Oleh
SUHARDIMAN
G 621 06 022
i
ZONASI TINGKAT KERAWANAN BANJIR DENGAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA
SUB DAS WALANAE HILIR
SKRIPSI
Oleh
SUHARDIMAN
G 621 06 022
ii
iii
Suhardiman. (G 621 06 022). “Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir Dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) Pada Sub Das Walanae Hilir” Dibawah
Bimbingan, Dr. Suhardi, S.TP, MP dan Ir. Abdul Waris, MT
RINGKASAN
Banjir merupakan bencana alam paling sering terjadi, baik dilihat dari
intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi kejadian dalam setahun
yaitu sekitar 40% di antara bencana alam yang lain. Salah satu Sub DAS yang
terdapat di bagian Hilir DAS Walanae yaitu Sub DAS Walanae Hilir. Sub DAS ini
memilki luas sekitar 155.137,405 Ha yang bermuara pada DAS Walanae. Sub
DAS ini merupakan Sub DAS yang stategis karena berdekatan dengan Sub DAS
Walanae Tengah dan Sub DAS Cendrana yang merupakan pemasok air pada
daerah bone, wajo dan soppeng.
Peta kerawanan banjir merupakan bagian dari sistem peringatan dini
(early warning system) dari bahaya dan resiko banjir sehingga akibat dari
bencana banjir dapat diperkirakan dan pada akhimya dapat diminimalkan. Peta
tersebut diperoleh dengan menggunakan Teknik SIG (Sistem Informasi
Geografis) berdasarkan metode analisis, penilaian, pembobotan dan proses
tumpang susun (overlay) berdasarkan faktor meteorologi dan karakteristik
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berpengaruh terhadap terjadinya banjir
Dari peta kerawanan banjir didapat bahwa Sub DAS Walanae terdiri dari
tiga kelas kerawanan banjir yaitu : kelas Kurang Rawan Banjir dengan luas
23.788,17 ha dengan persentase yaitu 15.33%, kelas Rawan Banjir dengan luas
85.602,92 ha dengan persentase yaitu 55.18%, kelas Sangat Rawan Banjir
dengan luas 45.746,32 ha dengan persentase yaitu 29.49%. Kecamatan yang
memiliki luas kelas kerawanan sangat rawan yang paling tinggi adalah
kecamatan Cendrana dengan luas 8.443.33 ha dengan persentase yaitu 5.44%
diikuti Kec. Duabaccoe dengan luas 6.984.59 ha dengan persentase yaitu
4.50%, dan Pammana dengan luas 6.566.46 ha dengan persentase yaitu 4.23%
dari jumlah total wilayah Sub DAS Walanae Hilir. Daerah ini mempunyai daerah
sangat rawan banjir yang luas dipengaruhi oleh faktor yaitu : kelas lereng yang
umumnya datar (0 - 8%), Ketinggian 08 – 12,5 mdpl tekstur tanah dengan kriteria
Sangat halus,, Penggunaan Lahan yang didominasi sawah, kebun campuran,
tubuh air, tambak, merupakan daerah aliran sungai dan ketinggian lahan yang
rendah. Saran yang dapat diberikan adalah, Untuk mendapatkan hasil yang
optimal pada penelitian lebih lanjut sebaiknya mengunakan wilayah cakupan
yang lebih kecil dan diverifikasi dengan kejadian-kejadian banjir yang pernah
terjadi.
iv
RIWAYAT HIDUP
SD Inpres Paccerakkang Makassar, masuk tahun 1993 dan tamat tahun 2000.
SLTP Negeri 11 Makassar, masuk tahun 2000 dan tamat tahun 2003.
SMA Negeri 06 Makassar, masuk tahun 2003, dan tamat tahun 2006.
