Diajukan sebagai
Usulan Tugas Akhir Program S-1
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh :
Dibimbing Oleh :
Submitted as
Final Project of S-1 Study Program
Urban and Regional Planning Engineering
Compiled by :
Supervised by :
Oleh:
i
ABSTRAK
Muhammad Rizaldy Putra (F231 17 114) dengan judul skripsi “Analisis
Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat Kota Palu” dibimbing oleh
Supriadi Takwim, S.T.,M.Eng
Kecamatan Palu Barat merupakan salah satu Kecamatan yang mengalami dampak
kerusakan akibat dari bencana alam yang menimpa Kota Palu pada tahun 2018, hal ini
dikarenakan Kecamatan Palu Barat berbatasan dengan Teluk Palu yang terdapat jalur
sesar aktif yaitu sesar Palu Koro. Kerusakan dan kerugian yang dirasakan efeknya bagi
suatu wilayah di mana tempat terjadinya musibah bencana alam tersebut mengakibatkan
dampak sosial serta ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada tinjauan kembali mengenai
penentuan pusat pertumbuhan dari hierarki perkotaan serta interaksi wilayah pasca
bencana alam 28 September 2018 di Kecamatan Palu Barat.
Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Metode
analisis yang digunakan yaitu analisis skalogram guttman, indeks sentralitas dan analisis
gravitasi.
Hasil penelitian ini dengan mempertimbangkan seluruh analisis yang telah dilakukan,
yang bisa diproyeksikan untuk dijadikan pusat pertumbuhan (utama) ialah Kelurahan
Ujuna.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam
menata kembali fungsi pusat pertumbuhan di Kecamatan Palu Barat. Selain itu, pusat
pertumbuhan baru sebaiknya diarahkan pada upaya mendorong proses pertumbuhan
daerah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga pembangunan tidak hanya
dinikmati oleh pusat pertumbuhan itu sendiri tetapi juga dapat dinikmati oleh daerah
sekitarnya.
ii
ABSTRACT
Muhammad Rizaldy Putra (F231 17 114) with the title of thesis "Analysis Of The
Determination Of Growth Centers In The West Palu Subdistrict Of Palu City"
supervised by Supriadi Takwim, S.T., M.Eng. M.Eng
West Palu Sub-district is one of the sub-districts that suffered damage due to the
natural disaster that hit Palu City in 2018, this is because West Palu Sub-district borders
Palu Bay which has an active fault line, the Palu Koro fault. Damage and losses that are
felt to affect an area where a natural disaster occurs result in social and economic
impacts. Therefore, it is necessary to review the determination of growth centers from the
urban hierarchy and regional interactions after the September 28, 2018 natural disaster
in West Palu Sub-district.
This type of research uses quantitative methods with a descriptive approach, the data
used in this research are secondary data and primary data. The analysis methods used
are guttman scalogram analysis, centrality index and gravity analysis.
The results of this study by considering all the analysis that has been done, which can
be projected to become a growth center (main) is Ujuna Village.
The results of this study can be taken into consideration for the government in
reorganizing the function of growth centers in West Palu Sub-district. In addition, the
new growth center should be directed at efforts to encourage the process of regional
growth by utilizing its potential so that development is not only enjoyed by the growth
center itself but also by the surrounding area.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Warahmatullahi, Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat Kota Palu” ini selesai
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang telah menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT.
Penelitian dan penulisan ini dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Dr. Muhammad Bakri,
ST., MT selaku Dosen Wali, serta bapak Supriadi Takwim, S.T., M.Eng selaku
Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan
arahan secara terus-menerus dan juga memberikan motivasi serta masukan yang
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
Pada penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT. atas segala karunia, rezeki dan kemudahan serta ridho-
Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tua, ayahanda tersayang Hanapi dan ibunda tercinta
Hamida yang memberikan dukungan moril dan material serta doa
yang dipanjatkan kepada Allah SWT. untuk penulis.
3. Bapak Dr. Eng., Ir. Rifai, ST., M.Si., M.Sc selaku Ketua Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
4. Bapak Ir. Iwan Setiawan Basri, S.T., M.Si selaku Ketua Koordinator
Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Teknik Universitas Tadulako.
5. Bapak Ir. Muhammad Najib, MT selaku Ketua Sidang Tugas Akhir
yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan tugas akhir.
6. Bapak Aziz Budianta, S.Si., MT selaku penguji yang memberikan
saran dan masukan untuk melengkapi tugas akhir.
7. Bapak Dr. Muhammad Bakri, ST., MT selaku dosen wali dan
penguji yang telah memberikan dukungan pengarahan selama masa
perkuliahan.
8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah sepenuh hati mengajar dan banyak
membantu dalam memberikan pemahaman terkait mata kuliah
terutama yang sangat membantu penulis dalam perkuliahan maupun
dalam penyelesaian tugas akhir, serta staf – staf program studi Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Tadulako yang selalu membantu dalam
penyelesaian administrasi.
9. Sahabat tercinta Clara Steviani Mosi yang selalu memberikan
motivasi, dukungan dan bantuan yang selalu menjadi penyemangat.
v
10. Rekan – rekan angkatan Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota 2017,
terima kasih atas semangat dan dukungannya selama penulis
melakukan penyusunan.
11. Kakak saya Dede Rivaldy S.Pd serta ketiga adik saya yang tersayang
Dina Amalia, Dinda Magfira, Muh. Aqsa yang memberikan
dukungan moril dan material serta doa yang dipanjatkan kepada Allah
SWT. untuk penulis.
12. Saudara – saudari Campnabis yang tercinta yang telah menemani saya
dari semester 1 sampai dengan sekarang Shadiq, Aldi, Ekal, Afik,
Rahmat, Faisal, Fery, Samuel, Abil, Anhar, Ryan, Taufiq, Sutan,
Tian, Ichsan, Apin, Altar, Kipli, Nini, Ninis, Ariani, Tri, Tasya,
Wiska, Suci, Icha dan teman – teman yang lain yang tidak mungkin
saya sebutkan satu – satu, terimakasih atas kekeluargaan yang terjalin
selama ini dan kompak setia menemani penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir.
13. Terima kasih kepada Dina Amalia, Dian Fitriani T. Supit, Nini
Widhi Ningsi, Moh. Faisal, S.PWK, M. Shadiq Akbar Ponulele,
S.PWK dan Yuni Rizki Awwaliin S.WPK yang telah membantu
penulis secara moral dan moril selama penulis melakukan penyusunan.
14. Sepupu saya Muh. Abi Rafdi dan Andi Wanda Aulia Srimala Putri
yang seperjuangan dari awal kuliah sampai sekarang.
Tentunya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat serta menambah ilmu pengetahuan, khususnya
mengenai penentuan pusat pertumbuhan wilayah bagi para perencana dan
semua pihak.
vi
DAFTAR ISI
REKOMENDASI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.4.1 Tujuan 3
1.4.2 Sasaran 3
vii
2.2.2 Jenis – Jenis Bencana 10
4.1.2 Kependudukan 38
viii
4.2.4 Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat 85
BAB V PENUTUP 89
DAFTAR PUSTAKA 93
LAMPIRAN 96
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lokasi Penelitian..................................................................................22
Gambar 2. Peta Batas Administrasi Kecamatan Palu Barat...................................34
Gambar 3. Peta Topografi Kecamatan Palu Barat
Gambar 4. Peta Klimatologi Kecamatan Palu Barat..............................................36
Gambar 5. Peta Geologi Kecamatan Palu Barat
Gambar 6. Peta Klasifikasi Hierarki Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
................................................................................................................................72
Gambar 7. Peta Interaksi Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun 2022.................84
Gambar 8. Peta Pusat Pertumbuhan Kecamatan Palu Barat Tahun 2018..............87
Gambar 9. Peta Pusat Pertumbuhan Kecamatan Palu Barat Tahun 2022..............88
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian Terdahulu................................................................................16
Tabel 2. Waktu Penelitian......................................................................................23
Tabel 3. Variabel Penelitian...................................................................................25
Tabel 4. Jumlah Penduduk Tiap Kelurahan Pada Kecamatan Palu Barat Tahun
2022........................................................................................................................38
Tabel 5. Jumlah Sebaran Sarana Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu Barat Tahun
2022........................................................................................................................40
Tabel 6. Sebaran Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
................................................................................................................................42
Tabel 7. Pengurutan Kelengkapan Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu
Barat Tahun 2018...................................................................................................43
Tabel 8. Pengkodean Jenis Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat
Tahun 2018.............................................................................................................44
Tabel 9. Perhitungan Jumlah Eror Tiap Fasilitas di Kecamatan Palu Barat Tahun
2018........................................................................................................................45
Tabel 10. Hasil Analisis Skalogram Guttman Tahun 2018....................................48
Tabel 11. Sebaran Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
................................................................................................................................50
Tabel 12. Pengurutan Kelengkapan Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu
Barat Tahun 2022...................................................................................................51
Tabel 13. Pengkodean Jenis Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat
Tahun 2022.............................................................................................................52
Tabel 14. Perhitungan Jumlah Eror Tiap Fasilitas di Kecamatan Palu Barat Tahun
2022........................................................................................................................53
Tabel 15. Hasil Anasilis Skalogram Guttman Tahun 2022....................................56
Tabel 16. Bobot Sarana Tiap Kelurahan Kecamatan Palu Barat Tahun 2018.......58
Tabel 17. Perhitungan Indeks Sentralitas Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu
Barat Tahun 2018...................................................................................................60
Tabel 18. Hasil Hierarki PelayananBerdasarkan Analisis Indeks Sentralitas Tahun
2018........................................................................................................................62
xi
Tabel 19. Hierarki Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Berdasarkan Analisis
Skalogram dan Indeks Sentralitas Tahun 2018......................................................63
Tabel 20. Bobot Sarana Tiap Kelurahan Kecamatan Palu Barat Tahun 2022.......66
Tabel 21.Bobot Perhitungan Indeks Sentralitas Tiap Kelurahan Di Kecamatan
Palu Barat Tahun 2022...........................................................................................68
Tabel 22. Hasil Hierarki Pelayanan Berdasarkan Analisis Indeks Sentralitas Tahun
2022 .......................................................................................................................70
Tabel 23. Hierarki Kelurahan di Kecamatan Palu Barat berdasarkan Analisis
Skalogram dan Indeks Sentralitas Tahun 2018......................................................71
Tabel 24. Nilai Interaksi Antar Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun
2018............................................................................................................73
Tabel 25. Urutan Nilai Interaksi Antar Wilayah Tahun 2018................................76
Tabel 26. Nilai Interaksi Antar Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022 78
Tabel 27. Urutan Nilai Interaksi Antar Wilayah Tahun 2022 ...............................82
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan adalah sebagai upaya suatu institusi publik untuk membuat
arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik
Negara maupun didaerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang
dimiliki oleh wilayah tersebut. Menurut Widodo, 2006 (dalam Wicaksono,
2018), bahwa dalam sebuah proses Perencanaan, lembaga perencana wajib
memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keamanan, kondisi fisik, segi
pembiayaan serta kualitas sumber daya yang ada di wilayah tersebut.
