BAB 2
GAMBARAN UMUM
WILAYAH
Maret-
1 Suhu Maksimum Tmaks 28.7 0C Nopember 28.2 0C Oktober 28.8 0C
April
2 Suhu Minimum Tmins Agustus 26.7 0C Pebruari 26.5 0C Juli 26,4 0C
Intensitas Curah Hujan
3 Imaks Juni 123 mm September 106 mm Juli 166 mm
Maksimum
Intensitas Curah Hujan
4 Imins Maret 11.7 mm April 23.7 mm September 15 mm
Minimum
Intensitas Penyinaran Matahari
5 Pebruari 72,10% Oktober 69% September 75%
Maksimum
5 Rata-rata kelembapan 76,67% 76% 76%
6 Arah mata Angin Utara Utara dari Barat Laut
7 Kecepatan Angin V 3.67 Knoot 3.0 Knott 3,83 Knott
Sumber: Badan Meteorologi Mutiara Palu/BPS,Kabupaten Sigi, 2011 s.d 2013
Sungai adalah suatu kesatuan antara alur utama, bantaran dan tanggul yang terjadi baik secara alamiah
maupun buatan. Keberadaan sungai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, terutama
air minum dan irigasi. Keberadaan sungai-sungai yang ada di Kabupaten Sigi hampir sebagian besar adalah
adalah anak-anak sungai dari DAS Palu dan DAS Lariang. Untuk mengetahui anak-anak sungai dan sungai
utama di DAS Palu, maka dapat diperhatikan tabel berikut ini.
Tabel 2.1.a Sungai Utama dan Anak Sungai di Dalam DAS Palu
Tingkat
Jumlah Penduduk Jumlah KK
Nama Pertumbuhan Kepadatan pddk
Tahun Tahun Tahun Tahun
Kecamatan
200 201 201
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2011 2013
9 0 2
Pipikoro 7761 7817 7962 8002 8579 2175 1922 1926 1936 2489 56 145 40 577 7 8 8 8 8
Kulawi Selatan 8398 8473 8630 8672 9382 2185 2084 1895 1905 2687 75 157 42 710 9 20 21 21 21
Kulawi 14130 14172 14434 14504 16079 4515 3485 3410 3426 4849 42 262 70 1575 34 13 14 14 14
Lindu 4528 4690 4777 4799 5429 1073 1153 1048 1053 1610 162 87 22 630 8 8 9 9 9
Nokilalaki 5581 5626 5730 5758 6294 1942 1384 1386 1393 1831 45 104 28 536 9 75 76 77 79
Palolo 27118 27385 27891 28023 30335 7787 6735 6828 6860 9491 267 506 132 2312 361 44 45 45 46
Gumbasa 11604 11682 11898 11956 13209 3069 2873 2725 2739 3995 78 216 58 1253 322 66 67 68 69
Dolo Selatan 7814 14448 14715 14786 16190 2028 3553 3361 3377 4853 6634 267 71 1404 13 25 25 25 26
Dolo Barat 42271 12576 12808 12869 14236 12658 3093 2975 2989 4336 -29695 232 61 1367 377 112 114 115 117
Tanambulava 20186 7866 8011 8051 8745 5778 1934 1964 1973 2788 -12320 145 40 694 522 140 142 143 146
Dolo 14334 20591 20972 21073 23069 4475 5064 4643 4666 7191 6257 381 101 1996 204 571 582 585 597
Sigi Biromaru 12462 42857 43649 43859 45942 3526 10485 10188 10237 14954 30395 792 210 2083 83 148 151 151 154
Marawola 20739 20991 21379 21482 23430 4931 5156 4915 4939 7147 252 388 103 1948 72 543 553 556 567
Marawola Barat 6322 6382 6500 6531 6894 1865 1569 1873 1882 2267 60 118 31 363 36 42 43 43 44
Kinovaro 9365 9474 9649 9696 10535 2812 2330 2392 2404 3252 109 175 47 839 166 135 137 138 141
Sumber: Kabupaten Sigi Dalam Angka (2009-2012) & Dukcapil (2013)
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
2.3.3 Pengelolaan Belanja Daerah
Belanja daerah sebagai salah satu instrumen penting dalam mewujudkan visi misi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, olehnya itu tentu saja kebijakan yang terkait dengan pengelolaan belanja daerah diarahkan pada upaya
pemenuhan pelaksanaan kebijakan strategis dan program-program prioritas yang menunjang pencapaian visi, misi
dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Realisasi belanja daerah di tahun 2013 tercatat mencapai
697.610.018.871 rupiah, realisasi ini mencakup belanja langsung dan belanja tidak langsung. Dana anggaran
digunakan untuk belanja tidak langsung sebesar 360.893.115.305 rupiah dengan belanja pegawai paling banyak
menyerap anggaran sebesar 327.439.067.977 rupiah dari total belanja tidak langsung. Untuk belanja langsung
menghabiskan dana sebesar 336.716.903.556 rupiah. Belanja langsung mencakup belanja pegawai, belanja barang
dan jasa serta belanja modal. Belanja barang dan jasa paling banyak menyerap dana untuk belanja langsung yaitu
sebesar 151.066.348.012 rupiah.