Melalui jalur seleksi SPMB, Penulis diterima di Program Studi Teknik Pertanian,
pernah menjadi Asisten mata kuliah Dasar Ilmu Ukur Wilayah, Mekanisasi
anggota Agritec Study Club (TSC) dan menjadi pengurus HIMATEPA UH periode
2008/2009, Anggota UKM Bola Voli UNHAS dan aktif sebagai pengurus inti pada
v
KATA PENGANTAR
kepada :
1. Dr. Suhardi, S.TP, MP dan Ir. Abdul Waris, MT sebagai dosen pembimbing
2. Segenap Pegawai dan Staf Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP-
divisi Seksi Monitoring dan Evaluasi DAS, Ibu Ir. Lely Mardawati D, MP,
Bapak Jamaluddin, S.Hut, dan Bapak Sulking Rifai S,Hut, atas kerjasamanya
3. Terima kasih kepada kanda Syahrul Belantara SP, Kanda Sulfian S.Si,
Sodara Rahmat STP, Sodara Zulkifli ZA, STP dan Sodari Mariana Ekha
Safitra Atas bimbingan, motivasi selama ini dan kerjasamanya selama penulis
4. Secara khusus Ayahanda Usman Oce dan Ibunda A. Hartini Ahmad, dan
vi
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari kesalahan karena keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu saran dan kritik
dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian dan menjadi berkat bagi kita semua
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
III. METODOLOGI
viii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 7 Pembagian jenis tanah dan tekstur tanah sub das walanae hilir .. 22
Tabel 15 Nilai Tingkat Kerawanan Banjir (TKB) Sub DAS Walanae Hilir ..... 37
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 Peta Curah Hujan Tahunan Sub DAS Walanae Hilir ................. 30
Gambar 3 Peta Lereng Sub DAS Walanae Hilir, DAS Walanae .................. 31
Gambar 4 Peta Ketinggian Sub DAS Walanae Hilir, DAS Walanae ............ 32
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Nomor Judul Halaman
xii
I. PENDAHULUAN
dari intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi kejadian dalam
setahun yaitu sekitar 40% di antara bencana alam yang lain. Bahkan pada
ketahanan pangan daerah tersebut dan secara nasional terlebih jika terjadi
Salah satu Sub DAS yang terdapat di bagian Hilir DAS Walanae yaitu
Sub DAS Walanae Hilir yang merupakan Sub DAS prioritas pertama. Sub
DAS ini memilki luas sekitar 155.137,41 ha yang bermuara pada DAS
Walanae. Sub DAS ini merupakan Sub DAS yang stategis karena
berdekatan dengan Sub DAS Walanae Tengah dan Sub DAS Cendrana
yang merupakan pemasok air pada daerah Bone, Wajo dan Soppeng
1
butuhkan sebuah peta yang dapat membantu sebagai bahan informasi
(early warning system) dari bahaya dan resiko banjir sehingga akibat dari
Peta tingkat kerawanan banjir yang baik adalah peta yang memiliki tingkat
terhadap terjadinya banjir. Teknik SIG ini mempunyai kelebihan dalam hal
yang rawan terjadinya banjir pada sub DAS Walanae Hilir yang meliputi
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Banjir
Control bahwa banjir memiliki dua arti yaitu (1) meluapnya air sungai
disebabkan oleh debit sungai yang melebihi daya tampung sungai pada
keadaan curah hujan yang tinggi dan (2) banjir merupakan genangan pada
atau tidaknya suatu daerah terkena banjir dengan didasarkan pada faktor-
(intensitas curah hujan, distribusi curah hujan, frekuensi dan lamanya hujan
(Suherlan, 2001).
saluran alami atau sungai selama dan sesudah hujan besar. Pengendalian
banjir ini merupakan salah satu fase masalah teknik yang terlibat di dalam
maka akan didapatkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap banjir, yaitu
3
Sedangkan karakteristik fisik DAS yang berpengaruh terhadap terjadinya
lahan, dan testur tanah. Dan manusia berperan pada percepatan perubahan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu
ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air
pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Penyebab utama banjir
adalah hujan deras yang turun di DAS. Tebal hujan yang tinggi yang
banjir daripada curah hujan yang turun pada DAS dengan tebal yang
rendah. Hal ini disebabkan curah hujan dengan tebal yang tinggi akan
(Loebis, 1992).
