya akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga sewa tanah

yangtidak berada di jalan utama (Putri dan Jamal, 2014)

3. Kompatibilitas

Yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi

lingkungannya (Kalesaran, 2013).

4. Fleksibilitas

Yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik pemekaran kawasan perumahan

dikaitkandengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana

(Kalesaran, 2013).

5. Pendapatan
16

Masyarakat yang memiliki penghasilan rendah akan memilih lokasi

perumahan yang dekat dengan lokasi kerja sebagai pilihan utama, baru

memikirkan status kepemilikan tanah dan yang terakhir memikirkan

penyediaan fasilitas sosial dan kenyamanan. Masyarakat yang telah

mengalami peningkatan kesejahteraan mulai memikirkan memiliki rumah

sendiri di tempat lain dengan kondisi yang lebih baik, perioritas untuk dekat

dengan lokasi kerja. Golongan ini mengarahkan pemilihan lokasi perumahan

diarahkan ke pinggiran yang akanmenjanjikan kenyamanan dalam bertempat

tinggal yang disebut dengan consolidator ( Putri dan Jamal, 2014).

6. Kenyamanan

Faktor kenyamanan adalah faktor yang berhubungan dengan tingkat

kenyamanan seseorang dalam memilih lingkungan perumahan, faktor ini juga

berhubungan dengan tingkat ketenangan masyarakat terhadap kemungkinan

sewaktu-waktu terjadi bencana, tingginya tingkat pemilihan disebabkan rumah

bukan saja menjadi tempat untuk berteduh tetapi harus memberikan rasa aman

bagi penghuninya. Masyarakat yang akan memilih lokasi perumahan biasanya

juga akan melihat faktor kebersihan lingkungan. karena lingkungan yang

bersih menjamin kenyamanan bagi penghuninya. Ditambah lagi kondisi jalan

yang nyaman dan bebas dari lubang dapat membuat perasaan nyaman bagi

penghuni perumahan yang menggunakan fasilitas kenderaan bermotor, kondisi

yang demikian juga akan memperlancar aktivitas dari dan menuju lokasi

tersebut. Tingkat kebisingan juga merupakan salah satu alasan seorang


17

individu memilih lokasi perumahan karena biasanya mereka akan memilih

tinggal di lokasi yang tingkat kebisingannya rendah (Putri dan Jamal, 2014).

7. Biaya Transportasi

Biaya transportasi adalah sebagai dasar penentuan tarif jasa

transportasi.Tingkat tarif ditentukanberdasarkan biaya langsung, biaya tidak

langsung, dan keuntungan. Faktor ini dapat berpengaruhterhadap penentuan

suatu lokasi perumahan karena seorang individu juga akan memikirkan

tentang biayayang harus dikeluarkan bila memilih lokasi yang akan dibeli,

juga melihat sarana transportasi umumyang dapat digunakan untuk

menjangkau segala lokasi (Putri dan Jamal, 2014)

Dengan beberapa kriteria diatas dapat diartikan bahwa pemilihan lokasi

perumahan yang baik dapat mencakup beberapa hal tersebut agar tercipta nuansa

kesesuaian dan kenyamanan yang baik terhadap penghuni maupun terhadap

lingkungan perumahan, hal ini pula dapat membentuksuatu pola kawasan yang

tertata dan teratur. Tata guna lahan perkotaan menunjukan pembagian dalam

ruang dan peran kota. Misalnya kawasan perumahan, kawasan tempat bekerja,

kawasan pertokoan, dan juga kawasan rekreasi.Sedangkan pemanfaatan lahan

dengan melihat aksesibilitas menurut (Chapin et al).

Dalam pedoman teknis Pd T-03-2005-C tentang Tata Cara Pemilihan

Lokasi Prioritas Untuk Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Kawasan

Perkotaan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, terdapat persyaratan umum untuk

lokasi perumahan dan permukiman. Lokasi kawasan perumahan tersebut harus

sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang
18

Wilayah setempat atau dokumen perencanaan tata ruang lainnya yang ditetapkan

dengan Peraturan Daerah setempat, atau memenuhi persyaratan berikut :

1) Tidak berada pada kawasan lindung

2) Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan

lainnya, baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun

sumberdaya alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami,

3) Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter diatas permukaan laut (MDPL)

4) Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan :

a. Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan

bergeomorfologi datar-landai dengan kemiringan 0-8%

b. Diperlukan rekayasan teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

5) Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak mengganggu jalur

penerbangan pesawat

6) Kondisi sarana-prasarana memadai

7) Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota

8) Bagi masyarakat berpenghasilan menengah kebawah, keterkaitan antara

lokasi perumahan dengan pusat-pusat kegiatan (tempat kerja) dan

pelayanan kota akan mempunyai implikasi ekonomi. (Saputra et al 2017).

Pemanfaatan lahan untuk fasilitas pelayanan kota cenderung mendekati

akses barang dan orang sehingga dekat dengan jaringan transportasi serta dapat

dijangkau dari kawasan pemukiman dan tempat berkerja serta fasilitas pendidikan.

Sementara fasilitas rekreasi, terutama untuk skala regional atau kota, cenderung

menyesuaikan dengan potensi alam seperti pantai, danau, daerah dengan topografi
19

tertentu, flora dan fauna tertentu. Dipahami bahwa pemilihan lokasi perumahan

sangat dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kota yang ada dengan memanfaatkan

akses transportasi. Dengan demikian bahwa tumbuhnya perumahan dan

pemukiman selalu memperhitungkan jarak yakni menuju dan dari lokasi/kawasan

sehingga dapat bernilai keuntungan (Nugraha, 2014).

C. Parameter-Parameter yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Perumahan

dan Permukiman

Kriteria penentuan kelayakan lahan untuk lahan untuk pemukiman

perkotaan menurut badan geologi yaitu dengan menggabungkan beberapa

informasi geologi lingkungan dengan non geologi lingkungan. Geologi

lingkungan yang dimaksud dapat dilihat dengan intensitas untuk tingkat

kepentingan parameter, selain itu sebagai optimalisasi penggunaan lahan serta

keamanan. Sedangkan non geologi lingkungan yang dimaksud yaitu aspek

perlindungan dan peraturan/perundangan (Putri, 2014).

1. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng suatau daerah mempengaruhi nilai kelayakan

peruntukan lahan, baik bentuk lahan datar, bergelombang atau berbukit-bukit.

Pada suatu kawasan, memiliki kondisi yang berbeda-beda, diantaranya dapat

merupakan penghambat bagi pembangunan kawasan tersebut.Sehingga

parameter yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi pemukiman dalam

hal kemiringan lereng yakni : Kemiringan lahan tidak melebihi 15 % dengan

ketentuan: (1) tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan
20

bermorfologi datar- landai dengan kemiringan 0 - 8 %; dan (2) diperlukan

rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8 - 15 % (SNI, 2014).

Adapun Kriteria kemiringan lereng dalam pemanfaatannya menjadi

kawasan pemukiman dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:.

Tabel 2.1 Klasifikasi dan kriteria Lereng untuk Pemukiman (Kadriansari, 2017)

Kemiringan Lereng Kelas Besar Sudut ( % )


1 2 3
Datar Sangat Baik < 2%
Landai Baik 2 %– 8%
Bergelombang Sedang 8 %– 30%
Agak Curam Jelek 30% - 50%
Curam Sangat Jelek > 50%
Sumber: Kadriansari, 2017

Pembangunan perumahan yang dilakukan pada daerah berlereng yang

pada kenyataannya berbahaya jika tidak dilakukan dengan cara yang tepat dan

dapat memperbesar ancaman bencana yang mungkin terjadi di kemudian hari

seperti tanah longsor (Syafri, 2015). Terjadinya longsoran akan meningkat

seiring dengan semakin meningkatnya kemiringan lereng. Kemiringan lereng

akan mempengaruhi kecepatan aliran air permukaan. Pada lahan yang datar

atau landai, kecepatan aliran air lebih kecil dibandingkan dengan tanah yang

miring (curam) (Saputra 2017).

2. Jenis Batuan / Geologi

Salah satu aplikasi ilmu geologi yaitu geologi lingkungan, dapat

berperan dalam pengembangan wilayah dengan memberikan penjelasan

tentang karakteristik keteknikan batuan suatu daerah

Karakteristik fisik batuan yang dalam pemilihan lokasi permukiman

sangat berperan penting dimana jenis batuan dapat menentukan kekuatan dari
21

batuan tersebut, jenis batuan yang biasadigunakan seperti : Aluvium, Breksi

Monomik, Batupasir, Batu lempung (Mareta, 2012).