Perencanaan akan menghasilkan rencana yang selanjutnya diimplementasikan
dalam pelaksanaan pembangunan.
Adanya wilayah dan penduduk yang merupakan komponen penting dari
suatu kota tersebut tentunya harus didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan.
Pusat pertumbuhan digunakan untuk menggerakan dan memacu
Pembangunan. Pusat pertumbuhan dapat diartikan dengan dua cara, yaitu
secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan
adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang
karena sifat hubungannya memiliki unsur – unsur kedinamisan sehingga
mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar
(daerah belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu
lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat
daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha
tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan
fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi
antara usaha – usaha tersebut. Tidak semua kota generatif dapat dikategorikan
sebagai pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri,
yaitu adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki
nilai ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi
geografis, dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan,
2004).
1
Kota Palu berada pada kawasan dataran lembah Palu dan Teluk Palu. Luas
wilayah Kota Palu, adalah 395,06 km² yang berada pada kawasan dataran
lembah Palu dan teluk Palu. Kota Palu terdiri dari 8 Kecamatan, Kecamatan
Palu Barat, Tatanga, Ulujadi, Palu Selatan, Palu Timur, Mantikulore, Palu
Utara dan Tawaeli (Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2022).
Kota Palu merupakan ibu kota dari Provinsi Sulawesi Tengah yang
mengalami pertumbuhan penduduk dengan kategori sedang, dimana tercatat
pada Buku Badan Pusat Statistik Kota Palu dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir yaitu tahun 2018-2022 mengalami peningkatan dan penurunan jumlah
penduduk yang tersebar di delapan kecamatan, salah satu kecamatan yang
mengalami peningkatan dan penurunan jumlah penduduk yaitu Kecamatan
Palu Barat. Jumlah penduduk di Kecamatan Palu Barat berdasarkan hasil
proyeksi tahun 2022 adalah 44.495 jiwa. Peningkatan terjadi pada tahun 2018-
2019 dimana pada tahun 2018 jumlah penduduk Kecamatan Palu Barat
berjumlah 51.384 jiwa, pada tahun 2019 terdapat 64.196 jiwa. Selanjutnya
mengalami penurunan jumlah penduduk pada tahun 2020-2022, pada tahun
2020 terdapat 46.435 jiwa, untuk tahun 2021 terdapat 49.279 jiwa, kemudian
pada tahun 2022 terdapat 44.495 jiwa (Kecamatan Palu Barat Dalam Angka
Tahun 2018 – 2022). Salah satu akibat dari penurunan jumlah penduduk
diakibatkan oleh dampak bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi
yang terjadi pada tanggal 28 September 2018. Bukan hanya korban jiwa tetapi
juga kerusakan dan kerugian yang dirasakan efeknya bagi suatu wilayah di
mana tempat terjadinya musibah gempa bumi tersebut mengakibatkan dampak
sosial serta ekonomi.
Kecamatan Palu Barat merupakan salah satu yang mengalami dampak
kerusakan dari bencana tersebut, hal ini dikarenakan Kecamatan Palu Barat
berbatasan dengan Teluk Palu yang terdapat jalur sesar aktif yaitu sesar Palu
Koro dan pada gempa tersebut terjadi maka terjadi pula bencana tsunami dan
bencana likuifaksi menerjang kecamatan tersebut diwaktu yang bersamaan.
Hal ini, menimbulkan peristiwa buruk yang akhirnya menurunkan tingkat
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Penentuan pusat pertumbuhan akan
mendorong pemerataan fasilitas pelayanan di Kecamatan Palu Barat dan akan
2
memberikan peluang untuk mempu memberikan pelayanan serta menyebarkan
efek yang menguntungkan bagi wilayah disekitarnya dan mereduksi
kemungkinan dampak atau pengaruh negatif yang akan ditimbulkan sehingga
tercipta keseimbangan lingkungan yang nyaman bagi manusia dan makhluk
hidup lain yang termasuk didalamnnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah terdapat pada penelitian adalah dampak yang disebabkan
bencana alam pada tanggal 28 September 2018, mengakibatkan kerusakan
fasilitas yang berdampak di Kecamatan Palu Barat dan juga mengakibatkan
jumlah penduduk secara signifikan berkurang pasca bencana di Kecamatan
Palu Barat. Oleh karena itu, perlu ada tinjauan kembali mengenai penentuan
pusat pertumbuhan yang ditinjau dari hierarki perkotaan serta interaksi
wilayah pasca bencana alam 28 September 2018 di Kecamatan Palu Barat.
Penelitian ini dilakukan karena mengingat kerugian yang ditimbulkan pasca
bencana, yang tentunya akan berdampak pada perubahan pusat pertumbuhan.
Oleh sebab itu, tentunya perlu diketahui wilayah yang berpotensi menjadi
pusat pertumbuhan dan dapat melayani sekitarnya.
1.4.2 Sasaran
Menganalisis kelurahan mana yang dapat menjadi pusat pertumbuhan di
Kecamatan Palu Barat.
3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup studi ini dibedakan menjadi ruang lingkup materi
(Substansi) dan ruang lingkup wilayah (Spasial), yang digunakan sebagai
batasan operasional pelaksanaan penelitian.
4
1.7 Sistematika Penulisan
Apabila tujuan tersebut di atas tercapai, maka diharapkan penelitian ini
dapat berguna bagi semua pihak yang membaca maupun kepada pihak – pihak
terkait di dalamnya. Adapun manfaat Untuk memudahkan dalam memahami
penulisan ini secara keseluruhan, maka penulisan dibagi menjadi 5 bab yaitu
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan dalam bab ini diuraikan berdasarkan latar belakang,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
penelitian yang terbagi menjadi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup
substansi, manfaat penelitian, sistematika penulisan, dan batasan istilah.
Bab II Tinjauan Pustaka dalam bab ini diuraikan berdasarkan teori pusat
pertumbuhan, teori pusat pertumbuhan ekonomi, bencana, teori tempat sentral,
analisis skalogram, model gravitasi, indeks sentralitas, penelitian terdahulu,
dan kerangka piker.
Bab III Metode Penelitian dalam bab ini diuraikan berdasarkan jenis dan
pendekatan penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, teknik
pengumpulan data, jenis dan sumber data, definisi operasional dan
pengukuran variabel, serta teknik analisis data.
Bab V Penutup dalam bab ini akan membahas mengenai kesimpulan yang
disertai dengan rekomendasi dan saran.
5
2) Hierarki Perkotaan
Tempat–tempat konsentrasi yang umumnya berupa daerah perkotaan
tersebar di suatu wilayah/negara dengan penduduk besarnya kota yang
tidak sama (Robinson Tarigan, 2004).
3) Interaksi Wilayah
Interaksi wilayah atau disebut juga interaksi keruangan merupakan
suatu hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih yang dapat
menyebabkan gejala, kenampakan atau permasalahan baru.
4) Skalogram Guttman
Skalogram guttman adalah untuk mengidentifikasi konsentrasi dari
pusat-pusat pelayanan berdasarkan jumlah dan keragaman fasilitas
yang tersedia dimasing-masing pusat tersebut, dengan asumsi bahwa
konsentrasi adalah kemampuan dari suatu pusat pelayanan untuk
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Wilayah yang
terkena pengaruhnya (Setiawan & Prishardoyo, 2016).
5) Indeks Sentralitas
Indeks sentralitas adalah untuk melihat kemampuan pelayanan suatu
pusat yang ditinjau berdasarkan jumlah unit sarana yang terdapat pada
pusat pelayanan (Rondinelli, 1985).
6) Analisis Gravitasi
Analisis gravitasi untuk mengukur daya tarik yang dimiliki oleh suatu
daerah atau besarnya interaksi antar daerah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pusat Pertumbuhan
Ketidakhomogennya wilayah dalam suatu daerah baik dalam jumlah
penduduk, iklim, cuaca bahkan fasilitas sosial dan ekonomi menyebabkan
adanya daerah nodal dan spasial. Pada daerah nodal biasanya lebih cepat
bertumbuh daripada wilayah belakangnya dikarenakan pada daerah nodal
memiliki keuntungan aglomerasi ekonomi dan distribusi penduduk yang
terpusat. Akan tetapi tidak semua daerah nodal tersebut mengalami
pertumbuhan secara merata tetapi sering terdapat titik – titik yang menjadi
pendorong perkembangan kegiatan daerah nodal yang dinamakan sebagai
pusat pertumbuhan. Oleh karena itu, untuk mempercepat peningkatan
pendapatan terdapat suatu keharusan untuk membangun sebuah atau beberapa
pusat kekuatan ekonomi dalam suatu Negara atau daerah (Perroux dalam
Adissasmitam, 2005).
Penyebab terjadinya pusat pertumbuhan dikarenakan adanya keuntungan
aglomerasi yang didapat dari keputusan untuk berlokasi pada tempat yang
berkonsentrasi. Keuntungan aglomerasi ini didapat karena adanyanya
keuntungan skala yang berasal dari antara lain; fasilitas – fasilitas perbankan,
sosial, pemerintahan, pasar tenaga kerja, perusahaan jasa – jasa khusus
tertentu (Richardson dalam Paul Sihotang, 2001). Para pemilik modal akan
lebih tertarik untuk berinvestasi di daerah aglomerasi, sehingga menyebabkan
industri – industri menjadi terpusat di daerah ini terutama industri inti (dalam
skala besar). Industri inti mempunyai peran yang sangat penting dalam
menggerakkan perekonomian suatu daerah (Perroux dalam Adissasmita,
2005).
Pusat pertumbuhan dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara
fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah
suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena
sifat hubungannya memiliki unsur – unsur kedinamisan sehingga mampu
menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah
belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang
7
banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik
(pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk
berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang
ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha –
usaha tersebut. Tidak semua kota generatif dapat dikategorikan sebagai pusat
pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu adanya
hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai
ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi
geografis, dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan,
2004).
8
keterkaitan membuat produksi sektor lain juga meningkat dan akan
terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan
produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan
permintaan dari luar untuk sektor tersebut (sektor yang pertama
meningkat permintaannya). Unsur efek pengganda sangat berperan
dalam membuat kota itu mampu memacu pertumbuhan belakangnya.
Karena kegiatan berbagai sektor dikota meningkat tajam maka
kebutuhan kota akan bahan baku/tenaga kerja yang dipasok dari
belakangnya akan meningkat tajam.
3. Adanya konsentrasi geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa
menciptakan efisiensi diantara sektor-sektor yang saling membutuhkan,
juga meningkatkan daya tarik dari kota tersebut. Orang yang akan datang
ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang
berdekatan. Jadi, kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu,
tenaga, biaya. Hal ini membuat kota itu menarik untuk dikunjungi dan
karena volume transaksi yang makin meningkat akan menciptakan skala
ekonomi sehingga tercapai efisiensi lanjutan.