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik yang tertentu biasa
4
sesaat pada keadaan hujan yang deras tidak dapat dibuat peta
pula halnya tebal hujan pada puncak hujan selama satu bulan tidak
yang panjang.
aturan sebagai berikut yaitu : semakin tinggi tebal curah hujan maka
5
skor untuk tingkat kerawanan semakin tinggi. Pada Tabel 1 disusun
semakin tinggi. Air yang berada pada lahan tersebut akan diteruskan
semakin cepat air mengalir dari DAS tersebut dan semakin pendek
6
digunakan untuk mengetahui kemiringan lereng. Kemiringan lereng
Walanae, 2010).
semakin tinggi. Air yang berada pada lahan tersebut akan diteruskan
7
2.2.3 Ketinggian (Elevasi) Lahan
2012b).
ketinggian yang lebih tinggi lebih kecil daripada skor untuk kelas
8
2.2.4 Testur Tanah
pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan
ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran
kejadian banjir yang rendah. Hal ini disebabkan semakin halus tekstur
skor untuk daerah yang memiliki tekstur tanah yang semakin halus
9
Tabel 5. Pemberian Skor Parameter Tekstur Tanah
No. Kelas Skor
1 Sangat halus 9
2 Halus 7
3 Sedang 5
4 Kasar 3
5 Sangat kasar 1
Sumber: Primayuda (2006)
hasil dari hujan yang telah melebihi laju infiltrasi. Daerah yang banyak
dan batang pohon. Lahan yang banyak ditanami oleh vegetasi maka
air hujan akan banyak diinfiltrasi dan lebih banyak waktu yang
Lahan yang banyak ditanami oleh vegetasi maka air hujan akan
kecil daripada daerah yang tidak ditanami oleh vegetasi. Pada Tabel 6
10
Tabel 6. Pemberian Skor Parameter Pengunaan Lahan
No. Kelas Skor
1 Tubuh Air (Danau dan Sungai) 9
2 Tambak 9
3 Sawah 8
4 Hutan Mangrove 7
5 Permukiman 6
7 Padang Rumput 5
8 Kebun campuran 3
9 Hutan 1
Sumber: Primayuda (2006)
komponen utama terdiri dari sumber daya alam (tanah, air dan vegetasi) dari
merupakan sistem yang kompleks dan heterogen yang terdiri atas beberapa
(Soemarto 1987).
dialiri oleh sebuah sistem sungai yang saling berhubungan sedemikian rupa
11
topografi yang dengan sesuatu atau berbagai cara memberi sumbangan
debit kepada sungai yang ada. Dan menurut Webster (1976) dalam
(Suherlan, 2001), bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan
Mengingat DAS yang besar pada dasarnya tersusun dari DAS-DAS yang
kecil, dan DAS yang kecil ini juga tersusun dari DAS-DAS yang lebih kecil
lagi. Secara umum DAS dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah, yang
dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit-bukit atau gunung, maupun
batas buatan, seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan yang turun di
(Suripin, 2004).
geografis, yang terdiri dari dua kelompok, yaitu data grafis dan data
atribut. Data grafis tersusun dalam bentuk titik, garis, dan poligon.
12
Menurut ESRI (1999), Sistem Informasi Geografis (SIG)
pemakai.
13
karena berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data spasial.
1. Proses Digitasi
14
2. Mentransformasikan hasil digitasi ke dalam koordinat bumi
coverage lain.
suatu objek, kejadian (fenomena), atau area melalui analisis data yang
atau area yang diamati. Dengan demikian bidang penginderaan jauh sering
15
sensor-sensor lain yang dibawa oleh wahana pengangkut (platform) yang
dapat bergerak cepat. Salah satu aktifitas di bidang penginderaan jauh yang
balon udara dan pesawat terbang. Aktifitas yang lain adalah perekaman data
bumi. Selain itu, proses perekaman data citra digital satelit ini dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien dalam waktu yang relatif singkat (Barus
Data masukan dari sistem informasi geografi dapat diperoleh dari berbagai
langsung.