Berikut adalah data data rekapitulasi realisasi APBD Kabupaten Sigi Tahun 2009 2013 tersaji dalam
bentuk tabulasi berikut ini
Tabel 2.5
Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Sigi Tahun 2009 2013
Tahun Rata2
No Realisasi Anggaran pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 250.971.449.871 483.659.365.643 570.847.501.563 583.419.348.769 667.203.600.795 0,3 %
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.482.143.617 8.021.741.996 7.350.462.235 11.444.098.005 14.801.879.767 0,7 %
a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 238.012.500.012 378.043.917.734 456.984.589.744 516.211.040.234 581.602.049.815 0,2 %
a.2.3 Dana alokasi khusus 3.603.000.000 15.936.444.000 53.918.800.000 51.218.610.000 51.218.610.000 1,44 %
a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 10.476.806.242 97.593.705.913 106.512.449.584 55.764.210.530 70.799.671.213 2,05 %
b.1 Belanja Tidak Langsung 178.726.616.256 270.469.724.560 290.864.070.056 320.016.017.352 360.893.115.305 0,20 %
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
b.1.1 Belanja pegawai 155.635.943.547 226.099.926.571 254.912.872.381 291.233.512.204 327.439.067.977 0,21 %
b.1.8 Belanja tidak terduga 500.000.000 500.000.000 1.000.000.000 2.728.146.573 2.800.000.000 0,7 %
b.2.2 Belanja barang dan jasa 33.124.701.283 83.912.535.456 118.415.593.573 140.785.483.830 151.066.348.012 0,5 %
c.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 0,00 15.300.211.913 25.773.868.075 58.793.195.219 32.106.418.075 0,5 %
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar sanitasi
yang terdiri dari drainase, pengelolaan limbah dan persampahan di Kabupaten Sigi selama 4 tahun terakhir memiliki
proporsi yang hanya bekisar di 0,01 %. Tahun 2010 dan 2011, proposi anggaran sanitasi terhadap belanja langsung
di Kabupaten Sigi tahun 2012 dan tahun 2013 hanya berkisar 0,02 %. Proporsi investasi sanitasi terhadap total
belanja sanitasi di tahun 2010 sebesar 0,8 %, dan tahun 2011, 2012, 2013 yaitu sebesar 1 %, sedangkan proporsi
operasional manajemen (OM) sanitasi terhadap total belanja sanitasi yaitu 0,4 % di tahun 2010 dan di tahun 2011
sampai 2013 tidak terdapat anggaran OM dalam belanja sanitasi. Berikut adalah tabel rekapitulasi realisasi belanja
sanitasi SKPD Kabupaten Sigi tahun 2010 2013.
Tabel 2.6
Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Sigi Tahun 2010 - 2013
Rata2
Tahun pertumbuhan
No SKPD
2010 2011 2012 2013
0,3 %
1 PU-CK 1.802.444.655 3.184.568.660 5.162.021.566 5.997.376.450
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
0,4 %
1.a Investasi 879.951.155 3.184.568.660 5.162.021.566 5.997.376.450
0%
1.b operasional/pemeliharaan (OM) 922.493.500 0 0 0
-0,1 %
2 KLH 0 0 221.128.250 73.888.000
-0,1 %
2.a Investasi 0 0 221.128.250 73.888.000
0%
2.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 0 0 0
0,2 %
3 Dinkes 477.339.200 491.237.600 699.334.890 1.036.161.575
0,2 %
4.a Investasi 477.339.200 491.237.600 699.338.890 1.036.161.575
0%
4.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 0 0 0
5 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a) 1.357.290.355 3.675.806.260 6.082.484.706 7.107.426.025 0,4 %
Tabel 2.7
Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Sigi Tahun 2010 2013
Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 + 3.675.806.260 6.082.484.706 7.107.426.025 0,3 %
1 2.279.783.855
1.5 )
1.1 Air Limbah Domestik 0 0 1.126.862.700 1.501.820.950 0,2 %
2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 0 1.150.000.000 1.555.570.000 1.664.540.000 0,2 %
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
2.2 DAK Lingkungan Hidup 0 558.900.000 917.020.000 907.240.000 0,2 %
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 2.279.783.855 3.675.806.260 6.082.484.706 7.107.426.025 0,3 %
Belanja sanitasi perkapita di Kabupaten Sigi setiap tahun mengalami peningkatan tahun 2010 sebesar
Rp.10.602, tahun 2011 sebesar Rp. 16.784, tahun 2012 sebesar Rp. 27.640 sedangkan tahun 2013 sebesar Rp.
29.820, sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini
Tabel 2.8
Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Sigi Tahun 2009- 2013
Tahun
No Deskripsi Rata-rata
2009 2010 2011 2012 2013
1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota 0 2.279.783.855 3.675.806.260 6.082.484.706 7.107.426.025 0,3 %
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
2.b Potensi retribusi 0 0 0 0 0 0
3 Retribusi Drainase 0 0 0 0 0 0
3.a Realisasi retribusi 0 0 0 0 0 0
3.b Potensi retribusi 0 0 0 0 0 0
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
tercipta upaya pengarahan dalam proses pengaturan dan penataan ruang yang selanjutnya akan menghasilkan
suatu upaya pengendalian dan pemanfaatan ruang yang lebih optimal dan efisien dalam suatu proses
perkembangan secara berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten merupakan alat untuk
mengantisipasi kebutuhan pemanfaatan ruang dalam upaya menunjang, menerapkan dan melengkapi pelaksanaan
pembangunan di kabupaten. Rencana ini diharapkan menjadi arahan pemanfaatan ruang dan pedoman
pengendalian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan tata ruang di wilayah kabupaten
akibat semakin pesatnya laju pembangunan sosial ekonomi.
