Anda di halaman 1dari 95

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN LAVANYA

DI KABUPATEN GOWA SEBAGAI KAWASAN YANG


MENDUKUNG INTERAKSI SOSIAL

MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI

G011 19 1121

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN LAVANYA


DI KABUPATEN GOWA SEBAGAI KAWASAN YANG
MENDUKUNG INTERAKSI SOSIAL
SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada


Program Studi Agroteknologi Departemen Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin

MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI

G011 19 1121

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023

ii
iii
iv
v
RINGKASAN

MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI (G011 19 1121). Perencanaan Lanskap


Kawasan Perumahan Lavanya di Kabupaten Gowa Sebagai Kawasan yang
Mendukung Interaksi Sosial. Dibimbing oleh HARI ISWOYO dan NURFAIDA.

Kenyamanan berinteraksi sosial dalam lingkungan hunian merupakan tuntutan dasar


yang harus dipenuhi oleh para pengembang perumahan baik pengembang swasta
maupun pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk merencanakan kawasan Perumahan
Lavanya sebagai kawasan yang mendukung interaksi sosial dengan memperhatikan
nilai fungsional, estetika, dan kenyamanan dalam area perumahan tersebut. Penelitian
ini dilaksanakan di Desa Pallantikang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survei yang
meliputi tahap persiapan awal, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan teknik observasi, wawancara
kepada pengelola dan masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah konsep dasar
perencanaan lanskap Perumahan Lavanya yang mendukung interaksi sosial.
Perencanaan ini memiliki konsep dasar untuk menciptakan kawasan perumahan
dengan lingkungan yang asri yang dapat mendukung terciptanya interaksi sosial
dengan dukungan dari beberapa fasilitas penunjang yang dibangun. Konsep
pengembangan perencanaan ini meliputi konsep tata ruang, konsep sirkulasi, konsep
fasilitas dan utilitas, konsep tata hijau dan aktivitas masyarakat. Kawasan Perumahan
Lavanya direncanakan dengan pengembangan beberapa fasilitas yang mendukung
interaksi sosial sehingga baik masyarakat maupun pengunjung di Perumahan Lavanya
dapat merasakan kenyamanan dalam melakukan kegiatan dan juga menjalankan
kehidupan sehari-hari dengan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial. Adapun
fasilitas yang dikembangkan untuk mendukung interaksi sosial yaitu taman pada setiap
klaster, children playground, gedung serbaguna, foodcourt, sarana olahraga, dan
sarana outbound. Pentingnya interaksi dalam penelitian ini agar setiap masyarakat
yang berada di dalam perumahan dapat saling memahami dan menjalin hubungan
dengan baik.

Kata Kunci : Permukiman, Kawasan lanskap, Ruang terbuka hijau

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir

yang berjudul “Perencanaan Lanskap Perumahan Lavanya di Kabupaten Gowa

Sebagai Kawasan Yang Mendukung Interaksi Sosial.” Tak lupa Shalawat serta

salam penyusun haturkan kepada junjungan Baginda Rasulullah Muhammad

Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai salah satu tauladan dalam menjalankan

kehidupan di dunia dan bekal untuk akhirat kelak.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Hasanuddin. Dengan mengerahkan segala kemampuan, penyusun mencoba

membuat karya tulis ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi perkembangan

pendidikan khususnya dalam bidang minat Arsitektur Lanskap, namun sangat

disadari bahwa hasil yang dicapai masih jauh dari kesempurnaan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya tidak lepas dari hambatan dan

cobaan sehingga penyusun melalui perjuangan dan pengorbanan yang tidak

sedikit, namun berkat rahmat dan izin-Nya serta dukungan dan bantuan segala

pihak dalam bentuk apapun sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan

baik. Untuk itu, penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan

penghargaan yang tak terhingga kepada ayahanda dan ibunda tercinta H.

Alimuddin Hasyam, SKM.,M.Kes dan Hj. Rosni, S.St, yang telah memberikan

dorongan dan motivasi agar skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,

dan tak luput pula segala cinta dan kasihnya dicurahkan kepada penyusun dengan

penuh kesabaran, serta dukungan dalam doa yang tulus.

Penyusun pada kesempatan ini, juga menyampaikan rasa terima kasih dan
vii
penghargaan yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Hari Iswoyo, S.P., M.A selaku dosen penasehat akademik penyusun

dan juga Ketua Departemen Budidaya Pertanian sekaligus juga sebagai dosen

pembimbing utama dan Ibu Dr. Nurfaida, SP.,M.Si sebagai dosen pembimbing

pendamping atas petunjuk, arahan dan bimbingan serta dengan penuh pengertian

telah meluangkan waktunya memberikan arahan kepada penyusun sejak awal

penyusunan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

2. Ibu. Dr. Ir. Novaty Eny Dungga, MP., Ibu Dr. Tigin Dariati, SP.,MES. dan Ibu

Dr. Ir. Katriani Mantja, MP., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu

dan pikirannya atas semua saran dan kritiknya serta pengetahuan demi

menyempurnakan tugas akhir ini.

3. Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada saudari Ar Rukiya Ramadhani

yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi kepada penyusun

dalam penyelesaian tugas akhir ini, serta saudara-saudariku Sulaeman Kadir,

Alqifari Muhammad, Nur Fadil Saputra, Heni Julianti Rasyid, Widya Iswara

Kusuma, Isty Anggraeni, Muh. Idham Addin, Moh. Ersyad Shaikh, Muh. Ilman

Anugrah, Al-Afgani Masdin, Rezki Fauzan Arifin, yang selalu bersedia

membagikan senyuman riang serta hiburan candaan sekaligus menopang duka

dan doa tulus untuk keberhasilan penyusun.

4. Sahabat-sahabat seperjuangan MKU B, Agroteknologi 2019 (OKS19EN),

L19NIN, Landscaper 2019, Pertanian 2019, Unhas 2019, Teman-teman KKNT

PS Luwu-Palopo Gelombang 108 Desa Pajang, Kecamatan Latimojong,

Kabupaten Luwu, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan

selama penyusun menyelesaikan tugas akhir.

5. Semua pihak yang tak sempat penyusun sebutkan satu persatu atas segala bentuk

bantuannya hingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

viii
Demikianlah, semoga segala pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung telah membantu penyusun diberikan kebahagiaan dan rahmat oleh Allah

Subhanahu wa ta’ala.

Makassar, 17 Mei 2023

Penyusun

ix
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL...................................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Tujuan dan Kegunaan.................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5

2.1 Lanskap Kawasan Perumahan Lavanya....................................................5

2.2 Perencanaan Lanskap................................................................................6

2.3 Ruang Terbuka Hijau.................................................................................7

2.4 Interaksi Sosial.........................................................................................11

BAB III METODOLOGI.........................................................................................................17

3.1 Tempat dan Waktu....................................................................................17

3.2 Alat Penelitian..........................................................................................17

3.3 Metode Penelitian.....................................................................................18


3.3.1 Persiapan..................................................................................................18

3.3.2 Inventarisasi.............................................................................................18

3.3.3 Analisis....................................................................................................19

3.3.4 Sintesis.....................................................................................................20

3.3.5 Perencanaan.............................................................................................20

BAB IV INVENTARISASI, ANALISIS, DAN SINTESIS....................................................21

4.1 Aspek Fisik dan Biofisik..........................................................................21


4.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak..................................................................21

4.1.2 Tanah dan Topografi................................................................................22

x
4.1.3 Iklim.........................................................................................................23

4.1.4 Hidrologi..................................................................................................24

4.1.5 Fasilitas dan Utilitas.................................................................................26

4.1.6 Aksesibilitas dan Sirkulasi.......................................................................27

4.1.7 Vegetasi...................................................................................................30

4.2 Aspek Sosial.............................................................................................32


4.2.1 Sejarah, Sosial, dan Budaya.....................................................................32

4.2.2 Aktivitas dan Pengelolaan........................................................................34

BAB V KONSEP PERENCANAAN.......................................................................................41

5.1 Konsep Dasar............................................................................................41

5.2 Konsep Pengembangan.............................................................................41


5.2.1 Konsep Tata Ruang..................................................................................44

5.2.2 Konsep Sirkulasi......................................................................................47

5.2.3 Konsep Tata Hijau...................................................................................49

5.2.4 Konsep Fasilitas dan Utilitas...................................................................53

5.2.5 Konsep Aktivitas.....................................................................................55

BAB VI PERENCANAAN LANSKAP...................................................................................57

6.1 Rencana Hard Material...........................................................................57


6.1.1 Gerbang Utama........................................................................................57

6.1.2 Gedung Pengelola....................................................................................58

6.1.3 Papan Informasi.......................................................................................58

6.1.4 Gedung Ruko Bisnis................................................................................58

6.1.5 Pos Pengamanan......................................................................................59

6.1.6 Area Parkir...............................................................................................59

6.1.7 Foodcourt.................................................................................................59

6.1.8 Masjid......................................................................................................59

6.1.9 Toilet Umum............................................................................................60

xi
6.1.10 Gedung Serbaguna.................................................................................60

6.1.11 Taman Kecil Setiap Klaster....................................................................60

6.1.12 Gazebo...................................................................................................60

6.1.13 Children Playground..............................................................................61

6.1.14 Pergola...................................................................................................61

6.1.15 Meja Taman...........................................................................................61

6.1.16 Bangku Taman.......................................................................................61

6.1.17 Tempat Sampah......................................................................................62

6.1.18 Sarana Olahraga.....................................................................................62

6.1.19 Sarana Outbound....................................................................................62

6.2 Rencana Soft Material..............................................................................63


6.2.1 Fungsi Penyambut....................................................................................63

6.2.2 Fungsi Estetika.........................................................................................63

6.2.3 Fungsi Peneduh........................................................................................63

6.2.4 Fungsi Pembatas Fisik..............................................................................64

6.2.5 Fungsi Pengharum Udara.........................................................................64

6.3 Rencana Aktivitas.....................................................................................65

BAB VII PENUTUP.................................................................................................................73

7.1 Kesimpulan...............................................................................................73

7.2 Saran.........................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................74

LAMPIRAN..............................................................................................................................76

xii
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Jenis data, cara perolehan data, sumber data, dan bentuk data…………………...19
2. Daftar vegetasi tanaman penambah estetika yang terdapat pada tapak……….….31
3. Analisis dan sintesis tapak perencanaan Perumahan Lavanya…………………...36
4. Jenis tanaman yang dapat digunakan pada tapak perencanaan………...…………64
5. Daftar Pertanyaan Pengelola Perumahan Lavanya ……………………..……......76

xiii
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Teori kebutuhan manusia menurut Maslow……………………………….10


2. Peta lokasi penelitian……………………………………..………………..17
3. Tahapan metode penelitian……………………………………..……….....18
4. Batas-batas tapak perencanaan………………………………..…………...22
5. Aliran anak sungai Pattallassang……………………………..…………..,,25
6. Instalasi PDAM…………………………………………….………………25
7. Aksesibilitas pada lokasi perencanaan……………………….…………….28
8. Kondisi jalan pada lokasi perencanaan ……………………….…………...29
9. Kihujan, Ketapang Kencana, Mangga, Pohon Pule………….…………….31
10. Inventarisasi…………………………………………………….……….....40
11. Konsep tata ruang……………………………………………………….…46
12. Konsep sirkulasi……………………………………………………….…..48
13. Konsep tata hijau……………………………………………………….….52
14. Konsep fasilitas dan utilitas…………………………………………….….54
15. Konsep aktivitas……………………………………………………….…..56
16. Site plan…………………………………………………………………….……,..66
17. Ruang penerimaan……………………………………………………..…..67
18. Ruang bisnis…………………………………………………………,……68
19. Ruang olahraga………………………………………………………….…69
20. Ruang rekreasi………………………………………………………….….70
21. Klaster A dan B…………………………………………………………....71
22. Klaster C dan D…………………………………………………………....72

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dengan tingkat urbanisasi yang

tinggi dialami oleh kota-kota besar di Indonesia, salah satunya terjadi di Kota

Makassar. Permasalahan ini mengakibatkan tuntutan akan kebutuhan permukiman

meningkat tetapi daya dukung permukiman sudah melewati batas kapasitasnya.

Kepadatan penduduk pada akhirnya akan menyebabkan daya dukung lahan

akhirnya terlampaui. Lahan di suatu wilayah tidak mampu lagi mendukung jumlah

penduduk pada tingkat kesejahteraan tertentu.

Dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan, yaitu berupa

kawasan permukiman menjadi semakin padat, lingkungan tempat tinggal menjadi

tidak sehat dan tidak layak, ruang terbuka menjadi sangat terbatas dan sempit,

jumlah dan keragaman vegetasi semakin berkurang, iklim mikro semakin tidak

nyaman, banjir pada musim hujan, dan kurang terencananya jaringan pelayanan dan

transportasi. Solusi masalah tersebut adalah dengan pembangunan permukiman di

wilayah sekitar Kota Makassar, salah satunya di Kabupaten Gowa, yang merupakan

salah satu daerah penyangga kebutuhan kawasan permukiman penduduk di Kota

Makassar.

Pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau memberikan begitu banyak

manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat khususnya penghuni suatu komplek

perumahan dan permukiman. Oleh karena itu, pengembang seharusnya

menyediakan minimal 30% dari areal perumahan yang dikelolanya yang

diperuntukkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) baik publik maupun privat.

1
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas

menentukan bahwa proporsi RTH kota minimal 30 % dari luas wilayah. Hal ini

juga dapat diberlakukan dalam suatu wilayah perumahan dimana pada wilayah

perumahan tersebut dapat menyediakan 30% dari areal perumahan untuk ruang

terbuka hijau.

Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang merupakan tempat

yang aman untuk beristirahat, serta tempat beraktivitas dan berkomunikasi sesama

penghuninya. Kenyamanan interaksi sosial di lingkungan perumahan merupakan

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pengembang baik swasta maupun

pemerintah. Sebagai makhluk individu dan sosial, manusia menciptakan hubungan

sosial (social relation) dengan individu lainnya. Karakteristik hubungan sosial,

khususnya di antara penduduk kota adalah hubungan sosial yang rapuh karena kota

yang relatif besar, permukiman padat dan permanen dihuni oleh orang-orang dari

status sosial yang heterogen. Selain hubungan sosial yang tidak begitu erat,

hubungan sosial lainnya dicirikan oleh solidaritas organik (rasa persatuan

berdasarkan kontrak atau kesepakatan), pembagian kerja yang kompleks, dan

sanksi sosial yang legal (Nasution, 2013).