4. Bersifat mendorong daerah belakangnya
Hal ini berarti antara kota dan wilayah belakangnya terdapat
hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah
belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakangnya
untuk dapat mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang
harmonis dengan wilayah belakangnya dan kota itu memiliki tiga
karakteristik yang disebutkan terdahulu, otomatis kota itu akan berfungsi
untuk mendorong wilayah belakangnya. Jadi, konsentrasi kegiatan
ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan apabila konsentrasi itu
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (diantara
berbagai sektor di dalam kota) maupun ke luar (ke daerah
belakangnya).
9
2.2 Bencana
2.2.1 Pengertian Bencana Secara Umum
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana, pengertian bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,
non alam, dan manusia.
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95
adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana
prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2.2.2 Jenis – Jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana sebagai berikut :
10
dalam penggunaan teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan
pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.
11
1. Differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi. Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan
ekonomi lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas
komersial akan menunjukkan derajat ekonomi kawasan/kota dan
kemungkinan akan menarik sebagai tempat tinggal dan bekerja
2. Solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial.
Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/kota.
Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus persen merupakan
kegiatan sosial namun pengelompokan tersebut masih dimungkinkan
jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan
usaha yang berorientasi pada keuntungan (benefit oriented).
3. Centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi
politik/pemerintahan. Fasilitas ini menunjukkan bagaimana hubungan
dari masyarakat dalam system kota/komunitas. Sentralitas ini diukur
melalui perkembangan hierarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos,
sekolahan, kantor pemerintahan dan sejenisnya. Metode skalogram
adalah metode paling sederhana yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis fungsi wilayah, karena hanya menunjukkan daftar
dari komponen-komponen pendukungnya (Riyadi, 2003) Komponen-
komponen yang dibutuhkan biasanya meliputi :
1) Data pemukiman wilayah yang ditinjau;
2) Jumlah penduduk/populasi masing-masing pemukiman
3) Data fungsi/fasilitas pelayanan yang terdapat pada setiap
pemukiman.
12
membentuk skalanya (Ardila, 2012). Persyaratanpersyaratan tersebut
merupakan sifat-sifatnya yaitu :
1. Variabel-variabel (pernyataan-pernyataan) dalam suatu set pernyataan
harus homogen (undimensional) atau memiliki ketunggalan dimensi.
Artinya skala sebaiknya hanya mengukur satu dimensi saja dari
variabel yang memiliki banyak dimensi. Misalnya, walaupun variabel
nilai anak mempunyai dimensi ekonomi, dimensi psikologi, dan
dimensi sosial, namun suatu skala nilai anak sebaiknya hanya
mengukur salah satu dimensi saja.
2. Seperangkat variabel-variabel dalam suatu set pernyataan harus
bersifat kumulatif, yang berarti pernyataan-pernyataan mempunyai
bobot yang berbeda, dan apabila seorang responden menyetujui
pernyataan yang lebih berat bobotnya, maka dia diharapkan akan
menyetujui pernyataan-pernyataan yang lebih rendah/ringan.
13
1. Wilayah kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah penduduk.
2. Kemudian kecamatan tersebut disusun urutannya berdasarkan atas
jumlah jenis fasilitas sosial dan ekonomi yang tersedia.
3. Masing-masing jenis fasilitas tersebut disusun urutannya pada semua
wilayah yang memiliki jenis fasilitas tertentu.
4. Ranking atau peringkat fasilitas sosial dan ekonomi disusun urutannya
berdasarkan atas jumlah unit fasilitas tersebut.
5. Ranking kota kecamatan/wilayah ditentukan berdasarkan jumlah jenis
dan jumlah unit fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing unit.
14
pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila di gantikan oleh pengaruh
dari pusat kegiatan ekonomi lainnya (Wibowo, 2004).
15
2.7 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan variabel analisis
penentuan pusat pertumbuhan. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dan
berbagai sumber, maka penelitian ini merupakan penelitian yang belum
pernah dilakukan dilokasi penelitian serta perbedaan beberapa variabel. Antara
lain adalah sebagai berikut :
Pandapotan T.P Analisis Penentuan Pusat – Pusat Tujuan penelitian ini adalah untuk
Nainggolan (2015). Pertumbuhan Ekonomi Di menetapkan pusat-pusat pertumbuhan
1.
Kabupaten Simalungun. ekonomi di daerah Kabupaten Simalungun
dengan menggunakan alat analisis skalogram,
dan analisis gravitasi. Dengan menggunakan
analisis skalogram dan indeks sentralitas
terdapat lima kecamatan yang ditetapkan
sebagai kecamatan pusat pertumbuhan yaitu:
Kecamatan Sianatar, Bandar, Tanah Jawa,
Raya, dan Bosar Maligas. Kelima kecamatan
tersebut memiliki nilai sentralitas yang lebih
tinggi dari kecamatan lainnya. Selanjutnya
berdasarkan hasil analisis gravitasi, kecamatan
yang memiliki hubungan interaksi paling kuat
yaitu Kecamatan Tanah Jawa dengan Siantar,
dan Kecamatan Bandar dengan Bosar
Maligas.
2. Rebecka Octaria Analisis Penentuan Pusat-Pusat Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Nainggolan (2014). Pertumbuhan Ekonomi Di Kota pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Kota
Medan. Medan melalui analisis tipologi klassen,
analisis skalogram dan analisis gayaberat.
Berdasarkan hasil yang diperoleh Tipologi
Klassen dan schallogram di Kota Medan
terdapat dua pusat pertumbuhan yaitu
Kecamatan Medan Deli Kecamatan Medan
16
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
3. Ade Pratama Poetra Analisis Penentuan Pusat-Pusat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
(2016). Pertumbuhan Ekonomi Dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di
Interaksi Antar Kecamatan Di Kabupten Pringsewu melalui analisis metode
Kabupaten Pringsewu. skalogram dan indeks sentralitas dan untuk
mengetahui interaksi antar kecamatan di
Kabupaten Pringsewu menggunakan analisis
gravitasi. Berdasarkan hasil penelitian analisis
skalogram dan indeks sentralitas diperoleh
bahwa di Kabupaten Pringsewu terdapat satu
pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan
Pringsewu. Berdasarkan analisis gravitasi
menunjukkan bahwa pada kecamatan yang
menjadi pusat pertumbuhan yakni kecamatan
Pringsewu yang memiliki interaksi paling kuat
adalah Kecamatan Gadingrejo.
4. Hera Yolanda Apriani Analisis Penentuan Pusat-pusat Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
(2020). Pertumbuhan Di Kota Pekanbaru. penentuan pusat - pusat pertumbuhan pada
tingkat kecamatan di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan analisis skalogram berdasarkan
ketersediaan fasilitas pelayanan yaitu
Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan
Tenayan Raya, Kecamatan Tampan &
Kecamatan Bukit Raya merupakan hirarki I.
17
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
5. Andrey Roland Hirarki Wilayah Kota Manado. Kota Manado terdiri dari 11 Kecamatan yakni
Gunena, Sonny Tilaar Kecamatan Bunaken, Kecamatan Bunaken
dan Esli Takumansang Kepulauan, Kecamatan Tuminting,
(2014). Kecamatan Singkil, Kecamatan Mapanget,
Kecamatan Paal Dua, Kecamatan Tikala,
Kecamatan Wenang, Kecamatan Wanea,
Kecamatan Sario, dan Kecamatan Malalayang
yang pembangunan prasarananya baik sosial,
ekonomi, dan pemerintahannya dalam hal
kualitas maupun kuantitas berbeda-beda.
Penentuan hirarki di Kota Manado akan
membuat Kota Manado menjadi kota yang
pembangunannya menjadi lebih terstruktur.
Penelitian ini bertujuan menentukan hirarki
wilayah Kota Manado dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi jumlah fasilitas ekonomi,
sosial, dan pemerintahan di tiap-tiap
kecamatan yang ada di Kota Manado.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif dgn metode analisis Skalogram.
Metode analisis Skalogram dipakai untuk
menentukan Orde berdasarkan prasarana yang
ada dimasing-masing kecamatan yang ada di
Kota Manado. Dari hasil penelitian diatas
diperoleh hirarki wilayah Kota Manado
18
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
19
2.8 Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang hubungan antara
teori dengan berbagai faktor yang di identifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka pikir berfungsi membangun suatu hipotesis seingga dapat
disebut sebagai dasar penyusun hipotesis.
JUDUL
Analisis Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat Kota Palu
RUMUSAN MASALAH
Dampak yang disebabkan bencana alam pada tanggal 28 September 2018,
mengakibatkan kerusakan fasilitas yang akan berdampak pada pusat pertumbuhan
dan menyebabkan perubahan serta interaksi antar wilayah yang mengakibatkan
pusat pertumbuhan ikut berubah.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pusat
pertumbuhan di Kecamatan Palu Barat.
METODE PENELITIAN
Kuantitatif
ANALISIS DATA
Analisis Gravitasi
Analisis Skalogram Guttman &
Indeks Sentralitas
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
menggunakan proses data – data yang berupa angka sebagai alat menganalisis
dan melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa yang sudah diteliti
(Kasiram, 2008).
Langkah – langkah pendekatan deskriptif antara lain membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat dalam bentuk
tabel, grafik maupun narasi mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki dengan tujuan untuk memudahkan
pembaca dalam menafsirkan hasil observasi (Effendi, 2006).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Palu Barat, Kota Palu,
Provinsi Sulawesi Tengah. Luas daratan Kecamatan Palu Barat adalah 8,28
km² dan Kecamatan Palu Barat terletak di sebelah barat Kota Palu. Kecamatan
Palu Barat memiliki 6 kelurahan yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru,
Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa dan Kelurahan
Lere. Adapun peta administrasi dari Kecamatan Palu Barat dapat dilihat
dibawah ini :
21
Gambar 1. Lokasi Penelitian
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti, 2023).
22
3.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung pada bulan Agustus 2022 sampai awal
penyusunan tugas akhir sampai dengan bulan Desember 2024.
23
3. Wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan lisan untuk dijawab secara lisan pula .
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi dan
memperkuat fakta, untuk meningkatkan kepercayaan atas informasi yang
telah diperoleh sebelumnya.
4. Dokumentasi dengan menggunakan data – data yang bersumber dari
dinas – dinas terkait seperti Kantor Kecamatan Palu Barat dan BPS Kota
Palu.
24
Tabel 3. Variabel Penelitian
Jumlah Penduduk
2 Interaksi Wilayah Analisis Gravitasi
Jarak Antar Wilayah
25
Rumus gravitasi yang pada umumnya digunakan yaitu (Tarigan, 2010.
105):
PiPj
Ii j=K
d ij
P1 x P2
I=
d2
Keterangan :
Semakin besar angka interaksi yang diperoleh oleh suatu wilayah maka
semakin erat hubungan wilayah tersebut dengan daerah lainnya. Dalam hal
ini berarti semakin potensial daerah tersebut untuk berkembang karena
keterkaitan antar kegiatan ekonominya erat.
