Anda di halaman 1dari 106

ANALISA FAKTOR PENYEBAB TUMBUH KEMBANGNYA

PERMUKIMAN DI SEPANJANG PINGGIRAN SUNGAI


TALLO KELURAHAN BULOA KECAMATAN TALLO
KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh:

TIRTA HASTYN
NIM 45 16 042 063

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2021
ANALISA FAKTOR PENYEBAB TUMBUH KEMBANGNYA
PERMUKIMAN DI SEPANJANG PINGGIRAN SUNGAI
TALLO KELURAHAN BULOA KECAMATAN TALLO
KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik (S.T)

Oleh:

TIRTA HASTYN
NIM 45 16 042 063

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2021
SKRIPSI

ANALISA FAKTOR PENYEBAB TUMBUH KEMBANGNYA


PERMUKIMAN DISEPANJANG PINGGIRAN SUNGAI
TALLO KELURAHAN BULOA KECAMATAN
TALLO KOTA MAKASSAR

Disusun dan Diajukan Oleh

TIRTA HASTYN
NIM 45 16 042 063

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Rudi Latief, M.Si Jufriadi, ST.,MSP


NIDN. 09-170768-01 NIDN. 09-310168-02

Mengetahui:
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Ridwan, ST,. M.Si Dr. Ir. Rudi Latief, M.Si


NIDN. 09-101271-01 NIDN. 09-170768-01
HALAMAN PENERIMAAN

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa


Makassar, Nomor : A.025/SK/FT/UNIBOS/I/2021 Pada Tanggal 13 Januari 2021
Tentang panitia dan penguji tugas akhir mahasiswa jurusan perencanaan wilayah
dan kota, Maka :

Pada Hari/Tanggal : Kamis, 21 Januari 2021


Skripsi Atas Nama : Tirta Hastyn
Nomor Pokok : 4516042063

Telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Sarjana Negara Fakultas
Teknik Universitas Bosowa Makassar, telah dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Ujian Skripsi Sarjana Negara dan untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar sarjana Negara Jenjang Strata Satu (S–1), pada Jurusan
Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa
Makassar.
TIM PENGUJI

Ketua : Dr. Ir. Rudi Latief, M.Si ………………………

Sekertaris : Jufriadi, ST., MSP ...............…………...

Anggota : 1. Dr. Ir. Syahriar Tato, M.Si ………………………

2. Ilham Yahya., ST,. MSP ………………….......

DEKAN FAKULTAS TEKNIK KETUA JURUSAN


UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Dr. RIDWAN, ST, M.Si Dr. Ir. RUDI LATIEF., M.Si


NIDN : 0910127101 NIDN :0917076801
PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tirta Hastyn

Stambuk : 45 16 042 063

Program Studi : Perencanaan Wilayah Kota

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan

skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, 28 Januari 2021


Yang menyatakan,

Tirta Hastyn
ABSTRAK

Tirta Hastyn, 2020 “Analisa Faktor Tumbuh Kembangnya Permukiman


Di sepanjang Pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota
Makassar”. Dibimbing oleh Rudi Latief dan Jufriadi.
Penelitian ini adalah tumbuh kembangnya permukiman di pinggiran
Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar yang tidak sesuai
dengan kaidah atau aturan tentang pengalokasian fungsi permukiman di
pinggiran sungai dan adanya upaya pengendalian terhadap tumbuh kembangnya
permukiman di sepanjang pinggiran Sungai Tallo. Tujuan Penelitian ini adalah
Untuk mengidentifikasi penyebab sehingga bertumbuh kembangnya permukiman
di sepanjang pinggiran Sungai Tallo dan untuk mengidentifikasi strategi
pengendalian terhadap tumbuh kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran
Sungai Tallo Kelurahan Buloa.
Penelitian ini menggunakan Teori Silas yaitu penyebab (Johan 1990)
tumbuh kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran Sungai disebabkan
oleh aspek fisik dan Aspek Non Fisik. Pendekatan yang dipakai yaitu
pendekatan kuantitatif, mode pemilihan sampel yang dipakai yaitu MLE
(Maximum Likelihood Estimation). Analisis yang dipakai yaitu Chi-Kuadrat dan
Analisis SWOT. Hasil analisis Chi Kuadrat bergantung pada hasil kuesioner
untuk mengetahui penyebab tumbuh kembangnya permukiman di sepanjang
pinggiran sungai dan analisis SWOT bergantung pada analisis Hasil Chi Kuadrat.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kecenderungan masyarakat untuk berhuni di pinggiran
sungai tallo yaitu Letak Geografis, Lingkungan Alam dan Aspek Ekonomi
berpengaruh bagi keberadaan permukiman ini dan untuk faktor Sarana
dan Prasarana Lingkungan tidak berpengaruh dalam kecenderungan
masyarakat berhuni di wilayah pinggiran Sungai Tallo.

Kata Kunci : Permukiman, Pinggiran Sungai Tallo.


ABSTRACT

Tirta Hastyn, 2020 "Analyst Factor for the Growth and Development of
Settlements along the Tallo River Bank, Buloa Village, Tallo District, Makassar
City". Supervised by Rudi Latief and Jufriadi.

The background of this research is the growth and development of


settlements on the edge of the Tallo River, Buloa Sub-district, Tallo District,
Makassar City, which is not in according with the rules or regulations concerning
the allocation of settlement functions on the riverbanks and the existence of
efforts to control the growth and development of settlements along the edge of
the Tallo River. The purpose of this study is to identify the causes so that the
growth of settlements along the edge of the Tallo River and to identify strategies
for controlling the growth and development of settlements along the edge of the
Tallo River, Buloa Village.
This study uses Silas Theory, which is the cause (Johan 1990) of the
growth and development of settlements along the riverbank caused by physical
aspects and Non-Physical Aspects. The approach used is a quantitative
approach, the sample selection mode used is MLE (Maximum Likelihood
Estimation). The analysis used is Chi-Square and SWOT Analysis. The results of
the Chi Square analysis depend on the results of the questionnaire to find out the
cause of the growth and development of settlements along the riverbank and the
SWOT analysis depend on the Chi Square Results analysis.
From the results of the analysis, it can be concluded that the factors
that influence the tendency of the community to live on the edge of the
Tallo river, namely Geographical Location, Natural Environment and
Economic Aspects affect the existence of this settlement and for the
environmental facilities and infrastructure factors do not affect the
tendency of the people to inhabit on the banks of the Tallo River.

Keywords: Settlement, Tallo River Side


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini

dapat terselesaikan dengan judul ’’Analisa Faktor Tumbuh

Kembangnya Permukiman di Sepanjang Pinggiran Sungai Tallo

Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar”. Shalawat dan

salam tak lupa pula senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang

terang benderang ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang

wajib dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana STRATA SATU (S-1) di

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Universitas Bosowa Makassar.

Penulis menyadari telah sepenuhnya mengerahkan segala

kemampuan dan usaha untuk menyusun tugas akhir ini, namun sebagai

manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan lupa serta

keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, maka penulis memohon

maaf apabila masih banyak terdapat kekurangan dari tugas akhir ini.

Penulis juga menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini tidak dapat

terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak yang

sudah begitu sangat membantu.

i
Oleh karenanya, dengan rasa tulus dan ikhlas penulis ucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pemberi segalanya atas

rahmat, karunia dan kemudahan yang diberikan kepada

penyusun.

2. Kedua orang tua saya Ayahanda Zainal S.Ag dan Ibunda Hasiah

yang telah memberikan semangat, motivasi dan materi selama

penyusunan skripsi, serta kepada saudara-saudariku Kakak Ali

Isra S.Kom dan kakak Muliana S.E dan Kakak Mariadin yang

telah memberikan semangat dan motivasi dan Materi selama

penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr.Ir Rudi Latief, M.Si Selaku Pembimbing I & Bapak

Jufriadi, ST, MT selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

dan memberikan waktu, tenaga dan pikiran serta pengetahuannya

dalam memberikan bimbingan kepada penulis sejak awal

penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Dr. Ridwan, ST, M. Si selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Bosowa Makassar.

5. Bapak Dr. Ir. Rudi Latief, M.Si selaku ketua jurusan Perencanaan

Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

6. Bapak dan Ibu Staf pengajar serta karyawan (i) jurusan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bosowa Makassar,

ii
terima kasih atas segala bimbingan, didikan dan bantuan selama

penulis menuntut ilmu di bangku perkuliahan sejak awal hingga

selesai.

7. Senior-senior saya di Jurusan Perencaanan Wilayah Dan Kota

terkhusus kakanda Muumin Muuzi S.T yang selama ini telah

memberikan didikan, menyalurkan ilmunya di bidang pemetaan

serta selalu memberi nasehat-nasehat kepada penulis selama

duduk di bangku perkuliahan.

8. Teman-Teman Sekelompok Workshop saya yaitu Ayu Afrianti,

Ariadi Abil, Valentino Batara, Siska, Wilson Pappa yang

membantu dalam diskusi penyusunan tugas akhir saya.

9. Teman-teman yang sangat baik membantu dan mendukung yaitu

Liza Mardjuni, Alda Eka Putri, Rohima Imawati Fitri, Yuli

Safira, sahabat seperjuangan saya di Kota Makassar yang sudah

menganggap tali persahabatan sebagai ikatan saudara yang tak

sedarah yaitu angkatan saya SPACE 2016.

10. Seluruh Responden yang bersedia meluangkan waktunya dalam

penyelesaian penelitian ini dan kepada semua pihak yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT

membalasnya dengan yang lebih baik.

iii
Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkat dan

rahmat-Nya kepada mereka yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan Skripsi ini, Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Januari 2021

Tirta Hastyn

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENERIMAAN
HALAMAN PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ v
DAFTAR PETA.................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.................................... 6
D. Manfaat Penelitian........................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................ 8
F. Sistematika Penulisan..................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 11


A. Permukiman Di Pinggiran Sungai................................. 11
B. Penyebab Tumbuh Kembangnya Permukiman
Di Pinggiran Sungai
......................................................................................
......................................................................................
12
C. Kerang Pikir.................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 20


A. Jenis Penelitian............................................................. 20

v
B. Lokasi Penelitian........................................................... 23
C. Waktu Penelitian........................................................... 23
D. Populasi dan Sampel.................................................... 24
E. Jenis dan Sumber Data................................................. 25
F. Variabel Penelitian........................................................ 26
G. Metode Analisis............................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................. 41


A. Gambaran Umum........................................................... 41
B. Analisis Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni.... 57
C. Hasil Analisis Faktor Penyebab Tumbuh Kembangnya
Permukiman di Sepanjang Pinggiran Sungai Tallo
Kelurahan Buloa
......................................................................................
......................................................................................
69
D. Analisis Strategi Pengendalian Terhadap Tumbuh
Kembangnya Permukiman di Sepanjang Pinggiran
Sungai Tallo Kelurahan Buloa....................................... 71

BAB V KESIMPULAN..................................................................... 79
A. Kesimpulan.................................................................... 79
B. Saran............................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... viii


LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Matriks Waktu Penelitian................................................... 23


Tabel 3.2. Jenis Data Dirinci Menurut Jenis, Sumber dan Teknik
Pengumpulan Data............................................................ 26
Tabel 3.3. Variabel Penelitian............................................................. 28
Tabel 3.4. Matriks Metode Analisis Data............................................ 21
Tabel 3.5. Penentuan Skala Likert..................................................... 32
Tabel 3.6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)............................ 36
Tabel 3.7. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)........................ 38
Tabel 3.8. Matriks Analisis SWOT...................................................... 39
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Makassar............................................ 42
Tabel 4.2. Hasil Kuesioner Penelitian................................................. 56
Tabel 4.3. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Kecenderungan Untuk Berhuni
Terhadap Letak Geografis (X1)......................................... 59
Tabel 4.4. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Lingkungan Alam Terhadap
Kecenderungan Untuk Berhuni (X2).................................. 61
Tabel 4.5. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Sarana Lingkungan Terhadap
Kecenderungan Untuk Berhuni (X3).................................. 64
Tabel 4.6. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Prasarana Lingkungan
Terhadap Kecenderungan Untuk Berhuni (X4)
..........................................................................................
..........................................................................................
66
Tabel 4.7. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Aspek Ekonomi Terhadap
Kecenderungan Untuk Berhuni (X5).................................. 68
Tabel 4.8. Pengaruh Variabel X Terhadap Variabel Y........................ 71
Tabel 4.9. Analisis SWOT.................................................................. 72
Tabel 4.10. Strategi Internal................................................................. 74
Tabel 4.11. Strategi Eksternal.............................................................. 75

vii
Tabel 4.12. Nilai Skor IFAS.................................................................. 76
Tabel 4.13. Nilai Skor EFAS................................................................. 76

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir................................................. 19


Gambar 3.1. Proses Kombinasi Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif............................................................. 22
Gambar 3.2. Kuadran SWOT........................................................... 40
Gambar 4.1. Visualisasi Keberadaan Permukiman di Pinggiran
Sungai Tallo Kelurahan Buloa..................................... 53
Gambar 4.2. Visualisasi Letak Geografis Di Pinggiran Sungai
Tallo Kelurahan Buloa................................................. 59
Gambar 4.3. Visualisasi Lingkungan Alam (Sungai Tallo) Di
Pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa..................... 61
Gambar 4.4. Visualisasi Sarana Lingkungan (Fasilitas
Peribadatan) di Pinggiran Sungai Tallo Kelurahan
Buloa........................................................................... 63
Gambar 4.5. Visualisasi Prasarana Lingkungan (Persampahan
dan Jaringan Air Bersih) di Pinggiran Sungai Tallo
Kelurahan Buloa.......................................................... 66
Gambar 4.6. Visualisasi Aspek Ekonomi Di Pinggiran Sungai Tallo
Kelurahan Buloa.......................................................... 68
Gambar 4.7. Kuadran SWOT........................................................... 78

ix
DAFTAR PETA

Peta 4.1. Peta Administrasi Kota Makassar............................... 48


Peta 4.2. Peta Administrasi Kecamatan Tallo............................ 51
Peta 4.3. Peta Administrasi Kelurahan Buloa............................. 54
Peta 4.4. Peta Delineasi Kawasan Penelitian............................. 55

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan permukiman perkotaan disebabkan

oleh pertumbuhan penduduk maupun urbanisasi yang

mengakibatkan timbulnya permukiman kumuh (Solehati, Irwansyah,

Caisarina. 2017). Hal ini memicu peningkatan pelayanan dasar

perkotaan terhadap kebutuhan hunian, dalam penyediaan kawasan

perumahan dan permukiman hal yang menjadi permasalahan di

perkotaan yaitu penyediaan lahan dan harga lahan, dan

mewujudkan hunian yang layak bagi masyarakat. Permasalahan

tersebut timbul pada saat tingginya pertumbuhan penduduk

perkotaan yang berakibat pada meningkatnya kebutuhan

perumahan, selain itu pemerintah juga tidak memiliki kemampuan

finansial yang memadai untuk memenuhi tingginya tuntutan

ketersediaan hunian, lahan yang tersisa di bagian dalam kawasan

perkotaan tidak dapat dijangkau karena keterbatasan kemampuan

dan keterampilan kaum migran, kaum migran tersebut tidak dapat

tertampung pada sektor formal yang dapat meningkatkan kualitas

hidup, mereka terpaksa menetap di sektor informal dalam skala kecil

dan penghasilan rendah. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan

11
tempat tinggal, kaum migran seringkali menyewa rumah di bagian

pusat kota yang dekat dengan lokasi mata pencaharian. Akibatnya,

terjadi proses pemadatan bangunan yang tidak terkendali dan

menciptakan permukiman kumuh atau slums (Priyatno, 2016).