Perumahan dan permukiman adalah kesatuan fungsional karena

pembangunan perumahan harus didasarkan pada model permukiman yang

komprehensif yang tidak hanya mencakup pembangunan fisik rumah, tetapi juga

infrastruktur lingkungan, ruang publik dan ruang sosial, terutama di kawasan

perkotaan dengan permasalahan yang beragam serta multidimensional. Perumahan

Lavanya merupakan residential district terbaru yang dikembangkan oleh Citra

Grand Galesong City (Ciputra Grup) yang memasarkan properti dengan

menargetkan konsumen pada kalangan masyarakat dengan tingkat ekonomi


2
menengah ke bawah. Berbeda dengan kawasan Ciputra Grup lainnya seperti

Perumahan Citraland Celebes ataupun Perumahan Citraland Tallasa City yang

menargetkan konsumen pada kalangan menengah ke atas.

 Salah satu upaya untuk mendukung perkembangan dan pengelolaan negara

adalah dengan pengenalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable

Development Goals (SDGs). Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan

agenda pembangunan dunia yang kemudian menjadi prioritas pembangunan

nasional di Indonesia. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan program

pembangunan global  baru yang mendorong perubahan-perubahan ke arah

pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk

mendorong pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup dengan target

hingga tahun 2030.  Terdapat 17 tujuan SDGs diantaranya adalah tanpa

kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan

berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi layak, energi bersih dan

terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, industri, inovasi, dan

infrastruktur, berkurangnya kesenjangan, kota dan permukiman yang berkelanjutan,

konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab, penanganan perubahan iklim,

ekosistem lautan, ekosistem daratan, perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang

tangguh, dan kemitraan untuk mencapai tujuan. Adapun dari 17 tujuan SDGs

tersebut yang berhubungan dengan penelitian Perencanaan Perumahan Lavanya Di

Kabupaten Gowa Sebagai Kawasan Yang Mendukung Interaksi Sosial adalah

kehidupan sehat dan sejahtera, air bersih dan sanitasi layak, energi bersih dan

terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, kota dan permukiman yang

berkelanjutan, ekosistem daratan, dan kemitraan untuk mencapai tujuan.

3
Perencanaan Perumahan Lavanya akan dikembangkan dengan

menggunakan perbandingan konsep perumahan elit dengan perumahan sederhana

yang berada dalam lingkup perusahaan Ciputra yaitu Perumahan Citraland Celebes

dan Perumahan Citra Garden. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja

perbedaan yang ada di kedua tipe perumahan tersebut dan bagaimana

perbandingannya sehingga kemudian konsep ini dapat diterapkan serta

diaplikasikan pada Perumahan Lavanya. Perumahan Lavanya merupakan bagian

dari perusahaan properti ternama yaitu Ciputra Grup yang mengusung konsep

perumahan elit namun mayoritas masyarakatnya berada pada tingkat ekonomi

menengah ke bawah. Rata-rata masyarakat golongan seperti ini belum banyak

memerhatikan kesibukan pekerjaan sehingga masih ada waktu yang dimiliki untuk

melakukan interaksi sosial dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Oleh karena

itu, pentingnya suatu taman lingkungan yang berfungsi sebagai tempat berkumpul

di lapangan luas yang teduh, tempat bermain anak, sarana olahraga ataupun RTH

pada suatu lingkungan perumahan dijadikan sebagai sarana untuk berkumpul dan

juga melakukan interaksi sosial.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan suatu kawasan Perumahan

Lavanya sebagai kawasan yang mendukung interaksi sosial dengan

memperhatikan nilai fungsional, estetika, dan kenyamanan dalam area perumahan

tersebut.

Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai bahan masukan bagi pihak

pengelola dan developer Perumahan Lavanya dalam penataan kawasan perumahan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap Kawasan Perumahan Lavanya

Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu dimana

elemen-elemen lanskapnya dibagi menjadi elemen lanskap utama dan elemen

lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen lanskap dominan yang

tidak dapat diubah, seperti bentukan - bentukan gunung, sungai, pantai, dan lain-

lain sedangkan elemen lanskap penunjang adalah elemen lanskap yang dapat

diubah seperti bukit-bukit, semak- semak, dan sungai kecil (Simonds, 2006).

Lingkungan permukiman tidak hanya menyangkut prasarana fisik

permukiman dan fasilitas pelayanan umum, tetapi juga pembinaan fasilitas usaha.

Peranan permukiman sangat penting dalam usaha menjadikan penduduk sebagai

unsur utama dalam pembangunan dan memungkinkan lingkungan hidup menunjang

proses pembangunan secara berkelanjutan (Budihardjo,1992).

Perumahan Lavanya merupakan kawasan perumahan dengan luas wilayah

kurang lebih 30 hektar yang menjadi bagian dari Ciputra Grup dan terletak di Desa

Pallantikang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Perumahan ini mulai dibangun sejak tahun 2015 dan sudah beroperasi sampai

sekarang dengan jumlah hunian di kisaran 25 rumah. Rata-rata penduduk yang ada

di perumahan ini berasal dari Kota Makassar dan Kabupaten Gowa serta beberapa

juga ada yang berasal dari daerah di luar Sulawesi Selatan seperti Jawa, Kalimantan

dan Papua. Beberapa fasilitas yang sudah tersedia di Perumahan Lavanya, antara

lain, yakni taman bermain anak, taman keluarga, jogging track, dan lapangan

olahraga. Pihak pengembang dari Perumahan Lavanya mengedepankan konsep

perumahan dengan lingkungan yang asri dan produk berkualitas dengan harga yang
5
terjangkau, serta promo menarik sehingga konsumen mempunyai alasan kuat

memanfaatkan momentum ini untuk bertransaksi. Perumahan Lavanya yang

dibangun oleh Ciputra Group ini diproyeksikan untuk mendukung perkembangan

Kabupaten Gowa.

2.2 Perencanaan Lanskap

Perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data,

memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi

pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut (Utami &

Asna, 2019). Perencanaan tapak dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi

tapak dan potensi dampak perubahan fisik. Tujuan dari perencanaan tapak adalah

agar keseluruhan program ruang dan kebutuhannya dapat diwujudkan secara

terpadu dengan memperhatikan kondisi lingkungan alam, lingkungan fisik buatan,

dan lingkungan sosial sekitarnya serta menciptakan ruang atau tapak sebagai wadah

aktivitas manusia agar tercapai ruang yang nyaman, aman, sehat dan estetis

(Hakim, 2012).

Perencanaan lanskap yaitu tahap sistematik seorang arsitek lanskap

menyesuaikan dengan keinginan-keinginan manusia, mengkreasikan suatu

lingkungan yang baik untuk kehidupan manusia “a better environment, a better way

of life”. Perencanaan Lanskap merupakan awalan penting untuk membuat suatu

lahan bisa tekontrol pemanfaatannya dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan

perencanaan lanskap terdiri atas tahap inventarisasi dan dilanjut dengan analisis

mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberlanjutan dari tata guna

lahan saat ini dan berujung pada master plan yang sesuai dengan karakter

lanskapnya (Simonds, 2006).

6
Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam

kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk

kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan

pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan

keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang

alam yang fungsional estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan

keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya.

Secara ringkas dinyatakan bahwa kegiatan merencanakan suatu lanskap adalah

suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kearah suatu bentuk

lanskap atau bentang alam nyata (Asril, 2008).

Perencanaan lanskap haruslah berkesinambungan antara alam dengan

manusia. Pengembangan berkelanjutan pada dasarnya mengutamakan

kesinambungan daya dukung alam kepada manusia, baik masa kini maupun masa

depan yang lebih berkeadilan. Keterjagaan daya dukung alam termasuk di

dalamnya adalah keterjagaan keanekaragaman hayati dan budaya yang merupakan

gambaran keberhasilan adaptasi antara manusia dan alam setempat (Agus et al.,

2015).

2.3 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan area yang luas baik dalam bentuk

kawasan ataupun jalur yang berisi tumbuhan dan tanaman yang memiliki berbagai

manfaat. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008

Pasal 1 yang menyatakan “Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur

dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat

tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

ditanam”. RTH bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup


7
perkotaan, melindungi sarana lingkungan perkotaan, menciptakan keserasian

antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang bermanfaat bagi kepentingan

masyarakat (Putri et al., 2016).

Ruang terbuka hijau adalah komponen penting dalam pembentukan kota

yang berfungsi dalam menunjang ekologi perkotaaan. RTH sangat diperlukan

dalam mengendalikan dan menjaga keutuhan sekaligus kualitas lingkungan di

kota. Selain itu, kawasan RTH juga sebagai tempat interaksi sosial bagi

masyarakat yang dapat mengurangi stres (Arifin, 2014). RTH pada umumnya

bertujuan untuk penghijauan sebagai salah satu elemen kota yang ditentukan

oleh faktor kenyamanan dan estetika suatu ruang kota. Kenyamanan dapat berupa

peredam kebisingan, pelindung cahaya matahari (peneduh) dan menetralisir udara.

RTH dibutuhkan tidak hanya di kawasan perkotaan, tetapi juga pinggiran kota

dan pedesaan. RTH juga diperlukan di ruang penggunaan lahan tertentu, seperti

ruang permukiman dan ruang pendidikan. Hal ini dikarenakan RTH dapat

membuat lingkungan menjadi lebih asri, sejuk, serta dapat menjadi suatu media

pembelajaran (Prihatiningsih et al., 2013).

Kebutuhan akan ruang terbuka dan ruang terbuka hijau bagi masyarakat

sebagai kebutuhan akan ruang untuk bersosialisasi dan berinteraksi di lingkungan

perumahan tentunya akan berkesesuaian dengan kebutuhan pada tingkatan ketiga

yaitu kebutuhan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dalam lingkungan sosial,

organisasi dan masyarakat. Kebutuhan tingkat dasar pertama mengacu pada

kebutuhan tubuh setiap individu, baik kebutuhan biologis maupun fisik.

Kebutuhan dasar ini harus dipenuhi terlebih dahulu agar manusia dapat bertahan

hidup dan melanjutkan ke tingkat kebutuhan selanjutnya. Kebutuhan fisiologis

adalah kebutuhan seseorang akan oksigen, air, makanan, suhu tubuh normal, tidur,
8
homeostasis, kebutuhan seksual, dll. Kebutuhan dasar lainnya adalah kebutuhan

untuk selalu merasa aman. Seseorang dapat berpindah ke tingkat kebutuhan

berikutnya ketika orang tersebut telah berhasil memenuhi kebutuhan di tingkat

pertama. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi rasa aman baik secara fisik

maupun secara mental. Perlu menjadi perhatian bahwa kebutuhan tingkat ini lebih

cocok untuk kelompok usia anak-anak. Hal ini dikarenakan tingkat vitalitas anak

yang masih rendah sehingga masih dibutuhkan bimbingan dari orang tua

(Maslow, 1995).

Kebutuhan tingkat ketiga adalah kebutuhan mengenai aspek sosial yang

ada di masyarakat, seperti kebutuhan untuk merasakan cinta, kasih sayang, dan

memiliki hak kepemilikan terhadap suatu hal. Dalam tingkat ini, Abraham

Maslow memberikan pendapatnya mengenai alasan mengapa seorang individu

mencari cinta. Latar belakang dari aspek tersebut karena didasari oleh kesepian,

kesendirian, depresi, stres, serta kecemasan berlebihan.  Kebutuhan tingkat

keempat adalah kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Penghargaan yang

dimaksud dalam tingkat kebutuhan ini tidaklah selalu penghargaan berupa piala

atau hadiah. Maksud dari kata penghargaan disini adalah harga diri. Setiap

individu berhak mendapatkan harga diri mereka. Harga diri dapat berasal dari diri

sendiri maupun orang lain. Ketika kebutuhan pada tingkat ini dapat terpenuhi,

maka secara otomatis akan memunculkan kebutuhan untuk merasakan

penghormatan, rasa menjadi kepercayaan orang lain, dan menstabilkan diri

sendiri. Kebutuhan tingkat tertinggi, yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan

diri. Kebutuhan ini dapat tercapai apabila seorang individu berhasil memenuhi

keempat kebutuhan sebelumnya. Aktualisasi diri dapat diartikan sebagai wujud

sesungguhnya untuk mencerminkan harapan serta keinginan seorang individu


9
terhadap dirinya sendiri (Maslow, 1995). Dalam penggambaran aktualisasi diri

yang diberikan oleh Abraham Maslow, aktualisasi diri ini berperan sebagai

kebutuhan seorang individu untuk memutuskan keinginan individu tersebut.

(Gambar 1).

Gambar 1. Teori kebutuhan manusia menurut Maslow (1995)

Ruang terbuka hijau berfungsi secara ekologis untuk menjamin kelestarian

fisik suatu kawasan perkotaan, RTH tersebut merupakan RTH yang terletak di

kawasan perkotaan, terukur dan dengan bentuk tertentu, misalnya RTH yang

mendukung kehidupan masyarakat untuk membangun jaringan sumber daya alam

dan habitat alam. Ruang terbuka hijau yang ditujukan untuk tujuan lain meliputi

(sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang hijau yang mendukung dan

meningkatkan kualitas lingkungan dan budaya kota, sehingga dapat ditempatkan

dan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti keindahan,

kegiatan rekreasi, hiburan serta mendukung arsitektur kota (Mulyanie, 2019).

Ruang publik seperti RTH yang dapat digunakan masyarakat dalam melakukan

aktivitas di luar ruangan pada saat ini mengalami penurunan karena berbagai

kepentingan pembangunan lebih diprioritaskan dan memiliki nilai ekonomi yang

10
tinggi, dimana lahan untuk kebutuhan ruang terbuka hijau dipandang kurang

penting dan diabaikan. Ruang terbuka hijau publik merupakan tempat aktivitas

masyarakat yang ditujukan untuk umum dan memiliki keunggulan terutama di

kawasan perkotaan yang bercirikan kawasan yang tidak menonjolkan sifat

pertanian dan kehutanan, seperti pada kawasan pedesaan.

Ruang terbuka hijau memiliki hubungan erat dengan partisipasi yang

merupakan peran serta atau keikutsertaan seseorang baik berupa tenaga, pemikiran

maupun materil untuk kepentingan pembangunan dalam suatu kegiatan.

Partisipasi merupakan bentuk peran serta dalam mewujudkan pembangunan,

dalam melaksanakan perencanaan atau pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah diharapkan adanya partisipasi atau keikutsertaan dari masyarakat agar

adanya hubungan timbal balik sehingga masyarakat berperan aktif (Mulyanie,

2019).