Sejak terbentuknya Kabupaten Sigi hingga sekarang, telah terjadi perkembangan dalam berbagai aspek baik
secara ekonomi, administrasi (pemekaran kecamatan) maupun keruangan (spasial). Selain itu dengan adanya
kebijakan mengenai otonomi daerah (yang memberikan kesempatan yang lebih luas kepada daerah agar dapat
tumbuh dan berkembang secara mandiri berdasarkan potensi sosial ekonomi dan karakteristik spesifik yang
dimilikinya), sedikit banyak turut mempengaruhi terjadinya perkembangan pembangunan yang relatif cepat di
Kabupaten Sigi. Perubahan - perubahan pembangunan yang relatif cepat tersebut membutuhkan langkah - langkah
antisipasi yang seharusnya tepat untuk mengendalikannya agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan
ruang. Salah satunya adalah dengan menyiapkan suatu perangkat lunak berupa Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten berikut landasan hukumnya. Pada Tahun Anggaran 2009, Pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja
Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tengah memprioritaskan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sigi, yang didasarkan dan atau disebabkan antara lain beberapa pertimbangan-pertimbangan berikut :
1) Belum tersedianya Dokumen RTRW Kabupaten atau materi perencanaan yang akomodatif terhadap
perkembangan yang ada baik secara makro maupun mikro di Kabupaten Sigi dikarenakan adanya pemekaran
wilayah kecamatan dan perkembangan ekonomi yang pesat;
2) Perkembangan areal terbangun / fisik kota dan kegiatan ekonomi mengalami perkembangan yang pesat dan
masih belum terkendali. Pengaturan kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatan ekonomi maupun untuk hunian
belum berdasarkan pada suatu perencanaan tata ruang yang terpadu yang mendukung pembangunan kawasan
perkotaan dan pembangunan secara keseluruhan di Kabupaten Sigi.
3) Belum tersedianya data dan informasi yang baik, terarah dan representatif mengenai potensi-potensi wilayah
yang dimiliki, yang dapat dijadikan informasi bagi perencanaan pembangunan Kabupaten Sigi;
4) Pemanfaatan potensi sumber daya alam belum berjalan optimal dan perkembangan wilayah masih belum merata
mengingat masih terbatasnya infrastruktur wilayah. Di sisi lain terdapat kawasan-kawasan yang perlu dilindungi
5) Perlunya perencanaan yang turut mempertimbangkan/menyertakan aspek sosial budaya masyarakat dan tidak
hanya menekankan pada aspek fisik semata.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sigi diharapkan dapat memberikan arahan bagi
pemerintah kabupaten dalam menetapkan kebijakan pembangunan melalui program-program pembangunan yang
mampu mendorong pengembangan wilayah Kabupaten Sigi dengan tetap menjamin kelangsungan pembangunan
yang berkelanjutan. Pengembangan wilayah juga seyogyanya menjadi suatu kerangka untuk tindakan-tindakan bagi
terbentuknya suatu pembangunan lokal (local development), yang diartikan sebagai penumbuhan suatu lokalitas
secara sosial ekonomi dengan lebih mandiri berdasarkan potensi-potensi yang dimilikinya. Dengan adanya rencana
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
tata ruang wilayah juga diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang memberikan tingkat kebebasan dan
tindakan yang lebih bervariasi, juga meningkatkan keterlibatan masyarakat yang lebih besar dan peluang untuk
adaptasi aktif-kreatif dan modifikasi. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sigi ini juga diharapkan
mampu merumuskan kebijakan pengembangan wilayah yang mempertimbangkan asas manfaat, pemerataan,
keseimbangan dan pertumbuhan serta pelestarian, sesuai dengan tingkat kemampuan pengembangan wilayah
dengan daerah sekitarnya. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupatan Sigi memiliki arti penting dalam
perencanaan pembangunan dalam arti luas, terutama dalam kedudukannya sebagai :
1) Penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah dan kebijakan-kebijakan
pembangunan yang berlaku
2) Pemberi matra ruang dari Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten
3) Dasar pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Jangka Menengah
Kabupaten
4) Dasar penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Atas dasar itu, perlu ditetapkan kebijakan perencanaan tata ruang yang meliputi struktur ruang, pola ruang,
dan penentuan kawasan strategis kabupaten, agar tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Sigi dapat tercapai.
Adapun Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Sigi adalah meliputi;
a) kebijakan dan strategi struktur ruang wilayah;
b) kebijakan dan strategi pola ruang wilayah;
c) kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis.
Kebijakan struktur ruang wilayah Kabupaten Sigi dimaksudkan untuk mendorong proses pertumbuhan pada
wilayah yang mempunyai potensi untuk berkembang serta untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai dengan
karakteristiknya dengan tetap menjaga keberlanjutan pembangunannya. Kebijakan pengembangan struktur ruang
wilayah Kabupaten Sigi, meliputi:
1) Kebijakan sistem perdesaan;
2) Kebijakan sistem perkotaan;
3) Kebijakan pengembangan prasarana wilayah.
Kebijakan pola pemanfaatan ruang meliputi kebijakan pola pemanfaatan kawasan lindung, kawasan
budidaya serta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Tujuan dari kebijakan ini adalah mewujudkan
pemanfaatan ruang yang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Adapun, arah
kebijakannya adalah memprioritaskan pengembangan kawasan budidaya di bagian utara Kabupaten Sigi dengan
tetap memperhatikan perlindungan terhadap kawasan-kawasan lindung. Selain itu juga menekankan pada
pengendalian pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Sigi. Secara rinci, kebijakan penataan ruang wilayah
Kabupaten Sigi untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah, terdiri atas:
1) pengembangan sektor pertanian melalui peningkatan kualitas sumberdaya lahan pertanian, perkebunan,
perikanan darat, dan peternakan;
2) pengembangan komoditas sektor pertanian yang berorientasi pada sumberdaya lokal dan kebutuhan pasar;
3) peningkatan dan pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal yang dikelola oleh masyarakat;
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
4) penyelenggaraan perekonomian berbasis kerakyatan; dan
5) peningkatan infrastruktur dan tata guna lahan guna mendukung pengembangan sektor pertanian dan pariwisata.