2. Data peta Informasi yang telah terekam pada peta kertas atau film.
yang diperoleh dari satelit yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung
16
digunakan setelah diadakan konversi sebelumnya. Metode pemasukan data
yang dapat dilaksanakan adalah : digitasi peta pada meja digitizer atau pada
layar komputer (on-screen digitizing) dan import data dari aplikasi perangkat
17
III. METODOLOGI
hilir dengan luasan sekitar 55% dari keseluruhan Sub DAS Walanae Hilir,
sebagian Kabupaten Wajo di bagian hilir dengan luasan sekitar 40% dari
Kamera, meteran. Scanner, Printer, Laptop dan Program Erdas Imagine 9.2,
1. Peta Rupa Bumi Indonesia, skala 1:50.000 (Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian)
3. Citra Landsat TM+7 Tahun 2010 dan Peta Penggunaan lahan 1:250.000
5. Data Curah Hujan Kab. Bone Meliputi kec. Cenrana, kec. Ajangale, kec.
Amalia, kec. Duaboccoe, kec. Tellusiattinge. Data Curah Hujan Kab. Wajo
6. Peta Jenis Tanah, skala 1:250.000 (Jur. Ilmu Tanah, Pertanian UNHAS)
18
3.3 Metode Penelitian
mengumpulkan informasi dan data, Analisis Data Curah Hujan, Analisis Citra
data, Analisis Tingkat Kerawanan dan menyajikan hasil analisis data berupa
peta.
b. Jenis Data :
2) Peta Ketinggian
BKMG Stasium Maros Baru Kab. Maros. Data curah hujan yang
meliputi: (1) jumlah curah hujan dan (2) bulan hujan. Data tersebut
berasal dari stasiun – stasiun penakar hujan yang ada di wilayah DAS
Walanae.
……………………………………………. (1)
19
Keterangan:
1. Koreksi Radiometri
20
menjadi lebih besar oleh karena adanya hamburan atau lebih kecil
2. Koreksi Geometrik
Ground Control Points (GCP) atau titik-titik ikat yang mudah ditentukan
bentuk vector format SHP sebagai titik acuan untuk menentukan titik
ikat, Nilai akurasi GCP ditunjukkan oleh nilai Root Mean Square Error
3. Pemotongan Image
klasifikasi.
21
3.3.4 Analisis Peta Testur Tanah
tanah. Peta tekstur tanah diperoleh dari analisis peta sebaran tanah dari
tanah, referensi buku lainnya dan literatur jurnal dan penelitihan. Pada
table 7 disusun Pembagian jenis tanah dan tekstur tanah pada sub das
walanae hilir.
Tabel 7. Pembagian jenis tanah dan tekstur tanah sub das walanae hilir
22
kambik. Horizon kambik merupakan
indikasi lemah atau spodik.
(Hardjowigeno, 1992).
3 Regosol Kasar Regosol adalah tanah yang belum
banyak mengalami perkembangan
profilnya. Oleh karena itu tebal solum
tanahnya biasanya tidak melebihi 25
cm. Mengandung bahan yang belum
atau masih mengalami pelapukan.
Tanah ini berwarna kelabu, coklat,
atau coklat kekuningan. Tekstur tanah
biasanya kasar, yaitu pasir hingga
lempung berdebu, struktur remah,
konsistensi tanah lepas sampai
gembur dan pH 6-7. Makin tua tanah
maka semakin padat konsistensinya.
Umumya regosol belum membentuk
agregat, sehingga peka terhadap
erosi. Umumnya cukup mengandung
unsure P dan K yang masih segar dan
belum siapuntuk diserap tanaman,
tetapi kekurangan unsure N.
(Dharmawijaya, 1992)
4 Ultisol Sedang Untisol adalah tanah dengan horizon
argilik bersifat masam dengan
kejenuan basa rendah (Hardjowigeno,
1993).
umumnya berkembang dari bahan
induk tua Ultisol adalah Ultisol
umumnya mempunyai struktur sedang
hingga kuat, dengan bentuk gumpal
bersudut (Prasetyo et al. 2006)
23
3.3.5 Membangun Basis Data
1. Proses digitasi
24
pemberian skor terhadap masing-masing kelas. Menurut (Erlan
lebih tinggi dari lereng yang curam, 3) Tanah dengan tekstur sangat
2. Pembobotan
terhadap banjir.