2.4 Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial tentu membutuhkan sebuah interaksi

karena pada dasarnya manusia saling membutuhkan satu sama lain. Sebagai contoh,

makanan sehari-hari yang merupakan hasil dari kerja keras petani, atau saat

manusia mengalami kesusahan, dengan senang hati pasti tetangga akan ikut

membantu. Di kehidupan sehari-hari proses hubungan antara individu satu dengan

individu lain dapat tercipta melalui adanya hubungan interaksi sosial. Kemampuan

berinteraksi dan bersosialisasi seseorang dapat mempengaruhi proses terjadinya

interaksi sosial antara individu satu dengan yang lainnya. Kemampuan seseorang

dalam berinteraksi juga mempengaruhi bagaimana seseorang bisa mengambil sikap

terhadap hal-hal atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Interaksi sosial adalah berbagai hubungan sosial yang berkaitan dengan


11
hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok serta

antara kelompok dengan kelompok. Jika tidak ada interaksi sosial, maka di dunia

ini tidak ada kehidupan bersama. Selain itu, proses sosial merupakan interaksi

timbal balik atau disebut sebagai hubungan yang saling mempengaruhi antara

manusia yang satu dengan lainnya dan hubungan ini berlangsung seumur hidup di

masyarakat (Salamadian, 2018).

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang perorang, antara orang dengan kelompok atau

kelompok dengan kelompok (Soekanto, 2007). Interaksi sosial merupakan

hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial adalah kunci dari

semua kehidupan sosial, maka dari itu jika interaksi sosial tidak terjalin

kemungkinan untuk terjadi kehidupan bersama yang selaras memiliki nilai yang

kecil.

Interaksi yang dimaksud adalah sebagai pengaruh timbal balik antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan

kelompok dalam memecahkan suatu masalah dan mencakup usaha untuk mencapai

tujuannya (Ahmadi, 2004). Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara

individu satu dengan individu lainnya dimana indvidu yang satu dapat

mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling

timbal balik (Walgito, 2003).

Ciri-ciri interaksi sosial yaitu jumlah pelaku lebih dari seorang bahkan lebih,

adanya komunikasi diantara para pelaku dengan menggunakan simbol-simbol, serta

adanya tujuan-tujuan tertentu yang terlepas dari sama atau tidak sama dengan yang

12
diperkirakan oleh para pengamat (Roem, 2019). Jenis dan contoh interaksi sosial

menurut (Alyusi, 2016) terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Interaksi Sosial Individu dengan Individu

Interaksi sosial individu merupakan pertemuan antara seseorang dengan

individu lain yang bertujuan untuk memberikan aksi atau respon untuk menjadi

teman dan mengarah ke arah bekerja sama jika reaksinya positif, namun jika

reaksinya negatif kemungkinan akan muncul konflik atau pertentangan. Contohnya

yaitu ketika bertemu saling menyapa, bertanya dan menginformasikan tentang apa

yang dibutuhkan, mengajak bermain sepeda bersama orang lain, serta guru

mengajari les bahasa pada seorang murid.

2. Interaksi Sosial Individu dengan Kelompok

Interaksi sosial individu dengan kelompok merupakan interaksi yang terjadi

antara satu orang dengan kelompok yang biasanya terdiri dari tiga orang atau lebih.

Interaksi individu dengan kelompok ini biasanya saling memberikan informasi baik

itu berupa promosi, seminar, maupun hal-hal lainnya. Selain itu, biasanya interaksi

sosial ini disampaikan oleh beberapa orang saja yang kemudian informasi yang

disampaikan akan didengarkan oleh banyak orang atau kelompok. Contohnya yaitu

menjadi seorang narasumber dalam kegiatan seminar, menyampaikan informasi

promosi kepada komunitas, dan kepala sekolah sedang berbicara pada murid-murid

sewaktu upacara.

3. Interaksi Kelompok dengan kelompok

Interaksi Kelompok dengan kelompok merupakan pertemuan antara dua

kelompok atau lebih dengan kelompok  yang berbeda, untuk mengkomunikasikan

hal yang berkaitan namun sifatnya bukan hal pribadi namun untuk kepentingan

kelompok itu sendiri. Namun untuk berkomunikasi antar kelompok terkadang


13
menghadapi pro dan kontra harus lebih berhati-hati, karena setiap pendapat

seseorang bisa saja menyerang kelompok lainnya. Contohnya yaitu para pemuda

karang taruna memberi informasi kepada masyarakat untuk saling bekerjasama

membersihkan halaman rumah agar menjadi juara perlombaan kebersihan di acara

HUT-RI 17 Agustus dan kelompok TNI bersama kelompok polisi melakukan

kerjasama interaksi sosial untuk memberantas kejahatan di daerahnya. Untuk

menyatukan individu dengan karakter yang berbeda tidak mudah dilakukan, namun

ada baiknya untuk saling berinteraksi secara baik, sopan dan jelas to the point apa

tujuannya. Komunikasi yang baik akan memberikan ketenangan dan kesepakatan

yang mungkin dapat menjadi suatu hal yang berjangka panjang. Misalnya,

keterkaitan tentang usaha bisnis menjadi pelanggan, menjadi seseorang yang

dipercaya, dan hal lainnya.

Menurut (Setyabudi et al., 2021) bentuk interaksi sosial terbagi menjadi

empat, yaitu :

a. Kerjasama

Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh sekelompok individu atau saling

membantu yang bertujuan mewujudkan kegiatan yang positif. Dalam kehidupan

selalu memerlukan bantuan orang lain namun tetap dalam batas yang wajar,

seperti gotong royong antar tetangga.

b. Akomodasi

Akomodasi merupakan penyesuaian diri seseorang bahkan kelompok

manusia yang sebelumnya saling bertentangan, supaya mengatasi ketegangan

dengan antara pihak yang bertentangan dibutuhkanlah akomodasi. Tujuannya

untuk menciptakan keseimbangan interaksi sosial yang akan berkaitan dengan

norma dan nilai-nilai dalam lingkup masyarakat.


14
c. Toleransi

Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati dalam

bermasyarakat baik individu maupun berkelompok.  Dalam hal ini seperti saling

tolong menolong antar sesama tanpa memandang suku, agama, ras maupun antar

golongan.

d. Akulturasi

Akulturasi adalah penerimaan segala unsur–unsur baru dimasa kini

menjadi suatu kebudayaan baru tanpa menghilangkan ciri khas / hal yang

berkaitan dengan unsur lama. Contohnya yaitu pertunjukan wayang-wayang yang

mengisahkan cerita dari India tentang Mahabarata (sejarah), bangunan Masjid

Kudus yang mencerminkan adanya interaksi budaya Jawa, Islam dan Hindu, dan

gaya hidup seseorang yang mengikuti tren baik dari berpakaian, model rambut

dan lain-lain.

e. Asimilasi

Asimilasi merupakan percampuran suatu budaya dengan menghilangkan

ciri khas kebudayaan aslinya lalu membentuk kebudayaan baru dan menerapkan

dalam keseharian. Contohnya yaitu Asimilasi Ras Mongoloid dan Ras Negroid di

Benua Asia membentuk ras baru, pernikahan beda ras dan etnis, serta corak rumah

di sebagian kota mengkombinasikan dengan corak khas modern seperti arsitektur

Eropa.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian interaksi

sosial adalah suatu hubungan timbal balik antar individu dengan indvidu, individu

dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang di dalam proses terjadinya

15
interaksi sosial itu sangat mempengaruhi bagaimana sikap seseorang dalam

menghadapi hal-hal yang terjadi dalam kehidupannya (Ahmadi, 2004).

Interaksi sosial ini sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dimanapun berada,

tujuannya untuk menjalin hubungan baik pertemanan bahkan bisnis untuk mencari

keuntungan. Interaksi sosial merupakan suatu kemampuan yang bisa diasah. Dengan

kata lain, setiap orang bisa memiliki kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan baik

selama orang tersebut selalu terus mengasah kemampuan interaksi sosialnya. Selain

itu, kerja sama atau kolaborasi dengan individu bahkan kelompok akan

mengembangkan pemikiran atau ide-ide yang sebelumnya tidak ada dalam pikiran

kita. Dengan kerja sama atau kolaborasi, suatu pekerjaan akan lebih mudah untuk

diselesaikan dengan optimal. Maka dari itu, menjaga interaksi sosial yang baik adalah

kunci saling membantu dan menghargai (Walgito, 2003).

16
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Lavanya yang terletak di Desa

Pallantikang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

(Gambar 2) dengan titik koordinat 5°12'50°S 119°35'25"E. Area penelitian

merupakan bagian dari area terbuka dengan luas sebesar 30 Hektar. Penelitian

ini berlangsung pada bulan Oktober 2022 – April 2023.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian (Sumber: Google dan Google Earth Pro, 2022)

3.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi alat lapang dan studio.

Alat-alat lapang yang digunakan adalah kamera digital dan alat tulis menulis. Alat

studio yang digunakan adalah perangkat komputer. Untuk mendukung

pelaksanaan penelitian, digunakan beberapa software, yaitu Google Earth Pro,


17
Google Maps, dan Corel Draw 2019.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui

observasi lapang dan survei. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer yang

diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara di lapang serta data sekunder yang

diperoleh melalui studi pustaka dan sumber-sumber lain seperti dokumen dari

pemerintah daerah dan pengelola perumahan. Metode penelitian dengan tahap

mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan (Gold, 1980) (Gambar 3).

Persiapan Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaa


n
Penentuan Lokasi Pengumpul- Pengidentifikasi- Pemecahan Penggabung-
an Data Fisik, an Masalah, Masalah dan an Masing-
Perumusan Tujuan
Biofisik, dan Kendala, Potensi, Kendala masing Konsep
Pengumpulan Sosial Kemungkinan Pemanfaatan Site Plan
Informasi Dasar
Pengumpul- Pengembangan Potensi
Penyiapan Sumber an Jenis Data Lain Dari Tapak
Daya dan Alat Pemilihan
Primer dan Alternatif
Bahan Sekunder Perencanaan
Jadwal Kerja
Kegiatan Konsep Dasar
Perencanaan Konsep
Pengembangan

Gambar 3. Tahapan metode penelitian

3.3.1 Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap penentuan lokasi, perumusan tujuan,

serta pengumpulan informasi dasar tentang lokasi penelitian. Selain itu, dilakukan

pula penyiapan sumber daya, bahan dan alat untuk keperluan lapang (field)

maupun di ruang kerja atau studio (desk). Kegiatan yang dilakukan dalam proses

persiapan, antara lain, jadwal kerja kegiatan perencanaan, rencana biaya

pelaksanaan kegiatan perencanaan dan produk perencanaan yang akan dihasilkan.

3.3.2 Inventarisasi

Inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data keadaan awal dari

tapak di Perumahan Lavanya. Data yang dibutuhkan berupa data fisik, biofisik,

18
dan sosial. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh melalui survei lapang, pengamatan, pengukuran dan wawancara

langsung. Data sekunder adalah data berupa data tambahan yang diperoleh melalui

studi pustaka dari berbagai sumber informasi, seperti buku, jurnal atau data yang

didapatkan dari instansi terkait. Wawancara dilakukan secara langsung dengan

pihak pengelola dari Perumahan Lavanya.

Tabel 1. Jenis data, cara perolehan data, sumber data, dan bentuk data
Cara Pengambilan
Jenis Data Sumber Data
Data
Fisik dan Biofisik
Survei Lapang
Letak, Luas dan Batas Tapak Lokasi Tapak
Kondisi Lahan dan Topografi BPS Kab. Gowa Studi Pustaka
Hidrologi dan Drainase Lokasi Tapak Survei Lapang
Iklim BMKG Studi Pustaka
Fasilitas dan Utilitas Lokasi Tapak Survei Lapang
Aksesibilitas dan Sirkulasi Lokasi Tapak Survei Lapang
Vegetasi Lokasi Tapak Survei Lapang
View/Pemandangan Lokasi Tapak Survei Lapang
Sosial
Pengguna dan Aktivitas Pengelola Wawancara
Tapak Lokasi Tapak Survei Lapang

3.3.3 Analisis

Analisis merupakan tahapan untuk mengidentifikasi masalah, kendala,

dan potensi serta kemungkinan pengembangan lain dari tapak berdasarkan data

yang diperoleh dari tahap inventarisasi. Kegiatan analisis memiliki tujuan,

sasaran dan fungsi yang diperoleh dari data secara kualitas deskriptif yang

berupa potensi tapak, kendala tapak, amenities (kesenangan, kenikmatan atau

fasilitas-fasilitas) tapak, dan danger signals (tanda bahaya) tapak. Selain itu,

terdapat juga data secara kuantitatif, yang digunakan dalam penentuan batas

daya dukung tapak.


19
3.3.4 Sintesis

Sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan kendala, sekaligus

pemanfaatan potensi yang dapat dikembangkan dari suatu tapak. Setelah

dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi akan diperoleh

alternatif-alternatif perencanaan. Kemudian dipilih alternatif terbaik yang bisa

diambil dari salah satu alternatif yang ada atau kombinasi dari beberapa

alternatif sehingga bisa menjadi acuan konsep dasar. Konsep dasar perencanaan

digunakan sebagai dasar dalam konsep pengembangan. Konsep

pengembangan berupa konsep tata ruang, konsep tata hijau, konsep sirkulasi,

konsep aktivitas, serta konsep fasilitas dan utilitas.

3.3.5 Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap penggabungan masing-masing konsep

pengembangan pada tapak yang mengacu pada tujuan serta fungsi yang telah

ditetapkan. Hasil dari tahap ini berupa rencana tapak atau site plan. Konsep

dasar perencanaan lanskap Perumahan Lavanya ini adalah untuk menciptakan

kawasan perumahan dengan lingkungan yang asri yang dapat mendukung

terciptanya interaksi sosial. Pembagian konsep biasanya didasarkan atas

fungsi-fungsi dari elemen tapak perencanaan tersebut. Adapun konsep

pengembangan meliputi konsep tata ruang, konsep sirkulasi, konsep tata

hijau, konsep fasilitas dan utilitas, serta konsep aktivitas.