Sebagian yang lain membuat bangunan sendiri dan material

seadanya pada bagian-bagian tertentu yang dianggap tidak ada

status hukum atas tanah sehingga berdampak pada munculnya

permukiman liar (squatter settlement). Kumuh sampai saat ini

dianggap sebagai fenomena kondisi ‘current living space being’ yang

diterjemahkan sebagai korban pasif pembangunan sehingga harus

dipisahkan dalam sistem hidup keruangan. (Amalia, 2018)

Pembangunan perumahan dan permukiman selalu

menghadapi permasalahan pertanahan, terlebih di daerah perkotaan

terkait ketersediaan lahan yang terbatas. Kecenderungan

pengembangan pertumbuhan penduduk mengarah pada wilayah

pinggiran kota sebagai akibat perluasan aktivitas kota. Pusat kota

sudah tidak mampu lagi menampung desakan jumlah penduduk.

Pertambahan penduduk yang terus meningkat mengindikasikan

bahwa perkembangan penduduk menyebar ke arah pinggiran kota

(suburban) sehingga sebagai konsekuensinya adalah terjadi

perubahan penggunaan lahan di perkotaan. Keterbatasan lahan

kosong di perkotaan menjadikan daerah pinggiran kota menjadi

12
alternatif pemecahan masalah. Saat ini, kota-kota di Indonesia telah

mengalami perkembangan yang pesat sehingga muncul pergeseran

fungsi-fungsi kekotaan ke daerah pinggiran kota (urban fringe) yang

disebut dengan proses perembetan penampakan fisik kekotaan ke

arah luar dari kota (urban sprawl). Akibat selanjutnya adalah di

daerah pinggiran kota akan mengalami proses transformasi spasial

berupa proses densifikasi permukiman dan transformasi sosial

ekonomi sebagai dampak lebih lanjut dari transformasi sosial.

(Erwanasari, 2014).

Proses densifikasi permukiman yang terjadi di daerah

pinggiran kota merupakan 2 realisasi dari meningkatnya kebutuhan

akan ruang di daerah perkotaan (Giyarsih, 2001).

Meningkatnya kebutuhan ruang di daerah perkotaan

menyebabkan masyarakat tinggal dan membangun permukiman di

daerah pinggiran kota Contohnya yaitu Tumbuh kembangnya

permukiman di pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan

Tallo Kota Makassar yang tidak sesuai dengan kaidah atau aturan

tentang pengalokasian fungsi permukiman di pinggiran sungai tallo,

sudah ada beberapa upaya dari pemerintah perihal rumah susun

bagi warga di sana, tetapi karena masyarakat yang tinggal di daerah

ini sudah lama dan beranak cucu pada tempat tinggal yang sama

maka pada satu rumah memiliki 3 atau 4 kepala keluarga sekaligus,

13
dan rumah susun yang ditawarkan oleh pemerintah dengan ukuran

yang ditawarkan tentu tidak dapat memuat keluarga ini dalam rusun

yang ditawarkan tersebut, oleh karena itu usulan ini ditolak oleh

warga sekitar. Kondisi ini tentu menimbulkan permasalahan, seperti

permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,

kawasan yang tidak bersahabat dengan lingkungan ekosistem, dan

tidak sejalan dengan konsep berkelanjutan.

Bantaran sungai merupakan kawasan terbuka hijau yang

dilindungi, ini jelas tertera pada PP nomor 47 tahun 1997 tentang

RTRW Nasional pasal 34 ayat 5 dan UU nomor 26 tahun 2007

tentang Penataan Ruang pasal 5 ayat 2. Di sepanjang bantaran

sungai terdapat permukiman yang tergolong marginal, padahal

bantaran sungai ini seharusnya menjadi kawasan lindung digunakan

untuk kepentingan ruang publik secara berlanjut. upaya

pengendalian terhadap tumbuh kembangnya permukiman di

sepanjang pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo

Kota Makassar ini masih belum dapat dilaksanakan sampai saat ini,

upaya pengendalian ini seharusnya dapat mengambil saran-saran

dari masyarakat sekitar apa yang dibutuhkan dalam proses

peningkatan kawasan tersebut.

Dalam menanggapi kasus ini, salah satu gagasan konsep

yang bisa diterapkan yaitu dengan menata ruang publik

14
berkelanjutan di bantaran sungai yaitu dengan Konsep berkelanjutan

(ekologi, fisik, sosial-ekonomi), dapat dilaksanakan secara bersama

dengan melibatkan semua bagian yang terkait yaitu masyarakat

bantaran sungai, pemerintah, serta sumber daya alam yang ada.

Masyarakat bantaran sungai harus dipandang sebagai mitra

pemerintah dalam mengelola ruang publik di sempadan sungai tidak

hanya di pandang sebagai penyebab tercemarnya lingkungan

pinggiran sungai. Selama ini masyarakat kalangan menengah ke

bawah diperlakukan sebagai objek/pelaku kebijakan, sehingga

kadangkala terjadi konflik dalam pelaksanaan pembangunan.

Kemudian untuk sumber daya alam perlu dilihat sebagai kawasan

lindung hijau yang berpotensi, bukan hanya untuk di tempati dan di

eksploitasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang pada pembahasan di

atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Faktor apa yang menyebabkan sehingga bertumbuh

kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran Sungai Tallo

Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar?

15
2. Bagaimana strategi pengendalian terhadap tumbuh

kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran Sungai Tallo

Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian yang dilaksanakan ini yaitu:

a. Untuk mengidentifikasi apa penyebab sehingga

bertumbuh kembangnya permukiman di sepanjang

pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo

Kota Makassar.

b. Untuk mengidentifikasi bagaimana strategi pengendalian

terhadap tumbuh kembangnya permukiman di sepanjang

pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo

Kota Makassar.

2. Kegunaan

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan, maka

kegunaan dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui apa penyebab sehingga bertumbuh

kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran Sungai

Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar.

16
b. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengendalian

terhadap tumbuh kembangnya permukiman di sepanjang

pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo

Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari dilakukannya

penelitian mengenai Analisa Penyebab Tumbuh Kembangnya

Permukiman di Sepanjang Pinggiran Sungai Tallo ini adalah:

1. Bidang Akademik

Terkait dengan bidang akademik perencanaan wilayah dan kota,

penelitian ini bermanfaat untuk semakin memperdalam pemahaman

mengenai penyebab tumbuh kembangnya permukiman di sepanjang

pinggiran sungai Tallo Kota Makassar, dan kepada peneliti

selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan dan meneruskan

penelitian ini sehingga hasil dari penelitian ini dapat lebih maksimal.

2. Instansi Pemerintah

Bagi instansi pemerintah, penelitian ini diharapkan bisa menjadi

salah satu sumbangsih pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

rangka pengembangan kawasan pinggiran Sungai Tallo terkait

dengan strategi pengendalian terhadap tumbuh kembangnya

permukiman di sepanjang pinggiran Sungai.

17
3. Masyarakat

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan informasi tentang strategi pencegahan dampak dari

kawasan permukiman di sepanjang pinggiran sungai Tallo.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Wilayah

Kawasan pinggiran Sungai Tallo yang menjadi lokasi penelitian

dalam penyusunan tugas akhir ini ialah Kelurahan Buloa Kecamatan

Tallo Kota Makassar.

Penentuan kelurahan yang menjadi batasan lingkup wilayah

penelitian pada penyusunan tugas akhir ini dilakukan dengan tujuan

untuk memperkecil lingkup wilayah penelitian dan mengoptimalkan

hasil penelitian dengan memperhitungkan efisiensi pemanfaatan

waktu yang ada. Dalam penentuan batasan lokasi penelitian ini juga,

ditentukan dengan berdasarkan beberapa kriteria yang menjadi

dasar pertimbangan pemilihan lokasi. Kriteria-kriteria tersebut

adalah:

 Lokasi penelitian merupakan kelurahan yang saat ini menjadi

orientasi masyarakat membangun permukiman

 Lokasi penelitian merupakan kelurahan yang memiliki jarak

cukup jauh dari pusat kota dan mengalami proses

18
perkembangan yang cukup pesat.

 Lokasi Penelitian memiliki tingkat pembangunan permukiman

cukup padat dilihat dari kondisi keadaan lokasi penelitian saat ini.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini merupakan

tahapan-tahapan dalam proses penyusunan laporan dengan tujuan

agar pembaca dapat dengan mudah mengenal dan memahami

substansi dalam penelitian ini. Adapun sistematika penulisannya

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini menguraikan apa yang

menjadi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan

laporan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang

mendukung judul penelitian yaitu permukiman di

pinggiran sungai.

BAB III METODE PENELITIAN

19
Pada bab ini menguraikan tentang metode dalam

melakukan penelitian berupa lokasi penelitian, waktu

penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber

data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,

metode analisis, dan definisi operasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi pembahasan terkait hasil data

yang telah didapatkan serta menganalisis faktor-

faktor, strategi pengendalian terhadap tumbuh

kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran

Sungai Tallo Kelurahan Buloa.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi hasil dari penelitian yang

dikemukakan dalam bentuk kesimpulan dan juga

saran.

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Permukiman Di Pinggiran Sungai

Menurut David Drakakis smith dalam Suparno dan Endy

(2005) secara rinci memberikan batasan sebagai berikut: (1) Slum

adalah lingkungan permukiman yang absah, legal dan permanen

tetapi kondisi fisik lingkungannya semakin memburuk karena kurang

pemeliharaan, umur bangunan yang menua, ketidak acuhan, atau

karena terbagi-bagi menjadi unit pekarangan rumah atau kamar yang

semakin kecil. (2) Squatters adalah lingkungan permukiman liar yang

menempati lahan ilegal (bukan daerah permukiman) seringkali tidak

terkontrol dan tidak terorganisasi, dengan kondisi fisik lingkungan

dan bangunan yang sangat jelek tanpa dilayani oleh sarana dan

prasarana lingkungan. lahan ilegal adalah antara lain kuburan,

tempat pembuangan sampah, tanggul dan bantaran sungai, dibalik

dinding tembok milik orang lain, sepanjang rel kereta api, di bawah

jembatan dan lain-lain.

Menurut Ridho (2005), salah satu penyebab tingginya

resistensi yang tinggi dari penghuni permukiman kumuh untuk tetap

berada di lokasi semula adalah jarak yang dekat antara permukiman

dengan pusat-pusat lapangan kerja yang digelutinya. Kebanyakan

21
permukiman kumuh berada di tempat-tempat yang strategi di pusat

kota (sekitar pasar, dekat rumah sakit, di belakang pergudangan,

dan lain-lain); di tengah kota (menempati lahan kuburan, di tepi

sungai, di belakang pertokoan); atau di pinggir kota (dekat tempat

pembuangan sampah, di atas tanggul).

Berdasarkan penjelasan di atas, meskipun lokasi tersebut

strategis namun peruntukannya bukan sebagai kawasan yang

ditetapkan sebagai daerah permukiman seharusnya tidak boleh di

buat sebagai kawasan permukiman, kondisi lingkungan yang di

bawah standar dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai

bukan persoalan besar, kedekatan dengan lapangan kerja

khususnya sebagai pekerja informasi seperti pekerja pasar, buruh

industri, dan atau bangunan, bengkel, dan lain-lain merupakan faktor

penentu yang jauh lebih penting dalam menentukan permukiman

tempat tinggal.