6) peningkatan upaya pelestarian hutan guna mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan.
7) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Berdasarkan pada kondisi lereng dan struktur geologi kawasan Kabupaten Sigi merupakan salah satu
wilayah yang mempunyai sensitivitas terhadap bencana yang tinggi. Keberadaan patahan yang ada di Kabupaten
Sigi yang membentang dari utara hingga selatan merupakan satu faktor pembatas dalam pengembangan kawasan
budidaya.
1) KAWASAN RAWAN TANAH LONGSOR
Resiko kelongsoran dapat diidentifikasi berdasarkan pada jenis butiran tanah yang membentuk lapisan
tanah. Tiap jenis tanah mempunyai tingkat kepekaan terhadap longsor yang berbeda. Kepekaan tanah terhadap
longsor dinilai dengan cara menjumlahkan skor dari masing-masing faktor. Tanah dengan jumlah skor 6-10
digolongkan sebagai lahan dengan tingkat kepekaan rendah, skor 11-15 kepekaan sedang, dan skor 16-22
kepekaan tinggi. Lahan dengan tingkat kepekaan tinggi tidak direkomendasikan untuk budidaya pertanian,
pembangunan infrastruktur, atau perumahan, tetapi dipertahankan sebagai vegetasi permanen (hutan). Kriteria
utama untuk menentukan suatu kawasan rawan longsor atau tidak dapat menggunakan kriteria biofisik kawasan.
Wilayah yang memiliki resiko kelongsoran rendah adalah Kecamatan Dolo, Dolo Selatan, Marawola, Marawola
Barat, dan Tanambulava. Kecamatan-kecamatan lain memiliki baik resiko kelongsoran rendah dan sedang.
Daerah rawan longsor sebaiknya dijadikan areal dengan fungsi lindung, fungsi budidaya terbatas masih dapat
dilakukan dengan aturan main yang ketat. Penduduk (permukiman) yang sudah ada perlu mendapatkan
pendidikan kebencanaan, sehingga mereka bisa memiliki kepekaan tinggal pada kawasan rawan bencana, yang
dapat mengancam keselamatan penduduk di daerah tersebut dan di sekitarnya. Penerapan teknik pengendalian
longsor diarahkan ke daerah rawan longsor yang sudah terlanjur dijadikan lahan pertanian. Areal rawan longsor
yang belum dibuka direkomendasikan untuk tetap dipertahankan dalam kondisi vegetasi permanen, seperti cagar
alam, kawasan konservasi, dan hutan lindung. Selain itu karakter jenis tanah yang sensitif terhadap erosi,
ditambah dengan lereng yang curam dan curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan kawasan ini juga sangat
rentan dengan bencana kelongsoran. Daerah yang memiliki potensi kelongsoran sedang sebagian besar berada
pada wilayah-wilayah perbukitan Kabupaten Sigi, yang secara fisik berbukit-bukit dengan kelerengan >40%.
2) KAWASAN RAWAN BANJIR
Kabupaten Sigi sebagai satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang dikarunia potensi sumberdaya
air yang berlimpah, juga memiliki potensi untuk mendapat daya rusak air. salah Potensi daya rusak yang sudah
dirasakan oleh wilayah ini adalah kejadian banjir yang terjadi pada beberapa wilayah di Kabupaten Sigi . Kejadian
ini tidak terlepas dari kerusakan alam yang terjadi di Kabupaten Sigi, dimana adanya kecenderungan untuk
mengeksploitasi hutan secara berlebih, yang menimbulkan erosi dan sedimentasi pada Sungai Palu. Sebagai
akibatnya daya tampung sungai menjadi menurun dan tidak mampu lagi menampung secara optimal limpasan air
hujan saat debit puncak. Potensi kekeringan juga dimiliki oleh Kabupaten Sigi, sebagai indikasinya adalah
terdapatnya beberapa sungai di Kabupaten Sigi yang mengalami kekeringan pada musim kemarau. Apabila
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
kondisi ini tidak segera diambil tindakan pemecahan masalah, bukan mustahil kekeringan juga akan terjadi pada
masa mendatang.
3) KAWASAN RAWAN GEMPA
Potensi bencana yang terdapat di Kabupaten Sigi antara lain adalah potensi bencana gempa bumi. Gempa
bumi adalah terjadinya goncangan pada bumi yang disebabkan oleh aktivitas tektonik. Sedangkan kawasan rawan
gempa bumi adalah kawasan yang pernah atau berpotensi mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Terjadinya
dampak yang disebabkan oleh gempa bumi adalah patahan di permukaan, goncangan tanah, pelulukan atau
pencairan tanah, tsunami, retakan tanah permukaan, longsoran/gerakan tanah, dan amblesan. Dalam konteks
perwilayahan dampak dari kejadian gempa bumi, perlu mengacu pada peta yang memperlihatkan daerah rawan
terhadap goncangan gempa, yaitu Peta Bahaya Goncangan Gempa Bumi Indonesia, bisa juga disebut Peta
Percepatan Gempa Bumi, adalah peta yang memperlihatkan kontur nilai percepatan gempa bumi dalam periode
ulang dan pada jenis basement batuan tertentu. Peta ini dibuat berdasarkan suatu metodologi
probabilistik/kebolehjadian dengan mempertimbangkan rata-rata kejadian gempa di dalam daerah zona sumber
gempa ataupun di sepanjang suatu patahan. Dengan banyaknya daerah patahan di Kabupaten Sigi, maka resiko
kegempaan di Kabupaten Sigi menjadi sangat tinggi. Berdasarkan pada data resiko kegempaan di Indonesia,
Kabupaten Sigi (dalam hal ini Pulau Sulawesi) memiliki resiko yang cukup tinggi yaitu antara 0,15 0,35g.
