Anda di halaman 1dari 115

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

ANALISIS PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN DI


KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

Diajukan sebagai
Usulan Tugas Akhir Program S-1
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh :

Muhammad Rizaldy Putra

Stb. F 231 17 114

Dibimbing Oleh :

Supriadi Takwim, S.T.,M.Eng

Nip. 19880113 202012 1 009

PROGRAM STUDI S-1


PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
FINAL PROJECT
URBAN AND REGIONAL PLANNING

ANALYSIS OF THE DETERMINATION OF GROWTH


CENTERS IN THE WEST PALU SUB-DISTRICT OF PALU
CITY

Submitted as
Final Project of S-1 Study Program
Urban and Regional Planning Engineering

Compiled by :

Muhammad Rizaldy Putra

Stb. F231 17 114

Supervised by :

Supriadi Takwim, S.T.,M.Eng

Nip. 19880113 202012 1 009

STUDY PROGRAM S-1


URBAN AND REGIONAL PLANNING
ARCHITECTURE DEPARTMENT FACULTY OF
ENGINEERING
TADULAKO UNIVERSITY
2024
REKOMENDASI
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

ANALISIS PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN


DI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

Oleh:

Muhammad Rizaldy Putra


Stb. F231 17 114

Palu, Januari 2024


Menyetujui,
Pembimbing

Supriadi Takwim, S.T., M.Eng


NIP. 19880113 202012 1 009

Palu, Januari 2024


Mengetahui,
Koordinator Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Iwan Setiawan Basri, S.T., M.Si


NIP. 19721003 199903 1 003

i
ABSTRAK
Muhammad Rizaldy Putra (F231 17 114) dengan judul skripsi “Analisis
Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat Kota Palu” dibimbing oleh
Supriadi Takwim, S.T.,M.Eng
Kecamatan Palu Barat merupakan salah satu Kecamatan yang mengalami dampak
kerusakan akibat dari bencana alam yang menimpa Kota Palu pada tahun 2018, hal ini
dikarenakan Kecamatan Palu Barat berbatasan dengan Teluk Palu yang terdapat jalur
sesar aktif yaitu sesar Palu Koro. Kerusakan dan kerugian yang dirasakan efeknya bagi
suatu wilayah di mana tempat terjadinya musibah bencana alam tersebut mengakibatkan
dampak sosial serta ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada tinjauan kembali mengenai
penentuan pusat pertumbuhan dari hierarki perkotaan serta interaksi wilayah pasca
bencana alam 28 September 2018 di Kecamatan Palu Barat.
Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Metode
analisis yang digunakan yaitu analisis skalogram guttman, indeks sentralitas dan analisis
gravitasi.
Hasil penelitian ini dengan mempertimbangkan seluruh analisis yang telah dilakukan,
yang bisa diproyeksikan untuk dijadikan pusat pertumbuhan (utama) ialah Kelurahan
Ujuna.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam
menata kembali fungsi pusat pertumbuhan di Kecamatan Palu Barat. Selain itu, pusat
pertumbuhan baru sebaiknya diarahkan pada upaya mendorong proses pertumbuhan
daerah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga pembangunan tidak hanya
dinikmati oleh pusat pertumbuhan itu sendiri tetapi juga dapat dinikmati oleh daerah
sekitarnya.

Kata Kunci : Pusat Pertumbuhan, Hierarki Perkotaan, Interaksi Wilayah,


Kecamatan Palu Barat

ii
ABSTRACT
Muhammad Rizaldy Putra (F231 17 114) with the title of thesis "Analysis Of The
Determination Of Growth Centers In The West Palu Subdistrict Of Palu City"
supervised by Supriadi Takwim, S.T., M.Eng. M.Eng
West Palu Sub-district is one of the sub-districts that suffered damage due to the
natural disaster that hit Palu City in 2018, this is because West Palu Sub-district borders
Palu Bay which has an active fault line, the Palu Koro fault. Damage and losses that are
felt to affect an area where a natural disaster occurs result in social and economic
impacts. Therefore, it is necessary to review the determination of growth centers from the
urban hierarchy and regional interactions after the September 28, 2018 natural disaster
in West Palu Sub-district.
This type of research uses quantitative methods with a descriptive approach, the data
used in this research are secondary data and primary data. The analysis methods used
are guttman scalogram analysis, centrality index and gravity analysis.
The results of this study by considering all the analysis that has been done, which can
be projected to become a growth center (main) is Ujuna Village.
The results of this study can be taken into consideration for the government in
reorganizing the function of growth centers in West Palu Sub-district. In addition, the
new growth center should be directed at efforts to encourage the process of regional
growth by utilizing its potential so that development is not only enjoyed by the growth
center itself but also by the surrounding area.

Keywords: Growth Center, Urban Hierarchy, Regional Interaction, West Palu


Sub-district

iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Warahmatullahi, Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat Kota Palu” ini selesai
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang telah menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT.
Penelitian dan penulisan ini dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu.

Dengan terselesaikannya penulisan ini, penulis ingin menyampaikan banyak


terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Hanapi & Ibunda
Hamida yang senantiasa dan tak henti-hentinya memberikan doa, kasih sayang,
didikan, bimbingan, bantuan, dorongan dan segala fasilitas yang menjadi motivasi
penulis dalam menyelesaikan studi selama ini. Semoga Allah SWT. senantiasa
memberkati dan melimpahkan kesehatan serta kesejahteraan-Nya Aamiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dengan keterbatasan pengetahuan yang
penulis miliki, pada skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan baik
didalam penulisan maupun penyajian, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca untuk dapat menjadi acuan bagi penulis demi
kebaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih
dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Dr. Muhammad Bakri,
ST., MT selaku Dosen Wali, serta bapak Supriadi Takwim, S.T., M.Eng selaku
Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan
arahan secara terus-menerus dan juga memberikan motivasi serta masukan yang
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv
Pada penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT. atas segala karunia, rezeki dan kemudahan serta ridho-
Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tua, ayahanda tersayang Hanapi dan ibunda tercinta
Hamida yang memberikan dukungan moril dan material serta doa
yang dipanjatkan kepada Allah SWT. untuk penulis.
3. Bapak Dr. Eng., Ir. Rifai, ST., M.Si., M.Sc selaku Ketua Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
4. Bapak Ir. Iwan Setiawan Basri, S.T., M.Si selaku Ketua Koordinator
Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Teknik Universitas Tadulako.
5. Bapak Ir. Muhammad Najib, MT selaku Ketua Sidang Tugas Akhir
yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan tugas akhir.
6. Bapak Aziz Budianta, S.Si., MT selaku penguji yang memberikan
saran dan masukan untuk melengkapi tugas akhir.
7. Bapak Dr. Muhammad Bakri, ST., MT selaku dosen wali dan
penguji yang telah memberikan dukungan pengarahan selama masa
perkuliahan.
8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah sepenuh hati mengajar dan banyak
membantu dalam memberikan pemahaman terkait mata kuliah
terutama yang sangat membantu penulis dalam perkuliahan maupun
dalam penyelesaian tugas akhir, serta staf – staf program studi Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Tadulako yang selalu membantu dalam
penyelesaian administrasi.
9. Sahabat tercinta Clara Steviani Mosi yang selalu memberikan
motivasi, dukungan dan bantuan yang selalu menjadi penyemangat.

v
10. Rekan – rekan angkatan Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota 2017,
terima kasih atas semangat dan dukungannya selama penulis
melakukan penyusunan.
11. Kakak saya Dede Rivaldy S.Pd serta ketiga adik saya yang tersayang
Dina Amalia, Dinda Magfira, Muh. Aqsa yang memberikan
dukungan moril dan material serta doa yang dipanjatkan kepada Allah
SWT. untuk penulis.
12. Saudara – saudari Campnabis yang tercinta yang telah menemani saya
dari semester 1 sampai dengan sekarang Shadiq, Aldi, Ekal, Afik,
Rahmat, Faisal, Fery, Samuel, Abil, Anhar, Ryan, Taufiq, Sutan,
Tian, Ichsan, Apin, Altar, Kipli, Nini, Ninis, Ariani, Tri, Tasya,
Wiska, Suci, Icha dan teman – teman yang lain yang tidak mungkin
saya sebutkan satu – satu, terimakasih atas kekeluargaan yang terjalin
selama ini dan kompak setia menemani penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir.
13. Terima kasih kepada Dina Amalia, Dian Fitriani T. Supit, Nini
Widhi Ningsi, Moh. Faisal, S.PWK, M. Shadiq Akbar Ponulele,
S.PWK dan Yuni Rizki Awwaliin S.WPK yang telah membantu
penulis secara moral dan moril selama penulis melakukan penyusunan.
14. Sepupu saya Muh. Abi Rafdi dan Andi Wanda Aulia Srimala Putri
yang seperjuangan dari awal kuliah sampai sekarang.
Tentunya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat serta menambah ilmu pengetahuan, khususnya
mengenai penentuan pusat pertumbuhan wilayah bagi para perencana dan
semua pihak.

Palu, Januari 2024

Muhammad Rizaldy Putra


Stb. F 231 17 114

vi
DAFTAR ISI

REKOMENDASI ................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

ABSTRACT ......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................3

1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................................3

1.4 Tujuan dan Sasaran ........................................................................................3

1.4.1 Tujuan ......................................................................................................3

1.4.2 Sasaran .....................................................................................................3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................4

1.5.1 Ruang Lingkup Materi (Substansi) ..........................................................4

1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah (Spasial)...........................................................4

1.6 Manfaat Penelitian .........................................................................................4

1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................................5

1.8 Batasan Istilah ...............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

2.1 Teori Pusat Pertumbuhan ...............................................................................7

2.2 Bencana .........................................................................................................9

2.2.1 Pengertian Bencana Secara Umum ..........................................................9

vii
2.2.2 Jenis – Jenis Bencana.............................................................................10

2.3 Teori Tempat Sentral ...................................................................................11

2.4 Analisis Skalogram .......................................................................................11

2.5 Model Gravitasi ...........................................................................................14

2.6 Indeks Sentralitas .........................................................................................15

2.7 Penelitian Terdahulu ....................................................................................16

2.8 Kerangka Pikir .............................................................................................20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................21

3.1 Jenis Dan Pendekatan Penelitian .................................................................21

3.2 Lokasi Penelitian .........................................................................................21

3.3 Waktu Penelitian .........................................................................................23

3.4 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................23

3.5 Jenis dan Sumber Data ................................................................................24

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..........................................24

3.7 Teknik Analisis Data ...................................................................................25

3.7.1 Analisis Gravitasi...................................................................................25

3.7.2 Analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas............................................27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................31

4.1 Hasil .............................................................................................................31

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah ....................................................................31

4.1.2 Kependudukan .......................................................................................38

4.1.3 Kondisi Sarana Kecamatan Palu Barat ..................................................39

4.2 Pembahasan .................................................................................................41

4.2.1 Analisis Skalogram ................................................................................41

4.2.2 Analisis Indeks Sentralitas .....................................................................57

4.2.3 Analisis Gravitasi...................................................................................73

viii
4.2.4 Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat .....................85

BAB V PENUTUP ................................................................................................89

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................89

5.2 Saran ............................................................................................................91

5.1 Rekomendasi ...............................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................93

LAMPIRAN .........................................................................................................96

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lokasi Penelitian ..................................................................................22
Gambar 2. Peta Batas Administrasi Kecamatan Palu Barat ...................................34
Gambar 3. Peta Topografi Kecamatan Palu Barat .................................................35
Gambar 4. Peta Klimatologi Kecamatan Palu Barat ..............................................36
Gambar 5. Peta Geologi Kecamatan Palu Barat ....................................................37
Gambar 6. Peta Klasifikasi Hierarki Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun 202272
Gambar 7. Peta Interaksi Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun 2022 ................84
Gambar 8. Peta Pusat Pertumbuhan Kecamatan Palu Barat Tahun 2018 ..............87
Gambar 9. Peta Pusat Pertumbuhan Kecamatan Palu Barat Tahun 2022 ..............88

x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian Terdahulu ................................................................................16
Tabel 2. Waktu Penelitian ......................................................................................23
Tabel 3. Variabel Penelitian ...................................................................................25
Tabel 4. Jumlah Penduduk Tiap Kelurahan Pada Kecamatan Palu Barat Tahun
2022 ........................................................................................................................38
Tabel 5. Jumlah Sebaran Sarana Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu Barat Tahun
2022 ........................................................................................................................40
Tabel 6. Sebaran Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 201842
Tabel 7. Pengurutan Kelengkapan Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu
Barat Tahun 2018 ...................................................................................................43
Tabel 8. Pengkodean Jenis Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat
Tahun 2018 ............................................................................................................44
Tabel 9. Perhitungan Jumlah Eror Tiap Fasilitas di Kecamatan Palu Barat Tahun
2018 ........................................................................................................................45
Tabel 10. Hasil Analisis Skalogram Guttman Tahun 2018 ...................................48
Tabel 11. Sebaran Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 202250
Tabel 12. Pengurutan Kelengkapan Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu
Barat Tahun 2022 ...................................................................................................51
Tabel 13. Pengkodean Jenis Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat
Tahun 2022 ............................................................................................................52
Tabel 14. Perhitungan Jumlah Eror Tiap Fasilitas di Kecamatan Palu Barat Tahun
2022 ........................................................................................................................53
Tabel 15. Hasil Anasilis Skalogram Guttman Tahun 2022 ...................................56
Tabel 16. Bobot Sarana Tiap Kelurahan Kecamatan Palu Barat Tahun 2018 .......58
Tabel 17. Perhitungan Indeks Sentralitas Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu
Barat Tahun 2018 ...................................................................................................60
Tabel 18. Hasil Hierarki PelayananBerdasarkan Analisis Indeks Sentralitas Tahun
2018 ........................................................................................................................62
Tabel 19. Hierarki Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Berdasarkan Analisis
Skalogram dan Indeks Sentralitas Tahun 2018 ......................................................63

xi
Tabel 20. Bobot Sarana Tiap Kelurahan Kecamatan Palu Barat Tahun 2022 .......66
Tabel 21.Bobot Perhitungan Indeks Sentralitas Tiap Kelurahan Di Kecamatan
Palu Barat Tahun 2022 ...........................................................................................68
Tabel 22. Hasil Hierarki Pelayanan Berdasarkan Analisis Indeks Sentralitas Tahun
2022 .......................................................................................................................70
Tabel 23. Hierarki Kelurahan di Kecamatan Palu Barat berdasarkan Analisis
Skalogram dan Indeks Sentralitas Tahun 2018 ......................................................71
Tabel 24. Nilai Interaksi Antar Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun
2018............................................................................................................73
Tabel 25. Urutan Nilai Interaksi Antar Wilayah Tahun 2018 ................................76
Tabel 26. Nilai Interaksi Antar Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022 78
Tabel 27. Urutan Nilai Interaksi Antar Wilayah Tahun 2022 ...............................82

xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan adalah sebagai upaya suatu institusi publik untuk membuat
arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik
Negara maupun didaerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang
dimiliki oleh wilayah tersebut. Menurut Widodo, 2006 (dalam Wicaksono,
2018), bahwa dalam sebuah proses Perencanaan, lembaga perencana wajib
memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keamanan, kondisi fisik, segi
pembiayaan serta kualitas sumber daya yang ada di wilayah tersebut.
Perencanaan akan menghasilkan rencana yang selanjutnya diimplementasikan
dalam pelaksanaan pembangunan.
Adanya wilayah dan penduduk yang merupakan komponen penting dari
suatu kota tersebut tentunya harus didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan.
Pusat pertumbuhan digunakan untuk menggerakan dan memacu
Pembangunan. Pusat pertumbuhan dapat diartikan dengan dua cara, yaitu
secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan
adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang
karena sifat hubungannya memiliki unsur – unsur kedinamisan sehingga
mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar
(daerah belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu
lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat
daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha
tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan
fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi
antara usaha – usaha tersebut. Tidak semua kota generatif dapat dikategorikan
sebagai pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri,
yaitu adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki
nilai ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi
geografis, dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan,
2004).