26
3.7.2 Analisis Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas
Tingkat perkembangan wilayah dapat diukur dengan kondisi karakteristik
potensi dan ketersediaan sumberdaya, kelembagaan, SDM (masyarakat dan
aparatur pemerintahan), dan ketersediaan infrastruktur dasar wilayah serta
sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung perkembangan
aktivitas masyarakat (Saruhian, 2006).
Salah satu metode penentuan tingkat perkembangan wilayah, yaitu dengan
menggunakan analisis hirarki wilayah (analisis skalogram) yang didasarkan
pada ketersediaan sarana dan prasarana wilayah menurut jumlah dan jenis
unitnya. Metode skalogram ini bisa digunakan dengan menuliskan jumlah
fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menuliskan ada/tidaknya
fasilitas tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan
jumlah/kuantitasnya. Dalam metode skalogram, seluruh fasilitas umum yang
dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Tujuan
digunakannya analisis skalogram adalah untuk mengidentifikasi kecamatan-
kecamatan yang dapat dikelompokkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan
berdasarkan pada fasilitas perkotaan yang tersedia.
Analisis klasifikasi kota dikelompokkan berdasarkan pada tiga komponen
fasilitas utama, yaitu:
1. Differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi. Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan
ekonomi lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas
komersial akan menunjukkan derajat ekonomi kawasan/kota dan
kemungkinan akan menarik sebagai tempat tinggal dan bekerja.
2. Solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial.
Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/kota.
Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus persen merupakan
kegiatan sosial namun pengelompokkan tersebut masih dimungkinkan
jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan
usaha yang berorientasi pada keuntungan (benefit oriented).
3. Centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi
politik/ pemerintahan. Fasilitas ini menunjukkan bagaimana hubungan
27
dari masyarakat dalam sistem kota/komunitas. Sentralitas ini diukur
melalui perkembangan hirarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos,
sekolahan, dan kantor pemerintahan dan sejenisnya.
Analisis skalogram yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode menuliskan ada atau tidaknya fasilitas (fasilitas sosial, ekonomi dan
pemerintahan) di suatu wilayah, yaitu dengan mengisikan angka 1 bila
fasilitas tersebut terdapat pada suatu wilayah dan mengisikan angka 0 bila
fasilitas tersebut tidak terdapat di suatu wilayah. Selajutnya analisis
skalogram ini dapat dikembangkan untuk menentukan indeks sentralitas
terbobot. Indeks sentralitas ini tidak hanya berdasarkan jumlah fungsi atau
fasilitas pelayanan yang ada pada suatu wilayah, tetapi juga berdasarkan
frekuensi keberadaan fungsi atau fasilitas tersebut pada wilayah yang
ditinjau.
Metode dalam prakteknya di lapangan, hendaknya matriks fungsi dengan
metode skalogram ini dilengkapi dengan data-data yang disusun melalui
matriks fungsi lainnya, dimana data-data yang disampaikan dihitung secara
lebih detail, dengan menggunakan teknik pembobotan, pemberian ranking,
dan sebagainya (Riyadi, 2003). Oleh karena itu, untuk mengetahui pusat
pertumbuhan di suatu wilayah dalam penelitian ini menggunakan analisis
skalogram dengan menggabungkan analisis indeks sentralitas dengan teknik
pembobotan. Fungsi alat analisis indeks sentralitas ini sama dengan analisis
skalogram, yaitu digunakan untuk mengetahui struktur/hirarki pusat
pertumbuhan yang ada dalam suatu wilayah dengan menghitung berapa
jumlah fungsi yang ada, berapa jenis fungsi serta seberapa besar frekuensi
keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah (Riyadi, 2003). Berikut
ini cara/langkah-langkah dalam analisis skalogram dengan indeks
sentralitas:
1. Kolom (1 dan 2) diisi dengan nomor urut untuk wilayah (kecamatan)
dan nama-nama kecamatan yang ada di kabupaten/kota terkait.
2. Kolom selanjutnya adalah kolom yang diisi dengan jenis fungsi (jenis
fasilitas). Pengisian kolom jenis fungsi diisi dengan nilai 1 jika ada
28
fasilitas tersebut di suatu wilayah atau 0 jika tidak ada fasilitas yang
dimaksud di suatu wilayah.
3. Kolom “Jumlah Jenis Fungsi/Fasilitas” diisi dengan menjumlahkan
masing-masing fungsi yang ada pada setiap kecamatan (setiap baris).
4. Pada baris “Total Fungsi” diisi dengan menjumlahkan jenis fungsi
yang ada dari seluruh kecamatan (setiap kolom)
5. Pada baris “Sentralitas Total”, pada setiap kolom/baris memiliki nilai
yang sama, yaitu 100.
C = t/T
Dimana:
C = Bobot Fungsi
29
8. Dari nilai indeks sentralitas tersebut kemudian akan ditentukan hirarki
pusat pertumbuhan tingkat kecamatan di Kota Palu yang kemudian
dapat digunakan untuk menentukan Kecamatan sebagai pusat
pertumbuhan.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah
4.1.1.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi
Kecamatan Palu Barat merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kota Palu. Luas daratan Kecamatan Palu Barat adalah 8,28 km2 dan
memiliki Kecamatan Palu Barat terletak di sebelah barat Kota Palu.
Kecamatan Palu Barat memiliki 6 kelurahan yaitu Kelurahan Ujuna,
Kelurahan Baru, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan
Balaroa dan Kelurahan Lere yang memanjang dari timur ke barat yang
seluruhnya dapat dilalui dengan kendaraan roda empat dan roda dua.
Karakateristik wilayah Kecamatan Palu Barat menurut elevasi
(ketinggian diatas permukaan laut (DPL) yang berada diantara 0-15 m,
ketinggian tersebut diukur berdasarkan letak kantor kelurahan. Seluruh
wilayah merupakan daratan dan morfologinya relatif datar. Wilayah yang
berbatasan langsung oleh laut atau daerah pesisir pantai yaitu Kelurahan
Lere, sedangkan wilayah lainnya bukan daerah pesisir pantai. Adapun
batas wilayah dari Kecamatan Palu Barat sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ulujadi
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tatanga
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Kabupaten
Sigi
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Palu Timur
31
antara 0–100 m di atas permukaan laut yang berada pada Kelurahan
Ujuna, Kelurahan Baru, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji,
Kelurahan Lere dan sebagian Kelurahan Balaroa. Zona kedua yaitu
topografi perbukitan dengan ketinggian antara 100–500 m di atas
permukaan laut yang terletak di sebagian Kelurahan Balaroa.
4.1.1.3 Kondisi Klimatologi
Berdasarkan data yang tercatat pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
sepanjang tahun 2022, curah hujan di Kecamatan Palu Barat bervariasi
dari bulan Januari sampai Desember, curah hujan yang tertinggi berada
pada bulan Maret yaitu mencapai 359 mm dan terendah berada pada bulan
Desember yaitu mencapai 5 mm. Selanjutnya pada bulan Januari mencapai
36 mm, bulan Februari mencapai 15 mm, bulan April mencapai 94 mm,
bulan Mei mencapai 41 mm, bulan Juni mencapai 214 mm, bulan Juli
mencapai 11 mm, bulan Agustus mencapai 8 mm, bulan September
mencapai 30 mm, bulan Oktober mencapai 86 mm dan bulan Nopember
mencapai 24 mm.
4.1.1.4 Kondisi Geologi
Berdasarkan peta geologi Kecamatan Palu Barat yang didapatkan dari
Instansi Tata Ruang Kota Palu bahwa formasi geologi pada wilayah
tersebut tersusun atas alluvium dan molosa Celebes Sarasin dan Sarasi
yang tersebar di seluruh kelurahannya yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan
Baru, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa dan
Kelurahan Lere. Formasi alluvium merupakan formasi yang tersusun dari
bahan-bahan liat kaolinit dan debu bersisipan pasir, gambut, kerakal dan
bongkahan lepas yang merupakan endapan dari sungai dan rawa.
Sedangkan formasi Molasa ini mengandung rombakan yang berasal dari
formasi-formasi lebih tua dan terdiri dari konglomerat, batupasir,
batulumpur, batugamping-koral serta napal yang semuanya hanya
mengeras lemah.
32
4.1.1.5 Kondisi Prasarana Jalan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat dua kelurahan di Kecamatan
Palu Barat yang kondisi prasarana jalannya pasca bencana 28 September
2018 sangat memperihatikan. Dua kelurahan tersebut adalah Kelurahan
Lere dan Kelurahan Balaroa. Hal ini dapat dilihat dengan terputusnya
Jembatan Kuning Palu yang menghubungkan Kelurahan Lere, Kecamatan
Palu Barat dengan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur. Sehingga untuk
sekarang akses yang dilewati dari Kecamatan Palu Timur ke Kecamatan
Palu Barat harus melewati alternatif jalan yang lain dan tentunya memakan
banyak waktu dan jarak. Masalah mengenai terputusnya jalan juga terjadi
pada Kelurahan Balaroa, dimana akibat dampak dari bencana likuifaksi
menghabiskan secara keselurahan Perumnas Balaroa dan tentunya
mengakibatkan terputusnya jalan. Akan tetapi, untuk kondisi prasarana
jalan pada Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Baru dan
Kelurahan Kamonji dapat dikatakan dengan baik karena tidak ada jalan
yang terputus, sehingga aksesnya masih berjalan dengan baik.
33
Gambar 2. Peta Batas Administrasi Kecamatan Palu Barat
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).
34
Gambar 3. Peta Topografi Kecamatan Palu Barat
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).
35
Gambar 4. Peta Klimatologi Kecamatan Palu Barat
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2022).
36
Gambar 5. Peta Geologi Kecamatan Palu Barat
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).
37
4.1.2 Kependudukan
Berdasarkan Buku Badan Pusat Statistik dan Dinas Kependudukan dan
Pencacatan Sipil tercatat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Palu Barat
pada kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu tahun 2018-2022 mengalami
peningkatan dan penurunan jumlah penduduk yang tersebar di enam
kelurahan. Peningkatan terjadi pada tahun 2018-2019 dimana pada tahun
2018 jumlah penduduk Kecamatan Palu Barat berjumlah 51.384 jiwa, pada
tahun 2019 terdapat 64.196 jiwa. Selanjutnya mengalami penurunan jumlah
penduduk pada tahun 2020-2022, pada tahun 2020 terdapat 46.435 jiwa,
untuk tahun 2021 terdapat 49.279 jiwa, kemudian pada tahun 2022 terdapat
44.495 jiwa.
1 Ujuna 8.028
2 Baru 5.003
3 Siranindi 4.992
4 Kamonji 7.481
5 Balaroa 12.844
6 Lere 10.409
Jumlah 44.495
(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2022).