Keberadaan patahan Palu Koro yang membentang pada bagian tengah Kabupaten Sigi semakin memberikan
gambaran yang jelas tentang resiko bencana kegempaan di Kabupaten Sigi.
Dari peta frekuensi kejadian gempabumi berfokus dangkal dan bersifat merusak (Beca Carter Holling,
1979), tampak bahwa gempa bumi berkekuatan 6 Ms berpeluang besar terjadi di kawasan P. Sumatera bagian
barat, wilayah selatan P. Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan daratan P. Sulawesi.
Sedangkan gempa bumi berkekuatan 7 Ms dapat terjadi pada dasar lautan di lantai Samudera Indonesia dari
mulai barat laut P. Sumatera menerus hingga ke sebelah barat Aceh, sekitar P. Nias, Kepulauan Mentawai, sekitar
P. Enggano, Selat Sunda, sebelah selatan Jawa Timur, selatan dan utara Kepulauan Nusa Tenggara termasuk
Laut Flores, Laut Sawu, Laut Banda, Laut Sulawesi dan perairan sebelah timur P. Sulawesi sampai ke bagian
barat P. Halmahera. Selanjutnya gempa bumi yang tergolong sangat besar berkekuatan 8 Ms dapat terjadi di
kawasan Halmahera hingga Samudera Pasifik di utara Irian Jaya.
4) KAWASAN RAWAN BENCANA SOSIAL
Kabupaten Sigi yang didiami berbagai rumpun suku Kaili merupakan potensi bagi pengembangan wilayah,
namun sekaligus juga merupakan potensi konflik atau bencana sosial apabila tidak diantisipasi secara dini.
Konflik-konflik sosial baik atas konflik SARA atau konflik komunal seperti konflik tapal batas dan lainnya rawan
terjadi di sejumlah wilayah Kecamatan di kabupaten Sigi yakni Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Palolo,
Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Dolo, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Gumbasa,
Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan dan Kecamatan Lindu.
Kabupaten Sigi sebagai daerah otonom baru memiliki karakter wilayah yang sangat unik, sebagai satu-
satunya daerah otonom yang tidak berbatasan dengan laut tetapi memiliki peran ekologis yang sangat strategis
bagi Provinsi Sulawesi Tengah. Berkaca dari karakteristik kawasan yang sangat unik tersebut, maka perlu
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
pertimbangan-pertimbangan berbasis karakter sumberdaya lokal dalam pengembangan fungsi ruang di masing-
masing wilayah di Kabupaten Sigi. Berdasarkan pada karakter sumberdaya yang ada terdapat dua tipologi
kawasan di Kabupaten Sigi yaitu tipologi kawasan yang berfungsi sebagai kawasan perkotaan dan tipologi
kawasan yang berfungsi sebagai kawasan lindung dengan dominasi karakter perdesaan. Pada kawasan
perkotaan sistem aktivitas yang cukup dominan adalah aktivitas permukiman, perdagangan dan pelayanan umum
lainnya seperti di Kecamatan Marawola dan Sigi Biromaru, walaupun fungsi pertanian juga masih cukup dominan.
Sedangkan kawasan-kawasan lain di Kabupaten Sigi masih bercirikan pada karakter perdesaan. Selain itu
pengembangan fungsi ruang juga harus mempertimbangkan faktor pemerataan fungsi pelayanan publik serta
karateristik sumberdaya alam yang ada dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang ada untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sigi. Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam
rangka perumusan fungsi kawasan di Kabupaten Sigi antara lain sebagai berikut:
1) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk beserta persebarannya;
2) Kekuatan (ekonomi) eksternal dan tekanan internal, khususnya dalam pengembangan sektor-sektor basis dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang ada untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat;
3) Pembentukkan keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan perkotaan;
4) Daya dukung lingkungan.
Mengacu kepada empat dasar pertimbangan tersebut di atas, strategi pembangunan Kabupaten Sigi sampai
dengan tahun 2030, adalah sebagai berikut:
1) Pembagian zona pembangunan berdasarkan dominasi karakter fisik dan kegiatan, serta rentang kendali (span of
control) pembangunan oleh pemerintah terkait;
2) Pengaturan fungsi kawasan perkotaan dan perdesaan;
3) Pengamanan kawasan lindung di Kabupaten Sigi sebagai amanat dari peraturan perundangan yang ada (PP
Nomor 26 Tahun 2008);
4) Menciptakan sinergitas fungsi ruang dengan Kota Palu ;
5) Pengaturan dan pengarahan lokasi pengembangan jaringan infrastruktur regional.
Untuk mengembangkan Kabupaten Sigi agar tidak bergantung pada satu pusat pelayanan serta upaya
pemerataan pelayanan publik, maka perlu pengembangan dan penetapan fungsi kawasan berdasarkan pada
karakter ruang dan sumberdaya yang ada. Adapun pengembangan kawasan di Kabupaten Sigi dapat dibagi menjadi
empat kawasan pengembangan yaitu:
1) Kawasan Pengembangan Biromaru;
2) Kawasan Pengembangan Marawola;
3) Kawasan Pengembangan Palolo;
4) Kawasan Pengembangan Kulawi.