Kekuatan batuan sangat berhubungan erat dengan permukiman dimana

pada hal ini kaitannya dalam meletakan pondasi bangunan. Batuan yang kuat

akan memperkokoh pondasi bangunan sehingga bangunan menjadi awet dan

sebaliknya batuan yang mudah pecah akan menyebabkan pondasi bangunan

cepat rusak akibat pergerseran dari pondasi bangunan yang pada akhirnya

membuat bangunan tidak awet. Kekuatan batuan dapat diketahui melalui

survei lapangan dengan melakukan pengamatan dengan menggunakan kriteria

kekuatan batuan yang ditunjukan pada Tabel 2.2. sebagai berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi Kekuatan Batuan (Mareta, 2012)

Kriteria Kekuatan Batuan Nilai


1 2
Tidak mudah pecah oleh pukulan palu geologi sangat kuat Sangat Baik
Sukar pecah oleh pukulan palu geologi Baik
Pecah oleh pukulan palu geologi Sedang
Mudah pecah oleh pukulan palu geologi ringan Jelek
Mudah dipecah dengan tangan Sangat Jelek
Sumber: Mareta, 2012

3. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan, hal ini berkaitan dengan kegiatan manusia pada

bidang lahan tertentu, atau dengan pemanfaatan lahan oleh manusia dengan

tujuan tertentu. Penggunaan lahan atau pemanfaatan lahan sebagai perumahan

atau permukiman sangat meningkat dalam kebutuhan akan tempat hunian.

Sehingga banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun

seperti halnya lahan untuk peruntukan perumahan dan permukiman


22

(Saputra,2017). Dalam penggunaan lahan perlu pula diperhatikan agar

ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali

dengan rekayasa/ penyelesaian teknis (SNI, 2014).

4. Kondisi Tanah

Daya dukung tanah sebagai parameter dalam pemilihan lokasi

pemukiman juga merupakan suatu hal yang penting diperhatikan salah satunya

pada aspek kekuatan tanah dimana dalam hal ini berfungsi untuk mendukung

atau menahan pondasi tanpa terjadi keruntuhan akibat pergeseran tanah oleh

kondisi alam.Kekuatan tanah untuk dapat menahan beban pondasi dari suatu

bangunan dapat dinyatakan dalam bentuk daya dukung tanah. Oleh sebab itu

peran tanah dalamketeknikan bangunan cukup penting yakni sebagai fondasi

dasar. Dalam peran itu tanah harus mampu menahan beban bangunan.

Kemampuan tersebut bergantung pada kondisi tanahnya, yang ditentukan oleh

sifat-sifat fisik tanah. (Alfianto, 2017).

Kriteria jenis tanah dalam pemanfaatannya menjadi kawasan

pemukiman dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut

Tabel 2.3 Klasifikasi dan kriteria Jenis tanah untuk Pemukiman


Kelas Jenis Tanah Klasifikasi
I Aluvial, Glei, Planosol, Hidromof kelabu, Laterik air Tidak Peka

tanah
II Latosol Kurang Peka
III Brown forest soil, noncalcic brown, mediteran Agak Peka
IV Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol, podsolic Peka
V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka
Sumber: Kadriansari, 2017

Tekstur tanah juga berperan dalam penentuan pemilihan lokasi

permukiman dimana tekstur tanah dapan menentukan terjadinya kembang


23

kerut tanah. Tanah yang mudah mengalami kembang kerut sangat

berpengaruh pada keawetan bangunan, bangunan akan cepat rusak karena

pondasi bangunan tersebut dilekatakan pada tanah yang meudah mengalami

kembang kerut. Tekstur tanah dapat diketahui melalui analisa laboratorium

berdasarkan pada sampel yang di ambil di setiap satuan medan. Klasifikasi

tekstur tanah dapat berupa Geluh, Geluh berpasir,Geluh belempung,Lempung

berpasir, Lempung/pasir (Mereta, 2012).

5. Curah Hujan

Dalam pemilihan lokasi permukiman perlu pula pertimbangan dan

pemantauna curah hujan terhadap daerah atau wilayah tertentu dimana

wilayah yang mempunyai curah hujan yang tinggi maka daerah tersebut akan

lebih berpengaruh terhadap bahaya bencana tanah longsor. Berdasarkan hal

berikut maka pemberian skor dalam halpertimbangan pemilihan lokasi

permukiman dapat ditentukan aturan sebagai berikut yaitu : semakin tinggi

curah hujan maka skor untuk tingkat kerawanan semakin tinggi (Putri,2014).

Adapun kriteria Curah Hujan dalam pemanfaatannya menjadi kawasan

pemukiman dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Klasifikasi dan kriteria Curah Hujan untuk Pemukiman

Kelas Interval (Mm/Hr) Deskripsi


I 0-13,6 Sangat Rendah
II 13,6-20,7 Rendah
III 20,7-27,7 Sedang
IV 27,7-34,8 Tinggi
V > 34,8 Sangat Tinggi
Sumber: Kadriansari, 2017
24

D. Penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Pemilihan Lokasi

Perumahan dan Permukiman

Sistem Informasi Geografis merupakan sistem yang menyajikan informasi

geografi tentang obyek-obyek yang ada di permukaan bumi. SIG mempunyai

kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di

bumi, menggabungkannya, menganalisa dan memetakan hasilnya. Data yang akan

diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi

geografis dan merupakan lokasi yang memiliki koordinat tertentu sebagai dasar

referensinya. Perangkat lunak SIG dapat berupa Arcview, Map info, Atlas Gis,

ArcInfo, peta digital. Dari aplikasi SIG dapat diketahui lokasi, jarak, trend, pola

dan model pada suatu area di permukaan bumi. Data digital penginderaan jauh

dan hasil klasifikasi citra satelit secara digital berformat raster, sementara data

input SIG melalui digitasi berbentuk vector, untuk mempermudah pengolahan

dapat dilakukan konversi raster ke vektor ataupun sebaliknya. [ CITATION Pat12 \l

1033 ]

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang dirancang untuk

bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat

geografi. Sistem informasi geografis adalah bentuk sistem informasi yang

menyajikan informasi dalam bentuk grafis dengan menggunakan peta sebagai

antar muka. SIG tersusun atas konsep beberapa lapisan (layer) dan relasi.

Kemampuan dasar SIG yaitu mengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti

query, menganalisisnya serta menampilkannya dalam bentuk pemetaan

berdasarkan letak geografisnya (Prahasta, 2010).


25

Budianto (2010), Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah gabungan dari

3 (tiga) unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis. Dengan melihat unsur-

unsur pokoknya, maka jelas Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu

sistem informasi yang menekankan pada unsur “Informasi Geografis”.

Kemampuan SIG dapat diselaraskan dengan penginderaan jauh. Penginderaan

jauh merupakan ilmu pengetahuan dan seni memperoleh informasi suatu obyek,

daerah, atau suatu fenomena melalui analisa data yang diperoleh dengan suatu alat

yang tidak berhubungan dengan obyek, daerah, atau fenomena yang diteliti. Citra

satelit merekam objek di permukaan bumi seperti apa adanya di permukaan bumi,

sehingga dari interpretasi citra dapat diketahui kondisi penutupan/penggunaan

lahan saat perekaman. Teknik penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis

(SIG) merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk dijadikan sebagai penyedia

informasi tentang berbagai parameter faktor pemilihan lokasi perumahan dan

permukiman disuatu daerah.

Perencanaan pembangunan perumahan umumnya tidak menggunakan

ketentuan seperti yang ada didalam SNI, khususnya dalam menentukan lokasi

perumahan sehingga perumahan yang tumbuh tidak saling terhubung. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti tahun 2014 Dengan menggunakan SIG,

penentuan lokasi akan lebih akurat dan menghemat waktu dalam perencanaan.

Dengan metode deskriptif ini digunakan untuk menguraikan hasil peneli-tian yang

didasari dari hasil pengamatan. Lokasi perumahan berada menyebar di seluruh

wilayah, dengan SIG didapati bahwa lokasi perumahan harus memiliki hubungan
26

dengan jalan dan saluran sehingga memudahkan dalam proses perencanaan

pembangunan peruma-han (Apriyanti, 2014).