20
BAB IV

INVENTARISASI, ANALISIS, DAN SINTESIS

4.1 Aspek Fisik dan Biofisik

4.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak

Lokasi tapak terletak di Desa Pallantikang, Kecamatan Pattallassang,

Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi perencanaan

Perumahan Lavanya merupakan suatu bagian lahan dari Citra Grand Galesong

City yang terintegrasi dengan mengusung konsep kota mandiri. Perumahan

Lavanya ini dikembangkan dengan mengusung konsep perumahan elit dengan

harga yang sangat terjangkau sehingga dapat menarik konsumen dengan tingkat

ekonomi menengah ke bawah. Luas dari tapak perencanaan ini adalah seluas 30

Ha dengan sebagian lahan yang ada di Perumahan Lavanya sudah dibangun

beberapa unit rumah pada dua cluster Verdhana dan Aditi dengan beberapa

taman sederhana yang sudah dibangun oleh pihak developer.

Perencanaan Perumahan Lavanya cukup baik untuk dikembangkan

dengan memperhatikan interaksi sosial yang ada didalamnya, karena aktivitas

masyarakat yang heterogen sehingga sangat bermanfaat untuk diperhatikan

kedepannya. Dengan luas tapak yang cukup besar akan banyak ruang untuk

membagi area-area interaksi sosial dengan memperhatikan nilai fungsi dan

estetikanya. Analisis potensi pada aspek letak, luas dan batas tapak ini yaitu

letak yang strategis di Kecamatan Pattallassang karena letak tapak yang berada

di jalan poros Makassar – Malino. Pemanfaatan potensi tapak yang luas dan

berada di jalan poros sangat berpotensi untuk dikembangkan beberapa fasilitas

dengan pembagian zona dan ruang yang sesuai untuk mendukung interaksi

sosial.

21
Batas-batas lokasi perencanaan Perumahan Lavanya yaitu pada sebelah

utara berbatasan dengan lahan pertanian dan Pesantren Alam, sebelah timur dan

barat berbatasan dengan lahan pertanian warga, dan pada sebelah selatan

berbatasan dengan permukiman warga dan jalan poros Malino (Gambar 4).

Gambar 4. Batas-batas tapak perencanaan

4.1.2 Tanah dan Topografi

Perumahan Lavanya sebagai tapak perencanaan memiliki topografi

yang cenderung datar yang berada di ketinggian 18 – 21 mdpl dengan

kemiringan 0 – 4 % (Berdasarkan pengamatan google earth dan survei lapang).

Perencanaan Perumahan Lavanya tidak memiliki kendala sehingga sangat

potensial untuk bisa dikembangkan.

Jenis tanah pada tapak perencanaan tersebut adalah tanah Alluvial.

Tanah Alluvial atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di

sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun kanan kiri aliran

22
sungai besar. Tekstur beraneka mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir,

lumpur, kerikil, dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Di seluruh Indonesia

tanah-tanah ini merupakan tanah pertanian yang baik dan dimanfaatkan untuk

tanaman pangan musiman hingga tahunan (Rismunandar, 1993). Sifat tanah

Alluvial yang memiliki karakteristik morfologi pedataran dengan ketinggian 0-

60 m dengan sudut kemiringan lereng < 3% dinilai cocok untuk kegiatan

pertanian dan juga dapat mendukung potensi dikembangkannya konsep

Perumahan Lavanya yang mendukung interaksi sosial di lokasi perencanaan

tersebut.

Analisis potensi pada aspek tanah dan topografi yaitu jenis tanah

alluvial yang subur dan topografi yang relatif datar, berada pada 18-21 mdpl

dengan kemiringan 0-4%. Pemanfaatan potensi pada aspek ini yakni tanah yang

subur serta topografi yang datar sangat baik untuk pengembangan fasilitas dan

juga dapat dimanfaatkan oleh warga perumahan untuk kegiatan bercocok

tanam.

4.1.3 Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat krusial

terhadap keberlangsungan hidup masyarakat di wilayah perumahan. Daerah

yang memiliki iklim atau cuaca yang ekstrim tentu tidak tepat dijadikan sebagai

lahan permukiman oleh pihak pengembang dari suatu perusahaan dan tentunya

pemilihan lokasi dengan iklim yang tepat juga akan berpengaruh terhadap nilai

jual dan target pasar untuk calon konsumen. Lokasi tapak yang berada di Desa

Pallantikang, Kecamatan Pattallassang ini memiliki iklim yang sama dengan

daerah lain di Kabupaten Gowa pada umumnya. Berdasarkan BPS Kabupaten

Gowa, iklim Kabupaten Gowa mempunyai iklim tropis basah dengan curah

23
hujan dan hari hujan yang menunjukkan bahwa untuk daerah dataran rendah

mempunyai variasi antara 500–1.000 mm/tahun sedangkan untuk daerah hulu

(pegunungan) berkisar antara 1.000 – 2.000 mm/tahun. Suhu udara di wilayah

kabupaten Gowa berkisar pada angka 22°–33 °C dengan tingkat kelembaban

nisbi ±81%.

Suhu rata-rata pada daerah tropis merupakan potensi yang baik untuk

suatu perumahan yang ingin dikembangkan. Masyarakat di perumahan tersebut

akan merasa lebih nyaman jika banyak pohon di sekitar tapak agar udara

menjadi sejuk. Untuk mempertahankan suhu agar tetap sejuk, diperlukan

pengaturan tanaman-tanaman sehingga tercipta iklim mikro yang diinginkan.

Pengaturan tanaman juga penting dalam mengatasi genangan air atau aliran air

permukaan pada bulan dengan curah hujan tinggi. Hal ini harus direncanakan

dengan baik untuk menghindari masalah genangan pada musim hujan dan

menghindari kekeringan pada musim kemarau.

Analisis potensi dan kendala pada aspek iklim yaitu memiliki iklim

tropis dengan rata-rata suhu 22ºC - 33ºC dengan kendala curah hujan relatif

tinggi tiap tahunnya dan terdapat pula kemarau panjang serta pada siang hari

suhu cukup tinggi sehingga kurang nyaman bagi warga perumahan. Adapun

pemanfaatan potensi pada aspek ini yakni iklim tropis menguntungkan bagi

tanaman sehingga dapat tumbuh dengan baik serta dapat dikembangkan sarana

yang menunjang mobilisasi warga tanpa harus memikirkan kendala iklim.

4.1.4 Hidrologi

Kehadiran air sangat dibutuhkan dalam suatu lingkungan, dimana air

memberikan banyak manfaat untuk kehidupan manusia, hewan, dan juga

tumbuhan. Sumber air pada tapak tersebut berasal dari aliran air sungai

24
Pattallassang dan juga dari PDAM. Air sungai digunakan untuk penyiraman

tanaman dan maintenance pengelolaan perumahan sedangkan air PDAM

digunakan untuk pengairan di rumah-rumah warga. Lebar sungai Pattallassang

bervariasi antara 4 m – 5 m (Gambar 5). Daerah di sekitaran aliran sungai

ditandai hutan dengan kerapatan tinggi dengan vegetasi yang bervariasi, mulai

dari rumput, semak, sampai pepohonan. Debit air sungai juga mengalami

fluktuasi, pada musim kemarau debit air sungai kecil, tetapi pada musim

penghujan debit air mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tapak juga

terdapat pompa air PDAM yang menjadi sumber air utama oleh masyarakat

perumahan (Gambar 6).

Gambar 5. Aliran anak sungai Pattallassang (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 6. Instalasi PDAM (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Pasokan air sangat penting dan utama dalam perencanaan ini karena

sebagian besar lahan tentu akan ditanami secara berkelanjutan. Selain sumber

25
air yang telah ada di lokasi, perlu adanya sumber lain sebagai cadangan.

Penampungan air hujan merupakan salah satu solusi mengingat beberapa bulan

dalam setahun memiliki curah hujan yang tinggi.

Analisis potensi dan kendala pada aspek hidrologi yakni pasokan air

yang berasal dari sungai dan PDAM dengan kendala pasokan air kadang

terputus dan mengalami kerusakan pada musim kemarau sehingga perlu

ditambahkan penampungan air yang terpusat di beberapa klaster serta

pembuatan lubang bipori sebagai resapan air yang akan bermanfaat Ketika tiba

musim kemarau. Pemanfaatan potensi pada aspek ini yakni air sungai yang

dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk tanaman.

4.1.5 Fasilitas dan Utilitas

Keberadaan fasilitas dan utilitas mutlak merupakan kebutuhan untuk

mendukung fungsi ruang dan sebagai salah satu faktor penentu terciptanya

keamanan dan kenyamanan dalam suatu tapak. Berdasarkan hasil pengamatan,

fasilitas yang terdapat pada tapak yaitu gedung pengelola, area perumahan,

taman kecil, minimarket dan lapangan tembak, dimana fasilitas-fasilitas

tersebut masih belum terlalu memadai untuk menunjang terciptanya interaksi

sosial antar masyarakat. Utilitas yang terdapat pada kawasan ini yaitu jaringan

listrik, internet, dan jaringan air bersih, namun jaringan-jaringan ini pun masih

butuh pengelolaan yang lebih baik.

Pada lokasi tapak perencanaan, masih banyak terdapat lahan-lahan yang

kosong yang masih sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi sarana-

sarana yang dapat mendukung interaksi sosial. Di sepanjang perbatasan sebelah

barat Perumahan Lavanya terdapat aliran anak Sungai Pattallassang yang cukup

deras yang membentang dari bagian depan hingga ke batas belakang

26
perumahan. Hal tersebut dapat menjadi potensi yang kuat untuk dijadikan

sebagai wahana outbound seperti wisata arung jeram. Dengan adanya beberapa

lahan yang kosong di sekitar sungai tersebut maka sangat cocok apabila

dijadikan sebagai tempat untuk rekreasi dan berwisata bersama keluarga.

Pengembangan ruang-ruang dengan fungsi dan aktivitas yang beragam

membutuhkan kelengkapan fasilitas dan utilitas sehingga dalam menentukan

fasilitas dan utilitas harus didasarkan pada fungsi ruang dan aktivitas pengguna

tapak. Penempatan fasilitas dan utilitas harus menyesuaikan dengan kondisi

lingkungan tapak. Fasilitas dan utilitas yang berada di area yang tidak tepat

akan tidak terpakai oleh pengguna tapak. Oleh karena itu, dibutuhkan

efektivitas dan efisiensi dalam penempatan fasilitas dan utilitas tersebut.

Analisis kendala pada aspek fasilitas dan utilitas yaitu fasilitas dan

utilitas yang masih belum terlalu memadai untuk mendukung interaksi sosial

dengan pemecahan masalahnya yakni melakukan penambahan fasilitas dan

utilitas serta penataan dengan baik.

4.1.6 Aksesibilitas dan Sirkulasi

Jarak Perumahan Lavanya menuju Kabupaten Gowa adalah sekitar 18

Km, sedangkan jarak dari Perumahan Lavanya menuju Ibukota Provinsi

Sulawesi Selatan yaitu Kota Makassar adalah 21 Km melalui jalan darat.

Aksesibilitas ke lokasi perencanaan perumahan ini dapat diakses dengan

mudah dari Kabupaten Gowa, Selain itu dapat juga diakses dari Kota Makassar

melalui kawasan BTN Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan melalui

Kabupaten Maros Kecamatan Moncongloe (Gambar 7).

27
Gambar 7. Aksesbilitas pada lokasi perencanaan (Sumber : Google Earth 2019)

Sirkulasi ke lokasi merupakan jalan beraspal dengan ukuran lebar 4 m

yang dapat diakses oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Akses bagi

transportasi umum sebagian besar penduduk menggunakan jasa ojek baik

sepeda motor maupun mobil umum yang ingin ke arah Malino dan Sinjai

karena lokasi tapak yang berada di jalan poros Makassar-Malino. Di dalam

lokasi tapak terdapat jalan aspal yang lebar dengan beberapa jalanan di

kawasan cluster menggunakan paving block serta masih terdapat beberapa

sirkulasi yang masih terdiri dari jalanan tanah dan berbatu.

Berdasarkan pengamatan di lapang, jalur sirkulasi bukan saja

digunakan bagi masyarakat perumahan tetapi juga masyarakat di luar

perumahan yang difungsikan sebagai jalan menuju ke permukiman kebun dan

lahan pertanian warga. Hal ini karena belum ada pembatas yang jelas dan nyata

untuk menutup areal tapak sebagai areal dari Perumahan Lavanya (Gambar

8).

28
Gambar 8. Kondisi jalan pada lokasi perencanaan
(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Kondisi jalur sirkulasi saat ini dari segi fisik dan aksesibilitas ke setiap

area perumahan sudah cukup bagus, hanya terdapat beberapa kekurangan pada

bagian sirkulasi yang masih belum diaspal maupun menggunakan perkerasan

lainnya serta membuat pagar pembatas yang jelas pada tapak. Jalanan yang

masih terbuat dari tanah ketika turun hujan pasti akaan menimbulkan genangan

air dan menyebabkan jalan menjadi becek dan licin. Hal ini karena

dulunya lahan tersebut dijadikan sebagai area lapangan tembak yang sampai

saat ini sudah terbengkalai dan tidak lagi berfungsi sehingga tidak indah lagi

untuk dipandang, dan rencananya pada area tersebut akan dibangun lagi

perumahan dengan cluster baru.

29
Berdasarkan dari hasil analisis permasalahan yang ada harus dilakukan

pembenahan pada jalur sirkulasi jalan tersebut dengan segera melakukan

pembangunan atau ditanami beberapa tanaman budidaya agar lahan tersebut

tetap berfungsi untuk sementara waktu sambil menunggu pihak developer

membangun kembali area tersebut. Dengan adanya penambahan fungsi pada

tapak, kondisi jalan harus diperhatikan, karena kebutuhan massa didalamnya

semakin bertambah. Selain itu, untuk menunjang keselamatan, keamanan, dan

kenyamanan pengguna jalan perlu disediakan jalur pedestrian, pembatas jalan,

dan rambu jalan.

4.1.7 Vegetasi

Vegetasi dalam lokasi perencanaan kebanyakan merupakan tanaman

yang berfungsi sebagai tanaman peneduh dan juga tanaman produksi milik

pribadi masyarakat perumahan. Tanaman yang ada pada lokasi (Gambar 9)

sebagai tanaman peneduh adalah tanaman ki hujan (Samanea saman), ketapang

kencana (Terminalia mantaly), mangga (Mangifera indica), pohon pule

(Alstonia scholaris). Selain itu, tanaman lain yaitu tanaman produksi milik

pribadi masyarakat diantaranya yaitu pepaya (Carica papaya), jambu biji

(Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), sereh (Cymbopogon

nardus), kunyit (Curcuma longa), rambutan (Nephelium lappaceum), pisang

(Musa paradisiaca), dan singkong (Manihot esculenta). Ada pula tanaman lain

pada lokasi tapak perencanaan yaitu tanaman yang berfungsi sebagai tanaman

penambah estetika di dalam kawasan perumahan (Tabel 2).