Pengembangan sistem kota-kota bertujuan mewujudkan keseimbangan dan keselarasan pembangunan
antar wilayah sesuai dengan fungsi yang diemban, serta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup guna
mendukung struktur tata ruang yang telah direncanakan. Prinsip pembentukan sistem kota di Kabupaten Sigi
adalah:
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
1. Membatasi daerah perkotaan untuk tidak meluas dan tidak beraturan;
2. Menjaga keberadaan Kawasan Lindung, dengan membatasi pertumbuhan fisik ruang pada Kecamatan Lindu,
Nokilalaki, Palolo, Gumbasa, Kulawi yang berada pada Kawasan Taman Nasional Lore Lindu;
3. Mengintegrasikan fungsi dan pusat pelayanan di kota-kota di luar Kota Utama (Kawasan Perkotaan Biromaru),
dalam rangka menyebarkan pusat pertumbuhan dan mengurangi beban Kota Utama.
Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan perkotaan di Kabupaten Sigi dilakukan melalui penetapan
hirarki, fungsi/aktivitas utama, dan strategi pengembangan pembangunan perkotaan di masing-masing kawasan
perkotaan. Untuk arahan struktur ruang 20 tahun mendatang, mengingat secara fungsional keruangan Bora sebagai
pusat kabupaten akan juga merupakan pendukung dan bagian dari Kawasan Perkotaan Palu sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN), maka perlu dikembangkan minimal satu lagi pusat di Kabupaten Sigi yang dapat berfungsi
sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan/atau PKL (Pusat Kegiatan Lokal) penuh. Dari analisis keterpusatan
dapat diperkirakan bahwa potensinya adalah Bolapapu dan Lawua. Keterpusatan Bolapapu sangat baik, sementara
Lawua dapat menjembatani kesenjangan utara-selatan yang ada saat ini. Maka, arahan awal struktur ruang adalah:
1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Bora Kecamatan Biromaru;
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Bolapapu Kecamatan Kulawi;
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi Binangga di Kecamatan Marawola, Makmur di Kecamatan Palolo; dan
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi Pipikoro di Desa Peana, Lindu di Desa Tomado, Nokilalalaki di Desa
Kamarora A, Dolo di Desa Kota Rindau, Dolo Barat di Desa Kaleke, Kinovaro di Desa Porame, Marawola Barat
di Desa Dombu, Gumbasa di Desa Pakuli, dan Tanambulava di Desa Sibalaya Utara.
Pengembangan fungsi kawasan perkotaan di Kabupaten Sigi diarahkan untuk pelayanan umum dan
peningkatan akses masyarakat akan infrastruktur perkotaan dalam rangka meningkatkan dan mendukung aktivitas
perekonomian masyarakat.
Catatan penting untuk dapat terwujudnya struktur ruang yang baik di Kabupaten Sigi adalah pengembangan
jaringan dan sarana transportasi hendaknya diprioritaskan. Pengembangan sarana transportasi dikembangkan
dengan memanfaatkan trase yang ada dan pengembangan diarahkan pada jalan untuk mendukung pertanian.
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
Rencana Pola Ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang
menggambarkan letak dan luasan dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Aspek-aspek yang dipertimbangkan
adalah fungsi lingkungan, estetika lingkungan, kuantitas dan kualitas ruang, pola dan struktur tata ruang, lokasi
pemanfaatan sumber alam, dan sumberdaya manusia untuk kegiatan pembangunan, integritas dan keamanan
wilayah. Pola ruang didapatkan dengan melakukan delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi,
budaya dan kawasan-kawasan lainnya, sehingga didapatkan kategori kawasan budidaya dan kawasan lindung.
Secara umum, pembagian kategori kawasan ini dilakukan agar terwujud keseimbangan antara fungsi ekonomi dan
lingkungan.
Pola ruang sendiri dibagi menjadi 2 (dua) macam pengelompokkan, yaitu Kawasan Non Budidaya dan
Kawasan Budidaya. Kawasan Non Budidaya atau yang lebih dikenal sebagai Kawasan Lindung merupakan wilayah
kendala dan wilayah limitasi dalam pemanfaatan ruang. Kawasan Lindung ini kemudian digolongkan lagi menjadi
beberapa kelompok. Berdasarkan pada Permen PU No 16/PRT/M/2009 Kawasan lindung kabupaten adalah
kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan
lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan
kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten. Sementara itu untuk kawasan budidaya didefinisikan
sebagai kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan yang terdiri dari:
1) kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: hutan produksi terbatas, hutan
produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi;
2) kawasan hutan rakyat;
3) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pertanian lahan basah, pertanian lahan
kering, dan hortikultura;
4) kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas perkebunan yang ada di wilayah
kabupaten;
5) kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: perikanan tangkap, budi daya
perikanan, dan pengolahan ikan;
6) kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: mineral dan batubara, minyak
dan gas bumi, panas bumi, serta air tanah di kawasan pertambangan;
7) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: industri besar, industri sedang, dan
industri rumah tangga;
8) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pariwisata budaya, pariwisata alam,
dan pariwisata buatan;
9) kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: permukiman perkotaan dan
peruntukan permukiman perdesaan. sebagai kawasan budi daya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
dan fungsi masing-masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan,
dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya; dan
10) kawasan peruntukan lainnya.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Sigi adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah Kabupaten
Sigi yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW Kabupaten Sigi yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Sigi hingga
20 (dua puluh) tahun mendatang (Permen No 16/PRT/M/2009). Berdasarkan hasil analisis pada tahap sebelumnya
secara teknis Kabupaten Sigi haruslah difungsikan sebagai kabupaten konservasi. Penetapan Kabupaten Sigi
sebagai kabupaten konservasi didasari oleh hasil analisis teknis kesesuaian lahan dan persyaratan sebagai
kabupaten konservasi secara umum dimiliki oleh Kabupaten Sigi, antara lain sebagai berikut:
1) memiliki kawasan konservasi dan kawasan lain yang mempunyai ekosistem dengan nilai konservasi tinggi (WS
Palu Lariang, Taman Nasional Lore Lindu, Tahura);
2) memiliki keterbatasan pengembangan wilayah akibat keterbatasan kondisi biophisik;
3) mempunyai visi dan misi pembangunan berazaskan konservasi;
4) mempunyai komitmen politik untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan;
5) mempunyai sistem kelembagaan pengelolaan lingkungan yang memadai (lembaga formal berupa Balai Besar
Taman Nasional Lore Lindu, lembaga non formal dengan adanya sistem adat yang membatasi penguasaan dan
pengelolaan kawasan yang memiliki nilai ekologis).
