Anda di halaman 1dari 145

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN


KECAMATAN LINDU
(TAMAN NASIONAL LORE LINDU)

Diajukan sebagai
Usulan Tugas Akhir Program Studi S-1
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

DISUSUN OLEH :
MOH FAISAL
Stb. F 231 17 099

DiBimbing Oleh :
Ir. Luthfi, S.T., M.Si
Nip. 19670407 199702 1 001

PROGRAM STUDI S-1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
LAND COVER CHANGE
LINDU DISTRICT
(LORE LINDU NATIONAL PARK)

DISUSUN OLEH :
MOH FAISAL
Stb. F 231 17 099

DiBimbing Oleh :
Ir. Luthfi, S.T., M.Si
Nip. 19670407 199702 1 001

PROGRAM STUDI S-1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
TUGASS AKHIR
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN


KECAMATAN LINDU
(TAMAN NASIONAL LORE LINDU)

Diajukan sebagai
Usulan Tugas Akhir Program Studi S-1
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

DISUSUN OLEH :
MOH FAISAL
Stb. F 231 17 099

DiBimbing Oleh :
Ir. Luthfi, S.T., M.Si
Nip. 19670407 199702 1 001

PROGRAM STUDI S-1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
REKOMENDASI

i
LEMBAR PERSETUJUAN

i
HALAMAN PENGESAHAN

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam
naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam Tugas Akhir saya
ternyata ditemui duplikasi, jiplakan (plagiat) dari Tugas Akhir orang lain/Institusi
lain maka saya bersedia menerima sanksi untuk dibatalkan kelulusan saya dan saya
bersedia melepaskan gelar Sarjana Teknik dengan penuh rasa tanggung jawab.

Palu, ............Juli 2022

MOH FAISAL
Stb. F231 17 099

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Agung, Yang Maha Suci, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul “Perubahan Tutupan
Lahan Kecamatan Lindu (Taman Nasional Lore Lindu)”. Tak lupa pula
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah
hingga akhir zaman.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib dipenuhi untuk
memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) pada Prodi Perencanaan Wilayah
dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, dan merupakan salah satu proses
akhir dari kegiatan pembelajaran di Universitas Tadulako. Saya sangat berharap
tugas akhir ini dapat berguna dalam rangka membangun wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga sangat menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir
ini masih terdapat berbagai kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga
semoga diharapkan tugas akir ini agar dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.
Tugas Akhir ini sesungguhnya dapat dapat terlaksana berkat bantuan berbagai
pihak, dalam berbagai bentuk bantuan baik bantuan moril maupun materil, yang
spesial saya tujukan kepada kedua orang tua saya, yaitu Ayah saya Wandri, dan
Ibu saya Siti Mukhadima serta keluarga besar penulis atas segala motivasi yang
di berikan. Tidak lupa pula, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini, khususnya kepada :
1. Ir. Luthfi, S.T., M.Si Selaku Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga,
dan ilmu serta memberikan banyak masukan terkait penyusunan tugas akhir ini
sehingga penulis dapat menyelesaiakan tugas akhir ini.

iv
2. Dewan Penguji (Bapak Ir. H. Sarifuddin, Ir. Rifai, S.T.,M.Sc., Ph.D., Eng,
Supriadi Takwim,S.T.,M.Eng) yang memberikan banyak masukan dalam
proses penyempurnaan tugas Akir ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Dwinsani Pratwiwi Astha., S.T.,MT, Rezki Awalia,
S.T.,M.T, Khairirn Rahmat, S.T.,M.T serta dosen lainnya yang tidak dapat
saya sebut satu persatu Namanya, yang telah sepenuh hati mengajar dan
banyak membantu dalam memberikan pemahaman terkait mata kuliah serta
para staf Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Teknik Universitas Tadulako yang selalu membantu dalam penyelesaian
administrasi.

4. Ibu Mila dan Bapak Akraman, Selaku staf prodi yang selalu mebantu terkait
administrasi dan memberikan spirit dalam proses penyusunan Tugas akhir.
5. Kepada tempat Studio CAMPANABIS, selaku tempat paling nyaman yang
memberikan segalanya dalam proses perkembangan perkuliahan di PWK
Untad.

6. Sahabat sahabat sedari dulu, Shadiq Akbar, Rahmat M Nursin, Ariani


Nursin, Renaldi Rizki Pratama, Afik Yusfikar Alsam, Nursyamsul
Sultan Pangeran, Altar, Zulkufli Christian, Wiska Suci Herliani,
Armelia Anastasya, Rina Yunisa, Andi Wanda Aulia, Rizaldy Putra,
Prapancha Aditya, Nini Widhi Ningsi, Ferynanda, Anhari Pongsimpin,
Isaseptian, Ichsan Basgevan, Syafrin Pontoh yang banyak memberikan
pengalaman.

7. Kepada seluruh teman seperjuangan PWK 2017, Nurlaila Arrumdhani,


Ainul Saputra, Eja, Farid, Gugun, serta teman-teman lainnya yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas kebersamaan yang
diberikan dan proses yang dilalui bersama selama perkuliahan sampai proses
penyelesaian tugas akhir.

8. Terima kasih juga kepada teman teman yang secara personal telah membantu
dalam proses penulisan tugas akhir ini yaitu, Reynard Sacti, Juke, Wahyudi
Gailea, Yuni Rizky Awwalin, Agus Susetyo, Shadiq Akbar, Rizaly Putra,

v
Afik Yusfikar, Samuel, BagusPrabu, yang telah menyumbang tenaga,
materi, membagi pikiran, serta membantu dalam proses persiapan tugas akhir
ini.

Atas semua pihak yang telah membantu diucapan terima kasih. Sebelumnya
saya sebagai penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata dalam
penulisan tugas akhir ini serta diharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
penulisan tugas akhir ini, semoga penelitian ini dapat bermanfaatn bagi semua
pihak.
Palu, Juni 2022
MOH FAISAL
F 231 17 099

vi
DAFTAR ISI

REKOMENDASI ..................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
ABSTRACT ......................................................................................................... xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian.................................................................. 4
1.4.1 Tujuan ............................................................................................... 4
1.4.2 Sasaran .............................................................................................. 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 4
1.5.1 Ruang Lingkup Kawasan .................................................................. 4
1.5.2 Ruang Lingkup Pembahasan ............................................................. 5
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 6
16.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 7
2.1 Taman Nasional ....................................................................................... 7
2.2 Pengertian Lahan,Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan ...................... 8
2.2.1 Lahan ................................................................................................. 8
2.2.2 Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan ............................................ 9
2.3 Tata Guna Lahan .................................................................................... 10
2.4 Karakteristik Sumber Daya Alam .......................................................... 11
vii
2.4.1 Topografi ......................................................................................... 11
2.4.2 Klasifikasi Tutupan Lahan .............................................................. 11
2.4.3 Fungsi Lahan ................................................................................... 13
2.5 Pengertian Perubahan ............................................................................. 14
2.5.1 Perubahan Tutupan dan Penggunaan Lahan ................................... 15
2.5.2 Konsep Pola Penggunaan Lahan ..................................................... 16
2.5.3 Faktor Perubahan Penutupan Lahan................................................ 17
2.6 Pengertian GIS (Geographic Information System) ................................ 18
2.7 Penelitian Terdahulu............................................................................... 21
2.8 Kerangka Pikir ........................................................................................ 23
BAB 3.................................................................................................................... 24
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 24
3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 24
3.2 Waktu Penelitian .................................................................................... 25
3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 25
3.5 Jenis Dan Sumber Kebutuhan Data ........................................................ 26
3.5.1 Jenis Data ........................................................................................ 26
3.5.2 Sumber Data .................................................................................... 27
3.7 Populasi dan Sampel............................................................................... 27
3.7.1 Populasi ........................................................................................... 27
3.7.2 Sampel ............................................................................................. 27
3.8 Variabel Penelitian ................................................................................. 29
3.9 Definisi Operasional ............................................................................... 30
3.9.1 Variabel Terpengaruh...................................................................... 30
3.9.1 Variabel Berpengaruh ..................................................................... 30
3.10 Uji Kehandalan Kuisioner ...................................................................... 32
3.10.1 Uji Validitas .................................................................................... 32
3.10.2 Uji Reabilitas................................................................................... 33
3.11 Teknik Analisis....................................................................................... 33
BAB 4.................................................................................................................... 35
HASIL DAN ANALISIS ...................................................................................... 35
4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian ........................................................ 35
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sigi .................................................. 35
viii
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Lindu .............................................. 37
4.1.3 Kondisi Daratan Kecamatan Lindu ................................................. 39
4.1.4 Kondisi Vegetasi ............................................................................. 45
4.1.5 Kondisi Hidrologi Kecamatan Lindu .............................................. 45
4.1.6 Karakteristik Sosial Kependudukan ................................................ 48
4.1.7 Kawasan Zonasi Kecamatan Lindu ................................................. 50
4.1.8 Kondisi Sarana dan Prasarana Kecamatan Lindu ........................... 56
4.2 Analisis Guna Lahan .............................................................................. 60
4.2.1 Analisis Demografi Penduduk ........................................................ 60
4.2.2 Analisis Kondisi Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2000-
2005-2011-2016 dan 2020 ............................................................................. 61
4.2.3 Analisis Perubahan Tutupan Lahan Tahun
2000,2005,2009,2011,2016 dan 2020............................................................ 86
4.2.4 Analisis Overlay Peta Zonasi dan Peta Penutupan Lahan ............ 104
4.2.5 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Tutupan Lahan ....... 109
4.2.6 Uji Kehandalan Kuisioner ............................................................. 111
4.2.7 Hasil dan Pembahasan Analisis Regresi Penentuan Faktor-Faktor
Penyebab Perubahan Penutupan Lahan ....................................................... 112
BAB 5.................................................................................................................. 116
PENUTUP ........................................................................................................... 116
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 116
5.2 Rekomendasi ........................................................................................ 116
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 118
LAMPIRAN ........................................................................................................ 121

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2 1: Kemiringan lereng dan Kesesuaian Lahan .......................................... 11


Tabel 2 2: Klasifikasi Kelas Tutupan Lahan Skala 1: 50.000/25.000 ................... 12
Tabel 2 3: Definisi Sistem Informasi Geografis ................................................... 18
Tabel 2 4: Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................ 21
Tabel 3 1: Waktu Penelitian………………………………………………………25
Tabel 3 2: Skala Penelitian .................................................................................... 26
Tabel 3 3: Kebutuhan Data ................................................................................... 27
Tabel 3 4: Kriteria dan Prinsip Responden ........................................................... 29
Tabel 4 1: Luas daerah Kecamatan Lindu………………………………………..37
Tabel 4 2: Kemiringan lereng Kecamatan Lindu .................................................. 40
Tabel 4 3: Tabel Kepadatan Penduduk Kecamatan Lindu .................................... 48
Tabel 4 4: Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Lindu ................................. 48
Tabel 4 5: Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Lindu .................................................................................................. 49
Tabel 4 6: Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ..................................................... 52
Tabel 4 7: Banyaknya Sekolah Pendidikan menurut Tingkat Pendidikan
Kecamatan Lindu Tahun 2020 .............................................................................. 56
Tabel 4 8: Jumlah Fasilitas Kesehatan Kecamatan Lindu ................................... 57
Tabel 4 9: Sarana Peribadatan Kecamatan Lindu ................................................ 57
Tabel 4 10: Jumlah dan Proyeksi Penduduk Kecamatan Lindu ............................ 60
Tabel 4 11: Luas Tutupan Lahan per desa Kecamatan LinduTahun 2000 ........... 62
Tabel 4 12: Luas Tutupan Lahan Per Desa Kecamatan Lindu Tahun 2005 ......... 65
Tabel 4 13: Luas Tutupan Lahan Perdesa Kecamatan Lindu Tahun 2009 ........... 68
Tabel 4 14: Luas Tutupan Lahan Perdesa Kecamatan Lindu Tahun 2011 ........... 72
Tabel 4 15: Luas Tutupan Lahan Perdesa Kecamatan Lindu Tahun 2016 ........... 77
Tabel 4 16: Tutupan Lahan Perdesa Kecamatan Lindu Tahun 2020 .................... 81
Tabel 4 17: Luas Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2000-2020 ............... 85
Tabel 4 18: Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2005 .................................... 87
Tabel 4 19: Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2005-2009 .................................... 90
Tabel 4 20: Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2009-2011 ................................ 93
Tabel 4 21: Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2011-2016 ................................ 96

x
Tabel 4 22: Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2016-2020 ................................ 99
Tabel 4 23: Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2020 .................................. 102
Tabel 4 24: Overlay Peta Zonasi dan Peta Tutupan Lahan Tahun 2020 ............. 107
Tabel 4 25: hasil Uji Validitas Kuisioner ............................................................ 111
Tabel 4 26: Tabel Uji Reabilitas ......................................................................... 111
Tabel 4 27: Tabel Persamaan Regresi ................................................................. 113

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1: Kerangka Pikir ................................................................................. 23


Gambar 3 1: Peta Batas Administrasi Kecamatan Lindu…………………………24
Gambar 4 1: Peta Administrasi Kabupaten Sigi…………………………………..36
Gambar 4 2: Peta Administrasi Kecamatan Lindu ................................................ 38
Gambar 4 3: Peta Topografi Kecamatan Lindu .................................................... 41
Gambar 4 4: Peta Kemiringan Lereng .................................................................. 42
Gambar 4 5: Peta Geologi Kecamatan Lindu ....................................................... 44
Gambar 4 6: Vegetasi Kecamatan Lindu .............................................................. 45
Gambar 4 7: Peta Hidrologi Cekungan Air Tanah Kecamatan Lindu .................. 47
Gambar 4 9: Peta Fungsi Kawasan Hutan Taman Nasional Lore Lindu .............. 51
Gambar 4 10: Peta Zonasi Kecamatan Lindu ....................................................... 55
Gambar 4 11: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2000 ...................... 64
Gambar 4 12: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2005 ...................... 67
Gambar 4 13: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2009 ...................... 71
Gambar 4 14: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2011 ...................... 75
Gambar 4 15: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2016 ...................... 79
Gambar 4 16: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2020 ...................... 83
Gambar 4 17: Peta Citra Google Earth Kecamatan Lindu Tahun 2020 ................ 84
Gambar 4 18: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2005 .......... 88
Gambar 4 19: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2005-2009 .......... 91
Gambar 4 20: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2009-2011 .......... 94
Gambar 4 21: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2011-2016 .......... 97
Gambar 4 22: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2016-2020 ........ 100
Gambar 4 23: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2020 ........ 103
Gambar 4 24: Peta Overlay Tutupan Lahan dan Peta Zonasi Kecamatan Lindu 105
Gambar 4 25 Peta Overlay Tutupan Lahan dan Zonasi Kecamatan Lindu Tahun
2020 ..................................................................................................................... 108

xii
ABSTRAK
MOH FAISAL (F231 17 099), dengan judul skripsi “Perubahan Penutupan
Lahan Kecamatan Lindu (Taman Nasional Lore Lindu”. Dibimbing oleh pembimbing
Luthfi
Kecamatan Lindu merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sigi
dan merupakan pemekaran dari Kecamatan Kulawi pada tahun 2008 dan terdiri dari 5 desa
yaitu Desa Anca, Desa Olu, Desa Desa Tomado, Desa Tomado, Desa Puro’o dan Desa
Langko. Kecamatan Lindu juga merupakan kawasan yang berbatasan langsung dengan
Taman Nasional Lore Lindu, dengan adanya batasan ini Kecamatan Lindu yang tumbuh
berkembang sejalan dengan dinamika pertumbuhan penduduknya, kebutuhan akan lahan
untuk kegiatan perekonomian dan sosial budaya tentunya banyak terjadi permasalahan
akan lahan, dalam upaya mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangannya yang cepat
dan semakin kompeleks yang kemudian akan berdampak terhadap perubahan alih fungsi
lahan di Kecamatan Lindu khususnya pada Kawasan Zonasi Taman Nasional Lore Lindu
diperlukan adanya identifikasi pada tutupan lahan di Kecamatan Lindu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan
analisis spasial dengan Teknik analisis Overlay menggunakan aplikasi pemetaan GIS
(Geographic Information system dan analisis regresi liniear menggunakan aplikasi SPSS
untuk mengetahui sejauh mana besar perubahan penutupan lahan di Kecamatan Lindu
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir serta faktor yang mempengaruhi perubahan
penutupan lahan tersebut. Dimana peneliti melakukan kajian terhadap perubahan
penutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Lindu dalam kurun waktu 20 tahun terakhir
dibagi menjadi perlima tahun yaitu tahun 2000,2005,2009,2011,2016 dan 2020.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa besar perubahan luas pada tutupan lahan
yang terjadi di Kecamatan Lindu dalam kurun waktu 20 tahun terakhir paling besar terjadi
pada tutupan lahan hutan primer dan hutan sekunder yaitu sebesar 2762.36 Ha atau 66.18%
dan 200.61 Ha atau 10.32% dan terjadi penambahan guna lahan yaitu tanah terbuka/kosong
sebesar 53.9 Ha atau 0.09% dari total luas wilayah Kecamatan Lindu, serta terjadinya
permasalahan pada Zona Rimba dimana terdapat tutupan lahan yang melangggar Kawasan
Zonasi yaitu tutupan lahan pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran
yang berada di Desa Anca, Desa Langko dan Desa Olu dan faktor-faktor penyebab
terjadinya perubahan guna lahan di Kecamatan Lindu adalah faktor pertumbuhan penduduk
dan Mata Pencaharian.
Kecamatan Lindu yang merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan
Zonasi Taman Nasional Lore Lindu tentunya perlu perhatian penting bagi pemerintah Balai
Taman Nasional Lore Lindu, yang dimana dari hasil penelitian terjadinya perubahan luas
pada penutupan lahan dan terjadinya pelanggaran terhadap Zonasi Kawasan Taman
Nasional yaitu pada Zona Rimba, diharapkan pemerintah dapat melakukan pengawasan
dan perencanaan yang lebih tepat sasaran terhadap pengelolaan Penggunaan Lahan yang
ada di Kecamatan Lindu agar dimasa yang akan datang tidak berdampak pada Kawasan
Lindung yang ada di Taman Nasional Lore Lindu.
Kata Kunci : Perubahan Penutupan lahan, Kecamatan Lindu, Taman Nasional Lore
Lindu

xiii
ABSTRACT

MOH FAISAL (F231 17 099), with the thesis tittle “Land Cover Change, Lindu
District Lore Lindu National Park” Supervised by Supervisor Luthfi
Lindu sub district is one of the sub-district in Sigi Regency and is a the expansion
of Kulawi District in 2008 and consists of 5 villages, namely Anca Village, Olu Village,
Tomado Village, Puro’o Village and Langko Village. Lindu sub-district is also a area
directly adjacent to Lore Lindu National Park, with the boundaries of this area Lindu
Subdistrict which is growing in line with the dynamics of population growth, the need for
land for economic and socio-cultural activities of course there’s a lot going on problems
with land, in an effort to anticipate rapid and increasingly complex growth and development
which will then have an impact on changes in land use in Lindu Distric, especially in Lore
Lindu National Park it is necessary to identify the land cover in Lindu Distric.
This type of research is descriptive quaintitative research using spatial analysis
with overlay analysis technique using GIS mapping application (Geographic Information
system and linear regression analysis using the SPSS application to determine the exten of
land cover changes in Lindu Distric in the last 20 years and factors that influence land cover
change. Where researchers conducted a study of changes in land cover that occurred in
Lindu Distric in the last 20 years divided into fifths of years, namely
2000,2005,2009,2011,2016 and 2020.
The results of this study indicate that the largest change in land cover area that
occurred in Lindu District in the last 20 years was the largest in primary forest land cover
and secondary forest, which was 2762.36 Ha or 66.18% and 200.61 Ha or 10.32% and there
was an increase in land use, namely open/empty land of 53.9 Ha or 0.09% of the total area
of Lindu District, and the occurrence of problems in the jungle zone where there is land
cover that violates the zoning area, namely the cover of dry land agricultural land and mixed
dry land agriculture in Anca Village, Langko Village and Olu Village and the factors that
cause land use change in Lindu District are population growth factors and livelihoods.
Lindu District, which is an area directly adjacent to the Lore Lindu National Park
Zoning, certainly needs important attention for the government of the Lore Lindu National
Park Office, which from the results of research shows that there are changes in land cover
and violations of the National Park Zone Zoning, namely the Jungle Zone, it is hoped that
the government can carry out more targeted supervision and planning for the management
of existing land use in Lindu District so that in the future it will not have an impact on the
Protected Areas in Lore Lindu National Park.
Keywords: Land Cover Change, Lindu District, Lore Lindu National Parks

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Sigi merupakan salah satu wilayah yang berdekan dengan Kota
Palu, dengan luas wilayah sebesar 5.196,02 Km2 atau sekitar 8.40 persen dari total
luas wilayah Sulawesi Tengah, secara geografis, Kabupaten Sigi terdiri atas
dataran, hutan dan lembah pegunungan. Kabupaten Sigi juga merupakan Kawasan
yang memiliki jumlah luas hutan lebih dari 70 persen luas wilayah baik berupa
Kawasan hutan produksi, hutan lindung maupun Taman Nasional dan merupakan
peran strategis sebagai penjaga ekologi bagi PKN Palu.
Dasar pertimbangan penetapan Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Sigi
adalah UU Nomor 26 tahun 2007, PP Nomor 26 tahun 2008 dan RTRW Provinsi,
Luas kawasan hutan lindung Kabupaten Sigi adalah sebesar 26,35 persen dari total
luass wilayah Kabupaten Sigi dengan luas sebesar 136.910,91 Ha, dengan sebaran
paling besar yaitu Kecamatan Kulawi sebesa 38.306,09 Ha dan Kecamatan Kulawi
Selatan yang terkecil sebesar 110,11 Ha.
Kabupaten Sigi memiliki peran strategis secara nasional dengan
ditetapkannya kawasan sekitar Danau Lindu sebagai Taman Nasional Lore Lindu
kawasan ini tersebar dibeberapa kabupaten antara lain, Kabupaten Sigi dan
Kabupaten Poso. Kawasan Taman Nasional Lore Lindu memiliki luas sebesar
217.991,18 Ha, sedangkan yang berada di Kabupaten Sigi kurang lebih sebesar
122.435,37 Ha atau lebih dari 50 persen wilayah Taman Nasional Lore Lindu yang
teah ditetapkan sebegai Taman Nasional Lore Lindu melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No..464/kpts-11/99 dan ditetapkan pula dalam PP Nomor 26
Tahun 2008, dengan sebaran lokasi Taman Nasional di Kabupaten Sigi mencakup
Kecamatan Lindu, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan
Tanambulava, Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Kulawi Selatan. (Kabupaten Sigi
2019).
Kecamatan Lindu merupakan bagian dari kecamatan yang ada di Kabupaten
Sigi yang mekar dari Kecamatan Kulawi pada tahun 2008, Berdasarkan data Balai
Pemanfaatan Kawasan Hutan Kota Palu Kecamatan Lindu merupakan bagian dari
Taman Nasional Lore Lindu dan merupakan bagian dari Kawasan Lindung Taman