30
Tabel 2. Daftar vegetasi tanaman penambah estetika yang terdapat pada tapak
No. Nama Lokal Nama Latin Fungsi
1. Agave Agave americana. L Penambah Estetika
2. Sisal Agave sisalana Penambah Estetika
3. Ceri Laurel Portugis Prunus lusitanica Penambah Estetika
4. Kremah Althernathera sessilis Penambah Estetika
5. Kamboja Plumeria alba Penambah Estetika
6. Hanjuang Cordyline fruticosa Penambah Estetika
7. Bayam Ungu Althernathera brassiliana Penambah Estetika
8. Palm Merah Cyrtostachys renda Penambah Estetika
9. Puring Codiaeum variegatum Penambah Estetika
10. Heliconia Heliconia bihai Penambah Estetika
11. Pucuk Merah Syzigium myrtofilium Penambah Estetika

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2023

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 9. (a) Kihujan (Samanea saman), (b) Ketapang kencana
(Terminalia mantaly), (c) Mangga (Mangifera indica), (d ) Pohon pule
(Alstonia scholaris) (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Sebagian besar vegetasi yang ada di lokasi tapak tetap dipertahankan

keberadaannya, hanya saja perlu dilakukan pengelolaan tanaman yang lebih

baik, seperti dipangkas dan diperbaiki teknis budidaya dan sanitasinya.

31
Beberapa jenis pohon lain yang tumbuh baik dengan tata letak yang tepat juga

sebaiknya dipertahankan agar lingkungan di lokasi ini tetap teduh dan menjadi

naungan bagi pengunjung maupun masyarakat nantinya.

Pada lokasi tapak terdapat suatu masalah pencemaran lingkungan yang

cukup serius yaitu bau tidak sedap yang dihasilkan dari tempat pembuangan

sampah yang berada di sekitar lokasi tapak. Hal ini dapat menjadi pertimbangan

untuk kemudian ditambahkan jenis vegetasi yang dapat mengharumkan udara

agar bau tidak sedap tersebut dapat diminimalisir dan juga menimbulkan rasa

nyaman bagi masyarakat di Perumahan Lavanya.

Dengan penataan ulang, pengaturan dan pemeliharaan yang baik akan

menjadikan lokasi tersebut sebagai perumahan yang akan diminati dan

disenangi oleh calon konsumen. Selain itu, tujuan sebagai sarana hunian dengan

konsep lingkungan yang asri akan diperoleh maksimal dengan memperlihatkan

teknis pemeliharaan yang benar dan intensif. Disamping itu, penambahan

vegetasi tanaman dengan tujuan estetika dan beberapa fungsi yang lain untuk

menambah kesan santai dan nyaman sebagai perumahan yang asri juga perlu

dipertimbangkan. Hal ini bermaksud untuk menciptakan suasana

menyenangkan dalam menjalani kehidupan di perumahan tersebut.

4.2 Aspek Sosial

4.2.1 Sejarah, Sosial, dan Budaya

Pengembang perumahan terus mencari inovasi dalam memasarkan

produk-produk anyar. Pada masa pandemi Covid-19, pihak pengembang

perumahan tetap mengedepankan produk berkualitas dengan harga yang

terjangkau, serta promo menarik sehingga konsumen mempunyai alasan kuat

memanfaatkan momentum ini untuk bertransaksi. Terobosan ini juga dilakukan

32
oleh Ciputra Grup melalui proyek Citra Grand Galesong City, Gowa, Sulawesi

Selatan, yang awal Oktober 2020 merilis rumah tipe baru dengan harga

terjangkau, mulai dari Rp200 jutaan di Distrik Lavanya. Ada tiga varian

sekaligus yang dibuka, yaitu Viola 22/60 (luas bangunan/luas tanah), Violette

27/60, dan Victoria 36/72.

Distrik Lavanya yang dibangun oleh Ciputra Grup ini diproyeksikan

untuk mendukung perkembangan Kabupaten Gowa. Distrik seluas 30 hektar ini

terintegrasi dengan pengembangan Kota Mandiri Citra Grand Galesong City

seluas 500 hektar. Proyek ini berlokasi tepat di jalan poros Makassar-Malino

yang merupakan jalur wisata utama di Makassar, serta sangat dekat dari rencana

lokasi ibu kota baru (pusat pemerintahan) Kabupaten Gowa dan Kawasan

Industri Gowa yang sedang dikembangkan Pemkab Gowa. Menurut Nicko

Limanta, Project Manager Citra Grand Galesong City, bahwa sejak awal

dikembangkan, Distrik Lavanya memang telah didedikasikan untuk menjadi

jawaban bagi segmen menengah kebawah, terutama keluarga muda yang

mengidamkan rumah dan lingkungan berkualitas, dengan harga yang sangat

terjangkau.

Kebutuhan rumah di segmen milenial dan keluarga muda di Makassar

dan daerah-daerah sekitarnya, khususnya Gowa terus bertambah dan terus

meningkat. Sementara itu, produk rumah yang pas untuk para calon konsumen

dari sisi daya beli dan lingkungan yang baik belum banyak dikembangkan. Oleh

karena itu, rumah tipe baru di Distrik Lavanya ini dibangun tidak hanya dengan

harga terjangkau, tetapi juga promo sangat menguntungkan. Konsumen

dibebaskan alias digratiskan dari biaya kredit pemilikan rumah (KPR) dan biaya

notaris, suku bunga KPR yang relatif rendah, dan tenor KPR panjang.

33
Penghuni Distrik Lavanya dapat dikatakan mendapatkan nilai yang

lebih besar dibandingkan dengan investasi yang dikeluarkan. Nilai yang

didapatkan tercermin dari lingkungan yang tertata rapi, jalan klaster dibeton,

fasilitas lintasan lari (jogging track), taman tematik, tempat bermain anak-anak,

dan suasananya di kelilingi perbukitan, serta lingkungannya dikelola oleh

manajemen estate yang profesional. Di saat kota banyak polusi udara, ditambah

pandemi Covid-19, Lavanya menyediakan lingkugan yang relatif sehat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola, bahwa untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dari penghuni, di area komersial juga sudah beroperasi

minimarket dan fasilitas akses internet karena koneksi dengan internet menjadi

kebutuhan utama masyarakat. Saat ini sudah terbangun dua klaster di Perumahan

Lavanya dan sudah dihuni sekitar 50 kepala keluarga. Rumah tipe baru ini

sangat cocok untuk pelaku bisnis menengah, keluarga muda, kaum milenial, dan

aparatur sipil negara (ASN) yang ingin memiliki hunian asri yang sehat dengan

harga yang terjangkau.

4.2.2 Aktivitas dan Pengelolaan

Areal permukiman warga pada tapak mengakibatkan terjadinya aktivitas

pada tapak yang cukup beragam seperti bersosialisasi, berdagang, berkebun,

pekerja kantoran dan berternak. Selain itu, ada bagian dari lokasi ini yang

difungsikan sebagai area lapangan tembak yang dikunjungi oleh berbagai

masyarakat di luar Kabupaten Gowa yang menyukai olahraga tembak.

Kurangnya perhatian oleh pengelola perumahan dan juga masyarakat setempat

mengakibatkan pengelolaan fasilitas di tempat ini belum maksimal, baik akses

untuk masuk ke area lapangan tembaknya maupun fasilitas pendukung lainnya.

34
Sebagai lahan perumahan yang sudah aktif dan sudah memiliki

penghuni didalamnya, seharusnya pihak pengelola lebih memperhatikan lagi

kebersihan dari areal tapak dan juga tempat pembuangan sampah didalamnya.

Faktanya, masih banyak terdapat sampah anorganik yang berserakan di

pinggiran area tapak yang tidak ditanggulangi oleh pengelola perumahan.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya perencanaan yang baik agar dapat

memberikan kenyamanan untuk melakukan interaksi sosial antar sesama warga

perumahan dan juga dapat menjadikan Perumahan Lavanya sebagai perumahan

yang tetap mementingkan nilai keindahan dengan target calon konsumen pada

tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Hasil inventarisasi tapak yang dibuat dalam bentuk gambar dapat dilihat

pada Gambar 10. Hasil analisis sintesis kawasan Perumahan Lavanya dalam

bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel 3.

35
Tabel 3. Analisis dan sintesis tapak perencanaan Perumahan Lavanya

Analisis Sintesis
Inventarisasi Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Masalah
1 2 3 4 5
Aspek Fisik
dan Biofisik

1. Letak, luas dan  Letak yang strategis  Tapak yang luas


batas tapak di Kecamatan dan berada di jalan
Pattallassang poros sangat
karena letak tapak berpotensi untuk
yang berada di dikembangkan
jalan poros beberapa fasilitas
Makassar-Malino dengan pembagian
 Luas lahan adalah zona yang sesuai
30 Ha untuk mendukung
interaksi sosial.
2. Tanah dan Topografi  Jenis tanah adalah  Tanah yang subur serta
tanah alluvial yang topografi yang datar
subur sangat baik untuk
 Topografi yang relatif pengembangan
datar, berada pada fasilitas dan juga dapat
18- 21 mdpl dengan dimanfaatkan oleh
kemiringan 0-4%. warga perumahan
untuk kegiatan
bercocok tanam

36
Tabel 3. Lanjutan.

Analisis Sintesis
Inventarisasi Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Masalah
1 2 3 4 5
3. Iklim  Memiliki iklim tropis  Curah hujan relatif  Iklim tropis  Pengaturan drainase
dengan rata-rata suhu tinggi tiap tahunnya, menguntungkan bagi dan tanaman untuk
22°C – 33oC dan terdapat pula tanaman sehingga mengatasi
genangan.
kemarau panjang dapat tumbuh dengan
 Pengadaan
 Pada saat siang hari baik penampungan air
,suhu cukup tinggi  Dapat dikembangkan hujan untuk
sehingga kurang sarana yang menghindari
nyaman bagi warga kekurangan air pda
menunjang
perumahan musim kemarau
mobilisasi warga
tanpa harus  Menciptakan iklim
mikro dengan
memikirkan kendala
pengaturan tanaman
iklim sebagai peneduh
4. Hidrologi  Pasokan air berasal  Pasokan air  Air sungai dapat  Pengaturan jalur-jalur
dari sungai dan kadang terputus dimanfaatkan sumber air dan irigasi
PDAM dan mengalami sebagai sumber air untuk pelayanan dan
kerusakan pada Teknis serta
untuk tanaman menghindari kerusakan
musim kemarau
yang berulang
5. Fasilitas dan Utilitas  Terdapat anak sungai  Fasilitas dan utilitas  Dapat dijadikan  Melakukan
Pattallassang yang yang masih belum sebagai wahana arung penambahan fasilitas
cukup deras dan terlalu memadai jeram dan tempat dan utilitas serta
masih banyaknya untuk mendukung untuk rekreasi penataan dengan baik
lahan kosong interaksi sosial bersama keluarga

37
Tabel 3. Lanjutan.

Analisis Sintesis
Inventarisasi Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Masalah
1 2 3 4 5
6. Aksesibilitas dan  Aksesibilitas  Kondisi jalur sirkulasi  Memudahkan  Melakukan
Sirkulasi terjangkau dengan ke salah satu area kepentingan teknis pembenahan pada
kendaraan roda empat masih kurang bagus pengelolaan maupun jalur sirkulasi jalan
maupun roda dua tersebut dengan
karena jalanan yang akses masyarakat
melakukan
terbuat dari tanah menjadi mudah pengaspalan atau
sehingga ketika turun jalan beton
hujan, air tergenang  Diadakan pedestrian
dan menyebabkan untuk memudahkan
jalan menjadi licin akses menuju area
 Sirkulasi pejalan kaki tertentu dan juga
dan untuk sarana jogging track dan
olahraga lari dan jalur sepeda
bersepeda masih
belum ada
7. Vegetasi  Tanaman-tanaman  Pada lahan yang  Tetap menggunakan  Dilakukan sanitasi
yang terdapat di kosong banyak yang tanaman yang ada dan pengelolaan
dalam tapak ditumbuhi gulma dalam tapak sebagai serta pemeliharaan
berkembang biak  Terdapat bau tidak tanaman
tanaman peneduh
dengan baik sedap yang  Penanaman dan
mencemari udara dan tanaman penataan vegetasi
estetika untuk mendapatkan
fungsi yang
maksimal

38
Tabel 3. Lanjutan

Analisis Sintesis
Inventarisasi Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Masalah
1 2 3 4 5
Aspek Sosial

1. Sejarah, Sosial,  Sejak awal  Berdasarkan rencana


dan Budaya dikembangkan, awal pengembang
Perumahan Lavanya perumahan yang
telah didedikasikan menargetkan
untuk menjadi konsumen pada
penunjang perumahan kalangan menengah ke
pada kalangan ekonomi bawah maka sangat
menengah ke bawah relevan untuk
dikembangkan
perumahan Lavanya
dengan lingkungan
yang asri dan
mendukung interaksi
sosial.
2. Aktivitas dan  Terdapat area atau lahan  Terdapat sampah  Pada lahan kosong  Dibuatkan tempat
Pengelolaan yang kosong pada tapak anorganik yang tersebut dapat khusus untuk
yang difungsikan berserakan di pinggir dijadikan ruang ruang pembuangan dan
sementara untuk menjadi area tapak yang tidak yang lebih berfungsi pengelolaan sampah
lapangan tembak oleh ditanggulangi oleh secara umum dan pada perumahan
pengelola perumahan. pengelola perumahan dapat bernilai estetika  Penambahan vegetasi
seperti dibuat area yang dapat
bisnis maupun area meminimalisir bau
untuk rekreasi pada tidak sedap seperti
kawasan Perumahan tanaman yang
Lavanya. memiliki bau khas

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2023

39
Gambar 10. Inventarisasi
40
BAB V

KONSEP PERENCANAAN

5.1 Konsep Dasar

Berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya serta

pendapat dari pengelola Perumahan Lavanya, maka konsep dasar perencanaan

lanskap Perumahan Lavanya ini adalah untuk menciptakan kawasan perumahan

dengan lingkungan yang asri yang dapat mendukung terciptanya interaksi sosial.

Hal ini sejalan dengan pendapat Usman (2015), bahwa manusia sebagai makhluk

sosial tidak lepas dari yang namanya interaksi antara yang satu dengan yang lain

baik individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok

dengan kelompok. Namun, ketika interaksi itu tidak berjalan dengan lancar maka

akan menimbulkan permasalahan dan miskomunikasi, sehingga perlu adanya cara

untuk menjembatani permasalahan tersebut. Pentingnya interaksi dalam hal ini

bertujuan agar setiap masyarakat yang berada di dalam perumahan dapat saling

memahami dan menjalin hubungan dengan baik. Dengan perencanaan ini, ruang

terbuka hijau dan berbagai fasilitas pendukung lainnya dapat termanfaatkan

dengan maksimal oleh berbagai pihak.