B. Penyebab Tumbuh Kembangnya Permukiman di Pinggiran

Sungai

Perkembangan kota pada saat ini menunjukkan kemajuan

yang pesat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta

semakin besarnya volume kegiatan pembangunan pada berbagai

sektor. Hal ini menyebabkan semakin bertambah dan

22
berkembangnya sarana dan prasarana pendukung yang selalu

menuntut adanya perubahan-perubahan yang mengarah pada

kualitas dan kuantitas nya. Salah satu permasalahan yang belum

bisa terselesaikan sampai saat ini yaitu banyaknya permintaan akan

kebutuhan perumahan, khususnya di daerah perkotaan. Tingkat

kebutuhan tersebut sangat sulit untuk direalisasikan melihat dari sisi

masyarakat yang berpenghasilan rendah dan di sisi lain kebutuhan

perumahan di daerah perkotaan semakin meningkat sehingga tidak

adanya keseimbangan antara masyarakat rendah dengan

masyarakat menengah yang berakibat pada pencarian tempat

tinggal di kawasan yang tidak teratur, lingkungan kurang baik,

kawasan slum, atau pada kawasan marginal seperti bantaran sungai

yang pada akhirnya muncul permukiman - permukiman liar dalam

usaha mendapatkan tempat untuk berlindung yang dekat dengan

tempat kerjanya.

Kondisi pemukiman kota-kota besar yang mengalami

penurunan kualitas menyebabkan permukiman kota menjadi

lingkungan kawasan pemukiman yang membawa permasalahan

baru, seperti perkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan

efek visual yang jelek, tingkat kesehatan masyarakat yang semakin

rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai

23
dengan standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan

ekonomi masyarakat yang buruk.(Putro, 2011)

Permukiman merupakan lingkup penyebaran daerah tempat

tinggal penduduk menurut keadaan geografi (fisik) tertentu.

(Mentayani, 2019)

Proses terbentuknya lingkungan permukiman dimungkinkan

karena adanya proses penciptaan lingkungan hunian sebagai wadah

fungsional yang menampung segala kebutuhan manusia dan

dilandasi oleh pola aktivitas serta merupakan hasil interaksi antara

manusia atau kelompok masyarakat dengan setting (rona

lingkungan) baik bersifat fisik maupun non fisik (sosial budaya).

Manusia dalam menempati lingkungan hunian nya disesuaikan

dengan preferensi lingkungan yang menyangkut pemahaman

karakteristik alam dan manusia serta hubungan timbal baliknya.

Penyesuaian ini memunculkan konsep bermukim yang

memperlihatkan cara masyarakat beradaptasi dengan lingkungan

dan membentuk pola permukiman.(Putro & Nurhamsyah, 2010)

Pola permukiman bantaran sungai umumnya adalah pola

linier, karena berderet-deret sepanjang pinggiran sungai mengikuti

bentuk sungainya.(Goenmiandari et al., 2010)

Perumahan dan permukiman di dalam Undang- undang no 1

tahun 2011 adalah sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri atas

24
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan

kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan

dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh. Perumahan memberikan kesan tentang rumah

atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungannya.

(Wijaya, Permana, & Swanto, 2017)

Sungai sebagai salah satu sumber daya air mempunyai

manfaat dan peran yang penting dalam kehidupan manusia.

Semakin meningkatnya aktivitas pembangunan ekonomi, perubahan

tata guna lahan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk telah

mengakibatkan tingginya tekanan kawasan sungai terhadap

lingkungan.(Brontowiyono, Lupiyanto, & Wijaya, 2010)

Preferensi konsep bermukim bagi masyarakat

berpenghasilan rendah pertimbangannya tidak hanya dekat dengan

kota tetapi bagaimana mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan

hunian. Mereka biasa menyesuaikan dengan lingkungan yang padat

di perkotaan dan juga lingkungan baru seperti di hutan, pinggiran

sungai, atau pulau-pulau yang awalnya tidak berpenghuni.(Putro &

Nurhamsyah, 2010)

Menurut Silas yang menyebabkan sehingga bertumbuh

kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran sungai yaitu:

25
1. aspek fisik yang meliputi:

a. letak geografis,

b. aspek lingkungan alam,

c. serta sarana dan prasarana lingkungan

2. aspek non fisik meliputi:

a. aspek politik,

b. aspek ekonomi,

c. aspek sosial,

d. dan aspek budaya.

(Kartika, 2016: 14).

Permukiman kawasan bantaran sungai merupakan

permukiman padat yang menempati lahan di tepi sungai sehingga

seringkali terjadi pengotoran sungai, yang pada akhirnya dapat

menimbulkan banjir, di samping itu permukiman kawasan bantaran

sungai menempati batas lahan yang semestinya tidak boleh didirikan

bangunan, di sisi lain penghuni telah bertahun-tahun menempati

lokasi tersebut. Hal ini merupakan indikasi bahwa kegiatan hidup dari

penghuni telah berjalan dengan baik. Hanya lokasinya saja yang

perlu dibenahi. Atas dasar kondisi tersebut dicoba untuk menata

ulang permukiman bantaran sungai, sehingga tidak lagi menyalahi

aturan dan kondisi yang ada diharapkan tidak menjadi kumuh lagi.

Sempadan sungai atau floodplain terdapat di antara ekosistem

26
sungai dan ekosistem daratan. Berdasarkan Surat Keputusan

Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang

Pengelolaan Kawasan Lindung, sempadan sungai didefinisikan

sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai

buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat

penting untuk mempertahankan fungsi sungai. Daerah sempadan

mencakup daerah bantaran sungai yaitu bagian dari badan sungai

yang hanya tergenang air pada musim hujan dan daerah sempadan

yang berada di luar bantaran yaitu daerah yang menampung luapan

air sungai di musim hujan dan memiliki kelembaban tanah yang lebih

tinggi dibandingkan kelembaban tanah pada ekosistem daratan.

Banjir di sempadan sungai pada musim hujan adalah peristiwa

alamiah yang mempunyai fungsi ekologis penting dalam menjaga

keseimbangan lingkungan dan kesuburan tanah. Bantaran

ditentukan berdasarkan hubungan antara aliran banjir dan luas profil

alur bawah, biasanya 1,0 m-1,5 m diatas elevasi muka air rendah

rata-rata. Sedangkan menurut Peraturan Menteri P.U. No.

63/PRT/1993. yang disebut bantaran sungai adalah lahan pada

kedua sisi sepanjang palung sungai sampai dengan kaki tanggul

sebelah dalam. Menurut peraturan menteri P.U nomor 63 tahun 1993

pasal 6 mengenai garis sempadan sungai yang memiliki tanggul di

kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 meter

27
disebelah luar sepanjang kaki tanggul, sedangkan menurut pasal 8

mengenai penetapan Garis Sempadan Sungai tak memiliki tanggul di

dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria sungai yang

mempunyai kedalaman 3m - 20m, garis sempadan ditetapkan

sekurang-kurangnya 15 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu

ditetapkan. (Poedjioetami, 2008)

Permukiman sebagai suatu wadah atau suatu wujud fisik

budaya saling mempengaruhi dengan isinya, dan bertautan dengan

lingkungan alami sebagai tempatnya. Ada 2 aspek penting mengenai

isi dan lingkungan alami yang perlu dipahami dari permukiman, yaitu

pertama, isi meliputi dinamika perubahan demografis, sosial ekonomi

dan budaya. Kedua, lingkungan alami meliputi sumber daya alam

dan fisik spasial (geografi fisik) mengalami perubahan dan

perkembangan, karena terjadinya perubahan fisik, sosio-ekonomi

masyarakat. (Hamidah, Rijanta, Setiawan, & Rifai, 2014)

Daerah pinggiran kota yang cukup memberi peluang untuk

didatangi orang sebagai daerah pemukiman baru adalah daerah

pinggiran sungai Tallo. Sungai Tallo adalah salah satu sungai yang

melewati wilayah kota Makassar bagian utara, bermuara ke selat

Makassar. Sungai ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Hal ini terbukti bahwa air asin dapat sampai 10 km ke arah hulu.

Menurut Ozsaer (1998) sungai Tallo mempunyai panjang 66 km

28
dengan luas daerah aliran sungai 417 km2. Sungai ini pada musim

kemarau mempunyai debit air terendah sebesar 0,7 m3 per detik.

(Daud, 2012)

C. Kerangka Pikir

Dalam mencapai hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan awal,

diperlukan langkah-langkah yang terstruktur dan sistematis dalam

pengumpulan data, pengolahan dan analisis serta menentukan

hasil keluaran akhir (output). Untuk itu diperlukan sebuah kerangka

pikir yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan penelitian ini.

Kerangka pikir tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam metodologi penelitian hal yang perlu diperhatikan juga

yaitu asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang

digunakan dalam kegiatan ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksudkan

adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan di dalam

kegiatan ilmiah. Sementara dalam sebuah penelitian ilmiah metode

yang digunakan lebih kepada model penelitian secara Induksi yaitu

penelitian yang dimulai dengan mengamati fenomena khusus untuk

menyimpulkan yang umum/mengamati kondisi lapangan dan

kemudian melahirkan satu hipotesis.

Nazir (1988: 51), mengemukakan bahwa metode penelitian

merupakan suatu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari

prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian.

Prosedur memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang

harus dilakukan dalam suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian

memberikan alat-alat ukur apa yang diperlukan dalam melakukan

suatu penelitian.

Penelitian ini mencoba membahas tentang Analisa Faktor

Penyebab Tumbuh Kembangnya Permukiman di sepanjang pinggiran

30
sungai tallo dan bagaimana strategi pengendalian terhadap tumbuh

kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran Sungai Tallo. Dalam

melaksanakan penelitian ini digunakan dua jenis metode pendekatan

yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.

Metode Penelitian kualitatif lebih menekankan pada pengamatan

fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna dari fenomena

tersebut. Analisis dan ketajaman penelitian kualitatif sangat

terpengaruh pada kekuatan kata dan kalimat yang digunakan. Oleh

karena itu, Basri (2014) menyimpulkan bahwa fokus dari penelitian

kualitatif adalah pada prosesnya dan pemaknaan hasilnya. Perhatian

penelitian kualitatif lebih tertuju pada elemen manusia, objek, dan

institusi, serta hubungan atau interaksi di antara elemen-elemen

tersebut, dalam upaya memahami suatu peristiwa, perilaku, atau

fenomena (Mohamed, Abdul Majid & Ahmad, 2010).

Sementara itu, metode kuantitatif merupakan metode survey dan

eksperimen, menurut Ceswell (2009). Metode kuantitatif digunakan

untuk dapat melakukan pengukuran terhadap objek yang tengah

diteliti. Peneliti melakukan kajian dari berbagai literatur yang terkait

dengan hasil pengamatan langsung di lapangan yang dijabarkan

kedalam beberapa komponen sub variabel/indikator. Setiap sub

variabel/indikator ditentukan dan di ukur melalui perhitungan ilmiah

dengan sampel berasal dari masyarakat asli dan masyarakat

31
pendatang yang bermukim di Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota

Makassar. Penduduk yang menjadi sampel dalam penelitian ini akan

diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang survey untuk

menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka dengan

memberikan angka yang berbeda-beda sesuai dengan kategori

informasi yang berkaitan dengan sub variabel/indikator tersebut.

Proses penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1

dibawah ini.

Gambar 3.1.

Proses Kombinasi Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

(Diadaptasi dari Surya, 2010: 129, dengan Modifikasi)

32
B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan pesisir Kelurahan

Buloa Kota Makassar. Secara administrasi, Kelurahan Buloa

termasuk dalam wilayah Kecamatan Tallo, Kota Makassar yang

terletak sekitar muara sungai Tallo. Adapun lokasi penelitian di

Kelurahan Buloa dengan luas wilayah 0,51 km2. Adapun luas

kawasan penelitian yaitu 93 Ha.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan batasan waktu yang digunakan

dalam melakukan penelitian. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam

penelitian Strategi Pengendalian Terhadap Tumbuh Kembangnya

Permukiman di Sepanjang Pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa

Kecamatan Tallo Kota Makassar ditargetkan selama enam bulan,

terhitung dari tanggal 09 Juni – 10 Oktober 2020. Berikut adalah

matriks waktu penelitian:

Tabel 3.1. Matriks Waktu Penelitian


WAKTU PELAKSANAAN
URAIAN Juni Juli Agust Sept Nov Okt
NO 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
KEGIATAN
1 Persiapan
Sinopsis
2 Bab I, II, dan III
3 Asistensi
Survey
4 Pengambilan
Data
5 Penyusunan
Bab IV dan V
6 Asistensi
(Bimbingan)
7 Seminar Hasil

33
D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dan penelitian dalam suatu penelitian perlu

ditetapkan dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan benar-

benar mendapatkan data sesuai yang diharapkan.

Menurut Sugiono (2012:115) mendefinisikan populasi

sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

masyarakat yang berada di Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo

Kota Makassar Sebanyak 8.116 Jiwa, dengan luas wilayah

Kelurahan Buloa sebesar 0,41 Km2.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Etta Mamang Sangadji, 2010:177). Sampel yang ditarik dalam

penelitian ini yaitu masyarakat yang berada pinggiran Sungai Tallo

Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar. Adapun

metode penarikan sampel digunakan berdasarkan rumusan

masalah pertama dan rumusan masalah kedua yaitu dengan cara

teknik estimasi Maximum Likelihood Estimation (MLE). Dengan

34
Jumlah Variabel 5 dan 16 Indikator, Rumus Pengambilan Sampel

MLE adalah sebagai berikut:

Sampel = 5 x Jumlah Indikator

80 = 5 x 16

Jumlah sampel yang baik menurut MLE berkisar antara 100-

200 sampel, Oleh karena itu jumlah sampel yang dipakai dalam

penelitian ini dibulatkan menjadi 100 sampel.

E. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang ada dalam penelitian ini yaitu data

kuantitatif. Berikut adalah jenis data kuantitatifnya:

a. Letak Geografis

b. Lingkungan Alam

c. Sarana Lingkungan

d. Prasarana Lingkungan

e. Aspek Ekonomi

2. Sumber dan Metode Survei

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan

dengan observasi dan survey langsung di lapangan. Untuk

sumber data yang diklasifikasikan kedalam sumber data primer

dalam penelitian ini adalah:

35
a. Letak Geografis

b. Lingkungan Alam

c. Sarana Lingkungan

d. Prasarana Lingkungan

e. Aspek Ekonomi

Tabel 3.2. Jenis Data Dirinci menurut Jenis, Sumber

Dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan Sumber Data


Data Teknik Pengumpulan Data
Jenis Sumber

Letak Geografis Kuantitatif Primer Primer

Lingkungan Alam Kuantitatif Primer Primer

Sarana Lingkungan Kuantitatif Primer Primer

Prasarana Lingkungan Kuantitatif Primer Primer

Aspek Ekonomi Kuantitatif Primer Primer

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk

diamati yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif.

Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan berdasarkan

kajian teori yang dipakai. Mengenai variabel penelitian yang

digunakan dari hasil kajian pustaka yang dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tumbuh kembangnya

permukiman di antaranya:

36
1. Letak Geografis

2. Lingkungan Alam

3. Sarana Lingkungan

4. Prasarana Lingkungan

5. Aspek Ekonomi

Tabel 3.3. Variabel Penelitian

Variabel Indikator

Kecenderungan Masyarakat Ya (Karena Sudah Lama Tinggal)


Untuk Bermukim Biasa Saja (Tidak ada alasan apapun)
Tidak (ingin suasana baru)
Letak Geografis Dekat sungai (dekat dengan pekerjaan)
Jauh (Dimana pun tidak masalah)
Lingkungan Alam
 Selalu membersihkan lingkungan sekitar
sungai dan rumah
 Hanya Membersihkan rumah saja
 Tidak peduli dengan apapun yang terjadi
Sarana Lingkungan Lebih
Cukup
Tidak
Prasarana Lingkungan Lebih
Cukup
Tidak
Aspek Ekonomi  Pendapatan Tinggi (Diatas Rp. 2,9
Juta)
 Pendapatan Menengah (Rp. 1 Juta -
Rp. 2,9 Juta)
 Pendapatan Rendah (Dibawah Rp. 1
Juta)

37
G. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode analisis chi-square untuk melihat faktor

determinan yang menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang

mempengaruhi dari variabel yang diteliti, kemudian untuk menyusun

rumusan alternatif strategi partisipasi masyarakat dalam

meningkatkan kualitas permukiman pesisir di Kelurahan Tallo

menggunakan analisis faktor-faktor internal dan eksternal (IFE-EFE)

dan Matriks IE, serta analisis SWOT.

Tabel 3.4. Matriks Metode Analisis Data

Metode Hasil yang


No. Rumusan Masalah Jenis dan Sumber Data Analisis
Diharapkan
Data
1. Faktor apa yang Faktor-faktor yang
Data primer
menyebabkan sehingga mempengaruhi
- Lingkungan Alam
bertumbuh kembangnya tumbuh kembangnya
- Sarana Lingkungan Analisis Chi-
permukiman di sepanjang permukiman di
- Prasarana Lingkungan Square
pinggiran Sungai Tallo sepanjang sungai
- Aspek Ekonomi
Kelurahan Buloa Tallo Kelurahan Buloa.
Sumber data diproleh dari
Kecamatan Tallo Kota
hasil olahan data kuesioner
Makassar ?
2. Bagaimana strategi Data sekunder, yakni peta
pengendalian terhadap citra terkait dengan lokasi Strategi pengendalian

tumbuh kembangnya penelitian. terhadap tumbuh

permukiman di sepanjang Analisis kembangnya

pinggiran Sungai Tallo Sumber diperoleh dari SAS SWOT permukiman di

Kelurahan Buloa Planet sepanjang sungai

Kecamatan Tallo Kota Tallo Kelurahan Buloa.

Makassar ?

38
1. Analisis Chi-Square

Chi-Square juga disebut sebagai Chi Kuadrat

merupakan salah satu jenis uji komparatif non parametris

dilakukan pada dua variabel dengan skala data kedua variabel

ada nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan

skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk

bahwa harus digunakan uji pada derajat terendah).

Analisis Chi-Square berguna untuk menguji pengaruh

dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan

antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C =

Coefisien of Contingency).

Untuk mengetahui frekuensi yang diharapkan (F h) pada

masing-masing frekuensi menurut baris dan kolom, jumlah

masing-masing sub bagian dan jumlah keseluruhan.

Selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam rumus sebagai

berikut:

F h=¿

Fh = Frekuensi yang diharapkan

nfb = Jumlah frekuensi masing-masing baris

nfk = Jumlah frekuensi masing-masing kolom

Analisis Chi-Square memiliki karakteristik:

39
a. Nilai Chi-Square selalu positif.

b. Terdapat beberapa keluarga distribusi Chi-Square, yaitu

distribusi dengan DK=1, 2, 3 dan seterusnya.

c. Bentuk distribusi Chi-Square adalah menjulur positif

Adapun rumus dari analisis Chi-Square adalah:


2
x =¿

Keterangan:

X2 = Nilai Chi-Square

Fh = Frekuensi yang diharapkan

F0 = Frekuensi yang diperoleh/diamati

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan apabila keadaan

berikut dicapai, yakni: X² hitung < X² tabel dimana Hₒ diterima,

sebaliknya apabila X² hitung > X² tabel dimana Hₒ ditolak atau

H¹. Untuk mengetahui koefisien korelasi setiap variabel X

terhadap Y berdasarkan hasil yang diperoleh, digunakan uji

kontingensi yaitu:

Keterangan:

C : Hasil koefisien kontingensi

X² : Hasil Chi Kuadrat yang dihitung

N : Jumlah sampel

40
2. Skala Likert

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian, maka metode pengukuran untuk melihat seberapa

kuat pengaruh variabel yang digunakan terhadap

kecenderungan masyarakat untuk berhuni di pinggiran Sungai

Tallo dengan menggunakan pendekatan Skala Likert untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan Y digunakan

patokan inter prestasi nilai. Dalam penelitian ini hasil analisis /

uji Chi-Square akan dicocokkan dengan sistem scoring dalam

skala likert yang kemudian untuk menentukan korelasi variabel

dengan tingkat pengaruhnya terhadap kecenderungan

masyarakat untuk berhuni.

Tabel 3.5. Penentuan Skala Likert

Nilai Pengaruh

0,80 – 1,00 Pengaruh sangat kuat

0,60 – 0,79 Pengaruh kuat

0,40 – 0,59 Pengaruh sedang

0,20 – 0,39 Pengaruh lemah

0,00 – 0,19 Pengaruh sangat lemah

Sumber: Maria M.I. 2000 dalam Arianti (2009:11)

41
3. Metode Perumusan Alternatif Strategi

Menurut Rangkuti (2009) proses penyusunan

perencanaan strategis melalui tiga tahap, yakni tahap

pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan

keputusan.

Sebelum melakukan proses identifikasi, terlebih dahulu

disepakati basis analisis stake holders yang berhubungan

dengan pihak internal maupun eksternal. Dalam kajian ini, yang

dikategorikan sebagai pihak internal adalah stakeholders

Pemerintahan Kota Makassar dan masyarakat pinggiran sungai

Tallo Kelurahan Buloa, sedangkan pihak eksternal adalah

pemerintah pusat, provinsi dan masyarakat atau pengusaha di

luar Kota Makassar. Hal ini dilakukan sehingga dapat

memudahkan dalam melakukan analisis faktor internal dan

eksternal. Lebih jelasnya tahap-tahap perumusan strategi

dalam kajian ini diuraikan sebagai berikut:

1.1 Pembuatan Personal SWOT Analisis

• Tentukan indikator-indikator kekuatan, caranya adalah

dengan mengidentifikasi semua indikator yang dapat kita

kendalikan sendiri. Semua indikator yang mendukung

42
tujuan kita merupakan indikator-indikator kekuatan.

Sebaliknya, indikator yang menghambat atau

mengganggu tujuan kita merupakan indikator

kelemahan.

• Tentukan indikator-indikator kelemahan yang kita miliki.

Tujuan kita menentukan indikator ini adalah untuk

meningkatkan kinerja kita. Dengan mengidentifikasi

kelemahan, kita dapat memperbaiki diri.

• Tentukan indikator-indikator peluang

• Menentukan indikator ancaman. Tentukan faktor-faktor

apa saja yang dianggap dapat mengancam. Rangkuti

(2009)

a. Model Penentuan Indikator Komponen SWOT

Kelemahan yang
INTERNAL Kekuatan yang dimiliki
dimiliki
Peluang untuk Ancaman yang
mencapai tujuan yang memungkinkan tujuan
EKSTERNAL
ingin dicapai di masa yang ingin dicapai
yang akan datang tidak terlaksana

Penentuan indikator tersebut disusun berdasarkan

tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.

Selanjutnya lakukan evaluasi terhadap faktor internal, yaitu

43
semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Penentuan

indikator peluang dan ancaman disusun berdasarkan tujuan

kita dalam membuat analisis SWOT.

b. Evaluasi Faktor Internal (IFE-Internal Factor Evaluation)

Pada tahap pengumpulan data dilakukan evaluasi

terhadap faktor-faktor strategis internal atau Internal Factor

Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui persepsi

stakeholders terhadap faktor internal wilayah Kota

Makassar dan wilayah pesisir Kelurahan Tallo berkaitan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap

berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. Menurut

Rangkuti (2009), terdapat lima langkah yang harus

dilakukan untuk melakukan evaluasi faktor internal dengan

menggunakan Matrix Internal Factor Evaluation (IFE), yaitu:

1) Setelah dilakukan identifikasi terhadap lingkungan

internal, tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan

dan kelemahan.

2) Berikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan

skala dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak

penting). Bobot yang diberikan pada suatu faktor

menunjukkan kepentingan relatif dari faktor itu untuk

44
sukses dalam usaha yang ditekuni lembaga. Tanpa

mempedulikan apakah faktor kunci adalah kekuatan

atau kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap

mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi organisasi

diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot tidak

boleh melebihi 1,00.

3) Hitung rating atau peringkat masing-masing faktor

dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding)

sampai 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut

terhadap kondisi wilayah atau lembaga untuk

menunjukkan apakah faktor itu yang berpengaruh. Bila

berpengaruh sangat kuat diberi nilai 4 dan bila

berpengaruh kecil atau sangat lemah diberi nilai 1.

4) Kalikan bobot dengan rating/peringkat untuk

memperoleh nilai ter bobot.

5) Jumlah seluruh nilai yang ter bobot untuk memperoleh

total nilai yang ter bobot. Rangkuti (2009)

Tabel 3.6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

No Bobot x
Faktor Internal Bobot Rating
. Rating
Kekuatan (Strengths):
1 …………………..
2 ………………….. 1-4

45
3 …………………..
Kelemahan
1 (Weakness):
2 ………………….. 4-1
3 …………………..
…………………..
Total 1,00
Sumber: Rangkuti (2009)

c. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE-Eksternal Factor

Evaluation)

Pada tahap External Factor Evaluation (EFE)

dilakukan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal yang

diluar kendali pemerintah dan masyarakat pesisir. Faktor

eksternal berhubungan dengan persoalan ekonomi, sosial

budaya, demografi, teknologi, hukum dan faktor lingkungan

berupa lingkungan usaha industri, pasar, serta data

eksternal relevan lainnya. Faktor eksternal berpengaruh

secara langsung maupun tidak langsung terhadap

partisipasi masyarakat. Hasil analisis eksternal digunakan

untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada serta

seberapa baik strategi yang telah dilakukan selama ini.

Menurut Rangkuti (2009), terdapat lima langkah yang harus

dilakukan untuk mengevaluasi faktor eksternal ini dengan

46
menggunakan Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE),

yaitu:

1) Setelah dilakukan identifikasi terhadap lingkungan

eksternal, tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang

dan ancaman.

2) Beri bobot masing-masing faktor, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai 0,0 (tidak penting).Jumlah seluruh bobot

yang diberikan tidak boleh melebihi nilai atau skor 1.

3) Hitung atau berikan rating/peringkat 1 sampai 4 pada

setiap faktor kunci untuk menunjukkan seberapa besar

atau kecil pengaruh peluang dan ancaman, jika

ancamannya sangat besar/kuat, rating nya 1 dan

sebaliknya jika ancamannya sedikit atau kecil/lemah

rating nya 4.

4) Kalikan bobot dengan rating/peringkat untuk

memperoleh nilai ter bobot. Jika hasil yang diperoleh

adalah 1 (satu) berarti situasi eksternal sangat tidak baik

atau tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada

serta tidak mampu mengatasi ancaman yang ada, bila

diperoleh nilai 4 (empat) berarti situasi eksternal sangat

baik, mampu memanfaatkan peluang yang ada dan

mampu mengatasi atau mengurangi ancaman.