25
parameter geografis yang akan digunakan dalam analisis SIG. yang
peta-peta digital yang sebelumnya telah diberi skor dan bobot pada
26
Keterangan :
K = Nilai kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas parameter ke-i
Nilai kerawanan suatu daerah terhadap banjir ditentukan dari total
rawan terhadap banjir akan mempunyai skor total yang tinggi dan
banjir.
software ArcGis.
27
3.3.9 Diagram Alir Penelitian MULAI
1. Digitasi
2. Mentransformasikan
hasil digitasi ke dalam
koordinat bumi
Pembangunan Basis Data
Analisis Atribut:
Pengskoran dan Pembobotan
Analisis Keruangan
(Overlay)
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sub DAS Walanae Hilir merupakan Sub DAS bagian hilir dari sistem
DAS Walanae. Sub DAS Walanae Hilir mencakup tiga wilayah yaitu bagian
yaitu 202.734,31 ha, dimana luas Sub DAS Walanae Hilir yaitu 155.137.41
ha. Secara geografis Sub DAS Walanae Hilir terletak antara 119059’01’’
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah
hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut
Curah hujan. Pada kawasan Sub DAS Walanae Hilir tingkat curah
hujan yang terjadi cukup tinggi. Hujan akan menimbulkan banjir jika
intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang relatif lama.
29
Gambar 2. Peta Curah Hujan Tahunan Sub DAS Walanae Hilir
bagian hulu merupakan bagian Sub DAS Walanae Hilir yang masuk
30
4.2.2 Faktor Lereng
bagian hilir dan tengah Sub DAS Walanae Hilir. Sedangkan pada
31
Tabel 11. Kemiringan Lahan Sub DAS Walanae Hilir
Lereng Luas Luas
No Kelerengan
(%) (ha) (%)
1 Flat 0-8 40.989,54 26,42
2 Very Gentle 08 - 15 89.833,98 57,91
3 Mod Steep 15 - 25 18.451,29 11,89
4 Very Steep 25 - 40 5.855,32 3,77
5 Extremely Steep > 40 7,27 0.005
Total 15.5137,41 100,00
Sumber: Data Sekunder, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2012.
4.2.3 Ketinggian
menjadi enam kelas. Sub DAS Walanae Hilir didominasi oleh daerah
32
Luasan daerah yang mempunyai ketinggian 0m – 12,5 mdpl
Luas Luas
No Ketinggian
(ha) (%)
1 0m – 12,5m 57.481,18 26,16
2 12,5m – 25m 28.380,83 69,74
3 25m – 50m 10.296,72 3,10
4 50m -75m 8.277,89 0,99
5 75m – 100m 12.728,29 26,16
6 >100m 37.972,50 69,74
Total 155.137,40 100,00
Sumber: Data Sekunder, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2012.
pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan
Nasional).
yang paling luas untuk tekstur tanah adalah kelas Sedang. Sebagian
besar kelas tekstur tanah sedang ini terdapat pada bagian tepi dan
hulu Sub DAS Walanae Hilir. pada bagian tengah dan hilir Sub DAS
33
Gambar 5. Peta Tekstur Tanah Sub DAS Walanae Hilir
Sub DAS Walanae Hilir. Kelas tekstur tanah yang paling kecil
persentase 4.10% (Tabel 13). Karena sifat kelas tekstur tanah sangat
halus ini yang menahan air luapan sungai meresap ke dalam tanah,
34
Tabel 13. Tekstur Tanah Sub DAS Walanae Hilir
Luas luas
No. Kelas
(ha) (%)
1 Sangat halus 40.589,17 26,16
2 Halus - -
3 Sedang 108.189,60 69.74
4 Kasar 6.358,63 4,10
5 Sangat kasar - -
155.137,40 100,00
Sumber: Data Sekunder, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2012.
peta tata guna lahan, citra landsat TM+7 Bulan Februari Tahun 2010
dan keterangan tata guna lahan pada peta topografi RBI. Dari data
35
Penggunaan lahan di Sub DAS Walanae Hilir didominasi oleh
persentase 2.77 %.
(yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat pada setiap unit
yang tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk (Tekstur Tanah),
atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air.
Ketika hujan lebat turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba
Daerah rawan banjir adalah daerah yang dari segi fisik dan
36
Gambar 7. Peta Kerawanan Banjir Sub DAS Walanae Hilir
Dari peta kerawanan banjir yang dibuat berdasarkan peta – peta factor
penentu banjir didapat bahwa Sub DAS Walanae Hilir terdiri dari tiga kelas
kerawanan banjir yaitu : kelas Kurang Rawan Banjir dengan luas 23.788,17
Tabel 15. Nilai Tingkat Kerawanan Banjir (TKB) Sub DAS Walanae Hilir
Luas Luas
No Tingkat Kerawanan Banjir
(ha) (%)
1 Tidak Rawan Banjir - -
2 Kurang Rawan Banjir 23.788,17 15,33
3 Rawan Banjir 85.602,92 55,18
4 Sangat Rawan Banjir 45.746,32 29,49
Total 155.137,41 100,00
Sumber: Hasil Analisa SIG, 2012
37
Kecamatan yang memiliki luas kelas kerawanan sangat rawan yang
dengan persentase yaitu 4.23% dari jumlah total wilayah Sub DAS Walanae
Hilir. Daerah ini mempunyai daerah sangat rawan banjir yang luas
dipengaruhi oleh faktor yaitu : kelas lereng yang umumnya datar (0 - 8%),
tambak, merupakan daerah aliran sungai dan ketinggian lahan yang rendah
(Lampiran 21)
untuk terjadinya banjir. Sedangkan faktor – faktor yang lain merupakan faktor
banjir di sub das walanae hilir dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan
di daerah hulu agar air kiriman dari hulu tidak langsung masuk ke hilir yang
38
Tabel 16. Rekapitulasi Tingkat Kerawanan Banjir Pada Sub Das Walanae Hilir
Kabupaten
Total
No Tingkat Kerawanan Banjir Bone Wajo Soppeng
1 Kurang rawan banjir 18.825,57 12,13 1.195,78 0,77 3.766,82 2,43 23.788,17 15,33
2 Rawan banjir 29.968,82 19,32 54.343,05 35,03 1.291,05 0,83 85.602,92 55,18
3 Sangat Rawan Banjir 21.268,92 13,71 24.477,39 15,78 0,00 0,00 45.746,31 29,49
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara Umum Wilayah pada Sub DAS Walanae Hilir, sudah berada
melakukan perbaikan di daerah hulu agar air kiriman dari hulu tidak
5.2. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012c.http://www.arsingtadda.com/bab-ii-faktor-penentu-kepekaan-
tanah-terhadap-longsor-dan-erosi.html. Tanggal Akses 27 Juli 2012
Barus B, 2005. Kamus SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan 128 Diagram.
Bogor: Studio Teknologi Informasi Spasial.
Linsley, R.K., M.A Kohler and J.J.H Paulhus, 1982. Hydrology for Engineers.
McGraw-Hill.Inc. New York.
41
Notohadipranoto, dan R.M. Tejoyuwono, 1978. Asas-Asas Pedologi. Departemen
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soil Survey Staff, 1998. (keys to soil taxonomy) Kunci Taksomi Tanah. Edisi
Kedua Bahasa Indonesia, 1999. Pusat Penelitian Tanah Dan
Agroklimat, Badan Penelitihan Dan Pengembangan Pertanian,
Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan air. Penerbit Andi:
Yogyakarta.