38
4.1.3 Kondisi Sarana Kecamatan Palu Barat
39
Tabel 5. Jumlah Sebaran Sarana Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
Poskesdes/
SMP/MTS
SMA/MA/
Kelontong
Slawayan/
Perguruan
Pembantu
Poliklinik
Musholla
Polindes
Jumlah
SD/MI
Masjid
Vihara
Tinggi
Gereja
SMK
Pura
TK
RS
Ujuna 6 6 1 1 0 0 0 0 1 1 7 1 1 0 1 1 198 225
Siranindi 1 5 4 4 0 1 1 0 1 0 5 2 0 0 0 3 76 103
40
4.2 Pembahasan
Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai pengolahan data dari data –
data yang telah dikumpulkan dan akan dijelaskan menggunakan pendekatan
deskriptif agar lebih mudah dipahami.
41
Tabel 6. Sebaran Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
Poskesdes/
SMP/MTS
Kelontong
Slawayan/
Pembantu
Poliklinik
Musholla
Polindes
Jumlah
SD/MI
Masjid
Vihara
Gereja
Pura
TK
RS
Ujuna 5 7 2 2 0 0 0 1 0 1 7 1 1 0 1 2 316 346
Baru 5 5 0 0 0 0 0 1 0 1 4 0 0 0 0 1 166 183
Siranindi 1 6 7 4 0 1 1 0 0 1 5 2 0 0 0 3 105 136
Kamonji 2 1 3 0 0 0 0 0 0 1 5 5 0 0 0 2 161 180
Balaroa 4 4 0 0 0 0 0 1 0 1 8 3 0 0 0 5 287 313
Lere 7 8 2 2 2 1 0 1 0 1 11 0 0 0 0 2 120 157
Palu Barat 24 31 14 8 2 2 1 4 0 6 40 11 1 0 1 15 1155 1315
(Sumber : BPS Kecamatan Palu Barat dalam Angka Tahun 2018).
Setelah mengetahui dan mengumpulkan fasilitas-fasilitas yang berada pada Kecamatan Palu Barat, langkah selanjutnya
adalah mengurutkan kelurahan berdasarkan kelengkapan fasilitas yang ada. Pengurutan dilakukan dengan cara mengurutkan
berdasarkan kelurahan yang memiliki kelengkapan fasilitas yang dilihat dari tabel kiri kekanan dan atas kebawah. Adapun
lebih jelasnya mengenai pengurutan fasilitas dapat dilihat pada tabel urutan kelengkapan fasilitas dibawah ini :
42
Tabel 7. Pengurutan Kelengkapan Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
No. Kelurahan
Poskesdes/Polindes
Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
SMP/MTS
Kelontong
Pembantu
Slawayan/
Poliklinik
Musholla
Jumlah
Masjid
Vihara
Gereja
SD/MI
Pura
TK
RS
1 Ujuna 316 7 7 5 2 2 1 2 1 1 0 0 0 1 1 0 0 346
2 Baru 166 4 5 5 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 183
3 Siranindi 105 5 6 1 3 7 2 4 1 0 0 1 1 0 0 0 0 136
4 Kamonji 161 5 1 2 2 3 5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 180
5 Balaroa 287 8 4 4 5 0 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 313
6 Lere 120 11 8 7 2 2 0 2 1 1 2 1 0 0 0 0 0 157
Jumlah 1155 40 31 24 15 14 11 8 6 4 2 2 1 1 1 0 0 1315
(Sumber : BPS Kecamatan Palu Barat dalam Angka Tahun 2018).
Setelah mengurutkan berdasarkan kelengkapan fasilitas dari Kecamatan Palu Barat. Langkah selanjutnya adalah
memberikan angka (1) pada kolom untuk menyatakan keberadaan suatu fasilitas, misalnya di Kelurahan Ujuna memiliki TK,
maka diberikan angka (1) pada kolom TK. Lalu memberikan angka (0) untuk menyatakan bahwa kolom tersebut tidak
43
memiliki fasilitas. Misalnya pada Kelurahan Ujuna tidak memiliki fasilitas rumah sakit, maka diberikan angka (0). Adapun
tabel pengkodean tiap fasilitas dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 8. Pengkodean Jenis Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
No Kelurahan
Poskesdes/Polindes
Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
. Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
SMP/MTS
Kelontong
Pembantu
Slawayan/
Poliklinik
Musholla
Jumlah
Masjid
Vihara
Gereja
SD/MI
TK
RS
1 Ujuna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 12
2 Baru 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
3 Siranindi 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 11
4 Kamonji 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8
5 Balaroa 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8
6 Lere 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 11
Jumlah 6 6 6 6 6 6 4 4 4 3 2 1 1 1 1 0 0 57
(Sumber : Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2023).
Setelah memberikan kode (1) yang menandakan adanya fasilitas dan kode (0) yang menandakan tidak adanya fasilitas,
langkah selanjutnya adalah menghitung nilai error untuk setiap fasilitas. Tujuan dari menghitung nilai error adalah untuk
membantu dalam perhitungan COR (Coefficient of Reliability) nantinya, sehingga dapat diketahui apakah data layak atau
tidak layak untuk melanjutkan perhitungan atau analisis berikutnya. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai error
44
adalah metode Goodenough. Misalnya, apabila pola prediksi adalah 111110 tetapi pola yang sebenarnya didapatkan adalah
111101,
kita dapat mengetahui nilai errornya dengan melihat perbedaan antara pola prediksi dengan pola yang sebenarnya.. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Perhitungan Jumlah Eror Tiap Fasilitas di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
No. Kelurahan
Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
Poskesdes/
SMP/MTS
Kelontong
Pembantu
Slawayan/
Poliklinik
Musholla
Jumlah
Masjid
Vihara
Gereja
SD/MI
Error
Pura
TK
RS
1 Ujuna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
12 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
2 Baru 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Siranindi 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0
11 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
4 Kamonji 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
8 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
5 Balaroa 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
8 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
6 Lere 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 11 2
45
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
Jumlah 6 6 6 6 6 6 4 4 4 3 2 1 1 1 1 0 0 57 13
(Sumber : Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2023).
46
Setelah mendapatkan jumlah error dari data, langkah selanjutnya adalah
melakukan perhitungan kelayakan skalogram. Berdasarkan Tussa’diah,
2014 (dalam Alya Sarah Maulida, 2020) perhitungan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang ada dapat digunakan untuk menghitung
skalogramnya. Koefisien yang dianggap layak adalah apabila bernilai dari
0,9 hingga 1. Rumus yang digunakan dalam menghitung kelayakan
skalogram adalah rumus coeffisien of reproducibility (COR) sebagai
berikut:
∑e
COR=1-
NxK
Keterangan :
N = jumlah wilayah
K = jumlah fasilitas
12
COR=1-
6 x 57
COR=0,96
47
Banyak Kelas = 1+3,3 log n
Keterangan :
n = jumlah wilayah
= 1+3,3 (0,778)
= 3,568 atau 4
Panjang 12 – 7
Kelas= 4
Panjang Kelas= 1,25
1. Orde 1 = 11,1-12,3
2. Orde 2 = 9,7-10,0
3. Orde 3 = 8,4-9,6
4. Orde 4 = 7,0-8,3
48
Berikut ini merupakan tabel hasil hierarki pelayanan berdasarkan
perhitungan analisis skalogram guttman pada Kecamatan Palu Barat :
49
4.2.1.2 Tahun 2022
Analisis skalogram merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam hal ini adalah kelurahan, oleh
karena itu tentunya harus memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan baik. Dengan menggunakan analisis skalogram dapat ditentukan
hierarki kelurahan – kelurahan berdasarkan kelengkapan fasilitasnya. Jadi,
terlebih dahulu mengumpulkan fasilitas – fasilitas yang ada disetiap
kelurahan.
Fasilitas – fasilitas yang digunakan di dalam analisis skalogram yakni
fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan sosial dan ekonomi. Fasilitas
sosial yang digunakan terdiri dari fasilitas untuk pelayanan kesehatan
(rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, poliklinik, dan
poskesdes/polindes). Fasilitas pelayanan pendidikan (TK, SD, SLTP dan
SLTA). Fasilitas pelayanan keagamaan (masjid, mushola, gerejam vihara
dan pura), dan fasilitas perdagangan dan jasa yaitu swalayan/minimarket
dan toko/warung klenteng. Adapun fasilitas yang tersebar di seluruh
kelurahan di Kecamatan Palu Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
50
Tabel 11. Sebaran Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
Poskesdes/
SMP/MTS
SMA/MA/
Kelontong
Slawayan/
Perguruan
Pembantu
Poliklinik
Musholla
Polindes
Jumlah
SD/MI
Masjid
Vihara
Tinggi
Gereja
SMK
Pura
TK
RS
Ujuna 6 6 1 1 0 0 0 0 1 1 7 1 1 0 1 1 198 225
Siranindi 1 5 4 4 0 1 1 0 1 0 5 2 0 0 0 3 76 103
Setelah mengetahui dan mengumpulkan fasilitas-fasilitas yang berada pada Kecamatan Palu Barat, langkah selanjutnya adalah
mengurutkan kelurahan berdasarkan kelengkapan fasilitas yang ada. Pengurutan dilakukan dengan cara mengurutkan berdasarkan
kelurahan yang memiliki kelengkapan fasilitas yang dilihat dari tabel kiri kekanan dan atas kebawah. Adapun lebih jelasnya
mengenai pengurutan fasilitas dapat dilihat pada tabel urutan kelengkapan fasilitas dibawah ini :
51
Tabel 12. Pengurutan Kelengkapan Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
No. Kelurahan
Toko/Warng Kelontong
Slawayan/Minimarket
Puskesmas Pembantu
Poskesdes/Polindes
Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Puskesmas
SMP/MTS
Poliklinik
Musholla
Jumlah
Masjid
Vihara
Gereja
SD/MI
Pura
TK
RS
1 Ujuna 198 7 6 1 6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 225
3 Siranindi 76 5 5 3 1 2 4 4 0 1 1 1 0 0 0 0 0 103
Setelah mengurutkan berdasarkan kelengkapan fasilitas dari Kecamatan Palu Barat. Langkah selanjutnya adalah memberikan angka
(1) pada kolom untuk menyatakan keberadaan suatu fasilitas, misalnya di Kelurahan Ujuna memiliki TK, maka diberikan angka (1)
pada kolom TK. Lalu memberikan angka (0) untuk menyatakan bahwa kolom tersebut tidak memiliki fasilitas. Misalnya pada
Kelurahan Ujuna tidak memiliki fasilitas rumah sakit, maka diberikan angka (0). Adapun tabel pengkodean tiap fasilitas dapat dilihat
dibawah ini :
52
Tabel 13. Pengkodean Jenis Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
No. Kelurahan
Poskesdes/Polindes
Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warng
Minimarket
SMP / MTS
Puskesmas
Puskesmas
Kelontong
Pembantu
Slawayan/
Poliklinik
Musholla
Jumlah
Masjid
Vihara
Gereja
SD/MI
Pura
TK
RS
1 Ujuna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 12
2 Baru 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
3 Siranindi 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 11
4 Kamonji 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
5 Balaroa 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
6 Lere 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 11
Jumlah 6 6 6 6 6 5 4 4 3 2 2 2 1 1 1 0 0 55
(Sumber : Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2022).