1
Nasional Lore Lindu dengan luas wilayah sebesar 57495,49 Km 2 dengan luas hutan
primer sebesar 38048.26 Ha atau sebesar 66.18 persen dari total luas wilayah
Kecamatan Lindu pada tahun 2020.
Kecamatan Lindu yang merupakan Kawasan Taman Nasional yang
mempunyai kawasan sebagai Area Penggunaan Lain (KEMPEN LHK NO 8113
2018) dan mempunyai ketentuan umum dalam peraturan zonasi yaitu zona inti,
zona rimba, zona pemanfaatan, zona khusus dan zona tradisional (Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sigi, 2011). Dengan ditetapkannya peraturan ini,
penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Lindu dapat dikelolah atas dasar batas-
batasan tertentu sesuai peraturan yang berlaku. Jenis-jenis Penutupan Lahan yang
ada di Kecamatan Lindu sendiri terdiri dari Hutan Primer, Hutan Sekunder, Semak
Belukar, Rawa, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campuran,
Sawah, Permukiman dan Badan Air.
Perubahan tutupan hutan menjadi tutupan lahan lainnya dalam beberapa
periode menyebabkan perubahan dalam pola tertentu. Pola perubahan didorong
oleh berbagai faktor pemicu, baik secara langsung atau tidak langsung dan faktor-
faktor yang direncanakan atau tidak direncanakan. Pertumbuhan Penduduk melalui
perambahan dan pembukaan kawasan hutan menjadi perkebunan, ladang, area
pertanian, dan pemukiman merupakan salah satu dari beberapa faktor pemicu
secara tidak langsung. Faktor langsung adalah konstruksi jalan yang mendukung
pengembangan permukiman dan juga pengembangan sektor pariwisata dan atau
ekowisata. Faktor yang direncanakan adalah kebijakan hutan untuk konversi
kawasan menjadi penggunaan lain, sedangkan faktor yang tidak direncanakan
adalah kebakaran hutan di wilayah yang luas (Rijal et al., 2016 dalam
Khalil,Bilaluddin, 2009)
(Lillesand dan Kiefer, 1993 dalam Bilaluddin Khalil, 2009) menyatakan
bahwa perubahan lahan terjadi karena manusia yang mengubah lahan pada waktu
yang berbeda. Pola-pola perubahan lahan terjadi akibat responnya terhadap pasar,
teknologi, pertumbuhan populasi, kebijakan pemerintah, degradasi lahan, dan
faktor sosial ekonomi lainnya (Meffe dan Carrol, 1994 dalam Khalil,Bilaluddin,
2009). (Menurut Darmawan,2003 dalam Khalil,Bilaluddin, 2009) salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan adalah faktor sosial ekonomi

2
masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia terutama
masyarakat sekitar kawasan. (Yatap, 2008 dalam Khalil,Bilaluddin, 2009)
menyatakan peubah sosial ekonomi yang berpengaruh dominan terhadap perubahan
penggunaan dan penutupan lahan adalah kepadatan penduduk, laju pertumbuhan
penduduk, luas kepemilikan lahan, perluasan pemukiman dan perluasan lahan
pertanian.
Seperti yang diketahui selama ini, sering terjadi masalah penggunaan lahan
pada kawasan Taman Nasional, tidak terkecuali pada kawasan Taman Nasional
Lore Lindu. Sering sekali terjadi perebutan lahan untuk kepentingan konservasi dan
kepentingan masyarakat, pertambahan jumlah penduduk yang kurang terkontrol
mengakibatkan kebutuhan lahan untuk permukiman, fasilitas sosial, kebun ladang,
dan sebagainya, sehingga masalah perubahan penutupan lahan ini perlu
mendapatkan perhatian khusus.
Dalam upaya mengantisipasi adanya kemungkinan laju pertumbuhan dan
perkembangan di Kecamatan Lindu yang tumbuh dengan cepat dan semakin
kompleks, kemudian dapat berdampak pula terhadap perubahan fungsi lahan. Oleh
karena itu diperlukan identifikasi perubahan pada penutupan lahan di Kecamatan
Lindu, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dan pengarahan dalam
pengaturan pola penggunaan lahan untuk mendukung pembangunan dan
pengembangan di Kabupaten Sigi terutama Kecamatan Lindu secara efektif dan
efesien.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan, Kecamatan Lindu
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir untuk tutupan lahan dapat dilihat perubahan
yang cukup signifikan yang dulunya merupakan hutan sekunder dan hutan primer
menjadi permukiman, pertanian, aksesibilitas,lahan tidak terbangun dan semak
belukar. Dengan perubahan yang cukup signifikan ini dapat menimbulkan adanya
kegiatan yang dapat merusak Kawasan hutan lindung diluar kawasan area
penggunaan lain atau kawasan Zonasi yang telah ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten Sigi tahun 2010-2030 yang sudah seperti adanya illegal loging,
perambahan hutan dan aktivitas lainnya sehingga menyebabkan terjadinya
deforestasi pada kawasan hutan lindung. Berbatasannya juga Kecamatan Lindu

3
dengan Kawasan Hutan Lore Lindu menjadi salah satu perhatian penting karena
dapat menimbulkan perubahan guna lahan yang mencolok dimana lahan yang
tadinya kosong bias berubah fungsi lahan nya sehingga menggurangi daya dukung
lahan serta melihat pengaruhnya terhadap kawasan zonasi yang telah ditetapkan
pemerintah.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Melalui permasalahan penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian untuk
penelitian ini adalah “Seberapa besar perubahan tutupan lahan di Kecamatan Lindu
dari tahun 2000 sampai 2020 di Kecamatan Lindu dan apa saja faktor-faktor
penyebab terjadinya perubahan pada tutupan lahan di Kecamatan Lindu?”
1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian
1.4.1 Tujuan
1. Mengetahui dan menghitung besaran perubahan Penutupan Lahan di
Kecamatan Lindu periode tahun 2000-2005-2009-2011-2016 dan 2020
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan pada
penutupan lahan Kecamatan Lindu.
1.4.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan penelitian, sasaran penelitian adalah :
a. Menghitung besaran perubahan Tutupan lahan dalam kurun waktu
tahun 2000-2005-2009-2011-2016 dan 2020 di Kecamatan Lindu
b. Mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya perubahan tutupan lahan
di Kecamatan Lindu.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup studi ini dibedakan menjadi ruang lingkup kawasan dan
ruang lingkup pembahasan, yang digunakan sebagai batasan operasional
pelaksanaan penelitian.
1.5.1 Ruang Lingkup Kawasan
Ruang lingkup penelitian berada di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi,
Provinsi Sulawesi tengah dengan luas 57495.49 𝐾𝑚2 , yang secara administrasi
terdiri dari 5 desa Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Kecamatan Palolo
• Sebelah Timur : Kabupaten Poso

4
• Sebelah Selatan : Kecamatan Kulawi
• Sebelah Barat :Kecamatan Kulawi dan Kecamatan
Gumbasa
Seluruh desa di Kecamatan Lindu hanya dapat dilalui dengan kendaraan
roda dua (Motor) dan jalan kaki. 30% dari total wilayah Kecamatan Lindu
merupakan Desa Olu. Desa olu merupakan desa yang memiliki jarak terjauh dengan
ibukota kecamatan,Tomado. Hal ini karena letak desa berada di seberang danau
lindu.
1.5.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Kajian materi (analisis) sebagai ruang lingkup materi ialah Kecamatan
Lindu yang ditetapkan sebagai kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) dengan
menganalisis tutupan lahan di Kecamatan Lindu menggunakan software Arcgis
10.1.
Data yang akan di pakai dalam penelitian ini adalah Perubahan tutupan lahan
yang terjadi di Kecamatan lindu dalam kurun waktu 20 tahun terkahir tahun 2000,
2005,2009, 2011, 2016 dan 2020 dan dengan menggunakan Teknik analisis
kuantitatif dimana dilakukan dengan melihat secara langsung kondisi lapangan
dengan survey secara langsung yang dipadukan dengan data yang sudah ada
kemudian dilakukan perbandingan dengan melakukan Teknik analisis time series
dan overlay atau tumpang tindih dengan membandingkan data tutupan lahan tahun
2000,2005,2009,2011,2016 dan 2020 dengan menggunakan software GIS
(Geograpich Information System) untuk mengetahui sejauh mana perubahan
tutupan lahan dan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Lindu serta faktor
penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan tersebut dengan menggunakan
analisis regresi linear dengan software SPSS dan Overlay peta Zonasi Kecamatan
Lindu dengan Peta Penutupan lahan Kecamatan Lindu tahun 2000 dan 2020 untuk
mengetahui tutupan lahan yang bersinggungan dengan Zonasi yang telah di atur di
Kecamatan Lindu dengan skala peta 1:25.000 untuk peta Kecamatan Lindu karena
keterbatasan oleh penulis.

5
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara Teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan pengetahuan analisis spasial perubahan penutupan lahan
menggunakan pengindraan jarak jauh dan sistem informasi geografis (SIG).
16.2 Manfaat Praktis
Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
masukan/rekomendasi dalam pengambilan keputusan serta penyusunan strategi
kebijakan pengendalian alih fungsi lahan di Kecamatan Lindu.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional
Taman nasional menurut pasal 1 Undang-undang nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pada ayat 14
diartikan sebagai kawasan pelestarian alam yeng mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjuang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Kriteria penetapan kawasan Taman Nasional (TN) adalah sebagai berikut :
Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin
kelangsungan proses ekologis secara alami :
1. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis
tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang
masih utuh dan alami
2. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh
3. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan
sebagai pariwisata alam
4. Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba, dan zona lain yang karena pertimbangan
kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar
kawasan dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapakan sebagai zona tersendiri
Kawasan taman nasional di kelolah oleh pemerintah dan dikelolah oleh
dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasional dikelola berdasarkan satu rencana
pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis ekonomis
dan sosial budaya.
Terkait dengan tata guna lahan, taman nasional dikelola dengan sistem
zonasi untuk mengatur keruangan di dalam kawasan taman nasional menjadi zona-
zona pengelolaan. Berdasarkan pertauran Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-
II/2006 Tentang pedoman zonasi taman nasional, zonasi taman nasional didasarkan
pada potensi dan fungsi kawasan dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial,

7
ekonomi dan budaya. Dalam pengelolaanya agar dapat mengakomodir kebutuhan
masyarakat didalam dan sekitar kawasan hutan Lore Lindu, maka ditetapkan
pembagian zonasi, yang terbagi atas: zona inti, zona khusus, zona pemanfaatan,
zona rimba dan zona tradisional.
Beberapa zona yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kepentingan ekonomi, social dan budaya diantaranya menjadi zona inti, zona
khusus, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona tradisional. Zona inti adalah zona
inti meliputi puncak-puncak gunung dalam Taman Nasional Lore Lindu, Zona
rimba adalah bagian dari taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya
mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan,
Zona Rimba Taman Nasional Lore Lindu memiliki kondisi alam baik fisik dan
biodatanya masih asli Sebagian besar belum diganggu oleh manusia zona ini juga
berfungsi sebagai buffer, Zona Pemanfaatan Taman Nasional memiliki kondisi
alam baik fisik dan biotanya merupakan hutan primer dengan sedikit terganggu oleh
manusia namun tetap memiliki vegetasi asli dan Sebagian kecil telah dimanfaatkan
oleh masyarakat disekitar desa-desa yang berbatasan dengan wilayah konservasi
ini, Zona khusus adalah bagian dari Taman Nasional Lore Lindu karena kondisi
yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana
penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai
taman nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik
dan tidak berbatasan dengan zona inti, Zona tradisional adalah bagian dari Taman
Nasional Lore Lindu yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional
oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan
sumberdaya alam. Zona tradisional memiliki potensi dan sumberdaya alam hayati
yang telah dimanfaatkan melalui kegiatan pengembangbiayakan, perbanyakan dan
pembesaran oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya
(Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sigi, 2011).
2.2 Pengertian Lahan,Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan
2.2.1 Lahan
Lahan merupakan materi dasar dari satu lingkungan, yang diartikan dengan
sejumlah karakteristik alami, yaitu iklim, geologi tanah, topografi, hidrologi dan
biologi (Aldrich, 1981 dalam Khalil, bilaluddin). Penutupan lahan menggambarkan

8
konstruksi vegetasi dan buatan yang menutupi permukaan lahan (Burley, 1961
dalam Khalil,Bilaluddin) terdapat tig akelas data secara umum yang tercakup dalam
penutupan lahan yaitu :
1. Struktur fisik yang dibangun oleh manusia
2. Fenomena biotik seperti vegetasi alam, tanaman pertanian dan
kehidupan binatang
3. Tipe pembangungan
2.2.2 Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan
Definisi tutupan lahan (land cover) dan penggunaan (land use) dibedakan
dalam artian tutupan lahan adalah atribut biofisik dari permukaan bumi pada suatu
wilayah (seperti rumput, tanaman dan bangunan) sedangkan penggunaan lahan
adalah pemanfaatan lahan yang aktual oleh manusia (misalnya padang rumput
untuk pengembalaan ternak wilayah untuk perumahan) (Dwiprabowo, 2014 dalam
Radeng,Ade Kristian 2021).
Terdapat perbedaan mendasar antara penggunaan lahan dan penutupan
lahan. Penggunaan lahan berkaitan dengan aktivitas manusia yang secara langsung
berhubungan dengan lahan, dimana terjadi penggunaan dan pemanfaatan lahan dan
sumber daya yang ada serta menyebabkan dampak pada lahan. Produksi tanaman,
tanaman kehutanan, permukiman perumahan adalah bentuk dari penggunaan lahan.
Sementara, penutupan lahan berhubungan dengan vegetasi (alam atau ditanam) atau
konstruksi oleh manusia (bangunan dan lain-lain) yang menutupi permukaan tanah.
Sebagai contoh, hutan, padang rumput, tanaman pertanian, rumah merupakan
penutupan lahan. Penutupan lahan adalah fakta dari fenomena sederhana yang dapat
diamati dilapangan. Namun, bagaimana membedakan antara penggunaan lahan
dengan penutupan lahan pada kasus tertentu sulit dilakukan, misalnya: pada
penutupan lahan vegetasi dan ada kegiatan manusia yang telah diterapkan pada
areal tersebut, seperti pembukaan/pembersihan vegetasi pengolahan, penanaman
atau pembangunan Gedung (Baja 2012).
(Baja 2012), mengemukakan bahwa untuk memisahkan kedua istilah
tersebut, maka umumnya untuk studi pada skalanya lebih kecil, terutama pada
pemanfaatan data penginderaan jauh, istilah penggunaan lahan dan penutupan lahan
biasanya dipadukan: misalnya dengan penyebutan "peta penggunaan

9
lahan/penutupan lahan" atau land use/land cover. Misalnya, penggunaan lahan
"produksi tanaman tahunan" berkaitan erat bahkan langsung dengan penutupan
lahan "tanaman tahunan". Contoh lain, padang rumput merupakan penutupan lahan,
namun penggunaan lahannya bisa peternakan atau rekreasi; selanjutnya pada
penutupan lahan hutan, penggunaan lahannya dapat saja berupa produksi kayu,
perlindungan daerah aliran sungai (DAS), konservasi alam, rekreasi (ekowisata),
atau kombinasi penggunaan atau peruntukan tersebut. Sehingga, penggunaan lahan
pada konteks yang demikian mencakup fungsi dan peruntukan lahan.
Penutupan lahan (land cover) mengacu pada penutupan lahan yang
mencirikan suatu areal tertentu, yang merupakan pencerminan dari bentuk lahan
dan iklim lokal. Penutupan lahan berkaitan dengan vegetasi berupa pohon, rumput,
air atau bangunan. Informasi penutupan lahan dapat diperoleh dari citra
penginderaan jauh, foto udara, foto satelit dan teknologi lainnya yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi penutupan lahan (Abdullah, 2008 dalam
Radeng,Ade Kristian 2021).
2.3 Tata Guna Lahan
Tata guna lahan secara implisit mengandung pengertian ruang di dalamnya,
karena terkait dengan tata guna; penataan atau pengaturan penggunaan baik dalam
konteks ruang maupun waktu. Sementara penggunaan lahan tidak ditekankan
seperti itu. Tata guna lahan adalah wujud dalam ruang di alam tentang bagaimana
penggunaan lahan tertata baik secara alami maupun direncanakan (Baja 2012).
Tata guna lahan adalah wujud dalam ruang di alam tentang bagaimana
penggunaan lahan tertata, baik secara alami maupun direncanakan. Dari sisi
pengertian perencanaan sebagai suatu intervensi manusia, maka lahan secara alami
dapat terus berkembang tanpa haru ada penataan melalui suatu intervensi.
Sedangkan pada keadaan yang direncanakan, tata guna lahan akan terus
berkembang sesuai dengan perwujudan pola dan struktur ruang pada jangka waktu
yang ditetapkan. (FAO,1993 dalam Baja 2012) memandang perencanaan tata guna
lahan dari sisi intervensi dalam memberikan dorongan dan bantuan pada
penggunaan lahan dalam menata lahan, dengan memberikan definisi secara
sederhana sebagai berikut: Penggunaan lahan berarti penilaian sistematis faktor
fisik, sosial, dan ekonomi sedemikian rupa untuk mendorong dan membantu

10
pengguna lahan dalam memilih opsi yang meningkatkan produktivitas mereka,
berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.4 Karakteristik Sumber Daya Alam
Dalam penggunaan suatu lahan maka karakteristik fisik lahan merupakan
faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan suatu
lahan yang dimaksud antara lain:
2.4.1 Topografi
Permukaan bumi memiliki relief dan struktur yang bermacam-
macam sehingga terdapat standar untuk kelas lereng dan kesesuaian lahan
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 1: Kemiringan lereng dan Kesesuaian Lahan
Kelas Lereng Karakteristik dan Kesesuaian Lahan

0 – 15 % Lahan bertopografi datar, sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi


areal permukiman dan pertanian. Sebagian areal berpotensi terhadap
genangan banjir dan sebagian berpotensi terhadap drainase yang buruk.

15 – 30 % Lahan bertopografi bergelombang, kurang sesuai untuk areal pertanian


karena masalah erosi, namun demikian lahan dengan kelerengan hingga
20 % dapat dimanfaatkan untuk areal pertanian dengan jenis tanaman
tertentu. Lahan ini juga baik untuk pengembangan industri ringan,
kompleks perumahan dan untuk fasilitas rekreasi.

35 - 45 % Lahan bertopografi sangat terjal: tempat yang sesuai untuk kehidupan


satwa liar dan tanaman hutan lindung serta padang rumput yang terbatas,
tidak sesuai untuk areal real estate karena topografi yang terlalu terjal.

Sumber: (SNI 02-1733-2004 2004 2019)


Ketinggian dari suatu lahan juga sangat menentukan kondisi iklim lahan
tersebut. Hal ini disebabkan karena ketinggian dari suatu wilayah mempengaruhi
temperatur rata-rata, curah hujan rata-rata, presipitasi, kelembaban, angin dan arah
angin, kabut, awan dan sebagainya.
2.4.2 Klasifikasi Tutupan Lahan
Klasifikasi penutupan lahan dan penggunaan lahan merupakan upaya
pengelompokan berbagai jenis penutupan lahan atau penggunaan lahan kedalam
suatu kesamaan sesuai dengan sistem tertentu. Klasifikasi tutupan lahan dan

11
klasifikasi penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam proses
interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan pembuatan peta tutupan lahan
maupun peta penggunaan lahan.
Pengklasifikasian kelas penutupan lahan diatur menurut Badan Standarisasi
Nasional yang menerbitkan (SNI-7645 Klasifikasi Penutupan Lahan 2010) tentang
klasifikasi penutupan lahan yang menyusun dan menetapkan klasifikasi dan
hierarki penutupan lahan skala kecil dan menengah berbasis citra penginderaan
jauh. Skala kecil yang dimaksud adalah klasifikasi pada skala 1:1.000.000,
sedangkan skala menengah adalah klasifikasi penutupan lahan pada skala,
1:250.000, dimana keduanya menggunakan pendekatan konsep penutupan lahan
(land cover), sedangkan untuk 6 skala 1:50.000 dan atau 1:25.000 mulai
memasukkan unsur penggunaan lahan (land use).
Tabel 2 2: Klasifikasi Kelas Tutupan Lahan Skala 1: 50.000/25.000
No Kelas Penutupan Deskripsi
Lahan

1 Hutan Primer Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat yang


dapat berupa hutan dataran rendah, perbukitan dan
pegunungan, atau hutan tropis dataran tinggi, yang
masih kompak dan belum mengalami intervensi
manusia atau belum menampakkan bekas
penebangan.
2 Hutan Sekunder Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat yang
dapat berupa hutan dataran rendah, perbukitan dan
pegunungan, atau hutan tropis dataran tinggi yang
telah mengalami intervensi manusia atau telah
menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur
dan bercak bekas tebang).
3 Pertanian Lahan Kering Pertanian lahan kering dengan penggarapan secara
temporer atau berpindah-pindah.Ladang adalah area
yang digunakan untuk kegiatan pertanian dengan
jenis tanaman selain padi, tidak memerlukan
pengairan secara ekstensif, vegetasinya bersifat
artifisial dan memerlukan campur tangan manusia
untuk menunjang kelangsungan hidupnya.
4 Pertanian Lahan Kering Lahan yang ditanami tanaman keras lebih dari satu
Campuran jenis atau tidak seragam yang menghasilkan bunga,
buah, dan getah dan cara pengambilan hasilnya bukan
dengan caramenebang pohon

12
5 Permukiman Areal atau lahan yang digunakan sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung kehidupan orang
6 Sawah Areal pertanian yang digenangi air atau diberi air, baik
dengan teknologi pengairan, tadah hujan, maupun
pasang surut. Areal pertanian dicirikan oleh pola
pematang, dengan ditanami jenis tanaman pangan
berumur pendek (padi).
7 Semak Belukar Kawasan lahan kering yang telah ditumbuhi dengan
berbagai vegetasi alami heterogen dan homogen
dengan tingkat kerapatan jarang hingga rapat.
Kawasan tersebut didominasivegetasi rendah (alami).
8 Belukar Rawah Genangan air tawar atau air payau yang luas dan
permanen di daratan.
9 Tanah Terbuka Kosong Lahan tanpa tutupan lahan baik yang bersifat alamiah,
semi alamiah maupun artifisial. Menurut karakteristik
permukaannya, lahan terbuka dapat dibedakan
menjadi consolidateddan unconsolidated surface
10 Danau/Waduk Areal perairan dangkal, dalam, dan permanen
Sumber: (Badan Standarisasi Nasional SNI-7645 Klasifikasi Penutupan Lahan 2010)
2.4.3 Fungsi Lahan
Berdasarkan (Surat Keputusan Menteri Pertanian 837/Kpts/Um/11
dan 683/Kpts/Um/8/1981 1980) fungsi kawasan terbagi menjadi 3 yaitu: Kawasan
Lindung, Kawasan Penyangga dan Kawasan Budidaya. Undang-undang no 26
tahun 2007 menyebutkan bahwa “Kawasan Lindung adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”. Fungsi utama kawasan
lindung adalah sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan fungsinya tersebut maka penggunaan
lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan lahan dengan tanpa pengolahan tanah
(zero tillage) dan dilarang melakukan penebangan vegetasi hutan.