47
5) Jumlahkan nilai yang ter bobot untuk mendapatkan total

nilai ter bobot. Rangkuti (2009)

Tabel 3.7. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)

No Bobot x
Faktor Internal Bobot Rating
. Rating
Peluang (Opportunities):
1 …………………..
2 ………………….. 1-4
3 …………………..
Ancaman (Threats):
1 …………………..
2 ………………….. 4-1
3 …………………..
Total 1,00

d. Analisis SWOT (Streng-Weakness-Opportunities-Threats)

Analisis SWOT merupakan alat untuk

memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, me

minimalisasi kelemahan yang terdapat pada partisipasi

masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan di

Kelurahan Tallo serta menekan dampak ancaman yang

timbul. Hasil analisis SWOT adalah berupa sebuah matriks

yang terdiri atas empat kuadran. Masing–masing kuadran

merupakan perpaduan strategi antara faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang

48
dan ancaman). Matriks SWOT yang digunakan dalam

kajian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8. Matriks Analisis SWOT

Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)


1. Daftar Kekuatan 1. Daftar Kelemahan
Faktor Eksternal 2. 2.
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Daftar Peluang Strategi yang Strategi yang meminimalkan
2. menggunakan seluruh kelemahan untuk merebut
kekuatan yang kita miliki peluang. Artinya banyak
untuk merebut peluang peluang yang dapat diraih,
tetapi tidak ditunjang
dengan kekuatan yang
memadai (lebih banyak
kelemahannya) sehingga
kelemahan tersebut perlu di
minimalisasi
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Daftar Ancaman Strategi yang disusun Ciptakan strategi yang
2. dengan menggunakan meminimalkan kelemahan
seluruh kekuatan yang dan menghindari ancaman
dimiliki untuk mengatasi
ancaman yang akan
terjadi
Sumber: Rangkuti (2009)

Stability (Stabil) Growth (Pertumbuhan)


49
O (OPPURTUNITY)
W (WEAKNESS) S (STREANGHT)

Kuadran II Kuadran I
WO SO
Gambar 3.2 Kuadran SWOT

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran Umum Kota Makassar

1.1 Letak Geografis dan administratif

Kota Makassar memiliki luas 175,77 km2, dan secara

astronomis terletak pada 119o24’17’38” Bujur Timur dan

5o8’6’19” Lintang Selatan. Berdasarkan letak geografis, Kota

Makassar memiliki batas-batas administratif sebagai berikut:

• Sebelah utara: Kabupaten Maros dan Selat Makassar

• Sebelah selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten

Takalar

• Sebelah barat: Selat Makassar

• Sebelah timur: Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa

Secara administratif Kota Makassar memiliki 15

kecamatan, yaitu Kecamatan Mariso, Kecamatan

Mamajang, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Rappocini,

Kecamatan Makassar, Kecamatan Ujung Pandang,

Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan

Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan

Panakkukang, Kecamatan Manggala, Kecamatan

51
Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan

Kepulauan Sangkarrang. Adapun untuk administratif

lainnya, Kota Makassar tercatat memiliki 153 kelurahan,

996 RW dan 4.964 RT (BPS, 2019).

Untuk pembagian administratif, Kota Makassar

dengan luas wilayah 175,77 km2 terbagi atas 15 wilayah

kecamatan. Wilayah yang terluas adalah Kecamatan

Biringkanaya dengan 48,22 km2 dan 27,43% luas

keseluruhan Kota Makassar. Wilayah terkecil adalah

Kecamatan Kepulauan Sangkarrang dengan 1,54 km 2

dan 0,88% luas keseluruhan Kota Makassar. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel 8 berikut.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Makassar

No Kecamatan Luas (km2) Persentase

1 Mariso 1,82 1,04

2 Mamajang 2,25 1,28

3 Tamalate 20,21 11,50

4 Rappocini 9,23 5,25

5 Makassar 2,52 1,43

6 Ujung Pandang 2,63 1,50

7 Wajo 1,99 1,13

No. Kecamatan Luas (km2) Persentase

52
8 Bontoala 2,10 1,19

9 Ujung Tanah 4,40 2,50

10 Kepulauan Sangkarrang 1,54 0,88

11 Tallo 5,83 3,32

12 Panakkukang 17,05 9,70

13 Manggala 14,14 13,73

14 Biringkanaya 48,22 27,43

15 Tamalanrea 32,84 18,11

Kota Makassar 175,77 100,00

Sumber: Kota Makassar Dalam Angka 2019, BPS 2019.

1.2 Kondisi Fisik Wilayah

Kota Makassar secara topografi berada pada dataran

rendah dengan ketinggian bervariasi antara 1-22 meter di

atas permukaan laut (BPS, 2019). Daerah pesisir di

sebelah timur yang cenderung datar antara 1-4 meter di

atas permukaan laut, sedangkan pada sebelah utara dan

barat wilayah cenderung bervariasi antara 1-22 meter di

atas permukaan laut.

Kondisi iklim Kota Makassar secara umum ditandai

dengan hari hujan dan curah hujan relatif tinggi, dan

dipengaruhi oleh angin musim dan wilayahnya berbatasan

53
langsung dengan Selat Makassar. Kota Makassar pada

tahun 2018 berdasarkan Stasiun Meteorologi tercatat

memiliki rata-rata suhu 28,3 ℃, dengan suhu terendah

pada Bulan Oktober 23,4 ℃ dan tertinggi 34,8 ℃ pada

Bulan Mei dan September (BPS, 2019). Untuk curah

hujan, Kota Makassar memiliki curah hujan tertinggi pada

Bulan Februari sebesar 724 mm3 dengan jumlah hari

hujan sebesar 22 hari, sedangkan untuk curah hujan

terendah pada Bulan Agustus sebesar 0 mm 3 dengan

jumlah hari hujan sebesar 1 hari.

1.3 Kondisi Klimatologi

Kondisi iklim di Kota Makassar hampir sama

dengan wilayah Indonesia pada umumnya, dimana terjadi

musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan terjadi

antara bulan November dan Maret karena pada bulan

tersebut angin Barat yang bertiup dari benua Asia dan

Samudera Pasifik yang membawa kandungan uap air.

Namun demikian, berdasarkan data statistik pada tahun

2020 curah hujan yang turun pada bulan januari justru

merupakan curah hujan tertinggi yang terjadi selama tahun

2020 sebesar 642 mm. Sedangkan musim kemarau terjadi

54
antara bulan Juli dan Oktober karena antara bulan

tersebut angin Timur yang bertiup dari daratan Australia

membawa kandungan uap air yang sifatnya kering. Pada

bulan Mei arah angin tidak menentu, demikian pula

dengan curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal

sebagai musim pancaroba.

Curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata

dan menyebabkan adanya wilayah basah dan wilayah

kering. Curah hujan tertinggi selama tahun 2020 terjadi

pada bulan Januari sebesar 642 mm dan terendah terjadi

pada bulan Juli sebesar 2 mm. Sedangkan jumlah hari

hujan tertinggi selama tahun 2020 terjadi pada bulan

Januari sebesar 28 hari hujan dan jumlah hari terendah

terjadi pada bulan Agustus sebesar 2 hari hujan.

Suhu udara di wilayah ini berkisar antara 27C –

29C. Rata-rata suhu udara bulanan tertinggi terjadi pada

bulan Oktober dan November sebesar 29C sedangkan

yang terendah terjadi pada bulan Desember sebesar

27C.

Kelembaban udara wilayah ini berkisar antara 70-

85%. Rata-rata kelembaban udara tertinggi terjadi pada

55
Desember-Januari sebesar 85%, sedangkan terendah

terjadi pada bulan Agustus sebesar 69%.

Untuk rata-rata kecepatan angin yang bertiup di

wilayah Kota Makassar ini pada tahun 2020 berkisar

antara 3-5 knot, dan rata-rata tekanan udara berkisar pada

1010,6 – 1013,3 mb.

1.4 Kondisi Geologi dan Tanah

Karakteristik batuan di Kota Makassar terdiri dari,

batuan basal, batuan sedimen laut diselingi dengan

batuan gunung api, kerikil, pasir, lempung, lumpur, batu

gamping dan koral. Sedangkan untuk jenis tanah terdiri

dari dua yaitu jenis tanah inceptisol dan ultisol. Untuk lebih

jelasnya mengenai sebaran jenis batuan dan jenis tanah di

Kota Makassar dapat dilihat pada

1.5 Kondisi Hidrologi

Kota Makassar adalah kota yang letaknya berada

dekat dengan pantai, membentang sepanjang koridor

Barat dan Utara, lazim dikenal sebagai kota dengan ciri

“Waterfront City”, di dalamnya mengalir beberapa sungai

yang kesemuanya bermuara ke dalam kota. Adapun

56
sungai yang mempengaruhi kondisi hidrologi di Kota

Makassar yaitu Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan

Sungai Pampang.

Sungai Jeneberang misalnya, yang mengalir

melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan bermuara ke

bagian selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan

kapasitas sedang debit air 1-2 m/detik. Sedangkan Sungai

Tallo dan Sungai Pampang yang bermuara di bagian utara

Kota Makassar adalah sungai dengan kapasitas rendah

berdebit kira-kira hanya mencapai 0-5 m/detik di musim

kemarau.

Sebagai kota yang sebagian besar wilayahnya

merupakan daerah dataran rendah, yang membentang

dari tepi pantai sebelah barat dan melebar hingga ke arah

timur sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang dari arah

selatan ke utara merupakan koridor utama kota yang

termasuk dalam jalur-jalur pengembangan, pertokoan,

perkantoran, pendidikan, dan pusat kegiatan industri di

Kota Makassar. Dari dua sungai besar yang mengalir di

dalam kota secara umum kondisinya belum banyak

dimanfaatkan, seperti menjadikannya sebagai jalur

alternatif baru bagi transportasi kota.

57
Peta 4.1
Peta Administrasi Kota Makassar

58
2. Gambaran Umum Kecamatan

Kecamatan Tallo merupakan salah satu dari 15 Kecamatan

di Kota Makassar. Adapun batas administrasi kecamatan Tallo

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Makassar

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Tamalanrea

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Bontoala dan

Kecamatan Panakukkang.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bontoala dan

Kecamatan Ujung Tanah.

Kecamatan Tallo terdapat 3 kelurahan yang merupakan

daerah pantai dan 12 kelurahan lainnya merupakan daerah

bukan pantai dengan topografi ketinggian antara permukaan laut.

Kecamatan Tallo terdiri dari 15 kelurahan dengan luas wilayah

8,75 km2. Dari luas wilayah, Kelurahan Lakkang memiliki wilayah

terluas yaitu 1,65 Km2, terluas kedua adalah Kelurahan Tammua

dengan luas wilayah 0,62 Km2, sedangkan Kelurahan yang

paling kecil luas wilayahnya adalah Kelurahan Wala-walaya

dengan luas 0,11 Km2. Menurut jaraknya, letak masing-masing

kelurahan di kecamatan ke ibu kota, kabupaten/kota berkisar 1-2

km. jarak Kelurahan Lakkang adalah kelurahan terjauh jaraknya

yaitu 5-10 Km dari ibu kota Kecamatan.

59
Perkembangan kelurahan tingkat klasifikasi kelurahan di

Kecamatan Tallo tahun 2020 terdiri dari 15 kelurahan, dengan

kategori kelurahan swasembada. Dengan demikian tidak ada lagi

kelurahan yang termaksud Swadaya dan Swakarya. Salah satu

kelurahan yang ada di Kecamatan Tallo yaitu Kelurahan Buloa

yaitu menjadi lokasi untuk penyusunan laporan kami. Kelurahan

Buloa merupakan kelurahan yang terluas kelima yaitu 0,41 Km 2

dengan ketinggian <500 m di atas permukaan laut dan di batasi

oleh Sungai Tallo yang menjadi akses transportasi. Letak

Kelurahan Buloa berada di dekat pantai dengan status daerah

sebagai kota. Jarak Kelurahan Buloa ke ibukota kecamatan 1-2

Km. kelurahan Buloa memiliki 7 RT dan 27 RW dan memiliki 1

lembaga yaitu LPM. Jumlah penduduk Kelurahan Buloa tahun

2018 adalah 140.023 jiwa/orang yang terdiri dari 70.183 orang

laki-laki dan 69.840 orang perempuan dengan jumlah Sex Ratio

1.498 persen. Berikut adalah peta Kecamatan Tallo Kota

Makassar:

60
Peta 4.2
Peta Administrasi Kecamatan Tallo

61
3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Buloa Kecamatan

Tallo Kota Makassar, lebih tepatnya berada di lokasi RW 3 RT

03 dan RW 5 RT 03 dengan pertimbangan bahwa lokasi dengan

kondisi karakteristik perumahan yang langsung berada di

pinggiran Sungai Tallo. Penduduk di lokasi penelitian Kelurahan

Buloa yang berada di pinggiran sungai bermata pencaharian

sebagai nelayan, buruh lepas, pedagang, tukang batu dan

tukang ojek. Sebagian besar penduduk permukiman di pinggiran

Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Kota Makassar

yaitu sebagai nelayan dan buruh lepas.

Kondisi existing permukiman yang ada di Kelurahan

Buloa yaitu terbangunnya kawasan permukiman yang bukan

pada fungsi peruntukan nya, dimana permukiman tersebut

didirikan pada kawasan lindung yaitu tepat berada di pinggiran

sungai. Permukiman tersebut sudah tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang dimana dilarang

membangun di pinggiran sungai/bibir sungai, selain itu

permukiman di pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa ini juga

berada diatas tanah tidak legal. Tanah tidak legal yang

dimaksudkan adalah kawasan permukiman yang dalam RTRW

berada pada peruntukan yang bukan perumahan.

62
Kelurahan Buloa dilihat dari segi keadaan kepemilikan

tanahnya, baik itu dimiliki secara sah dan berada pada tanah

yang kepemilikannya tidak sah (dihuni secara liar), sesuai

pernyataan Pak RT Danggi di RW 5 RT 03 Kelurahan Buloa

yang menyatakan bahwa sebagian besar warga masih belum

memiliki bukti kepemilikan tanah, karena pada dasarnya

sebagian besar tanah merupakan masih dalam status tanah milik

pemerintah. Status kepemilikan tanah di Kelurahan Buloa ada

dua yakni tanah bersertifikat dan tanah pemerintah yang belum

dilekati hak yang diduduki oleh warga. Jadi sebagian besar

masyarakat Kelurahan Buloa khususnya yang bermukim

langsung di tepian sungai merupakan pemukim liar.