5.2 Konsep Pengembangan

Konsep dasar yang telah dibuat akan dikembangkan menjadi beberapa

konsep pengembangan. Konsep pengembangan merupakan konsep penjabaran

dari konsep dasar yang berguna untuk mempermudah dalam pembuatan suatu

perencanaan lanskap. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola

Perumahan Lavanya, bahwa konsep yang akan dikembangkan pada Perumahan

Lavanya adalah dengan menggunakan perbandingan konsep perumahan elit

dengan perumahan sederhana yang berada dalam lingkup perusahaan Ciputra yaitu

41
Perumahan Citraland Celebes dan Perumahan Citra Garden. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui apa saja perbedaan yang ada pada kedua tipe perumahan

tersebut dan bagaimana perbandingannya, sehingga kemudian konsep ini dapat

diterapkan serta diaplikasikan pada Perumahan Lavanya.

Konsep yang ditawarkan dari perumahan Citraland Celebes yaitu “The Art

of Green Living” yang menghadirkan gaya hidup urban modern yang eksklusif,

desain arsitektur mewah di tengah atmosfer yang hijau dan embrace green concept

teknologi yang ramah lingkungan serta fasilitas yang mengakomodasi gaya hidup

sehat penghuninya. Pihak pengembang perumahan ingin menciptakan

keseimbangan dan harmonisasi antara alam dengan kehidupan manusia dengan

menghadirkan keseimbangan antara lingkungan yang hijau dan gaya hidup yang

sehat. Hal ini ditandai dengan adanya fasilitas taman backyard di beberapa tipe

rumah tertentu dan terdapat taman untuk berkumpul dan memperindah suasana

perumahan serta fasilitas fitcentrum pada perumahan ini yang didalamnya terdapat

kolam renang, mini water park, gym, children playground, outdoor restaurant,

plaza water geyser, dan wedding chapel. Selain itu, terdapat juga area bussines

park di bagian depan perumahan dengan bentuk susunan gedung berbentuk ruko

sebagai sarana untuk melakukan aktivitas bisnis dan mendukung kegiatan

perekonomian masyarakat yang ada di perumahan maupun disekitarnya.

Fasilitas-fasilitas ini memungkinkan penghuni untuk dapat melakukan aktivitas

yang sesuai dengan konsep yang diusung serta dapat berinteraksi dengan penghuni

lainnya.

Konsep yang ditawarkan dari perumahan Citra Garden yaitu “The Flavour

of Life” dengan menciptakan ruang dan tempat yang ideal untuk mengakomodasi

kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap keluarga yang hidup di perumahan

42
Citra Garden. Pihak pengembang dari perumahan memiliki prioritas

pengembangan yaitu menyediakan lingkungan yang berkualitas untuk seluruh

masyarakat yang ada di perumahan Citra Garden dengan menerapkan filosofi

Living in Harmony yang merupakan pendekatan yang mensinergikan aspek mind,

body, spirit, and soul untuk menciptakan kebahagiaan hidup dengan lingkungan

yang hijau, nyaman, dan aman. Fasilitas yang terdapat di perumahan Citra Garden

meliputi area komersil untuk kegiatan perbelanjaan di welcome area, kemudian

terdapat foodcourt di bagian tengah perumahan, fitcentrum yang didalamnya

terdapat lapangan futsal, kolam renang, dan children playground, terdapat pula

mini jogging track, serta di sepanjang jalan di dalam klaster terdapat fasilitas gym

outdoor untuk menunjang kegiatan olahraga masyarakat yang tentunya

disesuaikan dengan konsep awal yang dikembangkan oleh pihak pengelola

perumahan.

Berdasarkan perbandingan konsep kedua perumahan diatas, maka

pembagian konsep dan fasilitas yang akan dikembangkan pada perencanaan

Perumahan Lavanya sebagian besar akan diadopsi dari kedua konsep perumahan

yang telah dipertimbangkan dan akan diterapkan pada Perumahan Lavanya.

Pembagian konsep biasanya didasarkan atas fungsi-fungsi dari elemen taman

tersebut. Konsep pengembangan ini meliputi konsep tata ruang, konsep sirkulasi,

konsep tata hijau, konsep fasilitas dan utilitas, serta konsep aktivitas. Dari

beberapa konsep ini diharapkan terciptanya bentuk-bentuk interaksi sosial yang

meliputi kerjasama, akomodasi, toleransi, akulturasi, dan asimilasi.

43
5.2.1 Konsep Tata Ruang

Pengembangan tata ruang ini dibagi menjadi ruang-ruang yang akan

memfasilitasi aktivitas dan kebutuhan seluruh masyarakat perumahan secara

inklusif. Pembagian ruang pada tapak ini bertujuan untuk menyediakan ruang yang

memudahkan aktivitas pengguna sekaligus efektivitas dan efisiensi pada kegiatan

yang mendukung interaksi sosial antar masyarakat perumahan. Pembagian ruang

tersebut terdiri dari ruang penerimaan, ruang bisnis, ruang rumah warga, ruang

pelayanan dan rekreasi serta ruang olahraga (Gambar 11).

a. Ruang Penerimaan

Ruang penerimaan ini merupakan area untuk menyambut kedatangan

masyarakat perumahan maupun pengunjung dari luar perumahan. Pada area

ini terdapat welcome area dengan dua gedung pengelola di sebelah kiri dan

kanan sebagai pintu gerbang utama tapak, landmark tapak, pos sekuriti,

patung khas dari perumahan lavanya dan juga papan informasi mengenai

kawasan perumahan. Luas ruang penerimaan adalah sebesar 0,63 hektare

atau 6329 m2.

b. Ruang Bisnis

Ruang bisnis merupakan area yang berfungsi sebagai pusat ekonomi

dan perbelanjaan yang diletakkan di sepanjang area jalan utama setelah

welcome area. Ruang ini difungsikan sebagai salah satu tempat yang akan

mendukung terjadinya interaksi sosial secara massif dan tentunya akan lebih

menghidupkan Perumahan Lavanya. Luas ruang bisnis adalah sebesar 2,77

hektare atau 27.716 m2.

c. Ruang Hunian Warga


44
Ruang hunian warga merupakan area private yang dikhususkan

untuk masyarakat perumahan yang berada di dalam suatu klaster, dimana

dalam klaster tersebut akan disiapkan beberapa taman dan sarana untuk

berkumpul dan juga melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya.

Luas ruang hunian warga adalah sebesar 12,7 hektare atau 127.675 m2.

d. Ruang Pelayanan dan Rekreasi

Ruang pelayanan merupakan ruang yang memanfaatkan fasilitas

penunjang pada lokasi tapak. Sedangkan ruang rekreasi merupakan area

istirahat dan berkumpul yang dapat dinikmati oleh pengguna tapak dan

pengunjung. Luas ruang pelayanan dan rekreasi adalah sebesar 4,47 hektare

atau 44.669 m2.

e. Ruang Olahraga

Ruang olahraga merupakan area yang difungsikan untuk

memusatkan kegiatan olahraga di dalam perumahan dan juga bertujuan

untuk menciptakan terjadinya interaksi sosial antar sesama warga

perumahan meskipun berada di klaster yang berbeda. Luas ruang olahraga

adalah sebesar 2,76 hektare atau 27.610 m2.

45
46
Gambar 11. Konsep tata ruang

47
5.2.2 Konsep Sirkulasi

Sirkulasi merupakan sarana penghubung antara ruang dan berbagai

fasilitas penunjang pada lokasi tapak. Konsep sirkulasi pada tapak ini ditujukan

untuk memudahkan pengguna tapak dalam mengakses ruang pada tapak dan juga

konsep yang menunjang konsep integrasi antar ruang. Konsep sirkulasi pada

perencanaan ini terbagi dua, yaitu sirkulasi utama dan sirkulasi penunjang (Gambar

12). Hal ini sejalan oleh pendapat Hakim (2012) bahwa hubungan jalur sirkulasi

dengan ruang dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain: (1) Sirkulasi utama

yakni sirkulasi yang dapat dilalui oleh kendaraan baik roda empat maupun roda

dua, dan (2) Sirkulasi pendukung yang dapat berupa pedestrian atau trotoar yang

membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang

perlu dipertimbangkan adalah lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, dan

lampu jalan.

Sirkulasi utama yang dimaksud adalah jalan utama dengan bahan

perkerasan paving blok selebar 8 m yang membentang membelah tapak dari depan

ruang penerimaan hingga ke ujung tapak. Sirkulasi utama ini diperuntukkan untuk

kendaraan roda empat maupun roda dua dan akan menjadi sirkulasi penghubung

antar ruang serta akses ke beberapa ruang yang telah direncanakan. Sirkulasi

penunjang yaitu berupa jalan dengan bahan paving block maupun perkerasan semen

selebar 4 m yang diperuntukkan sebagai jalanan di dalam klaster yang

menghubungkan antara jalan utama dengan jalanan kecil yang ada di beberapa

klaster.

47
Gambar 12. Konsep sirkulasi
48
5.2.3 Konsep Tata Hijau

Konsep tata hijau merupakan penataan penggunaan tanaman pada area-

area dalam tapak yang dimaksud untuk memberikan kesan estetika dan

fungsional. Fungsi tanaman pada perencanaan ini yaitu fungsi penyambut, fungsi

peneduh, fungsi pembatas fisik, fungsi estetika, dan fungsi pengharum udara.

Penambahan dan pemeliharaan vegetasi tanaman dengan tujuan estetika untuk

menambah kesan santai sebagai perumahan dengan lingkungan yang asri juga

perlu dipertimbangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hakim dan Utomo

(2008) bahwa peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan dari

perancanganya tanpa melupakan fungsi dari pada tanaman yang dipilih. Tanaman

tidak hanya memiliki nilai estetika saja, tetapi juga berfungsi untuk

meningkatkan kualitas lingkungan. Fungsi tanaman dapat dilihat dari dua sudut

pandang, yaitu dilihat dari fungsi lingkungan dan fungsi estetika.

a. Fungsi Penyambut

Tanaman sebagai fungsi penyambut bertujuan untuk memberikan kesan

sambutan bagi pengunjung saat memasuki lokasi. Tanaman dengan fungsi

penyambut ini diletakkan di bagian gerbang atau bagian depan tapak

perencanaan. Vegetasi yang digunakan merupakan tanaman yang daunnya

menjuntai dan menarik sehingga memberikan kesan sambutan. Tanaman yang

digunakan adalah tanaman jenis palem dipadukan dengan tanaman perdu.

b. Fungsi Peneduh

Fungsi peneduh pada tanaman merupakan peletakan tanaman pada area

tertentu untuk memberikan naungan dan menciptakan kesan sejuk pada tapak.

Vegetasi ini dapat juga berfungsi sebagai pengendali suhu untuk kenyamanan

pengguna. Vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh merupakan tanaman pohon


49
yang tinggi dan memiliki tajuk yang lebar, padat, dan aman sehingga dapat

memberikan naungan, kesejukan serta kenyamanan bagi warga perumahan dan

pengunjung. Vegetasi tanaman peneduh ini diletakkan di area pedestrian, area

olahraga maupun area rekreasi yang membutuhkan naungan.

c. Fungsi Pembatas

Fungsi dari vegetasi ini yaitu untuk memberikan kesan sebagai pembatas

antar ruang dan pengendali gerak pengguna sehingga tidak menginjak atau

merusak area kawasan. Pembatasan ruang menggunakan tanaman yang

memberikan kesan lembut dibandingkan dengan menggunakan material.

Sepanjang jalan utama untuk kendaraan bermotor maupun untuk pejalan kaki

juga dibatasi dengan tanaman agar masyarakat dapat menikmati suasana privasi

pada perumahan dengan lebih santai dan nyaman. Selain itu, untuk membingkai

pemandangan indah dan membantu menghalangi pemandangan yang terlihat

buruk agar tidak terlihat oleh pengunjung dan penghuni yang berada pada areal

tapak. Fungsi pembatas juga dapat digunakan untuk memberikan kesan dinamis

pada bagian tapak yang terlihat kaku atau monoton. Tanaman yang biasa

digunakan biasanya tanaman yang memiliki massa daun yang padat dan rapat.

d. Fungsi Estetika

Vegetasi yang memiliki fungsi estetika adalah vegetasi yang memiliki

keindahan pada bentuk tajuk, batang, daun maupun bunga. Fungsi estetika

pada vegetasi juga dapat dimunculkan melalui komposisi dan kombinasi yang

sesuai dari warna, bentuk, tekstur serta tinggi yang diseusiakan dengan vegetasi

lain. Hal ini bermaksud untuk memberikan variasi pada tapak sehingga tidak

terlihat monoton dan membosankan. Perpaduan warna, jenis tanaman, dan

bentuk serta pengaturan tata letak merupakan ciri-ciri dari fungsi tersebut.
50
Tanaman fungsi estetika ini terdapat hampir di sepanjang jalan dan semua area

perencanaan, utamanya pada area rekreasi, hunian warga serta zona fasilitas dan

infrastruktur pendukung. Pengaturan penanaman tanaman fungsi estetika

dominannya secara berkelompok atau berderet dengan pengkombinasian

berbagai jenis tanaman. Adapun jenis tanaman yang akan digunakan pada

perencanaan ini mulai dari jenis pohon, perdu, semak hingga tanaman jenis

penutup tanah.

e. Fungsi Pengharum Udara

Konsep ini berfungsi untuk menghasilkan aroma yang harum hingga pada

jarak tertentu dari tempat tumbuhnya. Fungsi ini juga berfungsi untuk

mengalihkan bau yang tidak sedap yang berasal dari tempat pembuangan sampah.

Selain itu, pemilihan tanaman fungsi pengharum udara juga mengikuti fungsi

estetika agar terlihat menarik dipandang (Gambar 13).