Berdasarkan pengertiannya kawasan penyangga adalah kawasan yang


ditetapkan untuk menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi
lindungnya tetap terjaga. Kawasan penyangga ini merupakan batas antara kawasan
lindung dan kawasan budidaya sedangkan kawasan budidaya adalah kawasan yang

13
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

2.5 Pengertian Perubahan


Perubahan ini dapat diartikan sebagai segala aspek kehidupan yang terus
bergerak seiring dengan perjalanan kehidupan masyarakat dan membuat perbedaan.
Perubahan dapat terjadi secara cepat maupun lambat.
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi perubahan:
a. Neni Nurmayanti Husanah
Perubahan merupakan sesuatu yang unik karena perubahan-perubahan
yang terjadi dalam berbagai kehidupan itu berbeda-beda dan tidak bisa
disamakan, walaupun memmiliki beberapa persamaan dalam prosesnya.
b. Brian Clegg
Perubahan merupakan suatu kekuatan yang sangat hebat, yang dapat
memotivasi atau mendemotivasi.
c. A.B Susanto
Perubahan adalah keniscayaan yang menyertai kehidupan, dapat terjadi
dimana saja, kapan saja, dan menimpa siapa saja
d. Vincent gaspers
Perubahan adalah bagian terbesar dari kenyataan bisnis
e. Jane Flagello
Perubahan adalah pertumbuhan, perubahan adalah kesempatan dan
perubahan adalah peningkatan potensi.
f. Cateora (MGH)
Perubahan adalah hasil suatu masyarakat yang mencari cara
memecahkan masalah yang diciptakan oleh perubahan dalam
lingkungannya.

g. Russel Swanburg
Perubahan merupakan kunci inovasi dan kunci yang akan datang, yang
dasarnya adalah teori perubahan.
h. Ramlan S

14
Perubahan merupakan hasil interaksi kepentingan yang secara ketat
dikontrol, bahkan ditentukan oleh posisi sosial atau kondisi materiil elit
yang terlibat.
2.5.1 Perubahan Tutupan dan Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan secara langsung menyebabkan terjadinya
perubahan tutupan lahan. Pengertian tentang penggunaan lahan dan penutupan
lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang
berhubungan dengan permukaan bumi. Penutupan lahan berkaitan dengan kegiatan
manusia pada bidang lahan tertentu (Nilda,2014 dalam Yusuf, 2018).
Perubahan tutupan lahan adalah bergesernya jenis tutupan lahan dari jenis
satu ke jenis lainnya diikuti bertambah atau berkurangnya tipe penggunaan dari
waktu ke waktu atau berubahnya fungsi lahan pada waktu yang berbeda. Data
perubahan tutupan lahan suatu wilayah umumnya bervariasi dan jumlahnya cukup
banyak. Contoh variasi perubahan tutupan lahan antara lain semak menjadi sawah,
sawah menjadi permukiman, sawah menjadi jalan dan perubahan-perubahan
tutupan lahan lainnya (Batubara, 2013 dalam Yusuf, 2018).
Perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai suatu proses perubahan
penggunaan lahan sebelumnya menjadi penggunaan lahan lain yang dapat bersifat
permanen maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya
pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang
sedang berkembang baik untuk tujuan komersial maupun industri (Muiz, 2009
dalam Yusuf, 2018).
Perubahan tutupan lahan (land cover) dan penggunaan lahan (land use)
merupakan bagian dari dinamika alam dan kehidupan manusia. Penggunaan lahan
dan penutupan lahan memiliki perbedaan yang mendasar. Tutupan lahan dapat
diartikan sebagai jenis hamparan obyek menutupi permukaan bumi yang
berhubungan dengan vegetasi (alam atau ditanam) atau konstruksi oleh manusia
(bangunan dan lain-lain), sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan aktivitas
manusia yang secara langsung berhubungan dengan lahan, dimana terjadi
perubahan dan pemanfaatan lahan sumber daya yang ada serta menyebabkan
dampak pada lahan tersebut (missal perkebunan rakyat) (Bhayunagiri, 2010 dalam
Sinaga,Saurma Romatua 2000).

15
Tutupan lahan berhubungan dengan biofisik yang ada dipermukaan bumi,
sedangkan penggunaan lahan berhubungan dengan aktivitas manusia pada cakupan
lahan tertentu. Tutupan lahan merupakan perwujudan secara fisik (visual) dari
vegetasi, benda alam, dan sensor budaya yang ada dipermukaan bumi tanpa
memperhatikan kegiatan manusia terhadap objek tersebut (Maksum et al., 2016
dalam Sinaga,Saurma Romatua 2000). Tutupan lahan dan penggunaan lahan
memiliki perbedaan mendasar. Penggunaan lahan mengacu pada tujuan dari fungsi
lahan, misalnya tempat rekreasi, habitat satwa liar atau pertanian sedangkan tutupan
lahan mengacu pada kenampakan fisik permukaan bumi seperti badan air, bebatuan
dan lahan terbangun. Pengertian penutupan lahan dalam (SNI-7645 Klasifikasi
Penutupan Lahan 2010) yaitu tutupan biofisik pada permukaan bumi yang diamati
merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan
pada jenis penutupan lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan
ataupun perawatan pada penutupan lahan tersebut aktivitas itu juga yang akan
menyebabkan perubahan penggunaan lahan.
2.5.2 Konsep Pola Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di pedesaan terbagi menjdai 2 (dua) yaitu penggunaan
lahan bagi kehidupan sosial dan penggunaan lahan bagi kehidupan ekonomi.
Penggunaan lahan bagi kehidupan sosial, seperti berkeluarga, bersekolah,
beribadah, berolahraga dan sebagainya. Sedangkan , kegiatan ekonomi seperti
bertai, berkebun, berternak, memelihara/menangkap ikan, menebang kayu, dan
sebagainya. Jadi penggunaan lahan di wilayah perdesaan adalah untuk
pekampungan dalam rangka kegiatan sosial dan untuk pertanian dalam rangka
kegiatan ekonomi (Jayadinata, 1999 dalam Nurfatimah, 2020).
Bentuk perkampungan atau permukiman di perdesaan terbagia menjadi 2
(dua) macam yaitu Permukiman memusat (aglomerated rural settlement) dan
Permukiman terpencar (disseminated rural settlement). Pemukiman memusat,
rumahnya mengelompok, terdiri atas sekitar 40 unit rumah. Di sekitar kampung
terdapat tanah bagi pertanian, perikanan, peternakan dan lain – lain, tempat dimana
pendudukbekerja sehari – hari mencari nafkah. Dalam perkembangannya, suatu
kampung dapat mencapai berbagai bentuk, tergantung pada keadaan fisik dan
social. Bentuk perkampungan pertanian umumnya mendekati bentuk bujur sangkar

16
sedangkan perkampungan nelayan umumnya memanjang (satu baris atau beberapa
baris rumah) sepanjang pantai atau sepanjang sungai.
Permukiman terpencar , rumahnya terpencar menyendiri, banyak terdapat
di Negara Eropa Barat, Amerika, Kanda, Australia dan lain – lain. Perkampungan
terpencar di Negara Negara tersebut terdiri atas farmstead, yatu sebuah rumah yang
terpencil tetapi lengkap dengan gudang, alat mesin, penggilingan gandum, lumbung
dan kandang ternak (Jayadinata, 1999 dalam Nurfatimah, 2020)
Kesesuaian lokasi kawasan pertanian relative banyak bergantung pada
factor fisik alamiah, antara lain iklim (kelembaban dan curah hujan), sifat fisik
tanah, tekstur tanah, kelerengan dan lain sebagainya.
2.5.3 Faktor Perubahan Penutupan Lahan
Faktor-faktor penyebab perubahan lahan adalah jenis kegiatan yang dapat
mencirikan terjadinya perubahan lahan. Kegiatan tersebut dapat berupa gangguan
terhadap hutan, penyerobotan, dan perladangan berpindah.
Gangguan terhadap hutan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
alam dan faktor manusia. Gangguan yang disebabkan oleh alam meliputi kebakaran
hutan akibat petir dan kemarau, letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor,
banjir dan erosi akibat hujan deras yang lama. Sementara itu gangguan terhadap
hutan yang disebabkan oleh manusia dapat berupa penebangan liar, penyerobotan
lahan, dan kebakaran hutan (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam
Hutauruk,Stevenn E H, 2016).
Wijaya, 2004 dalam Hutauruk,Stevenn E H, 2016) menyatakan faktor-
faktor yang menyebabkan perubahan penutupan lahan diantaranya adalah:
1. pertumbuhan penduduk,
2. mata pencaharian,
3. aksesibilitas
4. kebijakan pemerintah.
5. Kebakaran Hutan
Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong
penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman
ataupun lahan-lahan budidaya. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah
berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut.

17
Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya
perubahan penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang
pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong
penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan.
2.6 Pengertian GIS (Geographic Information System)
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) adalah sistem
berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan
menganalisis informasi geografis. Dapat pula berupa sistem yang dibuat untuk
analisis data spasial, yaitu gambar lokasi geografis dan data atribut yaitu informasi
deskriftif dari lokasi geografis (Wijaya,Nurrohman 2015). Beberapa definis Sistem
Informasi Geografis (GIS) telah banyak dibahas seperti dapat dilihat pada tabel 2.1.
GIS banyak digunakan oleh beberapa kalangan dimana terkait dengan bidang
geografis, pemetaan, dan teknoligi komputasi serta selib luas lagi.
Menurut (Maguire, D. J. An overview and definition of GIS. Geographical
Information Systems: Principles and Applications 1991) sesuai dengan
perkembangan, GIS tidak hanya terbatas pada bidang geografis dan komputasi,
tetapi sudah menjalar kebidang lainnya.
Tabel 2 3: Definisi Sistem Informasi Geografis
Uraian Sumber
Suatu system yang berfungsi untuk pengambilan, penyimpanan, DoE (1987:132)
pemeriksaan, memanipulasi, menganalisis, dan penampilan
data yang bereferensi secara spasial terhadap Bumi.
Setiap rangkaian produser, baik yang berbasis manual ataupun Aronoff (1989:39)
komputasi yang digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi data yang bereferensi secara geografis.
Suatu bagian dari institusi, yang merefleksikan suatu struktur Carter (1989:3)
oranisasi yang mengintegrasi teknologi dengan dukungan basis
data, keahlian dan dana secara berkelanjutan sepanjang waktu.
Suatu informasi teknologi yang menyimpan, menganalisis, dan Parker (1988:1547)
menampilkan data spasial dan non-spasial

Suatu sistem informasi yang secara khusus, dimana sumber data Dueker (1979:109)
terdiri observasi fitur, kegiatan, atau kejadian yang terdistribusi
secara spasial, didefinisikan dalam ruang dalam bentuk titik,

18
Uraian Sumber
garis atau daerah. SIG memanipulasi data tersebut yang berupa
titik, garis, dan ruang dan kemudian menampilkan data yang
diolah tersebut kembali untuk suatu tujuan dan analisis yang
diinginkan

Suatu sistem basis data yang dimana hampir seluruh data Smith, et al :
terindeks secara spasial, selain itu juga merupakan suatu (1987:13)
rangkaian prosedur yang dioperasikan dalam rangka untuk
menjawab pertanyaan tentang aspek spasial dalam basis data

Suatu rangkaian fungsi otomatis yang menyediakan Ozemoy, Smith and


kemampuan dengan kapabilitas mutakhir untuk penyimpanan, Sicherman (1981:92)
pengambilan kembali, memanipulasi, dan penampilan data
lokasi secara geografis

Suatu rangkaian alat yang ampuh untuk mengumpulkan, Burrough (1986:6)


menyimpan, pengambilan kembali sesuai kebutuhan,
mengubah dan menampilkan data spasial dari dunia nyata

Suatu sistem pendukung keputusan yang melibatkan integrasi Cowen (1988:6)


data yang bereferensi spasial dalam penanganan masalah

Suatu sistem ampuh yang memiliki kemampuan pemodelan Koshkariov, Tikunov


secara geografis and Trofimov
(1989:259)

Suatu bentuk Sistem Informasi Manajemen yang Devine and Field


memperkenankan untuk penampilan peta dari informasi umum (1986:18)

Sumber: (Maguire, D. J. An overview and definition of GIS. Geographical Information Systems:


Principles and Applications 1991)

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) sudah


banyak sekali dikembangkan dan diterapkan oleh berbagai bidang ilmu dan bidang
aplikasi, seperti halnya survei pemetaan, pertanian, teknik sipil, planologi, geografi,
geologi, kehutanan dan transportasi. Hal ini dapat dikarenakan beberapa
karakteristiknya yang sangat menguntungkan seperti:

19
a. Data dan informasi yang dihasilkan dapat diandalkan dari segi
kuantitas dan kualitasnya
b. GIS seolah-olah menjadi konsultan elektronis yang bersifat exspert
serta loyal dan berdedikasi.
c. Analisa, perencanaan dan pengambilan keputusan yang terpadu dan
komprehensif dapat dilakukan secara tepat.
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System)
disingkat GIS adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki
informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,
adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya
data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi
juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data
sebagai bagian dari sistem ini.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi
ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan
perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat
menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat
digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan
dari polusi.
Pembangunan fisik dan sosial di Indonesia terus ditingkatkan sesuai dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kehidupan yang serba
kompleks. Perkembangan tersebut mendorong perlunya informasi yang rinci
tentang data sumber daya alam, yang mungkin dapat dikembangkan. Data aneka
sumber daya alam hasil penelitian dijadikan modal sebagai bahan baku untuk
perencanaan pembangunan. Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan
sumber daya alam adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pesebaran berbagai sumber daya alam, misalnya
minyak bumi, batu bara, emas, besi dan barang tambang lainnya.
2. Untuk mengetahui pesebaran Kawasan lahan , misalnya:
a. Kawasan lahan potensial
b. Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak

20
2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2 4: Hasil Penelitian Yang Relevan
Nama
Metode
No Peneliti/Tahun Judul Penelitian Hasil
Penelitian
Penelitian
1 Indriani Umar, Analisis Perubahan Metode - Menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 26 tahun (1991 –
(2018) Penggunaan Lahan Sekitar Kualitatif 2017), telah terjadi perubahan penggunaan lahan danau di
Danau Limboto Pendekatan sekitar Danau Limboto sebesar ±936,56 Ha menjadi lahan
Deskriptif pertanian dan perkebunan, ±14,29 Ha menjadi lahan
permukiman, dan ±0,35 Ha menjadi kawasan wisata.
- Adapun proses perubahan penggunaan lahan secara fisik di
sekitar Danau Limboto yaitu: (1) lahan danau berubah
menjadi rawa kemudian berubah menjadi lahan pertanian
(lahan basah dan lahan kering) dan perkebunan (kelapa); (2)
lahan danau menjadi rawa kemudian menjadi lahan
pertanian (lahan basah dan lahan kering) dan kemudian
berubah menjadi lahan permukiman; (3) lahan danau
berubah menjadi lahan permukiman; dan (4) lahan danau
langsung berubah menjadi kawasan wisata.
2 Bilaluddin Khalil, Analisis Perubahan Metode - Penutupan lahan wewengkon Kasepuhan Citorek
(2009) Penutupan Lahan di Hutan Penelitian mengalami perubahan dalam kurun waktu tahun 1990 –
Adat Kasepuhan Citorek, Kualitatif 2006. Tipe penutupan lahan yang mengalami penurunan
Taman Nasional Gunung dengan luas wilayah adalah hutan, kebun campuran, ladang, dan
Halimun Salak. Analisis lahan terbuka. Tipe penutupan lahan yang mengalami
Overlay peningkatan luas wilayah adalah sawah, lahan terbangun,
semak belukar, dan badan air. Pada tahun 1997 terjadi
penurunan luas lahan pertanian (sawah, ladang, dan kebun
campuran) dan peningkatan luas semak belukar
- Perubahan penutupan lahan dipengaruhi oleh terjadinya
perubahan sosialekonomi masyarakat, tradisi bertani
masyarakat kasepuhan, dan lunturnya pengetahuan
masyarakat mengenai aturan adat khususnya pembagian

21
wewengkon. Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh
diantaranya adalah pertumbuhan penduduk, tingkat
pendidikan, dan mata pencaharian.
3 Nurrohman Wijaya, Deteksi Perubahan Metode - Ekspansi daerah perkotaan telah terjadi peningkatan.
(2015) Penggunaan Lahan dengan Klasifikasi Pemanfaatan lahan permukiman semakin meningkat,
Citra Landsat dan Sistem (Maxmimum sedangkan peruntukan lahan hutan semakin berkurang. Hal
Informasi Geografis: Studi likelihood) menarik adalah adanya peningkatan peruntukan lahan
Kasus di Wilayah industri dan komersial. Ini mengindikasikan bahwa telah
Metropolitan Bandung, terjadi perubahan alih fungsi lahan dari yang tidak
Indonesia. terbangun menjadi lahan terbangun, serta pemekaran daerah
perkotaan ke daerah sekitarnya.
4 Saurma Romatua Analisis Tutupan Lahan di Metode - Berdasarkan 130 titik koordinat di lapangan, diperoleh 8
Sinaga, (2020) Wilayah Kecamatan Sei Analisis jenis tutupan lahan di lapangan yang terdiri dari badan air,
Suka Kabupaten Batu Bara Spasial hutan, lahan kosong, mangrove, perkebunan, permukiman,
Tahun 2000 sampai 2019 sawah, dan semak.
- Persentase tutupan lahan yang mengalami penurunan luas
terbesar tahun 2000 sampai 2019 adalah mangrove yang
berkurang sebesar 74,662%, sedangkan persentase tutupan
lahan yang mengalami peningkatan luas terbesar adalah
badan air meningkat sebesar 1641,630%.
5 Ade Kristian Radeng Proyeksi Perubahan - Perubahan luasan terbesar terjadi pada kelas pertanian
(2021) Penutupan Lahan di SUB lahan kering campur semak yang dominan terkonversi dari
Daerah Aliran Sungai hutan lahan kering sekunder dengan persentase perubahan
Saddang Hulu Tahun 2021 sebesar 14,44%.
- Hasil proyeksi perubahan penutupan/penggunaan lahan
2031 menunjukkan perubahan hutan lahan kering sekunder
menjadi pertanian lahan kering campur semak masih
dominan terjadi dengan persentase perubahan sebesar
9,25%. Hal ini mengindikasikan bahwa konversi hutan
lahan kering sekunder menjadi lahan pertanian masih
berlanjut namun intensitasnya lebih rendah dibandingkan
periode sebelumnya.

22
GUNA LAHAN

2.8 Kerangka Pikir Perubahan Guna Lahan

Terjadi di Berbagai Tempat Variabel tutupan Lahan:


Pertumbuhan Penduduk
Kebijakan Pemerintah
- Dunia
Aksesibilitas
- Indonesia
Mata Pencaharian
- Sulawesi Tengah
Kebakaran Hutan
- Kabupaten Sigi
- Kecamatan Lindu

Tutupan Lahan Tahun


2000,2005,2009,2011,201
6 dan 2020

Sampling dan Analisis Linear


Overlay dan Analisis

Model Analisis Regresi Linear


Validasi

Hasil
Hasil
23
Gambar 2 1: Kerangka Pikir
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi, Provinsi
Sulawesi Tengah dan berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu.
Kecamatan lindu memiliki batas-batas dengan dengan daerah sekitarnya
yaitu:
• Sebelah Utara : Kecamatan Palolo
• Sebelah Timur : Kabupaten Poso
• Sebelah Selatan : Kecamatan Kulawi
• Sebelah Barat : Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Gumbasa
Luas Kecamatan Lindu 57495.49 Km², yang secara administrasi terdiri dari
5 desa. Seluruh desa hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua (motor) 30%
dari total wilayah Kecamatan Lindu merupakan kawasan hutan lindung.
Gambar 3 1: Peta Batas Administrasi Kecamatan Lindu

Sumber: RTRW Kabupaten Sigi Tahun 2010-2032 (Disusun Kembali Oleh Penyusun Tugas Akhir)

24
3.2 Waktu Penelitian

Tabel 3 1: Waktu Penelitian


Waktu
No Kegiatan Juni Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Seminar
Proposal
2 Perbaikan
Proposal
3 Penelitian
4 Asistensi Hasil
5 Seminar Hasil
6 Perbaikan Hasil
7 Sidang Ujian
Tugas Akhir
8 Perbaikan
Skripsi
Sumber: Penulis 2022
3.3 Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Dengan fokus penelitian
penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk dan fungsi ruang yang
menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau data lisan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam studi ini, maka
dilakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
a. Survey lapangan, yaitu Teknik pengumpulan data melalui observasi
atau pengamatan langsung kepada obyek yang menjadi sasaran
penelitian untuk memahami kondisi dan karakteristik wilayah
penelitian.
b. Pendataan instansi yaitu metode pengumpulan data melalui instansi
terkait guna mengetahui data kuantitatif dan kualitatif baik dalam
bentuk data statistik maupun dalam bentuk peta yang dikumpulkan
dari berbagai dinas instansi, seperti Balai Pemanfaatan Kawasan Hutan
(BPKH), Badan Pusat statistik Kabupaten Sigi dan Balai Besar Taman
Nasional Lore Lindu (BBTNL).