Gambar 4.1. Visualisasi Permukiman di Pinggiran Sungai Tallo

Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo Tahun 2020

(Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2020)

63
Peta 4.3
Peta Administrasi Kelurahan Buloa

64
Peta 4.4
Peta Delineasi Kawasan Penelitian

65
3.1 Hasil Sampel

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan

pada tanggal 9 Juni – 10 Oktober 2020, peneliti telah

merangkum hasil kuesioner terhadap sampel yang berada di

wilayah Kelurahan Buloa. Untuk hasil dari kuesioner dapat

dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2. Hasil Kuesioner Penelitian

Pertanyaan Jawaban Jumlah Rata-Rata Alasan Total Variabel

A. Ya 91 Sudah Lama Tinggal


1. Apakah anda senang
Tidak ada alasan
bermukim di daerah B. Biasa Saja 6 100 Y
apapun
ini ? alasannya.
C. Tidak 3 Ingin Suasana Baru
2. Jika dapat memilih A. Dekat dengan Dekat dengan
96
apakah anda ingin sungai pekerjaan (Nelayan)
100 X1
tinggal di daerah yang, B. Jauh dengan Dimana pun tidak
4
alasannya? sungai masalah
A. Selalu
membersihkan
Terkadang kalau
lingkungan 3
sempat
sekitar sungai
3. Bagaimana sikap anda dan rumah
terhadap kebersihan B. Hanya Hanya menunggu
100 X2
lingkungan sekitar Membersihkan 52 dari pemerintah
anda, alasannya? rumah saja yang membersihkan
Orang lain tidak
C. Tidak peduli
membersihkan,
dengan apapun 41
maka saya pun
yang terjadi
sama
A. Lebih 0 -
Untuk sekolah ada
tapi jauh, tempat
D. Apakah sarana
ibadah ada 1,
lingkungan di sini
B. Cukup 36 perdagangan cukup
sudah memenuhi 100 X3
dekat, fasilitas
kebutuhan anda,
Kesehatan jauh dari
alasannya?
lokasi penelitian
Karena Jauh dari
C. Tidak 64
tempat tinggal
E. Apakah prasarana A. Lebih 0 -
lingkungan di sini 100 X4
sudah memenuhi B. Cukup 36 Sistem Persampaan

66
Pertanyaan Jawaban Jumlah Rata-Rata Alasan Total Variabel

di angkut, Teraliri
PDAM terkadang
juga beli.
Tidak mampu
kebutuhan anda, membayar uang
alasannya ? C. Tidak 64 sampah, Membeli
air, Air limbah
langsung kesungai
A. Di atas 3
3 PNS
juta/bulan
Pedagang warung
kecil kecilan, harus
B. 1-3 Juta/bulan 9 mencukupi banyak
F. Berapa Pendapatan orang dalam satu
Perbulan, Dengan rumah. 100 X5
Pekerjaan sebagai ? Nelayan, Buruh
Lepas, Tukang
C. Di bawah 1 Becak dan harus
88
juta/bulan menghidupi banyak
orang dalam satu
tempat tinggal
Sumber: Kuesioner dengan warga pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa, 2020

B. Analisis Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni

1. Analisis Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni

Terhadap Letak Geografis

Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari

kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi

dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis

ditentukan pula oleh segi astronomis, geologis, fisiografis dan

social budaya.

Sosial Budaya yang dimaksud adalah wilayah yang

secara geografis perkembangan semulanya baik, lambat laun

67
menjadi kumuh disebabkan adanya mobilitas sosial ekonomi

yang stagnan, Letak Geografis juga menentukan masyarakat

dalam mata pencahariannya, seperti pada kelurahan buloa

mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan, maka

masyarakat di sana cenderung memilih tinggal di daerah yang

lokasinya dekat dengan sungai, Letak geografis dalam penelitian

ini dibagi menjadi 2 indikator yakni:

a. Dekat dengan sungai

b. Jauh dengan sungai

Dari Hasil Kuesioner yang dibagikan, masyarakat cenderung

memilih tinggal di daerah yang memang berdekatan dengan

sungai untuk lebih dekat dengan lokasi pekerjaan mereka, untuk

lebih jelasnya seperti pada visualisasi berikut.

Gambar 4.2. Visualisasi Letak Geografis Di pinggiran Sungai

Tallo Kelurahan Buloa

(Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2020)

68
Tabel 4.3. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat

Untuk Berhuni Terhadap Letak Geografis (X1)

X X FH X²
∑ ∑
Y 1 2 1 2 1 2
1 90 1 91 87,36 3,64 0,08 1,91 1,99
Y 2 4 2 6 5,76 0,24 0,54 12,91 13,44
3 2 1 3 2,88 0,12 0,27 6,45 6,72
∑ 96 4 100
x² 22,16
db 1,00
x² Tabel 3,84
Kesimpulan Berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa

kecenderungan masyarakat untuk berhuni menurut uji chi

kuadrat berpengaruh terhadap letak geografis. Untuk mengukur

tingkat pengaruh kecenderungan masyarakat untuk berhuni

terhadap letak geografis maka selanjutnya dilakukan uji

kontingensi dimana:

22,16
(100 + 22,16)

= 0,43 atau pengaruh sedang

2. Analisis Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni

Terhadap Lingkungan Alam

Lingkungan alam adalah lingkungan yang terbentuk dari

proses alami misalnya pegunungan, sungai, danau, hutan dan

69
rawa. Lingkungan alam dalam penelitian ini dibagi menjadi 2

indikator yakni:

a. Selalu membersihkan lingkungan sekitar rumah dan sungai

b. Hanya membersihkan lingkungan rumah saja

c. Tidak peduli dengan apapun yang terjadi

Lingkungan alam pada lokasi penelitian kurang begitu baik

dilihat dari kondisi alam sungai tallo yang kurang terawat

karena tidak terpelihara dengan baik, hal ini menunjukkan

bahwa masyarakat tidak terlalu peduli terhadap lingkungan

alam yang mereka tinggali begitu pula dari hasil kuesioner yang

dibagikan masyarakat lebih banyak memilih membersihkan

rumahnya masing masing, berikut adalah visualisasi lingkungan

alam daerah penelitian.

Gambar 4.3. Visualisasi Lingkungan Alam (Sungai Tallo) Di pinggiran

Sungai Tallo Kelurahan Buloa

(Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2020)

70
Tabel 4.4. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat

Untuk Berhuni Terhadap Lingkungan Alam (X2)

X X FH X²
∑ ∑
Y 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 1 54 36 91 2,73 50,9637,311,10 0,18 0,05 1,32
Y 2 1 1 4 6 0,18 3,36 2,46 3,74 1,66 0,96 6,36
3 1 1 1 3 0,09 1,68 1,23 9,20 0,28 0,04 9,52
∑ 3 56 41 100
x² 17,20
db 4
x² Tabel 9,48
Kesimpulan Berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa

kecenderungan masyarakat untuk berhuni menurut uji chi

kuadrat tidak berpengaruh terhadap lingkungan alam, dilihat dari

kurangnya kepedulian masyarakat untuk menjaga kebersihan

lingkungan alam (sungai tallo) itu sendiri. Untuk mengukur

tingkat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni

Terhadap Lingkungan Alam maka selanjutnya dilakukan uji

kontingensi dimana:
17,20
(100 + 17,20)

= 0,38 atau Pengaruh Lemah.

d. Analisis Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni

Terhadap Sarana Lingkungan

Sarana lingkungan juga sangat berperan penting dalam

mempengaruhi keberadaan permukiman di bantaran sungai

71
karena sarana lingkungan di lokasi penelitian apakah sudah

memenuhi kebutuhan masyarakat. Sarana lingkungan terbagi 3

indikator di dalamnya, yakni:

a. Lebih: sarana lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat di pinggiran sungai seperti, fasilitas pendidikan,

kesehatan, dan peribadatan.

b. Cukup: sarana lingkungan yang hanya terdapat salah satu di

antara fasilitas pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.

c. Tidak: sarana lingkungan tidak dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat di pinggiran sungai seperti, fasilitas pendidikan,

kesehatan, dan peribadatan.

Kelurahan Buloa khususnya pada daerah delineasi

kawasan hanya memiliki 1 fasilitas yaitu fasilitas peribadatan

berupa masjid, selain itu tidak ada lagi fasilitas lain di dalam

lingkup delineasi kawasan penelitian, tetapi jarak ke fasilitas lain

juga tidak terlalu jauh untuk di jangkau, berikut adalah visualisasi

sarana lingkungan berupa fasilitas peribadatan di permukiman

pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa dan analisis chi kuadrat

pengaruh sarana lingkungan terhadap kecenderungan

masyarakat untuk bermukim. Berikut adalah visualisasi fasilitas

peribadatan yang merupakan sarana lingkungan yang tersedia

pada daerah penelitian.

72
Gambar 4.4. Visualisasi Sarana Lingkungan (Fasilitas Peribadatan)

di Pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa

(Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2020)

Tabel 4.5. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat

Untuk Berhuni Terhadap Sarana Lingkungan (X3)

X X FH X²
∑ ∑
Y 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 0 47 44 91 0 47,3243,68 0 0 0 0
Y 2 0 4 2 6 0 3,12 2,88 0 0,25 0,27 0,52
3 0 1 2 3 0 1,56 1,44 0 0,20 0,22 0,42
∑ 0 52 48 100
x² 0,94
db 4
x² Tabel 9,48
Kesimpulan Tidak Berpengaruh

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa

kecenderungan masyarakat untuk berhuni menurut uji chi

kuadrat tidak berpengaruh terhadap sarana lingkungan. Untuk

mengukur tingkat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat Untuk

Berhuni Terhadap Sarana Lingkungan maka selanjutnya

dilakukan uji kontingensi dimana:

73
0,94,
(100 + 0,94)

= 0,097 atau pengaruh sangat lemah.

e. Analisis Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni

Terhadap Prasarana Lingkungan

Sama halnya dengan sarana lingkungan, prasarana

lingkungan juga sangat berperan aktif dalam keberadaan

masyarakat yang bermukim di bantaran sungai apakah sudah

memenuhi kebutuhan masyarakat yang bermukim, prasarana

lingkungan yang cukup bermasalah pada lokasi penelitian adalah

sebagai berikut:

1.1 Jaringan air bersih, jaringan air bersih pada daerah

penelitian menurut wawancara warga sekitar kurang

mencukupi untuk keperluan warga sekitar, karena masih

banyak warga yang belum ter cukupi kebutuhannya maka

seringkali membeli air untuk keperluannya sehari hari.

1.2 Jaringan air limbah, Jaringan air limbah rumah tangga

langsung dibuang sungai karena tidak adanya wadah lain

untuk membuangnya.

74
1.3 persampahan, Masalah persampahan di lokasi penelitian

masih banyak warga yang membuang sampahnya ke sungai

walaupun ada mobil sampah yang sering melewati kawasan

tersebut, hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian

masyarakat setempat dan kurang tegasnya pemerintah

untuk tidak membuang sampah sebarang, Berikut adalah

visualisasi prasarana lingkungan (Persampahan dan

Jaringan Air Bersih) di pinggiran Sungai Tallo Kelurahan

Buloa dan analisis chi kuadrat pengaruh prasarana

lingkungan terhadap kecenderungan masyarakat untuk

bermukim.

Gambar 4.5. Visualisasi Prasarana Lingkungan (Persampahan dan

Jaringan Air Bersih) Di pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa

(Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2020)

Tabel 4.6. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat

Untuk Berhuni Terhadap Prasarana Lingkungan (X4)

X X FH X²
∑ ∑
Y 1 2 3 1 2 3 1 2 3

75
1 0 31 60 91 0 32,7658,24 0 0,09 0,05 0,15
Y 2 0 4 2 6 0 2,16 3,84 0 1,57 0,88 2,45
3 0 1 2 3 0 1,08 1,92 0 0,01 0 0,01
∑ 0 36 64 100
x² 2,61
db 4
x² Tabel 9,48
Kesimpulan Tidak Berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa

kecenderungan masyarakat untuk berhuni menurut uji chi

kuadrat berpengaruh terhadap prasarana lingkungan. Untuk

mengukur tingkat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat Untuk

Berhuni Terhadap Prasarana Lingkungan maka selanjutnya

dilakukan uji kontingensi dimana:

31,71
2,61
( 100 + 31,71 )
(100 + 2,61)
= 0,16 atau pengaruh sangat lemah.

f. Analisis Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni

Terhadap Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi menjadi salah satu faktor yang sangat

berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di

bantaran sungai, dengan aspek ekonomi kebutuhan masyarakat

sudah terpenuhi, sandang, pangan dan papan. Aspek ekonomi

dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 indikator yakni:

a. Lebih: berpendapatan tinggi (Diatas Rp. 3 Juta)

b. Cukup: berpendapatan menengah (Rp. 1 Juta – Rp. 3 Juta)

76
c. Tidak: berpendapatan rendah (Dibawah Rp. 1 Juta)

Masyarakat Kelurahan Buloa bekerja pada malam hari

sebagai nelayan dan siang hari sebagai buruh lepas, untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, masyarakat yang tinggal pada

lokasi ini cenderung memiliki 2-5 kepala keluarga dalam satu

atap, hal ini dikarenakan aspek ekonomi yang sulit untuk

dipenuhi.

Berikut adalah visualisasi warga sekitar yang berkegiatan

sebagai nelayan pada siang hari, aspek ekonomi di pinggiran

Sungai Tallo dan analisis chi kuadrat pengaruh kecenderungan

untuk bermukim terhadap aspek ekonomi.