Setelah memberikan kode (1) yang menandakan adanya fasilitas dan kode (0) yang menandakan tidak adanya fasilitas, langkah
selanjutnya adalah menghitung nilai error untuk setiap fasilitas. Tujuan dari menghitung nilai error adalah untuk membantu dalam
perhitungan COR (Coefficient of Reliability) nantinya, sehingga dapat diketahui apakah data layak atau tidak layak untuk
melanjutkan perhitungan atau analisis berikutnya. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai error adalah metode Good enough.
Misalnya, apabila pola prediksi adalah 111110 tetapi pola yang sebenarnya didapatkan adalah 111101,
53
kita dapat mengetahui nilai errornya dengan melihat perbedaan antara pola prediksi dengan pola yang sebenarnya.. untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 14. Perhitungan Jumlah Eror Tiap Fasilitas di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
No. Kelurahan
Poskesdes/Polindes
Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warug
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
SMP/MTS
Kelontong
Pembantu
Slawayan/
Poliklinik
Musholla
Jumlah
Masjid
Vihara
Gereja
SD/MI
Error
Pura
TK
RS
1 Ujuna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0
12 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0
2 Baru 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 2
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Siranindi 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
11 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
4 Kamonji 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Balaroa 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Lere 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0
11 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
Jumlah 6 6 6 6 6 6 5 4 4 3 2 2 2 1 1 1 0 55 12
54
(Sumber : Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2022).
55
Setelah mendapatkan jumlah error dari data, langkah selanjutnya adalah
melakukan perhitungan kelayakan skalogram. Berdasarkan Tussa’diah, 2014
(dalam Alya Sarah Maulida, 2020) perhitungan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang ada dapat digunakan untuk menghitung
skalogramnya. Koefisien yang dianggap layak adalah apabila bernilai dari
0,9 hingga 1. Rumus yang digunakan dalam menghitung kelayakan
skalogram adalah rumus coeffisien of reproducibility (COR) sebagai
berikut:
∑e
COR=1-
NxK
Keterangan :
e = jumlah kesalahan (error)
N = jumlah wilayah
K = jumlah fasilitas
Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :
12
COR=1-
6 x 55
COR= 0,96
Keterangan :
n = jumlah wilayah
Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :
56
Banyak kelas = 1+3,3 log 6
= 1+3,3 (0,778)
= 3,568 atau 4
12 – 6
Panjang Kelas =
4
Panjang Kelas = 1,5
1. Orde 1 = 10,8-12,3
2. Orde 2 = 9,2-10,7
3. Orde 3 = 7,6-9,1
4. Orde 4 = 6,0-7,5
57
2022 Fasilitas
1 Ujuna 8147 12 1
2 Baru 5085 6 4
3 Siranindi 5002 11 1
4 Kamonji 7492 8 3
5 Balaroa 13040 7 4
6 Lere 10450 11 1
58
4.2.2 Analisis Indeks Sentralitas
4.2.2.1 Tahun 2018
Dalam menentukan pusat pelayanan selain menggunakan analisis
skalogram, kita juga dapat menggunakan analisis indeks sentralitas. Pada
analisis ini, tingkat frekuensi fasilitas pada suatu kelurahan akan
mempengaruhi nilai indeks sentralitas kelurahan tersebut. Semakin tinggi
frekuensi fasilitas, maka nilai sentralitasnya juga akan semakin besar.
Dalam analisis indeks sentralitas, langkah pertama yang dilakukan
adalah perhitungan penentuan bobot fasilitas. Bobot fasilitas ini digunakan
untuk memberikan nilai penting atau kontribusi relatif dari setiap jenis
fasilitas terhadap sentralitas kelurahan. Untuk menghitung bobot fasilitas,
digunakan rumus sebagai berikut :
t
C=
T
Keterangan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dalam penentuan bobot tiap jenis
fasilitas yang terdapat di Kecamatan Palu Barat :
59
Tabel 16. Bobot Sarana Tiap Kelurahan Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
SMA/MA/SMK
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
Poskesdes/
SMP/MTS
Kelontong
Slawayan/
Perguruan
Pembantu
Poliklinik
Musholla
Polindes
SD/MI
Masjid
Vihara
Tinggi
Gereja
Pura
TK
RS
1 Ujuna 5 7 2 2 0 0 0 1 0 1 7 1 1 0 1 2 316
2 Baru 5 5 0 0 0 0 0 1 0 1 4 0 0 0 0 1 166
3 Siranindi 1 6 7 4 0 1 1 0 0 1 5 2 0 0 0 3 105
4 Kamonji 2 1 3 0 0 0 0 0 0 1 5 5 0 0 0 2 161
5 Balaroa 4 4 0 0 0 0 0 1 0 1 8 3 0 0 0 5 287
6 Lere 7 8 2 2 2 1 0 1 0 1 11 0 0 0 0 2 120
Jumlah 24 31 14 8 2 2 1 4 0 6 40 11 1 0 1 15 1155
Sentralis 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Bobot 100.0
4.16 3.22 7.14 12.5 50.00 50.00 100.00 25.00 0.00 16.66 2.50 9.09 100.00 0.00 6.66 0.08
0
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2018).
60
Kemudian hasil dari bobot tersebut dimasukkan dalam perhitungan indeks
sentralitas yaitu dengan mengkali nilai bobot dengan jumlah masing-masing
fasilitas. Berikut ini adalah rumus perhitungan indeks sentralitas Setiap
Kelurahan di Kecamatan Palu Barat :
IS N
= y
Keterangan :
IS = Indeks Sentralis
N = Bobot Fasilitas
61
Tabel 17. Perhitungan Indeks Sentralitas Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
Poskesdes/
SMP/MTS
SMA/MA/
Kelontong
Slawayan/
Perguruan
Pembantu
Poliklinik
Musholla
Polindes
Jumlah
SD/MI
Masjid
Vihara
Tinggi
Gereja
SMK
Pura
TK
RS
1 20.8 100.0
Ujuna 22.54 14.28 25.00 0.00 0.00 0.00 25.00 0.00 16.66 17.50 9.09 0.00 100.00 13.32 25.28 389.47
0 0
2 20.8
Baru 16.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 0.00 16.66 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.66 13.28 108.50
0
3 100.0
Siranindi 4.16 19.32 49.98 50.00 0.00 50.00 0.00 0.00 16.66 12.50 18.18 0.00 0.00 0.00 19.98 8.40 349.18
0
4 Kamonji 8.32 3.22 21.42 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16.66 12.50 45.45 0.00 0.00 0.00 13.32 12.88 133.77
5 16.6
Balaroa 12.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 0.00 16.66 20.00 27.27 0.00 0.00 0.00 33.30 22.96 174.71
4
6 19.1 100.0
Lere 25.76 14.28 25.00 50.00 0.00 25.00 0.00 16.66 27.50 0.00 0.00 0.00 0.00 13.32 9.60 336.24
2 0
(Sumber :Hasil Analisis Peneliti , Data Olahan 2018).
62
Setelah didapatkan bobot dari masing-masing fasilitas, langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah
hierarki dan panjang kelas hierarkinya. Berikut ini adalah rumus yang
digunakan untuk perhitungan tersebut:
Keterangan :
n = jumlah wilayah
= 1+3,3 (0,778)
= 3,568 atau 4
389,47 – 108,50
Panjang Kelas=
4
Panjang Kelas= 70,24
63
1. Orde 1 = 319,5 – 389,8
2. Orde 2 = 249,2– 319,4
3. Orde 3 = 178,8 – 249,1
4. Orde 4 = 108,5 – 178,7
Berikut ini merupakan tabel hierarki pelayanan tiap kelurahan di
Kecamatan Palu Barat :
Orde Indeks
No Kelurahan Jumlah Fasilitas Jumlah Bobot
Sentralitas
1 Ujuna 346 389 1
2 Baru 183 109 4
3 Siranindi 136 349 2
4 Kamonji 180 134 4
5 Balaroa 313 175 4
6 Lere 157 336 1
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2018).
64
sentralitas suatu wilayah, maka wilayah tersebut memiliki peran yang
lebih dominan dibandingkan dengan wilayah lainnya. Berikut hasil
gabungan dari analisis diatas yang didasarkan pada ketersediaan fasilitas
pada kelurahan di Kecamatan Palu Barat, baik dari keberagaman dan
frekuensi fasilitas.
65
wilayah tersebut karna tersedianya berbagai fasilitas ekonomi, sosial dan
pemerintahan.
66
4.2.2.2 Tahun 2022
Dalam menentukan pusat pelayanan selain menggunakan analisis
skalogram, kita juga dapat menggunakan analisis indeks sentralitas. Pada
analisis ini, tingkat frekuensi fasilitas pada suatu kelurahan akan
mempengaruhi nilai indeks sentralitas kelurahan tersebut. Semakin tinggi
frekuensi fasilitas, maka nilai sentralitasnya juga akan semakin besar.
Dalam analisis indeks sentralitas, langkah pertama yang dilakukan
adalah perhitungan penentuan bobot fasilitas. Bobot fasilitas ini digunakan
untuk memberikan nilai penting atau kontribusi relatif dari setiap jenis
fasilitas terhadap sentralitas kelurahan. Untuk menghitung bobot fasilitas,
digunakan rumus sebagai berikut :
C t
= T
Keterangan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dalam penentuan bobot tiap jenis
fasilitas yang terdapat di Kecamatan Palu Barat :
67
Tabel 20. Bobot Sarana Tiap Kelurahan Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
No Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
Poskesdes/
SMP/MTS
SMA/MA/
Kelontong
Slawayan/
Perguruan
Pembantu
Poliklinik
Musholla
Polindes
SD/MI
Masjid
Vihara
Tinggi
Gereja
SMK
Pura
TK
RS
1 Ujuna 6 6 1 1 0 0 0 0 1 1 7 1 1 0 1 1 198
2 Baru 0 5 1 0 0 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0 2 183
3 Siranindi 1 5 4 4 0 1 1 0 1 0 5 2 0 0 0 3 76
4 Kamonji 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 5 5 0 0 0 4 210
5 Balaroa 2 4 1 0 0 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 3 117
6 Lere 2 6 2 4 2 1 1 0 0 0 10 3 0 0 0 2 165
Jumlah 13 28 10 9 2 2 2 0 2 4 37 11 1 0 1 15 949
Sentralis 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Bobot 7.69 3.57 10.00 11.11 50.00 50.00 50.00 0.00 50.00 25.00 2.70 9.09 100.00 0.00 100.00 6.66 0.10
68
Kemudian hasil dari bobot tersebut dimasukkan dalam perhitungan indeks
sentralitas yaitu dengan mengkali nilai bobot dengan jumlah masing-masing
fasilitas. Berikut ini adalah tabel perhitungan indeks sentralitas Setiap
Kelurahan di Kecamatan Palu Barat :
IS N
= y
Keterangan :
IS = Indeks Sentralis
N = Bobot Fasilitas
y = Jumlah Tiap Fasilitas
69
Tabel 21. Bobot Perhitungan Indeks Sentralitas Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
Toko/Warung
Minimarket
Puskesmas
Puskesmas
Poskesdes/
SMP/MTS
SMA/MA/
Kelontong
Slawayan/
Perguruan
Pembantu
Poliklinik
Musholla
Polindes
Jumlah
SD/MI
Masjid
Vihara
Tinggi
Gereja
SMK
Pura
TK
RS
1 Ujuna 46.14 21.42 10.00 11.11 0.00 0.00 0.00 0.00 50.00 25.00 18.90 9.09 100.00 0.00 100.00 6.66 19.80 418.12
2 Baru 0.00 17.85 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 10.80 0.00 0.00 0.00 0.00 13.32 18.30 95.27
3 Siranindi 7.69 17.85 40.00 44.44 0.00 50.00 50.00 0.00 50.00 0.00 13.50 18.18 0.00 0.00 0.00 19.98 7.60 319.24
4 Kamonji 15.38 7.14 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 13.50 45.45 0.00 0.00 0.00 26.64 21.00 164.11
5 Balaroa 15.38 14.28 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 16.20 0.00 0.00 0.00 0.00 19.98 11.70 112.54
6 100.0
Lere 15.38 21.42 20.00 44.44 50.00 50.00 0.00 0.00 0.00 27.00 27.27 100.00 0.00 0.00 13.32 16.50 485.33
0
(Sumber :Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2022).