Sedangkan pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Sigi diarahkan untuk pengembangan sektor
pertanian dalam arti luas yang tidak hanya mengedepankan pada fungsi produksi tetapi juga pengolahan pasca
panen, sehingga memiliki nilai tambah bagi masyarakat petani. Alokasi lahan pertanian di Kabupaten Sigi tersebar
pada beberapa kecamatan, terutama yang berada di sepanjang S. Gumbasa. Sedangkan kawasan perkotaan masih
mengumpul pada wilayah utara Kabupaten Sigi, sedangkan wilayah perdesaan tersebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Sigi. Berkut ini adalah Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sigi
Kabupaten Sigi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki kawasan hutan
lebih dari 70% luas wilayah, baik berupa kawasan hutan produksi, hutan lindung, maupun taman nasional. Selain itu
Kabupaten Sigi merupakan wilayah hulu dari WS Palu Lariang yang memiliki peran strategis sebagai penjaga
ekologi bagi PKN Palu.
Sedangkan pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Sigi diarahkan untuk pengembangan sektor
pertanian dalam arti luas yang tidak hanya mengedepankan pada fungsi produksi tetapi juga pengolahan pasca
panen, sehingga memiliki nilai tambah bagi masyarakat petani. Alokasi lahan pertanian di Kabupaten Sigi tersebar
pada beberapa kecamatan, terutama yang berada di sepanjang Sungai Gumbasa. Sedangkan kawasan perkotaan
masih mengumpul pada wilayah utara Kabupaten Sigi, sedangkan wilayah perdesaan tersebar di seluruh
kecamatan di Kabupaten Sigi. Adapun gambaran pola ruang di Kabupaten Sigi secara umum dapat dilihat pada
Tabel berikut ini :
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
Tabel 2.4
Rencana Pola Ruang Kabupaten Sigi 2010-2030
Persentase
No Rencana Pola Ruang Luas
(%)
Kawasan Lindung 268.837,60 51,74%
1 Hutan Lindung 136.910,91 26,35%
2 Kawasan Tahura dan Hutan Wisata Wera 3.114,45 0,60%
3 Kawasan Taman Nasional Lore Lindu 112.792,08 21,71%
4 Kawasan Lindung Setempat 12.561,41 2,42%
5 Tubuh Air 3.458,75 0,67%
Kawasan Budidaya 250.764,40 48,26%
1 Hutan Produksi 3.118,27 0,60%
2 Hutan Produksi Terbatas 123.787,00 23,82%
3 Kawasan Pertambangan 7.950,00 1,53%
4 Kawasan Pertanian Lahan Basah 23.697,00 4,56%
5 Kawasan Pertanian Lahan Kering 20.452,67 3,94%
6 Kawasan Perkebunan 55.718,95 10,72%
7 Kawasan Permukiman Perkotaan 10.418,00 2,00%
8 Kawasan Permukiman Perdesaan 4.740,00 0,91%
9 Kawasan Pariwisata 882,51 0,17%
Jumlah 519.602,00 100,00%
Sumber : Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
2.5 Sosial dan Budaya
Pembangunan bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 harus ditunjang oleh
ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana.
Pada tahun 2012 jumlah sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di Kabupaten Sigi sebanyak 129 unit
dengan murid sebanyak 3.431 orang, sedangkan jumlah guru sebanyak 179 orang dan rasio antara murid
dan guru sebesar 15.
Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) terdapat 250 unit sekolah yang terdiri dari 203 unit sekolah negeri
dan 47 unit sekolah swasta. Jumlah murid SD Negeri yang tercatat pada tahun 2012 adalah 27.192 oranf
dengan jumlah guru 1.725 orang, sehingga rasio murid terhadap guru sebesar 16. Sedangkan untuk SD
Swasta tercatat sebanyak 4.635 siswa dan 389 orang guru, sehingga rasio murid terhadap guru sebesar
12.
Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat 54 unit Sekolah yang terdiri dari 46 unit
sekolah negeri dan 8 unit sekolah swasta. Jumlah murid yang tercatat ditahun 2012 pada SLTP Negeri
sebanyak 8.629 orang dengan jumlah guru sebanyak 536 orang dan rasio murid terhadap guru sebesar
16. Sedangkan SLTP Swasta tercatat jumlah murid sebanyak 595 siswa. Dengan jumlah guru sebanyak
62 orang. Rasio murid terhadap guru sebesar 10.
Pada tahun 2012 terdapat 14 Sekolah Menegah Umum (SMU) yang terdiri dari 10 SMU Negeri dan
4 SMU Swasta. Sedangkan SMK Negeri maupun Swasta sebanyak 6 unit. Berikut adalah penjabaran
banyaknya sekolah di setiap Kecamatan di Kabupaten Sigi
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
Tabel 2.11
Jumlah Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Di Kabupaten Sigi
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah dan
pendekatan yang sistematis, terpadu dan menyeluruh untuk mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar
warga secara layak dan bermartabat. Berdasarkan data statistik tahun 2011 angka kemiskinan di Kabupaten Sigi
mencapai 28.033 rumah tangga miskin. Tabel berikut memaparkan tentang jumlah rumah tangga miskin per
Kecamatan di Kabupaten Sigi.