Penelitian yang menggunakan SIG sebagai alat dalam mengkaji fenomena

pemanfaatan ruang, kesesuaian lahan/ruang dan tata ruang di wilayah pemukiman

telah banyak dilakukan seiring dengan berkembangnya teknologi SIG. Saat ini,

aplikasi SIG untuk studi tata ruang dapat dikombinasikan dengan penginderaan

jauh baik yang sumber datanya berasal dari satelit maupun foto udara. Untuk

kajian pemilihan lokasi perumahan, peta tematik hasil interpretasi citra dapat

digabung dengan peta-peta lainnya yang telah disusun dalam data dasar SIG

melalui proses digitasi. Peta-peta tersebut adalah peta kemiringan lereng, peta

geologi, peta penutupan/penggunaan lahan, peta curah hujan, dan peta-peta lain

yang berhubungan dengan pemilihan lokasi perumahan. Melalui metode tumpang

susun dan pengharkatan dengan SIG maka akan dihasilkan kelas-kelas lokasi

perumahan yang dipresentasikan dalam bentuk peta, sehingga dapat dilihat

distribusi keruangannya. Dari peta itu para pengguna dan pengambil keputusan

dapat memanfaatkan dalam pemilihan lokasi perumahan di daerah penelitian,

sehingga segala bentuk kerugian-kerugian yang ditimbulkan dapat terminimalisir

(Apriyanti, 2014).

E. Pemetaan Kawasan Pemilihan Lokasi Perumahan dan Permukiman

Pemetaan daerah dalam pemilihan lokasi perumahan dilakukan dengan

proses awal menginventaris data spasial dalam bentuk data raster yang

didalamnya terdapat attribute terkait dengan data umum dan data teknis untuk

menentukan lokasi perumahan. (Putri, 2014).


27

Peta-peta dasar adalah peta yang digunakan sebagai acuan dalam

pembuatan peta utama, dalam hal ini adalah peta pemilihan atau penentuan lokasi

perumahan. Ada beberapa peta dasar yang digunakan sebagai pedoman dan

parameter yang akurat. Peta dasar yang dapat digunakan dalam pembentukan peta

penentuan atau pemilihan lokasi perumahan, sebagai berikut :

1. Peta Administrasi

Peta ini berfungsi untuk mengetahui batasan-batasan wilayah secara

administratif dari lokasi yang akan dipetakan. Batasan administratif ini pada

biasanya ditandai dengan batasan kabupaten, batasan kecamatan, dan batasan

antardesa (Putri,2014).

2. Peta Kemiringan Lereng

Lereng yaitu kenampakan permukaan alam yang disebabkan adanya

perbedaan tinggi. Apabila beda tinggi pada dua tempat yang dibandingkan

dengan jarak lurus mendatar akan diperbolehkan dengan besarnya kelerengan.

Bentuk suatu lereng bergantung pada proses erosi, juga gerakan tanah serta

pelapukan (Syafri, 2015). Lereng adalah topografi yang terbagi dalam dua

bagian, yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, yang mana kedua

bagian tersebut besar penagruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis. Jika

suatu lahan kritis akan digunakan untuk pertanian atauun permukiman, maka

perlu adanya pertimbangan mengenai kemiringan lereng menggunakan pete

kemiringan lereng (Putri,2014).


28

3. Peta Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan suatu aktivitas manusia dalam kaitannya

dengan lahan yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra.

Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan

sehingga tidak ada satu definisi yang benar-benar tepat di dalam keseluruhan

konteks yang berbeda. Salah satu contoh melihat penggunaan lahan dari sudut

pandang kemampuan lahan dengan jalan mengevaluasi lahan dalam

hubungannya dengan bermacam-macam karakteristik alami. Penggunaan

lahan merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi

kebutuhan manusia dalam pelaksanaan kehidupannya. Oleh karena itu,

aktivitas manusia di bumi bersifat dinamis sehingga perhatian sering

ditunjukkan pada perubahan atau alih fungsi lahan terhadap penggunaan

lahan (Putri, 2014).

4. Peta Geologi

Peta geologi merupakan gambaran mengenai informasi mengenai

sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur, struktur, tektonika dan lain

sebagainya yang behubungan dengan sumber daya.Untuk menggambarkan

kondisi geologi tersebut harus menggunakan beberapa aturan teknis seperti

batas–batas satuan batuan ataupun struktur yang berupa garis dan juga

penyebarannya harus mengikuti bentuk tubuh batuan beku. Untuk perbedaan

jenis yang terdapat pada batuan, diberikan tanda atau warna. Sedangkan untuk

batuan sedimen tergantung dari hasil jurus (stike) dan kemiringan (dip)

(Mereta, 2012).
29

5. Peta Curah Hujan

Peta curah hujan juga sangat berpengaruh dan merupakan peta dasar

yang harus dimiliki karena curah hujan di setiap lokasi juga berbeda-beda.Peta

penentuan atau pemilihan lokasi perumahan dapat dibuat secara tepat dan

cepat melalui SIG dengan menggunakan metode tumpang susun/overlay

terhadap peta dasar (peta administrasi, peta kemiringan lereng, peta

penggunaan lahan,peta geologi, dan peta curah hujan) (Putri, 2014).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Kelurahan Tassililu (5,44 Ha) dan

Kelurahan Balakia (3,70 Ha) merupakan cakupan wilayah Kecamatan Sinjai Barat

Kabupaten Sinjai.

Waktu penelitian ini dilakukan berdasarkan lama waktu kegiatan

penelitian dilaksanakan selama ± 5 bulan yaitu pada bulan Juni – Oktober 2020

kegiatan penelitian, mulai dari penyusunan proposal, kegiatan penelitian, kegiatan

survey lapangan, pengumpulan data hasil penelitian, proses analisis, interpretasi,

hingga kegiatan penyelesaian penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian “Studi Pemilihan Lokasi Perumahan di

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai Berbasis Sistem Informasi Geografis”

adalah deskriptif kualitatif yang diantaranya mencakup penelitian survey,

pengamatan dan dokumentasi yang bertujuan untuk memberi informasi terhadap

pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil

penelitian di lapangan yang berhubungan dengan kondisi dan sebaran

permukiman berdasarkan kondisi lapangan dan hasil wawancara dengan

masyarakat setempat.
31

Data sekunder adalah data yang diperoleh pada instansi terkait guna

mengetahui data kuantitatif objek penelitian, dimana data ini bersumber dari

beberapa instansi terkait baik dalam bentuk tabulasi maupun deskriptif. Jenis data

yang dibutuhkan mencakup data letak geografi wilayah, jumlah penduduk, luas

wilayah, dan sebagainya yang terkait dengan penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data dapat dilakukan berbagai cara dan sumber. Maka

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitiaan ini sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi berfungsi untuk pencarian data dengan mengidentifikasi

data melalui pengukuran serta pengambilan data secara langsung di lapangan.

Kegiatan observasi dilakukan secara sistematis untuk menjajaki masalah

dalam penelitian serta bersifat eksplorasi. Observasi dilakukan berupa

pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap sebaran permukiman

wilayah penelitian.

2. Telaah Pustaka

Pengumpulan data-data sekunder dengan mengambil data-data yang

sifatnya dokumen, literature pada dinas terkait atau buku-buku yang mampu

mendukung penelitian.

3. Dokumentasi

Untuk melengkapi data maka kita memerlukan informasi dari

dokumentasi yang berkaitan dengan objek yang menjadi studi. Dokumentasi


32

ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan

dan bukti.

D. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan ciri dari individu, gejala, peristiwa yang dapat

diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Variabel digunakan dalam proses

identifikasi ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana

suatu rancangan penelitian semakin sedikit variable penelitian yang digunakan.

Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

kondisi penggunaan lahan, jenis batuan,kondisi tanah, kemiringan lereng dan

curah hujan.

E. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan rumusan masalah yaitu:

1. Analisis Deskriptif/Kualitatif

Analisis deskriptif yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian

yaitu menggambarkan atau menguraikan secara jelas kondisi yang terjadi di

lokasi penelitian dan untuk lebih akurat dalam menginterpretasi digunakan

instrument berupa peta-peta.

2. Analisis Overlay

Overlay merupakan salah satu prosedur penting dalam analisis SIG

(Sistem Informasi Geografis). Overlay adalah kemampuan untuk

menempatkan grafis satu peta di atas grafis peta yang lain dan menampilkan

hasilnya di layar komputer atau pada plot. Dengan kata lain, overlay
33

menapilkan suatu peta digitas pada peta digital tang lain beserta atribut-

atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki

informasi atribut dari kedua peta tersebut. Analisis overlay ini digunakan

untuk menentukan daerah lokasi perumahan dengan didasarkan pada aspek

fisik dasar yaitu curah hujan, jenis batuan, kemiringan lereng serta

penggunaan lahan pada suatu kawasan yang didasarkan pada pengharkatan

dan pembobotan.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan dalam penelitian ini untuk memperoleh

pemahaman yang tepat terkait dengan maksud penelitiansehingga menghindari

adanya pemaknaan ganda, definisi tersebut antara lain:

1. Overlay adalah kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta di atas

grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau

pada plot.

2. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

permukaan bumi dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu

hingga di dapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta dan

berbentuk vektor maupun raster

3. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau dalam bahasa inggris Geografic

Information System (GIS) merupakan sistem informasi yang dilakukan

untuk memperoleh data spasial suatu wilayah.