70
Setelah didapatkan bobot dari masing-masing fasilitas, langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah
hierarki dan panjang kelas hierarkinya. Berikut ini adalah rumus yang
digunakan untuk perhitungan tersebut:
Keterangan :
n = jumlah wilayah
Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :
Banyak kelas = 1+3,3 log 6
= 1+3,3 (0,778)
= 3,568 atau 4
485,33 – 95,27
Panjang Kelas =
4
Panjang Kelas = 97,51
71
Berikut ini merupakan tabel hierarki pelayanan tiap kelurahan di
Kecamatan Palu Barat :
Orde Indeks
No Kelurahan Jumlah Fasilitas Jumlah Bobot
Sentralitas
1 Ujuna 225 418.12 1
2 Baru 196 95.27 4
3 Siranindi 103 319.24 2
4 Kamonji 230 164.11 4
5 Balaroa 134 112.54 4
6 Lere 198 485.33 1
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2022).
72
analisis diatas yang didasarkan pada ketersediaan fasilitas pada kelurahan di
Kecamatan Palu Barat, baik dari keberagaman dan frekuensi fasilitas.
Indeks Hierarki
No Kelurahan Skalogram Skor
Sentralitas Keseluruhan
1 Ujuna 1 1 8 I
2 Baru 4 4 2 IV
3 Siranindi 1 3 6 II
4 Kamonji 3 4 3 IV
5 Balaroa 4 4 2 IV
6 Lere 1 1 8 I
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2022).
Orde Range
Orde 1 = ≥ 6.5 - 8
Orde II = ≥ 4.9 - 6.4
Orde III = ≥ 3.3 - 4.8
Orde IV = ≥ 1.7 - 3.2
73
Kecamatan Palu Barat. pada Hierarki IV ditempati oleh 3 kelurahan yaitu
Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa dan Kelurahan Baru.
74
Gambar 6. Peta Klasifikasi Hierarki Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
75
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).
76
4.2.3 Analisis Gravitasi
Tabel 24. Nilai Interaksi Antar Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun
2018
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi
Kel. Siranindi 99510447.385
Kel. Baru 58794278.151
Kel. Ujuna Kel. Kamonji 40249832.760
Kel. Lere 19700946.930
Kel. Balaroa 16065007.476
77
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi
Kel. Kamonji 108299980.469
Kel. Ujuna 99510447.385
Kel. Siranindi Kel. Baru 50623815.789
Kel. Balaroa 18295664.251
Kel. Lere 17037466.327
78
Kelurahan Kamonji, Kelurahan Lere, dan Kelurahan Balaroa. Dari ke
lima kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Siranindi merupakan daerah
yang paling kuat hubungannya dengan Kelurahan Ujuna. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang paling tinggi dari empat kelurahan
lainnya. Sementara itu kelurahan yang paling kecil intraksinya adalah
Kelurahan Balaroa.
b. Kelurahan Baru sebagai pusat pertumbuhan memiliki daerah
hinterland yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, Kelurahan
Kamonji, Kelurahan Lere, dan Kelurahan Balaroa. Dari antara
kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Baru memiliki nilai interaksi yang
paling tinggi dengan Kelurahan Ujuna dan yang paling rendah adalah
Kelurahan Balaroa.
c. Kelurahan Siranindi sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Kamonji, Kelurahan Ujuna,
Kelurahan Baru, Kelurahan Balaroa, Kelurahan Lere. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Siranindi memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah kelurahan Lere
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah. Hal ini disebabkan
oleh jarak antara Kelurahan Siranindi dengan Kelurahan Kamonji yang
dekat, sementara dengan Kelurahan Lere membutuhkan jarak yang
jauh, sehingga mempengaruhi aksebilitasnya.
d. Kelurahan Kamonji sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Siranindi, Kelurahan Balaroa,
Kelurahan Baru, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Lere. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Kamonji memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Siranindi. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah Kelurahan Lere
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah.
79
e. Kelurahan Balaroa sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Kamonji, Kelurahan Lere,
Kelurahan Siranindi, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Balaroa memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah kelurahan Baru
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah.
80
12 Kel. Siranindi - Kel. Balaroa 18295664.251
13 Kel.Lere - Kel. Siranindi 17037466.327
14 Kel. Ujuna - Kel. Balaroa 16065007.476
15 Kel. Baru - Kel. Balaroa 14001615.757
(Sumber : Analisis Penulis, Data Olahan 2018).
Berdasarkan Tabel (25) bahwa kelurahan yang mendominasi memiliki
nilai interaksi yang tinggi satu dengan lainnya ialah Kelurahan Siranindi.
Kelurahan Siranindi memiliki nilai interaksi paling tinggi dengan
Kelurahan Kamonji (108.299.980.469) Kelurahan Ujuna (99.510.447.385)
. Hal ini dipengaruhi oleh jarak yang rendah antara wilayah-wilayah
tersebut, yang memungkinkan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk
berinteraksi menjadi lebih efisien. Selain itu, jumlah populasi di setiap
wilayah juga berperan penting dalam menentukan kekuatan interaksi.
Semakin tinggi jumlah populasi di antara wilayah-wilayah tersebut,
semakin kuat pula interaksi yang terjadi, baik dalam pergerakan manusia,
barang, maupun jasa. Ini artinya, Kelurahan Siranindi memiliki daya tarik
yang paling dominan bagi wilayah hinterland lainnya. Kemudian disusul
dengan Kelurahan Kamonji dengan Kelurahan Balaroa sebesar
(57.959.764.060).
81
4.2.3.2 Tahun 2022
Untuk melihat keterkaitan kelurahan di Kecamatan Palu barat maka
digunakan analisis Gravitasi. Analisis ini sering digunakan untuk melihat
kaitan (daya tarik) potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh
dari potensi tersebut. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan
hubungan (kedekatan) antara dua daerah, dimana daerah dianggap sebagai
suatu daerah yang memiliki daya tarik menarik, sehingga akan muncul
hubungan saling mempengaruhi antara kedua daerah tersebut. Tabel
dibawah memperlihatkan hasil analisis gravitasi yang telah dilakukan
untuk melihat daya tarik setiap kelurahan.
Tabel 26. Nilai Interaksi Antar Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun
2022
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi
82
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi
83
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi
84
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah Kelurahan Lere
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah. Hal ini disebabkan
oleh jarak antara Kelurahan Siranindi dengan Kelurahan Kamonji yang
dekat, sementara dengan Kelurahan Lere membutuhkan jarak yang
jauh, sehingga mempengaruhi aksebilitasnya.
d. Kelurahan Kamonji sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Siranindi, Kelurahan Balaroa,
Kelurahan Baru, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Lere. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Kamonji memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Siranindi. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah Kelurahan Lere
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah.
e. Kelurahan Balaroa sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Kamonji, Kelurahan Lere,
Kelurahan Siranindi, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Balaroa memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah Kelurahan Baru
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah.
f. Kelurahan Lere sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji,
Kelurahan Balaroa, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi. Dari ke
lima kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Baru merupakan daerah yang
paling kuat hubungannya dengan Kelurahan Lere. Ini terlihat dari nilai
interaksinya yang paling tinggi dari empat kelurahan lainnya.
Sementara itu kelurahan yang paling kecil intraksinya adalah
Kelurahan Siranindi. Akan tetapi dari antara kelima daerah
hinterlandnya, terlihat nilai interaksinya tidak berbeda jauh antara satu
dengan yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa Kelurahan Baru
85
memiliki hubungan yang kuat dan merata dengan Kabupaten
hinterlandnya.
86
(84.175.122.873). Hal ini dipengaruhi oleh jarak yang rendah antara
wilayah-wilayah tersebut, yang memungkinkan biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk berinteraksi menjadi lebih efisien. Selain itu, jumlah
populasi di setiap wilayah juga berperan penting dalam menentukan
kekuatan interaksi. Semakin tinggi jumlah populasi di antara wilayah-
wilayah tersebut, semakin kuat pula interaksi yang terjadi, baik dalam
pergerakan manusia, barang, maupun jasa. Ini artinya, Kelurahan Siranindi
memiliki daya tarik yang paling dominan bagi wilayah hinterland lainnya.
87
Gambar 7. Peta Interaksi Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
88
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).
89
4.2.4 Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat
Berdasarkan hasil analisis skalogram yang telah diolah sebelumnya,
maka dapat diketahui wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan di
Kecamatan Palu Barat yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, dan
Kelurahan Lere. Hal ini dikarenakan dari 6 Kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Palu Barat yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru, Kelurahan
Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa, dan Kelurahan lere.
Maka, Kelurahan yang berada pada hierarki pertama terdapat pada
Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, dan Kelurahan Lere karena
mempunyai kelengkapan fasilitas yang lengkap. Selanjutnya pada hierarki
kedua dan ketiga tidak terdapat Kelurahan yang masuk klasifikasi, untuk
hierarki ke empat terdapat Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji, dan
Kelurahan Balaroa.