Gambar 4.6. Visualisasi Aspek Ekonomi Di pinggiran Sungai


Tallo Kelurahan Buloa
(Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2020)

Tabel 4.7. Uji Chi Kuadrat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat

Untuk Berhuni Terhadap Aspek Ekonomi (X5)

X X FH X²
∑ ∑
Y 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Y 1 -1 6 86 91 2,75 8,19 80,085,10 0,59 0,44 6,12

77
2 3 2 1 6 0,18 0,54 5,2844,18 3,95 3,47 51,60
3 1 1 1 3 0,09 0,27 2,64 9,20 1,97 1,02 12,19
∑ 3 9 88 100
x² 69,91
db 4
x² Tabel 9,48
Kesimpulan Berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa

kecenderungan masyarakat untuk berhuni menurut uji chi

kuadrat berpengaruh terhadap aspek ekonomi. Untuk mengukur

tingkat Pengaruh Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni

Terhadap Prasarana Lingkungan maka selanjutnya dilakukan uji

kontingensi dimana:

69,91

( 100 + 69,91 )

= 0,64 atau pengaruh Kuat.

78
C. Hasil Analisis Faktor Penyebab Tumbuh Kembangnya

Permukiman di Sepanjang Pinggiran Sungai Tallo Kelurahan

Buloa

Dari hasil analisis chi kuadrat diatas dapat disimpulkan

bahwa faktor yang menyebabkan sehingga bertumbuh kembangnya

permukiman di sepanjang Pinggiran Sungai Tallo yaitu ada lima,

yaitu:

1. Letak Geografis, dapat dilihat bahwa kecenderungan masyarakat

untuk berhuni menurut uji chi kuadrat berpengaruh terhadap

letak geografis. Dan berdasarkan hasil uji kontingensi diketahui

bahwa pengaruh letak geografis terhadap kecenderungan

masyarakat untuk berhuni yaitu hubungan Sedang.

2. Lingkungan Alam, dapat dilihat bahwa kecenderungan

masyarakat untuk berhuni menurut uji chi kuadrat berpengaruh

terhadap lingkungan alam. Dan berdasarkan hasil uji kontingensi

diketahui bahwa pengaruh lingkungan alam terhadap

kecenderungan masyarakat untuk berhuni yaitu pengaruh lemah.

3. Sarana Lingkungan, dapat dilihat bahwa kecenderungan

masyarakat untuk berhuni menurut uji chi kuadrat tidak

berpengaruh terhadap sarana lingkungan. Dan berdasarkan hasil

uji kontingensi diketahui bahwa pengaruh sarana lingkungan

terhadap kecenderungan masyarakat untuk berhuni yaitu

pengaruh sangat lemah.

79
4. Prasarana Lingkungan, dapat dilihat bahwa kecenderungan

masyarakat untuk berhuni menurut uji chi kuadrat tidak

berpengaruh terhadap prasarana lingkungan. Dan berdasarkan

hasil uji kontingensi diketahui bahwa pengaruh prasarana

lingkungan terhadap kecenderungan masyarakat untuk berhuni

yaitu pengaruh sangat lemah.

5. Aspek Ekonomi, dapat dilihat bahwa kecenderungan masyarakat

untuk berhuni menurut uji chi kuadrat berpengaruh terhadap

aspek ekonomi. Dan berdasarkan hasil uji kontingensi diketahui

bahwa pengaruh aspek ekonomi terhadap kecenderungan

masyarakat untuk berhuni yaitu pengaruh Kuat.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi kecenderungan masyarakat untuk berhuni di

pinggiran sungai tallo yaitu Letak Geografis, Lingkungan Alam

dan Aspek Ekonomi berpengaruh bagi keberadaan permukiman

ini dan dengan uji kontingensi hubungannya Letak Geografis

berpengaruh sedang dan Lingkungan Alam berpengaruh lemah

Aspek Ekonomi berpengaruh Kuat dan untuk faktor Sarana dan

Prasarana Lingkungan tidak berpengaruh dalam kecenderungan

masyarakat berhuni di wilayah pinggiran sungai Tallo. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

80
Tabel 4.8. Pengaruh Variabel X Terhadap Variabel Y

No. Variabel X² Hasil C Pengaruh

1 X1 22,16 Berpengaruh 0,43 Pengaruh Sedang

2 X2 17,20 Berpengaruh 0,38 Pengaruh Lemah

Tidak Pengaruh Sangat


3 X3 0,94 0,09
Berpengaruh Lemah

Tidak Pengaruh Sangat


4 X4 2,61 0,16
Berpengaruh Lemah

5 X5 69,91 Berpengaruh 0,64 Pengaruh Kuat

Sumber: Hasil Analisis, 2020

D. Analisis Strategi Pengendalian Terhadap Tumbuh Kembangnya

Permukiman Di sepanjang Pinggiran Sungai Tallo Kelurahan

Buloa

Untuk perumusan strategi pengendalian terhadap tumbuh

kembangnya permukiman di sepanjang pinggiran Sungai Tallo

Kelurahan Buloa maka digunakan analisis SWOT. Berikut adalah

analisis SWOT untuk perumusan strateginya:

81
Tabel 4.9. Analisis SWOT

IFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)


- Letak geografis
kawasan permukiman
yang berada pada
pinggiran sungai
- Sarana lingkungan
- Kepedulian terhadap
yang tidak memadai
lingkungan alam
- Prasarana lingkungan
Kurang
yang tidak memadai
- Pendapatan ekonomi
EFAS masyarakat masih
rendah

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO


- Berdasarkan UU no 1 - Meningkatkan - Karena Letak geografis
Tahun 2011 pasal 1 sosialisasi program kawasan permukiman
ayat 2 yaitu peningkatan kualitas yang berada pada
Perumahan adalah lingkungan permukiman pinggiran sungai maka
kumpulan rumah seperti pada Perda berdasarkan aturan
sebagai bagian dari RTRW Kota Makassar Perda no.4 tahun 2015
tentang penyediaan tentang RTRW Kota
permukiman, baik
sarana dan prasarana Makassar maka
perkotaan maupun
serta pemberlakuan menetapkan dan
perdesaan, yang kebijakan insentif dan mengembangkan
dilengkapi dengan disentif seperti pada PP kawasan taman
prasarana, sarana, Nomor 15 tahun 2010 mangrove baru pada
dan utilitas umum - Konsistensi dalam kawasan maritim di
sebagai hasil upaya perencanaan dan pesisir bagian Utara
pemenuhan rumah pelaksanaan program kota hingga muara
yang layak huni peningkatan lingkungan Sungai Tallo.
permukiman menurut - berdasarkan aturan
- Kebijakan Insentif dan UU no 1 tahun 2011 Perda no.4 tahun 2015
Disentif seperti pada tentang peningkatan tentang RTRW Kota
PP Nomor 15 tahun kualitas permukiman Makassar maka
2010 yaitu penyediaan menetapkan dan
fasilitas sarana dan mengembangkan
- Perda RTRW Kota prasarana kawasan kawasan taman
Makassar tentang permukiman serta mangrove baru pada
penyediaan fasilitas memenuhi aturan UU kawasan maritim di
sarana dan prasarana no 26 tahun 2007 pesisir bagian Utara
untuk kecamatan tallo tentang penataan kota hingga muara

82
- Undang-undang No 26 Sungai Tallo dapat
Tahun 2007 Tentang dimanfaatkan untuk
Penataan Ruang kawasan wisata dan
masyarakat dapat
berdagang pada area
wisata.
- Membangun Prasarana
lingkungan yang
ruang. memadai untuk
mendukung
pengembangan
kawasan taman
mangrove baru pada
kawasan maritim di
pesisir bagian Utara
kota hingga muara
Sungai Tallo.
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
- Masyarakat sekitar - Memanfaatkan - Letak geografis
berasal dari desa yang Lingkungan Alam yang kawasan permukiman
sama sehingga berdekatan untuk yang berada pada
memungkinkan suatu peremajaan lingkup pinggiran sungai dapat
homogenitas yang permukiman yang membangun kawasan
agak besar. padat yang dapat
- Tingkat pendidikan - Sarana lingkungan dimanfaatkan untuk
adalah tamatan yang cukup memadai belajar oleh masyarakat
Sekolah Dasar untuk mencukupi sekitar
- Komplek permukiman kebutuhan Masyarakat - Memanfaatkan
padat dan letak sekitar. Masyarakat sekitar
permukiman tidak - Menyediakan sarana untuk membangun
teratur pendidikan bagi Prasarana lingkungan
masyarakat yang yang memadai.
Tingkat pendidikan - Meningkatkan
adalah tamatan yang Pendapatan ekonomi
masih rendah. masyarakat dengan
membangun Kelompok
Usaha untuk
masyarakat lingkup
permukiman yang padat
Sumber: Hasil Analisis, 2020

83
Tabel 4.10. Strategi Internal
Faktor Strategi Internal (Kekuatan) SP K SP x K Bobot
- Sarana lingkungan yang tidak
memadai bagi masyarakat Kelurahan 12 4 48 0,5
Buloa
- Prasarana Lingkungan yang tidak
memadai bagi masyarakat kelurahan 12 4 48 0,5
buloa
Total SP x FX 96 1,00

Faktor Strategi Internal (Kelemahan) SP K SP x K Bobot


- Letak geografis kawasan
permukiman yang berada pada 12 4 48 0,3
pinggiran sungai
- Kepedulian terhadap lingkungan
14 4 56 0,35
alam
-Pendapatan ekonomi masyarakat
14 4 56 0,35
masih rendah
Total SP x FX 160 1,00

Tabel 4.11. Strategi Eksternal


Faktor Strategi Eksternal (Peluang) SP K SP x K Bobot
- Berdasarkan UU no 1 Tahun 2011 pasal 1
ayat 2 yaitu Perumahan adalah kumpulan
rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang 16 4 64 0,25
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni

84
-Kebijakan Insentif dan Disentif seperti pada PP
16 4 64 0,25
Nomor 15 tahun 2010
- Perda RTRW Kota Makassar tentang
penyediaan fasilitas sarana dan prasarana 16 4 64 0,25
untuk kecamatan tallo
- Undang-undang No 26 Tahun 2007 Tentang
16 4 64 0,25
Penataan Ruang
Total SP x FX 256 1,00

Faktor Strategi Eksternal (Ancaman) SP K SP x K Bobot


- Masyarakat sekitar berasal dari desa
yang sama sehingga memungkinkan 16 4 64 0,3
suatu homogenitas yang agak besar.
- Tingkat pendidikan adalah tamatan
16 4 64 0,3
Sekolah Dasar
-Lingkup permukiman padat dan letak
16 4 64 0,3
permukiman tidak teratur
Total SP x FX 192 0,9

Tabel 4.12. Nilai Skor IFAS


Faktor Strategi Internal Rating Skor
Bobot
Kekuatan (S) (1-4)
- Sarana lingkungan yang tidak memadai
0,5 2 1
bagi masyarakat Kelurahan Buloa
- Sarana lingkungan yang tidak memadai bagi
0,5 2 1
masyarakat Kelurahan Buloa
Total Skor 2

85
Rating
Kelemahan/Permasalahan (W) Bobot Skor
(4-1)
- Letak geografis kawasan permukiman
0,3 2 0,6
yang berada pada pinggiran sungai
- Kepedulian masyarakat terhadap
0,35 1 0,35
lingkungan
-Pendapatan ekonomi masyarakat masih
rendah karena pendidikan terakhir hanya 0,35 1 0,35
sd-smp
Total Skor 1,3

Tabel 4.13. Nilai Skor EFAS


Faktor Strategi Eksternal Rating
Bobot Skor
Peluang (O) (1-4)
- Berdasarkan UU no 1 Tahun 2011 pasal 1
ayat 2 yaitu Perumahan adalah kumpulan
rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan, yang 0,25 4 1
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni
-Kebijakan Insentif dan Disentif seperti pada
0,25 4 1
PP Nomor 15 tahun 2010
- Perda RTRW Kota Makassar tentang
penyediaan fasilitas sarana dan prasarana 0,25 4 1
untuk kecamatan tallo
- Undang-undang No 26 Tahun 2007
0,25 4 1
Tentang Penataan Ruang
Total Skor 4

86
Rating
Ancaman (T) Bobot Skor
(4-1)
- Masyarakat sekitar berasal dari desa yang
sama sehingga memungkinkan suatu 0,3 1 0,3
homogenitas yang agak besar.
- Tingkat pendidikan adalah tamatan
0,3 1 0,3
Sekolah Dasar
-Komplek permukiman padat dan letak
0,3 1 0,3
permukiman tidak teratur
Total Skor 0,9
Kesimpulan:

a. Penentuan titik koordinat X, (IFAS) hasil Kekuatan - Kelemahan

b. Penentuan titik koordinat Y, (EFAS) hasil Peluang – Ancaman

Koordinat X = 2 – 1,3 = 0,7

Koordinat Y = 4 – 0,9 = 3,1

Gambar 4.7. Kuadran SWOT


(Hasil Analisis, 2020)

87
Posisi berada pada sumbu X = 0,7 dan sumbu Y = 3,1,

jadi posisi pada kuadran I. Strategi yang digunakan dan

diprioritaskan yaitu Strategi SO. Rumusan strateginya adalah

dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada dalam

me minimalis masalah dan ancaman. Berikut adalah strategi

yang digunakan untuk pengendalian tumbuh kembangnya

permukiman di pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Bulo

Kecamatan Tallo Kota Makassar:

a. Meningkatkan sosialisasi program peningkatan kualitas

lingkungan permukiman seperti pada Perda RTRW Kota

Makassar tentang penyediaan sarana dan prasarana serta

pemberlakuan kebijakan insentif dan disentif seperti pada PP

Nomor 15 tahun 2010

b. Konsistensi dalam perencanaan dan pelaksanaan program

peningkatan lingkungan permukiman menurut UU no 1 tahun

2011 tentang peningkatan kualitas permukiman yaitu

penyediaan fasilitas sarana dan prasarana kawasan

permukiman serta memenuhi aturan UU no 26 tahun 2007

tentang penataan ruang.