G. Kerangka Pikir

STUDI PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN


DIKECAMATAN SINJAI BARAT KABUPATEN SINJAI
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
34

LATAR BELAKANG
Pemilihan lokasi perumahan yang tidak mempertimbangkan aspek
fisik dasar suatu wilayah berdampak pada penyelenggaraan
kehidupan masyarakat banyak area yang telah dialih fungsikan
sehingga kawasan perumahan rentan terkena bencana.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana arahan terhadap pemilihan lokasi
perumahan di Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten
Sinjai dengan menggunakan Sistem InformasiGeografis
(SIG)?

TUJUAN
Mengetahui arahan terhadap pemilihan lokasi
perumahan di Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten
Sinjai dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG).

TINJAUAN TEORI

VARIABEL
- Kemiringan Lereng
- Curah Hujan
- Kondisi tanah
- Penggunaan Lahan
- Jenis Batuan/Geologi

Metode Analisis
- Analisis kuantitatif
- Analisis Overlay

KESIMPULAN
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Sinjai Barat

1. Aspek Fisik Dasar

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kecamatan Sinjai Barat merupakan daerah dataran yang terletak

pada ketinggian berkisar antara 600-950 meter dari permukaan laut, batas

administrasi dan batas fisik Kecamatan Sinjai Barat adalah sebagai

berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Borong

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sinjai

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Tengah

Kecamatan Sinjai Barat merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Ibukota Kecamatan Sinjai Barat

terdiri dari 1 Kelurahan dan 8 Desa dengan total luas 15.773, 23 Ha, luas

wilyah diriinci berdasarkan Kelurahan/Desa dapat dilihat pada Tabel 4.1.


36

Tabel 4.1 Luas Kelurahan/Desa di Kecamatan Sinjai Barat

No Kelurahan/Desa Luas (Ha)


1 2 3
1 Arabika 1.017,64
2 Balakia 342,01
3 Barania 1.2171,82
4 Bonto Salama 1.344,77
5 Boto Lempangan 1.625,08
6 Gunung Perak 3.354,49
7 Tassilillu 660,26
8 Terasa 4.166,96
9 Turungan Baji 1.321,14
Total 15.102,89
Sumber: RTRW Kabupaten Sinjai

b. Topografi

Kecamatan Sinjai Barat memiliki ketinggian diantara 0-950 mdpl,

Kelurahan/Desa Bonto Salama, Turungan Baji, dan Terasa berada pada

Ketinggian sekitar 0-6 mdpl. Kelurahan/Desa Bonto Lempangan berada

pada ketinggian 0-750 mdpl, dan Kelurahan/Desa Tassililu berada pada

ketinggian 0-800 mdpl, dan Kelurahan/Desa Arabika berada pada

ketinggian 0-900 mdpl, dan Kelurahan/Desa Barania berada pada

ketinggian 0-925 mdpl, sementara Kelurahan/Desa Balakia dan Gunung

Perak pada di titik tertentu ketinggiannya mencapai sekitar 950 mdpl.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Luas Desa dan Jarak Dari Ibu kota Kecamatan dan Kabupaten

Serta Ketinggian dari Permukaan Laut

Ketinggian dari Permukaan


No Desa/Kelurahan Luas (Km)
Air Laut (M)
1 2 3 4
1 Gunug Perak 22,99 ±950
2 Balakia 3,70 ±950
37

3 Tassililu 5,44 ±800


4 Arabika 9,46 ±900
5 Barania 18,78 ±925
6 Boto Lempangan 18,22 ±750
7 Bonto Salama 14,50 ±600
8 Turungan Baji 18,60 ±600
9 Terasa 23,84 ±600
Jumlah 135,53
Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Sinjai Barat 2019

c. Klimatologi

Kecamatan Sinjai Barat termasuk wilayah yang memiliki iklim

tropis yang sederhana yaitu Kemarau dan Hujan Curah hujan di

Kabupaten Sinjai yaitu 237,75 mm dengan suhu 27, 125°C. Intensitas

curah hujan yang terdapat di Kecamatan Sinjai Barat berkisar antara

2000-3500 mm/tahun.

Musim hujan terjadi pada Bulan Desember sampai Bulan Juni,

sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Juli sampai Bulan

Desember. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi

dengan musim peralihan (pancaroba) pada bulan-bulan tertentu.

Kecamatan Sinjai Barat termasuk wilayah yang memiliki iklim

tropis yang sederhana yaitu Kemarau dan Hujan Curah hujan di

Kabupaten Sinjai yaitu 237,75 mm dengan suhu 27, 125°C. Intensitas

curah hujan yang terdapat di Kecamatan Sinjai Barat berkisar antara

2500-3500 mm/tahun dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.3 Curah Hujan Pada Kecamatan Sinjai Barat

No Curah Hujan Luas (Ha)

1 2 3

1 2000-2500 45,49
38

2 2500-3000 10.044,09
3 3000-3500 5.014,21
Total 15.102,89
Sumber: RTRW Kabupaten Sinjai

Intensitas curah hujan yang ada di kecamatan Sinjai Barat masuk

dalam kategori tinggi berdasarkan standar BMKG normal curah hujan

terbagi menjadi 3 kategori, yaitu rendah (0 – 100 mm), menengah ( 100 –

300 mm), dan tinggi (300 – 500 mm).

d. Kemiringan Lereng

Kondisi topografi merupakan elemen yang sangat mempengaruhi

dalam penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya

dukung lahan. Kondisi topografi yang relatif bervariasi. Keseluruhan

wilayah Kecamatan Sinjai Barat merupakan daerah datar dengan

kemiringan lereng 0-8% dan ketinggian wilayah 0-300 mdpl. Untuk lebih

jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4.4 serta Gambar 4.4.

Tabel 4.4 Kemiringan Kecamatan Sinjai Barat Tahun 2018

No Kemiringan Lereng Luas Wilayah (Ha)


1 2 3
1 5-15% 965,99
2 15-40% 8.110,27
3 >40% 6.026,61
Jumlah 15.102,89
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai Tahun 2012-2032

Kecamatan Sinjai Barat secara keseluruhan berada pada daerah

dataran lanai curam dan agak curam dengan kemiringan lereng 5->40%

dimana menurut Haryanto (2013) kemiringan lereng dibagi menjadi

beberapa kelas yaitu datar (0-8%), landai (8-15%), agak curam (15-25%),
39

curam (25-45%), dan sangat curam (>45%). Lahan yang diperbolehkan

untuk berdirinya kawasan permukiman adalah lahan yang memiliki

topografi datar sampai bergelombang yakni lahan yang memiliki

kemiringan lereng 0-25%.

e. Geologi dan Tanah

Kondisi geologi kawasan berguna untuk mengetahui tingkat

kestabilan pondasi suatu kawasan, selain itu kondisi geologi/batuan akan

sangat berpengaruh terhadap pengembangan suatu kawasan jika ditinjau

dari aspek kerentanaannya terhadap bencana alam seperti longsor dan

getaran tanah. Kondisi geologi wilayah dapat dilihat berdasarkan formasi

batuan penyusunnya, secara umum Kecamatan Sinjai Barat tersusun oleh

formasi batuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan

Gambar 4.5

Tabel 4.5 Sebaran Geologi Kecamatan Sinjai Barat

No Formasi Luas Wilayah (Ha)


1 2 3
1 Batuan Gunungapi Formasi Camba 2.712,44
2 Batuan Gunungapi Bature-Cindako 3.893,91
3 Batuan Gunungapi Lompobattang 7.651,79
4 Granodiarit 445,58
5 Pusat Erupsi 400,45
Jumlah 15.102,89
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai Tahun 2012-2032

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Sinjai Barat adalah tanah

Alluvial muda yang merupakan endapan Andesit (endapan andesit

sungai, pantai dan rawa) yang berumur kuarter (resen) dan menempati

daerah morfologi pedataran dengan ketinggian 0-60 m dengan sudut


40

kemiringan lereng <3%. Tekstur beraneka mulai dari ukuran lempung,

lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal, dengan tingkat kesuburan

yang tinggi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar

4.6

Tabel 4.6 Jenis Tanah di Kecamatan Sinjai Barat

No Jenis Tanah Luas Wilayah (Ha)


1 2 3
1 Andesit, basalt, tephra berbutir halus 8.171,56
2 Basalt, Andesit 6.990,39
Jumlah 15.102,89
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai Tahun 2012-2032

Tanah basalt memiliki manfaat di bidang pertanian salah satunya

untuk mempermudah proses irigasi pada lahan pertanian. Tanah ini

terbentuk akibat endapan dari berbagai bahan seperti basalt dan koluvial

yang juga berasal dari berbagai macam asal. Tanah basalt tergolong

sebagai tanah muda, yang terbentuk dari endapan halus di aliran sungai.