42
DAFTAR LAMPIRAN
43
Lampiran 1. Peta Lokasi DAS Walanae
44
Lampiran 2. Peta Lokasi Sub DAS Walanae Hilir
45
Lampiran 3. Peta Administrasi Sub DAS Walanae Hilir, DAS Walanae
Lampiran 4. Peta Jenis Tanah Sub DAS Walanae Hilir, DAS Walanae
46
Lampiran 5. Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Walanae Hilir, DAS Walanae
47
Lampiran 7. Peta RBI Sub DAS Walanae Hilir Kab. Wajo
48
Lampiran 9. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
Ajangale Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agu Sep Okt Nov Des CH
2001 X X X X X X X X X X X X 0
2002 X X X X X X X X X X X X 0
2003 X X X X X X X X X X X X 0
7313
Max Curah hujan tahunan
7
Max Jumlah tahun data curah hujan
Curah hujan rata-rata tahunan = Mas curah hujan tahunan / Jumlah tahun data curah
1044.71429
hujan
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Maros, 2011
49
Lampiran 10. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
Amali Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nov Des CH
2001 X X X X X X X X X X X X 0
2002 X X X X X X X X X X X X 0
2010 115 64 152 229 285 480 385 250 382 370 368 31 3111
50
Lampiran 11. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
Duo Boccoe Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nov Des CH
2001 X X X X X X X X X X X X
0
2002 X X X X X X X X X X X X
0
2003 X X X X X X X X X X X X
0
2004 X X 89 343 133 - 21 - 22 - 168 77
853
2005 45 44 224 258 489 62 127 31 - 90 100 110
1580
2006 37 72 53 101 263 293 32 16 - - 10 254
1131
2007 56 85 48 172 85 20 9 X 29 - 30
534
2008 97 26 111 225 568 212 162 128 172 100 38 104
1943
2009 166 61 286 142 142 169 36 - 17 193
1212
2010 8 33 443 718 643 811 439 1373 630 551 5
5654
51
Lampiran 12. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
Tellusiattinge Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nov Des CH
2010 123 115 296 150 x 135 425 282 x x x 118 1644
Curah hujan rata-rata tahunan = Mas curah hujan tahunan / Jumlah tahun data curah hujan 1067
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Maros, 2011
52
Lampiran 13. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
Tempe Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nov Des CH
2001 x x x x x x x x x x x x 0
2002 x x x x x x x x x x x x 0
2003 x x x x x x x x x x x x 0
2004 x x x x x x x x x x x x 0
2008 86 50 36 141 190 236 155 131 90 250 392 127 1884
2010 72 155 32 118 389 411 393 332 677 322 285 26 3212
Curah hujan rata-rata tahunan = Mas curah hujan tahunan / Jumlah tahun data curah hujan 1518.5
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Maros, 2011
53
Lampiran 14. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
Paria/Majennang Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nov Des CH
2001 268 67 144 316 247 401 92 40 223 137 193 109 2237
2008 72 70 245 207 219 315 315 112 85 165 272 94 2171
2010 51 104 123 252 421 518 546 266 366 178 267 31 3123
Curah hujan rata-rata tahunan = Mas curah hujan tahunan / Jumlah tahun data curah hujan 1823.2
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Maros, 2011
54
Lampiran 15. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
Sanreseng Ade Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nov Des CH
2001 x x x x x x x x x x x x 0
2002 x x x x x x x x x x x x 0
2003 x x x x x x x x x x x x 0
2004 x x x x x x x x x x x x 0
2005 x x x x x x x x x x x x 0
2007 53 58 102 234 346 451 196 110 41 118 235 142 2086
2008 103 41 260 221 383 321 258 145 162 229 206 141 2470