25
c. Telaah Pustaka, yaitu cara pengumpulan data dan informasi melalui
litelatur atau referensi yang terkait dengan studi yang akan dilakukan.
d. Dokumentasi, yaitu pengambilan data atau gambar yang diperoleh
melalui kamera
e. Wawancara, yakni tanya jawab yang dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan seseorang dengan seseorang yang
mengetahui dan memahami wilayah studi, terutama berkaitan tentang
tipe penutupan lahan, perubahan penutupan lahan dan karakteristik
lahan lainnya selama periode waktu tertentu.
f. Questioner (daftar pertanyaan), sebagai instrument dalam upaya
mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan
dan dampak penggunaan lahan diwilayah penelitian dengan
menggunakan skala penelitian:
Tabel 3 2: Skala Penelitian
No Kategori Skor/Nilai
1 Sangat Tinggi 4
2 Tinggi 3
3 Kurang 2
4 Rendah 1
Sumber: Paputungan, Warouw, Tilaar, 2014
3.5 Jenis Dan Sumber Kebutuhan Data
3.5.1 Jenis Data
a. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
di lapangan atau lokasi penelitian. Data-data yang akan dikumpulkan
berupa jenis tutupan lahan , kondisi jaringan jalan, kondisi hidrologi,
kondisi vegetasi, kondisi transportasi dan opini masyarakat dan
pemerintah tentang perubahan penutupan lahan khususnya di
Kecamatan Lindu.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi pemerintah yang
terkait dengan objek penelitian ini, berupa laporan Rencana Tata Ruang
Wilayah, jenis tutupan lahan, jenis tanah, kemiringan lereng, topografi,

26
geologi, hidrologi, klimatologi, dan data kependudukan Kecamatan
Lindu.
3.5.2 Sumber Data
Tabel 3 3: Kebutuhan Data
KEBUTUHAN BENTUK JENIS
NO SUMBER DATA
DATA DATA DATA
1 Peta Tutupan Lahan Shape Sekunder ATR/BPKH
Kecamatan Lindu File/Dokumen
2 Peta Kawasan Taman Shape Sekunder ATR/BPN/BKSDA/B
Nasional Lore Lindu File/Dokumen APPEDA
3 Jumlah Penduduk Dokumen Sekunder BPS Kabupaten Sigi
4 Peta Tematik Shape File Sekunder BPKH,BKSDA,BAP
Kecamatan Lindu PEDA
5 Opini Masyarakat Dokumen Sekunder Masyarakat Lindu
Sumber: Penulis 2022
3.7 Populasi dan Sampel
3.7.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh penelitian
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).
Berdasarkan teori tersebut maka Populasi bukan hanya orang, akan tetapi obyek
dan benda-benda yang terdapat di daerah penelitian. Dalam hal ini Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang terdapat di daerah Kecamatan Lindu.
3.7.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang terdapat pada populasi, dikarenakan keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi yang
ada. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulan akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang di ambil dari populasi harus betul-betul
representative (mewakili) (Sugiyono, 2013).
Untuk menentukan jumlah populasi yang tidak diketahui, maka dalam
penentuan sampel digunakan rumus Cochran sebagai berikut (Sugiyono, 2013)

27
Dimana :
𝑁
𝑛=
𝑁 (𝑑)2 + 1

n : Jumlah Sampel yang diperlukan


Z : Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam sampel
p : Peluang benar 50%
q : Peluang salah 50%
moe : Margin of error atau tingkat kesalahan maksimum yang dapat di tolerir
Tingkat keyakinan yang digunakan adalah 95% dimanan nilai Z sebesar
1,96 dan tingkat eror, maksimum sebesar 10%. Jumlah ukuran sampel dalam
penelitian ini adalah

(1,96)2 (0,5)(0,5)
𝑛=
(0,1)2

n= 96,4
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang
harus digunakan dalam penelitian ini adalah 97 Responden.Dari rumus diatas dapat
dilihat jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 97 orang, yang di bagi
menjadi 5 Desa di Kecamatan Lindu.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel
(Purposive sampling). Metode pengambilan data dengan purposive sampling
adalah Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan/kriteria tertentu. Menurut
(Sugiyono, 2013) Purposive Sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek
bukan berdasarkan atass strata atau random tetapi dengan kriteria tertentu. Untuk
jelasnya penentuan sampel dapat dilihat pada tabel berikut:

28
Tabel 3 4: Kriteria dan Prinsip Responden
Kriteria
No Asal/Instansi Responden Jumlah Syarat
Responden
Pemerintah
Desa Olu,
Kantor Desa di 4 Orang/
Desa Tomado,
1 Kecamatan Aparat Desa Desa = 20 Tingkat Kelurahan
Desa Anca,
Lindu Orang
Desa Puro’o,
Desa Langko
Kantor Balai
Pemantapan Kepala/Staf Bidang Taman Nasional
2 BPKH 2
Kawasan Dinas Lore Lindu
Hutan
Kantor Balai
Taman Kepala/Staf Bidang Taman Nasional
3 BBTNL 2
Nasional Lore Dinas Lore Lindu
Lindu
Penduduk
Desa Olu, Penduduk di Desa
Penduduk di 5
Desa Tomado, Kecamatan Lindu yang
Kecamatan Desa 15
4 Desa Anca, berumur 16-45 Tahun dan
Lindu Kecamatan orang/Desa
Desa Puro’o bekerja di bidang nelayan
Lindu
dan Desa dan pertanian
Langko
Jumlah 98 Orang
Sumber: Modifikasi Teori (Sugiyono, 2013)

3.8 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah faktor yang diteliti serta memiliki ukuran, baik
ukuran yang bersifat kualitaif maupun kuantitatif, dalam penelitian ini terdapat
beberapa variabel yang digunakan untuk menganalisis perubahan serta faktor
penyebab perubahan gunalahan, yang terdiri dari variabel terikat (Y) yaitu
perubahan tutupan lahan Kecamatan Lindu Serta variabel bebasnya (X) diantaranya
pertumbuhan penduduk, kebijakan pemerintah, deforestasi lahan, faktor ekonomi
dan kebakaran hutan. Satuan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Desa.
Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan kesesuaian terhadap
penelitian yang akan dilakukan. Sehingga memberikan gambaran yang jelas
mengenai masalah yang akan diteliti

29
3.9 Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk memberikangambaran jelas mengenai
masalah yang diteliti maka perlu diberikan definisi operasional. Untuk kepentingan
menyamakan persepsi maka perlu adanya suatu kesepakatan tentang definisi-
definisi operasional yang digunakan dalam tulisan ini, khususnya menyangkut
definisi atau pengertian variable dan indikator serta cara pengukurannya yang
terdiri dari variabel terpengaruh dan tidak terpengaruh.
3.9.1 Variabel Terpengaruh
Tutupan Lahan (Y)
Penutupan lahan merupakan segala campur tangan manusia, baik sementara
maupun terus menerus terhadap lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Variabel ini terdiri dari Peta penutupan Lahan serta citra satelit Kecamatan Lindu
kurun waktu 20 tahun terakhir, dibagi menjadi 5 peta tutupan lahan, dalam hal ini
peta penutupan lahan Lindu Tahun 2000,2005,2009,2011,2016 dan 2020.
3.9.1 Variabel Berpengaruh
Variabel berpengaruh yang digunakan dalam penelitian ini berupa faktor-faktor
dan indikator-indikator yang mempengaruhi perubahan penutupan Lahan di
Kecamatan Lindu. Terjadinya perubahan penutupan lahan lahan terjadi akibat
beberapa faktor yang mempengaruhi. Hal ini tentunya akan menyebabkan beberapa
masalah disuatu wilayah apabila perubahan penutupan lahan tidak sesuai dengan
kemampuan lahan ataupun regulasi yang ada yang tentunya akan berpengaruh pada
kehidupan penduduk beserta lingkungan maupun pada rencana pemanfaatan guna
lahan di daerah pada masa yang akan datang.
Berdasarkan teori, penelitian terdahulu dan observasi lapangan diambil faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan sebagaimana di bawah
ini:
a. Pertumbuhan Penduduk (X1)
Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk, tentu mendorong pula
kebutuhan ruang akan penggunaan lahan permukiman, serta juga
penggunaan lahan akan kegiatan aktifitas masyarakat, semakin bertambah
jumlah penduduk maka semakin bertambah pula kebutuhan akan ruang
baik itu penggunaan lahan akan permukiman maupun penggunaan lahan

30
yang menunjang kegiatan masyarakat itu sendiri merupakan salah satu
dari beberapa faktor pemicu secara tidak langsung (Rijal et al., 2016
dalam Khalil,Bilaluddin, 2009).
Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong
penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai
pemukiman (Wijaya, 2004 dalam Hutauruk,Steven E H, 2016).
b. Kebijakan Pemerintah (X2)
Perubahan tutupan hutan menjadi tutupan lahan lainnya dalam beberapa
periode menyebabkan perubahan dalam pola tertentu. Pola perubahan
didorong oleh berbagai faktor pemicu, baik secara langsung atau tidak
langsung dan faktor-faktor yang direncanakan atau tidak direncanakan.
Faktor yang direncanakan adalah kebijakan hutan untuk konversi
kawasan menjadi penggunaan lain (Rijal et al., 2016 dalam
Khalil,Bilaluddin, 2009).
c. Aksesibilitas (X3)
Perubahan tutupan hutan menjadi tutupan lahan lainnya dalam beberapa
periode menyebabkan perubahan dalam pola tertentu. Pola perubahan
didorong oleh berbagai faktor pemicu, baik secara langsung atau tidak
langsung dan faktor-faktor yang direncanakan atau tidak direncanakan.
Faktor langsung adalah konstruksi jalan yang mendukung pengembangan
permukiman dan juga pengembangan sektor pariwisata dan atau
ekowisata (Rijal et al., 2016 dalam Khalil,Bilaluddin, 2009).
d. Mata Pencaharian (X4)
Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan usaha
yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang
bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya perubahan
penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang
pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat
mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai
penutupan lahan (Wijaya, 2004 dalam Hutauruk,Steven E H, 2016).

31
e. Kebakaran Hutan (X5)
Perubahan tutupan hutan menjadi tutupan lahan lainnya dalam beberapa
periode menyebabkan perubahan dalam pola tertentu. Pola perubahan
didorong oleh berbagai faktor pemicu, baik secara langsung atau tidak
langsung dan faktor-faktor yang direncanakan atau tidak direncanakan,
sedangkan faktor yang tidak direncanakan adalah kebakaran hutan di
wilayah yang luas (Rijal et al., 2016 dalam Khalil,Bilaluddin, 2009).
3.10 Uji Kehandalan Kuisioner
3.10.1 Uji Validitas
(Menurut Ghozali, 2016 dalam Thaibi, 2017) menyatakan bahwa uji
validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Analisis digunakan dengan cara mengkorelasikan masing-masing
skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan
item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total
menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam
mengungkap apa yang ingin diungkap. Pengujian menggunakan uji dua sisi
dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
A. Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid).
B. Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung negatif,
maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
Adapun pengujian dilakukan terhadap indikator-indikator dari variabel
penutupan lahan Pertumbuhan Penduduk (X1), Kebijakan Pemerintah (X2),
Aksesibilitas (X3), Mata Pencaharian (X4) dan Kebakaran Hutan (X5) dan
Penutupan lahan (Y). Dimana uji validitas digunakan untuk memperoleh
variabel yang valid untuk dianalisis lebih lanjut.

32
3.10.2 Uji Reabilitas
Menurut Ghozali, 2016 dalam Thaibi, 2017) penentuan tingkat
realibilitas suatu instrument penelitian, secaraa umum kehandalan dalam
kisaran ≥ 0,50 dianggap sangat baik. Untuk melakukan uji realibilitas pada
penelitian ini dilakukan dengan program SPSS terhadap variabel-variabel
yang telah ditentukan yaitu Pertumbuhan Penduduk (X1), Kebijakan
Pemerintah (X2), Aksesibilitas (X3), Mata Pencaharian (X4) dan
Kebakaran Hutan (X5) dan Penutupan lahan (Y). Dimana uji validitas
digunakan untuk memperoleh variabel yang valid untuk dianalisis lebih
lanjut.
3.11 Teknik Analisis
Untuk menjawab permasalahan dan mencapai tujuan penelitian, maka
dilalukan analisis data dengan menggunakan berbagai metode sebagai berikut:
a. Menghitung besaran tutupan lahan Kecamatan Lindu di gunakan Metode
analisis Superimpose (Overlay) dimana teknisnya menggunakan data
Time Series kurun waktu 20 Tahun terakhir. Analisis ini digunakan untuk
melihat perubahan tutupan lahan dari tahun 2000,2005,2009,2011,2016
dan 2020. Analsis ini menggunakan pendekatan GIS/SIG dengan
menggunakan program ARCGIS. Analisis ini untuk menghasilkan peta
perubahan tutupan lahan 20 tahun terakhir. Analisis Overlay adalah
sekelompok metodologi yang diterapkan dalam pemilihan lokasi yang
optimal atau pemodelan kesesuaian (Suitabilty modeling) (Satria,
Syamsuri 2017). GIS banyak digunakan oleh beberapa kalangan dimana
terkait dengan bidang geografis, pemetaan, dan teknoligi komputasi serta
selib luas lagi. Menurut Maigure (1991) sesuai dengan perkembangan,
GIS tidak hanya terbatas pada bidang geografis dan komputasi, tetapi
sudah menjalar kebidang lainnya.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab serta dampak perubahan
penutupan lahan lahan di Kecamatan Lindu menggunakan pendekatan
penelitian Kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis regresi linear
berganda, teknik analisis analisis ini merupakan Metode Statistik yang
berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara

33
Variabel Faktor Penyebab (X) terhadap Variabel Akibatnya(Y) dengan
menggunakan Aplikasi SPSS, dimana data di dapatkan melalui survei
yang dilakukan dalam bentuk uraian deskriptif yang di dapatkan dari
hasil survei lapangan serta perhitungan data yang dimaksudkan untuk
menjelaskan berbagai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penutupan lahan dan mengidentifikasi besarnya perubahan penutupan
lahan yang terjadi.

34
BAB 4
HASIL DAN ANALISIS

4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sigi
Secara astronomis, Kabupaten Sigi terletak di sebelah selatan Kota Palu
pada posisi 119°38’45” - 120°21’24” Bujur Timur dan 0°52’16” - 2°03’21”
Lintang Selatan. Luas wilayah daratan Sigi adalah 5.196,02² atau sekitar 7,64% dari
total luas daratan Sulawesi Tengah. Berdasarkan letak geografisnya, Sigi menjadi
satu-satunya Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang tidak memiliki garis
pantai, dengan batas-batas wilayah antara lain sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Kota Palu
- Sebelah selatan berbatasan dan Sulawesi Selatan
- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Provinsi
Sulawesi Barat
- Sebalah timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong Kabupaten
Poso.
Secara administratif, Kabupaten Sigi terbagi menjadi 15 Kecamatan, 156
Desa dan 1 unit permukiman transmigrasi (UPT). Kabupaten Sigi beribukota di
Bora, sekitar 16 Km dari Kota Palu. Secara umum, wilayah Kabupaten Sigi dapat
di tempuh melalui jalur darat dengan jarak antar ibbukota kecamatan dengan
ibukota kabupaten yang beragam. Ketinggian wilayah Kabupaten Sigi berkisar 32-
1.350 m, dimana titik terendah berada di Kantor Kecamatan Dolo (Kota Palu) dan
tertinggi di Kantor Camat Marawola Barat (Dombu).

35
Gambar 4 1: Peta Administrasi Kabupaten Sigi
Sumber: RTRW Kabupaten Sigi Tahun 2010-2030 (Digambar Kembali oleh Penyusun Tugas Akhir)
36
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Lindu
Kecamatan lindu secara geografis berada pada posisi 1°13’37” - 1°30’15”
LS dan 120°00’43” - 120°17’17”, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kecamatan Palolo
- Sebelah Timur : Kabupaten Poso
- Sebelah Selatan : Kecamatan Kulawi
- Sebelah Barat : Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Gumbasa
Luas wilayah Kecamatan Lindu 57495.49 Km², yang secara administrasi
terdiri dari 5 desa di kecamatan lindu hanya dapat di lalui dengan kendaraan roda
dua dan jalan kaki. 30% total wilayah kecamatan lindu merupakan desa olu.
Berdasarkan topografinya, Kecamatan Lindu pada umumnya merupakan daerah
pegunungan (sekitar 90,0) dan berada dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu
pada ketinggian 900-1000 m diatas permukaan laut. Kemiringan tanahnya cukup
curam berkisar 60-70% dan bahkan sampai 80%.
Tabel 4 1: Luas daerah Kecamatan Lindu
Presentasi Luas
Kecamatan Luas Km²
Kecamatan
Puro’o 39,56 7,17
Langko 155,62 28,19
Tomado 83,81 15,18
Anca 105,41 19,09
Olu 167,63 30,37
Jumlah 574,95 100
Sumber: (Kecamatan Lindu Dalam Angka 2019)

37
Gambar 4 2: Peta Administrasi Kecamatan Lindu
Sumber: RTRW Kabupaten Sigi 2010-2030 (Disusun Kembali Oleh Penyusun Tugas Akhir)
38
4.1.3 Kondisi Daratan Kecamatan Lindu
Kondisi daratan di wilayah studi yang akan di bahas di golongkan kedalam
beberapa kriteria, yang terdiri dari: Topografi, kemiringan lereng, jenis tanah dan
vegetasi.
A. Topografi dan Kemiringan Lereng
Informasi dari peta topografi merukapan sebuah bentang alam
informasi mengenai kenampakan alam tinggi rendahnya sebuah bentuk
permukaan bumi, sedangkan untuk peta kemiringan lereng merupakan
sebuah peta yang meampilkan data bentuk kemiringan lereng suatu
daerah. Berdasarkan elevasi(ketinggian permukaan air laut), Kecamatan
Lindu pada umumnya merupakan daerah pegunungan (sekitar 90%),
dan berada dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu pada
ketinggian 750-2000 m diatas permukaan air laut.
Berdasarkan topografinya, Kecamatan Lindu dapat di klasifikasikan
ke dalam tiga zona ketinggian permukaan bumi dari permukaan laut,
yaitu :
a. Topografi dataran rendah/permukiman dengan ketinggian
antara 750-1250m diatas permukaan laut, dataran rendah ini
hanya pada kawasan permukiman penduduk.
b. Topografi perbukitan dengan ketinggian antara 1500-1750m
diatas permukaan laut, perbukitan pada kecamatan lindu
biasanya sebagai kegiatan perkebunan warga setempat
kecamatan lindu.
c. Topografi pegunungan dengan ketinggian antara 2000
sampai 2500m diatas permukaan laut, di ketinggian ini
hanya merupakan pegunungan yang berbatasan langsung
dengan Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
(Sumber:Hasil Pengolahan Peta Topografi 2022)
Kemiringan lereng Kecamatan Lindu sendiri sendiri cukup curam
yaitu berkisar antara 0->45% karena letak geografisnya Kecamatan Lindu
yang merupakan daerah pegunungan yang membuat ketinggian dari atas
permukaan laut menjadikan daerah ini cukup curam.

39
Tabel 4 2: Kemiringan lereng Kecamatan Lindu
No Desa Kelas Kemiringan Lereng
1 Puro’o 0-15%
2 Langko 0-25%
3 Tomado 0-15%
4 Anca 0-45%
5 Olu 0-45%
Sumber: Hasil Pengolahan Peta Kemiringan Lereng 2022
Untuk lebih jelasnya peta topografi dan kemiringan lereng dapat di lihat
pada Gambar … dan gambar …… dibawah ini :

40
Gambar 4 3: Peta Topografi Kecamatan Lindu
Sumber: RTRW Kabupaten Sigi tahun 2010-2030(di gambar Kembali oleh penyusun tugas akhir)
41
Gambar 4 4: Peta Kemiringan Lereng
Sumber: RTRW Kabupaten Sigi 2010-2030(di gambar kembali oleh penyusun tugas akhir)
42
B. Geologi
Keadaan geologi Kabupaten Sigi secara umum merupakan
batuan granit, yang merupakan penyusun utama batuan di sekitar sesar
aktif Palu Koro. Batuan yang tersebar di daerah ini dapat dibagi menjadi
6 batuan: batuan Sekis hijau, batuan Granit geneis, batuan Sabak-Filit,
batuan granit, Coluvium, dan Aluvium. (1) Batuan metamorfik sekis
hijau yang merupakan batuan tertua setara dengan Formasi Wana
berumur Trias (Simanjuntak, 1991), bertindak sebagai batuan dasar dan
menempati sekitar 20%. (2) Granit geneis diperkirakan merupakan
bagian dari tubuh intrusi granitoid regional yang berumur Trias.
Sebagian dari granit ini terlihat telah terubah menjadi batuan
metamorfik; (3) Satuan batuan filit dan batusabak dan batu tanduk yang
tersingkap di selatan baratdaya daerah penyelidikan yang mencirikan
adanya perlapisan dan kontak dengan batuan granit dibagian utara yang
merupakan tipe khas satuan batuan formasi Latimojong berumur Kapur
Atas; (4) Satuan batuan granit mempunyai penyebaran paling luas
terdapat dibagian barat didaerah penyelidikan. Satuan granit (batholit)
mengintrusi batuan yang telah ada seperti batuan metamorfik, yang
merupakan intrusi besar secara regional yang berumur Miosen. (5)
Satuan koluvium terdiri dari konglomerat, batu pasir, setempat
berselingan dengan batu lempung karbonatan dan terlihat terlas dengan
baik. (6) Satuan Aluvium dijumpai daerah dataran rendah dibagian
tengah daerah penyelidikan yaitu sepanjang aliran sungai besar Palu dan
cabang-cabang yang alirannya menyatu dengan sungai besar (RTRW
Kabupaten Sigi 2010-2030).
Kecamatan Lindu sendiri merupakan daerah pegunungan dan
terdapat danau yang mempunyai 3 jenis batuan diantaranya adalah
batuan hasil endapan danau sebanyak 4,77%, batuan terobosan 48,57%
dan batuan gunung api talaya 2,78% (RTRW Kabupaten Sigi Tahun
2010-2030). Berikut adalah peta jenis geologi Kecamatan Lindu.

43
Gambar 4 5: Peta Geologi Kecamatan Lindu
Sumber: RTRW Kabupaten Sigi 2010-2030 (Digambar Kembali oleh penyusun tugas akhir)
44
4.1.4 Kondisi Vegetasi
Kecamatan Lindu merupakan kecamatan yang berada di pegunungan yang
daerah kawasannya bervegetasi sangat beragam seperti adanya Danau Lindu, masih
banyaknya daerah yang tidak terbangun, semak belukar, rawa, banyak daeah ruang
terbuka dan wisata danau yang menjadikan danau tersebut sebagai objek wisata
yang ada di kecamatan lindu.

Gambar 4 6: Vegetasi Kecamatan Lindu


Sumber:Hasil Dokumentasi Tahun 2021

4.1.5 Kondisi Hidrologi Kecamatan Lindu


Keberadaan sungai yang ada di Kabupaten Sigi sebagian besar adalah anak-
anak sungai dari WS Palu – Lariang dan WS Parigi – Poso. Berdasarkan rencana
pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Palu-Lariang, Das Palu merupakan
DAS prioritas pengembangan daerah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah yang
merupakan pusat perekonomian, sedangkan DAS Lariang sebagai prioritas
Pengendalian daya rusak dan potensi PLTA.

45
Kecamatan Lindu yang merupakan daerah pegunungan dengan terdapat
danau didalamnya menjadikannya sebagai daerah cekungan air tanah pada daerah
sekitar danau lindu. CAT(Cekungan air tanah) adalah suatu wilayah yang dibatasi
oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti
pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Di kecamatan lindu
terdapat 3 Cat yaitu Cat Langko, Cat Watutua dan bukan Cat yang merupakan
pelepasan aliran air yang ada di kecamatan lindu dan daerah yang merupak cat
berlangsung terdapat pada kawasan permukiman yang mengelilingi danau lindu itu
sendiri. Berikut adalah peta hidrologi Cat Kecamatan Lindu.