51
Gambar 13. Konsep Tata Hijau
52
5.2.4 Konsep Fasilitas dan Utilitas

Konsep fasilitas dan utilitas dalam perencanaan ini bertujuan untuk

menunjang kegiatan teknis dalam perumahan lavanya. Pengadaan fasilitas dan

utilitas harus dengan perencanaan yang matang. Hal yang perlu diperhatikan

adalah kegunaan, peletakan, efisiensi dan estetika. Fasilitas-fasilitas pendukung

yang dapat ditambahkan di lokasi tapak adalah yang dapat berguna untuk

kenyamanan dan pelayanan masyarakat. Adapun utilitas adalah sumber listrik dan

sumber air yang belum memadai, bahkan agar pelaksanaan perencanaan

Perumahan Lavanya berjalan lebih baik perlu dilakukan penambahan dan

perbaikan fasilitas-fasilitas yang belum memenuhi kebutuhan dalam perencanaan

ini.

Fasilitas yang direncanakan pada tapak disesuaikan dengan aktivitas yang

dilakukan pada tapak dengan mempertimbangkan fungsi, bentuk, ukuran, jumlah,

serta letaknya. Fasilitas dan utilitas yang direncanakan berupa gerbang utama,

gedung pengelola, papan informasi, area parkir, gedung ruko bisnis, pos

pengamanan, foodcourt, masjid, toilet umum, gedung serbaguna, taman kecil di

setiap klaster, gazebo, children playground, pergola, meja taman, bangku taman,

tempat sampah, sarana olahraga (jogging track, lapangan mini soccer, lapangan

basket, lapangan tenis, lapangan tembak dan memanah, serta fasilitas olahraga fisik

lainnya), fasilitas outbound yang meliputi (flying fox, jembatan tali, jembatan

gantung, spider net dan juga arung jeram). Adapun utilitas yang akan ditempatkan

pada tapak yaitu lampu jalan, lampu taman, dan tangki penampungan air (Gambar

14).

53
Gambar 14. Konsep Fasilitas dan Utilitas
54
5.2.5 Konsep Aktivitas

Berdasarkan konsep tata ruang dan fasilitas yang disediakan. Hal-hal

yang dapat dilakukan di Perumahan Lavanya berupa aktivitas aktif yang meliputi

berkumpul di gedung serbaguna dan beberapa taman yang ada, berwisata kuliner

di area foodcourt dan area bisnis, melakukan aktivitas olahraga seperti bermain

sepakbola, bermain bola basket, bermain tenis, latihan fisik dan kalistenik, melatih

kemampuan motorik dan sensorik anak di arena children playground serta

mencoba memacu adrenalin di arena outbound. Untuk aktivitas pasif seperti

kegiatan masyarakat di area private yaitu di dalam area masing-masing klaster,

pembuatan video konten sinematik maupun fotografi, ataupun hanya sekedar

merasakan dan menikmati suasana perumahan (Gambar 15).

Suatu perumahan harus didesain untuk mengakomodir berbagai macam

kebutuhan dan aktivitas yang mungkin dilakukan pada area tersebut, baik kegiatan

pasif maupun aktif, formal maupun informal, diperuntukkan untuk berkelompok

maupun untuk perorangan, (Lestarina, 2010).

55
Gambar 15. Konsep Aktivitas
56
BAB VI

PERENCANAAN LANSKAP

Perencanaan Lanskap Perumahan Lavanya berlokasi di Desa Pallantikang

Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa ini terdiri dari rencana hard material dan

rencana soft material serta rencana aktivitas wisata. Dari seluruh perencanaan yang

telah dilakukan, maka diperoleh hasil dalam site plan. Site plan merupakan gambaran

dari keseluruhan proses perencanaan lanskap Perumahan Lavanya Sebagai Kawasan

Yang Mendukung Interaksi Sosial.

6.1 Rencana Hard Material

Rencana hard material merupakan perencanaan komponen-komponen

perkerasan dan bangunan yang direncanakan pengadaannya menurut kebutuhan

ruang agar dapat berfungsi sebagai penunjang kegiatan interaksi sosial dapat

tercapai. Komponen hard material yang ditambahkan dalam tapak adalah gerbang

utama, gedung pengelola, papan informasi, gedung ruko bisnis, pos pengamanan,

foodcourt, masjid, wc umum, gedung serbaguna, taman kecil di setiap klaster,

gazebo, children playground, pergola, meja taman, bangku taman, tempat sampah,

sarana olahraga (jogging track, lapangan mini soccer, lapangan basket, lapangan

tenis, lapangan tembak dan memanah, serta fasilitas olahraga fisik lainnya), fasilitas

outbound yang meliputi (flying fox, jembatan tali, jembatan gantung, spider net dan

juga arung jeram).

6.1.1 Gerbang Utama

Gerbang utama adalah tempat keluar atau masuk ke dalam suatu kawasan

perumahan yang terbuat dari terali besi maupun bangunan yang berdiri dan biasanya

dikelilingi pagar atau dinding. Gerbang berguna untuk mencegah atau mengendalikan


57
arus keluar masuknya masyarakat perumahan . Gerbang dapat bersifat sederhana hanya

berupa bukaan sederhana pada sebuah pagar, maupun dekoratif dan bahkan

monumental. Ukuran gerbang utama ini sekitar 1,5 m x 1,5 m.

6.1.2 Gedung Pengelola

Gedung pengelola bertujuan untuk memberikan fasilitas kepada pengelola

dan pegawai agar dapat memaksimalkan pengelolaan Perumahan Lavanya. Segala

kegiatan dalam perumahan lavanya diatur dan dikelola dalam gedung tersebut.

Gedung pengelola terdapat dua bangunan yakni bangunan gedung sebelah barat

merupakan gedung kantor pemasaran dan gedung bagian timur merupakan area

khusus untuk pengelola. Dalam gedung terdapat ruang kepala pengelola, ruang

pegawai, ruang rapat, ruang aula, toilet dan gudang alat. Ukuran gedung pengelola

adalah 16 m x 9 m.

6.1.3 Papan Informasi

Fasilitas ini merupakan salah satu fasilitas yang direncanakan dalam tapak

dimana papan informasi ini terdapat di sebelah gedung pengelola. Papan informasi

berisi tentang letak, fungsi dan arah menuju area-area dalam tapak. Hal ini bertujuan

untuk agar pengunjung di luar dari masyarakat perumahan dapat lebih mudah

mengenali lokasi pada tapak. Papan infromasi tersebut terbuat dari bahan besi

sebagai rangka dengan panjang 10 meter dengan tambahan lampu neon box

didalamnya.

6.1.4 Gedung Ruko Bisnis

Gedung ruko bisnis ruko merupakan tempat yang berfungsi sebagai tempat

usaha yang dinilai dapat meningkatkan pendapatan para pelaku usaha, karena

biasanya ruko bisnis dibangun di lokasi strategis dan dijadikan rujukan bagi

masyarakat sekitar untuk mencari barang atau jasa yang dibutuhkan.

58
6.1.5 Pos Pengamanan

Pos pengamanan yang diisi oleh satuan pengamanan (satpam) bertujuan untuk

memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengelola dan juga masyarakat

perumahan dalam melakukan aktivitas dalam tapak dan menciptakan situasi

kondusif di dalam tapak, serta antisipasi kriminalitas seperti pencurian,

penjambretan, penculikan, copet, dan tindak kriminalitas lainnya. Dalam

perencanaan pos pengamanan memiliki luasan 3 m x 3 m.

6.1.6 Area Parkir

Area parkir merupakan ruang pelayanan yang disediakan untuk pengunjung

perumahan maupun masyarakat yang ingin mengunjungi area bisnis dan foodcourt

pada perumahan lavanya. Area ini dapat menampung kendaraan mobil, motor dan

sepeda. Area parkir juga dilengkapi dengan rambu penanda area parkir. Permukaan

lantai menggunakan sistem perkerasan paving block. Sistem perkerasan paving block

dipilih karena memiliki kemampuan yang baik dalam menyerapkan air ke dalam

tanah. Hal ini mendukung strategi pembangunan berdampak rendah dalam

menciptakan ruang terbuka yang berkelanjutan.

6.1.7 Foodcourt

Foodcourt terdiri dari kios-kios yang menjajakan makanan ringan hingga

makanan berat untuk masyarakat, pengelola maupun pengunjung. Di Foodcourt

dengan luas sekitar 25m x 30 m ini tersedia makanan olahan buah dan sayur yang

dibudidayakan oleh masyarakat di sekitar tapak sehingga dapat membantu

meningkatkan pendapatan masyarakat yang ada di sekitar perumahan.

6.1.8 Masjid

Masjid dalam perencanaan ini bertujuan untuk memberikan fasilitas ibadah

59
kepada umat muslim yang berada di perumahan lavanya . Masjid dengan luasan

sekitar 25 m x 25 m tersebut dilengkapi fasilitas toilet dan tempat wudhu demi

kenyamanan penggunaannya.

6.1.9 Toilet Umum

Toilet umum merupakan fasilitas umum yang wajib ada dalam setiap area

publik. Pada perencanaan ini, Terdapat tiga toilet umum yang terletak di berbagai

ruang perumahan. Adapun ukuran dari wc umum yaitu 5 m x 4 m x 3,25 m.

6.1.10 Gedung Serbaguna

Gedung serbaguna dapat dijadikan sebagai wadah untuk membangun

integrasi fisik maupun fungsi dari komponen sosial masyarakat sehingga dapat saling

melengkapi, dan menunjang, serta menciptakan lingkungan baru yang harmonis.

Dengan begitu gedung serbaguna yang akan direncanakan pada tapak ini akan

memberikan banyak manfaat dalam menunjang interaksi sosial, seperti acara rapat,

pertemuan, kegiatan kesenian dan kegiatan umum lainnya. Adapun ukuran dari

gedung serbaguna ini yaitu 32 m x 15 m.

6.1.11 Taman Kecil Setiap Klaster

Taman kecil di setiap klaster menjadi salah satu pertimbangan yang cukup

penting bagi para calon konsumen user pada perumahan. Terutama jika area

perumahan yang memiliki klaster yang tertutup sehingga masyarakat didalam

perumahan tersebut tidak bisa saling berinteraksi. Maka dari itu kehadiran taman di

setiap klaster tentunya dapat menunjang aktivitas sosial untuk para penghuninya.

6.1.12 Gazebo

Gazebo merupakan salah satu fasilitas yang berada di dalam tapak. Gazebo

berfungsi untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung dengan menyediakan

fasilitas beristirahat setelah berkeliling tapak. Gazebo pada tapak dengan ukuran 4 m

60
x 4 m dan memiliki atap sebagai peneduh.

6.1.13 Children Playground

Children playground adalah tempat yang dirancang bagi anak-anak untuk

melakukan aktivitas bermain dengan bebas untuk memperoleh keriangan, kesenangan

dan kegembiraan serta sebagai sarana mengembangkan kemampuan kognitif,

sosial, fisik, serta kemampuan emosinya. Aktivitas bermain dapat dilakukan di

ruang terbuka maupun pada ruang tertutup yang dilengkapi beberapa

peralatan/fasilitas permainan rekreasi serta sarana penunjang lainnya.

6.1.14 Pergola

Pada perencanaan kawasan perumahan lavanya, pergola digunakan sebagai

tempat tumbuh merambatnya tanaman merambat yang memberikan kesan estetik dan

mengeluarkan aroma harum. Pergola yang digunakan berbahan dasar kayu dengan

ukuran panjang 4,5 m, lebar 3 m dan tinggi 2 m.

6.1.15 Meja Taman

Meja taman pada desain ini merupakan salah satu fasilitas yang terdapat pada

area yang teduh. Meja taman berfungi sebagai tempat peristirahatan dan tempat untuk

berkumpul serta melakukan interaksi sosial. Meja taman ini ditempatkan di bawah

pohon peneduh. Meja taman ini berbahan dasar semen yang memiliki ukuran dengan

diameter 3 m dan tinggi 0,85 m dan bangku dengan lebar 0,72 m dan tinggi 0,40 m

sehingga diameter keseluruhan yaitu 4,80 m.

6.1.16 Bangku Taman

Bangku taman pada tapak merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di ruang

pelayanan dan rekreasi. Bangku taman berfungsi sebagai tempat istirahat pengunjung

dan masyarakat. Bangku taman pada tapak berbahan dasar kayu yang ditempatkan di

bawah pohon peneduh yang berukuran 0,7 m x 1,5 m x 1 m. Adapun bangku taman

61
berbahan dasar semen yang berada di taman teduh dan ditempatkan di bawah pohon

peneduh 0,5 m x 1,5 m x 0,5 m.

6.1.17 Tempat Sampah

Tempat sampah disediakan di seluruh hunian warga dan juga di beberapa

ruang yang lain dengan posisi letak yang mudah untuk dijangkau oleh seluruh

masyarakat maupun pengunjung perumahan. Tempat sampah yang direkomendasikan

adalah jenis Krisbow berbahan dasar plastik dan memiliki roda dengan daya tampung

mencapai 240 liter.

6.1.18 Sarana Olahraga

Fasilitas olahraga merupakan sarana olahraga yang begitu penting bagi

penunjang kesehatan tubuh. Masyarakat yang ada di perumahan dengan kegiatan

yang begitu sibuk dan padat tentunya akan merasakan manfaat dengan adanya

fasilitas olahraga di kawasan tempat tinggal. Beberapa sarana olahraga yang akan

direncanakan pada tapak ini yaitu jogging track, lapangan mini soccer, lapangan

basket, lapangan tenis, lapangan tembak dan memanah, serta fasilitas olahraga fisik

lainnya.

6.1.19 Sarana Outbound

Fasilitas outbound merupakan sarana bermain yang dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan satu kenyamanan tersendiri bagi masyarakat maupun

pengunjung yang dating di perumahan lavanya. Fasilitas outbound yang direncakan

dalam tapak akan ditempatkan dalam kawasan terbuka hijau yang juga dapat

dijadikan sebagai area perkemahan mini. Selain itu, masyarakat dan pengunjung juga

dapat menikmati wahana bermain yang terdiri dari beberapa jenis seperti flying fox,

jembatan tali, jembatan gantung, spider net dan juga arung jeram.

62
6.2 Rencana Soft Material

Rencana soft material merupakan elemen tanaman yang terdapat pada tapak.

Keberadaan tanaman akan memberikan keindahan visual pada setiap bagian taman,

mulai dari bentuk, ukuran, warna, maupun tekstur tanaman. Tanaman yang digunakan

dalam perencanaan kawasan perumahan lavanya terdiri dari tanaman fungsi

penyambut, fungsi estetika, fungsi peneduh, fungsi pembatas fisik, dan fungsi

pengharum udara. Tanaman yang dipilih disesuaikan berdasarkan kondisi tapak dan

syarat tumbuh tanaman.