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
Tabel 2.12
Jumlah penduduk miskin per kecamatan
Jumlah keluarga miskin (Rumah
Nama Kecamatan
Tangga)
Pipikoro 1.529
Kulawi Selatan 1.297
Kulawi 1.817
Lindu 614
Nokilalaki 790
Palolo 3.946
Gumbasa 1.170
Dolo Selatan 2.208
Dolo Barat 1.635
Tanambulava 1.088
Dolo 2.303
Sigi Biromaru 4.329
Marawola 1.862
Marawola Barat 1.581
Kinovaro 1.864
Total 28.033
Sumber : Data Statistik Tahun 2011
Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kabupaten Sigi adalah sebanyak 51.441 Jumlah rumah terbanyak
terdapat di Kecamatan Sigi Biromaru., sekitar 9.797 rumah, ini disebabkan karena wilayah Kecamatan sigi
Biromaru adalah wilayah Ibu Kota kabupaten Sigi, sehingga pertumbuhan pendudukpun lebih pesat. Sedangkan
jumlah rumah yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Lindu sebanyak 871 rumah, hal ini disebabkan karena
wilayah Kecamatan Lindu masuk dalam wilayah kecamatan sangat terpencil yang ada di Kabupaten Sigi. untuk
mengetahui banyaknya jumlah rumah Per Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.13
Jumlah Rumah Per K ecamatan
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
Pipikoro 1871
Kulawi Selatan 2463
Kulawi 4270
Lindu 871
Nokilalaki 1421
Palolo 8035
Gumbasa 2717
Dolo Selatan 3722
Dolo Barat 2831
Tanambulava 1798
Dolo 4733
Sigi Biromaru 9797
Marawola 5575
Marawola Barat 1337
TOTAL 51.441
Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten Sigi, 2013
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
keberlanjutan dalam fungsi dan kegunaannya. Perlu keterlibatan masyarakat dalam penuntasan masalah
sanitasi dan untuk itu SKPD ini memiliki fungsi yang penting sebagai ujung tombak penguatan pemberdayaan
dan kelembagaan masyarakat agar mendukung penyelesaian masalah sanitasi di masyarakat.
5) Badan Lingkungan Hidup
Dalam penyusunan strategi penanganan permasalahan sanitasi, kondisi lingkungan daerah sangat memegang
peran penting. Dampak lingkungan sangat terkait dengan permasalahan sanitasi. Oleh karena itu, keberadaan
SKPD yang mengurusi lingkungan berperan penting pula terhadap kebijakan pembangunan sanitasi.
6) Bagian Hubungan Masyarakat SETDA Kabupaten Sigi
Aspek komunikasi dan informasi menjadi penting saat permsalahan sanitasi menjadi hal yang tidak populer
dimasyarakat. Dimana masalah sanitasi menjadi isu yang tidak penting dan tampak pada hasil usulan
musrenbang dari masyarakat yang menempatkan usulan pembangunan sarana sanitasi sebagai hal yang
jarang diusulkan. Untuk itu SKPD ini sangat penting untuk memberikan dan menyebarluaskan informasi
kepada masyarakat akan pentingnya arti sanitasi yang baik dan akibat dari sanitasi buruk.
Selain dari SKPD diatas, ada beberapa juga SKPD yang tekait dengan permasalahan sanitasi diantaranya
Dinas Pendidikan yang memiliki kaitan dengan pembangunan sarana sanitai di sekolah-sekolah dan bagaimana
menanamkan kapada anak sekolah tentang pentingnya masalah sanitasi. Dinas Koperindag yang bisa menjadi
penaggungjawab dalam pengembangan sektor industri dalam pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dan
pengembangan usaha yang berkaitan pengelolaan sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis. Tapi
melihat dari permasalahan yang terjadi di Kabupaten Sigi, keenam SKPD diatas memiliki kaitan langsung dengan
permasalahan sanitasi di Kabupaten Sigi.
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi
BUPATI
STAF AHLI BUPATI
WAKIL BUPATI
1. Bidang Hukum dan Politik
SEKRETARIAT DAERAH 2. Bidang Pemerintahan
3. Bidang Pembangunan
4. Bidang Kemasyarakatan dan
SDM
5. Bidang Ekonomi dan Keuangan
Asisten Bidang Asisten Bidang Asisten Bidang
Pemerintahan & Perekonomian & Administrasi Umum KELOMPOK JABATAN
Kesejahteraan Rakyat Pembangunan FUNGSIONAL
- Bagian Hukum dan
- Bagian Administrasi - Bagian Administrasi Organisasi
Pemerintahan Umum Perekonomian - Bagian Perlengkapan
- Bagian Administrasi - Bagian Administrasi & Umum
Kemasyarakatan Pembangunan - Bagian Humas
- Bagian Administrasi - Bagian Administrasi
Kesra SDA - Bagian Keuangan
15 KECAMATAN
156 DESA
DISUSUN Halaman 10
P O K J A S A N I TA S I K A B U PAT E N S I G I
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SIGI 2014
Gambar 2.2: Struktur SKPD yang terkait dalam pembangunan sanitasi Kabupaten/Kota
BUPATI
- Bahaya
Rokok
Radio Masyarakat Produksi dan - Penyuluhan Bersama-sama Sangat Efektif
Cakrawala Umum Di penyiaran dari PHBS menjaga
Palu : Wilayah Radio Citra - Penyuluhan perilaku hidup
- Kesehatan
Ibu dan
Anak
- Bahaya
Rokok
Sumber : Hasil survey Pokja Sanitasi Kabupaten Sigi