1
Kota Palu berada pada kawasan dataran lembah Palu dan Teluk Palu. Luas
wilayah Kota Palu, adalah 395,06 km² yang berada pada kawasan dataran
lembah Palu dan teluk Palu. Kota Palu terdiri dari 8 Kecamatan, Kecamatan
Palu Barat, Tatanga, Ulujadi, Palu Selatan, Palu Timur, Mantikulore, Palu
Utara dan Tawaeli (Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2022).
Kota Palu merupakan ibu kota dari Provinsi Sulawesi Tengah yang
mengalami pertumbuhan penduduk dengan kategori sedang, dimana tercatat
pada Buku Badan Pusat Statistik Kota Palu dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir yaitu tahun 2018-2022 mengalami peningkatan dan penurunan jumlah
penduduk yang tersebar di delapan kecamatan, salah satu kecamatan yang
mengalami peningkatan dan penurunan jumlah penduduk yaitu Kecamatan
Palu Barat. Jumlah penduduk di Kecamatan Palu Barat berdasarkan hasil
proyeksi tahun 2022 adalah 44.495 jiwa. Peningkatan terjadi pada tahun 2018-
2019 dimana pada tahun 2018 jumlah penduduk Kecamatan Palu Barat
berjumlah 51.384 jiwa, pada tahun 2019 terdapat 64.196 jiwa. Selanjutnya
mengalami penurunan jumlah penduduk pada tahun 2020-2022, pada tahun
2020 terdapat 46.435 jiwa, untuk tahun 2021 terdapat 49.279 jiwa, kemudian
pada tahun 2022 terdapat 44.495 jiwa (Kecamatan Palu Barat Dalam Angka
Tahun 2018 – 2022). Salah satu akibat dari penurunan jumlah penduduk
diakibatkan oleh dampak bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi
yang terjadi pada tanggal 28 September 2018. Bukan hanya korban jiwa tetapi
juga kerusakan dan kerugian yang dirasakan efeknya bagi suatu wilayah di
mana tempat terjadinya musibah gempa bumi tersebut mengakibatkan dampak
sosial serta ekonomi.
Kecamatan Palu Barat merupakan salah satu yang mengalami dampak
kerusakan dari bencana tersebut, hal ini dikarenakan Kecamatan Palu Barat
berbatasan dengan Teluk Palu yang terdapat jalur sesar aktif yaitu sesar Palu
Koro dan pada gempa tersebut terjadi maka terjadi pula bencana tsunami dan
bencana likuifaksi menerjang kecamatan tersebut diwaktu yang bersamaan.
Hal ini, menimbulkan peristiwa buruk yang akhirnya menurunkan tingkat
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Penentuan pusat pertumbuhan akan
mendorong pemerataan fasilitas pelayanan di Kecamatan Palu Barat dan akan

2
memberikan peluang untuk mempu memberikan pelayanan serta menyebarkan
efek yang menguntungkan bagi wilayah disekitarnya dan mereduksi
kemungkinan dampak atau pengaruh negatif yang akan ditimbulkan sehingga
tercipta keseimbangan lingkungan yang nyaman bagi manusia dan makhluk
hidup lain yang termasuk didalamnnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah terdapat pada penelitian adalah dampak yang disebabkan
bencana alam pada tanggal 28 September 2018, mengakibatkan kerusakan
fasilitas yang berdampak di Kecamatan Palu Barat dan juga mengakibatkan
jumlah penduduk secara signifikan berkurang pasca bencana di Kecamatan
Palu Barat. Oleh karena itu, perlu ada tinjauan kembali mengenai penentuan
pusat pertumbuhan yang ditinjau dari hierarki perkotaan serta interaksi
wilayah pasca bencana alam 28 September 2018 di Kecamatan Palu Barat.
Penelitian ini dilakukan karena mengingat kerugian yang ditimbulkan pasca
bencana, yang tentunya akan berdampak pada perubahan pusat pertumbuhan.
Oleh sebab itu, tentunya perlu diketahui wilayah yang berpotensi menjadi
pusat pertumbuhan dan dapat melayani sekitarnya.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Adapun pertanyaan penelitian yang terdapat pada tugas akhir ini sebagai
berikut :
1. Kelurahan manakah yang menjadi pusat pertumbuhan di Kecamatan
Palu Barat?
1.4 Tujuan dan Sasaran
1.4.1 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pusat pertumbuhan di
Kecamatan Palu Barat.

1.4.2 Sasaran
Menganalisis kelurahan mana yang dapat menjadi pusat pertumbuhan di
Kecamatan Palu Barat.

3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup studi ini dibedakan menjadi ruang lingkup materi
(Substansi) dan ruang lingkup wilayah (Spasial), yang digunakan sebagai
batasan operasional pelaksanaan penelitian.

1.5.1 Ruang Lingkup Materi (Substansi)


Ruang lingkup materi dalam penelitian yaitu mencakup suatu proses yang
dimulai dengan pengamatan pada wilayah studi, identifikasi potensi dan
permasalahan wilayah studi, pengumpulan data dan pengolahan data serta
analisis sehingga dapat menghasilkan arahan atau rekomendasi untuk
mengatasi potensi dan permasalahan yang ada di wilayah tersebut.
Kemudian aspek – aspek tersebut akan diolah berdasarkan teknik analisis
yang digunakan yaitu analisis skalogram guttman, analisis indeks sentralitas
dan analisis gravitasi.

1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah (Spasial)


Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini yaitu berfokus di Kecamatan
Palu Barat, yang terletak di sebelah barat Kota Palu. Kecamatan Palu Barat
memiliki 6 kelurahan yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru, Kelurahan
Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa dan Kelurahan Lere.

1.6 Manfaat Penelitian


Apabila tujuan tersebut di atas tercapai, maka diharapkan penelitian ini
dapat berguna bagi semua pihak yang membaca maupun kepada pihak – pihak
terkait di dalamnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat dari penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah
pengetahuan serta sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Tadulako.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan
kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan pertumbuhan wilayah
kecamatan.
3. Sebagai bahan yang dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat
dalam bidang ekonomi terutama mengenai pusat pertumbuhan.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

4
1.7 Sistematika Penulisan
Apabila tujuan tersebut di atas tercapai, maka diharapkan penelitian ini
dapat berguna bagi semua pihak yang membaca maupun kepada pihak – pihak
terkait di dalamnya. Adapun manfaat Untuk memudahkan dalam memahami
penulisan ini secara keseluruhan, maka penulisan dibagi menjadi 5 bab yaitu
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan dalam bab ini diuraikan berdasarkan latar belakang,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
penelitian yang terbagi menjadi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup
substansi, manfaat penelitian, sistematika penulisan, dan batasan istilah.

Bab II Tinjauan Pustaka dalam bab ini diuraikan berdasarkan teori pusat
pertumbuhan, teori pusat pertumbuhan ekonomi, bencana, teori tempat sentral,
analisis skalogram, model gravitasi, indeks sentralitas, penelitian terdahulu,
dan kerangka piker.

Bab III Metode Penelitian dalam bab ini diuraikan berdasarkan jenis dan
pendekatan penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, teknik
pengumpulan data, jenis dan sumber data, definisi operasional dan pengukuran
variabel, serta teknik analisis data.

Bab IV Hasil dan Pembahasan dalam bab ini menjelaskan mengenai


gambaran umum wilayah serta hasil penjabaran dari analisis yang telah
dilakukan.

Bab V Penutup dalam bab ini akan membahas mengenai kesimpulan yang
disertai dengan rekomendasi dan saran.

1.8 Batasan Istilah


Batasan-batasan istilah yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1) Pusat Pelayanan Wilayah
Pusat pelayanan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas
dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik pole of attraction
(Tarigan, 2006).

5
2) Hierarki Perkotaan
Tempat–tempat konsentrasi yang umumnya berupa daerah perkotaan
tersebar di suatu wilayah/negara dengan penduduk besarnya kota yang
tidak sama (Robinson Tarigan, 2004).
3) Interaksi Wilayah
Interaksi wilayah atau disebut juga interaksi keruangan merupakan
suatu hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih yang dapat
menyebabkan gejala, kenampakan atau permasalahan baru.
4) Skalogram Guttman
Skalogram guttman adalah untuk mengidentifikasi konsentrasi dari
pusat-pusat pelayanan berdasarkan jumlah dan keragaman fasilitas
yang tersedia dimasing-masing pusat tersebut, dengan asumsi bahwa
konsentrasi adalah kemampuan dari suatu pusat pelayanan untuk
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Wilayah yang
terkena pengaruhnya (Setiawan & Prishardoyo, 2016).
5) Indeks Sentralitas
Indeks sentralitas adalah untuk melihat kemampuan pelayanan suatu
pusat yang ditinjau berdasarkan jumlah unit sarana yang terdapat pada
pusat pelayanan (Rondinelli, 1985).
6) Analisis Gravitasi
Analisis gravitasi untuk mengukur daya tarik yang dimiliki oleh suatu
daerah atau besarnya interaksi antar daerah.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pusat Pertumbuhan
Ketidakhomogennya wilayah dalam suatu daerah baik dalam jumlah
penduduk, iklim, cuaca bahkan fasilitas sosial dan ekonomi menyebabkan
adanya daerah nodal dan spasial. Pada daerah nodal biasanya lebih cepat
bertumbuh daripada wilayah belakangnya dikarenakan pada daerah nodal
memiliki keuntungan aglomerasi ekonomi dan distribusi penduduk yang
terpusat. Akan tetapi tidak semua daerah nodal tersebut mengalami
pertumbuhan secara merata tetapi sering terdapat titik – titik yang menjadi
pendorong perkembangan kegiatan daerah nodal yang dinamakan sebagai
pusat pertumbuhan. Oleh karena itu, untuk mempercepat peningkatan
pendapatan terdapat suatu keharusan untuk membangun sebuah atau beberapa
pusat kekuatan ekonomi dalam suatu Negara atau daerah (Perroux dalam
Adissasmitam, 2005).
Penyebab terjadinya pusat pertumbuhan dikarenakan adanya keuntungan
aglomerasi yang didapat dari keputusan untuk berlokasi pada tempat yang
berkonsentrasi. Keuntungan aglomerasi ini didapat karena adanyanya
keuntungan skala yang berasal dari antara lain; fasilitas – fasilitas perbankan,
sosial, pemerintahan, pasar tenaga kerja, perusahaan jasa – jasa khusus
tertentu (Richardson dalam Paul Sihotang, 2001). Para pemilik modal akan
lebih tertarik untuk berinvestasi di daerah aglomerasi, sehingga menyebabkan
industri – industri menjadi terpusat di daerah ini terutama industri inti (dalam
skala besar). Industri inti mempunyai peran yang sangat penting dalam
menggerakkan perekonomian suatu daerah (Perroux dalam Adissasmita,
2005).
Pusat pertumbuhan dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara
fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah
suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena
sifat hubungannya memiliki unsur – unsur kedinamisan sehingga mampu
menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah
belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang

7
banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik
(pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk
berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang
ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha –
usaha tersebut. Tidak semua kota generatif dapat dikategorikan sebagai pusat
pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu adanya
hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai
ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi
geografis, dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan,
2004).

1. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan


Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada
keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada
satu sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor yang
lainnya, karena saling terkait. Jadi, kehidupan kota menjadi satu irama
dengan berbagai komponen kehidupan kota dan menciptakan sinergi
untuk saling mendukung terciptanya pertumbuhan. Pertumbuhan tidak
terlihat pincang, ada sektor yang tumbuh cepat tetapi ada sektor lain
yang tidak terkena imbasnya sama sekali. Hal ini berbeda dengan sebuah
kota yang fungsinya hanya sebagai perantara (transit). Kota perantara
apabila kota itu hanya berfungsi mengumpulkan berbagai bahan dari
daerah belakangnya dan menjualnya ke kota lain yang lebih besar/luar
wilayah dan membeli berbagai kebutuhan masyarakat dari kota lain dan
dijual atau didistribusikan ke wilayah belakangnya. Pada kota perantara
tidak terdapat banyak pengolahan ataupun kegiatan yang menciptakan
nilai tambah. Kalaupun ada pengolahan hanya bersifat penyortiran
(seleksi) dan pembungkusan, sedangkan kegiatan yang bersifat
mengubah bentuk kegunaan barang masih sedikit.
2. Ada efek pengganda (multiplier effect)
Keberadaan sektor – sektor yang paling terkait dan saling
mendukung akan menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sektor
atas permintaan dari luar wilayah, produksinya meningkat karena ada

8
keterkaitan membuat produksi sektor lain juga meningkat dan akan
terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan
produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan
permintaan dari luar untuk sektor tersebut (sektor yang pertama
meningkat permintaannya). Unsur efek pengganda sangat berperan
dalam membuat kota itu mampu memacu pertumbuhan belakangnya.
Karena kegiatan berbagai sektor dikota meningkat tajam maka
kebutuhan kota akan bahan baku/tenaga kerja yang dipasok dari
belakangnya akan meningkat tajam.
3. Adanya konsentrasi geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa
menciptakan efisiensi diantara sektor-sektor yang saling membutuhkan,
juga meningkatkan daya tarik dari kota tersebut. Orang yang akan datang
ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang
berdekatan. Jadi, kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu,
tenaga, biaya. Hal ini membuat kota itu menarik untuk dikunjungi dan
karena volume transaksi yang makin meningkat akan menciptakan skala
ekonomi sehingga tercapai efisiensi lanjutan.
4. Bersifat mendorong daerah belakangnya
Hal ini berarti antara kota dan wilayah belakangnya terdapat
hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah
belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakangnya
untuk dapat mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang
harmonis dengan wilayah belakangnya dan kota itu memiliki tiga
karakteristik yang disebutkan terdahulu, otomatis kota itu akan berfungsi
untuk mendorong wilayah belakangnya. Jadi, konsentrasi kegiatan
ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan apabila konsentrasi itu
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (diantara
berbagai sektor di dalam kota) maupun ke luar (ke daerah
belakangnya).

9
2.2 Bencana
2.2.1 Pengertian Bencana Secara Umum
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana, pengertian bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,
non alam, dan manusia.
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95
adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana
prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2.2.2 Jenis – Jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana sebagai berikut :

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan
ole kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia

10
dalam penggunaan teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan
pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

2.3 Teori Tempat Sentral


Teori tempat sentral merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa
daerah – daerah nodal itu mempunyai hirarki. Tidak semua daerah bersifat
homogenitas tetapi terdapat perbedaan baik dalam persebaran penduduk
maupun luas wilayahnya (Richardson, 2001). Oleh karena itu, sangat penting
mengetahui tingkat hirarki suatu daerah sehingga dapat dilihat apa yang
dibutuhkan oleh daerah dan kegiatan ekonomi apa yang cocok untuk daerah
tersebut. Teori ini dipolopori oleh Walter Christaller seorang ahli geografi
berkebangsaan Jerman. Christaller memiliki pandangan mengenai suatu
barang dan jasa, bahwa barang – barang dan jasa – jasa memiliki daerah
jangkauannya tersendiri (range) dan produsen memiliki batas minimal luasnya
pasar (threshold) agar dapat berproduksi (Robinson, 2010).
Teori tempat sentral sangat relevan untuk digunakan di dalam perencanaan
wilayah, hal ini dikarenakan teori tempat sentral menjelaskan tiga konsep
dasar yang sangat penting peranannya dalam membangun wilayah yakni
ambang (threshold), lingkup (range) dan hierarki (hierarchy). Ketiga konsep
tersebut, dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan – hubungan
ketergantungan antara pusat – pusat konsentrasi dan wilayah – wilayah
disekitarnya (Adissasmita, 2005).
2.4 Analisis Skalogram
Analisis skalogram pertama kali diperkenalkan oleh Guttman (1950)
sehingga analisis ini sering disebut sebagai analisis skala Guttman. Analisis
skalogram didefinisikan oleh Guttman sebagai salah satu skala satu dimensi
yang menggambarkan respon subyek terhadap obyek tertentu menurut
tingkatan yang sempurna, orang yang mampu menjawab semua pertanyaan
dengan baik akan lebih baik dibandingkan dengan yang mampu menjawab
sebagian saja (Morissan, 2017).
Analisis skalogram mengelompokkan klasifikasi kota berdasarkan pada
tiga komponen fasilitas dasar yang dimilikinya yaitu:

11
1. Differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi. Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan
ekonomi lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas
komersial akan menunjukkan derajat ekonomi kawasan/kota dan
kemungkinan akan menarik sebagai tempat tinggal dan bekerja
2. Solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial.
Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/kota.
Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus persen merupakan
kegiatan sosial namun pengelompokan tersebut masih dimungkinkan
jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan
usaha yang berorientasi pada keuntungan (benefit oriented).
3. Centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi
politik/pemerintahan. Fasilitas ini menunjukkan bagaimana hubungan
dari masyarakat dalam system kota/komunitas. Sentralitas ini diukur
melalui perkembangan hierarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos,
sekolahan, kantor pemerintahan dan sejenisnya. Metode skalogram
adalah metode paling sederhana yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis fungsi wilayah, karena hanya menunjukkan daftar
dari komponen-komponen pendukungnya (Riyadi, 2003) Komponen-
komponen yang dibutuhkan biasanya meliputi :
1) Data pemukiman wilayah yang ditinjau;
2) Jumlah penduduk/populasi masing-masing pemukiman
3) Data fungsi/fasilitas pelayanan yang terdapat pada setiap
pemukiman.

Berdasarkan daftar tersebut, dapat dihitung rasio dari jumlah fungsi


pelayanan yang ada dengan jumlah penduduk, baik dalam skala kabupaten
maupun skala setiap wilayah/kecamatan.