46
Gambar 4 7: Peta Hidrologi Cekungan Air Tanah Kecamatan Lindu
Sumber: RTRW Kabupaten Sigi Tahun 2010-2030(di gambar Kembali oleh penyusun tugas akhir)
47
4.1.6 Karakteristik Sosial Kependudukan
A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Penduduk adalah Warga Negara Indonesia baik itu orang asing yang
bertemapt tinggal dan terdaftar di Indonesia. Untuk jumlah penduduk
Kecamatan Lindu berdasarkan sumber data Badan Pusat Statisik (BPS)
dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, Kecamatan Lindu merupakan
kecamatan pemekaran dari kecamatan Kulawi. Jumlah penduduk menurut
proyeksi SP 2010 pada akhir Tahun 2018 sebanyak 5.200 jiwa, dengan luas
wilayah 57495.49 Km² maka kepadatan penduduknya sebesar 9 jiwa/ Km².
Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Lindu dipengaruhi oleh 3 (tiga)
faktor yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Secara rinci
keadaan penduduk dari hasil proyeksi SP 2010 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4 3: Tabel Kepadatan Penduduk Kecamatan Lindu

Luas Jumlah Jiwa Kepadatan


No Desa Penduduk per Km²
(Km²) L P J
1 Puro’o 39,56 404 427 831 21
2 Langko 155,62 417 400 817 5
3 Tomado 833,81 873 729 1602 19
4 Anca 105,41 344 295 639 6
5 Olu 167,63 713 598 1311 8
Jumlah 57495.49 2.751 2.449 5.200 9
Sumber: (Kecamatan Lindu Dalam Angka 2019)
Tabel 4 4: Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Lindu
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
No Kecamatan 2008 2011 2017 2019 2020 Penduduk per Tahun
(%)
1 Kecamatan Lindu 4.411 4.783 5.141 5.200 5.435 1.27%
Sumber: (Kecamatan Lindu Dalam Angka 2020)
Ket: *Jumlah Penduduk Kecamatan Lindu Pemekaran
*Jumlah Penduduk Kecamatan Lindu Sesudah Pemekaran

48
B. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Lindu,2020
Tabel 4 5: Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Lindu
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
0-15 708 744 1452
16-64 1948 1698 3646
65+ 175 162 337
Jumlah 2831 2604 5435
Sumber: (Kecamatan Lindu Dalam Angka 2020)

49
4.1.7 Kawasan Zonasi Kecamatan Lindu
Selain memiliki kawasan strategis nasional untuk kepentingan lingkungan
hidup, Kabupaten Sigi juga memiliki kawasan strategis kabupaten untuk
lingkungan hidup yaitu kawasan sekitar Danau Lindu. Nilai strategis kawasan ini
karena letaknya yang berdekatan dengan Danau Lindu dan merupakan daerah
enclave, sehingga membutuhkan penanganan khusus agar tidak memicu kerusakan
lingkungan di kawasan sekitar Danau Lindu yang masuk dalam zona Taman
Nasional Lore Lindu (RTRW Kabupaten Sigi 2010-2030).
Kecamatan Lindu yang merupakan kawasan yang berbatasan langsung
dengan hutan Taman Nasional Lore Lindu mempunyai fungsi kawasan sebagai
Area Penggunaan Lain(APL) yang artinya daerah ini dapat di rambah, di olah oleh
masyarakat setempat dengan Batasan-batasan yang telah di atur oleh undang-
undang agar tidak terjadinya peralihan fungsi kawasan lindung.
Kawasan Zonasi Kecamatan Lindu dibagi menjadi zona inti, zona khusus,
zona pemanfaatan, zona rimba dan zona tradisional . Zona ini diatur dalam
Peraturan Pemerintah Daerah tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Sigi tahun
2010-2030. Dimana zona inti meliputi puncak-puncak gunung dalam Taman
Nasional Lore Lindu, zona rimba adalah bagian dari taman nasional yang karena
letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada
zona inti dan zona pemanfaatan . kegiatan yang boleh dilakukan pada zona ini hanya
untuk kepentingan penelitian, dan penunjang budidaya, kemudian kegiatan yang
dapat diperbolehkan dengan syarat yang pertama adalah dapat dibangun sarana dan
prasarana tidak permanen dan terbatas untuk kegiatan penelitian dan pengelolaan,
yang kedua adalah wisata alam yang tidak merusak bentang alam dan ekosistem
kawasan.
Zona Rimba Taman Nasional Lore Lindu memiliki kondisi alam baik fisik
dan biodatanya masih asli Sebagian besar belum diganggu oleh manusia zona ini
juga berfungsi sebagai buffer. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona ini adalah

50
Gambar48:PetaFungsiKawasanHutanTamanNasionalLoreLindu
Sumber:(KEMPENLHKNO81132018)

51
Tabel 4 6: Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Zonasi
Ketentuan Kegiatan Keterangan
Kegiatan yang zona inti meliputi puncak-
diperbolehkan: puncak gunung dalam Taman
1. kepentingan penelitian, Nasional Lore Lindu, zona
dan penunjang rimba adalah bagian dari
budidaya taman nasional yang karena
Kegiatan yang letak, kondisi dan potensinya
diperbolehkan dengan mampu mendukung
syarat: kepentingan pelestarian pada
1. Dapat dibangun sarana zona inti dan zona
dan prasarana tidak pemanfaatan
permanen dan terbatas
untuk kegiatan
penelitian dan
pengelolaan
Zona Inti 2. Wisata alam yang tidak
merusak bentang alam
dan ekosistem kawasan.
Kegiatan yang tidak di
perbolehkan:
1. Aktivitas ruang yang
berpotensi merusak
alam, keanekaragam
hayati dan ekosistem
kawasan seperti
permukiman,
perkebunan, pertanian
lahan basah, pertanian
lahan kering dan
pertambangan
Kegiatan yang Zona Rimba Taman Nasional
diperbolehkan: Lore Lindu memiliki kondisi
1. Penelitian, alam baik fisik dan
pengembangan, ilmu biodatanya masih asli
pengetahuan, Sebagian besar belum
Pendidikan dan atau diganggu oleh manusia zona
penunjang budidaya. ini juga berfungsi sebagai
2. Inventarisasi dan buffer.
Zona Rimba
monitoring sumber
daya alam hayati
dengan ekosistemnya
dengan pembinaan flora
dan fauna.
3. Pembinaan faktor fisik
dan ekosistem
diantaranya faktor

52
hidrologi pada DAS
dan sumber mata air,
serta rehabilitasi
kawasan yang
mencakup reboisasi dan
konservasi tanah.
Kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat:
1. Dapat dibangun sarana
dan prasarana tidak
permanen, dan terbatass
untuk kegiatan
penelitian dan
pengelolaan.
2. Wisata alam yang tidak
merusak bentang alam
dan ekosistem kawasan.
Kegiatan yang tidak
diperbolehkan:
Aktivitass ruang yang
berpotensi merusak bentang
alam, keanekaragam hayati
dan ekosistem kawasan
seperti permukiman,
perkebunan, pertanian lahan
basah, pertanian lahan
kering dan pertambangan.
Zona Pemanfaatan Kegiatan yang Zona Pemanfaatan Taman
diperbolehkan: Nasional memiliki kondisi
1. Inventarisasi dan alam baik fisik dan biotanya
monitoring sumberdaya merupakan hutan primer
alam hayati dan dengan sedikit terganggu oleh
ekosistemnya manusia namun tetap
2. Penelitian dan memiliki vegetasi asli dan
pengembangan Sebagian kecil telah
Pendidikan, dan dimanfaatkan oleh
penunjang budidaya. masyarakat disekitar desa-
3. Pengembangan potensi desa yang berbatasan dengan
daya Tarik wisata alam wilayah konservasi ini.
dengan melakukan
penanaman beberapa
jenis pohon biji-bijian
disekitar objek wisata
dizona ini sebagai
pakan burung misalnya
ficus.
4. Pembinaan habitat dan
populasi
53
5. Pengusahaan pariwisata
alam dan pemanfaatan
jasa lingkungan
6. Pembangunan sarana
dan prasarana
pengelolaan, penelitian,
pendidikan, wisata alam
dan pemanfaatan jasa
lingkungan
Kegiatan yang tidak
diperbolehkan :
Aktivitas yang dapat
merusak bentang alam
seperti pertambangan dan
permukiman
Kegiatan yang Zona khusus adalah bagian
diperbolehkan: dari Taman Nasional Lore
1. Perlindungan dan Lindu karena kondisi yang
pengamanan tidak dapat dihindarkan telah
2. Pemanfaatan penunjang terdapat kelompok
kehidupan masyarakat masyarakat dan sarana
3. Rehabilitasi penunjang kehidupannya
Zona Khusus
4. Monitoring populasi yang tinggal sebelum wilayah
dan aktivitas tersebut ditetapkan sebagai
masyarakat serta daya taman nasional antara lain
dukung wilayah. sarana telekomunikasi,
fasilitas transportasi dan
listrik dan tidak berbatasan
dengan zona inti.
Kegiatan yang dapat Zona tradisional adalah
dilakukan: bagian dari Taman Nasional
1. Perlindungan dan Lore Lindu yang ditetapkan
pengamanan untuk kepentingan
2. Inventarisasi dan pemanfaatan tradisional oleh
monitoring jenis yang masyarakat yang karena
dimanfaatkan oleh kesejarahan mempunyai
masyarakat ketergantungan dengan
3. Pembinaan habitat dan sumberdaya alam.
Zona Tradisional populasi Zona tradisional memiliki
4. Penelitian dan potensi dan sumberdaya alam
pengembangan hayati yang telah
5. Pemanfaatan potensi dimanfaatkan melalui
dan kondii sumberdaya kegiatan
alam sesuai dengan pengembangbiayakan,
kesepakatan dan perbanyakan dan pembesaran
ketentuan yang berlaku. oleh masyarakat setempat
guna memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Sumber: RTRW Kabupaten Sigi Tahun 2010-2030
54
Gambar 4 9: Peta Zonasi Kecamatan Lindu
Sumber: Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (Disusun Kembali oleh penyusun tugas akhir)
55
4.1.8 Kondisi Sarana dan Prasarana Kecamatan Lindu
Kecamatan Lindu sebagai daerah pedesaan tentunya di tunjang oleh
tersedianya sarana dan prasarana pedesaan. Ketersediaan sarana dan prasarana di
Kecamattan Lindu merupakan salah satu aspek yang penting dalam
keberlangsungan kegiatan pertumbuhan penduduk demi proses berjalannya
kehidupan pedesaan yang berkelanjutan.
A. Aspek Sarana
Ketersediaan sarana merupakan salah satu hal penting dalam
pertumbuhan pedesaan, Adapun aspek sarana yang terdapat di
Kecamatan Lindu yaitu:
1. Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan merupakan sarana yang berfungsi sebagai sarana
kebutuhan masyarakat dalam hal Pendidikan. Berdasarkan data BPS
Kecamatan Lindu tahun 2020 yang ada, jumlah sekolah di
Kecamatan Lindu berjumlah 0 TK, 12 SD, 2 Madrasa Ibtidaiyah, 2
SMP dan 2 SMA. Adapun sebaran sarana Pendidikan di Kecamatan
Lindu dapat di lihat pada tabel … di bawah ini:
Tabel 4 7: Banyaknya Sekolah Pendidikan menurut Tingkat
Pendidikan Kecamatan Lindu Tahun 2020
Tingkat Pendidikan
No Desa
TK SD MI SMP SMA UNIVERSITAS
1 Puro’o - 2 - - - -
2 langko - 2 - - 1 -
3 Tomado - 3 1 1 - -
4 Anca - 1 - - - -
5 Olu - 4 1 1 - -
Jumlah - 12 2 2 1 -
Sumber: BPS Kecamatan Lindu dalam angka tahun 2020
2. Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang ada di Kecamatan Lindu terbagi menjadi 2 jenis
yaitu posyandu dan poskesdes yang berjumlah 13 posyandu dan 5
poskesdes. Dapat dilihat pada tabel … dibawah ini:

56
Tabel 4 8: Jumlah Fasilitas Kesehatan Kecamatan Lindu

Fasilitas Kesehatan
No Desa
Posyandu Poskesdes
1 Puro’o 1 1
2 langko 2 1
3 Tomado 4 1
4 Anca 2 1
5 Olu 4 1
Jumlah 13 5
Sumber: BPS Kecamatan Lindu Dalam Angka Tahun 2020

3. Sarana Peribadatan
Fasilitas Peribadatan yang ada di Kecamatan Lindu berfungsi untuk
meningkatkan kualitas beragama masyarakat desa. Adapun sebaran sarana
peribadatan di Kecamatan Lindu dapat dilihat pada tabel… dibawah ini:
Tabel 4 9: Sarana Peribadatan Kecamatan Lindu
Fasilitas Peribadatan
No Desa Gereja Gereja
Masjid Mushola
Protestan Katholik
1 Puro’o - 1 3 -
2 langko - - 4 -
3 Tomado 2 2 4 1
4 Anca - - 2 -
5 Olu 2 2 7 1
Jumlah 4 5 20 2
Sumber: BPS Kecamatan Lindu Dalam Angka Tahun 2020
4. Sarana Perdagangan dan Jasa
Sarana perdagangan dan jasa yang ada di Kecamatan Lindu
hanya berupa kios-kios kecil yang tersebar di 5 desa Kecamatan
Lindu sedangkan untuk suplay untuk kios-kios mereka biasanya
mereka membelinya di kabupaten sigi lalu membawanya Kembali
ke desa mereka hal ini berlaku untuk semua desa yang ada di
Kecamatan Lindu.

57
C. Aspek Prasarana
A. Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan prasarana yang berfungsi sebagai
penghubung antar wilayah serta juga sebagai pembentuk pola suatu
kawasan.
Kecamatan Lindu sendiri terdiri dari 5 desa yang seluruhnya hanya
dapat dilalui oleh roda dua, dimana seluruh jalannya merupakan
tanah, batu dan kerikil karena akses jalan masuknya membelah
gunung dan bersebelahan dengan jurang. Akses jalan penghubung
untuk memasuki Kecamatan Lindu ini adalah melalui jalan
kabupaten poros palu-kulawi.
B. Jaringan Listrik
Jaringan listrik merupakan prasarana yang sangat penting dan
dibutuhkan oleh masyarakat lindu, jaringan listrik di Kecamatan
Lindu hanya terdapat di 4 desa kecuali desa olu. Desa Olu sendiri
merupakan desa yang paling jauh di Kecamatan Lindu dengan
menggunakan akses perahu untuk menyebrang dan sampai di Desa
Olu. Jaringan listrik yang ada di Desa Olu hanya menggunakan
panel surya hanya dapat digunakan pada malam hari.
C. Jaringan Drainase
Jaringan saluran drainase merupakan prasarana penting bagi desa,
sedangkan untuk Kecamatan Lindu sendiri yang menggunakan
drainase hanya pada desa puro’o yaitu desa pertama Ketika
memasuki Kecamatan Lindu, sedangkan untuk 4 desa lainnya
menggunakan drainase galian oleh masyarakat setempat.
D. Jaringan Air Bersih
Jaringan air bersih di Kecamatan Lindu merupakan prasarana
pendukung bagi Kesehatan masyarakat lindu sebagai kebutuhan
dasar yang sangat vital karena untuk di konsumsi dan dibutuhkan
juga untuk MCK. Kecamatan Lindu sendiri untuk jaringan air
bersihnya bersumber dari PDAM untuk menunjang aktifitas sehari-
hari masyarakat dan untuk sumber lainnya menggunakan sumber air

58
tanah dengan menggunakan mesin DAP demi menunjang kebutuhan
air bersih.
E. Jaringan Telepon/Komunikasi
Kecamatan Lindu sendiri karena letak geografisnya berada di
pegunungan yang mengakibatkan akses telekomunikasinya terbatas
seperti pada Desa Olu yang jaringan komunikasinya hanya terdapat
diberbagai tempat saja.
F. Jaringan Persampahan
Pengelolaan Jaringan Persampahan Kecamatan Lindu untuk
kawasan perdesaan di Kabupaten Sigi arahan sistem pengolahan
sampah di Kabupaten Sigi diarahkan dengan sistem on site.
Pertimbangan dasar dalam memberikan arahan pengelolaan sampah
di kawasan perdesaan ini adalah terkait dengan ketersediaan lahan
untuk mengubur dan mengolah sampah menjadi barang yang
memiliki nilai tambah dan ramah lingkungan. Pengembangan sistem
on site untuk pengolahan sampah organik akan mampu menciptakan
sinergi dengan strategi pengembangan wilayah Kabupaten Sigi yang
berbasis pada pengembangan sektor pertanian (RTRW Kabupaten
Sigi Tahun 2010-2030).

59
4.2 Analisis Guna Lahan
4.2.1 Analisis Demografi Penduduk
Analisis untuk proyeksi penduduk menggunakan teori bunga berganda
untuk memproyeksikan jumlah penduduk sampai tahun 2035 dimana jumlah
penduduk tahun awal dalam melakukan analisis ini adalah jumlah penduduk tahun
2020, adapun persamaan teori bunga berganda, yaitu :
Pt = Po (1 + r)n
P2025 = P2020 (1 + 1,27%)5
P2025 = 5.435 (1 + 0,127)5
5.435 (1,065)
P2025 = 5.789 Jiwa

Pt = Po (1 + r)n Pt = Po (1 + r)n
P2030 = P2025 (1 + 1,27%)5 P2035 = P2030 (1 + 1,27%)5
P2030 = 5.789 (1 + 0,127)5 P2035 = 6.166 (1 + 0,127)5
5.789 (1,065) 6.166 (1,065)
P2030 = 6.166 Jiwa P2035 = 6.567 Jiwa

Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)


P0 : Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat diprediksikan jumlah
penduduk sampai tahun 2035 pada tabel… dibawah ini:
Tabel 4 10: Jumlah dan Proyeksi Penduduk Kecamatan Lindu
No Tahun Jumlah Penduduk
1 2008 4.411
2 2011 4.783
3 2017 5.141
4 2019 5.200
5 2020 5.435
6 2025 5.789
7 2030 6.166
8 2035 6.567
Sumber: Kecamatan Lindu dalam angka dan hasil Analis Penulis proyeksi penduduk,2022
Ket: *Jumlah penduduk sebelum Kecamatan Lindu Pemekara

60
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk di atas, dapat dilihat proyeksi
penduduk Kecamatan Lindu dalam kurun waktu 15 tahun kedepan mengalami
pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan dimana berdasarkan rumus proyeksi
penduduk terjadi pertambahan penduduk sebanyak 1.132 Jiwa. Dimana dengan
jumlah penduduk 6.567 pada tahun 2035 dengan luass wilayah 57495.49 Km², maka
kepadatan penduduk pada tahun 2032 sebesar 11,43 Km².
4.2.2 Analisis Kondisi Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2000-2005-
2011-2016 dan 2020
Perubahan tutupan lahan dapat dikatakan berubah jika terjadi suatu
peralihan tutupan lahan dari suatu penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainnya
sehingga menyebabkan terjadinya selisih penggunaan lahan dan terjadinya
perubahan penggunaan lahan berdasarkan pengamatan lapangan serta data
sekunder yang tertuang dalam peta (Overlay pada peta tutupan lahan tahun
2000,2005,2009,2011,2016 dan 2020).
Guna mencapai hal tersebut maka disajikan gambaran tentang kondisi
tutupan lahan tahun awal 2000,2005,2011,2016 dan tahun akhir 2020. Yang
ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar (Peta Tutupan Lahan) sebagai bahan
dalam proses analisis Overlay peta.
Luas daerah penelitian dalam hal ini Kecamatan Lindu sendiri
menggunakan luas berdasarkan SHP Administrasi RTRW Kabupaten Sigi Tahun
2010-2030 yang di analisis Kembali oleh penyusun yaitu 57495.49 Ha yang terdiri
dari 5 desa, dimana masing-masing desa memiliki dominasi guna lahan sendiri.
A. Kondisi Tutupan Lahan Tahun 2000
Dominasi lahan pada tahun 2000 tiap desa berbeda seperti terlihat
pada tabel dibawah ini. Dapat dilihat untuk desa olu didominasi oleh
hutan primer sebesar 15940.31 Ha dan permukiman sebesar 13.5 Ha
serta lahan pertanian sebesar 306.83 Ha sedangkan untuk luas wilayah
keseluruhan guna lahan Desa Olu sebesar 23890,86.
Desa Tomado masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 1294,47
Ha dan untuk air sebesar 1385,79 Ha serta pertanian lahan kering
campuran sebesar 53,67 Ha dengan luas permukiman hanya sebesar

61
3.24 sedangkan untuk luas guna lahan keseluruhan Desa Tomado
sebesar 2741,2 Ha.
Desa Anca masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 7321.73 Ha,
pertanian lahan kering campuran 38.43 ha dan sawah sebesar 153,22 Ha
sedangkan untuk permukiman sebesar 2.16 Ha dan untuk luas guna
lahan keseluruhan Desa Anca sebesar 10836,97 Ha.
Desa Langko juga masih dimoniasi oleh hutan primer sebesar
13010,46 Ha, pertanian lahan kering sebesar 1050,46 ha dan untuk
tutupan lahan terkecil ada pada guna lahan permukiman seluas 5.66 Ha
sedangkan luas keseluruhan guna lahan pada desa langko sebesar
15986,05 Ha.
Desa Puroo memiliki luas guna lahan sebesar 4040,41 Ha dengan
didominasi oleh hutan primer sebesar 3242,65 Ha, guna lahan sawah
sebesar 87,35 Ha sedangkan untuk guna lahan terendah yaitu
permukiman sebesar 4.4 Ha dan pertanian lahan kering campuran
134.21 Ha.
Tabel 4 11: Luas Tutupan Lahan per desa Kecamatan LinduTahun 2000
Tutupan Lahan Tahun 2000 Luas
ANCA 10836.97
Tubuh Air 1594.36
Hutan Primer 7321.73
Hutan Sekunder 1633.05
Permukiman 2.16
Pertanian Lahan Kering Campuran 38.43
Sawah 153.22
Semak Belukar 94.02
LANGKO 15986.05
Tubuh Air 512.69
Belukar 144.58
Hutan Primer 13010.46
Hutan Sekunder 89.21
Permukiman 5.66
Pertanian Lahan Kering 1050.46
Pertanian Lahan Kering Campuran 615.68
Sawah 209.54
Semak Belukar 347.77
OLU 23890.86
Tubuh Air 10.33

62
Belukar 1029.72
Hutan Primer 15940.31
Hutan Sekunder 4272.7
Permukiman 13.5
Pertanian Lahan Kering 1843.35
Sawah 306.83
Semak Belukar 474.12
PUROO 4040.41
Hutan Primer 3242.65
Hutan Sekunder 138.14
Permukiman 4.4
Pertanian Lahan Kering 134.21
Pertanian Lahan Kering Campuran 433.66
Sawah 87.35
TOMADO 2741.2
Tubuh Air 1385.79
Belukar 0.37
Hutan Primer 1295.47
Permukiman 3.24
Pertanian Lahan Kering 0.72
Pertanian Lahan Kering Campuran 53.67
Semak Belukar 1.94
Total 57495.49
Sumber: Hasil Analisis Penulis 2022
Berdasarkan 2 tabel diatas yaitu tabel Tutupan Lahan Tahun 2000 secara
keseluruhan untuk Kecamatan Lindu didominasi oleh hutan primer dengan luas
sebesar 40810.62 Ha dengan presentase luas sebesar 70,98% dengan luas terbesar
terdapat pada desa olu sebesar 15940.31 Ha, untuk luas permukiman 28,96 Ha
dengan presentasi luas 0.05% dengan luas terbesar terdapat pada desa olu sebesaar
13.5 Ha.