6.2.1 Fungsi Penyambut

Fungsi ini terletak dijalan utama atau dekat dengan gerbang utama. Hal

tersebut bermaksud untuk memberikan kesan sambutan kepada masyarakat maupun

pengunjung yang memasuki kawasan Perumahan Lavanya ini. Pemilihan tanaman

pun mempertimbangkan jenis tanaman, bentuk, nilai estetika sehingga terdapat

suasana penyambutan yang ramah dan menarik.

6.2.2 Fungsi Estetika

Tanaman dengan fungsi estetika sebagai pelengkap suasana perumahan

yang memberikan pemandangan yang menyegarkan dan tidak monoton. Keindahan

yang diciptakan berdasarkan adanya kombinasi bentuk, warna, dan ukuran antar

tanaman.

6.2.3 Fungsi Peneduh

Tanaman dengan fungsi peneduh berada di area-area yang membutuhkan

naungan untuk kenyamanan aktivitas dalam tapak perencanaan ini. Oleh karena

fungsinya sebagai naungan, maka tanaman yang digunakan memiliki tajuk lebar dan

padat serta memiliki tinggi yang menunjang dan aman untuk kegiatan di

sekitarnya.
63
6.2.4 Fungsi Pembatas Fisik

Fungsi ini merupakan fungsi pembatas antar ruang yang ada dalam tapak

dan pandangan untuk menghindari kesan keras dan kaku dari pembatas pagar atau

tembok beton. Penggunaan tanaman pembatas ini secara berderet dengan jarak tanam

yang rapat sehingga dapat menutupi pandangan yang tidak ingin ditonjolkan. Namun

pembatas ruang yang tidak perlu batasan pandangan yang cukup dengan

menggunakan tanaman perdu yang tidak terlalu tinggi namun tetap dapat

memberikan kesan batasan pada ruang tersebut.

6.2.5 Fungsi Pengharum Udara

Tanaman dengan fungsi pengharum udara digunakan sebagai alternatif

pengendali bau menyengat maupun tidak sedap pada suatu daerah. Tanaman

dengan fungsi pengharum udara memiliki manfaat lain yaitu dapat menyerap gas

dan bahan kimia beracun yang berbahaya serta dapat mengganggu pernapasan.

Tabel 4. Jenis tanaman yang dapat digunakan pada tapak perencanaan

No Nama Lokal Nama Latin Fungsi


1. Palem ekor tupai Wodyetia bifurcate Penyambut
2. Pangkas kuning Duranta repens Penyambut
3. Bakung Crynum asiaticum Penyambut
4. Agave Agave americana L. Estetika
5. Puring Codiaeum variegatum Estetika
6. Geranium Geranium L. Estetika
7. Lili paris Chlorophytum comosum Estetika
8. Pucuk merah Syzygium myrtifolium Estetika
9. Angsana Pterocarpus indicus Peneduh
10. Ketapang kencana Terminlia mantaly Peneduh
11. Mangga Mangifera indica Peneduh
12. Asoka Saraca asoca Pembatas fisik
13. Glodokan tiang Polyathea longifolia Pembatas fisik
14. Cemara kipas Casuarina equisetifolia Pembatas fisik
15. Lavender Lavandula officinalis Pengharum udara
16. Sedap malam Polianthes tuberosa Pengharum udara
17. Kemuning Murraya paniculata Pengharum udara

64
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2023

6.3 Rencana Aktivitas

Aktivitas yang direncanakan pada tapak berupa kegiatan-kegiatan umum

dalam keluarga seperti aktivitas wisata kuliner, pemandangan alam, berolahraga, dan

wisata hiburan yang sesuai dengan kondisi tapak pada Perumahan Lavanya.

Aktivitas wisata kuliner pada tapak berupa kegiatan kunjungan ke area foodcourt

maupun area bisnis untuk menikmati beraneka ragam makanan dan minuman yang

dijual pada area tersebut. Aktivitas wisata pemandangan alam yaitu menikmati

pemandangan alam yang ada di Perumahan Lavanya dengan cara duduk di suatu

taman dengan metode feel of the land pada tapak yang disediakan. Aktivitas olahraga

pada tapak berupa kegiatan olahraga pada umumnya yang dilakukan oleh masyarakat

dengan sarana olahraga yang telah disediakan di dalam tapak. Aktivitas wahana

hiburan pada tapak berupa wahana arung jeram, flying fox, jembatan tali, jembatan

gantung, spider net dan juga perkemahan.

Perencanaan lanskap Perumahan Lavanya dituangkan ke dalam suatu site

plan yang merupakan penggabungan dari beberapa konsep yang telah direncanakan

yakni konsep tata ruang, sirkulasi, tata hijau, fasilitas dan utilitas, serta konsep

aktivitas (Gambar 16).

65
Gambar 16. Site Plan
66
67
Gambar 17. Ruang Penerimaan

68
Gambar 18. Ruang Bisnis

69
Gambar 19. Ruang Olahraga
70
71
Gambar 20. Ruang Rekreasi

72
Gambar 21. Klaster A dan B

73
Gambar 22. Klaster C dan D

74
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kawasan Perumahan Lavanya direncanakan dengan pengembangan

beberapa fasilitas yang mendukung interaksi sosial sehingga baik masyarakat

maupun pengunjung di Perumahan Lavanya dapat merasakan kenyamanan dalam

melakukan kegiatan dan juga menjalankan kehidupan sehari-hari dengan

menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial. Adapun fasilitas yang dikembangkan

untuk mendukung interaksi sosial yaitu taman pada setiap klaster, children

playground, gedung serbaguna, foodcourt, sarana olahraga, dan sarana outbound.

Serta penambahan beberapa jenis vegetasi yang dapat menunjang estetika dan

kenyamanan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari yaitu, palem ekor tupai,

ketapang kencana, glodokan tiang, asoka, agave, dan lili paris. Pentingnya interaksi

dalam penelitian ini agar setiap masyarakat yang berada di dalam perumahan dapat

saling memahami dan menjalin hubungan dengan baik.

7.2 Saran

Hasil perencanaan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan rekomendasi

bagi pengembang dan pengelola kawasan Perumahan Lavanya kedepannya dan

sebaiknya dilanjutkan dalam bentuk pelaksanaan dengan beberapa pertimbangan yang

baik.

75
DAFTAR PUSTAKA

Abraham Maslow. 1995. Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan


Pendekatan hierarki Kebutuhan Manusia). Jakarta: PT PBP.

Ahmadi A. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Alyusi, S.D. 2016. Media Sosial :Interaksi, Identitas, dan Modal Sosial. Jakarta :
Kencana

Arifin, S. 2014. Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau Kecamatan Kota Tengah Kota
Gorontalo. Jurnal Radial STITEK Bina Taruna Gorontalo, 1(1): 1-8.

Arifin, H. S. dan Nurhayati 2000 Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Arifin, H. S. dan N. H. S. Arifin 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VIII Edisi


Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Asril. 2008. Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun Kecamatan Tenjolaya


Kabupaten Bogor. Repository.umy.ac.id. Yogyakarta : Fakultas Pertanian.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Budihardjo, E. 1992. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Semarang: Alumni Press.

Carpenter, P. L., T. D. Walker, dan F O Lanphear 1975. Plants In The Landscape. San
Fransisco : WH Freeman and Co.

Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design .New York: McGraw- Hill Book
Company.

Fitri, A., Invanni, 1. & Amal, A. The Level of Needs Green Open Space. LA
GEOGRAFIA, 18(2) 90-98

G Tamboeo, JO Waani, S Tilaar- SPASIAL, 2016 Dampak Sosial Dari Pola


Perumahan Permata Asri Pineleng-ejournal.unsrat.ac.id. Manado : Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Hakim, R. 2000. Arsitektur Lansekap Manusia, Alam dan Lingkungan. Universitas


Trisakti. Jakarta. 203 hlm.
Hakim, R. dan H. Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:
Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta. 126 hlm.

Hakim, R. 2012, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Prinsip-Unsur dan


Aplikasi Desain. Edisi kedua. Jakarta: Buri Aksara

Lestarina, Rizky P. 2010. Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI
Yograyakarta [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

76
Mulyanie, E, 2019, Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Berbasis
Masyarakat di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Jurnal Meta edukasi,
Volume 1 No. 2

Nasution 2013. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar .Jakarta:
Bumi Aksara

Pratiwi, C. 2011. Skripsi: Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Di Kawasan


Perumahan Pegambiran Residence Cirebon Jawa Barat. Bandung.
Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Prihatiningsih, Y., dkk. 2013. “Kajian Perencanaan Ruang Terbuka Hijau


Permukiman di Kampung Brambangan Dan Perumahan Sambak Indah,
Purwodadi,” dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. ISBN 978-602- 17001-1-2.

Putri, Winda Destiana. 2016 Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Masih Minim.
Koran Online, Bandung: Republika.co.id.

Rismunandar. 1993. Tanah dan Seluk Beluknya Bagi Pertanian. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.

Roem, E.R. dan Sarmiati. 2019. Komunikasi Interpersonal. Purwokerto : CV IRDH

S Nugroho, W Widjaja, DN Aulia - KEARIFAN LOKAL. 2016. Pemetaan Pola


Interaksi Sosial Pada Perumahan Terencana Di Kota Medan - repositori.uin-
alauddin.ac.id

Setyabudi, M.N.P dkk. 2021. Harmoni Dalam Keragaman : Jejak Budaya Toleransi
di Manado, Bali, dan Bekasi. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Simonds, J. O. 2006. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Book Co.

Soekanto, S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Sterloff, R. E. dan R. Warren, 1984. Park and Recreation Maintenance Management.


California: John Wiley and Sons Inc.

Usman, S. 2015. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka


PelajarWarsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar.Yogyakarta: Andi Offset.

Wright, T.W.D. 1982. Large Garden and Parks: Maintenance Management and
Design. London: Granada Publishing Ltd.

77
LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN
PIHAK PENGELOLA PERUMAHAN LAVANYA

1. Perusahaan Ciputra Group meliputi perumahan apa saja yang ada di lingkup kota

makassar dan kab. Gowa ?

2. Apakah Perumahan Tallasa City yang terdapat pada jalanan masuk tol juga

merupakan bagian dari Ciputra Group?

3. Perumahan Lavanya berdiri sejak tahun berapa ?


4. Berapa luasan Perumahan Lavanya yang sekarang dan yang akan dikembangkan ?

5. Berapa banyak hunian yang sudah ada di Perumahan Lavanya ?

6. Berapa persen dari luasan perumahan yang akan dibangun untuk hunian warga dan

berapa persen fasilitas yang akan dibangun untuk menunjang aktivitas warga di

Perumahan Lavanya ?

7. Berapa jumlah penduduk saat ini yang ada di Perumahan Lavanya ?


8. Berasal dari mana sajakah penduduk yang ada disana, apakah 100 % warga asli
Makassar dan Gowa atau ada juga yang berasal dari pulau sulawesi ?

9. Apa saja fasilitas umum yang terdapat pada Perumahan Lavanya ?

10. Apakah fasilitas yang ada sudah memadai untuk menunjang interaksi sosial pada
masyarakat perumahan ?

11. Bagaimana sistem pengelolaan sampah di dalam perumahan ? Apakah ada truk

sampah yang datang mengambil ataukah hanya dibuang di suatu tempat yang terdapat

lahan kosong ?

12. Bagaimana sistem pengelolaan pengairan di perumahan jika terjadi musim kemarau

atau terjadi kekurangan air ?

13. Apakah ada tandon tempat penampungan yang besar yang dimiliki perumahan

ataukah air PDAM langsung dialirkan ke rumah warga ?

78
14. Fasilitas lapangan tembak yang ada sekarang bagaimana pengelolaannya ? Apakah

masih aktif digunakan dan akankah di area lapangan tembak tersebut akan dijadikan

lapangan tembak juga pada konsep dari pihak perumahan ?

15. Pada konsep Perumahan Lavanya dari pihak developer, konsep ramah lingkungan

seperti apakah yang akan dikembangkan pada Perumahan Lavanya ?

16. Apakah anda setuju jika saya melakukan penelitian dengan menawarkan konsep
perencanaan Kawasan Perumahan Lavanya yang mendukung interaksi sosial ?

17. Apakah ada saran dari anda selaku pihak pengelola kepada saya selaku mahasiswa
yang ingin melakukan penelitian di perumahan ini ?

79
RIWAYAT HIDUP

Nama saya Muh. Yasril Hidayat Al-Hasni (G011191121), saya adalah mahasiswa

Program Studi Agroteknologi, Departemen Budidaya Pertanian, Peminatan Arsitektur

Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin angkatan tahun masuk 2019. Saat ini

saya berdomisili di Kota Makassar, tepatnya di Kompleks Yayasan Perumahan Pegawai

Kantor Gubernur Blok K9 No. 1, Jl. Paccerakkang, Daya. Saya merupakan anak pertama dari

tiga bersaudara, ayah saya H. Alimuddin Hasyam, SKM.,M.Kes dan ibu Hj. Rosni, S.St

dengan pekerjaan masing-masing sebagai Pegawai Negeri Sipil. Kedua adik saya berjenis

kelamin perempuan dengan nama Athira Dwi Salsabila dan Afiya Khaira Azzahra. Saya

dilahirkan di Kota Bau-bau, Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 9 Februari 2001 dan

dibesarkan disana hingga bersekolah di TK Setia Bau-Bau dan duduk di bangku kelas 1 SD.

Setelah itu saya pindah sekolah ke SD Negeri 27 Padang-Padang, Kecamatan Belopa,

Kabupaten Luwu pada tahun 2008. Dilanjutkan dengan pendidikan menengah pertama di

SMPN 3 Belopa pada tahun 2013 dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 01

Unggulan Kamanre pada tahun 2016 hingga tamat di tahun 2019 dan setelah itu saya masuk

di Universitas Hasanuddin.

Beberapa organisasi yang pernah saya ikuti diantaranya adalah Ketua 2 Osis SMAN

01 Unggulan Kamanre tahun 2018, Gudep Ambalan Batara Guru 09.001, Wakil Menteri

Koordinator Bidang Esternal Ikatan Alumni SMAN 01 Unggulan Kamanre, UKM Bolatani,

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Awardee Beasiswa Unggulan

Kemendikbudristek Tahun 2020, Ketua Unit Drum Corps Gerakan Pramuka Universitas

Hasanuddin Tahun 2021, Pelatih Marching Band SD dan SMP Plus Al-Ashri Makassar, dan

saya juga pernah merintis usaha minuman es kopi dalgona pada tahun 2021. Adapun

beberapa media sosial saya diantaranya WA : 082394535883, Facebook : Yasril Aril,

Instagram : yasrilhdyt.

80

Anda mungkin juga menyukai