Metode analisis skala Guttman merupakan suatu teknik skala, yang


memiliki sedikit perbedaan dengan teknik-teknik skala lainnya. Perbedaan
tersebut terletak pada persyaratan-persyaratan yang diajukan Guttman dalam

12
membentuk skalanya (Ardila, 2012). Persyaratanpersyaratan tersebut
merupakan sifat-sifatnya yaitu :
1. Variabel-variabel (pernyataan-pernyataan) dalam suatu set pernyataan
harus homogen (undimensional) atau memiliki ketunggalan dimensi.
Artinya skala sebaiknya hanya mengukur satu dimensi saja dari
variabel yang memiliki banyak dimensi. Misalnya, walaupun variabel
nilai anak mempunyai dimensi ekonomi, dimensi psikologi, dan
dimensi sosial, namun suatu skala nilai anak sebaiknya hanya
mengukur salah satu dimensi saja.
2. Seperangkat variabel-variabel dalam suatu set pernyataan harus
bersifat kumulatif, yang berarti pernyataan-pernyataan mempunyai
bobot yang berbeda, dan apabila seorang responden menyetujui
pernyataan yang lebih berat bobotnya, maka dia diharapkan akan
menyetujui pernyataan-pernyataan yang lebih rendah/ringan.

Persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Guttman seperti tersebut di


atas, adapun contoh salah satu dari tiga perangkat variabel yang digunakan
dalam mengukur ketiga fungsi (Ardila, 2012). Variabel-variabel tersebut ialah
sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk pusat perkembangan kota (kota kecamatan).
2. Jumlah tenaga kerja di sektor perkotaan, yang mencakup tenaga kerja
sektor perdagangan, industri, jasa dan pegawai negeri.
3. Jumlah sekolah lanjutan pertama.
4. Jumlah sekolah lanjutan atas.
5. Jumlah akademi dan perguruan tinggi.
Dari variabel-variabel tersebut, jelas bahwa seperangkat variable tersebut
memiliki sifat-sifat homogen dan kumulatif. Semua variable berusaha untuk
dapat mengukur objek tunggal guna mengukur tingkatan perkembangan pusat-
pusat (ibukota-ibukota kecamatan), dan variabel-variabel tersebut
kemungkinan untuk dipunyai pada pusat perkembangan, tersusun dari yang
mudah didapat sampai ke tingkat yang sulit didapat atau sebaliknya (sifat
kumulatif). Cara menyusun dan menetapkan ranking atau tingkatan kota-kota
adalah sebagai berikut (Budiharjo, 2007):

13
1. Wilayah kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah penduduk.
2. Kemudian kecamatan tersebut disusun urutannya berdasarkan atas
jumlah jenis fasilitas sosial dan ekonomi yang tersedia.
3. Masing-masing jenis fasilitas tersebut disusun urutannya pada semua
wilayah yang memiliki jenis fasilitas tertentu.
4. Ranking atau peringkat fasilitas sosial dan ekonomi disusun urutannya
berdasarkan atas jumlah unit fasilitas tersebut.
5. Ranking kota kecamatan/wilayah ditentukan berdasarkan jumlah jenis
dan jumlah unit fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing unit.

2.5 Model Gravitasi


Model gravitasi digunakan untuk melihat hubungan antar daerah yang
memiliki potensi sumber daya alam, penduduk, pemusatan kegiatan, dan
lainnya yang dianggap memiliki daya tarik. Dalam perencanaan wilayah,
model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas
kepentingan umum telah berada pada tempat yang benar.
Wilayah nodal yang terbentuk melalui analisis gravitasi akan berperan
sebagai sentral utama atau titik pertumbuhan bagi wilayah yang lebih kecil.
Terjadinya wilayah ini karena dalamnya memiliki pengaruh akibat adanya
jarak. Pengaruh ini semakin jauh dari pusat pengontrol, maka pada radius
tertentu kepadatan penduduk akan berkurang. Sedangkan yang terkuat akan
membentuk polarisasi. Dengan demikian pengertiannya adalah suatu wilayah
yang bersifat heterogen dan didalamnya satu dengan yang lain berhubungan
secara fungsional (Sugiyanto, 2010).
Wilayah nodal adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (hinterland).
Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk , faktor produksi,
barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi.
Pengertian wilayah nodal yang paling ideal untuk digunakan dalam
analisis mengenai ekonomi wilayah, mengartikan wilayah tersebut sebagai
ekonomi ruang yang akan dikuasai oleh suatu atau beberapa pusat kegiatan
ekonomi. Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana pengaruh dari suatu
pusat kegiatan ekonomi. Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana

14
pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila di gantikan oleh pengaruh
dari pusat kegiatan ekonomi lainnya (Wibowo, 2004).

2.6 Indeks Sentralitas


Indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah atau yang
sering disebut dengan analisis fungsi yang merupakan analisis terhadap
fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah studi, dalam kaitannya
dengan berbagai aktivitas penduduk/masyarakat, untuk
memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut (Riyadi, 2003).
Indeks sentralitas dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hirarki pusat-
pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan,
seberapa banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah
penduduk yang dilayani serta seberapa besar frekuensi keberadaan suatu
fungsi dalam satu satuan wilayah permukiman. Frekuensi keberadaan fungsi
menunjukkan jumlah fungsi sejenis yang ada dan tersebar di wilayah tertentu,
sedangkan frekuensi kegiatan menunjukkan tingkat pelayanan yang mungkin
dapat dilakukan oleh suatu fungsi tertentu di wilayah tertentu (Riyadi, 2003).

15
2.7 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan variabel analisis
penentuan pusat pertumbuhan. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dan
berbagai sumber, maka penelitian ini merupakan penelitian yang belum
pernah dilakukan dilokasi penelitian serta perbedaan beberapa variabel. Antara
lain adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Pandapotan T.P Analisis Penentuan Pusat – Pusat Tujuan penelitian ini adalah untuk
Nainggolan (2015). Pertumbuhan Ekonomi Di menetapkan pusat-pusat pertumbuhan
1.
Kabupaten Simalungun. ekonomi di daerah Kabupaten Simalungun
dengan menggunakan alat analisis skalogram,
dan analisis gravitasi. Dengan menggunakan
analisis skalogram dan indeks sentralitas
terdapat lima kecamatan yang ditetapkan
sebagai kecamatan pusat pertumbuhan yaitu:
Kecamatan Sianatar, Bandar, Tanah Jawa,
Raya, dan Bosar Maligas. Kelima kecamatan
tersebut memiliki nilai sentralitas yang lebih
tinggi dari kecamatan lainnya. Selanjutnya
berdasarkan hasil analisis gravitasi, kecamatan
yang memiliki hubungan interaksi paling kuat
yaitu Kecamatan Tanah Jawa dengan Siantar,
dan Kecamatan Bandar dengan Bosar
Maligas.

2. Rebecka Octaria Analisis Penentuan Pusat-Pusat Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Nainggolan (2014). Pertumbuhan Ekonomi Di Kota pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Kota
Medan. Medan melalui analisis tipologi klassen,
analisis skalogram dan analisis gayaberat.
Berdasarkan hasil yang diperoleh Tipologi
Klassen dan schallogram di Kota Medan
terdapat dua pusat pertumbuhan yaitu

16
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Kecamatan Medan Deli Kecamatan Medan
Petisah. Berdasarkan analisis gayaberat
menunjukkan bahwa kecamatan yang menjadi
pusat pertumbuhan yang interaksinya paling
kuat adalah Kecamatan Medan Deli adalah
Kecamatan Medan Timur dan Kecamatan
Medan Petisah yang interaksinya paling kuat
adalah Kecamatan Medan Helvetia.

3. Ade Pratama Poetra Analisis Penentuan Pusat-Pusat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
(2016). Pertumbuhan Ekonomi Dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di
Interaksi Antar Kecamatan Di Kabupten Pringsewu melalui analisis metode
Kabupaten Pringsewu. skalogram dan indeks sentralitas dan untuk
mengetahui interaksi antar kecamatan di
Kabupaten Pringsewu menggunakan analisis
gravitasi. Berdasarkan hasil penelitian analisis
skalogram dan indeks sentralitas diperoleh
bahwa di Kabupaten Pringsewu terdapat satu
pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan
Pringsewu. Berdasarkan analisis gravitasi
menunjukkan bahwa pada kecamatan yang
menjadi pusat pertumbuhan yakni kecamatan
Pringsewu yang memiliki interaksi paling kuat
adalah Kecamatan Gadingrejo.

4. Hera Yolanda Apriani Analisis Penentuan Pusat-pusat Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
(2020). Pertumbuhan Di Kota Pekanbaru. penentuan pusat - pusat pertumbuhan pada
tingkat kecamatan di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan analisis skalogram berdasarkan
ketersediaan fasilitas pelayanan yaitu
Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan
Tenayan Raya, Kecamatan Tampan &
Kecamatan Bukit Raya merupakan hirarki I.

17
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan analisis indeks sentralitas
marsall berdasarkan ketersediaan fasilitas
pelayanan yaitu Kecamatan Marpoyan Damai
merupakan hirarki I. Berdasarkan hasil
analisis gravitasi dan hasil analisis titik henti
(break point) untuk menentukan besaran
interaksi (tingkat keterkaitan) tertinggi berada
di Kecamatan Marpoyan Damai dengan
Kecamatan Sukajadi.

5. Andrey Roland Hirarki Wilayah Kota Manado. Kota Manado terdiri dari 11 Kecamatan yakni
Gunena, Sonny Tilaar Kecamatan Bunaken, Kecamatan Bunaken
dan Esli Takumansang Kepulauan, Kecamatan Tuminting,
(2014). Kecamatan Singkil, Kecamatan Mapanget,
Kecamatan Paal Dua, Kecamatan Tikala,
Kecamatan Wenang, Kecamatan Wanea,
Kecamatan Sario, dan Kecamatan Malalayang
yang pembangunan prasarananya baik sosial,
ekonomi, dan pemerintahannya dalam hal
kualitas maupun kuantitas berbeda-beda.
Penentuan hirarki di Kota Manado akan
membuat Kota Manado menjadi kota yang
pembangunannya menjadi lebih terstruktur.
Penelitian ini bertujuan menentukan hirarki
wilayah Kota Manado dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi jumlah fasilitas ekonomi,
sosial, dan pemerintahan di tiap-tiap
kecamatan yang ada di Kota Manado.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif dgn metode analisis Skalogram.
Metode analisis Skalogram dipakai untuk
menentukan Orde berdasarkan prasarana yang
ada dimasing-masing kecamatan yang ada di
Kota Manado. Dari hasil penelitian diatas
diperoleh hirarki wilayah Kota Manado
terbagi dalam 4 Orde, yakni Orde I yang

18
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
terdiri dari Kecamatan Malalayang,
Kecamatan Mapanget, Kecamatan Wanea,
Kecamatan Wenang, Kecamatan Tuminting.
Orde II yang terdiri dari Kecamatan Paal Dua,
Kecamatan Sario, dan Kecamatan Singkil.
Orde III Kecamatan Bunaken. Orde IV yang
terdiri dari Kecamatan Tikala, dan Kecamatan
Bunaken Kepulauan.
(Sumber : Analisis Penulis 2022).

19
2.8 Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang hubungan antara
teori dengan berbagai faktor yang di identifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka pikir berfungsi membangun suatu hipotesis seingga dapat
disebut sebagai dasar penyusun hipotesis.

JUDUL
Analisis Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat Kota Palu

RUMUSAN MASALAH
Dampak yang disebabkan bencana alam pada tanggal 28 September 2018,
mengakibatkan kerusakan fasilitas yang akan berdampak pada pusat pertumbuhan
dan menyebabkan perubahan serta interaksi antar wilayah yang mengakibatkan
pusat pertumbuhan ikut berubah.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pusat
pertumbuhan di Kecamatan Palu Barat.

METODE PENELITIAN
Kuantitatif

Data Primer Data Sekunder

ANALISIS DATA
 Analisis Gravitasi
 Analisis Skalogram Guttman &
Indeks Sentralitas

PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN DI KECAMATAN PALU BARAT


KOTA PALU

(Sumber : Analisis Penulis, 2022).

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
menggunakan proses data – data yang berupa angka sebagai alat menganalisis
dan melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa yang sudah diteliti
(Kasiram, 2008).
Langkah – langkah pendekatan deskriptif antara lain membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat dalam bentuk
tabel, grafik maupun narasi mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki dengan tujuan untuk memudahkan
pembaca dalam menafsirkan hasil observasi (Effendi, 2006).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Palu Barat, Kota Palu,
Provinsi Sulawesi Tengah. Luas daratan Kecamatan Palu Barat adalah 8,28
km² dan Kecamatan Palu Barat terletak di sebelah barat Kota Palu. Kecamatan
Palu Barat memiliki 6 kelurahan yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru,
Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa dan Kelurahan
Lere. Adapun peta administrasi dari Kecamatan Palu Barat dapat dilihat
dibawah ini :

21
Gambar 1. Lokasi Penelitian
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti, 2023).

22
3.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung pada bulan Agustus 2022 sampai awal
penyusunan tugas akhir sampai dengan bulan Desember 2024.

Tabel 2. Waktu Penelitian


Waktu
No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi Proposal
2 Seminar Proposal
3 Perbaikan dan
Pengumpulan Data
4 Pengolahan dan
Analisis Data
5 Hasil dan
Pembahasan
6 Seminar Hasil
7. Perbaikan Hasil
8. Ujian Tutup
(Sumber : Analisis Penulis 2024).

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah metode dalam mengumpulkan beberapa
data dan informasi yang dibutuhkan untuk tercapainya tujuan penelitian. Hal
ini berkaitan dengan cara mengumpulkan data, kebutuhan data, serta
perangkat yang digunakan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Berikut adalah beberapa Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini:
1. Studi kepustakaan yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara
membaca literature atau jurnal – jurnal yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti.
2. Pengamatan langsung atau observasi adalah metode pengumpulan data
melalui peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi
penelitian.

23
3. Wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan lisan untuk dijawab secara lisan pula .
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi dan
memperkuat fakta, untuk meningkatkan kepercayaan atas informasi yang
telah diperoleh sebelumnya.
4. Dokumentasi dengan menggunakan data – data yang bersumber dari
dinas – dinas terkait seperti Kantor Kecamatan Palu Barat dan BPS Kota
Palu.

3.5 Jenis dan Sumber Data


Jenis data dan sumber kebutuhan data yang akan dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan jenis data yang bersumber dari data primer
maupun data sekunder. Adapun penjelasan mengenai data primer dan data
sekunder dapat dilihat dibawah ini :
1. Data Primer
Data primer adalah data pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti
melalui upaya pengambilan data di lapangan. Data primer biasa disebut
sebagai data mentah. Adapun data primer yang akan diambil dengan
menggunakan metode observasi ke lokasi studi dan wawancara kepihak
terkait.
2. Data sekunder
Bersumber dari dinas-dinas terkait seperti Kantor Kecamatan Palu
Barat dan BPS Kota Palu. Adapun data-data tersebut meliputi data
fasilitas-fasilitas (ekonomi, sosial, dan pemerintahan), data-data meliputi
data jumlah penduduk, jarak antar kecamatan, dan peta wilayah
administrasi.
3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel merupakan segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan
penelitian dan merupakan suatu yang bervariasi. Variabel penelitian dapat
dirumuskan sebagai satu atribut adu sifat atau nilai berupa orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun variabel penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah:

24
Tabel 3. Variabel Penelitian

No Variabel Indikator Metode Analisis

Jumlah Penduduk Skalogram Guttman &


1 Hierarki Perkotaan
Jumlah Sarana Indeks Sentralitas

Jumlah Penduduk
2 Interaksi Wilayah Analisis Gravitasi
Jarak Antar Wilayah

(Sumber : Analisis Penulis 2023).

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik Analisis Data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah
sebuah data menjadi informasi sehingga data tersebut menjadi mudah untuk
dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan sebuah solusi permasalahan
yang terdapat di dalam sebuah penelitian.

3.7.1 Analisis Gravitasi


Teknik untuk mengukur daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah atau
besarnya interaksi antar daerah dapat dilakukan dengan analisis gravitasi.
Analisis gravitasi dilandaskan pada asumsi bahwa interaksi antara dua pusat
mempunyai hubungan proporsional langsung dengan “massa” dari pusat-
pusat bersangkutan dan mempunyai hubungan proporsional terbalik dengan
“jarak” antara pusat-pusat tersebut. Variabel-variabel yang digunakan untuk
mengukur “massa” dan “jarak” adalah tergantung pada persoalan yang
hendak dicapai dan ketersediaan data. Variabel yang dapat mewakili
“massa” antara lain; penduduk, kesempatan kerja, pendapatan, pengeluaran,
sementara variabel yang dapat mewakili “jarak” dinyatakan dalam ukuran
phisik, waktu, harga dan lain-lain (Glasson dalam Paul Sitohang;1990).
Pada perkembangannya variabel yang sering digunakan untuk mengetahui
daya tarik atau kekuatan interaksi yang dimiliki oleh suatu daerah dapat
dilihat dari jumlah penduduk dan jarak kedua daerah tersebut.