2010 135 89 238 171 389 227 366 288 585 158 180 25 2851
Curah hujan rata-rata tahunan = Mas curah hujan tahunan / Jumlah tahun data curah hujan 1925
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Maros, 2011
55
Lampiran 16. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
BPP. Manyili / Paneki Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nov Des CH
2003 46 132 122 423 267 146 190 102 100 36 136 332 2032
2008 47 5 150 164 348 191 142 101 62 90 109 104 1513
Curah hujan rata-rata tahunan = Mas curah hujan tahunan / Jumlah tahun data curah hujan 1422
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Maros, 2011
56
Lampiran 17. Data Curah Hujan Bulanan dan Persepuluh Tahunan Stasiun
BPP Palaguna/Pammana Tahun 2001 s/d 2010
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okto Nov Des CH
57
Lampiran 18. Nilai Curah Hujan Rata – Rata Tahun 2001 s/d Tahun 2010
CH TAHUNAN
NO NAMA STASIUN X Y
RATA2
BPP. MANYILI /
8 120.2848888889 -4.178944444 1422
PENEKA
BPP. PALAGUNA /
9 120.0380277778 -4.17075 1400.7
PAMMANA
Sumber : DataPromer Setelah Diolah, 2011
58
Lampiran 19. Proses Analisis Citra Dengan Erdas
59
c. Analisis Koreksi Geometri
60
e. Analisis Klasifikasi Tidak Terbimbing (unsupervised classification)
61
Lampiran 20. Foto Dokumentasi Tempat Penelitihan Sungai Walanae Hilir
62
Lampiran 21. Tingkat Kerawanan Banjir (TKB) Sub DAS Walanae Hilir
TINGKAT LUAS PERSENTASE
KABUPATEN KECAMATAN KERAWANAN
BANJIR (Ha) (%)
Kec. Ajangale Kurang Rawan Banjir 0.26 0.00
Kec. Amali Kurang Rawan Banjir 10981.78 7.08
Kec. Awangpone Kurang Rawan Banjir 155.81 0.10
Kec. Duabaccoe Kurang Rawan Banjir 1420.41 0.92
Kec. Tellusiattinge Kurang Rawan Banjir 4504.95 2.90
Kec. Ulaweng Kurang Rawan Banjir 1762.37 1.14
Jumlah 18825.57 12.13
Kec. Ajangale Rawan Banjir 8158.65 5.26
Kec. Amali Rawan Banjir 1491.38 0.96
Kec. Awangpone Rawan Banjir 1143.11 0.74
Bone
Kec. Cendrana Rawan Banjir 5283.54 3.41
Kec. Duabaccoe Rawan Banjir 7749.45 5.00
Kec. Tellusiattinge Rawan Banjir 6070.54 3.91
Kec. Ulaweng Rawan Banjir 72.15 0.05
Jumlah 29968.82 19.32
Kec. Ajangale Sangat Rawan Banjir 3014.48 1.94
Kec. Cendrana Sangat Rawan Banjir 8443.33 5.44
Kec. Duabaccoe Sangat Rawan Banjir 6984.59 4.50
Kec. Tellusiattinge Sangat Rawan Banjir 2826.52 1.82
Jumlah 21268.92 13.71
Kec. Lilirilau Kurang Rawan Banjir 3766.82 2.43
Soppeng Rawan Banjir 1291.05 0.83
Jumlah 5057.87 3.26
Kec. Pammana Kurang Rawan Banjir 1166.71 0.75
Kec. Sabbangparu Kurang Rawan Banjir 29.07 0.02
Jumlah 1195.78 0.77
Kec. Bola Solo Rawan Banjir 13969.34 9.00
Kec. Majauleng Rawan Banjir 4758.07 3.07
Kec. Maniangpajo Rawan Banjir 44.49 0.03
Wajo Kec. Pammana Rawan Banjir 6753.44 4.35
Kec. Penrang Rawan Banjir 6943.33 4.48
Kec. Sabbangparu Rawan Banjir 264.66 0.17
Kec. Sajoanging Rawan Banjir 25.76 0.02
Kec. Takkalala Rawan Banjir 13215.38 8.52
Kec. Tanasitolo Rawan Banjir 5977.14 3.85
Kec. Tempe Rawan Banjir 2391.45 1.54
63
TINGKAT LUAS PERSENTASE
KABUPATEN KECAMATAN KERAWANAN
BANJIR (Ha) (%)
Jumlah 54343.05 35.03
Kec. Bola Solo Sangat Rawan Banjir 3798.46 2.45
Kec. Majauleng Sangat Rawan Banjir 5162.49 3.33
Kec. Pammana Sangat Rawan Banjir 6566.46 4.23
Kec. Penrang Sangat Rawan Banjir 2233.71 1.44
Kec. Sabbangparu Sangat Rawan Banjir 1.82 0.00
Kec. Takkalala Sangat Rawan Banjir 3686.49 2.38
Kec. Tanasitolo Sangat Rawan Banjir 1221.57 0.79
Kec. Tempe Sangat Rawan Banjir 1806.39 1.16
Jumlah 24477.39 15.78
TOTAL 155137.41 100.00
Sumber: Hasil Analisa SIG, 2012
64