Tanah basalt dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena

kandungan unsur hara yang relatif tinggi. Tanah basalt memiliki struktur

tanah yang pejal dan tergolong liat atau liat berpasir dengan kandungan

pasir kurang dari 50%.

f. Penggunaan Lahan

Luasan pemanfaatan lahan di wilayah Kecamatan Sinjai Barat

dibagi dalam 6 (enam) jenis penggunaan lahan. Secara umum


41

penggunaan lahan di wilayah ini didominasi oleh hutan sekunder dan

kebun campuran yaitu masing-masing 3.847,15 ha dan 8.691,93 ha.

Untuk penggunaan lahan lainnya merupakan tanah kosong atau ruang

terbuka lainnya, sebagian besar merupakan lahan pertanian (areal

persawahan). Dapat dilihat pada uraian Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 jenis

penggunaan lahan di Kecamatan Sinjai Barat berikut.

Tabel 4.7 Penggunaan Lahan di Kecamatan Sinjai Barat

No Penggunaan Lahan Luas Wilayah (Ha)


1 2 3
1 Hutan Sekunder 3.847,15
2 Hutan Tanaman 136,35
3 Pertanian Lahan Kering Campuran 8.691,93
4 Sawah 1.523,77
5 Semak/Belukar 854,65
6 Tubuh Air 50,32
Jumlah 15.102,89
Sumber : RTRW Kabupaten Sinjai Tahun 2012-2032

2. Kependudukan

Jumlah dan pertumbuhan penduduk berdasarkan data BPS Kecamatan

Sinjai Barat, jumlah penduduk Kecamatan Sinjai Barat pada Tahun 2018

sekitar 24.391 jiwa. Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk terbanyak

adalah Kelurahan Tassililu dengan jumlah penduduk pada Tahun 2018 sekitar

4.838 jiwa, sementara Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk paling sedikit

Kelurahan Balakia dengan jumlah penduduk sekitar 1.186 jiwa. Pertumbuhan

penduduk Kecamatan Sinjai Barat dalam rentang Tahun 2014-2018

mengalami pertumbuhan yang signifikan setiap tahunnya. Pada Tahun 2014

jumlah penduduk Kecamtan Sinjai Barat berjumlah sekitar 23.764 jiwa

kemudian hiingga tahun 2018 mengalami pertumbuhan sekitar 24.391 jiwa


42

sehingga pada Tahun 2014-2018 mengalami pertumbuhan penduduk 24.391

jiwa. Untuk lebih jelaasnya mengenai jumlah serta pertumbuhan penduduk

Kecamatan Sinjai Barat dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Sinjai Barat Berdasarkan

Kelurahan/Desa Tahun 2014-2018

Tahun
No Desa/Kelurahan
2014 2015 2016 2017 2018
1 Gunug Perak 3096 3115 3133 3150 3167
2 Balakia 1178 1180 1192 1184 1186
3 Tassililu 4712 4744 4777 4808 4838
4 Arabika 2563 2580 2597 2613 2628
5 Barania 1954 1965 1975 1986 1996
6 Boto Lempangan 2842 2844 2847 2849 1851
7 Bonto Salama 2935 2993 3040 3086 3129
8 Turungan Baji 1711 1722 1734 1744 1754
9 Terasa 2763 2784 2804 2823 2842
Jumlah 23.764 23.927 24.089 24.243 24.391
Sumber: BPS Kecamatan Sinjai Barat Dalam Angka tahun 2015-2019
43

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Sinjai Barat


44

Gambar 4.2 Peta Topografi Kecamatan Sinjai Barat


45

Gambar 4.3 Peta Klimatologi Kecamatan Sinjai Barat

Gambar 4.4 Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Sinjai Barat


46

Gambar 4.5 Peta Geologi Kecamatan Sinjai Barat


47

Gambar 4.6 Peta Jenis Tanah Kecamatan Sinjai Barat


48

Gambar 4.7 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sinjai Barat


49
50

B. Arahan Pemilihan Lokasi Perumahan di Kecamatan Sinjai Barat

1. Kawasan Permukiman di Kecamatan Sinjai Barat

Salah satu fenomena yang sejalan berkembangan pertumbuhan

penduduk yaitu perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan

yang marak terjadi sesuai untuk kebutuhan. Perubahan lahan pada daerah

dataran rendah dan lereng landai cenderung berubah jadi permukiman

sedangkan daerah dataran tinggi biasanya hutan dijadikan kawasan

perkebunan dan holtikultura.

Kawasan permukiman yang ada pada Kecamatan Sinjai Barat memiliki

tatanan kawasan permukiman perkotaan yang terdiri dari sumber daya buatan

seperti perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana

perkotaan seperti jalan, drainase, prasarana limbah cair maupun padat dan gas

diarahkan pembangunannya tetap menjaga interkoneksi tersebut di atas.

Bangunan-bangunan permukiman di tengah Kecamatan Sinjai Barat

diarahkan berorientasi vertikal dengan mengendalikan pembangunan fisik

kawasan secara horizontal. Demikian pula halnya dengan kawasan perkotaan

ibukota kecamatan agar dapat menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30%

dari luas wilayah kotanya.

Penggunaan lahan permukiman eksisting diperoleh dari peta

penggunaan Lahan tahun 2020 dan citra landsat tahun 2020 digunakan sebagai

data persebaran kawasan permukiman pada tahun tersebut sekaligus

digunakan untuk melihat penggunaan lahan secara keseluruhan.


51

2. Analisis Peruntukan Permukiman

Analisis kesesuaian kawasan untuk permukiman menggunakan kriteria

kesesuaian lahan dan standar serta peraturan yang berkaitan dengan penataan

permukiman. Untuk menilai kawasan permukiman digunakan 3 (tiga) kriteria,

yaitu:

a. Berada di kawasan budidaya Kriteria lokasi permukiman berada di

kawasan budidaya dianalisis dengan menggunakan SK Menteri

Pertanian No. 683/Kpts/Um/8/1981 mengenai Kriteria dan Tata Cara

Penetapan Hutan Lindung dan Hutan Produksi, Kepres No. 32 Tahun

1990 mengenai Pengelolaan Kawasan Lindung, PP No. 26 Tahun 2008

mengenai RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) dan SK

Menhutbun No. 259/ Kpts-II/2000 mengenai Penunjukan Kawasan

Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Barat serta RTRWK

(Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten) Sekadau sesuai Perda No.

10 Tahun 2006. Dengan demikian, faktor yang dijadikan parameter

penelitian adalah jenis tanah, curah hujan, kemiringan lereng,

sempadan sungai, ketinggian tempat dan status kawasan hutan.

b. Aman dari bencana alam Kriteria rawan bencana alam, banjir dan

longsor diperoleh melalui teknik SIG dengan menganalisis peta

kelerengan, peta jenis tanah, peta curah hujan.

c. Sesuai tapak permukiman Kriteria lokasi permukiman berdasarkan

tapak permukiman mengacu pada SK Menteri PU No 20/KPTS/1986.


52

Kemiringan lereng di Kecamatan Sinjai Barat bervariasi antara 5-15 %

sampai dengan >40%. Kemiringan lereng dikelasifikasi ke dalam tiga kelas.

Dapat dilihat pada tabel Curah hujan di Kecamatan Sinjai Barat berdasarkan

peta digital curah hujan Kabupaten Sinjai, dikelasifikasi ke dalam dua

kategori. dapat dilihat pada tabel dan peta intensitas curah hujan pada tabel

Jenis tanah di Kecamatan Sinjai Barat berdasarkan analisis peta digital,

dikelasifikasi ke dalam Satu kelas. dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Pembobotan Kemiringan Lereng, Curah Hujan, Jenis Tanah dan

Penggunaan Lahan

Nilai Kelas Kemiringan Lereng Skor


1 2 3
II 5-15% 40
III 15-40% 60
IV >40% 80
Nilai Kelas Curah Hujan Skor
II 2000-2500 mm 20
III 2500-3000 mm 30
IV 3000-3500 mm 40
Nilai Kelas Jenis Tanah Skor
I Andesit, basalt berbutir halus 30
II Andesit, basalt 15
Nilai Kelas Penggunaan Lahan Skor
I Hutan Sekunder 40
II Hutan Tanaman 30
IV Pertanian Lahan Kering Campuran 10
III Sawah 20
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Analisis terhadap kriteria permukiman berlokasi di kawasan

budidaya dilakukan melalui empat tahap (Tabel 4.9). Kriteria lokasi

permukiman berdasarkan tapak permukiman menggunakan parameter

ketinggian tempat pada tahap VI dan parameter kemiringan lereng pada

tahap VII. Analisis dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu zona sesuai
53

permukiman, zona agak sesuai permukiman, zona budidaya

nonpermukiman dan zona lindung.