63
Gambar 4 10: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2000
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(disusun Kembali oleh penyusun tugass akhir
64
B. Kondisi Tutupan Lahan Tahun 2005
Dominasi lahan pada tahun 2005 tiap desa berbeda seperti terlihat
pada tabel dibawah ini. Dapat dilihat untuk desa olu didominasi oleh
hutan primer sebesar 15933,95 Ha dan permukiman sebesar 23,8 Ha
serta lahan pertanian lahan kering sebesar 1970,74 Ha sedangkan untuk
luas wilayah keseluruhan guna lahan Desa Olu sebesar 23890,86.
Desa Tomado masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 1259,57
Ha dan untuk air sebesar 1385,79 Ha serta pertanian lahan kering
campuran sebesar 52,33 Ha dengan luas permukiman hanya sebesar
4,58 sedangkan untuk luas guna lahan keseluruhan Desa Tomado
sebesar 2741,2 Ha.
Desa Anca masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 7164,27 Ha,
pertanian lahan kering campuran 37,05 Ha dan sawah sebesar 153,22
Ha sedangkan untuk permukiman sebesar 3,54 Ha dan untuk luas guna
lahan keseluruhan Desa Anca sebesar 10836,97 Ha.
Desa Langko juga masih dimoniasi oleh hutan primer sebesar
13010,46 Ha, pertanian lahan kering sebesar 1040,93 Ha dan untuk
tutupan lahan terkecil ada pada guna lahan permukiman seluas 19,78 Ha
sedangkan luas keseluruhan guna lahan pada desa langko sebesar
15986,05 Ha.
Desa Puroo memiliki luas guna lahan sebesar 4040,41 Ha dengan
didominasi oleh hutan primer sebesar 3242,65 Ha, guna lahan sawah
sebesar 104,12 Ha sedangkan untuk guna lahan terendah yaitu
permukiman sebesar 16,35 Ha dan pertanian lahan kering campuran
424,26 Ha.
Tabel 4 12: Luas Tutupan Lahan Per Desa Kecamatan Lindu Tahun 2005
Tutupan Lahan Tahun 2005 Luas
ANCA 10836.97
Tubuh Air 1594.36
Hutan Primer 7164.27
Hutan Sekunder 1790.51
Permukiman 3.54
Pertanian Lahan Kering Campuran 37.05
Sawah 153.22

65
Semak/Belukar 94.02
LANGKO 15986.05
Tubuh Air 512.69
Belukar 152.65
Hutan Primer 13010.46
Hutan Sekunder 89.21
Permukiman 19.78
Pertanian Lahan Kering 1040.93
Pertanian Lahan Kering Campuran 588.69
Sawah 230.38
Semak/Belukar 341.26
OLU 23890.86
Tubuh Air 10.33
Belukar 1029.72
Hutan Primer 15933.95
Hutan Sekunder 4148.97
Permukiman 23.8
Pertanian Lahan Kering 1970.74
Sawah 299.23
Semak/Belukar 474.12
PUROO 4040.41
Hutan Primer 3242.65
Hutan Sekunder 138.14
Permukiman 16.35
Pertanian Lahan Kering 114.89
Pertanian Lahan Kering Campuran 424.26
Sawah 104.12
TOMADO 2741.2
Tubuh Air 1385.79
Belukar 0.37
Hutan Primer 1259.57
Hutan Sekunder 35.9
Permukiman 4.58
Pertanian Lahan Kering 0.72
Pertanian Lahan Kering Campuran 52.33
Semak/Belukar 1.94
Total 57495.49
Sumber:Hasil Analisis Penulis 2022

66
Gambar 4 11: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2005
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun Kembali Oleh Penyusun Tugas Akhir)
67
C. Kondisi Tutupan Lahan Tahun 2009
Dominasi lahan pada tahun 2009 tiap desa berbeda seperti terlihat pada
tabel dibawah ini. Dapat dilihat untuk desa olu masih didominasi oleh hutan
primer sebesar 15901,22 Ha dan permukiman sebesar 23,8 Ha serta
pertanian lahan kering sebesar 2447,75 Ha sedangkan untuk luas wilayah
keseluruhan guna lahan Desa Olu sebesar 23890,86.
Desa Tomado masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 1259,57 Ha
dan untuk air sebesar 1385,79 Ha serta pertanian lahan kering campuran
sebesar 52,33 Ha dengan luas permukiman hanya sebesar 4,58 sedangkan
untuk luas guna lahan keseluruhan Desa Tomado sebesar 2741,2 Ha.
Desa Anca masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 7164,27 Ha,
pertanian lahan kering campuran 37,05 Ha dan sawah sebesar 153,22 Ha
sedangkan untuk permukiman sebesar 3,54 Ha dan untuk luas guna lahan
keseluruhan Desa Anca sebesar 10836,97 Ha.
Desa Langko juga masih dimoniasi oleh hutan primer sebesar 12975,92
Ha, pertanian lahan kering sebesar 1040,93 Ha dan untuk tutupan lahan
terkecil ada pada guna lahan permukiman seluas 19,78 Ha sedangkan luas
keseluruhan guna lahan pada desa langko sebesar 15986,05 Ha.
Desa Puroo memiliki luas guna lahan sebesar 4040,41 Ha dengan
didominasi oleh hutan primer sebesar 3242,65 Ha, guna lahan sawah
sebesar 104,12 Ha sedangkan untuk guna lahan terendah yaitu permukiman
sebesar 16,35 Ha dan pertanian lahan kering campuran 424,26 Ha.
Tabel 4 13: Luas Tutupan Lahan Perdesa Kecamatan Lindu Tahun 2009
Tutupan Lahan Tahun 2009 Luas
ANCA 10836.97
Tubuh Air 1594.36
Hutan Primer 7164.27
Hutan Sekunder 1766.02
Permukiman 3.54
Pertanian Lahan Kering 93.61

68
Pertanian Lahan Kering Campuran 37.05
Sawah 153.22
Semak/Belukar 24.9
LANGKO 15986.05
Tubuh Air 512.69
Belukar 152.65
Hutan Primer 12975.92
Hutan Sekunder 55.02
Permukiman 19.78
Pertanian Lahan Kering 1040.93
Pertanian Lahan Kering Campuran 657.42
Sawah 230.38
Semak/Belukar 341.26
OLU 23890.86
Tubuh Air 10.33
Belukar 1029.72
Hutan Primer 15901.22
Hutan Sekunder 3620.16
Permukiman 23.8
Pertanian Lahan Kering 2447.75
Pertanian Lahan Kering Campuran 89.47
Sawah 299.23
Semak/Belukar 469.18
PUROO 4040.41
Hutan Primer 3242.65
Hutan Sekunder 138.14
Permukiman 16.35
Pertanian Lahan Kering 114.89
Pertanian Lahan Kering Campuran 424.26
Sawah 104.12
TOMADO 2741.2
Tubuh Air 1385.79

69
Belukar 0.37
Hutan Primer 1259.57
Hutan Sekunder 35.9
Permukiman 4.58
Pertanian Lahan Kering 0.72
Pertanian Lahan Kering Campuran 52.33
Semak/Belukar 1.94
Total 57495.49
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022
Dari dua tabel yang ada diatas perubahan tutupan lahan hanya
didominasi pada hutan primer dan sekunder dan tidak terdapat perubahan
pada desa lain yang ada di Kecamatan Lindu

70
Gambar 4 12: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2009
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun Kembali Oleh Penyusun Tugas Akhir
71
D. Kondisi Tutupan Lahan Tahun 2011
Dominasi lahan pada tahun 2011 tiap desa berbeda seperti terlihat
pada tabel dibawah ini. Dapat dilihat untuk desa olu masih didominasi
oleh hutan primer sebesar 15877,76 Ha dan permukiman sebesar 26,31 Ha
serta pertanian lahan kering sebesar 2704,58 Ha sedangkan untuk luas
wilayah keseluruhan guna lahan Desa Olu sebesar 23890,86.
Desa Tomado masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 1259,57
Ha dan untuk air sebesar 1385,79 Ha serta pertanian lahan kering
campuran sebesar 52,33 Ha dengan luas permukiman hanya sebesar 4,58
sedangkan untuk luas guna lahan keseluruhan Desa Tomado sebesar
2741,2 Ha untuk desa tomado tidak bayak perubahan.
Desa Anca masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 7164,27 Ha,
pertanian lahan kering campuran 37,05 Ha dan sawah sebesar 153,22 Ha
sedangkan untuk permukiman sebesar 3,54 Ha dan untuk luas guna lahan
keseluruhan Desa Anca sebesar 10836,97 Ha.
Desa Langko juga masih dimoniasi oleh hutan primer sebesar
12846,97 Ha, pertanian lahan kering sebesar 1055,48 Ha dan untuk
tutupan lahan terkecil ada pada guna lahan permukiman seluas 19,78 Ha
sedangkan luas keseluruhan guna lahan pada desa langko sebesar
15986,05 Ha.
Desa Puroo memiliki luas guna lahan sebesar 4040,41 Ha dengan
didominasi oleh hutan primer sebesar 3242,65 Ha, guna lahan sawah
sebesar 104,12 Ha sedangkan untuk guna lahan terendah yaitu
permukiman sebesar 16,35 Ha dan pertanian lahan kering campuran
424,26 Ha.
Tabel 4 14: Luas Tutupan Lahan Perdesa Kecamatan Lindu Tahun 2011
Tutupan Lahan Tahun 2011 Luas
ANCA 10836.97
Tubuh Air 1594.36
Hutan Primer 7164.27

72
Hutan Sekunder 1688.16
Permukiman 3.54
Pertanian Lahan Kering 171.47
Pertanian Lahan Kering Campuran 37.05
Sawah 153.22
Semak/Belukar 24.9
LANGKO 15986.05
Tubuh Air 512.69
Belukar 152.65
Hutan Primer 12846.97
Hutan Sekunder 131.09
Permukiman 19.78
Pertanian Lahan Kering 1055.48
Pertanian Lahan Kering Campuran 695.75
Sawah 230.38
Semak/Belukar 341.26
OLU 23890.86
Tubuh Air 10.33
Belukar 1029.72
Hutan Primer 15877.76
Hutan Sekunder 3199.67
Permukiman 26.31
Pertanian Lahan Kering 2704.58
Pertanian Lahan Kering Campuran 282.45
Sawah 299.23
Semak/Belukar 460.81
PUROO 4040.41
Hutan Primer 3242.65
Hutan Sekunder 138.14
Permukiman 16.35
Pertanian Lahan Kering 114.89
Pertanian Lahan Kering Campuran 424.26

73
Sawah 104.12
TOMADO 2741.2
Tubuh Air 1385.79
Belukar 0.37
Hutan Primer 1259.57
Hutan Sekunder 35.9
Permukiman 4.58
Pertanian Lahan Kering 0.72
Pertanian Lahan Kering Campuran 52.33
Semak/Belukar 1.94
Total 57495.49
Sumber:Hasil Analisis Penulis Tahun 2022
Tutupan lahan perdesa pada tahun 2011 tidak banyak terjadi perubahan,
desa yang mengalami perubahan hanya ada pada desa olu, langko dan anca
dan Sebagian besar perubahan yang terjaddi hanya pada guna lahan hutan
primer dan sekunder.

74
Gambar 4 13: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2011
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun Kembali Oleh Penyusun Tugas Akhir)
75
E. Kondisi Tutupan Lahan Tahun 2016
Tutupan lahan tahun 2016 merupakan tutupan lahan yang digunakan
dalam proses analisis kelima untuk mengukur sejauh mana perubahan
tutupan lahan pada lokasi penelitian, dimana tutupan lahan pada tahun 2016
merupakan tahun kelima pengukuran perubahan tutupan lahan dalam
penelitian ini.
Dominasi lahan pada tahun 2016 tiap desa berbeda dan banyak terjadi
perubahan luass guna lahan terjadi pada tahun ini seperti terlihat pada tabel
dibawah ini. Dapat dilihat untuk desa olu didominasi oleh hutan primer
sebesar 15742,65 Ha dan permukiman sebesar 30,58 Ha serta pertanian
lahan kering sebesar 2650,66 Ha, pertanian lahan kering campuran sebesar
371,56 Ha dan semak belukar sebesar 460,81 Ha sedangkan untuk luas
wilayah keseluruhan guna lahan Desa Olu sebesar 23890,86.
Desa Tomado juga mengalami perubahan luas gunalahan des aini masih
di dominasi oleh hutan primer sebesar 1218,82 Ha dan untuk air sebesar
1385,79 Ha serta pertanian lahan kering campuran sebesar 87,55 Ha terjadi
penambahan sebesar 30 Ha dengan luas permukiman hanya sebesar 5,26
Ha terjadi penambahan sebesar 1,2 Ha sedangkan untuk luas guna lahan
keseluruhan Desa Tomado sebesar 2741,2 Ha untuk desa tomado sendiri
banyak mengalami luas guna lahan dari tahun sebelumnya.
Desa Anca juga mengalami penurunan dan peningkatan luas guna lahan
dan untuk desa anca sendiri masih di dominasi oleh hutan primer sebesar
6912,06 Ha terjadi perubahan sekitar 200 Ha, pertanian lahan kering
campuran 171,47 Ha terjadi penambahan pada luas guna lahan sebanyak
140Ha dan sawah sebesar 153,22 Ha sedangkan untuk permukiman sebesar
6,79 Ha terjaddi penambahan sebanyak 3 Ha dari tahun sebelumnya dan
untuk luas guna lahan keseluruhan Desa Anca sebesar 10836,97 Ha.
Desa Langko juga mengalami penurunan dan peningkatan jumlah luas
guna lahan, untuk desa anca dimoniasi oleh hutan primer sebesar 12446,56
Ha, pertanian lahan kering sebesar 1038,73 Ha terjadi penambahan sebesar

76
20 Ha dari tahun sebelumnya dan untuk tutupan lahan terkecil ada pada
guna lahan permukiman seluas 21,03 Ha terjadi penambahan sebanyak 2
Ha dari tahun sebelumnya, sedangkan luas keseluruhan guna lahan pada
desa langko sebesar 15986,05 Ha.
Desa Puroo memiliki luas guna lahan sebesar 4040,41 Ha dengan
didominasi oleh hutan primer sebesar 3089,01 Ha terjadi penurunan luas
sebanyak 200Ha pada tahun sebelumnya, guna lahan sawah sebesar 104,12
Ha sedangkan untuk guna lahan terendah yaitu permukiman sebesar 16,35
Ha dan pertanian lahan kering campuran 424,26 Ha.
Tabel 4 15: Luas Tutupan Lahan Perdesa Kecamatan Lindu Tahun 2016
Tutupan Lahan Tahun 2016 Luas
ANCA 10836.97
Tubuh Air 1594.36
Hutan Primer 6912.06
Hutan Sekunder 1664.91
Permukinan 6.79
Pertanian Lahan Kering 171.47
Pertanian Lahan Kering Campuran 309.26
Sawah 153.22
Semak/Belukar 24.9
LANGKO 15986.05
Tubuh Air 512.69
Belukar 152.65
Hutan Primer 12446.56
Hutan Sekunder 488.33
Permukinan 21.03
Pertanian Lahan Kering 1038.73
Pertanian Lahan Kering Campuran 737.65
Sawah 247.13
Semak/Belukar 341.28
OLU 23890.86

77
Tubuh Air 10.33
Belukar 1029.72
Hutan Primer 15742.65
Hutan Sekunder 3234.55
Permukinan 30.58
Pertanian Lahan Kering 2650.66
Pertanian Lahan Kering Campuran 371.56
Sawah 360
Semak/Belukar 460.81
PUROO 4040.41
Hutan Primer 3089.01
Hutan Sekunder 291.78
Permukinan 16.35
Pertanian Lahan Kering 114.89
Pertanian Lahan Kering Campuran 424.26
Sawah 104.12
TOMADO 2741.2
Tubuh Air 1385.79
Belukar 0.37
Hutan Primer 1218.82
Hutan Sekunder 40.75
Permukinan 5.26
Pertanian Lahan Kering 0.72
Pertanian Lahan Kering Campuran 87.55
Semak/Belukar 1.94
Total 57495.49
Sumber:Hasil Analisis Penulis Tahun 2022
Pada tahun 2011 ke 2016 terjadi banyak perubahan dan penurunan luass guna
lahan tiap desa seperti tutupan lahan hutan primer, sekunder, sawah, pertanian dan
permukiman mengalami penambahan dan penurunan.

78
Gambar 4 14: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2016
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun Kembali Oleh Penyusun Tugas Akhir)
79
F. Kondisi Tutupan Lahan Tahun 2020
Tutupan lahan tahun 2020 merupakan tutupan lahan yang digunakan
dalam proses analisis keenam untuk mengukur sejauh mana perubahan
tutupan lahan pada lokasi penelitian, dimana tutupan lahan pada tahun 2020
merupakan tahun terakhir pengukuran perubahan tutupan lahan dalam
penelitian ini.
Desa Tomado juga mengalami perubahan luas tutupan lahan desa, ini
masih di dominasi oleh hutan primer sebesar 701,59 Ha mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya sebanyak 516 Ha dan untuk air sebesar
1385,79 Ha serta pertanian lahan kering campuran sebesar 82,08 Ha terjadi
penurunan sebesar 5 Ha dengan luas permukiman hanya sebesar 10,73 Ha
terjadi penambahan sebesar 5 Ha sedangkan untuk luas guna lahan
keseluruhan Desa Tomado sebesar 2741,2 Ha untuk desa tomado sendiri
banyak mengalami luas guna lahan dari tahun sebelumnya.
Desa Anca juga mengalami penurunan dan peningkatan luas guna lahan
dan untuk desa anca sendiri masih di dominasi oleh hutan primer sebesar
6851,97 Ha terjadi penurunan sekitar 60 Ha, pertanian lahan kering
campuran 343,83 Ha terjadi penambahan pada luas guna lahan sebanyak
170 Ha dari tahun sebelumnya dan sawah sebesar 153,22 Ha sedangkan
untuk permukiman sebesar 8,67 Ha terjadi penambahan sebanyak 2 Ha dari
tahun sebelumnya dan untuk luas guna lahan keseluruhan Desa Anca
sebesar 10836,97 Ha.
Desa Langko juga mengalami penurunan dan peningkatan jumlah luas
guna lahan, untuk desa langko dimoniasi oleh hutan primer sebesar 11733,7
Ha, terjadi penurunan sebesar 713 Ha dari tahun sebelumnya, pertanian
lahan kering sebesar 1079,32 Ha terjadi penambahan sebesar 31 Ha dari
tahun sebelumnya dan untuk tutupan lahan terkecil ada pada guna lahan
permukiman seluas 27,9 Ha terjadi penambahan sebanyak 6 Ha dari tahun
sebelumnya, sedangkan luas keseluruhan guna lahan pada desa langko

80
sebesar 15986,05 Ha untuk desa langko juga ada penambahan tutupan lahan
yaitu lahan kosong sebesar 53,9 Ha.
Desa Puroo memiliki luas guna lahan sebesar 4040,41 Ha dengan
didominasi oleh hutan primer sebesar 3035,14 Ha terjadi penurunan luas
sebanyak 54 Ha pada tahun sebelumnya, guna lahan sawah sebesar 131 Ha
terjadi penambahan luas sebesar 31 Ha dari tahun sebelumnya sedangkan
untuk guna lahan terendah yaitu permukiman sebesar 16,35 Ha dan
pertanian lahan kering campuran 397,48 Ha terjadi penurunan sebesar 21
Ha pada tahun sebelumnya.
Tabel 4 16: Tutupan Lahan Perdesa Kecamatan Lindu Tahun 2020
Tutupan Lahan Tahun 2020 Luas
ANCA 10836.97
Tubuh Air 1594.36
Hutan Primer 6851.97
Hutan Sekunder 1669.01
Permukiman 8.67
Pertanian Lahan Kering 171.47
Pertanian Lahan Kering Campuran 343.83
Sawah 153.22
Semak Belukar 44.44
LANGKO 15986.05
Tubuh Air 512.69
Belukar 152.65
Hutan Primer 11733.7
Hutan Sekunder 637.23
Permukiman 27.9
Pertanian Lahan Kering 1079.32
Pertanian Lahan Kering Campuran 1029
Sawah 328.73
Semak Belukar 484.83
OLU 23890.86

81
Tubuh Air 10.33
Belukar 990.33
Hutan Primer 15725.86
Hutan Sekunder 2860.7
Permukiman 39.12
Pertanian Lahan Kering 2922.36
Pertanian Lahan Kering Campuran 425.28
Sawah 379.85
Semak Belukar 483.13
Tanah Terbuka/Kosong 53.9
PUROO 4040.41
Hutan Primer 3035.14
Hutan Sekunder 275.52
Permukiman 16.35
Pertanian Lahan Kering 114.89
Pertanian Lahan Kering Campuran 397.48
Sawah 131
Semak Belukar 70.03
TOMADO 2741.2
Tubuh Air 1385.79
Belukar 0.37
Hutan Primer 701.59
Hutan Sekunder 490.03
Permukiman 10.73
Pertanian Lahan Kering 3.1
Pertanian Lahan Kering Campuran 82.08
Semak Belukar 67.51
Total 57495.49
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022

82
Gambar 4 15: Peta Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2020
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun Kembali Oleh Penyusun Tugas Akhir
83
Gambar 4 16: Peta Citra Google Earth Kecamatan Lindu Tahun 2020
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu (Disusun Kembali Oleh Penyusun Tugas Akhir)
84
Tabel 4 17: Luas Tutupan Lahan Kecamatan Lindu Tahun 2000-2020

Luas Tutupan Lahan


Jenis Tutupan Lahan
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
ket
2000 2005 2009 2011 2016 2020
Tubuh Air 3503.17 3503.17 3503.17 3503.17 3503.17 3503.17 0
Belukar 1174.67 1182.74 1182.74 1182.74 1182.74 1143.35 -31.32
Hutan Primer 40810.62 40610.9 40543.6 40391.22 39409.1 38048.26 -2762.36
Hutan Sekunder 6133.1 6202.73 5615.24 5192.96 5720.32 5932.49 -200.61
Permukiman 28.96 68.05 68.05 70.56 80.01 102.77 73.81
Pertanian Lahan Kering 3028.74 3127.28 3697.9 4047.14 3976.47 4291.14 1262.4
Pertanian Lahan Kering Campuran 1141.44 1102.33 1260.53 1491.84 1930.28 2277.67 1136.23
Sawah 756.94 786.95 786.95 786.95 864.47 992.8 235.86
Semak Belukar 917.85 911.34 837.28 828.91 828.93 1149.94 232.09
Tanah Terbuka/Kosong 53.9
Jumlah 57495.5 57495.5 57495.5 57495.5 57495.5 57495.5
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022

85
4.2.3 Analisis Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000,2005,2009,2011,2016 dan
2020
A. Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2005
Terjadi penurunan luas lahan terbesar pada tutupan lahan hutan primer
sebesar -199.72 Ha, penurunan tersebut terjadi akibat penambahan luas
lahan hutan sekunder sebesar 193,36 Ha dan pertanian lahan kering
sebesar 6.36 Ha.
Terjadi penambahan luas lahan terbesar pada tutupan lahan pertanian
lahan kering, penambahan tersebut terjadi akibbat penambahan luass lahan
dari tutupan lahan permukiman sebesar 39.09 Ha penambahan tersebut
terjaddi akibat penambahan luas lahan dari tutupan lahan pertanian lahan
kering 24.10 Ha, pertanian lahan kering campuran sebesar 7.31 Ha dan
sawah 7.36 Ha. Luas tutupan lahan hutan primer terjadi penambahan
sebesar 69.63 Ha, penambahan luas tersebut terjadi akibat penambahan
luas lahan dari tutupan lahan hutan primer sebesar 193.36 Ha, kemudian
perubahan ini terjadi penurunan lagi terhadap tutupan lahan kering sebesar
123.73 Ha total penambahan luass lahan ini menjadi 69.63 Ha.

86
Tabel 4 18: Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2005

Tutupan Lahan Tahun 2005


Grand Luas
Tutupan Lahan
Pertanian Pertanian Total Perubahan Presentase
Tahun 2000 Belukar Hutan Hutan Semak
Air Permukiman Lahan Lahan Kering Sawah 2000 2000-2005
Rawa Primer Sekunder /Belukar
Kering Campuran
Air 3503.17 3503.17 0 0.00%
Belukar Rawa 1174.67 1174.67 8.07 1.40%
Hutan Primer 40610.9 193.36 6.36 40810.62 -199.72 -34.74%
Hutan Sekunder 6009.37 123.73 6133.1 69.63 12.11%
Permukiman 28.96 28.96 39.09 6.80%
Pertanian Lahan
24.18 2997.19 7.37 3028.74 98.54 17.14%
Kering
Pertanian Lahan
1.56 7.31 1102.33 30.24 1141.44 -39.11 -6.80%
Kering Campuran
Sawah 7.6 749.34 756.94 30.01 5.22%
Semak Belukar 6.51 911.34 917.85 -6.51 -1.13%
Grand Total
3503.17 1182.74 40610.9 6202.73 68.05 3127.28 1102.33 786.95 911.34 57495.49
2005
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022
Ket:
Perubahan Tutupan Lahan Signifikan
Perubahan Tutupan Lahan Sedang
Perubahan Tutupan Lahan Rendah

87
Gambar 4 17: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2005
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun kembali oleh penyusun tugas akhir)
88
B. Overlay Perubahan Penutupan Lahan tahun 2005-2009
Penurunan luas lahan terbesar terjadi pada tutupan lahan hutan sekunder
sebesar 587.49 Ha, penurunan tersebut berubah menjadi tutupan lahan
lainnya yaitu pada tutupan lahan pertanian lahan kering sebesar 455.46 Ha
dan pertanian lahan kering campuran sebesar 123.66 Ha dan semak belukar
sebesar 8.37 Ha.
Penambahan luas lahan terbesar terjadi pada tutupann lahan pertanian lahan
kering, penambahan tersebut terjadi akibat penambahan dari tutupan lahann
hutan lahan sekunder sebesar 455.46 Ha, hutan primer 32.73 Ha dan semak
belukar sebesar 82.43 Ha.
Tutupan lahan pertanian lahan kering campuran terjadi penambahan sebesar
158.2 Ha, penambahan luass tersebut dari tutupan lahan hutan primer
sebesar 34.54 dan hutan sekunder sebesar 123.66 Ha.