25
Rumus gravitasi yang pada umumnya digunakan yaitu (Tarigan, 2010.
105):

Rumus gravitasi tersebut dapat disederhanakan menjadi (Daldjoeni


dalam Ermawati,2010:51)

Keterangan :

I = besarnya interaksi antara kota/wilayah A dan B

P1 = jumlah penduduk kota/wilayah I (ribuan jiwa)

P2 = jumlah penduduk kota/wilayah j (ribuan jiwa)

= jarak antara daerah i dan j (Km)

k = bilangan konstanta berdasarkan pengalaman

b = pangkat dari yang sering digunakan adalah b = 2

Semakin besar angka interaksi yang diperoleh oleh suatu wilayah maka
semakin erat hubungan wilayah tersebut dengan daerah lainnya. Dalam hal
ini berarti semakin potensial daerah tersebut untuk berkembang karena
keterkaitan antar kegiatan ekonominya erat.

26
3.7.2 Analisis Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas
Tingkat perkembangan wilayah dapat diukur dengan kondisi karakteristik
potensi dan ketersediaan sumberdaya, kelembagaan, SDM (masyarakat dan
aparatur pemerintahan), dan ketersediaan infrastruktur dasar wilayah serta
sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung perkembangan
aktivitas masyarakat (Saruhian, 2006).
Salah satu metode penentuan tingkat perkembangan wilayah, yaitu dengan
menggunakan analisis hirarki wilayah (analisis skalogram) yang didasarkan
pada ketersediaan sarana dan prasarana wilayah menurut jumlah dan jenis
unitnya. Metode skalogram ini bisa digunakan dengan menuliskan jumlah
fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menuliskan ada/tidaknya
fasilitas tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan jumlah/kuantitasnya.
Dalam metode skalogram, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap
unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Tujuan digunakannya
analisis skalogram adalah untuk mengidentifikasi kecamatan-kecamatan
yang dapat dikelompokkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan berdasarkan
pada fasilitas perkotaan yang tersedia.
Analisis klasifikasi kota dikelompokkan berdasarkan pada tiga komponen
fasilitas utama, yaitu:
1. Differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi. Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan
ekonomi lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas
komersial akan menunjukkan derajat ekonomi kawasan/kota dan
kemungkinan akan menarik sebagai tempat tinggal dan bekerja.
2. Solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial.
Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/kota.
Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus persen merupakan
kegiatan sosial namun pengelompokkan tersebut masih dimungkinkan
jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan
usaha yang berorientasi pada keuntungan (benefit oriented).
3. Centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi
politik/ pemerintahan. Fasilitas ini menunjukkan bagaimana hubungan

27
dari masyarakat dalam sistem kota/komunitas. Sentralitas ini diukur
melalui perkembangan hirarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos,
sekolahan, dan kantor pemerintahan dan sejenisnya.
Analisis skalogram yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode menuliskan ada atau tidaknya fasilitas (fasilitas sosial, ekonomi dan
pemerintahan) di suatu wilayah, yaitu dengan mengisikan angka 1 bila
fasilitas tersebut terdapat pada suatu wilayah dan mengisikan angka 0 bila
fasilitas tersebut tidak terdapat di suatu wilayah. Selajutnya analisis
skalogram ini dapat dikembangkan untuk menentukan indeks sentralitas
terbobot. Indeks sentralitas ini tidak hanya berdasarkan jumlah fungsi atau
fasilitas pelayanan yang ada pada suatu wilayah, tetapi juga berdasarkan
frekuensi keberadaan fungsi atau fasilitas tersebut pada wilayah yang
ditinjau.
Metode dalam prakteknya di lapangan, hendaknya matriks fungsi dengan
metode skalogram ini dilengkapi dengan data-data yang disusun melalui
matriks fungsi lainnya, dimana data-data yang disampaikan dihitung secara
lebih detail, dengan menggunakan teknik pembobotan, pemberian ranking,
dan sebagainya (Riyadi, 2003). Oleh karena itu, untuk mengetahui pusat
pertumbuhan di suatu wilayah dalam penelitian ini menggunakan analisis
skalogram dengan menggabungkan analisis indeks sentralitas dengan teknik
pembobotan. Fungsi alat analisis indeks sentralitas ini sama dengan analisis
skalogram, yaitu digunakan untuk mengetahui struktur/hirarki pusat
pertumbuhan yang ada dalam suatu wilayah dengan menghitung berapa
jumlah fungsi yang ada, berapa jenis fungsi serta seberapa besar frekuensi
keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah (Riyadi, 2003). Berikut
ini cara/langkah-langkah dalam analisis skalogram dengan indeks
sentralitas:
1. Kolom (1 dan 2) diisi dengan nomor urut untuk wilayah (kecamatan)
dan nama-nama kecamatan yang ada di kabupaten/kota terkait.
2. Kolom selanjutnya adalah kolom yang diisi dengan jenis fungsi (jenis
fasilitas). Pengisian kolom jenis fungsi diisi dengan nilai 1 jika ada

28
fasilitas tersebut di suatu wilayah atau 0 jika tidak ada fasilitas yang
dimaksud di suatu wilayah.
3. Kolom “Jumlah Jenis Fungsi/Fasilitas” diisi dengan menjumlahkan
masing-masing fungsi yang ada pada setiap kecamatan (setiap baris).
4. Pada baris “Total Fungsi” diisi dengan menjumlahkan jenis fungsi
yang ada dari seluruh kecamatan (setiap kolom)
5. Pada baris “Sentralitas Total”, pada setiap kolom/baris memiliki nilai
yang sama, yaitu 100.

Pada baris terakhir (nilai bobot), dihitung nilai bobot yang


berdasarkan pada nilai total sentralitas dibagi dengan jumlah fungsi
masing-masing kolom. Rumus Indeks sentralitas (Rondinelli dalam
Dyah 2008):

C = t/T

Dimana:

C = Bobot Fungsi

t = nilai sentralitas total, yaitu 100

T = Jumlah total fungsi

Indeks sentralitas (IS =ƩC)

Angka nilai bobot ini menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi


keberadaan suatu fungsi, akan semakin kecil nilai bobotnya,
sebaliknya semakin rendah frekuensi keberadaan suatu fungsi, semakin
tinggi nilai bobotnya.

6. Langkah selanjutnya adalah mengalikan nilai bobot fasilitas dengan


nilai fungsi fasilitas setiap kecamatan (setiap kolom)
7. Setelah langkah (poin 6) selesai, maka langkah selanjutnya adalah
menjumlahkan seluruh nilai bobot dari berbagai jenis fungsi setiap
kecamatan (berdasarkan baris/horizontal). Penjumlahan tersebut akan
menghasilkan nilai indeks sentralitas.

29
8. Dari nilai indeks sentralitas tersebut kemudian akan ditentukan hirarki
pusat pertumbuhan tingkat kecamatan di Kota Palu yang kemudian
dapat digunakan untuk menentukan Kecamatan sebagai pusat
pertumbuhan.

Analisis skalogram dan indeks sentralitas ini dapat menunjukkan bahwa


wilayah yang merupakan hirarki tinggi adalah kecamatan yang memiliki
jumlah jenis fungsi/fasilitas dan nilai indeks sentralitas yang tinggi atau
kecamatan tersebut dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomii, sedangkan wilayah-wilayah yang merupakan hirarki paling
rendah ditentukan oleh semakin sedikitnya jumlah jenis fungsi/fasilitas dan
nilai indeks sentralitas yang rendah pula.

30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah
4.1.1.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi
Kecamatan Palu Barat merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kota Palu. Luas daratan Kecamatan Palu Barat adalah 8,28 km2 dan
memiliki Kecamatan Palu Barat terletak di sebelah barat Kota Palu.
Kecamatan Palu Barat memiliki 6 kelurahan yaitu Kelurahan Ujuna,
Kelurahan Baru, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan
Balaroa dan Kelurahan Lere yang memanjang dari timur ke barat yang
seluruhnya dapat dilalui dengan kendaraan roda empat dan roda dua.
Karakateristik wilayah Kecamatan Palu Barat menurut elevasi
(ketinggian diatas permukaan laut (DPL) yang berada diantara 0-15 m,
ketinggian tersebut diukur berdasarkan letak kantor kelurahan. Seluruh
wilayah merupakan daratan dan morfologinya relatif datar. Wilayah yang
berbatasan langsung oleh laut atau daerah pesisir pantai yaitu Kelurahan
Lere, sedangkan wilayah lainnya bukan daerah pesisir pantai. Adapun
batas wilayah dari Kecamatan Palu Barat sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ulujadi
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tatanga
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Kabupaten
Sigi
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Palu Timur

4.1.1.2 Kondisi Topografi


Peta topografi merupakan jenis peta yang dapat memberikan berbagai
informasi terkait bentuk kontur permukaan bumi. Berdasarkan peta
topografi Kecamatan Palu Barat yang didapatkan dari Instansi Tata Ruang
Kota Palu bahwa topografi wilayah Kecamatan Palu Barat dapat
diklasifikasikan ke dalam dua zona ketinggian permukaan bumi dari
permukaan laut, yaitu topografi dataran rendah/pantai dengan ketinggian

31
antara 0–100 m di atas permukaan laut yang berada pada Kelurahan
Ujuna, Kelurahan Baru, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji,
Kelurahan Lere dan sebagian Kelurahan Balaroa. Zona kedua yaitu
topografi perbukitan dengan ketinggian antara 100–500 m di atas
permukaan laut yang terletak di sebagian Kelurahan Balaroa.
4.1.1.3 Kondisi Klimatologi
Berdasarkan data yang tercatat pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
sepanjang tahun 2022, curah hujan di Kecamatan Palu Barat bervariasi
dari bulan Januari sampai Desember, curah hujan yang tertinggi berada
pada bulan Maret yaitu mencapai 359 mm dan terendah berada pada bulan
Desember yaitu mencapai 5 mm. Selanjutnya pada bulan Januari mencapai
36 mm, bulan Februari mencapai 15 mm, bulan April mencapai 94 mm,
bulan Mei mencapai 41 mm, bulan Juni mencapai 214 mm, bulan Juli
mencapai 11 mm, bulan Agustus mencapai 8 mm, bulan September
mencapai 30 mm, bulan Oktober mencapai 86 mm dan bulan Nopember
mencapai 24 mm.
4.1.1.4 Kondisi Geologi
Berdasarkan peta geologi Kecamatan Palu Barat yang didapatkan dari
Instansi Tata Ruang Kota Palu bahwa formasi geologi pada wilayah
tersebut tersusun atas alluvium dan molosa Celebes Sarasin dan Sarasi
yang tersebar di seluruh kelurahannya yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan
Baru, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa dan
Kelurahan Lere. Formasi alluvium merupakan formasi yang tersusun dari
bahan-bahan liat kaolinit dan debu bersisipan pasir, gambut, kerakal dan
bongkahan lepas yang merupakan endapan dari sungai dan rawa.
Sedangkan formasi Molasa ini mengandung rombakan yang berasal dari
formasi-formasi lebih tua dan terdiri dari konglomerat, batupasir,
batulumpur, batugamping-koral serta napal yang semuanya hanya
mengeras lemah.

32
4.1.1.5 Kondisi Prasarana Jalan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat dua kelurahan di Kecamatan
Palu Barat yang kondisi prasarana jalannya pasca bencana 28 September
2018 sangat memperihatikan. Dua kelurahan tersebut adalah Kelurahan
Lere dan Kelurahan Balaroa. Hal ini dapat dilihat dengan terputusnya
Jembatan Kuning Palu yang menghubungkan Kelurahan Lere, Kecamatan
Palu Barat dengan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur. Sehingga untuk
sekarang akses yang dilewati dari Kecamatan Palu Timur ke Kecamatan
Palu Barat harus melewati alternatif jalan yang lain dan tentunya memakan
banyak waktu dan jarak. Masalah mengenai terputusnya jalan juga terjadi
pada Kelurahan Balaroa, dimana akibat dampak dari bencana likuifaksi
menghabiskan secara keselurahan Perumnas Balaroa dan tentunya
mengakibatkan terputusnya jalan. Akan tetapi, untuk kondisi prasarana
jalan pada Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Baru dan
Kelurahan Kamonji dapat dikatakan dengan baik karena tidak ada jalan
yang terputus, sehingga aksesnya masih berjalan dengan baik.

33
Gambar 2. Peta Batas Administrasi Kecamatan Palu Barat
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).

34
Gambar 3. Peta Topografi Kecamatan Palu Barat
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).

35
Gambar 4. Peta Klimatologi Kecamatan Palu Barat
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2022).

36
Gambar 5. Peta Geologi Kecamatan Palu Barat
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).

37
4.1.2 Kependudukan
Berdasarkan Buku Badan Pusat Statistik dan Dinas Kependudukan dan
Pencacatan Sipil tercatat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Palu Barat
pada kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu tahun 2018-2022 mengalami
peningkatan dan penurunan jumlah penduduk yang tersebar di enam
kelurahan. Peningkatan terjadi pada tahun 2018-2019 dimana pada tahun
2018 jumlah penduduk Kecamatan Palu Barat berjumlah 51.384 jiwa, pada
tahun 2019 terdapat 64.196 jiwa. Selanjutnya mengalami penurunan jumlah
penduduk pada tahun 2020-2022, pada tahun 2020 terdapat 46.435 jiwa,
untuk tahun 2021 terdapat 49.279 jiwa, kemudian pada tahun 2022 terdapat
44.495 jiwa.

Tabel jumlah penduduk pada tahun 2022 untuk tiap kelurahan di


Kecamatan Palu Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Jumlah Penduduk Tiap Kelurahan Pada Kecamatan Palu Barat


Tahun 2022

No Kelurahan Jumlah Penduduk

1 Ujuna 8.028

2 Baru 5.003

3 Siranindi 4.992

4 Kamonji 7.481

5 Balaroa 12.844

6 Lere 10.409

Jumlah 44.495
(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2022).

38
4.1.3 Kondisi Sarana Kecamatan Palu Barat

Fasilitas pendidkan di Kecamatan Palu Barat pada tahun 2022 yaitu


tercatat sebanyak 28 unit Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
tercatat sebanyak 13 unit. Untuk pendidikan Sekolah Menengah pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) yaitu tercatat sebanyak 10 unit.
Untuk sarana pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA) baik negeri
maupun swasta di Kecamatan Palu Barat yaitu tercatat 9 unit, Sedangkan
sarana Perguruan Tinggi tercatat sebanyak 2 unit di tahun 2022.
Pemerintah menyediakan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Sarana kesehatan
Puskesmas tercatat sebanyak 2 unit, sarana Rumah Sakit (RS) tercatat
sebanyak 2 unit, selain Puskesmas dan RS Pemerintah juga membangun 4
unit Pos Kesehatan Desa (Posekesdes) dan 2 unit Poliklinik yang tercatat di
Kecamatan Palu Barat pada tahun 2022.
Pemerintah juga menyediakan Sarana Peribadatan yang tercatat pada tahun
2022 yaitu tercatat bahwa ada 37 Masjid, 11 Musholla, 1 Gereja, 1 Vihara
dan tidak memiliki fasilitas Pura.
Selain itu, terdapat beberapa jenis sarana perdagangan dan jasa. Hal ini
bisa dilihat pada keberadaan warung atau kios yang hampir merata pada
setiap kelurahan. Pada setiap kelurahan terdapat toko, warung/kios dan
warung makan yang merupakan tempat-tempat pelayanan kebutuhan pokok
sehari-hari. Keberadaan toko, kios/warung hampir merata pada setiap
kelurahan di Kecamatan Palu Barat. Dibawah ini merupakan pembagian atau
persebaran Sarana di Kecamatan Palu Barat yaitu sebagai berikut :

39
Tabel 5. Jumlah Sebaran Sarana Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022

Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan

Slawayan/Min
SMA/MA/SM

Poskesdes/Pol

Toko/Warung
Puskesmas

Puskesmas
SMP/MTS

Kelontong
Perguruan

Pembantu

Poliklinik

Musholla

imarket

Jumlah
SD/MI

Masjid

Vihara
Tinggi

Gereja
indes

Pura
TK

RS
K
Ujuna 6 6 1 1 0 0 0 0 1 1 7 1 1 0 1 1 198 225

Baru 0 5 1 0 0 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0 2 183 196

Siranindi 1 5 4 4 0 1 1 0 1 0 5 2 0 0 0 3 76 103

Kamonji 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 5 5 0 0 0 4 210 230

Balaroa 2 4 1 0 0 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 3 117 134

Lere 2 6 2 4 2 1 1 0 0 0 10 3 0 0 0 2 165 198


Palu Barat 13 28 10 9 2 2 2 0 2 4 37 11 1 0 1 15 949 1086
(Sumber : BPS Kecamatan Palu Barat dalam Angka Tahun 2022).

40
4.2 Pembahasan
Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai pengolahan data dari data –
data yang telah dikumpulkan dan akan dijelaskan menggunakan pendekatan
deskriptif agar lebih mudah dipahami.