Hasil analisis kesesuaian lahan untuk tahap I menunjukkan bahwa

dari Kecamatan Sinjai Barat, 37,08% (5.591 ha) merupakan kawasan

budidaya, sedangkan 62,92% (9.487,40 ha) berada pada kawasan

penyangga denganskor kawasan 125. Secara spasial, kontribusi dari faktor

kelas lereng dan jenis tanah yang lebih mempengaruhi hasilpenentuan

kriteria kawasan. Faktor kelas lereng, walaupun cukup seragam, terdiri

dari dua kelas yang cukup mencolokperbandingannya. Hampir seluruh

wilayah memiliki kelas lereng III (15-40 %), sedangkan kelas lereng IV

(<40%) hanya sebagian kecil di wilayah kecamatan Sinjai Barat. Jenis

tanah didominasi oleh jenis tanah basalt yang tidak peka terhadap rosi,

hingga jenis tanah podsolik merah kuning yang memiliki kategori peka.

Kelas jenis tanah lainnya adalah andesit. Faktor kelas lereng dan jenis

tanah ini lebih dominan dalam penentuan nilai scoring kawasantersebut

dibandingkan dengan faktor curah hujan; sebaran curah hujan cenderung

homogen di seluruh wilayah kecamatan.

Analisis tahap II menunjukkan pergeseran klasifikasi dari kawasan

penyangga menjadi kawasan lindung pada lokasi yang sama, karena

lokasi tersebut terletak pada lahan dengan kelerengan > 15 % dan jenis

tanahnya merupakan organosol glei humus yang kategorinya sangat peka

terhadap resiko longsor. Jadi, pada analisis diklasifikasikan sebagai

kawasan lindung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.10.
54

Tabel 4.10 Parameter Peruntukkan Permukiman

Tahap Parameter Keterangan


SK Mentan No.837/Kpts/Um/11/1980;Kepres No.32/1990; PP

No.26/2008
Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Klasifikasi

tanah Tanah CH CH Lereng Lereng


1 15 1 10 1 20 <124 Kawasan
2 30 2 20 2 40
I Budidaya
3 45 3 30 3 60
4 60 4 40 4 80
125-174Kawasan

Penyangga
5 75 5 50 5 100
>175 Kawasan

lindung
Tahap Parameter Keterangan
SK Mentan No.837/Kpts/Um/11/1980;Kepres No.32/1990; PP

No.26/2008
II
Jenis Tanah Lereng Klasifikasi
<15% Kawasan Budidaya
Basalt, Andesit
>15 % Kawasan Lindung
Sempadan sungai (Keppres No 32/1990)
Kriteria Sempadan sungai Klasifikasi
a. Sungai besar = 100 m a. Kawasan lindung

III b. Sungai kecil = 50 m b. Kawasan lindung

c. Sungai dalam permukiman = 15 m c. Kawasan lindung

d. Bukan sempadan sungai d. Kawasan budidaya


Penggunaan Lahan (SK Menhutbun No.259/Kpts-II/2000)
a. Hutan Sekunder a. Kawasan lindung

b. Hutan Tanaman b. Kawasan lindung


IV
c. Pertanian Lahan Kering Campuran c. Kawasan lindung

d. Sawah d. Kawasan budidaya

e. Semak Belukar
Kerawanan Bencana (Kepres No.32/1990; PP No 26/2008)
a. Rendah a. Zona sesuai permukiman
V
b. Sedang b. Zona agak sesuai
55

Tahap Parameter Keterangan


c. Tinggi c. Zona lindung
Ketinggian tempat (SK Menteri PU No 20/1986)
a. <1000 m a. Zona sesuai & agak

b. 1000-2000 m sesuai permukiman


VI
c. >2000 m b. Zona budidaya

nonpermukiman

c. Zona lindung
Kemiringan lereng (SK Menteri PU No 20/1986)
a. 0-8 % a. Zona sesuai permukiman

b. 8-15 % b. Zona agak sesuai

c. 15-40% permukiman
VII
d. >40% c. Zona budidaya

nonpermukiman

d. Zona lindung

Analisis tahap II menunjukkan pergeseran klasifikasi dari kawasan

penyangga menjadi kawasan lindung pada lokasi yang sama, karena

lokasi tersebut terletak pada lahan dengan kelerengan > 15 % dan jenis

tanahnya merupakan Basalt, Andesit yang kategorinya sangat peka

terhadap resiko longsor. Jadi, pada analisis diklasifikasikan sebagai

kawasan lindung.

Pada tahap III, faktor sempadan sungai dipertimbangkan sebagai

kawasan perlindungan setempat yang merupakan bagian dari kawasan

lindung. Hasilnya dari keseluruhan luas Kecamatan Sinjai Barat, 37,06%

(5.591,89 ha) merupakan kawasan budidaya, sedangkan 62,82 %

(9.487,40 ha) berada pada kawasan lindung.


56

Tahap IV dilakukan dengan menumpangsusunkan peta Kecamatan

Sinjai Barat dengan Peta Penggunaan Lahan. Hasil analisis menunjukkan

bahwa wilayah Kecamatan Sinjai Barat berada dalam lima jenis

penggunaan lahan. Berdasarkan kriteria bahwa permukiman harus berada

dalam kawasan budidaya, melalui analisis dari tahap I–IV didapatkan hasil

dua kelas fungsi kawasan yaitu kawasan budidaya seluas 5.591,89 Ha

sedangkan kelas kawasan lindung seluas 9.487,40 Ha dapat dilihat pada

Tabel 4.11 dan Gambar 4.8.

Tabel 4.11 Fungsi Kawasan Kecamatan Sinjai Barat

No Fungsi Kawasan Luas (Ha)


1 2 3
1 Kawasan Budidaya 5.591,89
2 Kawasan Lindung 9.487,40
Total 15.102,89
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Pada analisis tahap V, peta hasil analisis tahap IV di-overlay

dengan Peta Daerah Rawan Bencana. Hasilnya, dari keseluruhan luas

Kecamatan Sinjai Barat terdapat 9 titik rawan bencana longsor untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.9

Pada tahap VI–VII, analisis menggunakan parameter ketinggian

tempat dan kemiringan lereng. Adapun hasil analisis ini dapat digunakan

dalam rujukan penentuan lokasi permukiman di Kecamatan Sinjai Barat.

Dari hasil analisis tahap ini diperoleh bahwa secara keseluruhan untuk

wilayah Kecamatan Sinjai Barat, 5.591,89 ha merupakan zona sesuai

permukiman, 3.475,53 ha adalah zona agak sesuai permukiman. Zona


57

budidaya nonpermu-kiman seluas 6.011,86 ha untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.10

Tabel 4.12 Hasil Analisis Peruntukkan Permukiman

No Zona Peruntukkan Perumahan Luas (Ha) Presentase


1 2 3 4
1 Zona sesuai permukiman 5.591,89 37,08
2 Zona agak sesuai permukiman 3.475,53 23,05
3 Zona nonpermukiman 6.011,86 39,87
Total 15.102,89 100
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Dari hasil analisis penentuan lokasi permukiman di dapatkan tiga

kelas yaitu Zona sesuai permukiman dengan luas 5.591,89 Ha yang

terdapat di Kelurahan Tassililu, desa arabika, desa barania. Untuk kelas

kedua zona agak sesuai dengan permukiman seluas 3.475,53 Ha yang

terdapat di Kelurahan Tassililu, desa bonto salama, desa balakia, desa

barania, desa arabika. Sedangkan untuk kelas zona non permukiman

biasanya memiliki kemiringan lereng >40% dengan luas 6.011,86 Ha yang

terdapat di desa gunung perak, desa turungan baji, desa terasa.

Arti sempit pemukiman bukan hanya rumah tempat tinggal

manusia saja namun lebih kepada memperhatikan susunan dan penyebaran

bangunan antara lain: rumah, gedung, sekolah, kantor, pasar, dan

sebagainya. Pendapat ini menunjukkan bahwa setiap pembangunan pada

suatu daerahpemukiman akan diikuti dengan pembangunan sarana dan

prasarana yang akan mendukung kehidupan masyarakat itu sendiri. Sarana

dan prasarana yang di maksud seperti rumah, gedung, sekolah, kantor,

pasar, dan sebagainya.