89
Tabel 4 19: Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2005-2009

Tutupan Lahan Tahun 2009


Tutupan Luas
Grand
Lahan Tahun Pertanian Pertanian Perubahan Presentase
Belukar Hutan Hutan Semak Total 2005
2005 Air Permukiman Lahan Lahan Kering Sawah 2005-2009
Rawa Primer Sekunder /Belukar
Kering Campuran
Air 3503.17 3503.17 0 0.00%
Belukar Rawa 1182.74 1182.74 0 0.00%
Hutan Primer 40543.63 32.73 34.54 40610.9 -67.27 -11.70%
Hutan
5615.24 455.46 123.66 8.37 6202.73 -587.49 -102.18%
Sekunder
Permukiman 68.05 68.05 0 0.00%
Pertanian
3127.28 3127.28 570.62 99.25%
Lahan Kering
Pertanian
Lahan Kering 1102.33 1102.33 158.2 27.52%
Campuran
Sawah 786.95 786.95 0 0.00%
Semak/Belukar 82.43 828.91 911.34 -74.06 -12.88%
Grand Total
3503.17 1182.74 40543.63 5615.24 68.05 3697.9 1260.53 786.95 837.28 57495.49
2009
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022

Perubahan Tutupan Lahan Signifikan


Perubahan Tutupan Lahan Sedang
Perubahan Tutupan Lahan Rendah

90
Gambar 4 18: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2005-2009
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun kembali oleh penyusun tugas akhir)
91
C. Overlay Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2009-2011
Penurunan luas lahan terbesar terjadi pada tutupan lahan hutan sekunder,
penurunan luass tersebut berubah menjadi tutupan lahan lainnya yaitu pada
tutupan lahan pertanian lahan kering sebesar 324.4 Ha dan tutupan lahan
pertanian lahan kering campuran sebesar 193.14 Ha, kemudian dari tutupan
lahan tersebut berkurang Kembali menjadi tutupan lahan hutann primer
sebesar 86.89 Ha dan semak belukar sebesar 8.37 Ha, total penurunan luas
hutan sekunder sebesar 422. 28 Ha.
Penambahan luas lahan terbesar terjaddi pada tutupan lahan kering, sebesar
349.24 Ha, penambahan luas terjaddi dari penambahan luas tutupan lahan
hutan primer sebesar 27.19 Ha dan hutan sekunder sebesar 324.4 Ha, dan
tutupan lahan ini juga berkurang menjadi permukiman sebesar 2.51 Ha.

92
Tabel 4 20: Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2009-2011
Tutupan Lahan Tahun 2011
Luas
Tutupan Lahan Grand
Pertanian Pertanian Perubahan Presentase
Tahun 2009 Total 2009
Belukar Hutan Hutan Lahan Lahan Kering Semak/ 2009-2011
Air Rawa Primer Sekunder Permukiman Kering Campuran Sawah Belukar
Air 3503.17 3503.17 0 0.00%
Belukar Rawa 1182.74 1182.74 0 0.00%
Hutan Primer 40391.22 86.89 27.19 38.33 40543.63 -152.41 -26.51%
Hutan Sekunder 5097.7 324.4 193.14 5615.24 -422.28 -73.45%
Permukiman 68.05 68.05 2.51 0.44%
Pertanian Lahan
2.51 3695.39 3697.9
Kering 349.24 60.74%
Pertanian Lahan
0.16 1260.37 1260.53 231.31
Kering Campuran 40.23%
Sawah 786.95 786.95 0 0.00%
Semak/Belukar 8.37 828.91 837.28 -8.37 -1.46%
Grand Total
2011 3503.17 1182.74 40391.22 5192.96 70.56 4047.14 1491.84 786.95 828.91 57495.49
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022
Ket.
Perubahan Tutupan Lahan Signifikan
Perubahan Tutupan Lahan Sedang
Perubahan Tutupan Lahan Rendah

93
Gambar 4 19: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2009-2011
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun kembali oleh penyusun tugas akhir)
94
D. Overlay Penutupan Lahan Tahun 2011-2016
Penurunan luas lahan terbesar terjadi pada tutupan lahan hutan primer
sebesar 982,12 Ha, penurunan luas lahan ini terjadi akibat penambahan luas
luas pada tutupan lahan hutan sekunder sebesar 938,97 Ha dan pertanian
lahan kering campuran sebesar 43.15 Ha.
Penambahan luas hutan sekunder sebesar 527.36 Ha, penambahan tersebut
terjadi akibat penambahan luas dari tutupan lahan hutan primer sebesar
938.97 Ha kemudian luass ini berubah menjadi pertanian lahan kering dan
pertanian lahan kering campuran.
Pertanian lahan kering campuran bertambah sebesar 438.44 Ha,
penambahan tersebut dari tutupan lahan hutan sekunder sebesar 400.47 Ha,
hutan primer sebesar 43.15 Ha dan pada tutupan lahan ini terjadi penurunan
menjadi permukiman sebesar 5.18 Ha.

95
Tabel 4 21: Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2011-2016
Tutupan Lahan Tahun 2016
Grand Luas
Tutupan Lahan Pertanian
Pertanian Total Perubahan Presentase
Tahun 2011 Belukar Hutan Hutan Lahan Semak
Air Permukinan Lahan Sawah 2011 2011-2016
Rawa Primer Sekunder Kering /Belukar
Kering
Campuran
Air 3503.17 3503.17 0 0.00%
Belukar Rawa 1182.74 1182.74 0 0.00%
Hutan Primer 39409.1 938.97 43.15 40391.22 -982.12 -170.82%
Hutan Sekunder 4781.35 11.12 400.47 0.02 5192.96 527.36 91.72%
Permukiman 70.56 70.56 9.45 1.64%
Pertanian Lahan
4.27 3965.35 77.52 4047.14 -70.67 -12.29%
Kering
Pertanian Lahan
5.18 1486.66 1491.84 438.44 76.26%
Kering Campuran
Sawah 786.95 786.95 77.52 13.48%
Semak/Belukar 828.91 828.91 0.02 0.00%
Grand Total
3503.17 1182.74 39409.1 5720.32 80.01 3976.47 1930.28 864.47 828.93 57495.49
2016
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022
Ket.

Perubahan Tutupan Lahan Signifikan


Perubahan Tutupan Lahan Sedang
Perubahan Tutupan Lahan Rendah

96
Gambar 4 20: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2011-2016
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun kembali oleh penyusun tugas akhir)
97
E. Overlay Penutupan Lahan Tahun 2016-2020
Tutupan lahan tahun 2016-2020 terjadi penambahan tutupan lahan baru
sebesar 53.9 Ha, penambahan ini dari tutupan lahan belukar rawa sebesar
39.39 Ha, hutan sekunder sebesar 4.1 Ha dan pertanian lahan kering
sebesar 10.41 Ha.
Penurunan tutupan lahan terbesar terjadi pada tutupan lahan hutan primer
sebesar 1360.84 Ha, penurunan tersebut menjadi tutupan lahan hutan
sekunder sebesar 1008.74 Ha, pertanian lahan kering sebesar 72.77 Ha,
pertanian lahan kering campuran sebesar 188.9 Ha dan semak belukar
sebesar 90.43 Ha.
Tutupan lahan permukiman terjadi penambahan sebesar 22.76 Ha,
penambahan tersebut dari tutupan lahan pertanian lahan kering sebesar
15,41 Ha dan pertanian lahan kering campuran sebesar 7.35 Ha.

98
Tabel 4 22: Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2016-2020

Tutupan Lahan Tahun 2020


Tutupan Grand Luas
Lahan Tahun Pertanian Total Perubahan Presentase
Pertanian Tanah
2016 Belukar Hutan Hutan Lahan Semak
Air Permukiman Lahan Sawah Terbuka 2016 2016-2020
Rawa Primer Sekunder Kering Belukar
Kering /Kosong
Campuran
Air 3503.17 3503.17 0 0.00%
Belukar Rawa 1143.35 39.39 1182.74 -39.39 -6.85%
Hutan Primer 38048.26 1008.74 72.77 188.9 90.43 39409.1 -1360.84 -236.69%
Hutan
4923.75 296.85 265 230.62 4.1 5720.32 212.17 36.90%
Sekunder
Permukinan 80.01 80.01 22.76 3.96%
Pertanian
15.41 3920.98 3.65 26.02 10.41 3976.47 314.67 54.73%
Lahan Kering
Pertanian
Lahan Kering 7.35 0.5 1819.74 102.69 1930.28 347.39 60.42%
Campuran
Sawah 0 0.38 864.09 864.47 128.33 22.32%
Semak/Belukar 0.04 828.89 828.93 321.01 55.83%
Grand Total
3503.17 1143.35 38048.26 5932.49 102.77 4291.14 2277.67 992.8 1149.94 53.9 57495.49 57495.49
2020
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022
Perubahan Tutupan Lahan Signifikan
Perubahan Tutupan Lahan Sedang
Perubahan Tutupan Lahan Rendah
Penggunaan Lahan Baru

99
Gambar 4 21: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2016-2020
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun kembali oleh penyusun tugas akhir)
100
F. Overlay Penutupan Lahan Tahun 2000-2020
Perubahan tutupan lahan dari tahun awal penelitian sampai akhir tahun
penelitian, dimana dalam kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi banyak
terjadi perubahan luas hutan pada tutupan lahan lainnya dan pada tahun
2020 ditemukan tutupan lahan baru yaitu tanah terbuka /kosong.
Perubahan tutupan lahan terbesar terjadi pada tutupan lahan hutan primer
sebesar 2762.36 Ha dimana tutupan lahan tersebut menjadi hutan sekunder
sebesar 1741.99 Ha, pertanian lahan kering sebesar 139.05 Ha, pertanian
lahan kering campuran sebesar 602.14 Ha dan semak belukar sebesar
279,18 Ha.
Penambahan luas tutupan lahan terbesar terjadi pada tutupan lahan
pertanian lahan kering campuran sebesar 1136.23 Ha, penambahan tersebut
dari tutupan lahan hutan primer dan hutan sekunder sebesar 602.14 dan
685.06 Ha, pertanian lahan kering sebesar 2.98 Ha dan tutupan lahan ini
juga terjadi penurunan luas lahan menjadi tuutpan lahan sawah sebesar
132.93 Ha permukiman sebesar 19.84 Ha dan belukar rawah sebesar 1.56
Ha.

101
Tabel 4 23: Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2020

Tutupan Lahan Tahun 2020


Grand Luas
Tutupan Lahan Pertanian
Pertanian Tanah Total Perubahan Presentase
Tahun 2000 Belukar Hutan Hutan Lahan Semak
Air Permukiman Lahan Sawah Terbuka/ 2000 2000-2020
Rawa Primer Sekunder Kering Belukar
Kering Kosong
Campuran
Air 3503.17 3503.17 0 0.00%
Belukar Rawa 1135.28 39.39 1174.67 -31.32 -5.45%
Hutan Primer 38048.26 1741.99 139.05 602.14 279.18 40810.62 -2762.36 -480.45%
Hutan Sekunder 4190.5 1211.57 685.06 41.87 4.1 6133.1 -200.61 -34.89%
Permukiman 28.96 28.96 73.81 12.84%
Pertanian Lahan
46.37 2858.07 2.98 110.91 10.41 3028.74 1262.4 219.57%
Kering
Pertanian Lahan
Kering 1.56 19.84 987.11 132.93 1141.44 1136.23 197.62%
Campuran
Sawah 7.6 0 0.38 748.96 756.94 235.86 41.02%
Semak Belukar 6.51 82.45 828.89 917.85 232.09 40.37%
Grand Total
3503.17 1143.35 38048.26 5932.49 102.77 4291.14 2277.67 992.8 1149.94 53.9 57495.49
2020
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2022
Ket.
Perubahan Tutupan Lahan Signifikan
Perubahan Tutupan Lahan Sedang
Perubahan Tutupan Lahan Rendah
Penggunaan Lahan Baru

102
Gambar 4 22: Peta Overlay Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2020
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun kembali oleh penyusun tugas akhir)
103
4.2.4 Analisis Overlay Peta Zonasi dan Peta Penutupan Lahan
A. Overlay Peta Zonasi dan Peta Penutupan Lahan Tahun 2000
Kawasan Zonasi Kecamatan Lindu dibagi menjadi zona inti, zona
khusus, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona tradisional . Zona ini diatur
dalam Peraturan Pemerintah Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Kabupaten Sigi tahun 2010-2030.
Overlay Peta Zonasi dengan Peta Penutupan Lahan Kecamatan
Lindu Tahun 2000 dibuat agar dapat mengetahui sejauh mana perubahan
tutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Lindu dan melihat apakah tutupan
lahan yang ada pada tahun 2000 sudah sesuai penggunaannya dengan
batasan kawasan zonasi yang telah di atur dalam RTRW tersebut.
Hasil Overlay peta penutupan lahan tahun 2000 dengan peta zonasi
Kecamatan Lindu dapat dilihat pada gambar di bawah ini, Terlihat bahwa
Penutupan lahan yang bersinggungan dengan Zona Inti hanya tutupan lahan
Semak Belukar dan Hutan Sekunder hal ini tidak berpengaruh terhadap
aktivitas ruang yang berpotensi merusak alam, dan untuk zonasi yang
lainnya sudah sesuai dengan pemanfaatan yang dilakukan oleh massyarakat
sehingga dalam hasil overlay tersebut pada tahun 2000 pemanfaatan tutupan
lahan sudah sesuai dengan peraturan zonasi yang telah diatur oleh undang-
undang

104
Gambar 4 23: Peta Overlay Tutupan Lahan dan Peta Zonasi Kecamatan Lindu
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun kembali oleh penyusun tugas akhir)
105
B. Overlay Peta Zonasi dan Peta Penutupan Lahan Tahun 2020
Hasil Overlay Peta Tutupan Lahan dan Peta Kawasan Zonasi tahun
2020 dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini, Hasil Overlay
ditemukan bahwa tutupan lahan yang bermasalah terjadi pada Desa Anca,
Desa Langko dan Desa Olu yang dimana tutupan lahan tersebut adalah
pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran, dimana
tutupan lahan tersebut bersinggungan langsung dengan Zonasi Rimba yang
dimana dalam ketentuan umum dalam Peraturan Zonasi Rimba Kecamatan
Lindu, kegiatan yang tidak diperbolehkan adalah aktivitas ruang yang
berpotensi dapat merusak bentang alam, keaneka ragam hayati dan
ekosistem kawasan seperti, permukiman, perkebunan, pertanian lahan
basah, pertanian lahan kering dan pertambangan.
Pelanggaran yang terjadi pada hasil Overlay peta tutupan lahan dan peta
zonasi tersebut ditemukan bahwa pada Desa Anca tutupan lahan yang
melanggar adalah tutupan lahan Pertanian Lahan Kering sebesar 4.07 Ha,
pada Desa Langko tutupan lahan yang melanggar adalah Pertanian lahan
Kering sebesar 22.45 Ha dan Pertanian Lahan Kering Campuran sebesar
68.44 Ha dan pada Desa Olu tutupan lahan yang melanggar adalah
Pertanian lahan kering sebesar 216.89 Ha dan Pertanian Lahan Kering
Campuran Sebesar 104.73 Ha dan pelanggaran terbesar yang terjadi pada
hasil overlay tersebut terjadi pada Desa Olu.

106
Tabel424:OverlayPetaZonasidanPetaTutupanLahanTahun2020
Keterangan Luas Keterangan Luas Keterangan Luas Keteranagn Luas Keterangan Luas
DESAANCA 8315.71 DESALANGKO 12633.97 DESAOLU 19757.98 DESAPUROO 2283.29 DESATOMADO 1049.98
ZonaInti 5193.96 ZonaInti 8660.17 ZonaInti 17156.56 ZonaInti 1238.70 ZonaInti 207.49
TidakMelanggar 5193.96 TidakMelanggar 8660.17 TidakMelanggar 17156.56 TidakMelanggar 1238.70 TidakMelanggar 207.49
HutanPrimer 4495.93 HutanPrimer 8639.91 HutanPrimer 15125.01 HutanPrimer 1238.70 HutanPrimer 18.82
HutanSekunder 678.50 HutanSekunder 20.27 HutanSekunder 2011.05 ZonaRimba 827.22 HutanSekunder 178.04
SemakBelukar 19.54 ZonaKhusus 89.55 SemakBelukar 20.51 Melanggar 0.00 SemakBelukar 10.63
ZonaKhusus 21.95 TidakMelanggar 89.55 ZonaRimba 1222.14 PertanianLahanKering 0.00 ZonaRimba 711.75
Campuran
TidakMelanggar 21.95 HutanPrimer 3.44 Melanggar 321.61 TidakMelanggar 827.22 TidakMelanggar 711.75
HutanPrimer 3.94 PertanianLahanKering 29.99 PertanianLahanKering 216.89 HutanPrimer 756.34 HutanPrimer 348.31
Campuran
HutanSekunder 17.71 Sawah 0.01 PertanianLahanKering 104.73 HutanSekunder 69.46 HutanSekunder 308.64
Campuran
PertanianLahanKering 0.29 SemakBelukar 56.10 TidakMelanggar 900.52 SemakBelukar 1.42 SemakBelukar 54.81
Campuran
ZonaPemanfaatan 310.83 ZonaRimba 2421.66 HutanPrimer 229.48 ZonaTradisional 217.37 ZonaTradisional 130.73
TidakMelanggar 310.83 Melanggar 90.89 HutanSekunder 618.56 TidakMelanggar 217.37 TidakMelanggar 130.73
Air 3.27 PertanianLahanKering 22.45 SemakBelukar 51.83 HutanPrimer 172.46 HutanPrimer 127.44
HutanPrimer 19.36 PertanianLahanKering 68.44 TanahTerbuka/Kosong 0.66 HutanSekunder 34.34 HutanSekunder 3.30
Campuran
HutanSekunder 157.60 TidakMelanggar 2330.77 ZonaTradisional 1379.28 PertanianLahanKering 0.32
Campuran
PertanianLahanKering 130.60 HutanPrimer 1833.48 TidakMelanggar 1379.28 SemakBelukar 10.25
Campuran
ZonaRimba 2152.80 HutanSekunder 482.48 HutanPrimer 312.86
Melanggar 4.07 SemakBelukar 14.81 HutanSekunder 187.47
PertanianLahanKering 4.07 ZonaTradisional 1462.58 PertanianLahanKering 620.75
Campuran
TidakMelanggar 2148.74 TidakMelanggar 1462.58 PertanianLahanKering 231.99
Campuran
Air 0.00 HutanPrimer 638.18 SemakBelukar 22.76
HutanPrimer 1565.93 HutanSekunder 51.11 TanahTerbuka/Kosong 3.44
HutanSekunder 582.80 PertanianLahanKering 187.60
ZonaTradisional 636.17 PertanianLahanKering 424.04
Campuran
TidakMelanggar 636.17 Sawah 0.96
Air 0.01 SemakBelukar 160.70
HutanPrimer 340.19
HutanSekunder 57.88
PertanianLahanKering 163.80
PertanianLahanKering 72.26
Campuran
Sawah 0.56
SemakBelukar 1.47
Jumlah 44040.93 Jumlah 44040.93 Jumlah 44040.93 Jumlah 44040.93 Jumlah 44040.93

107
Gambar 4 24 Peta Overlay Tutupan Lahan dan Zonasi Kecamatan Lindu Tahun 2020
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Palu(Disusun kembali oleh penyusun tugas akhir
108
4.2.5 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Tutupan Lahan
Berdasarkan studi literatur dan teori yang ada perubahan penutupan lahan di
Kecamatan Lindu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, adapun faktor- faktor
perubahan penutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Lindu adalah:
A. Pertumbuhan Penduduk
Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk, tentu mendorong pula
kebutuhan ruang akan penggunaan lahan permukiman, serta juga
penggunaan lahan akan kegiatan aktifitas masyarakat, semakin bertambah
jumlah penduduk maka semakin bertambah pula kebutuhan akan ruang baik
itu penggunaan lahan akan permukiman maupun penggunaan lahan yang
menunjang kegiatan masyarakat itu sendiri merupakan salah satu dari
beberapa faktor pemicu secara tidak langsung (Rijal et al., 2016 dalam
Khalil,Bilaluddin, 2009).
Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong
penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman
(Wijaya, 2004 dalam Hutauruk,Steven E H, 2016).
B. Kebijakan Pemerintah
Perubahan tutupan hutan menjadi tutupan lahan lainnya dalam beberapa
periode menyebabkan perubahan dalam pola tertentu. Pola perubahan
didorong oleh berbagai faktor pemicu, baik secara langsung atau tidak
langsung dan faktor-faktor yang direncanakan atau tidak direncanakan.
Faktor yang direncanakan adalah kebijakan hutan untuk konversi kawasan
menjadi penggunaan lain (Rijal et al., 2016 dalam Khalil,Bilaluddin, 2009).
C. Aksesibilitas
Perubahan tutupan hutan menjadi tutupan lahan lainnya dalam beberapa
periode menyebabkan perubahan dalam pola tertentu. Pola perubahan
didorong oleh berbagai faktor pemicu, baik secara langsung atau tidak
langsung dan faktor-faktor yang direncanakan atau tidak direncanakan.

109
Faktor langsung adalah konstruksi jalan yang mendukung pengembangan
permukiman dan juga pengembangan sektor pariwisata dan atau ekowisata
(Rijal et al., 2016 dalam Khalil,Bilaluddin, 2009)
D. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan usaha
yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang
bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya perubahan
penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang
pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat
mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai
penutupan lahan (Wijaya, 2004 dalam Hutauruk,Steven E H, 2016).
E. Kebakaran Hutan
Perubahan tutupan hutan menjadi tutupan lahan lainnya dalam beberapa
periode menyebabkan perubahan dalam pola tertentu. Pola perubahan
didorong oleh berbagai faktor pemicu, baik secara langsung atau tidak
langsung dan faktor-faktor yang direncanakan atau tidak direncanakan.
sedangkan faktor yang tidak direncanakan adalah kebakaran hutan di
wilayah yang luas (Rijal et al., 2016 dalam Khalil,Bilaluddin, 2009)
Gangguan terhadap hutan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
alam dan faktor manusia. Gangguan yang disebabkan oleh alam meliputi
kebakaran hutan akibat petir dan kemarau, letusan gunung berapi, gempa
bumi, tanah longsor, banjir dan erosi akibat hujan deras yang lama.
Sementara itu gangguan terhadap hutan yang disebabkan oleh manusia
dapat berupa penebangan liar, penyerobotan lahan, dan kebakaran hutan
(Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam Hutauruk,Stevenn E
H, 2016).