Akan tetapi dalam penggunaan analisis skalogram, analisis ini memiliki
kelemahan dalam penentuan pusat pertumbuhan. Untuk menentukan suatu
wilayah sebagai pusat pertumbuhan tidak hanya ditentukan berdasarkan
keberadaan atau kelengkapan setiap jenis fasilitas tetapi juga dengan
mempertimbangkan frekuensinya atau kelangkaan dari setiap fungsi-fungsi
fasilitas. Kelurahan sebagai pusat-pusat pertumbuhan diperoleh tidak hanya
dengan menggunakan analisis skalogram tetapi perlu dilanjutkan dengan
analisis indeks sentralitas. Berdasarkan hasil perhitungan analisis indeks
sentralitas maka diketahui bahwa Kelurahan yang terdapat pada hierarki I
berjumlah 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Ujuna, dan Kelurahan Lere, pada
hierarki II dan Hierarki III tidak terdapat Kelurahan yang masuk klasifikasi,
sedangkan pada hierarki IV berjumlah 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Baru,
Kelurahan Kamonji, dan Kelurahan Balaroa dengan mempertimbangkan
seluruh analisis yang telah dilakukan pada hasil penelitian tahun 2018.
Kemudian Kelurahan yang berada pada Hierarki I ialah Kelurahan Ujuna
dan Kelurahan Lere. Pada Hierarki II terdapat Kelurahan Siranindi, dan
Hierarki III tidak terdapat kelurahan yang masuk Klasifikasi . Pada Hierarki
IV terdapat Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji dan Kelurahan Balaroa.
Dengan mempertimbangkan seluruh analisis yang telah dilakukan pada hasil
90
penelitian tahun 2022, dapat diketahui dengan menggunakan analisis
skalogram dan analisis indeks sentralitas telah diproyeksikan yaitu
Kelurahan Ujuna sebagai pusat pertumbuhan. Selanjutnya untuk melihat
daya tarik pusat pertumbuhan pada suatu wilayah maka ditentukan nilai
interaksinya. Hasil analisis gravitasi menunjukan bahwa kelurahan yang
memiliki nilai interaksi tertinggi satu dengan lainnya ialah Kelurahan
Siranindi terhadap Kelurahan Kamonji . Kekuatan interaksi wilayah
tertinggi kedua terjadi antara wilayah Kelurahan Ujuna terhadap Kelurahan
Siranindi, dan ketiga terjadi antara wilayah Kelurahan Kamonji terhadap
Kelurahan Balaroa. Kelurahan yang mendominasi berdasarkan nilai
interaksi tertinggi adalah Kelurahan Siranindi. Kelurahan ini terlibat dalam
dua dari tiga wilayah dengan nilai gravitasi tertinggi. Hal ini dipengaruhi
oleh rendahnya jarak antar wilayah yang semakin memperbesar kekuatan
interaksi antar wilayah sehingga biaya dan waktu dibutuhkan juga akan
semakin rendah, selain itu kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh populasi
antar wilayah karena suatu interaksi bisa ditandai dengan adanya pergerakan
manusia, barang dan jasa, semakin tinggi populasi antar wilayah yang
dimiliki antar wilayah maka akan memiliki kekuatan interaksi yang tinggi.
Ini artinya, Kelurahan Siranindi memiliki daya tarik yang paling dominan
bagi wilayah hinterland lainnya.
91
Gambar 8. Peta Pusat Pertumbuhan Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).
92
Gambar 9. Peta Pusat Pertumbuhan Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).
93
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan analisis Gravitasi (interaksi wilayah) yang dilakukan bahwa
tahun 2022 kelurahan yang memiliki nilai interaksi tertinggi satu dengan
lainnya ialah Kelurahan Siranindi terhadap Kelurahan Kamonji dengain
nilai gravitasi nya (91.174.687.500). Kekuatan interaksi wilayah tertinggi
kedua terjadi antara wilayah Kelurahan Ujuna terhadap Kelurahan
Siranindi dengan nilai gravitasi (84.175.122.873) dan ketiga terjadi
antara wilayah Kelurahan Kamonji terhadap Kelurahan Balaroa dengan
nilai gravitasi (52.722.065.295).
Kelurahan yang mendominasi berdasarkan nilai interaksi tertinggi
adalah Kelurahan Siranindi. Kelurahan ini terlibat dalam dua dari tiga
wilayah dengan nilai gravitasi tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
rendahnya jarak antar wilayah yang semakin memperbesar kekuatan
interaksi antar wilayah sehingga biaya dan waktu dibutuhkan juga akan
semakin rendah, selain itu kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh
populasi antar wilayah karena suatu interaksi bisa ditandai dengan
adanya pergerakan manusia, barang dan jasa, semakin tinggi populasi
antar wilayah yang dimiliki antar wilayah maka akan memiliki kekuatan
interaksi yang tinggi. Ini artinya, Kelurahan Siranindi memiliki daya tarik
yang paling dominan bagi wilayah hinterland lainnya. Dibandingkan
dengan hasil analisis gravitasi berdasarkan Data tahun 2018 bahwa
kelurahan yang mendominasi memiliki nilai interaksi yang tinggi satu
dengan lainnya ialah Kelurahan Siranindi. Kelurahan Siranindi memiliki
nilai interaksi paling tinggi dengan Kelurahan Kamonji (209.467.514.65)
dan Kelurahann Ujuna (193.340.638.52).
94
2. Dari 6 kelurahan dengan hasil analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas
dihasilkan bahwa Kelurahan yang berada pada Hierarki I ialah Kelurahan
Ujuna , dan Kelurahan Lere. Pada Hierarki II terdapat Kelurahan
Siranindi, dan Hierarki III tidak terdapat kelurahan yang masuk
Klasifikasi . Pada Hierarki IV terdapat Kelurahan Baru, Kelurahan
Kamonji dan Kelurahan Balaroa. Dengan mempertimbangkan seluruh
analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini tahun 2022, yang bisa
diproyeksikan untuk dijadikan pusat pertumbuhan baru (utama) ialah
Kelurahan Ujuna.
Dibandingkan dengan hasil analisis Skalogram dan Indeks
Sentralitas berdasarkan data tahun 2018 Dari 6 kelurahan dengan hasil
analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas dihasilkan Bahwa kelurahan
yang Berada pada Hierarki I ialah Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi
dan Kelurahan Lere. Pada Hierarki II dan III Tidak terdapat kelurahan
yang masuk Klasifikasi . Pada Hierarki IV terdapat Kelurahan Baru,
Kelurahan Kamonji dan Kelurahan Balaroa. Dengan mempertimbangkan
seluruh analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini tahun 2018,
yang bisa diproyeksikan untuk dijadikan pusat pertumbuhan baru (utama)
ialah Kelurahan Ujuna. Artinya pada tahun 2018 dan 2022 Pusat
pertumbuhan ada pada Kelurahan Ujuna.
95
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diberikan saran sebagai
berikut :
Penelitian ini menunjukkan penentuan pusat pertumbuhan pada skala
Kecamatan. Selanjutnya telah diketahui kelurahan-kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Palu Barat yang menjadi pusat pertumbuhan dilihat dari hierarki
perkotaannya dan interaksi wilayahnya. Agar seluruh pembangunan merata di
Kecamatan Palu barat, Pemerintah harus lebih memberikan prioritas terhadap
Kecamatan dengan hierarki terendah, peningkatan prioritas fasilitas
pelayanan, prasarana maupun penunjang lainnya untuk menciptakan
Kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan wilayah.
Adapun penelitian ini di tunjukan kepada Pemerintah dan para peneliti
yang ingin meneliti lebih lanjut atau ingin mengembangkan mengenai
penetuan pusat pertumbuhan disuatu wilayah pada skala pertumbuhan yang
lebih besar yaitu perlunya menindaklanjuti penetapan Kecamatan Palu Barat
sebagai pusat pertumbuhan seingga penyelenggaraan Pemerintahan dan
pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat semakin baik. Perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pola interaksi antara pusat
pertumbuan wilayah hinterland-nya (pola interaksi wilayah) yang meliputi
pola interaksi pelayanan sosial, pola interaksi fisik, dan pola interaksi
ekonomi. Hal ini dikarenakan, dalam penelitian ini mencakup skala
penentuan pusat pertumbuhan yang berada di salah satu Kecamatan di Kota
Palu. Oleh sebab itu, diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi untuk peneliti selanjutnya.
5.3 Rekomendasi
Berikut merupakan rekomendasi dalam penelitian ini yang ditunjukan
untuk Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Kota Palu. Hasil penelitian ini
dapat menjadi rekomendasi atau bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam
menata kembali fungsi pusat pertumbuhan di Kecamatan Palu Barat. Selain
itu, pusat pertumbuhan baru sebaiknya diarahkan pada upaya mendorong
proses pertumbuhan daerah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
daerah. Sejalan dengan hal tersebut sebaiknya juga di upayakan untuk terus
96
mendorong daya saing daerah menjadi meningkat. Kemudian, diarahkan pada
upaya pengembangan kerjasama secara intensif dan berkelanjutan antara
kecamatan sehingga pembangunan tidak hanya di nikmati oleh pusat-pusat
pertumbuhan itu sendiri tetapi juga dapat di nikmati oleh daerah-daerah
sekitarnya. Perlu adanya peningkatan jumlah atas ketersediaan fasilitas
ekonomi, sosial, dan pemerintahan terutama di Kecamatan-kecamatan yang
tidak termasuk sebagai pusat pertumbuhan untuk mendorong hinterland agar
memudahkan interaksi sehingga akan memacu kegiatan ekonomi. Bagi
peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan pengkajian analisis yang
lebih mendalam tentang penentuan pusat pertumbuhan di Kecamatan Palu
Barat terhadap wilayah pengaruhnya juga memperpanjang periode penelitian
sehingga bisa memperoleh hasil yang lebih baik. Hasil penelitian ini juga
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi perencana dalam
merencanakan tata ruang wilayah.
97
DAFTAR PUSTAKA
Ade Arsyad, Azhar. (2002). Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Andrey Roland Gunena, Sonny Tilaar dan Esli Takumansang. (2014). Hirarki
Wilayah Kota Manado.
Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2018. Kota Palu.
Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2019. Kota Palu.
Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2020. Kota Palu.
Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2021. Kota Palu.
Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2022. Kota Palu.
98
Glasson, John (1990). Pengenalan Perancangan Wilayah Konsep dan Amalan
(alih bahasa Ahris Yaakub). Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian
Pendidikan Malaysia Kuala lumpur.
Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16 Tahun 2011. Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palu Tahun 2010 – 2030. Kota Palu.
99
Saruhian, Aryan. (2006). Identifikasi Dan Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan
Ekonomi Di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Tesis,
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok. http://
www.digilib.ui.ac.id diakses 30 Oktober 2009.
Tarigan, Robinson. (2005). Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi, Bumi Aksara,
Jakarta.
Tarigan, Robinson. (2006). Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Medan: Bumi
Aksara.
Wibowo, Rudi dan Soetriono. (2004). Konsep, Teori, dan Landasan Analisis
Wilayah. Bayumedia Publishing. Malang.
100
LAMPIRAN
LAMPIRAN
101
DOKUMENTASI
102
Wawancara Bersama Pihak Kantor Kelurahan Lere
(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)
103
Salah Satu Jalan Yang Terdampak Bencana (Jln. Cumi-Cumi) di Kelurahan Lere
(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)
104
Salah Satu Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Lere
(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)
105
Salah Satu Fasilitas Peribadatan di Kelurahan Ujuna
(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)
106