58

Hal tersebut telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa

sesungguhnya Allah swt menciptakan bumi untuk dimanfaatkan manusia

dalam proses pembangunan untuk keberlanjutan hidup, dijelaskan dalam

Q.S. Al-Mulk/67:15 yang berbunyi:

Gَ G‫ر‬Gْ Gَ ‫أْل‬G‫ ا‬G‫ ُم‬G‫ ُك‬Gَ‫ ل‬G‫ل‬Gَ G‫ َع‬G‫ج‬Gَ G‫ ي‬G‫ ِذ‬Gَّ‫ل‬G‫ ا‬G‫و‬Gَ Gُ‫ه‬
G‫ا‬G‫و‬Gُ‫ ل‬G‫ ُك‬G‫ َو‬G‫ ا‬Gَ‫ ه‬Gِ‫ ب‬G‫ ِك‬G‫ ا‬Gَ‫ ن‬G‫ َم‬G‫ ي‬Gِ‫ ف‬G‫ا‬G‫ و‬G‫ ُش‬G‫ ْم‬G‫ ا‬Gَ‫اًل ف‬G‫و‬Gُ‫ ل‬G‫ َذ‬G‫ض‬

G‫ ُر‬G‫ و‬G‫ ُش‬G‫ ُّن‬G‫ل‬G‫ ا‬G‫ ِه‬G‫ ْي‬Gَ‫ ل‬Gِ‫ إ‬G‫ َو‬Gۖ G‫ ِه‬Gِ‫ ق‬G‫ز‬Gْ G‫ ِر‬G‫ن‬Gْ G‫ِم‬

Terjemahnya:

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka


berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan”. (Departemen Agama RI, 2010).

Menurut Quraish Shihab bahwa kelompok ayat-ayat ini

menguraikan lebih lanjut rububiyyat yaitu betapa besarnya wewenang dan

kuasa Allah dalam mengatur alam raya ini. Setelah melalui ayat yang lalu,

Allah telah menegaskan luasnya pengetahuan-Nya, sehingga melalui ayat

tersebut ditegaskan sekali lagi kuasa-Nya sekaligus luthf yaitu

kemahalembutan-Nya dalam mengatur makhluk terutama manusia, agar

mereka mensyukuri nikmat yang diberikan. Allah berfirman: dialah yang

menjadikan buat kenyamanan hidup kamu bumi yang kamu huni ini

sehingga ia menjadikan mudah untuk melakukan aneka aktifitas baik itu

dengan berjalan, berniaga/berjualan, bertani dan lainnya, maka silahkan

kapan saja kamu mau berjalanlah di pernjurunya bahwa pegunungan-

pegunungannya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya karena tidaklah


59

mungkin kamu dapat menghabiskannya karena rezeki-Nya melimpah

melebihi kebutuhan kamu, dan mengabdikan kepada-Nya sebagai tanda

syukur atas limpahan karunia-Nya itu. Dan hanya kepada-Nyalah

kebangkitan kamu masingmasing untuk mepertanggungjawabkan amalan-

amalan kamu (Shibab, 2003).

Kata dzalulan yang diambil dari dzalala pada ayat ini dipahami

dalam arti ditundukkan sehingga menjadi mudah. Binatang yang menurut,

kamanapun kamu ditunjukkan dengan akar kata yang sama yakni dzalul.

Bumi dimudahkan Allah untuk di huni oleh manusia, dengan menciptakan

bentuk bulat, meskipun demikian kemanapun kakinya melangkah, ia

mendapati bumi terhampar. Dimanapun dia dapat memperoleh sumber

makanan atau rezeki.

Sayyid Quthub menulis bahwa penyifatan bumi dengan kata dzalul

yang biasanya digunakan untuk menyifati binatang, bahwa bumi ini

menendang, merunduk, merangkak, namun demikian dalam saat yang

sama dia mudah patuh. Ia tidak melempar penungganya dan tidak berjalan

terbata-bata, tidak menunjukkan rasa letih seperti binatang yang tidak

jinak. Dan bumi juga mempersembahkan “susu”nya kepada para

penghuninya. Sayyid Quthub kemudian menjelaskan peredaran bumi dan

kecepatannya serta beragam ciri dan keharmonisannya yang menunjukkan

Allah telah memudahkan kenyaman hidup manusia.

Katamanakib adalah bentuk jamak dari kata mankab yang pada

awalnya berasal dari sisi atau antara bahu dan lengan. Kata tersebut telah
60

banyak dipahami oleh beberapa ulama dalam arti penjuru-penjuru. Ada

juga yang memahaminya dalam arti lorong-lorong atau gunung-gunung.

Manusia juga dapat berjalan digunung. Jika daerah yang cukup tinggi dan

terjal seperti gunung telah dimudahkan dilalui oleh manusia maka dataran-

dataran pun jauh lebih bisa. Ayat tersebut merupakan dorongan untuk

manusia agar memanfaatkan bumi dengan sebaik-baiknya. Kemudian

digunakan untuk kenyamanan hidup manusia tanpa melupakan generasi

sesudahnya

Pada ayat ini kaitannya dengan hasil penelitian adalah Allah swt

menggambarkan bahwa Dia menjadikan bumi tunduk dan patuh untuk

dilewati, digali, ditanami, dan didirikan bangunan di atasnya. Allah tidak

menjadikan bumi itu sulit dan tidak mungkin, bagi siapa yang hendak

melakukan semua itu terhadapnya. Artinya Allah menciptakan bumi untuk

dimanfaatkan manusia dalam proses pembangunan yang pada akhirnya

akan dirasakan langsung oleh manusia itu sendiri. Kemudian Allah

memerintahkan kepada mereka untuk memakan rizki yang telah

dipersiapkan didalamnya dengan mencari nafkah serti bertani. Allah telah

menjinakkan bumi bagi mereka, sehingga mereka dapat membuat jalan

untuk melintas diatasnya, dipersiapkan diatasnya rizki mereka, sehingga

mereka dapat membangun tempat tinggal untuk datang dan pergi serta

mempersiapkan makanan bagi para penghuninya.

Dengan adanya kegiatan pembangunan kawasan permukiman serta-

merta akan menciptakan perubahan fisik lingkungannya secara perlahan.


61

Dimana perembetan lahan untuk pembangunan ini jika belum didukung

dengan arahan peraturan pemanfaatan lahan yang jelas tentu akan

menimbulkan dampak negatif apabila hanya bergantung pada mekanisme

pasar saja. Terkadang kebutuhan lahan yang mendesak membuat manusia

mengabaikan unsur keberlanjutan di lingkungan pembangunannya

tersebut. Terutama berkaitan dengan pemanfaatan lahan untuk pengadaan

tempat hunian yang seharusnya dapat memberikan kenyamanan di dalam

lingkungannya. Sehingga seharusnya pelaku pembangunan (stakeholders)

harus bisa mempertimbangkan segala aspek yang terpengaruh oleh

pembangunan tersebut dengan tidak hanya memikirkan keuntungan semata

yang justru akan berbalik merugikan banyak orang. Hal ini sendiri telah

disinggung dalam ayat suci Al-Qur’an (Q.S.Ar-Ruum/30:41) yang

berubunyi:

Gِ‫س‬G‫ا‬Gَّ‫ن‬G‫ل‬G‫ ا‬G‫ ي‬G‫ ِد‬GG‫ ْي‬Gَ‫ أ‬G‫ت‬ Gَ G‫ َك‬G‫ ا‬GG‫ َم‬Gِ‫ ب‬G‫ ِر‬G‫ْح‬G Gَ‫ ب‬G‫ ْل‬G‫ ا‬G‫ َو‬G‫ ِّر‬G Gَ‫ ب‬G‫ ْل‬G‫ ا‬G‫ ي‬Gِ‫ ف‬G‫ ُد‬G‫ ا‬G ‫س‬G
Gْ Gَ‫ ب‬G ‫س‬ Gَ Gَ‫ ف‬G‫ ْل‬G‫ ا‬G‫ َر‬G Gَ‫ ه‬G‫ظ‬
َ

G‫ َن‬G‫ و‬G‫ ُع‬G‫ج‬Gِ G‫ر‬Gْ Gَ‫ ي‬G‫ ْم‬Gُ‫ه‬Gَّ‫ ل‬G‫ َع‬Gَ‫ ل‬G‫ا‬G‫و‬Gُ‫ ل‬G‫ ِم‬G‫ َع‬G‫ ي‬G‫ ِذ‬Gَّ‫ل‬G‫ ا‬G‫ض‬
Gَ G‫ ْع‬Gَ‫ ب‬G‫ ْم‬Gُ‫ ه‬Gَ‫ق‬G‫ ي‬G‫ ِذ‬Gُ‫ ي‬Gِ‫ل‬

Terjemahnya :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar)”.
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an

di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz

‫ىالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر‬


ْ ِ‫( ظَهَ َر ْالفَ َسا ُدف‬Telah nampak kerusakan di darat dan di laut) Yakni

dimaksud dengan (‫ )البحر‬adalah perkotaan dan pedesaan yang berada di


62

atas laut atau sungai. Sedangkan (‫ )البر‬adalah perkotaan dan pedesaan yang

ِ َّ‫بَ ْتأ َ ْي ِدىالن‬G ‫( بِ َما َك َس‬disebabkan karena


tidak berada di atas laut atau sungai. ‫اس‬

perbuatan tangan manusia) Allah menjelaskan bahwa kemusyrikan dan

kemaksiatan adalah sebab timbulnya kerusakan di alam semesta.