88
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Faktor yang mempengaruhi kecenderungan masyarakat untuk

berhuni di pinggiran sungai tallo yaitu Letak Geografis,

Prasarana Lingkungan dan Aspek Ekonomi berpengaruh bagi

keberadaan permukiman ini, dengan uji kontingensi

hubungannya Letak Geografis dan Aspek Ekonomi lemah

sedangkan Prasarana Lingkungan hubungannya sedang, dan

untuk faktor Lingkungan Alam dan Sarana Lingkungan tidak

berpengaruh dalam kecenderungan masyarakat berhuni di

wilayah pinggiran sungai Tallo.

2. Strategi yang digunakan untuk pengendalian tumbuh

kembangnya permukiman di pinggiran Sungai Tallo Kelurahan

Bulo Kecamatan Tallo Kota Makassar yaitu dengan cara:

a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan taman mangrove

baru pada kawasan maritim di pesisir bagian Utara kota

hingga muara Sungai Tallo untuk pengembangan Sarana

Lingkungan kawasan sekitar penelitian dengan mengacu pada

Undang-undang RI No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. Menetapkan garis sempadan sungai dan garis sempadan

danau berdasarkan Permen PUPR no.28 tahun 2015 untuk

pengawasan pengembangan Lingkungan Alam sekitar

Kelurahan Buloa dan merujuk pada undang-undang No 26

89
Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dalam penataan

kawasan permukiman di Kelurahan Buloa.

B. Saran

1. Letak geografis, prasarana lingkungan serta aspek ekonomi

yang berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya permukiman di

pinggiran sungai oleh karena itu pemerintah diharapkan lebih

bijak dalam mengatasi persoalan permukiman di pinggiran

sungai dengan menggunakan UU 26 tahun 2007 tentang

penataan ruang, UU nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Permen PUPR nomo2

28 tahun 2015 ataupun terkait dengan Perda yang ada.

2. Dengan melihat variabel dari teori yang ada di penelitian ini

sebagai penyebab tumbuh kembangnya permukiman di

pinggiran Sungai. Maka di harapkan untuk peneliti lain agar

kiranya bisa tertarik untuk meneliti juga studi kasus kami, sebab

masih banyak faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab tumbuh

kembangnya permukiman di pinggiran Sungai.

90
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, B. (2006). Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap


Pembangunan Prasarana Dasar Permukiman yang Bertumpu pada
Swadaya Masyarakat di Kota Magelang. program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Amalia, A. A. (2018). Karakteristik Hunian Permukiman Kumuh Kampung
Sapiria Kelurahan Lembo Kota Makassar. Nature: National Academic
Journal of Architecture, 5(1), 13–22.
Brontowiyono, W., Lupiyanto, R., & Wijaya, D. (2010). Pengelolaan
Kawasan Sungai Code Berbasis Masyarakat. Jurnal Sains Dan
Teknologi Lingkungan, 2(1), 7–20.
Daud, F. (2012). Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di
pemukiman sekitar muara Sungai Tallo Kota Makassar. CHEMICA,
10(1), 9–18.
Erwanasari, C. A. (2014). Analisis Kondisi Fisik Wilayah Terhadap Pola
Keruangan Lokasi Perumahan Kawasan Aglomerasi Perkotaan
Yogyakarta Di Kabupaten Sleman. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Goenmiandari, B., Silas, J., & Supriharjo, R. (2010). Konsep Penataan
Permukiman Bantaran Sungai di Kota Banjarmasin berdasarkan
Budaya Setempat. Seminar Nasional Perumahan Permukiman Dalam
Pembangunan Kota, 1–14.
Hamidah, N., Rijanta, R., Setiawan, B., & Rifai, M. A. (2014). Model
Permukiman Kawasan Tepian Sungai Kasus: Permukiman Tepian
Sungai Kahayan Kota Palangkaraya. Jurnal Permukiman, 9(1), 17–
27.
Istikasari, M., & Khadiyanto, P. (2014). Identifikasi Permukiman Kumuh di
Pusat Kota Jambi. Ruang, 2(4), 301–310.
Mentayani, I. (2019). Identitas dan Eksistensi permukiman tepi sungai di

91
Banjarmasin. PROSIDING SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN
LAHAN BASAH, 4(3), 497–502.
Poedjioetami, E. (2008). Penataan ulang kawasan bantaran sungai
dengan menghadirkan sentra ekonomi dan rekreasi kota. Jurnal
Rekayasa Perencanaan, 4(3).
Putro, J. D. (2011). Penataan Kawasan Kumuh Pinggiran Sungai di
Kecamatan Sungai Raya. Jurnal Teknik Sipil, 11(1).
Putro, J. D., & Nurhamsyah, M. (2010). POLA PERMUKIMAN TEPIAN
AIR, STUDI KASUS: DESA SEPUK LAUT, PUNGUR BESAR DAN
TANJUNG SALEH KECAMATAN SUNGAI KAKAP, KABUPATEN
KUBU RAYA. LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR, 2(1),
65–76.
Wijaya, K., Permana, A. Y., & Swanto, N. (2017). KAWASAN BANTARAN
SUNGAI CIKAPUNDUNG SEBAGAI PERMUKIMAN MASYARAKAT
BERPENGHASILAN RENDAH (MBR) DI KOTA BANDUNG. Jurnal
Arsitektur ARCADE, 1(2), 57–68.

92
LAMPIRAN 1

FORMAT PENGAMBILAN DATA SURVEY

KUESIONER
Nomor Kuesioner :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :

1. Kecenderungan Masyarakat Untuk Berhuni (Y)


Menurut anda apakah anda senang bemukim di daerah ini ?
a. Ya
b. Biasa Saja
c. Tidak
2. Letak Geografis (X1)
Jika dapat memilih apakah anda ingin tinggal di daerah yang, alasannya?
a. Dekat dengan air/sungai
b. Jauh dengan air/sungai
3. Lingkungan Alam (X2)
Bagaimana sikap anda terhadap kebersihan lingkungan sekitar anda, alasannya?
a. Selalu membersihkan lingkungan sekitar sungai dan rumah
b. Hanya Membersihkan rumah saja
c. Tidak peduli dengan apapun yang terjadi
4. Sarana Lingkungan (X3)
Apakah sarana lingkungan di sini sudah memenuhi kebutuhan anda, alasannya?
a. Lebih
b. Cukup
c. Tidak
5. Prasarana Lingkungan (X4)
Apakah Prasarana lingkungan di sini sudah memenuhi kebutuhan anda, alasannya?
a. Lebih
b. Cukup
c. Tidak
6. Aspek Ekonomi (X5)
Berapa Pendapatan Perbulan, Dengan Pekerjaan sebagai ?
a. Di atas 3 juta/Bulan
b. 1-3 Juta/bulan
c. Di Bawah 1 Juta/Bulan
LAMPIRAN 2

Analisa Faktor Penyebab Tumbuh Kembangnya Permukiman di


Sepanjang Pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Buloa Kecamatan Tallo
Kota Makassar

LATAR
NO MASALAH TUJUAN KEGUNAAN
BELAKANG

(1) (2) (3) (4) (5)


Bertumbuh
Untuk
kembangnya Faktor apa yang Untuk mengetahui
mengidentifikasi
permukiman di menyebabkan penyebab
penyebab
pinggiran Sungai sehingga sehingga
sehingga
Tallo Kelurahan bertumbuh bertumbuh
bertumbuh
Buloa Kecamatan kembangnya kembangnya
kembangnya
Tallo Kota permukiman di permukiman di
1 permukiman di
Makassar yang sepanjang sepanjang
sepanjang
tidak sesuai dengan pinggiran Sungai pinggiran Sungai
pinggiran Sungai
kaidah atau aturan Tallo Kelurahan Tallo Kelurahan
Tallo Kelurahan
tentang Buloa Buloa Kecamatan
Buloa Kecamatan
pengalokasian Kecamatan Tallo Tallo Kota
Tallo Kota
fungsi permukiman Kota Makassar Makassar
Makassar
di pinggiran sungai.
Untuk
Bagaimana Untuk mengetahui
Adanya upaya mengidentifikasi
strategi strategi
pengendalian strategi
pengendalian pengendalian
terhadap tumbuh pengendalian
terhadap tumbuh terhadap tumbuh
kembangnya terhadap tumbuh
kembangnya kembangnya
permukiman di kembangnya
permukiman di permukiman di
2 sepanjang permukiman di
sepanjang sepanjang
pinggiran Sungai sepanjang
pinggiran Sungai pinggiran Sungai
Tallo Kelurahan pinggiran Sungai
Tallo Kelurahan Tallo Kelurahan
Buloa Kecamatan Tallo Kelurahan
Buloa Buloa Kecamatan
Tallo Kota Buloa Kecamatan
Kecamatan Tallo Tallo Kota
Makassar Tallo Kota
Kota Makassar Makassar
Makassar
VARIABEL POPULA
NO TINJAUAN PUSTAKA SAMPEL
PENELITIAN SI
(1) (2) (3) (4) (5)
Menurut Silas yang menyebabkan sehingga
bertumbuh kembangnya permukiman di
sepanjang pinggiran Sungai Tallo Kelurahan
Buloa Kecamatan Tallo Kota
Makassar :Aspek perkembangan adalah (1)
Aspek Fisik, meliputi:
a. letak geografis, yaitu aspek yang
menentukan keberhasilan dan
perkembangan dari suatu kawasaan.
b. lingkungan alam dan binaan, yaitu aspek
lingkungan alam dan
binaan yang akan sangat mempengaruhi
kondisi permukiman serta
kehidupan penghuninya. (Y jumlah
c. sarana dan prasarana lingkungan, yaitu hunian)
penyediaan sarana dan Masyarakat
prasarana akan mendukung kegiatan dan Terkait Masyarakat yang berada
kehidupan masyarakat dengan teori yang berada di Pinggiran
dalam permukiman tersebut maka di KelurahanSungai Tallo
1 (2) Aspek non fisik, meliputi: variabel Buloa Kelurahan
a. Aspek politik, yaitu termasuk yang Kecamatan Buloa
kebijaksanaan yang mengatur digunakan Tallo Kota Kecamatan
kawasan permukiman, keberadaan yaitu 1 (a,b Makassar Tallo Kota
lembaga-lembaga desa dan dan c) dan 2 Makassar
sebagainya. (a,b, c dan
b. aspek ekonomi, yaitu aspek yang meliputi d)
kegiatan yang berkaitan
dengan mata pencaharian masyarakat.
c. aspek sosial, yaitu aspek yang meliputi
kehidupan sosial
masyarakat, bertetangga dan
sebagainya.
d. Aspek budaya, yaitu aspek yang
berkaitan dengan kehidupan adat
istiadat, kehidupan beragama dan
kebiasaan bekerja.
Menurut Silas (dalam Johan 1990)
Skripsi Ester Gita Kartika
(Kartika, 2016: 14)
2 Aspek perkembangan Sda dan Sda dan Sda dan
adalah (1) Aspek Fisik, meliputi: sdm sdm sdm
a) letak geografis, yaitu aspek yang
menentukan keberhasilan dan
perkembangan dari suatu kawasaan.
b) lingkungan alam dan binaan, yaitu aspek
lingkungan alam dan
a. binaan yang akan sangat
mempengaruhi kondisi permukiman
serta
b. kehidupan penghuninya.
c) sarana dan prasarana lingkungan, yaitu
penyediaan sarana dan
a. prasarana akan mendukung kegiatan
dan kehidupan masyarakat
b. dalam permukiman tersebut
(2) Aspek non fisik, meliputi:
a) Aspek politik, yaitu termasuk
kebijaksanaan yang mengatur
kawasan permukiman, keberadaan
lembaga-lembaga desa dan
sebagainya.
b) aspek ekonomi, yaitu aspek yang
meliputi kegiatan yang berkaitan
dengan mata pencaharian
masyarakat.
c) aspek sosial, yaitu aspek yang
meliputi kehidupan sosial
masyarakat, bertetangga dan
sebagainya.
d) Aspek budaya, yaitu aspek yang
berkaitan dengan kehidupan adat
istiadat, kehidupan beragama dan
kebiasaan bekerja.

Menurut Silas (dalam Johan 1990)

Skripsi Ester Gita Kartika


(Kartika, 2016: 14)
Teknik Penarikan Data Pendekatan Alat
sampel Jenis Sumber Analisis Analisis
dan
Metode
Survey
1. Teknik Data A,b,c : Pendekatan Chi-
sampling area primer Survey Kuantitatif Kuadrat
2. Proporsional yang lapangan
sampling terkait
3. Simple random dengan Sekunder :
sampling variabel
penelitian D dan
a,b dan c e :BPS

Data
sekunder
Ddan E
sda sda Pendekatan swot
kuantitatif
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Tirta Hastyn lahir di Kota Baubau Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tanggal 11 Agustus 1998, merupakan

anak ke-1 dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak

Zainal dan Ibu Hasiah dan tinggal menetap di

Kelurahan Kantalai Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau,

dengan riwayat pendidikan yakni da SD Negeri Kalialia (2003-2009); SMP

Negeri 8 Baubau (2010-2013); SMA Negeri 2 Baubau (2013-2016).

Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Bosowa

Makassar melalui jalur ujian tulis dan tercatat sebagai Mahasiswa

Program Studi Sarjana (S1) pada Program Studi Teknik Perencanaan

Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar.

Anda mungkin juga menyukai