4.2.1 Analisis Skalogram

4.2.1.1 Tahun 2018


Analisis skalogram merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam hal ini adalah kelurahan, oleh
karena itu tentunya harus memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan baik. Dengan menggunakan analisis skalogram dapat ditentukan
hierarki kelurahan – kelurahan berdasarkan kelengkapan fasilitasnya. Jadi,
terlebih dahulu mengumpulkan fasilitas – fasilitas yang ada disetiap
kelurahan.
Fasilitas – fasilitas yang digunakan di dalam analisis skalogram yakni
fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan sosial dan ekonomi. Fasilitas
sosial yang digunakan terdiri dari fasilitas untuk pelayanan kesehatan
(rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, poliklinik, dan
poskesdes/polindes). Fasilitas pelayanan pendidikan (TK, SD, SLTP dan
SLTA). Fasilitas pelayanan keagamaan (masjid, mushola, gerejam vihara
dan pura), dan fasilitas perdagangan dan jasa yaitu swalayan/minimarket
dan toko/warung klenteng. Adapun fasilitas yang tersebar di seluruh
kelurahan di Kecamatan Palu Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

41
Tabel 6. Sebaran Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018

Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan

Perguruan Tinggi

Poskesdes/Polind

Slawayan/Minim
SMA/MA/SMK

Toko/Warung
Puskesmas

Puskesmas
SMP/MTS

Kelontong
Pembantu

Poliklinik

Musholla

Jumlah
SD/MI

Masjid

Vihara
Gereja

arket
Pura
TK

RS

es
Ujuna 5 7 2 2 0 0 0 1 0 1 7 1 1 0 1 2 316 346
Baru 5 5 0 0 0 0 0 1 0 1 4 0 0 0 0 1 166 183
Siranindi 1 6 7 4 0 1 1 0 0 1 5 2 0 0 0 3 105 136
Kamonji 2 1 3 0 0 0 0 0 0 1 5 5 0 0 0 2 161 180
Balaroa 4 4 0 0 0 0 0 1 0 1 8 3 0 0 0 5 287 313
Lere 7 8 2 2 2 1 0 1 0 1 11 0 0 0 0 2 120 157
Palu Barat 24 31 14 8 2 2 1 4 0 6 40 11 1 0 1 15 1155 1315
(Sumber : BPS Kecamatan Palu Barat dalam Angka Tahun 2018).

Setelah mengetahui dan mengumpulkan fasilitas-fasilitas yang berada pada Kecamatan Palu Barat, langkah selanjutnya adalah
mengurutkan kelurahan berdasarkan kelengkapan fasilitas yang ada. Pengurutan dilakukan dengan cara mengurutkan berdasarkan
kelurahan yang memiliki kelengkapan fasilitas yang dilihat dari tabel kiri kekanan dan atas kebawah. Adapun lebih jelasnya
mengenai pengurutan fasilitas dapat dilihat pada tabel urutan kelengkapan fasilitas dibawah ini :

42
Tabel 7. Pengurutan Kelengkapan Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018

No. Kelurahan

Slawayan/Minimark

Poskesdes/Polindes

Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warung

Puskesmas

Puskesmas
SMP/MTS
Kelontong

Pembantu

Poliklinik
Musholla

Jumlah
Vihara
Masjid

Gereja
SD/MI

Pura
TK

RS
et
1 Ujuna 316 7 7 5 2 2 1 2 1 1 0 0 0 1 1 0 0 346
2 Baru 166 4 5 5 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 183
3 Siranindi 105 5 6 1 3 7 2 4 1 0 0 1 1 0 0 0 0 136
4 Kamonji 161 5 1 2 2 3 5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 180
5 Balaroa 287 8 4 4 5 0 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 313
6 Lere 120 11 8 7 2 2 0 2 1 1 2 1 0 0 0 0 0 157
Jumlah 1155 40 31 24 15 14 11 8 6 4 2 2 1 1 1 0 0 1315
(Sumber : BPS Kecamatan Palu Barat dalam Angka Tahun 2018).

Setelah mengurutkan berdasarkan kelengkapan fasilitas dari Kecamatan Palu Barat. Langkah selanjutnya adalah memberikan
angka (1) pada kolom untuk menyatakan keberadaan suatu fasilitas, misalnya di Kelurahan Ujuna memiliki TK, maka diberikan
angka (1) pada kolom TK. Lalu memberikan angka (0) untuk menyatakan bahwa kolom tersebut tidak memiliki fasilitas. Misalnya
pada Kelurahan Ujuna tidak memiliki fasilitas rumah sakit, maka diberikan angka (0). Adapun tabel pengkodean tiap fasilitas dapat
dilihat dibawah ini :

43
Tabel 8. Pengkodean Jenis Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018

No Kelurahan

Slawayan/Minimark

Poskesdes/Polindes

Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
.

Toko/Warung

Puskesmas

Puskesmas
SMP/MTS
Kelontong

Pembantu

Poliklinik
Musholla

Jumlah
Vihara
Masjid

Gereja
SD/MI

Pura
TK

RS
et
1 Ujuna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 12
2 Baru 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
3 Siranindi 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 11
4 Kamonji 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8
5 Balaroa 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8
6 Lere 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 11

Jumlah 6 6 6 6 6 6 4 4 4 3 2 1 1 1 1 0 0 57
(Sumber : Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2023).

Setelah memberikan kode (1) yang menandakan adanya fasilitas dan kode (0) yang menandakan tidak adanya fasilitas, langkah
selanjutnya adalah menghitung nilai error untuk setiap fasilitas. Tujuan dari menghitung nilai error adalah untuk membantu dalam
perhitungan COR (Coefficient of Reliability) nantinya, sehingga dapat diketahui apakah data layak atau tidak layak untuk
melanjutkan perhitungan atau analisis berikutnya. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai error adalah metode Goodenough.
Misalnya, apabila pola prediksi adalah 111110 tetapi pola yang sebenarnya didapatkan adalah 111101,

44
kita dapat mengetahui nilai errornya dengan melihat perbedaan antara pola prediksi dengan pola yang sebenarnya.. untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Perhitungan Jumlah Eror Tiap Fasilitas di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018

No. Kelurahan

Slawayan/Minima

Poskesdes/Polinde

Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warung

Puskesmas

Puskesmas
SMP/MTS
Kelontong

Pembantu

Poliklinik
Musholla

Jumlah
Vihara
Masjid

Gereja
SD/MI

Error
Pura
rket
TK

RS
s
1 Ujuna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
12 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
2 Baru 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Siranindi 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0
11 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
4 Kamonji 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
8 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
5 Balaroa 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
8 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
6 Lere 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
11 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
Jumlah 6 6 6 6 6 6 4 4 4 3 2 1 1 1 1 0 0 57 13
(Sumber : Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2023).

45
Setelah mendapatkan jumlah error dari data, langkah selanjutnya adalah
melakukan perhitungan kelayakan skalogram. Berdasarkan Tussa’diah,
2014 (dalam Alya Sarah Maulida, 2020) perhitungan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang ada dapat digunakan untuk menghitung
skalogramnya. Koefisien yang dianggap layak adalah apabila bernilai dari
0,9 hingga 1. Rumus yang digunakan dalam menghitung kelayakan
skalogram adalah rumus coeffisien of reproducibility (COR) sebagai
berikut:

∑e
COR=1-
NxK
Keterangan :

e = jumlah kesalahan (error)

N = jumlah wilayah

K = jumlah fasilitas

Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :

12
COR=1-
6 x 57

COR=0,96

Setelah melakukan perhitungan nilai COR, diperoleh hasil sebesar 0,96,


yang menunjukkan bahwa data tersebut layak untuk dianalisis.
Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan tersebut, akan dihitung
banyaknya hierarki dan panjang hierarki yang akan ditentukan sebagai
berikut:

46
Banyak Kelas = 1+3,3 log n

Keterangan :

n = jumlah wilayah

Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :

Banyak kelas = 1+3,3 log 6

= 1+3,3 (0,778)

= 3,568 atau 4

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus sebelumnya,


didapatkan hasil banyaknya kelas atau banyak hierarkinya adalah 4.
Selanjutnya, akan dilakukan perhitungan Panjang kelas interval. Berikut
ini adalah rumus perhitungan panjang kelas interval:

Nilai Tertinggi - Nilai Terendah


Panjang Kelas=
Banyak Hierarki

12 – 7
Panjang Kelas=
4
Panjang Kelas= 1,25

Setelah menghitungnya, hasil panjang kelas interval yang diperoleh


adalah sebesar 1,5. Selanjutnya, berdasarkan nilai panjang kelas interval
tersebut, kita dapat menentukan panjang kelas untuk setiap hierarki
sebagai berikut:

1. Orde 1 = 11,1-12,3

2. Orde 2 = 9,7-10,0

3. Orde 3 = 8,4-9,6

4. Orde 4 = 7,0-8,3

47
Berikut ini merupakan tabel hasil hierarki pelayanan berdasarkan
perhitungan analisis skalogram guttman pada Kecamatan Palu Barat :

Tabel 10. Hasil Analisis Skalogram Guttman Tahun 2018

Penduduk tahun Jumlah Jenis


No Kelurahan Orde
2018 Fasilitas
1 Ujuna 10837 12 1
2 Baru 6632 7 4
3 Siranindi 8494 11 2
4 Kamonji 10101 8 4
5 Balaroa 14555 8 4
6 Lere 11674 11 2
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2018).

Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa meskipun suatu kelurahan


memiliki populasi yang besar, namun variasi fasilitas yang ada di sana
sangat terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa penentuan kelurahan sebagai
pusat pertumbuhan baru tidak bisa hanya berdasarkan keragaman fasilitas
saja. Dalam mengevaluasi potensi sebagai pusat pertumbuhan, penting
untuk mempertimbangkan seberapa sering atau berapa banyak fasilitas
dari berbagai jenis yang ada di kelurahan tersebut.
Tingkat frekuensi fasilitas pada suatu kelurahan mempengaruhi indeks
sentralitas kelurahan tersebut. Semakin besar frekuensinya, maka nilai
sentralitasnya juga akan semakin tinggi. Artinya, kelurahan yang memiliki
frekuensi fasilitas yang tinggi cenderung memiliki nilai sentralitas yang
lebih tinggi, yang menunjukkan potensi sebagai pusat pertumbuhan yang
menonjol.

48
4.2.1.2 Tahun 2022
Analisis skalogram merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam hal ini adalah kelurahan, oleh
karena itu tentunya harus memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan baik. Dengan menggunakan analisis skalogram dapat ditentukan
hierarki kelurahan – kelurahan berdasarkan kelengkapan fasilitasnya. Jadi,
terlebih dahulu mengumpulkan fasilitas – fasilitas yang ada disetiap
kelurahan.
Fasilitas – fasilitas yang digunakan di dalam analisis skalogram yakni
fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan sosial dan ekonomi. Fasilitas
sosial yang digunakan terdiri dari fasilitas untuk pelayanan kesehatan
(rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, poliklinik, dan
poskesdes/polindes). Fasilitas pelayanan pendidikan (TK, SD, SLTP dan
SLTA). Fasilitas pelayanan keagamaan (masjid, mushola, gerejam vihara
dan pura), dan fasilitas perdagangan dan jasa yaitu swalayan/minimarket
dan toko/warung klenteng. Adapun fasilitas yang tersebar di seluruh
kelurahan di Kecamatan Palu Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

49
Tabel 11. Sebaran Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022

Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan

Poskesdes/Poli

Slawayan/Min
SMA/MA/SM

Toko/Warung
Puskesmas
Puskesmas
SMP/MTS

Kelontong
Perguruan

Pembantu

Poliklinik

Musholla

imarket

Jumlah
SD/MI

Masjid

Vihara
Tinggi

Gereja
ndes

Pura
TK

RS
K
Ujuna 6 6 1 1 0 0 0 0 1 1 7 1 1 0 1 1 198 225

Baru 0 5 1 0 0 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0 2 183 196

Siranindi 1 5 4 4 0 1 1 0 1 0 5 2 0 0 0 3 76 103

Kamonji 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 5 5 0 0 0 4 210 230

Balaroa 2 4 1 0 0 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 3 117 134

Lere 2 6 2 4 2 1 1 0 0 0 10 3 0 0 0 2 165 198

Palu Barat 13 28 10 9 2 2 2 0 2 4 37 11 1 0 1 15 949 1086

(Sumber : BPS Kecamatan Palu Barat dalam Angka Tahun 2022).

Setelah mengetahui dan mengumpulkan fasilitas-fasilitas yang berada pada Kecamatan Palu Barat, langkah selanjutnya adalah
mengurutkan kelurahan berdasarkan kelengkapan fasilitas yang ada. Pengurutan dilakukan dengan cara mengurutkan berdasarkan
kelurahan yang memiliki kelengkapan fasilitas yang dilihat dari tabel kiri kekanan dan atas kebawah. Adapun lebih jelasnya
mengenai pengurutan fasilitas dapat dilihat pada tabel urutan kelengkapan fasilitas dibawah ini :

50
Tabel 12. Pengurutan Kelengkapan Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
No. Kelurahan

Toko/Warng Kelontong

Slawayan/Minimarket

Puskesmas Pembantu
Poskesdes/Polindes

Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK

Puskesmas
SMP/MTS

Poliklinik
Musholla

Jumlah
Vihara
Masjid

Gereja
SD/MI

Pura
TK

RS
1 Ujuna 198 7 6 1 6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 225

2 Baru 183 4 5 2 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 196

3 Siranindi 76 5 5 3 1 2 4 4 0 1 1 1 0 0 0 0 0 103

4 Kamonji 210 5 2 4 2 5 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 230

5 Balaroa 117 6 4 3 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 134

6 Lere 165 10 6 2 2 3 2 4 0 1 1 0 2 0 0 0 0 198

Jumlah 949 37 28 15 13 11 10 9 4 2 2 2 2 1 1 0 0 1086


(Sumber : BPS Kecamatan Palu Barat dalam Angka Tahun 2022).

Setelah mengurutkan berdasarkan kelengkapan fasilitas dari Kecamatan Palu Barat. Langkah selanjutnya adalah memberikan angka
(1) pada kolom untuk menyatakan keberadaan suatu fasilitas, misalnya di Kelurahan Ujuna memiliki TK, maka diberikan angka (1)
pada kolom TK. Lalu memberikan angka (0) untuk menyatakan bahwa kolom tersebut tidak memiliki fasilitas. Misalnya pada
Kelurahan Ujuna tidak memiliki fasilitas rumah sakit, maka diberikan angka (0). Adapun tabel pengkodean tiap fasilitas dapat dilihat
dibawah ini :

51
Tabel 13. Pengkodean Jenis Fasilitas Tiap Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
No. Kelurahan

Slawayan/Minimark

Poskesdes/Polindes

Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warng

SMP / MTS

Puskesmas

Puskesmas
Kelontong

Pembantu
Poliklinik
Musholla

Jumlah
Vihara
Masjid

Gereja
SD/MI

Pura
TK

RS
et
1 Ujuna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 12
2 Baru 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
3 Siranindi 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 11
4 Kamonji 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
5 Balaroa 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
6 Lere 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 11

Jumlah 6 6 6 6 6 5 4 4 3 2 2 2 1 1 1 0 0 55
(Sumber : Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2022).

Setelah memberikan kode (1) yang menandakan adanya fasilitas dan kode (0) yang menandakan tidak adanya fasilitas, langkah
selanjutnya adalah menghitung nilai error untuk setiap fasilitas. Tujuan dari menghitung nilai error adalah untuk membantu dalam
perhitungan COR (Coefficient of Reliability) nantinya, sehingga dapat diketahui apakah data layak atau tidak layak untuk
melanjutkan perhitungan atau analisis berikutnya. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai error adalah metode Good enough.
Misalnya, apabila pola prediksi adalah 111110 tetapi pola yang sebenarnya didapatkan adalah 111101,

52
kita dapat mengetahui nilai errornya dengan melihat perbedaan antara pola prediksi dengan pola yang sebenarnya.. untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Perhitungan Jumlah Eror Tiap Fasilitas di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
No. Kelurahan

Slawayan/Minimar

Poskesdes/Polindes

Perguruan Tinggi
SMA/MA/SMK
Toko/Warug

Puskesmas
Puskesmas
SMP/MTS
Kelontong

Pembantu
Poliklinik
Musholla

Jumlah
Vihara
Masjid

Gereja
SD/MI

Error
Pura
TK
ket

RS
1 Ujuna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0
12 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0
2 Baru 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 2
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Siranindi 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
11 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
4 Kamonji 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Balaroa 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Lere 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0
11 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
Jumlah 6 6 6 6 6 6 5 4 4 3 2 2 2 1 1 1 0 55 12
(Sumber : Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2022).

53
Setelah mendapatkan jumlah error dari data, langkah selanjutnya adalah
melakukan perhitungan kelayakan skalogram. Berdasarkan Tussa’diah, 2014
(dalam Alya Sarah Maulida, 2020) perhitungan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang ada dapat digunakan untuk menghitung
skalogramnya. Koefisien yang dianggap layak adalah apabila bernilai dari
0,9 hingga 1. Rumus yang digunakan dalam menghitung kelayakan
skalogram adalah rumus coeffisien of reproducibility (COR) sebagai
berikut:

∑e
COR=1-
NxK
Keterangan :
e = jumlah kesalahan (error)
N = jumlah wilayah
K = jumlah fasilitas
Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :

12
COR=1-
6 x 55

COR= 0,96

Setelah melakukan perhitungan nilai COR, diperoleh hasil sebesar 0,96,


yang menunjukkan bahwa data tersebut layak untuk dianalisis. Selanjutnya,
berdasarkan hasil perhitungan tersebut, akan dihitung banyaknya hierarki dan
panjang hierarki yang akan ditentukan sebagai berikut:

Banyak Kelas = 1+3,3 log n

Keterangan :

n = jumlah wilayah
Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :

54
Banyak kelas = 1+3,3 log 6
= 1+3,3 (0,778)
= 3,568 atau 4

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus sebelumnya, didapatkan


hasil banyaknya kelas atau banyak hierarkinya adalah 4. Selanjutnya, akan
dilakukan perhitungan Panjang kelas interval. Berikut ini adalah rumus
perhitungan panjang kelas interval:

Nilai Tertinggi - Nilai Terendah


Panjang Kelas =
Banyak Hierarki

12 – 6
Panjang Kelas =
4
Panjang Kelas = 1,5

Setelah menghitungnya, hasil panjang kelas interval yang diperoleh adalah


sebesar 1,5. Selanjutnya, berdasarkan nilai panjang kelas interval tersebut, kita
dapat menentukan panjang kelas untuk setiap hierarki sebagai berikut:

1. Orde 1 = 10,8-12,3
2. Orde 2 = 9,2-10,7
3. Orde 3 = 7,6-9,1
4. Orde 4 = 6,0-7,5

55
Berikut ini merupakan tabel hasil hierarki pelayanan berdasarkan
perhitungan analisis skalogram guttman pada Kecamatan Palu Barat :

Tabel 15. Hasil Anasilis Skalogram Guttman Tahun 2022

Penduduk tahun Jumlah Jenis


No Kelurahan Orde
2022 Fasilitas
1 Ujuna 8147 12 1
2 Baru 5085 6 4
3 Siranindi 5002 11 1
4 Kamonji 7492 8 3
5 Balaroa 13040 7 4
6 Lere 10450 11 1
(Sumber : Hasil analisis peneliti, 2022).

Berdasarkan analisis skalogram yang telah dilakukan, terdapat kelurahan


tertentu yang memiliki jumlah penduduk yang besar, namun tingkat
keberagaman fasilitas yang ada di kelurahan tersebut rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk menentukan kelurahan sebagai pusat
pertumbuhan baru, tidak cukup hanya melihat dari segi keberagaman
fasilitas saja. Dalam penilaian potensi sebagai pusat pertumbuhan, perlu
mempertimbangkan frekuensi atau jumlah fasilitas dari setiap jenisnya di
kelurahan tersebut.
Tingkat frekuensi fasilitas pada suatu kelurahan mempengaruhi indeks
sentralitas kelurahan tersebut. Semakin besar frekuensinya, maka nilai
sentralitasnya juga akan semakin tinggi. Artinya, kelurahan yang memiliki
frekuensi fasilitas yang tinggi cenderung memiliki nilai sentralitas yang
lebih tinggi, yang menunjukkan potensi sebagai pusat pertumbuhan yang
menonjol.

56
4.2.2 Analisis Indeks Sentralitas
4.2.2.1 Tahun 2018
Dalam menentukan pusat pelayanan selain menggunakan analisis
skalogram, kita juga dapat menggunakan analisis indeks sentralitas. Pada
analisis ini, tingkat frekuensi fasilitas pada suatu kelurahan akan
mempengaruhi nilai indeks sentralitas kelurahan tersebut. Semakin tinggi
frekuensi fasilitas, maka nilai sentralitasnya juga akan semakin besar.
Dalam analisis indeks sentralitas, langkah pertama yang dilakukan
adalah perhitungan penentuan bobot fasilitas. Bobot fasilitas ini digunakan
untuk memberikan nilai penting atau kontribusi relatif dari setiap jenis
fasilitas terhadap sentralitas kelurahan. Untuk menghitung bobot fasilitas,
digunakan rumus sebagai berikut :
t
C=
T
Keterangan

C = bobot tiap jenis fasilitas

t = nilai sentralitas tiap jenis fasilitas (diasumsikan nilainya 100)

T = jumlah satuan tiap jenis fasilitas

Berikut ini adalah hasil perhitungan dalam penentuan bobot tiap jenis
fasilitas yang terdapat di Kecamatan Palu Barat :

57
Tabel 16. Bobot Sarana Tiap Kelurahan Kecamatan Palu Barat Tahun 2018

No Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan

SMA/MA/SMK

Poskesdes/Polin

Slawayan/Mini

Toko/Warung
Puskesmas

Puskesmas
SMP/MTS

Kelontong
Perguruan

Pembantu

Poliklinik

Musholla

market
SD/MI

Masjid

Vihara
Tinggi

Gereja

Pura
des
TK

RS
1 Ujuna 5 7 2 2 0 0 0 1 0 1 7 1 1 0 1 2 316
2 Baru 5 5 0 0 0 0 0 1 0 1 4 0 0 0 0 1 166
3 Siranindi 1 6 7 4 0 1 1 0 0 1 5 2 0 0 0 3 105
4 Kamonji 2 1 3 0 0 0 0 0 0 1 5 5 0 0 0 2 161
5 Balaroa 4 4 0 0 0 0 0 1 0 1 8 3 0 0 0 5 287
6 Lere 7 8 2 2 2 1 0 1 0 1 11 0 0 0 0 2 120
Jumlah 24 31 14 8 2 2 1 4 0 6 40 11 1 0 1 15 1155

Sentralis 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Bobot 4.16 3.22 7.14 12.5 50.00 50.00 100.00 25.00 0.00 16.66 2.50 9.09 100.00 0.00 100.00 6.66 0.08

(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2018).

58
Kemudian hasil dari bobot tersebut dimasukkan dalam perhitungan indeks
sentralitas yaitu dengan mengkali nilai bobot dengan jumlah masing-masing
fasilitas. Berikut ini adalah rumus perhitungan indeks sentralitas Setiap
Kelurahan di Kecamatan Palu Barat :

N
IS =
y

Keterangan :

IS = Indeks Sentralis

N = Bobot Fasilitas

y = Jumlah Masing - masing Fasilitas

59
Tabel 17. Perhitungan Indeks Sentralitas Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu Barat Tahun 2018

No Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan

Slawayan/Mini
Poskesdes/Poli
SMA/MA/SM

Toko/Warung
Puskesmas
Puskesmas
SMP/MTS

Kelontong
Perguruan

Pembantu

Poliklinik

Musholla

Jumlah
market
SD/MI

Masjid

Vihara
Tinggi

Gereja
ndes

Pura
TK

RS
K
1 Ujuna 20.80 22.54 14.28 25.00 0.00 0.00 0.00 25.00 0.00 16.66 17.50 9.09 100.00 0.00 100.00 13.32 25.28 389.47

2 Baru 20.80 16.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 0.00 16.66 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.66 13.28 108.50
3 Siranindi 4.16 19.32 49.98 50.00 0.00 50.00 100.00 0.00 0.00 16.66 12.50 18.18 0.00 0.00 0.00 19.98 8.40 349.18

4 Kamonji 8.32 3.22 21.42 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16.66 12.50 45.45 0.00 0.00 0.00 13.32 12.88 133.77
5 Balaroa 16.64 12.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 0.00 16.66 20.00 27.27 0.00 0.00 0.00 33.30 22.96 174.71

6 Lere 19.12 25.76 14.28 25.00 100.00 50.00 0.00 25.00 0.00 16.66 27.50 0.00 0.00 0.00 0.00 13.32 9.60 336.24

(Sumber :Hasil Analisis Peneliti , Data Olahan 2018).

60
Setelah didapatkan bobot dari masing-masing fasilitas, langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah
hierarki dan panjang kelas hierarkinya. Berikut ini adalah rumus yang
digunakan untuk perhitungan tersebut:

Banyak Kelas = 1+3,3 log n

Keterangan :

n = jumlah wilayah

Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :

Banyak kelas = 1+3,3 log 6

= 1+3,3 (0,778)

= 3,568 atau 4

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus sebelumnya,


didapatkan hasil banyaknya kelas atau banyak hierarkinya adalah 4.
Selanjutnya, akan dilakukan perhitungan Panjang kelas interval. Berikut
ini adalah rumus perhitungan panjang kelas interval:

Nilai Tertinggi - Nilai Terendah


Panjang Kelas=
Banyak Hierarki

389,47 – 108,50
Panjang Kelas=
4
Panjang Kelas= 70,24

Setelah menghitungnya, hasil panjang kelas interval yang diperoleh


adalah sebesar 1,5. Selanjutnya, berdasarkan nilai panjang kelas interval
tersebut, kita dapat menentukan panjang kelas untuk setiap hierarki
sebagai berikut:

61
1. Orde 1 = 319,5 – 389,8
2. Orde 2 = 249,2– 319,4
3. Orde 3 = 178,8 – 249,1
4. Orde 4 = 108,5 – 178,7
Berikut ini merupakan tabel hierarki pelayanan tiap kelurahan di
Kecamatan Palu Barat :

Tabel 18. Hasil Hierarki Pelayanan Berdasarkan Analisis Indeks Sentralitas


Tahun 2018

Orde Indeks
No Kelurahan Jumlah Fasilitas Jumlah Bobot
Sentralitas
1 Ujuna 346 389 1
2 Baru 183 109 4
3 Siranindi 136 349 2
4 Kamonji 180 134 4
5 Balaroa 313 175 4
6 Lere 157 336 1
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2018).

a. Orde I adalah Kecamatan dengan ketersediaan fasilitas yang


memiliki nilai sentralitas yang paling tinggi yakni Kelurahan Ujuna
dan Kelurahan Lere
b. Orde II adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas yang
memiliki indeks sentralitas tinggi yakni Kelurahan Siranindi.
c. Orde III adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas yang
memiliki indeks sentralitas yang sedang namun tidak ada kelurahan
yang masuk pada klasifikasi ini.
d. Orde IV adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki
indeks sentralitas rendah, yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji
dan Kelurahan Balaroa.
Berdasarkan hasil dari indeks sentralitas terkait ketersediaan fasilitas
sosial, ekonomi, dan pemerintahan, tergambar bahwa hubungan antara
ketersediaan fasilitas dan peran wilayah sebagai pusat pertumbuhan
mengindikasikan bahwa semakin lengkap atau semakin tinggi nilai indeks

62
sentralitas suatu wilayah, maka wilayah tersebut memiliki peran yang
lebih dominan dibandingkan dengan wilayah lainnya. Berikut hasil
gabungan dari analisis diatas yang didasarkan pada ketersediaan fasilitas
pada kelurahan di Kecamatan Palu Barat, baik dari keberagaman dan
frekuensi fasilitas.

Tabel 19. Hierarki Kelurahan di Kecamatan Palu Barat berdasarkan


Analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas Tahun 2018
Indeks Hierarki
No Kelurahan Skalogram Skor
Sentralitas Keseluruhan
1 Ujuna 1 1 8 I
2 Baru 4 4 2 IV
3 Siranindi 2 1 7 I
4 Kamonji 4 4 2 IV
5 Balaroa 4 4 2 IV
6 Lere 2 1 7 I
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2023).

Orde 1 = 4 skor Jumlah orde = 1+(3,3*log n) Orde Range


Orde II = 3 skor = 1+(3,3*log 6)Orde 1 = ≥ 6.5 - 8
Orde III = 2 skor
= 3.567 atau 4 Orde II = ≥ 4.9 - 6.4
Orde IV = 1 skor
Orde III = ≥ 3.3 - 4.8
Jumlah orde 4
Orde IV = ≥ 1.7 - 3.2
8-2
Range =
4
= 1,5

Berdasarkan hasil analisis di atas, kelurahan yang masuk Hierarki I ialah


Kelurahan Ujuna ,Kelurahan Siranindi dan Kelurahan Lere. Pada Hierarki
II dan III Tidak terdapat kelurahan yang masuk Klasifikasi . Pada Hierarki
IV terdapat Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji dan Kelurahan Balaroa.

63
Hal ini menunjukkan Kelurahan Ujuna , Kelurahan Siranindi dan
Kelurahan Lere merupakan wilayah yang menarik bagi penduduk untuk
melakukan aktivitas di wilayah tersebut karna tersedianya berbagai
fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan.

64
4.2.2.2 Tahun 2022
Dalam menentukan pusat pelayanan selain menggunakan analisis
skalogram, kita juga dapat menggunakan analisis indeks sentralitas. Pada
analisis ini, tingkat frekuensi fasilitas pada suatu kelurahan akan
mempengaruhi nilai indeks sentralitas kelurahan tersebut. Semakin tinggi
frekuensi fasilitas, maka nilai sentralitasnya juga akan semakin besar.
Dalam analisis indeks sentralitas, langkah pertama yang dilakukan
adalah perhitungan penentuan bobot fasilitas. Bobot fasilitas ini digunakan
untuk memberikan nilai penting atau kontribusi relatif dari setiap jenis
fasilitas terhadap sentralitas kelurahan. Untuk menghitung bobot fasilitas,
digunakan rumus sebagai berikut :
t
C=
T
Keterangan

C = bobot tiap jenis fasilitas


t = nilai sentralitas tiap jenis fasilitas (diasumsikan nilainya 100)
T = jumlah satuan tiap jenis fasilitas

Berikut ini adalah hasil perhitungan dalam penentuan bobot tiap jenis
fasilitas yang terdapat di Kecamatan Palu Barat :

65
Tabel 20. Bobot Sarana Tiap Kelurahan Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
No Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan

Slawayan/Mini
Poskesdes/Poli
SMA/MA/SM

Toko/Warung
Puskesmas

Puskesmas
SMP/MTS

Kelontong
Perguruan

Pembantu

Poliklinik

Musholla

market
SD/MI

Masjid

Vihara
Tinggi

Gereja
ndes

Pura
TK

RS
K
1 Ujuna 6 6 1 1 0 0 0 0 1 1 7 1 1 0 1 1 198
2 Baru 0 5 1 0 0 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0 2 183
3 Siranindi 1 5 4 4 0 1 1 0 1 0 5 2 0 0 0 3 76
4 Kamonji 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 5 5 0 0 0 4 210
5 Balaroa 2 4 1 0 0 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 3 117
6 Lere 2 6 2 4 2 1 1 0 0 0 10 3 0 0 0 2 165
Jumlah 13 28 10 9 2 2 2 0 2 4 37 11 1 0 1 15 949
Sentralis 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Bobot 7.69 3.57 10.00 11.11 50.00 50.00 50.00 0.00 50.00 25.00 2.70 9.09 100.00 0.00 100.00 6.66 0.10

(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2022).

66
Kemudian hasil dari bobot tersebut dimasukkan dalam perhitungan indeks
sentralitas yaitu dengan mengkali nilai bobot dengan jumlah masing-masing
fasilitas. Berikut ini adalah tabel perhitungan indeks sentralitas Setiap
Kelurahan di Kecamatan Palu Barat :

N
IS =
y

Keterangan :
IS = Indeks Sentralis
N = Bobot Fasilitas
y = Jumlah Tiap Fasilitas

67
Tabel 21. Bobot Perhitungan Indeks Sentralitas Tiap Kelurahan Di Kecamatan Palu Barat Tahun 2022

No Kelurahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan

Slawayan/Mini
Poskesdes/Poli
SMA/MA/SM

Toko/Warung
Puskesmas
Puskesmas
SMP/MTS

Kelontong
Perguruan

Pembantu

Poliklinik

Musholla

Jumlah
market
SD/MI

Masjid

Vihara
Tinggi

Gereja
ndes

Pura
TK

RS
K
1 Ujuna 46.14 21.42 10.00 11.11 0.00 0.00 0.00 0.00 50.00 25.00 18.90 9.09 100.00 0.00 100.00 6.66 19.80 418.12

2 Baru 0.00 17.85 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 10.80 0.00 0.00 0.00 0.00 13.32 18.30 95.27

3 Siranindi 7.69 17.85 40.00 44.44 0.00 50.00 50.00 0.00 50.00 0.00 13.50 18.18 0.00 0.00 0.00 19.98 7.60 319.24

4 Kamonji 15.38 7.14 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 13.50 45.45 0.00 0.00 0.00 26.64 21.00 164.11

5 Balaroa 15.38 14.28 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 16.20 0.00 0.00 0.00 0.00 19.98 11.70 112.54

6 Lere 15.38 21.42 20.00 44.44 100.00 50.00 50.00 0.00 0.00 0.00 27.00 27.27 100.00 0.00 0.00 13.32 16.50 485.33

(Sumber :Hasil Analisis Peneliti, Data Olahan 2022).

68
Setelah didapatkan bobot dari masing-masing fasilitas, langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah
hierarki dan panjang kelas hierarkinya. Berikut ini adalah rumus yang
digunakan untuk perhitungan tersebut:

Banyak Kelas = 1+3,3 log n

Keterangan :

n = jumlah wilayah
Berikut ini adalah hasil dari perhitungannya :
Banyak kelas = 1+3,3 log 6
= 1+3,3 (0,778)
= 3,568 atau 4

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus sebelumnya,


didapatkan hasil banyaknya kelas atau banyak hierarkinya adalah 4.
Selanjutnya, akan dilakukan perhitungan Panjang kelas interval. Berikut ini
adalah rumus perhitungan panjang kelas interval:

Nilai Tertinggi - Nilai Terendah


Panjang Kelas =
Banyak Hierarki

485,33 – 95,27
Panjang Kelas =
4
Panjang Kelas = 97,51

Setelah menghitungnya, hasil panjang kelas interval yang diperoleh adalah


sebesar 1,5. Selanjutnya, berdasarkan nilai panjang kelas interval tersebut,
kita dapat menentukan panjang kelas untuk setiap hierarki sebagai berikut:

1. Orde 1 = 388,1 – 485,6


2. Orde 2 = 290,5 – 388,0
3. Orde 3 = 192,9 – 290,4
4. Orde 4 = 95,3 – 192,8

69
Berikut ini merupakan tabel hierarki pelayanan tiap kelurahan di
Kecamatan Palu Barat :

Tabel 22. Hasil Hierarki Pelayanan Berdasarkan Analisis Indeks Sentralitas


Tahun 2022

Orde Indeks
No Kelurahan Jumlah Fasilitas Jumlah Bobot
Sentralitas
1 Ujuna 225 418.12 1
2 Baru 196 95.27 4
3 Siranindi 103 319.24 2
4 Kamonji 230 164.11 4
5 Balaroa 134 112.54 4
6 Lere 198 485.33 1
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2022).

a. Orde I adalah Kecamatan dengan ketersediaan fasilitas yang memiliki


nilai sentralitas yang paling tinggi yakni Kelurahan Lere, Kelurahan
Ujuna,
b. Orde II adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas yang memiliki
indeks sentralitas tinggi yakni Kelurahan Siranindi.
c. Orde III adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas yang memiliki
indeks sentralitas yang sedang yaitu Kelurahan Kamonji.
d. Orde IV adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki
indeks sentralitas rendah, yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji
dan Kelurahan Balaroa.

Berdasarkan hasil dari indeks sentralitas atas banyaknya ketersediaan


fasilitas sosial, ekonomi, dan pemerintahan ini memperlihatkan keterkaitan
antara fasilitas yang tersedia dengan fungsi daerah sebagai pusat
pertumbuhan ialah semakin lengkap atau semakin tinggi nilai indeks
sentralitas yang dimiliki, maka wilayah tersebut memiliki fungsi yang lebih
besar dibandingkan dengan wilayah lainnya.Berikut hasil gabungan dari
analisis diatas yang didasarkan pada ketersediaan fasilitas pada kelurahan di
Kecamatan Palu Barat, baik dari keberagaman dan frekuensi fasilitas.

70
Tabel 23. Hierarki Kelurahan di Kecamatan Palu Barat berdasarkan
Analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas Tahun 2022

Indeks Hierarki
No Kelurahan Skalogram Skor
Sentralitas Keseluruhan
1 Ujuna 1 1 8 I
2 Baru 4 4 2 IV
3 Siranindi 1 3 6 II
4 Kamonji 3 4 3 IV
5 Balaroa 4 4 2 IV
6 Lere 1 1 8 I
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan 2022).

Orde 1 = 4 skor Jumlah orde = 1+(3,3*log n)

Orde II = 3 skor = 1+(3,3*log 6)

Orde III = 2 skor 3.567 atau 4


=
Orde IV = 1 skor
Jumlah orde 4

8-2
Range =
4
= 1,5

Orde Range
Orde 1 = ≥ 6.5 - 8
Orde II = ≥ 4.9 - 6.4
Orde III = ≥ 3.3 - 4.8
Orde IV = ≥ 1.7 - 3.2

Berdasarkan hasil analisis di atas, kelurahan yang masuk Hierarki I ialah


Kelurahan Ujuna dan Kelurahan Lere . Pada Hierarki II Kelurahan Siranindi.
Pada Hirarki III tidak ditempati satupun oleh kelurahan di Kecamatan Palu
Barat. pada Hierarki IV ditempati oleh 3 kelurahan yaitu Kelurahan
Kamonji, Kelurahan Balaroa dan Kelurahan Baru.

71
Gambar 6. Peta Klasifikasi Hierarki Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).

72
4.2.3 Analisis Gravitasi

4.2.3.1 Tahun 2018


Untuk melihat keterkaitan kelurahan di Kecamatan Palu barat maka
digunakan analisis Gravitasi. Analisis ini sering digunakan untuk melihat
kaitan (daya tarik) potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh
dari potensi tersebut. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan
hubungan (kedekatan) antara dua daerah, dimana daerah dianggap sebagai
suatu daerah yang memiliki daya tarik menarik, sehingga akan muncul
hubungan saling mempengaruhi antara kedua daerah tersebut. Tabel
dibawah memperlihatkan hasil analisis gravitasi yang telah dilakukan
untuk melihat daya tarik setiap kelurahan.

Tabel 24. Nilai Interaksi Antar Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun
2018
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi
Kel. Siranindi 99510447.385
Kel. Baru 58794278.151
Kel. Ujuna Kel. Kamonji 40249832.760
Kel. Lere 19700946.930
Kel. Balaroa 16065007.476

Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi


Kel. Ujuna 58794278.151
Kel. Siranindi 50623815.789
Kel. Baru Kel. Kamonji 47236168.421
Kel. Lere 34946350.708
Kel. Balaroa 14001615.757

Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi


Kel. Kamonji 108299980.469
Kel. Ujuna 99510447.385
Kel. Siranindi Kel. Baru 50623815.789
Kel. Balaroa 18295664.251
Kel. Lere 17037466.327

73
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi
Kel. Siranindi 108299980.469
Kel. Balaroa 57959764.060
Kel. Kamonji Kel. Baru 47236168.421
Kel. Ujuna 40249832.760
Kel. Lere 34794761.256

Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi


Kel. Kamonji 57959764.060
Kel. Lere 32170325.397
Kel. Balaroa Kel. Siranindi 18295664.251
Kel. Ujuna 16065007.476
Kel. Baru 14001615.757

Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi


Kel. Baru 34946350.708
Kel. Kamonji 34794761.256
Kel. Lere Kel. Balaroa 32170325.397
Kel. Ujuna 19700946.930
Kel. Siranindi 17037466.327
(Sumber : Analisis Penulis, Data Olahan 2018).

Didapatkan hasil interaksi di setiap kelurahan dengan wilayah


belakangnya (Hinterland) sebagaimana berikut:
a. Kelurahan Ujuna sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Siranindi, Kelurahan Baru,
Kelurahan Kamonji, Kelurahan Lere, dan Kelurahan Balaroa. Dari ke
lima kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Siranindi merupakan daerah
yang paling kuat hubungannya dengan Kelurahan Ujuna. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang paling tinggi dari empat kelurahan
lainnya. Sementara itu kelurahan yang paling kecil intraksinya adalah
Kelurahan Balaroa.
b. Kelurahan Baru sebagai pusat pertumbuhan memiliki daerah hinterland
yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji,

74
Kelurahan Lere, dan Kelurahan Balaroa. Dari antara kelurahan
hinterlandnya, Kelurahan Baru memiliki nilai interaksi yang paling
tinggi dengan Kelurahan Ujuna dan yang paling rendah adalah
Kelurahan Balaroa.
c. Kelurahan Siranindi sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Kamonji, Kelurahan Ujuna,
Kelurahan Baru, Kelurahan Balaroa, Kelurahan Lere. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Siranindi memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah kelurahan Lere
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah. Hal ini disebabkan
oleh jarak antara Kelurahan Siranindi dengan Kelurahan Kamonji yang
dekat, sementara dengan Kelurahan Lere membutuhkan jarak yang
jauh, sehingga mempengaruhi aksebilitasnya.
d. Kelurahan Kamonji sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Siranindi, Kelurahan Balaroa,
Kelurahan Baru, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Lere. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Kamonji memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Siranindi. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah Kelurahan Lere
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah.
e. Kelurahan Balaroa sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Kamonji, Kelurahan Lere,
Kelurahan Siranindi, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Balaroa memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah kelurahan Baru
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah.

75
f. Kelurahan Lere sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji,
Kelurahan Balaroa, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi. Dari ke
lima kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Baru merupakan daerah yang
paling kuat hubungannya dengan Kelurahan Lere. Ini terlihat dari nilai
interaksinya yang paling tinggi dari empat kelurahan lainnya.
Sementara itu kelurahan yang paling kecil intraksinya adalah
Kelurahan Siranindi. Akan tetapi dari antara kelima daerah
hinterlandnya, terlihat nilai interaksinya tidak berbeda jauh antara satu
dengan yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa Kelurahan Baru
memiliki hubungan yang kuat dan merata dengan Kabupaten
hinterlandnya.
Tabel 25. Urutan Nilai Interaksi Antar Wilayah Tahun 2018
No Antar Wilayah Nilai Interaksi
1 Kel. Siranindi-Kel. Kamonji 108299980.469
2 Kel. Ujuna - Kel. Siranindi 99510447.385
3 Kel. Baru - Kel. Ujuna 58794278.151
4 Kel. Kamonji- Kel. Balaroa 57959764.060
5 Kel. Baru- Kel. Siranindi 50623815.789
6 Kel. Baru - Kel. Kamonji 47236168.421
7 Kel.Ujuna - Kel.Kamonji 40249832.760
8 Kel. Baru - Kel. Lere 34946350.708
9 Kel. Kamonji - Kel. Lere 34794761.256
10 Kel. Balaroa - Kel. Lere 32170325.397
11 Kel. Lere- Kel. Ujuna 19700946.930
12 Kel. Siranindi - Kel. Balaroa 18295664.251
13 Kel.Lere - Kel. Siranindi 17037466.327
14 Kel. Ujuna - Kel. Balaroa 16065007.476
15 Kel. Baru - Kel. Balaroa 14001615.757
(Sumber : Analisis Penulis, Data Olahan 2018).
Berdasarkan Tabel (25) bahwa kelurahan yang mendominasi memiliki
nilai interaksi yang tinggi satu dengan lainnya ialah Kelurahan Siranindi.
Kelurahan Siranindi memiliki nilai interaksi paling tinggi dengan
Kelurahan Kamonji (108.299.980.469) Kelurahan Ujuna (99.510.447.385)
. Hal ini dipengaruhi oleh jarak yang rendah antara wilayah-wilayah

76
tersebut, yang memungkinkan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk
berinteraksi menjadi lebih efisien. Selain itu, jumlah populasi di setiap
wilayah juga berperan penting dalam menentukan kekuatan interaksi.
Semakin tinggi jumlah populasi di antara wilayah-wilayah tersebut,
semakin kuat pula interaksi yang terjadi, baik dalam pergerakan manusia,
barang, maupun jasa. Ini artinya, Kelurahan Siranindi memiliki daya tarik
yang paling dominan bagi wilayah hinterland lainnya. Kemudian disusul
dengan Kelurahan Kamonji dengan Kelurahan Balaroa sebesar
(57.959.764.060).

77
4.2.3.2 Tahun 2022
Untuk melihat keterkaitan kelurahan di Kecamatan Palu barat maka
digunakan analisis Gravitasi. Analisis ini sering digunakan untuk melihat
kaitan (daya tarik) potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh
dari potensi tersebut. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan
hubungan (kedekatan) antara dua daerah, dimana daerah dianggap sebagai
suatu daerah yang memiliki daya tarik menarik, sehingga akan muncul
hubungan saling mempengaruhi antara kedua daerah tersebut. Tabel
dibawah memperlihatkan hasil analisis gravitasi yang telah dilakukan
untuk melihat daya tarik setiap kelurahan.

Tabel 26. Nilai Interaksi Antar Kelurahan di Kecamatan Palu Barat Tahun
2022
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi

Kel. Siranindi 84175122.873

Kel. Baru 51864777.893

Kel. Ujuna Kel. Kamonji 34996485.053

Kel. Lere 17745854.021

Kel. Balaroa 14683037.665

Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi

Kel. Ujuna 51864777.893

Kel. Siranindi 43239224.377

Kel. Baru Kel. Kamonji 41470850.970

Kel. Lere 31784806.519

Kel. Balaroa 12921742.243

78
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi

Kel. Kamonji 91174687.500

Kel. Ujuna 84175122.873

Kel. Siranindi Kel. Baru 43239224.377

Kel. Balaroa 16190815.383

Kel. Lere 14859369.156

Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi

Kel. Siranindi 91174687.500

Kel. Balaroa 52722065.295

Kel. Kamonji Kel. Baru 41470850.970

Kel. Ujuna 34996485.053

Kel. Lere 31192809.245

Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi

Kel. Kamonji 52722065.295

Kel. Lere 30315917.460

Kel. Balaroa Kel. Siranindi 16190815.383

Kel. Ujuna 14683037.665

Kel. Baru 12921742.243

79
Kelurahan Kelurahan Tujuan Nilai Interaksi

Kel. Baru 31784806.519

Kel. Kamonji 31192809.245

Kel. Lere Kel. Balaroa 30315917.460

Kel. Ujuna 17745854.021

Kel. Siranindi 14859369.156

(Sumber : Analisis Penulis, Data Olahan 2022).

Didapatkan hasil interaksi di setiap Kabupaten dengan wilayah


belakangnya (Hinterland) sebagaimana berikut:

a. Kelurahan Ujuna sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki


daerah hinterland yaitu Kelurahan Siranindi, Kelurahan Baru,
Kelurahan Kamonji, Kelurahan Lere, dan Kelurahan Balaroa . Dari ke
lima kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Siranindi merupakan daerah
yang paling kuat hubungannya dengan Kelurahan Ujuna. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang paling tinggi dari empat kelurahan
lainnya. Sementara itu kelurahan yang paling kecil intraksinya adalah
Kelurahan Balaroa.
b. Kelurahan Baru sebagai pusat pertumbuhan memiliki daerah hinterland
yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji ,
Kelurahan Lere, dan Kelurahan Balaroa. Dari antara kelurahan
hinterlandnya, Kelurahan Baru memiliki nilai interaksi yang paling
tinggi dengan Kelurahan Ujuna dan yang paling rendah adalah
Kelurahan Balaroa .
c. Kelurahan Siranindi sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Kamonji, Kelurahan Ujuna,
Kelurahan Baru, Kelurahan Balaroa, Kelurahan Lere. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Siranindi memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Kamonji . Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.

80
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah Kelurahan Lere
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah. Hal ini disebabkan
oleh jarak antara Kelurahan Siranindi dengan Kelurahan Kamonji yang
dekat, sementara dengan Kelurahan Lere membutuhkan jarak yang
jauh, sehingga mempengaruhi aksebilitasnya.
d. Kelurahan Kamonji sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Siranindi, Kelurahan Balaroa,
Kelurahan Baru, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Lere. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Kamonji memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Siranindi. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah Kelurahan Lere
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah.
e. Kelurahan Balaroa sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Kamonji, Kelurahan Lere,
Kelurahan Siranindi, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru. Dari antara
kelurahan sebagai daerah hinterlandnya, Kelurahan Balaroa memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kelurahan lainnya.
Sementara yang paling rendah hubungannya adalah Kelurahan Baru
terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah.
f. Kelurahan Lere sebagai kelurahan pusat pertumbuhan memiliki
daerah hinterland yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji,
Kelurahan Balaroa, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi. Dari ke
lima kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Baru merupakan daerah yang
paling kuat hubungannya dengan Kelurahan Lere. Ini terlihat dari nilai
interaksinya yang paling tinggi dari empat kelurahan lainnya.
Sementara itu kelurahan yang paling kecil intraksinya adalah
Kelurahan Siranindi. Akan tetapi dari antara kelima daerah
hinterlandnya, terlihat nilai interaksinya tidak berbeda jauh antara satu
dengan yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa Kelurahan Baru

81
memiliki hubungan yang kuat dan merata dengan Kabupaten
hinterlandnya.

Tabel 27. Urutan Nilai Interaksi Antar Wilayah Tahun 2022


No Antar Wilayah Nilai Interaksi

1 Kel. Siranindi - Kel. Kamonji 91174687.500

2 Kel. Ujuna - Kel. Siranindi 84175122.873

3 Kel. Kamonji - Kel. Balaroa 52722065.295

4 Kel.Ujuna - Kel. Baru 51864777.893

5 Kel. Baru - Kel. Siranindi 43239224.377

6 Kel. Baru - Kel. Kamonji 41470850.970

7 Kel.Ujuna - Kel.Kamonji 34996485.053

8 Kel. Baru - Kel. Lere 31784806.519

9 Kel. Kamonji - Kel. Lere 31192809.245

10 Kel. Balaroa - Kel. Lere 30315917.460

11 Kel. Ujuna - Kel. Lere 17745854.021

12 Kel. Siranindi - Kel. Balaroa 16190815.383

13 Kel.Lere - Kel. Siranindi 14859369.156

14 Kel. Ujuna - Kel. Balaroa 14683037.665

15 Kel. Baru - Kel. Balaroa 12921742.243

(Sumber : Analisis Penulis, Data Olahan 2022).

Berdasarkan Tabel (27) bahwa kelurahan yang mendominasi memiliki


nilai interaksi yang tinggi satu dengan lainnya ialah Kelurahan Siranindi.
Kelurahan Siranindi memiliki nilai interaksi paling tinggi dengan
Kelurahan Kamonji (91.174.687.500) dan Kelurahann Ujuna
(84.175.122.873). Hal ini dipengaruhi oleh jarak yang rendah antara

82
wilayah-wilayah tersebut, yang memungkinkan biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk berinteraksi menjadi lebih efisien. Selain itu, jumlah
populasi di setiap wilayah juga berperan penting dalam menentukan
kekuatan interaksi. Semakin tinggi jumlah populasi di antara wilayah-
wilayah tersebut, semakin kuat pula interaksi yang terjadi, baik dalam
pergerakan manusia, barang, maupun jasa. Ini artinya, Kelurahan Siranindi
memiliki daya tarik yang paling dominan bagi wilayah hinterland lainnya.

83
Gambar 7. Peta Interaksi Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).

84
4.2.4 Penentuan Pusat Pertumbuhan Di Kecamatan Palu Barat
Berdasarkan hasil analisis skalogram yang telah diolah sebelumnya,
maka dapat diketahui wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan di
Kecamatan Palu Barat yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, dan
Kelurahan Lere. Hal ini dikarenakan dari 6 Kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Palu Barat yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru, Kelurahan
Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa, dan Kelurahan lere.
Maka, Kelurahan yang berada pada hierarki pertama terdapat pada
Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, dan Kelurahan Lere karena
mempunyai kelengkapan fasilitas yang lengkap. Selanjutnya pada hierarki
kedua dan ketiga tidak terdapat Kelurahan yang masuk klasifikasi, untuk
hierarki ke empat terdapat Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji, dan
Kelurahan Balaroa.
Akan tetapi dalam penggunaan analisis skalogram, analisis ini memiliki
kelemahan dalam penentuan pusat pertumbuhan. Untuk menentukan suatu
wilayah sebagai pusat pertumbuhan tidak hanya ditentukan berdasarkan
keberadaan atau kelengkapan setiap jenis fasilitas tetapi juga dengan
mempertimbangkan frekuensinya atau kelangkaan dari setiap fungsi-fungsi
fasilitas. Kelurahan sebagai pusat-pusat pertumbuhan diperoleh tidak hanya
dengan menggunakan analisis skalogram tetapi perlu dilanjutkan dengan
analisis indeks sentralitas. Berdasarkan hasil perhitungan analisis indeks
sentralitas maka diketahui bahwa Kelurahan yang terdapat pada hierarki I
berjumlah 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Ujuna, dan Kelurahan Lere, pada
hierarki II dan Hierarki III tidak terdapat Kelurahan yang masuk klasifikasi,
sedangkan pada hierarki IV berjumlah 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Baru,
Kelurahan Kamonji, dan Kelurahan Balaroa dengan mempertimbangkan
seluruh analisis yang telah dilakukan pada hasil penelitian tahun 2018.
Kemudian Kelurahan yang berada pada Hierarki I ialah Kelurahan Ujuna
dan Kelurahan Lere. Pada Hierarki II terdapat Kelurahan Siranindi, dan
Hierarki III tidak terdapat kelurahan yang masuk Klasifikasi . Pada Hierarki
IV terdapat Kelurahan Baru, Kelurahan Kamonji dan Kelurahan Balaroa.
Dengan mempertimbangkan seluruh analisis yang telah dilakukan pada hasil

85
penelitian tahun 2022, dapat diketahui dengan menggunakan analisis
skalogram dan analisis indeks sentralitas telah diproyeksikan yaitu
Kelurahan Ujuna sebagai pusat pertumbuhan. Selanjutnya untuk melihat
daya tarik pusat pertumbuhan pada suatu wilayah maka ditentukan nilai
interaksinya. Hasil analisis gravitasi menunjukan bahwa kelurahan yang
memiliki nilai interaksi tertinggi satu dengan lainnya ialah Kelurahan
Siranindi terhadap Kelurahan Kamonji . Kekuatan interaksi wilayah
tertinggi kedua terjadi antara wilayah Kelurahan Ujuna terhadap Kelurahan
Siranindi, dan ketiga terjadi antara wilayah Kelurahan Kamonji terhadap
Kelurahan Balaroa. Kelurahan yang mendominasi berdasarkan nilai
interaksi tertinggi adalah Kelurahan Siranindi. Kelurahan ini terlibat dalam
dua dari tiga wilayah dengan nilai gravitasi tertinggi. Hal ini dipengaruhi
oleh rendahnya jarak antar wilayah yang semakin memperbesar kekuatan
interaksi antar wilayah sehingga biaya dan waktu dibutuhkan juga akan
semakin rendah, selain itu kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh populasi
antar wilayah karena suatu interaksi bisa ditandai dengan adanya pergerakan
manusia, barang dan jasa, semakin tinggi populasi antar wilayah yang
dimiliki antar wilayah maka akan memiliki kekuatan interaksi yang tinggi.
Ini artinya, Kelurahan Siranindi memiliki daya tarik yang paling dominan
bagi wilayah hinterland lainnya.

86
Gambar 8. Peta Pusat Pertumbuhan Kecamatan Palu Barat Tahun 2018
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).

87
Gambar 9. Peta Pusat Pertumbuhan Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038, Modifikasi Peneliti,2023).

88
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan analisis Gravitasi (interaksi wilayah) yang dilakukan bahwa
tahun 2022 kelurahan yang memiliki nilai interaksi tertinggi satu dengan
lainnya ialah Kelurahan Siranindi terhadap Kelurahan Kamonji dengain
nilai gravitasi nya (91.174.687.500). Kekuatan interaksi wilayah tertinggi
kedua terjadi antara wilayah Kelurahan Ujuna terhadap Kelurahan
Siranindi dengan nilai gravitasi (84.175.122.873) dan ketiga terjadi
antara wilayah Kelurahan Kamonji terhadap Kelurahan Balaroa dengan
nilai gravitasi (52.722.065.295).
Kelurahan yang mendominasi berdasarkan nilai interaksi tertinggi
adalah Kelurahan Siranindi. Kelurahan ini terlibat dalam dua dari tiga
wilayah dengan nilai gravitasi tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
rendahnya jarak antar wilayah yang semakin memperbesar kekuatan
interaksi antar wilayah sehingga biaya dan waktu dibutuhkan juga akan
semakin rendah, selain itu kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh
populasi antar wilayah karena suatu interaksi bisa ditandai dengan
adanya pergerakan manusia, barang dan jasa, semakin tinggi populasi
antar wilayah yang dimiliki antar wilayah maka akan memiliki kekuatan
interaksi yang tinggi. Ini artinya, Kelurahan Siranindi memiliki daya tarik
yang paling dominan bagi wilayah hinterland lainnya. Dibandingkan
dengan hasil analisis gravitasi berdasarkan Data tahun 2018 bahwa
kelurahan yang mendominasi memiliki nilai interaksi yang tinggi satu
dengan lainnya ialah Kelurahan Siranindi. Kelurahan Siranindi memiliki
nilai interaksi paling tinggi dengan Kelurahan Kamonji (209.467.514.65)
dan Kelurahann Ujuna (193.340.638.52).

89
2. Dari 6 kelurahan dengan hasil analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas
dihasilkan bahwa Kelurahan yang berada pada Hierarki I ialah Kelurahan
Ujuna , dan Kelurahan Lere. Pada Hierarki II terdapat Kelurahan
Siranindi, dan Hierarki III tidak terdapat kelurahan yang masuk
Klasifikasi . Pada Hierarki IV terdapat Kelurahan Baru, Kelurahan
Kamonji dan Kelurahan Balaroa. Dengan mempertimbangkan seluruh
analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini tahun 2022, yang bisa
diproyeksikan untuk dijadikan pusat pertumbuhan baru (utama) ialah
Kelurahan Ujuna.
Dibandingkan dengan hasil analisis Skalogram dan Indeks
Sentralitas berdasarkan data tahun 2018 Dari 6 kelurahan dengan hasil
analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas dihasilkan Bahwa kelurahan
yang Berada pada Hierarki I ialah Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi
dan Kelurahan Lere. Pada Hierarki II dan III Tidak terdapat kelurahan
yang masuk Klasifikasi . Pada Hierarki IV terdapat Kelurahan Baru,
Kelurahan Kamonji dan Kelurahan Balaroa. Dengan mempertimbangkan
seluruh analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini tahun 2018,
yang bisa diproyeksikan untuk dijadikan pusat pertumbuhan baru (utama)
ialah Kelurahan Ujuna. Artinya pada tahun 2018 dan 2022 Pusat
pertumbuhan ada pada Kelurahan Ujuna.

90
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diberikan saran sebagai
berikut :
Penelitian ini menunjukkan penentuan pusat pertumbuhan pada skala
Kecamatan. Selanjutnya telah diketahui kelurahan-kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Palu Barat yang menjadi pusat pertumbuhan dilihat dari hierarki
perkotaannya dan interaksi wilayahnya. Agar seluruh pembangunan merata di
Kecamatan Palu barat, Pemerintah harus lebih memberikan prioritas terhadap
Kecamatan dengan hierarki terendah, peningkatan prioritas fasilitas
pelayanan, prasarana maupun penunjang lainnya untuk menciptakan
Kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan wilayah.
Adapun penelitian ini di tunjukan kepada Pemerintah dan para peneliti
yang ingin meneliti lebih lanjut atau ingin mengembangkan mengenai
penetuan pusat pertumbuhan disuatu wilayah pada skala pertumbuhan yang
lebih besar yaitu perlunya menindaklanjuti penetapan Kecamatan Palu Barat
sebagai pusat pertumbuhan seingga penyelenggaraan Pemerintahan dan
pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat semakin baik. Perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pola interaksi antara pusat
pertumbuan wilayah hinterland-nya (pola interaksi wilayah) yang meliputi
pola interaksi pelayanan sosial, pola interaksi fisik, dan pola interaksi
ekonomi. Hal ini dikarenakan, dalam penelitian ini mencakup skala
penentuan pusat pertumbuhan yang berada di salah satu Kecamatan di Kota
Palu. Oleh sebab itu, diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi untuk peneliti selanjutnya.

5.3 Rekomendasi
Berikut merupakan rekomendasi dalam penelitian ini yang ditunjukan
untuk Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Kota Palu. Hasil penelitian ini
dapat menjadi rekomendasi atau bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam
menata kembali fungsi pusat pertumbuhan di Kecamatan Palu Barat. Selain
itu, pusat pertumbuhan baru sebaiknya diarahkan pada upaya mendorong
proses pertumbuhan daerah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
daerah. Sejalan dengan hal tersebut sebaiknya juga di upayakan untuk terus

91
mendorong daya saing daerah menjadi meningkat. Kemudian, diarahkan pada
upaya pengembangan kerjasama secara intensif dan berkelanjutan antara
kecamatan sehingga pembangunan tidak hanya di nikmati oleh pusat-pusat
pertumbuhan itu sendiri tetapi juga dapat di nikmati oleh daerah-daerah
sekitarnya. Perlu adanya peningkatan jumlah atas ketersediaan fasilitas
ekonomi, sosial, dan pemerintahan terutama di Kecamatan-kecamatan yang
tidak termasuk sebagai pusat pertumbuhan untuk mendorong hinterland agar
memudahkan interaksi sehingga akan memacu kegiatan ekonomi. Bagi
peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan pengkajian analisis yang
lebih mendalam tentang penentuan pusat pertumbuhan di Kecamatan Palu
Barat terhadap wilayah pengaruhnya juga memperpanjang periode penelitian
sehingga bisa memperoleh hasil yang lebih baik. Hasil penelitian ini juga
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi perencana dalam
merencanakan tata ruang wilayah.

92
DAFTAR PUSTAKA
Ade Arsyad, Azhar. (2002). Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

A. Morrisan M. dkk (2017). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.

Ardila, R. (2012). Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di


Kabupaten Banjarnegara.

Adisasmita, Rahardjo. (2005). Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha


Ilmu.

Andrey Roland Gunena, Sonny Tilaar dan Esli Takumansang. (2014). Hirarki
Wilayah Kota Manado.

Ade Pratama Poetra. (2016). Analisis Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan


Ekonomi Dan Interaksi Antar Kecamatan Di Kabupaten Pringsewu.

Annisa Anggraini. (2018). Analisis Penentuan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di


Kota Tarakan.

Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2018. Kota Palu.

Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2019. Kota Palu.

Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2020. Kota Palu.

Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2021. Kota Palu.

Badan Pusat Statistik Kota Palu. Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun
2022. Kota Palu.

Daldjoeni, N. (2010). Geografi Baru: Organisasi Keruangan dalam Teori dan


Praktek. Bandung: Penerbit Alumni.

Ermawati. (2010). Analisis Pusat Pertumbuhan Ekonomi Pada Tingkat


Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.

Effendi, Mukhlison. (2006). Ilmu Pendidikan. Stainpo Press. Ponorogo. .

93
Fransiska, Reza, (2019). Analisis Pusat Pertumbuhan Baru Di Provinsi
Gorontalo. BS thesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uin Jakarta.

Glasson, John (1990). Pengenalan Perancangan Wilayah Konsep dan Amalan


(alih bahasa Ahris Yaakub). Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian
Pendidikan Malaysia Kuala lumpur.

Indriantoro, Nur dan Supomo, (2002). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk.


Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.

Kasiram, Moh. (2008). Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Pers.

Kepmen, Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95. Undang – Undang Republik


Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,
Pada Pasal 35 dan 36.

Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16 Tahun 2011. Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palu Tahun 2010 – 2030. Kota Palu.

Peraturan Mendagri No.4 tahun 1980. berisi tentang Pedoman Penyusunan


Rencana Kota.

Pandapotan T.P Nainggolan. (2015). Analisis Penentuan Pusat – Pusat


Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Simalungun.

Perroux dalam Adisasmita, Rahardjo. (2005). Dasar – Dasar Ekonomi Wilayah,


Graha Ilmu.Jakarta.

Rebecka Octaria Nainggolan. (2014). Analisis Penentuan Pusat-Pusat


Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan.

Richardson, Harry W. (1978). Urban Economics. Diterjemahkan oleh Paul


Sitohang. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Depok.

Richardson, Harry W. (2001). Dasar-dasar Ilmu Regional. Diterjemahkan oleh


Paul Sitohang. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Depok.

Riyadi dan Supriyadi, Deddy. (2003). Perencanaan Pembangunan Daerah:


Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Rondinelli, Dennis. A. (1985). Applied Method of Regional Analysis. Colorado :


Westview Press.

94
Sugiyanto dan Sukesi. (2010). Penelitian Pengembangan Pusat-Pusat
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lamandau. Fakultas Ekonomi
Universitas Dr. Soetomo, Surabaya.

Saruhian, Aryan. (2006). Identifikasi Dan Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan


Ekonomi Di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Tesis,
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok. http://
www.digilib.ui.ac.id diakses 30 Oktober 2009.

Setiawan, N. B., & Prishardoyo, B. (2016). Distribusi Fungsi Pelayanan


Kecamatan dan Interaksi antar Kecamatan di Kabupaten Tegal.
Economics Development Analysis Journal.

Tarigan, Robinson. (2004). Ekonomi Regional, Bumi Aksara, Jakarta.

Tarigan, Robinson. (2005). Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi, Bumi Aksara,
Jakarta.

Tarigan, Robinson. (2006). Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Medan: Bumi
Aksara.

Tarigan, Robinson. (2010). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi V.


Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang.


LN.2007/NO.68, TLN NO.4725, LL SETNEG : 50 HLM. Pemerintah Pusat.

Wibowo, Rudi dan Soetriono. (2004). Konsep, Teori, dan Landasan Analisis
Wilayah. Bayumedia Publishing. Malang.

95
LAMPIRAN

LAMPIRAN

96
DOKUMENTASI

Wawancara Bersama Pihak Kantor Kecamatan Palu Barat


(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

Wawancara Bersama Pihak Kantor Kelurahan Ujuna


(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

97
Wawancara Bersama Pihak Kantor Kelurahan Lere
(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

Salah Satu Fasilitas Pendidikan Yang Rusak di Kelurahan Lere


(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

Salah Satu Fasilitas Kesehatan Yang Rusak di Kelurahan Lere


(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

98
Salah Satu Jalan Yang Terdampak Bencana (Jln. Cumi-Cumi) di Kelurahan Lere
(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

Salah Satu Sarana Perdagangan dan Jasa di Kelurahan Ujuna


(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

99
Salah Satu Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Lere
(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

Salah Satu Fasilitas Peribadatan Yang Rusak di Kelurahan Lere


(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

100
Salah Satu Fasilitas Peribadatan di Kelurahan Ujuna
(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2023)

101

Anda mungkin juga menyukai