110
4.2.6 Uji Kehandalan Kuisioner
A. Uji Validitas
Tabel 4 25: hasil Uji Validitas Kuisioner
Item R Hitung R tabel Keterangan
Pertanyaan
Variabel X1 Pertumbuhan Penduduk
X1 0,450 0,207 Valid
X2 0,297 0,207 Valid
X3 0,377 0,207 Valid
Variabel X2 Kebijakan Pemerintah
X1 0,530 0,207 Valid
X2 0,382 0,207 Valid
Variabel X3 Aksesibilitass
X1 0,384 0,207 Valid
X2 0,267 0,207 Valid
X3 0,630 0,207 Valid
Variabel X4 Mata Pencaharian
X1 0,277 0,207 Valid
X2 0,359 0,207 Valid
Variabel X5 Kebakaran Hutan
X1 0,431 0,207 Valid
X2 0,381 0,207 Valid
Variabel Y Penutupan Lahan
X1 0,212 0,207 Valid
Sumber: Hasil Analisis SPSS,2022
B. Uji Reabilitas
Kuisioner dinyatakan reliabel jika kuisioner tersebut dilakukan pengukuran
ulang, maka mendapatkan hasil yang sama, dengan nilai cronbach’s alpha
(Ghozali,2016 dalam Thaibi, 2017) dalam Berdasarkan tingkat reabilitas,
hasil uji kuisioner reabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 26: Tabel Uji Reabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.662 14
Sumber: Hasil Analisis SPSS,2022

111
4.2.7 Hasil dan Pembahasan Analisis Regresi Penentuan Faktor-Faktor
Penyebab Perubahan Penutupan Lahan
Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi Berganda digunakan dalam menemukan hubungan antara
variabel serta menemukan variasi dari variabel yang dari variabel X dan variabel Y.
• Hipotesis
1. Hipotesis X1 (Pertumbuhan Penduduk)
H0 : Pertumbuhan Penduduk tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap penutupan lahan
H1 : Pertumbuhan penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap
penutupan lahan
2. Hipotesis X2 (Kebijakan Pemerintah)
H0 : Kebijakan pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap penutupan lahan
H1 : Kebijakan pemerintah berpengaruh secara signifikan terhadap
penutupan lahan
3. Hipotesis X3 (Aksesibilitas)
H0 : Aksesibilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penutupan lahan
H1 : Aksesibilitas berpengaruh secara signifikan terhadap penutupan
lahan
4. Hipotesis X4 ( Mata Pencaharian)
H0 : Mata Pencaharian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penutupan lahan
H1 : Mata Pencaharian berpengaruh secara signifikan terhadap
penutupan lahan
5. Hipotesis X5 ( Kebakaran Hutan)
H0 : Kebakaran hutan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penutupan lahan

112
H1 : Kebakaran hutan berpengaruh secara signifikan terhadapan
penutupan lahan
• Kriteria Penolakan
Tolak H0 jika Sig < a (0,05)
• Output :
Tabel 4 27: Tabel Persamaan Regresi
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.939 .840 3.501 .001
Pertumbuhan Penduduk -.088 .044 -.193 -2.008 .048
Kebijakan Pemerintah -.064 .085 -.077 -.748 .456
Aksesibilitas -.042 .056 -.079 -.746 .458
Mata Pencaharian .230 .081 .277 2.850 .005
Kebakaran Hutan -.100 .109 -.093 -.918 .361
a. Dependent Variable: y
Sumber: Hasil Analisis SPSS,2022
• Interpretasi Pengaruh Variabel X terhadap Y
1. X1 (Pertumbuhan Penduduk)
Berdasarkan hasil output didaptkan nilai sig variabel X1 (Pertumbuhan
Penduduk) sebesar 0,048. Dimana nilai sig(0,048) < 𝛼(0,05), maka H0
ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pertumbuhan Penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap
penutupan lahan.
2. X2 (Kebijakan Pemerintah)
Berdasarkan hasil output didaptkan nilai sig variabel X2 (Kebijakan
Pemerintah) sebesar 0,456. Dimana nilai sig(0,456) > 𝛼(0,05), maka
H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kebijakan Pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penutupan lahan.

113
3. X3 (Aksesibilitas)
Berdasarkan hasil output didaptkan nilai sig variabel X3 (Aksesibilitas)
sebesar 0,458. Dimana nilai sig(0,458) > 𝛼(0,05), maka H0 diterima dan
H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Aksesibilitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penutupan lahan.
4. X4 (Mata Pencaharian)
Berdasarkan hasil output didaptkan nilai sig variabel X4 (Mata
Pencaharian) sebesar 0,005. Dimana nilai sig(0,005) < 𝛼(0,05), maka
H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Mata
Pencaharian berpengaruh secara signifikan terhadap penutupan lahan.
5. X5 (Kebakaran Hutan)
Berdasarkan hasil output didaptkan nilai sig variabel X5 (Kebakaran
Hutan) sebesar 0,361. Dimana nilai sig(0,361) > 𝛼(0,05), maka H0
diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Kebakaran
Hutan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penutupan lahan.
• Persamaan regresi
^
𝑦= 𝑏0 + 𝑏1 𝑋1 +𝑏2 𝑋2 + 𝑏3 𝑋3 + 𝑏4 𝑋4 + 𝑏5 𝑋5
^
𝑦= 2,939 + 0,088𝑋1 − 0,064𝑋2 − 0,042𝑋3 − 0,230𝑋4 − 0,100𝑋5
Interpretasi
Setiap peningkatan 1 satuan pertumbuhan penduduk maka akan
menyebabkan penurunan penutupan lahan sebesar 0,088, setiap
peningkatan 1 satuan kebijakan pemerintah maka akan menyebabkan
penurunan penutupan lahan sebesar 0,064, setiap peningkatan 1 satuan
aksesibilitas maka akan menyebabkan penurunan penutupan lahan sebesar
0,042, setiap peningkatan 1 satuan mata pencaharian maka akan
menyebabkan penurunan penutupan lahan sebesar 0,230 dan setiap 1 satuan
peningkatan kebakaran hutan maka akan menyebabkan penurunan
penutupan lahan sebesar 0,100. Apabila tidak terjadi peningkatan untuk
kelima variabel X maka akan menyebabkan penutupan lahan sebesar 2.939.

114
• Kesimpulan
Berdasarkan hasil interpretasi diatas maka dapat diketahui faktor-faktor
atau variabel X yang berpengaruh terhadap variabel Y(Penutupan Lahan)
adalah Variabel X1(Pertumbuhan Penduduk) dan X4(Mata Pencaharian).
Dapat disimpulkan bahwa variabel X4(Mata Pencaharian) merupakan
variabel yang sangat berpengaruh dapat dilihat dari nilai signya yaitu
sebesar 0,005 dan variabel yang ke dua yang berpengaruh sangat signifikan
terhadap penutupan lahan adalah variabel X1(Kepadatan Penduduk)
dengan nilai signya sebesar 0,048. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor perubahan terhadap penutupan lahan yang berpengaruh yang
terjadi di Kecamatan Lindu dalam kurun waktu 20 tahun terakhir adalah
faktor Pertumbuhan Penduduk dan Mata Pencaharian, hal ini sesuai dengan
kondisi data yang didapatkan dilapangan dimana pertumbuhan penduduk
dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan yang cukup signifikan
hal ini tentu juga berpengaruh terhadap variabel mata pencaharian, dimana
mayoritas mata pencaharian penduduk di Kecamatan Lindu bekerja sebagai
petani sawah,jagung coklat dan nelayan kapal tentunya hal ini berpengaruh
terhadap perubahan lahan yang terjadi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir
di Kecamatan Lindu.

115
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis mengenai perubahan penutupan lahan
di Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir yaitu tahun
2000,2005,2009,2011,2016 dan 2020 terjadi perubahan luas lahan yang signifikan, dimana
luas guna lahan terjadi pada guna lahan hutan primer dan hutan sekunder. Luas hutan primer
yang berkurang sebesar 2762.36 Ha atau 66.18 % dan hutan sekunder sebesar 200.61 Ha atau
10.32 %. Dari perubahan luas lahan tersebut terjadi penambahan terhadap luas lahan lainnya
yang berarti terjadinya konversi pada guna lahan hutan primer dan hutan sekunder.
Penambahan luas tutupan lahan terbesar terjadi pada pertanian lahan kering yaitu 1262.4 Ha
atau 7,46 % dan perubahan luas lahan terkecil terjadi pada pada tutupan lahan permukiman
seluas 73.81 Ha atau 0.18 % dari total luas wilayah Kecamatan Lindu di Kabupaten
Sigi dan tutupan lahan yang baru terjadi pada penutupan lahan Tanah Terbuka sebesar
53,9 Ha atau 0,09 %.
Hasil analisis overlay pada peta tutupan lahan dan Peta Zonasi Kecamatan
Lindu pada tahun 2020 ditemukan permasalahan pada Zona Rimba, terdapat
permasalahan pada penutupan lahan yang bersentuhan dengan Zona rimba yaitu pada
Desa Anca adalah pertanian lahan kering campuran sebesar 4.07 Ha, Desa Langko
adalah Pertanian lahan kering sebesar 22.45 Ha, Pertanian lahan kering campuran
sebesar 68.44 dan Desa Olu adalah Pertanian Lahan kering sebesar 216.89 Ha dan
Pertanian lahan kering campuran 104.73 Ha.
Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan
penutupan lahan, Faktor perubahan terhadap penutupan lahan yang berpengaruh yang
terjadi di Kecamatan Lindu dalam kurun waktu 20 tahun terakhir adalah faktor
Pertumbuhan Penduduk dan Mata Pencaharian.
5.2 Rekomendasi
Kecamatan Lindu merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan
Taman Nasional Lore Lindu dan tentunya wilayah ini mempunyai aturan tentang
Zonasi Kawasan yang telah ditetapkan pemerintah dalam RTRW Kabupaten Sigi
Tahun 2010-2030 yang dimana zonasi ini berperan penting bagi ekosistem dan batasan
116
hutan lindung. Dengan terjadinya perubahan luas hutan yang terjadi di Kecamatan
Lindu dalam 20 tahun terakhir yang cukup signifikan sebesar 66,18% atau sebesar -
2762.36 Ha dari total luas wilayah Kecamatan Lindu dan terdapat permasalahan pada
kawasan Zonasi Rimba dimana terdapat penutupan lahan yang bersentuhan langsung
dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan sesuai peraturan yang telah ditetapkan,
tentunya dimasa yang akan datang akan dapat berdampak pada kawasan hutan lindung
di Taman Nasional Lore Lindu, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
dijadikan rekomendasi kepada pemerintah agar dapat melakukan pengawasan dan
perencanaan yang lebih tepat terhadap pengelolaan terhadap penggunaan lahan kepada
masyarakat yang ada di Kecamatan Lindu.

117
DAFTAR PUSTAKA
Baja, Sumbangan. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan Dalam Pengembangan
Wilayah : Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Yoyakarta (978-979-29-3192-
1).: ANDI,. https://www.google.co.id/search?q=ISBN%3A978-979-29-3192-
1&hl=en&sxsrf=APqWBsnXNmetuwc67jske797Z5_UeS3Iw%3A1649083904
593&source=hp&ei=AAZLYoSIcav2roPwYiCwAQ&iflsig=AHkkrS4AAAAA
YksUEGsp716dTmqE_XgSXHxXTzK0mzE4&ved=0ahUKEwiEvtei1Pr2AhX
Gl1YBHUGEAEgQ4dUDCAc&uact=5&oq=ISBN%3A978-979-29 31921&gs
_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EANQAFgAYIYHaABwAHgAgAFfiAFfkgEMZgBAKA
BAqABAQ&sclient=gws-wiz.
Hutauruk,Stevenn E H,. 2016. “ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI
KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2003 - 2015.” PROGRAM STUDI
KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN.
Kabupaten Sigi. 2019. “PERBUP Kab. Sigi No. 13 Tahun 2018 tentang RENCANA
KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2019 [JDIH
BPK RI].” https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/112545/perbup-kab-sigi-
no-13-tahun-2018.
Kecamatan Lindu Dalam Angka, Kabupaten, Sigi. 2019. BPS Kabupaten Sigi. BPS.
https://sigikab.bps.go.id/publication/2019/09/26/2998e9c552844dfa52149a5a/k
ecamatan-lindu-dalam-angka-2019.html.2020. BPS Kabupaten Sigi. BPS.
https://sigikab.bps.go.id/publication/2020/09/28/6c04cef4656e924c11d14b11/k
ecamtan-lindu-dalam-angka-2020.html.
KEMPEN LHK NO 8113. 2018. “SK MENTERI LHK TENTANG PETA
PERKEMBANGAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN PROPINSI
SULAWESI TENGAH SAMPAI DENGAN TAHUN 2017.” Yayasan Merah
Putih (blog). 2018. https://www.ymp.or.id/sk-menteri-lhk-tentang-peta-
perkembangan-pengukuhan-kawasan-hutan-propinsi-sulawesi-tengah-sampai-
dengan-tahun-2017/.
Khalil,Bilaluddin, Bilaluddin. 2009. “ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN
LAHAN DI HUTAN ADAT KASEPUHAN CITOREK, TAMAN NASIONAL
GUNUNG HALIMUN-SALAK.” DEPARTEMEN KONSERVASI
SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
Maguire, D. J. An overview and definition of GIS. Geographical Information Systems:
Principles and Applications. 1991. “Maguire, D. J. (1991) An overview and
definition of GIS. Geographical Information Systems: Principles and
ApplicationsSearch.”1991.
118
https://www.bing.com/search?q=Maguire%2C+D.+J.+(1991).+An+overview+a
nd+definition+of+GIS.+Geographical+Information+Systems%3A+Principles+a
nd+Applications&cvid=af21594b72b24325aeab50d19e798eb7&aqs=edge..69i5
7.246j0j1&pglt=41&FORM=ANNTA1&PC=U531.
Nurfatimah, Nurfatimah. 2020. “Model Deskriptif Pola Penggunaan Lahan.”
UniversitasIslamNegeriAlauddinMakassar.https://doi.org/10.31219/osf.io/ea76
4.
Radeng,Ade Kristian, Ade Kristian. 2021. “PROYEKSI PERUBAHAN
PENUTUPAN LAHAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI SADDANG
HULU TAHUN 2031.” PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS
KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR, 33.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sigi, Bupati. 2011. “PERATURAN
DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG.”
PEMERINTAH KABUPATEN SIGI.
Satria, Syamsuri. 2017. “Teknik Analisis Kota dan Wilayah Menggunakan ArcGIS
10.1 Teori dan Praktek.” 2017. https://nusaliterainspirasi.com/teknik-analisis-
kota-dan-wilayah-menggunakan-arcgis-10-1-teori-dan-praktek/.
Sinaga,Saurma Romatua,. 2000. “ANALISIS TUTUPAN LAHAN DI WILAYAH
KECAMATAN SEI SUKA KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2000
SAMPAI 2019.” DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS
KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
SNI 02-1733-2004 2004. 2019. “SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan | NAWASIS – National Water and Sanitation
Information Services.” 2019. http://www.nawasis.org/portal/digilib/read/sni-03-
1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan-perumahan-di-perkotaan/51450.
SNI-7645 Klasifikasi Penutupan Lahan. 2010.
“SNI_2010_7645_Klasifikasi_penutup_lahan - Penelusuran Google.” 2010.
https://www.google.com/search?q=SNI_2010_7645_Klasifikasi_penutup_lahan
&sxsrf=APqWBs7av0sqPXmZDTlViW8bRP0bkwgnQ%3A1649088493478&s
ource=hp&ei=7RdLYqLbGq3Xz7sPrfikiAg&iflsig=AHkkrS4AAAAAYksl_N
_vXh6oZGN3BRy9BR4Kca_I2i&ved=0ahUKEwjiheuu5fr2AhWt63MBHS8C
YEQ4dUDCAY&uact=5&oq=SNI_2010_7645_Klasifikasi_penutup_lahan&gs
_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EANQAFgAYP8FaABwAHgAgAHEAYgBxAGSAQMw
LjGYAQCgAQKgAQE&sclient=gws-wiz.
Sugiyono,. 2013. Metode penelitian manajemen : pendekatan kuantitatif, kualitatif,
kombinasi ( mixed methods ), penelitian tindakan ( action research ), penelitian
evaluasi / Sugiyono ; editor: Setiyawarni | Perpustakaan UIN Sultan Syarif

119
Kasim Riau.Bandung :Alfabeta,2013.http://inlislite.uinsuska.ac.id/opac/detail-
opac?id=12868.
Surat Keputusan Menteri Pertanian 837/Kpts/Um/11 dan 683/Kpts/Um/8/1981. 2020.
“Surat Keputusan Menteri Pertanian 837/Kpts/Um/11/1980 dan
683/Kpts/Um/8/1981)PenelusuranGoogle.Jakarta.https://www.google.com/sear
ch?q=Surat+Keputusan+Menteri+Pertanian+837%2FKpts%2FUm%2F11%2F1
980+dan+683%2FKpts%2FUm%2F8%2F1981%29&sxsrf=APqWBv6YJEzqe
GdX8hd7aNpWrkP4lOisA%3A1649088495792&ei=7xdLYs2CMJTA3LUPyL
eqyAY&ved=0ahUKEwiNtvqv5fr2AhUUILcAHcibCmkQ4dUDCA0&uact=5
&oq=Surat+Keputusan+Menteri+Pertanian+837%2FKpts%2FUm%2F11%2F1
980+dan+683%2FKpts%2FUm%2F8%2F1981%29&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6E
AMyBAgjECc6BwgAEEcQsANKBAhBGABKBAhGGABQgQdYgQdgswl0
AXABeACAAWiIAWiSAQMwLjGYAQCgAQKgAQHIAQjAAQE&sclient=
gws-wiz.
Thaibi,Muhammad. 2017. “PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL
TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN PADA RUMAH SAKIT DI
KABUPATEN BONE.” DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR.
Wijaya,Nurrohman. 2015. “DETEKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DENGAN CITRA LANDSAT DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS:
STUDI KASUS DI WILAYAH METROPOLITAN BANDUNG,
INDONESIA.” Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning 2 (2): 82–92.
https://doi.org/10.14710/geoplanning.2.2.82-92.
Yusuf,Muhammad. 2018. “ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI SEI ULAR.” DEPARTEMEN MANAJEMEN
HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

120
LAMPIRAN

Lampiran A : Kuisioner
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
Lembar kuisioner ini disusun dan dibuat ntuk keperluan Mata Kuliah Tugas Akhir
Mahasiswa Prodi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusuan Arsitektur Universitas
Tadulako.
BAGIAN 1 : IDENTIITAS RESPONDEN
1. Nama Pengisi Data : …………………………………………
2. Alamat :………………………………………….
3. Usia : …………………………………………
4. Pekerjaan : ………………………………………..
5. Pendidikan : …………………………………………
BAGIAN II : PERTANYAAN KUISONER TERKAIT PERUBAHAN
PENUTUPAN LAHAN
Pertumbuhan Penduduk :
1. Faktor perkembangan desa berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah penduduk.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Kurang Setuju
d. Tidak Setuju
2. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka bertambah jumlah kebutuhan lahan
sebagai tempat tinggal.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
3. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan sarana dan prasarana ikut
berkembang.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

121
Kebijakan Pemerintah
1. Adanya pembagian area/wilayah pada kawasan danau lindu oleh pemerintah
sebagai kawasan pemanfaatan rekreasi dan wisata danau lindu menyebabkan
berkembangnya sarana dan prasarana pendukung disekitarnya.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
2. Pembagian areah/wilayah budidaya yang dimanfaatkan sebagai mata pencaharian
masyarakat setempat menyebabkan perubahan guna lahan di Kecamatan Lindu
terarah.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Aksesibilitas
1. Kemudahan akses jalan menyebabkan berkembangnya sarana dan prasarana
disekitar jalan di Kecamatan Lindu
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
2. Perkembangan sarana dan prasarana hanya terjadi disekitar daerah jalan yang
dilalui oleh kendaraan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
3. Terjadi perubahan yang menonjol terhadap perubahan lahan terkait dengan
kemudahan akses jalan di Desa Kecamatan Lindu
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Mata Pencaharian
1. Semakin banyak penduduk yang bekerja dibidang pertanian maka kebutuhan lahan
akan semakin meningkat dan tentuunya akan mengakibatkan pembukaan lahan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

122
2. Perubahan pendapatan dan konsumsi pangan masyarakat merupakan faktor
penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Lindu
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Kebakaran Hutan
1. Perluasan lahan yang diamaanfaatkan dan dikelolah oleh masyarakat terjadi akibat
kebakaran hutan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
2. Faktor cuaca yang spanas akan mengakibatkan kebakaran hutan, sehingga
terjadinya kekosongan lahan yang berakibat pada perluasan lahan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Penutupan Lahan
1. Dalam 20 tahun terakhir perubahan penutupan lahan berpengaruh terhadap
aktivitas kegiatan yang terjadi di Kecamatan Lindu
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

123
Lampiran B : Hasil Uji Validitas Kuisioner
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X2.1 X2.2 X3.1 X3.2 X3.3 X4.1 X4.2 X5.1 X5.2 Y1 Total
X1.1 Pearson Correlation 1 .199 .203 .212* .003 -.016 -.012 .221* .109 .059 .157 -.030 -.075 .450**
Sig. (2-tailed) .060 .056 .045 .977 .885 .907 .037 .306 .582 .140 .782 .485 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X1.2 Pearson Correlation .199 1 .156 .105 .124 -.008 -.061 .087 -.130 -.124 .028 .027 .053 .297**
Sig. (2-tailed) .060 .143 .326 .244 .941 .570 .414 .221 .246 .790 .798 .623 .005
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X1.3 Pearson Correlation .203 .156 1 .234* -.160 .030 -.255* .130 .008 .105 .200 .148 -.014 .377**
Sig. (2-tailed) .056 .143 .026 .133 .782 .015 .222 .943 .324 .058 .164 .895 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X2.1 Pearson Correlation .212* .105 .234* 1 .229* .160 .029 .269* .114 .042 .187 .012 .026 .530**
Sig. (2-tailed) .045 .326 .026 .030 .131 .787 .010 .284 .692 .077 .911 .807 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X2.2 Pearson Correlation .003 .124 -.160 .229* 1 .250* .098 .279** .088 -.026 .134 .245* -.185 .382**
Sig. (2-tailed) .977 .244 .133 .030 .017 .357 .008 .411 .809 .208 .020 .081 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X3.1 Pearson Correlation -.016 -.008 .030 .160 .250* 1 .300** .508** -.142 -.207 -.031 .219* -.190 .384**
Sig. (2-tailed) .885 .941 .782 .131 .017 .004 .000 .181 .051 .772 .038 .074 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X3.2 Pearson Correlation -.012 -.061 -.255* .029 .098 .300** 1 .247* -.092 -.034 .126 .066 .047 .267*
Sig. (2-tailed) .907 .570 .015 .787 .357 .004 .019 .387 .751 .236 .536 .658 .011
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X3.3 Pearson Correlation .221* .087 .130 .269* .279** .508** .247* 1 .000 -.006 .218* .290** -.156 .630**
Sig. (2-tailed) .037 .414 .222 .010 .008 .000 .019 1.000 .955 .039 .006 .143 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X4.1 Pearson Correlation .429*
.109 -.130 .008 .114 .088 -.142 -.092 .000 1 * .024 -.077 .139 .277**
Sig. (2-tailed) .306 .221 .943 .284 .411 .181 .387 1.000 .000 .821 .469 .190 .008

124
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X4.2 Pearson Correlation .059 -.124 .105 .042 -.026 -.207 -.034 -.006 .429** 1 .177 .024 .328** .359**
Sig. (2-tailed) .582 .246 .324 .692 .809 .051 .751 .955 .000 .094 .825 .002 .001
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X5.1 Pearson Correlation .157 .028 .200 .187 .134 -.031 .126 .218* .024 .177 1 .428** -.045 .431**
Sig. (2-tailed) .140 .790 .058 .077 .208 .772 .236 .039 .821 .094 .000 .677 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X5.2 Pearson Correlation -.030 .027 .148 .012 .245* .219* .066 .290** -.077 .024 .428** 1 -.148 .381**
Sig. (2-tailed) .782 .798 .164 .911 .020 .038 .536 .006 .469 .825 .000 .165 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Y1 Pearson Correlation .328*
-.075 .053 -.014 .026 -.185 -.190 .047 -.156 .139 * -.045 -.148 1 .212*
Sig. (2-tailed) .485 .623 .895 .807 .081 .074 .658 .143 .190 .002 .677 .165 .045
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Total Pearson Correlation .359*
.450** .297** .377** .530** .382** .384** .267* .630** .277** * .431** .381** .212* 1
Sig. (2-tailed) .000 .005 .000 .000 .000 .000 .011 .000 .008 .001 .000 .000 .045
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

125
Lampiran C: Dokumentasi

Hutan Primer
Sumber: Survey Lapangan,2022
Hutan Sekunder
Sumber: Survey Lapangan,2022

Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campuran


Sumber: Survey Lapangan,2022 Sumber: Survey Lapangan,2022

Sawah Danau
Sumber: Survey Lapangan,2022 Sumber: Survey Lapangan,2022

Wawancara Wawancara
Sumber: Survey Lapangan,2022 Sumber: Survey Lapangan,2022

126
127

Anda mungkin juga menyukai