Kerusakan ini dapat berupa kekeringan, paceklik, ketakutan yang

merajalela, barang-barang yang tidak laku, sulitnya mencari penghidupan,

maraknya perampokan dan kezaliman, dan lain sebagainya.


۟ ُ‫ضالَّ ِذى َع ِمل‬
‫وا‬ َ ‫( لِيُ ِذيقَهُمبَ ْع‬supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

(akibat) perbuatan mereka) Yakni agar mereka merasakan akibat dari

sebagian perbuatan mereka. َ‫ون‬GG‫( لَ َعلَّهُ ْميَرْ ِج ُع‬agar mereka kembali (ke jalan

yang benar)) Yakni menjauhi kemaksiatan mereka dan bertaubat kepada

Allah.

Surah Ar-Ruum ayat 41 di atas telah memberikan peringatan

tentang setiap perbuatan negatif manusia terhadap lingkungan tempat

melangsungkan kehidupannya yang justru akan menimbulkan kerugian

yang berbalik kepada mereka. Dan ayat suci ini bagi para stakeholders

yang memiliki keyakinan sebagai seorang muslim harusnya menjadi

pegangan yang akan selalu menjaga unsur etika dan moral dalam setiap

kegiatan pembangunannya.

Gambar 4.8 Peta Fungsi Kawasan


63

Gambar 4.9 Peta Kerawanan Bencana Longsor


64

Gambar 4.10 Peta Peruntukan Lokasi Permukiman


BAB V
66

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan akhir yang

dapat diperoleh adalah Hasil overlay mengidentifikasi kesesuaian lahan

permukiman dengan memperhitungkan faktor kemiringan lereng lahan, jenis

tanah, intensitas curah hujan maka dapat diketahui bahwa tidak semua wilayah

Kecamatan Sinjai Barat kesesuaian lahannya sesuai untuk permukiman.

Berdasarkan penjumlahan parameter tersebut didapatkan tiga fungsi lahan yaitu

lahan yang sesuai untuk permukiman, lahan agak sesuai untuk permukiman dan

lahan yang tidak sesuai untuk permukiman. Dari hasil analisis di ketahui luas

untuk kategori sesuai adalah 5.591,89 hektar sedangkan luas untuk kategori agak

sesuai adalah 3.475,53 hektar dan luas untuk kategori tidak sesuai dengan

permukiman adalah 6.011,86 hektar.

B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan pada penelitian ini yaitu:

1. Pemerintah daerah Kecamatan Sinjai agar lebih memperhatikan dan memberikan

arahan terhadap rencana lokasi pengembangan dan pembangunan perumahan dan

permukiman khususnya dalam penggunaan lahan. sehingga hasilnya tidak

mengakibatkan kerugian bagi warga setempat.

2. Masyarakat dalam membangun hunian harus mengacu pada rencana yang

telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga pengembangan pembangunan

permukiman sesuai dengan peruntukkan lahannya.


67

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an dan Terjemahannya. (2017). Kementrian Agama.


Apriyanti, H. R. F.2014. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (Sig) Dalam
Penentuan Lokasi Perumahan Di Kota DepokProsiding Seminar Ilmiah
Nasional Komputer dan Sistem Intelijen.8, 2014. ISSN:2302-
3740http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/kommit/article/viewFile/104
9/911diakses 10 Oktober 2020.
Asmutaqi. 2011, Pengembangan-Perumahan Berbasis-PembangunanInfrastruktur.
Alfianto, F, 2017. Analisa Kesesuaian Lahan Untuk Lokasi Pengenmabangan
Pemukiman Menggunakan metode Skoring.Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.
Badan Standardisasi Nasional. 2004. “SNI 03-6981-2004 tentang Tata cara
perencanaan lingkungan perumahan sederhana tidak bersusun di daerah
perkotaan.Jakarta.
Budianto, E. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan Arc View GIS. Andi.
Yogyakarta.
Chapin, F, Stuart, Jr, & Kaiser, Edward. J., Urban And Land Use Planning,
University of Illionis Press.
Dursun, Pelin & Saglamer, Gulsun. 2010. Analysing Housing Quality:
BalerkoHousing Settlement, Trabzon,Turkey.Open House International,. 23
(4).
Ekartaji, Prittaningtyas dkk. 2014. KajianKualitas Lingkungan Permukiman di
Daerah Pinggiran Kota Kasus di DesaNgestiharjo, Yogyakarta.Majalah
Geografi Indonesia, 28 (1). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hunger, David J. & Wheelen, Thomas L., 2010 , “Manajemen Strategis”,
Yogyakarta, ANDI.
Kadriansari Riski, Sawitri Subiyanto, Bambang Sudarsono. 2017. Analisis
Kesesuaian Lahahan Permukiman Dengan Data Citra Resolusi
MenengahMenggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus :
Semarang Bagian Barat dan Semarang Bagian Timur). Jurnal Geodsi Undip
Vol. 6, No. 4 (201). Universitas Diponegoro Semarang.

Kalesaran Ronald dan R. J. M. Mandagi, Estrelita Waney.2013.Analisa Faktor-


faktor yang Pempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pemilihan Lokasi
Perumahan di Kota Manado: Jurnal Ilmiah Media Engineering, 3 (3). (170-
184)

Malau, Waston, 2016, Dampak Urbanisasi Terhadap Pemukiman (Slum Area) di


Daerah Perkotaan, Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, V (II) :39-47
68

Mardhanie, Afif Bizrie, 2013, Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman


Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan, Jurnal Inersia, V (I) : 1-8
Mareta, N. dan Puguh Dwi Raharjo.2012. Analisis Kesesuaian Lahan Untuk
Pengembangan Pemukiman (Studi KasusDaerah Wado dan Sekitarnya).
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
(273).
Nugraha, Y.K., Nugraha, A.L., Wijaya, A.P. 2014. Pemanfaatan SIG Untuk
Menentukan Lokasi Potensial Pengembangan Kawasan Perumahan Dan
Permukiman. Jurnal Geodesi Undip, 3 (4), ISSN: 2337-845X
Oswald, P. 2012. Tutorial Quantum GIS Tingkat Dasar Versi 1.8.0 Lisboa.
Lombok: Bappeda Provinsi NTB.

Putri Harlini, Abd.Jamal 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan


Lokasi Perumahan Di Kota Banda Aceh:Jurnal Ekonomi dam Kebijakan
Publik Indonesia,1( 2). ISSN. 2442-741.
Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. 2013. Makassar: Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.

Penataan Ruang. (Nomor 26 Tahun 2007). Undang-Undang Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2006 tentang


Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

Prahasta, E. 2010. Sistem Informasi Geografis : Konsep-konsep Dasar (Perspektif


Geodesi & Geomatika).Bandung: Informatika.

Putri, Jarlini, 2014.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi


Perumahan Di Kota Banda Aceh, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sinjai. (2011-2031).

Ridwan, Ucok Heriady & Giyarsih, Sri Rum. 2012. Kualitas


LingkunganPermukiman Masyarakat Suku Bajo diDaerah yang Berkarakter
PinggiranKota dan Daerah BerkarakterPedesaan di kabupaten Muna. Jurnal
Pembangunan Wilayah & Kota,8(2):118-125. Universitas Dipenegoro.
Semarang.

Saputra D.P.W., Rini Rachmawati, Estuning Tyas Wulan Mei, 2017.Penentuan


Prioritas Lokasi Perumahandi Kecamatan Kasihandengan Menggunakan
Sistem Informasi Geografis.Lib Geo UGM Journal. Fakultas Geografi
Universitas Gajah Mada.
Sastra, Suparno M. dan Endy Marlina, 2016. Perencanaan dan Pengembangan
Perumahan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
69

Sadyohutomo, M. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.

SNI 03-1733-2014 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di


Perkotaan

Syafri, Sriwahyuni Hi, Ir. Sonny Tilaar MSi , & Rieneke L.E Sela, ST.MT.
2015.Idenifikasi Kemiringan Lereng di Kawasan Permukiman KotaManado
Berbasis SIG.Universitas Sam Ratulanggi Manado

Yuniawan, Rahmad. 2011. Analisis Kondisi Kualitas Lingkungan Permukiman


Menggunakan Citra Quickbird di Kecamatan Depok Kabupaten
Sleman.Skripsi thesis, UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan


dan Kawasan Permukiman.
70

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai