Anda di halaman 1dari 82

SINTESIS POLIMER ELEKTROLIT BIODEGRADABLE

BERBASIS CELLULOSE-CHITOSAN-CARRAGENAN
SEBAGAI MEMBRAN SEPARATOR PADA
BATERAI ION LITIUM

SKRIPSI

RETNO SARI DAMAYANTI


170204002

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan


hasil karya sendiri kecuali kutipan (baik secara langsung maupun tidak
langsung) saya ambil dari berbagai sumber dan disebutkan sumbernya.
Secara ilmiah saya bertanggung jawab atas kebenaran data dan fakta skripsi
ini.

Pekanbaru, 04 Oktober 2021


Saya yang menyatakan,

Retno Sari Damayanti


170204002

ii
Universitas Muhammadiyah Riau
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

SINTESIS POLIMER ELEKTROLIT BIODEGRADABLE BERBASIS


CELLULOSE-CHITOSAN-CARRAGENAN SEBAGAI MEMBRAN
SEPARATOR PADA BATERAI ION LITIUM

Disusun Oleh
Nama : Retno Sari Damayanti
NIM : 170204002
Program Studi : Kimia

TIM PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II

Rahmadini Syafri, M.Sc Dr. Sri Hilma Siregar, M.Sc


NIDN. 1025098501 NIDN. 1001127602

Ketua Program Studi Kimia

Rahmadini Syafri, M.Sc


NIDN. 1025098501

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Sains
pada Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Riau

Disetujui oleh
Dekan Fakultas MIPA dan Kesehatan

Juli Widiyanto, S.Kep., M. Kes. Epid


NIDN. 1002078001

iii
Universitas Muhammadiyah Riau
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Nama Mahasiwa : Retno Sari Damayanti


NIM : 170204002
Program Studi : Kimia
Fakultas : MIPA dan Kesehatan
Jenjang Pendidikan : Strata 1 (S1)
Jenis Karya : Skripsi
Judul Penelitian : Sintesis Polimer Elektrolit Biodegradable Berbasis
Cellulose-Chitosan-Carragenan Sebagai Membrsn
Separator Pada Baterai Ion Litium

No Nama Dewan Penguji Jabatan Tanda Tangan

1 Rahmiwati Hilma, M.Si Ketua Sidang


NIDN. 1025127501

2 Delovita Ginting, M.Si Penguji I


NIDN. 10231288801

3 Hasmalina Nasution, M.Si Penguji II


NIDN. 1011037301

4 Rahmadini Syafri, M.Sc Penguji III


NIDN. 1025098501

5 Dr. Sri Hilma Siregar, M.Sc Penguji IV


NIDN. 1001127602

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia

Rahmadini Syafri, M.Sc


NIDN. 1025098501
KATA PENGANTAR

iv
Universitas Muhammadiyah Riau
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan berkah, rahmat kasih serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sintesis Polimer Elektrolit Biodegradable
Berbasis Selulosa-Kitosan-Karagenan Sebagai Membran Separator Pada
Baterai Ion Litium” tepat pada waktunya. Penulis menyadari dalam penyelesaian
skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Mubarak, M.Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Riau
2. Bapak Juli Widiyanto, M.Kes Epid. selaku Dekan Fakultas MIPA dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau.
3. Ibu Dr. Sri Hilma Siregar, M.Sc selaku Wakil Dekan Fakultas MIPA Dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau serta sebagai pembimbing II
penulis yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Rahmadini Syafri, M.Sc selaku Ketua Program Studi Kimia serta sebagai
pembimbing I penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk
membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
5. Ibu Delovita Ginting, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Hasmalina Nasution, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan kritik
dan sarannya kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Ibu/Bapak Dosen Program Studi Kimia yang telah banyak memberikan
motivasi dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ayah Umbul Sumono dan Ibu Nur Cahaya, saudara kandung Reni Wijayanti
dan Ragil Surya Nendra serta seluruh keluarga yang telah memberikan
semangat berupa materi dan moril kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman sepenelitian penulis, Friti Aulia yang telah bersama-sama berjuang
untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan dalam skripsi ini dengan baik.

v
Universitas Muhammadiyah Riau
10. Sahabat Ante Squad penulis Dhea Fitri Jenery, Ismi Latifah, Marlian,
Norramizawati, Novialis Dayumita, serta teman-teman kimia angkatan 2017
yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat STI Efi Sulastri, S.IP, Aulia Ariyani, Wahdah Indah Khuluqi yang
mendo’akan untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat Azam Sianida Endah Wulandari, S.Farm, Dini Arbavionita, S.Pd, Lia
Haryani, S.Si, Putri Ayu Ramadhani, Fidiana Elyan Sauyadias, Shania
Fadhilla dan Bhestrix Vania yang telah menginspirasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
13. Bang Hardi Rahayu Saputra, S.Si, kak Tahrirul Rida’ Nisaa, S.Si, bang
Guswandi Avis, S.Si, Eldias Ferdiansyah calon S.Si yang telah memberikan
semangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Terakhir, saya ingin berterimakasih kepada saya karena telah percaya pada
diri sendiri, terimakasih telah melakukan semua kerja keras ini, terimakasih
karena telah merelakan hari liburnya, terimakasih karena tidak pernah
berhenti dan menyerah, dan terimakasih telah menjadi diri sendiri sepanjang
waktu dan terus bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga ALLAH mmemberi balasan yang berlipat ganda atas segala
kebaikan dan kemuliaan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari Skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan segala aspek kehidupan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pekanbaru, 13 September 2021

Retno Sari Damayanti

HALAMAN PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER


INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Sintesis


Polimer Elektrolit Biodegradable Berbasis Cellulose-Chitosan-Carragenan

vi
Universitas Muhammadiyah Riau
Sebagai Membrsn Separator Pada Baterai Ion Litium” adalah benar karya
saya dengan arahan dari tim pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan atau yang tidak diterbitkan dari penulis lain
terlah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Universitas Muhammadiyah Riau.

Pekanbaru, 04 Oktober 2021

Retno Sari Damayanti


170204002

SINTESIS POLIMER ELEKTROLIT BIODEGRADABLE BERBASIS


CELLULOSE-CHITOSAN-CARRAGEENAN SEBAGAI MEMBRAN
SEPARATOR PADA BATERAI ION LITIUM

Retno Sari Damayanti


170204002

vii
Universitas Muhammadiyah Riau
ABSTRAK

Bahan ramah lingkungan yang belum banyak dikembangkan sebagai


sumber penyimpanan energi adalah elektrolit padat. Untuk itu, dilakukan
pembuatan elektrolit polimer sebagai separator dalam aplikasi baterai yang
dengan kombinasi antara bahan yaitu carragenan, Hidroxyl Ethyl Cellulose dan
Carboxymethyl Chitosan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat
mekanik, karakterisasi serta sifat fisik biodegradable dan electrolyte uptake pada
membran gel polimer elektrolit (GPE) sebagai separator dengan metode solution
casting. GPE dibuat dengan mencampurkan carragenan, Carboxymethyl Chitosan
dan Hidroxyl Ethyl Cellulose dalam beberapa variasi (100:0:0, 0:100:0, 0:0:100,
50:50:0, 0:50:50 dan 50:0:50) dengan penambahkan 0,5 gram LiOH dan
glutaraldehid 6 ml. GPE dengan kombinasi karagenan 50% dan selulosa 50%
memiliki nilai mekanik kuat tarik tertinggi dengan nilai 81,4255 MPa, nilai
pemanjangan terendah sebesar 11,68% dan nilai ketebalan 0,235 mm. Hasil
karakterisasi XRD menunjukan kristalinitas pada membran karagenan 50%
dengan selulosa 50% memiliki puncak khas 11,56º yang mempengaruhi nilai
mekanik. Hasil karakterisasi FTIR menunjukan gugus S=O, C-H, C-O, OH, N-H
dan C-O-C. Hasil karakterisasi SEM menunjukan bentuk morfologi membran
yang berpori pada variasi selulosa 50% dengan kitosan 50% dan karagenan 50%
dengan kitosan 50% yang dapat mempengaruhi nilai serapan larutan elektrolit.
Hasil pengujian sifat fisik biodegradable dalam media tanah dengan rentang
waktu 7 hari memperlihatkan bahwa membran GPE mengalami kerusakan massa
selama proses penguburan dalam media tanah. Hasil pengujian electrolyte uptake
menunjukan nilai daya serap larutan elektrolit pada membran variasi kitosan
100%, karagenan 50% dengan kitosan 50% : selulosa asetat 50% yang
mempengaruhi daya hantar larutan elektrolit sebagai separator dalam aplikasi
baterai litium.

Kata kunci : Membran Gel Polimer Elektrolit (GPE), Carragenan, Carboxymethyl


Chitosan (CC), Hidroxyl Ethyl Cellulose (HEC)

SYNTHESIS OF BIODEGRADABLE ELECTROLYTE POLYMER


BASED ON CELLULOSE-CHITOSAN-CARRAGEENAN AS SEPARATE
MEMBRANES IN LITHIUM ION BATTERIES

Retno Sari Damayanti


170204002

viii
Universitas Muhammadiyah Riau
ABSTRACT

Environmentally friendly materials that have not been widely developed as


a source of energy storage are solid electrolytes. For this reason, polymer
electrolytes are made as separators in battery applications with a combination of
materials, namely carragenan, Hidroxyl Ethyl Cellulose and Carboxymethyl
Chitosan. This study aims to determine the mechanical properties, characterization
and physical properties of biodegradable and electrolyte uptake on a gel polymer
electrolyte (GPE) membrane as a separator with the solution casting method. GPE
is made by mixing carragenan, Carboxymethyl Chitosan and Hydroxyl Ethyl
Cellulose in several variations (100:0:0, 0:100:0, 0:0:100, 50:50:0, 0:50:50 and
50:0: 50) by adding 0.5 grams of LiOH and 6 ml of glutaraldehyde. GPE with a
combination of 50% carrageenan and 50% cellulose has the highest mechanical
tensile strength value with a value of 81.4255 MPa, the lowest elongation value of
11.68% and a thickness value of 0.235 mm. The results of XRD characterization
showed that the crystallinity of 50% carrageenan membrane with 50% cellulose
had a typical peak of 11.56º which affected the mechanical value. The results of
the FTIR characterization showed S=O, C-H, C-O, OH, N-H and C-O-C groups.
The results of SEM characterization showed the morphological form of the porous
membrane in the variation of cellulose 50% with 50% chitosan and 50%
carrageenan with 50% chitosan which could affect the absorption value of the
electrolyte solution. The results of testing the physical properties of biodegradable
in soil media with a span of 7 days showed that the GPE membrane suffered mass
damage during the burial process in soil media. The results of the electrolyte
uptake test show the absorption value of the electrolyte solution on the membrane
variations of 100% chitosan, 50% carrageenan with 50% chitosan: 50% cellulose
acetate which affects the conductivity of the electrolyte solution as a separator in
lithium battery applications.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS.................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI................................................................iii

ix
Universitas Muhammadiyah Riau
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI...........................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................vii
ABSTRAK.......................................................................................................viii
ABSTRACT.......................................................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xii
DAFTAR TABEL............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................3
1.3 Batasan Masalah..................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1 Baterai Litium (battery lithium)...........................................................5
2.2 Polimer Elektrolit (polymer electrolyte)..............................................6
2.3 HEC (hydroxy ethyl cellulose).............................................................7
2.4 Karagenan (carragenan)......................................................................8
2.5 kitosan (chitosan).................................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................13
3.1 Desain Penelitian................................................................................13
3.2 waktu dan Tempat Penelitian.............................................................14
3.3 Bahan dan Alat...................................................................................14
3.3.1 alat............................................................................................14
3.3.2 bahan........................................................................................14

3.4 prosedur..............................................................................................14
3.4.1 prosedur keselamatan kerja......................................................14
3.4.2 prosedur kerja...........................................................................15
3.5 Jaminan Mutu.....................................................................................19
3.5.1 jaminan mutu alat dan instrument............................................19

x
Universitas Muhammadiyah Riau
3.5.2 jaminan bahan kimia dan reagen..............................................19
3.5.3 jaminan mutu metode...............................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................21
4.1 Hasil...................................................................................................21
4.1.1 hasil membran induk................................................................21
4.1.2 pengujian kuat tarik (tensile)...................................................23
4.1.3 pengujian pemanjangan (elongasi)..........................................24
4.1.4 pengujian ketebalan.................................................................24
4.1.5 pengujian biodegradasi............................................................24
4.1.6 pengujian electrolyte uptake....................................................26
4.1.7 x-ray diffraction (XRD)...........................................................27
4.1.8 scanning electron microscopy (SEM)......................................27
4.1.9 fourier tansform infrared spectroscopy (FTIR).......................28
4.2 pembahasan........................................................................................30
4.2.1 membran induk........................................................................30
4.2.2 pengujian kuat tarik (tensile)...................................................31
4.2.3 pengujian pemanjangan (elongasi)..........................................32
4.2.4 pengujian ketebalan.................................................................34
4.2.5 pengujian biodegradasi............................................................35
4.2.6 pengujian electrolyte uptake....................................................37
4.2.7 x-ray diffraction (XRD)...........................................................38
4.2.8 scanning electron microscopy (SEM)......................................39
4.2.9 fourier tansform infrared spectroscopy (FTIR).......................40
BAB V KESIMPULAN...................................................................................42
5.1 Kesimpulan........................................................................................42
5.2 Saran...................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................44
LAMPIRAN.....................................................................................................49

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Elektron Baterai.....................................................................5


Gambar 2.2 Hidroxy Ethyl Cellulose (HEC).........................................................7
Gambar 4.1 Puncak Difraksi XRD........................................................................27

xi
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 4.2 Morfologi SEM..................................................................................27
Gambar 4.3 Spektrum FTIR..................................................................................28
Gambar 4.4 Diagram Nilai Kuat Tarik (tensile)....................................................31
Gambar 4.5 Diagram Nilai Pemanjangan (elongasi)............................................33
Gambar 4.6 Diagram Nilai Ketebalan...................................................................34
Gambar 4.7 Diagram Nilai Biodegradasi..............................................................36
Gambar 4.8 Diagram Electrolite Uptake...............................................................37

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan State Of The Art...................................................................10


Universitas Muhammadiyah Riau
Tabel 3.1 Variasi Komposisi Membran GPE........................................................16
Tabel 3.2 Jaminan Mutu Alat dan Instrumen........................................................19

xii
Universitas Muhammadiyah Riau
Tabel 3.3 Jaminan Mutu Kimia dan Reagen.........................................................20
Tabel 3.4 Jaminan Mutu Metode...........................................................................20
Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Membran GPE...........................................................21
Tabel 4.2 Hasil Uji Kuat Tarik..............................................................................23
Tabel 4.3 Hasil Pemanjangan (elongasi)...............................................................24
Tabel 4.4 Hasil Ketebalan.....................................................................................24
Tabel 4.5 Hasil Biodegradasi................................................................................25
Tabel 4.6 Hasil Electrolite Uptake........................................................................26
Tabel 4.7 Gugus Fungsi FTIR...............................................................................29

DAFTAR LAMPIRAN

Universitas
Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Riau
Riau
Lampiran 1. Desain Penelitian..............................................................................49
Lampiran 2. Skema Kerja......................................................................................50

xiii
Universitas Muhammadiyah Riau
Lampiran 3. Perhitungan.......................................................................................51
Lampiran 4. Difraksi XRD....................................................................................58
Lampiran 5. Spektrum FTIR.................................................................................60
Lampiran 6. Dokumentasi.....................................................................................62

Universitas Muhammadiyah Riau

xiv
Universitas Muhammadiyah Riau
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi seperti sekarang ini penggunaan peralatan elektronik
seperti telepon genggam, laptop dan gadget lainnya semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan perlunya peralatan penyimpan energi listrik (baterai) yang efisien
(Permatasari et al., 2017). Baterai harus mampu bekerja secara efisien, bahan
bakunya mudah diperoleh, ekonomis, ramah lingkungan dan berkapasitas tinggi.
Salah satu jenis baterai yang efisien adalah baterai sekunder seperti baterai ion
litium. Baterai sekunder merupakan jenis baterai di mana terjadi reaksi kimia
secara reversible. Pada saat baterai digunakan dengan menghubungkan beban
pada terminal baterai (discharge), elektron akan mengalir dari negatif ke positif.
Sedangkan pada saat sumber energi luar dihubungkan ke baterai sekunder,
elektron akan mengalir dari positif ke negatif sehingga terjadi pengisian muatan
pada baterai (Saputry et al., 2019). Baterai ion litium memiliki densitas energi dan
tegangan yang tinggi serta memiliki siklus hidup yang panjang (Satriyady et al.,
2016).
Baterai litium memiliki kelemahan dalam sifatnya yang reaktif terhadap air
atau uap air, akibatnya dalam perakitan baterai litium harus bebas air
(Lestariningsih et al., 2017). Baterai litium memiliki cairan elektrolit yang mudah
terbakar bila mengalami kebocoran, masalah lain yang dapat ditimbulkan adalah
semakin meningkatnya material beracun dan berbahaya di lingkungan akibat
pembuangan limbah baterai tersebut. Selain itu, baterai ion litium relatif mahal
dikarenakan manufaktur sel yang khusus (Pratiwi, 2018).
Baru-baru ini, orang beralih dari elektrolit cair menjadi elektrolit bermatriks
padatan sebagai elektrolit baterai (Wigayati et al., 2018). Membran elektrolit
padat yang ideal harus memiliki stabilitas kimia, stabilitas termal konduktivitas
yang tinggi, fleksibilitas tinggi, biaya rendah dan ketersediaannya melimpah di
alam (Pratiwi, 2018). Pada sistem baterai litium, bahan elektrolit polimer padat
berfungsi sebagai penghantar ion litium antar elektroda sekaligus bertindak
sebagai separator. Bahan elektrolit polimer memiliki keunggulan antara lain
mudah kontak dengan komponen elektroda, mudah difabrikasi dalam bentuk film
2

tipis dan mempunyai sifat listrik, optik dan mekanik yang baik (Yulianti et al.,
2017).
Sampai saat ini membran GPE (Gel Polymer Electrolite) komersial yang
diproduksi terbuat dari bahan sintetik seperti PEO (polietilen oksida)
(Priyambodo, 2017), PEG (polietilen glikol), PVA (polivinil alkohol) dan
polivinil asetat. Namun penggunaan polimer sintesis sebagai bahan elektrolit
padat ternyata masih memiiki berbagai kekurangan. Selain harganya yang mahal,
dampak lingkungan akibat menumpuknya sampah kimia juga menjadi salah satu
permasalahan yang sering muncul (Lusiana et al., 2018).
Untuk mengatasi masalah tersebut, pengembangan membran GPE (Gel
Polymer Electrolite) yang ramah lingkungan perlu dilakukan, beberapa poin
penting dan persyaratan yang diperlukan untuk fabrikasi membran GPE (Gel
Polymer Electrolite) selain ramah lingkungan yaitu membran dengan
konduktivitas ionik yang memadai yang dibarengi dengan tingginya nilai
resistivitas elektronik, biaya rendah, stabilitas kimia yang baik, sifat mekanik
yang baik, penanganannya mudah, stabilitas termal yang baik, serta aman
digunakan (Patimatuzzohrah et al., 2015).
Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Gonggo et al., 2017). Membran
kitosan termodifikasi PVA masih mempunyai pori-pori yang asimetris. Oleh
karena itu, diperlukan penambahan litium sebagai bahan untuk meningkatkan
konduktivitas ionik pada kitosan yang berasal dari pergerakan ion-ionnya dan
membuat penyebaran pori-pori yang merata pada membran kitosan-PVA-litium.
Semakin banyak litium yang ditambahkan, maka semakin banyak pula
pemerataan pori-pori yang terbentuk pada membran. Komposisi litium yang
digunakan dalam pembuatan membran elektrolit adalah sebesar 2%.
Beberapa biopolimer digunakan untuk membuat perangkat elektrokimia
adalah pati, selulosa, kitosan, agar-agar dan karagenan. Bahan-bahan ini
menunjukkan konduktifitas ionik lebih rendah dari cairan elektrolit. Oleh sebab
itu konduktivitas ionik menjadi karakteristik penting dalam pengembangan bahan
ini. Usaha yang ekstensif telah banyak dilakukan untuk pengembangan bahan ini.
Untuk meningkatkan konduktivitas polimer dilakukan berbagai usaha antara lain
memodifikasi jenis polimer ini dengan plastisasi (Yulianti et al., 2015).

Universitas Muhammadiyah Riau


3

Karagenan merupakan polisakarida tersulfasi linier yang diperoleh dari warna


merah rumput laut yang bisa dimakan. Ini terutama digunakan dalam industri
makanan karena mereka sifat gel, penebalan dan menstabilkan (Liang et al. 2014).
Selain itu, karagenan menunjukkan potensi yang baik untuk bertindak sebagai
polimer elektrolit karena konsumsi energinya yang rendah, sintesis biaya rendah
dan ramah lingkungan (Rudhziah et al. 2015). Gel karagenan memiliki sifat
termo-reversibel. Berdasarkan tingkat sulfat, karagenan diklasifikasikan sebagai
kappa karagenan, lamda karagenan dan iota karagenan.
Dari pembahasan di atas, maka dilakukan penelitian tentang sintesis polimer
elektrolit biodegradable berbasis cellulose-chitosan-carrageenan untuk
kedepannya digunakan sebagai membran separator pada baterai ion litium yang
aman, berbahan alami, murah dan ramah lingkungan, Serta mengkaji sifat fisik
dan mekaniknya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian adalah :
1. Bagaimana morfologi, gugus fungsi dan kristalinitas polimer yang
terbentuk dari membran GPE dengan kombinasi cellulose-chitosan-
carrageenan ?
2. Bagaimana sifat kuat tarik dari membran GPE dari paduan cellulose-
chitosan-carrageenan ?
3. Bagaimana sifat biodegradasi membran GPE dengan media tanah sampah?

1.3 Batasan Masalah


Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan atau pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah
dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai.
Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Luas lingkup hanya meliputi informasi mengenai membran gel polimer
elektrolit (GPE) dengan kombinasi cellulose-chitosan-carrageenan.

Universitas Muhammadiyah Riau


4

2. Informasi yang disajikan yaitu mengenai sifat fisik dan mekanik, bentuk
morfologi, gugua fungsi, kristalinitas, sifat biodegradasi dan sifat
electrolyte uptake pada membran gel polimer elektrolit (GPE) dengan
kombinasi cellulose-chitosan-carrageenan.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui morfologi, gugus fungsi dan kristalinitas polimer yang
terbentuk dari kombinasi cellulose-chitosan-carrageenan
2. Mengetahui sifat kuat tarik dari membran GPE dari paduan cellulose-
chitosan-carrageenan
3. Mengetahui sifat biodegradasi membran GPE dengan media tanah sampah

1.5 Manfaat penelitian


1. Dihasilkannya produk membran polimer elektrolit yang biodegradable
menggunakan kombinasi cellulose-chitosan-carrageenan.
2. Produk membran polimer elektrolit yang dihasilkan bersifat ramah
lingkungan dan memiliki tingkat kinerja komprensif yang baik terhadap
baterai ion litium.
3. Sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan dalam mencegah dan
mengatasi kerusakan lingkungan akibat limbah baterai elektrolit cair
maupun limbah membran GPE non-biodegradable/sintetis.

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baterai Litium (battery litium)


Baterai litium merupakan baterai sekunder yaitu jenis baterai di mana terjadi
reaksi kimia secara reversible. Pada saat baterai digunakan dengan
menghubungkan beban pada terminal baterai (discharge), elektron akan mengalir
dari negatif ke positif. Sedangkan pada saat sumber energi luar dihubungkan ke
baterai sekunder, elektron akan mengalir dari positif ke negatif sehingga terjadi
pengisian muatan pada baterai (Saputry et al., 2019). Baterai ini merupakan jenis
baterai isi ulang yang paling populer untuk peralatan elektronik portabel, karena
memiliki salah satu kepadatan energi terbaik, tanpa efek memori, dan mengalami
kehilangan isi yang lambat saat tidak digunakan (Afif et al., 2015).

Gambar 2.1 skema elektron baterai (Prasetyo et al., 2020).

Baterai litium memiliki 4 komponen penting yaitu katoda (elektroda positif),


anoda (elektroda negatif), material komersial. Material komersial itu biasanya
menggunakan grafit. Bahan anoda diperlukan ada Baterai Litium karena logam Li
menyebabkan hubungan pendek memulai reaksi termal cepat pada katoda dan
anoda. Karena itulah logam Li mudah terbakar dan siklus hidupnya pendek
(Prasetyo et al., 2020).
6

2.2 Polimer Elektrolit (polymer electrolyte)


Solid Polymer Electrolyte (SPE) adalah bidang yang muncul sebagai peneliti
terutama berfokus pada sumber daya elektrokimia hijau dan aman
(ShanmugaPriya et al., 2018). bahan elektrolit polimer padat berfungsi sebagai
penghantar ion litium antar elektroda sekaligus bertindak sebagai separator
(Yulianti et al., 2017). Konduktivitas ionik membran elektrolit polimer ditentukan
oleh fasa elastomer dari polimer yang strukturnya amorf (Wigayati et al., 2018).
elektrolit dengan bentuk padatan (solid) lebih aman, mudah dipakai, bebas dari
kebocoran dan dapat dibuat dengan dimensi lebih kecil seperti lapisan tipis
(Gonggo et al., 2017).
Bahan elektrolit padat berbasis polimer mempunyai banyak keunggulan yaitu
mudah dibentuk sesuai keinginan, mudah difabrikasi, kuat secara mekanik dan
fleksibel untuk didesain sehingga memungkinkan untuk miniaturisasi (Yulianti et
al., 2015). Prinsip dasar dari elektrolit polimer adalah meningkatkan daya hantar
dari matriks polimer dengan menambahkan garam atau asam kuat. Kapasitas
baterai ion-litium ditentukan oleh konduktivitas ionik yaitu ion Li +. Konduktivitas
ionik dipengaruhi oleh dua hal, yakni konsentrasi dari ion sebagai pembawa
muatan dan mobilitas ion-ion tersebut (Wigayati et al., 2018).
Berdasarkan penelitian (Lestariningsih et al., 2020) bahwa elektrolit polimer
padat akan mengalami kestabilan temperatur 117 oC Seperti yang dikemukakan
oleh (Nurhadini et al., 2021) bahwa komposisi polimer elektrolit menyebabkan
adanya peningkatan intensitas pada bilangan gelombang 1718 cm-1 dan
peningkatan intensitas serapan pada bilangan gelombang 1271 cm -1 dengan
masing-masing puncak serapan gugus fungsi dari C=O dan gugus fungsi C-O.
dan berdasarkan data kondutifitas (kitosan/PVA/gliserol/LclO 4) memiliki
konduktivitas tertinggi sebesar 4,8 x 10-5 S/cm.

Universitas Muhammadiyah Riau


7

2.3 Hidroksil Etil Selulosa (Hydroxy Ethyl Cellulose)

Gambar 2.2 Hydroxy Ethyl Cellulose (HEC)


Selulosa merupakan polimer yang dapat terdegradasi dengan baik di alam,
selulosa asetat dapat meningkatkan sifat membran polimer elektrolit untuk
diaplikasikan pada baterai ion litium (Nurhadini et al., 2018). EC (Ethyl
Cellulose) adalah polisakarida linier yang berasal dari selulosa. Dalam proses
produksinya, gugus hidroksil selulosa disubstitusi dengan etil kelompok dalam
karbonat dari 2, 3 atau 6 (Naeli et al., 2020). Penggunaan produk selulosa
diantaranya sebagai film, serat, membran, pita perekam suara dan banyak aplikasi
lainnya (Fitriyano et al., 2016).
Selain itu, selulosa memiliki pori asimetrik dimana bagian skin layer akan
membentuk porous dan lapisan bawah membentuk finger like, sehingga dapat
menyaring semua garam terlarut dan molekul yang lebih kecil dari pori membran
(Yuspitasari et al., 2018). menurut (Naeli et al., 2020) didalam jurnalnya
peningkatan yang signifikan dalam slip melting point (SMP) (p b 0,05); berbeda
dengan lemak, SMP tidak bergantung pada SFC. Dengan peningkatan kontribusi
biopolimer, signifikan penurunan yang signifikan diamati pada nilai kehilangan
minyak (OL) (p b 0,05). Sejalan dengan itu, oleo gel berbasis (ethyl celulose)
EC/HPMC memiliki nilai OL yang lebih rendah. Menurut tes reologi, dengan
peningkatan kontribusi biopolimer, peningkatan dalam rentang viskoelastik linier,
karakter elastis, dan kekuatan diamati. Penelitian yang dilakukan oleh
(Munawaroh et al., 2019) menunjukkan bahwasanya pembuatan separator pada
baterai ion litium menggunakan Polyvinylidene Fluoride-Selulosa Asetat (PVDF-
CA) dengan komposisi PVDF sebanyak 5.6 gram dan CA sebanyak 1.4 gram

Universitas Muhammadiyah Riau


8

yang menggunakan Al(OH)3 sebanyak 0.7 gram sebagai doping memiliki


porositas yang tinggi (68.6%), serapan elektrolit yang tinggi (403.9%), dan
konduktivitas ion yang baik (2.85 mS cm−1).

2.4 Karagenan (carrageenan)


Karagenan adalah polisakarida tersulfasi linier yang diperoleh dari warna
merah rumput laut yang bisa dimakan. Terutama digunakan dalam industri
makanan karena mereka sifat gel, penebalan dan menstabilkan (ShanmugaPriya et
al., 2018). Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester
kalium, natrium, magnesium, dan kalium sulfat, dengan galaktosa dan 3,6-
anhydro-galaktosa, gel karagenan memiliki sifat termo-reversibel (Romenda et
al., 2013). Karagenan menunjukkan potensi yang baik untuk bertindak sebagai
polimer untuk elektrolit polimer karena konsumsi energinya yang rendah, sintesis
biaya rendah dan kompatibilitas dengan garam (ShanmugaPriya et al., 2018).
Selain itu, Karagenan adalah polimer yang larut dalam air dari rantai linear
sebagian galaktan sulfat yang memiliki potensi tinggi sebagai pembentuk edible
film (Rusli et al., 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Maryuni et al., 2018), menunjukan
bahwa semakin tinggi konsentrasi tepung karagenan yang digunakan, maka akan
meningkatkan total bahan padatan terlarut yang ada dalam larutan pembentuk
bioplastik, sehingga setelah proses pengeringan akan menghasilkan bioplastik
yang lebih tebal. Ketebalan bioplastik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi
padatan terlarut pada larutan pembentuk bioplastik. Hal ini terjadi karena jumlah
polimer karagenan yang semakin banyak di dalam matriks bioplastik, dimana
setiap monomer karagenannya terhubung dengan ikatan hidrogen intermolekul
yang menyebabkan terbentuknya rongga didalam matriks bioplastik, sehingga
bioplastik menjadi semakin tebal.

2.5 Karboksil kitosan (Carboxylated Chitosan)


Kitosan [C6H11NO4]n adalah biopolimer organik, yang memiliki sifat-sifat
non-toksik, biokompatibel, biodegradable, dan hidrofilik (Sunardi et al., 2019).
Karena sifat kristalin kitosan, bagian kristalin pada kitosan akan menghalangi

Universitas Muhammadiyah Riau


9

masuknya molekul air ke dalam membran kitosan sehingga menghambat transpor


ion hidroksida di dalam membran yang didukung dengan adanya gugus polar dan
non polar yang dikandungnya. Dengan demikian kitosan dapat digunakan sebagai
pengental, pengikat, penstabil, pembentuk tekstur, dan pembentuk gel
(Pratiwi,2018).
Jenis Kitosan karboksil (Carboxylated Chitosan), merupakan biota laut yang
tersedia secara alami bahan polimer memiliki gugus hidrofilik yang besar. Kitosan
karboksil adalah biokompatibel, biodegradable, anti bakteri, film yang baik
membentuk, dan polimer tidak beracun dan telah menarik perhatian luas dari
biomedis ke sistem rekayasa jaringan (Zhang et al.,2021). Kitosan merupakan
polimer biodegradable tidak beracun dengan berat molekul tinggi (Aziz et al.,
2017). Membran berbasis kitosan dapat memiliki struktur dan ketahanan tinggi.
Selain itu, kitosan digunakan karena memiliki sifat stabilitas termal tinggi,
memiliki gugus amino dan hidroksil yang dapat dimodifikasi dengan bahan kimia
lainnya (Sunardi et al., 2019). Menurut (Masriana et al., 2017), adanya gugus -OH
dari polivinil alkohol dan gugus -NH2 dari kitosan dapat menyebabkan membran
polimer elektrolit memiliki hantaran yang baik.
Penelitian (Gonggo et al., 2017), menyatakan bahwa konduktivitas ion pada
elektrolit polimer dengan kitosan dan litium dapat mencapai 10-5 Scm-1, disisi lain
diperoleh kombinasi dari 40% b/v kitosan dan 60% b/v PVA mampu membentuk
film yang kokoh, namun memiliki kristalinitas yang rendah. Menurut (Berghuis et
al., 2020). Uji ketahanan membran terhadap suhu sebesar 120 oC sedangkan nilai
konduktivitas ionik terbesar dimiliki oleh tipe membran CTSN-1,5 dengan nilai
0,114 meq/g. Hasil analisis SEM menunjukan bahwa membran mempunyai
struktur yang rapat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Yulianti et al.,
2015), penelitian elektrolit polimer padat berbasis kitosan telah banyak dilakukan.
Salah satunya adalah fabrikasi film elektrolit padat berbasis kitosan menggunakan
teknik implantasi ion. Konduktifitas ionik membran yang dihasilkan masih relatif
rendah yaitu sekitar 10-7 S/cm. Penambahan berbagai jenis garam seperti garam
Ag-Triflat dan NH4NO3 terhadap matriks kitosan dengan metode basah juga telah
banyak dilakukan dalam rangka mendapatkan elektrolit polimer dengan nilai
konduktivitas yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi.

Universitas Muhammadiyah Riau


10

Tabel 2.1 Ringkasan State Of The Art


No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian
1 Ariyanto, Komposit kitosan- kitosan-vanilin Hasil analis kapasitas tukar
2012 vanilin/PVA/lempun (KV)/-Polivinil kation (KTK) menunjukan
g coklat (KVLC) dan alkohol (PVA) membran kitosan
komposit kitosan- –lempung vanillin/PVA/lempung abu
vanilin/PVA/lempun abu (KVLA) memiliki nilai
g abu-abu (KVLA) kapasitas tukar kation
dibuat dengan (KTK) lebih besar daripada
penambahan resin Komposit kitosan
KV dan PVA ke vanilin/PVA/lempung
dalam lempung yang coklat (KVLC) yaitu 3,35
dikembangkan meq/g.
dalam larutan asam
asetat 1% (w/w)
selama 12 jam
2 William et Pencampuran Komposit Komposit PANI-selulosa
al., 2014 Komposit Polianilina- dengan variasi massa anilina
Polianilina-Selulosa Selulosa 2 g dan 4 g berturut-turut
(PANI-Selulosa) (PANI- menghasilkan nilai
Selulosa) konduktivitas 0,1259-
0,1422 S/cm dan 0,2342-
0,3644 S/cm

3 Novitasari Pencampuran kitosan- polimer elektrolit dengan


et al., kitosan - polivinil polivinil penambahan silika 5%
2016 alkohol - litium- alkohol-litium- menghasilkan konduktivitas
silika
silika ionik tertinggi sebesar 2,005
x 10-7 S/cm. Hasil ini
menunjukkan bahwa silika
dapat digunakan sebagai
pengisi untuk meningkatkan
konduktivitas ionik.

4 Yulianti et metode casting Komposit Elektrolit polimer padat


al., 2017 kitosan berbasis komposit
zirkonia/ kitosan-ZrO2-LclO4 yang
Litium telah ditambah gliserol
perklorat sebagai plastcizer
dengan mempengaruhi sifat
intrinsik elektrolit polimer
penambahan
dengan film semakin amorf
gliserol

Universitas Muhammadiyah Riau


11

No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian


serta menjadi lebih elastis.
5 Rusli et Pencampuran Karagenan Hasil penelitian
al., 2017 karagenan dengan dengan menunjukkan bahwa
pemlastis gliserol pemlastis konsentrasi karagenan dan
gliserol gliserol yang digunakan
dengan metode acak
dalam formulasi
berpengaruh terhadap
karakteristik Edible film.
Ketebalan film dan kadar air
sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi karagenan dan
gliserol, sedangkan
pemanjangan hanya
dipengaruhi oleh
konsentrasi karagenan.

6 Sjahriza et Metode gel casting Poli(vinil Komposit C-dot dengan


al., 2018 pirolidon) dan polimer dapat meningkatkan
karagenan kuat tarik dan modulus
elatisitas film polimer.
Konsentrasi optimum C-dot
sebagai pengisi (filler)
untuk PVP sebesar 0,7% b/b
dan karagenan 1,5% b/b . C-
dot dapat berperan sebagai
pengisi dalam kuat tarik
pada film polimer.
Penambahan C-dot pada
film polimer sintetik
maupun alam dapat
meningkatkan sifat mekanik
dalam film polimer dan
tidak memberi hasil yang
berbeda.

7 Sunardi et metode casting Kitosan/LiOH pembentukan


al., 2019 gugus fungsi baru –OH pada
kitosan/LiOH
pada panjang gelombang
3500 nm dan terjadi
interasi ikatan bending
antara –OH dan NH3
pada panjang gelombang
1500 – 945 nm.
Kitosan/LiOH
No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian

Universitas Muhammadiyah Riau


12

menghasilkan membran
lebih fleksibel dan tidak
bersifat higroskopis

8 Fauza et metode solution selulosa yang membran separator selulosa


al., 2019 casting diekstrak dari yang diekstrak dari alga
alga Cladophora menghasilkan
Cladophora Ketebalan membran
separator yang dihasilkan
berkisar antara 80-176 μm.
Makin rendah konsentrasi
selulosa yang digunakan
maka dihasilkan pori yang
lebih besar pula. Ketahanan
termal membran separator
selulosa menunjukkan
dekomposisi pada
o
temperatur 350 C.

9 Munawaro Metode Polyvinylidene pembuatan separator pada


h et al., pencampuran Fluoride- baterai ion litium
2019 Polyvinylidene Selulosa menggunakan
Fluoride-Selulosa Asetat (PVDF- Polyvinylidene Fluoride-
Asetat (PVDF-CA) CA) Selulosa Asetat (PVDF-CA)
memiliki porositas yang
tinggi (68.6%), serapan
elektrolit yang tinggi
(403.9%), dan konduktivitas
ion yang baik (2.85 mS
cm−1).

10 Zaki et pencampuran Gliserol, CMC Hasil penelitian tentang


al., 2021 karagenan, cmc dan Dan nilai ketebalan film
gliserol Karagenan bioplastik terbaik pada
karagenan 3,5 g yaitu 0,093
mm, kuat
tarik terbaik pada 1,5 g yaitu
2,587 Mpa, elongasi terbaik
pada karagenan 1,5 g
sebesar 44,992%.

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan sintesis membran polimer elektrolit biodegradable
berbasis cellulose-chitosan-carrageenan untuk aplikasi baterai ion litium.
Penelitian ini dilakukan dalam skala laboraturium dengan menggunakan metode
solution casting. Metode ini merupakan metode yang mengacu pada penelitian
yang dilakukan pada (Widiarti et al., 2017). Dalam penelitian ini, penggunaan
bahan alami seperti carrageenan dapat digunakan sebagai membran polimer
elektrolit yang bersifat biodegradable dalam pengaplikasian baterai ion litium.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui morfologi dan kristalinitas polimer
yang terbentuk dari kombinasi selulosa, kitosan dan karagenan, mengetahui sifat
kuat tarik dari membran GPE dari paduan selulosa, kitosan dan karagenan, serta
mengetahui sifat biodegradasi membran GPE dengan media tanah sampah.
Penelitian ini diawali dengan dilakukannya persiapan dalam metode
penelitian, persiapan alat dan bahan yang digunakan serta persiapan alat
perlindung diri (APD). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan fabrikasi
membran polimer dengan melarutkan masing-masing bahan (Hydroxy Ethyl
Cellulose (HEC), Carboxylated Chitosan (CC) dan I-Carrageeanan (C)) dengan
kosentrasi 100:0:0, 0:100:0, 0:0:100, 50:50:0, 50:0:50, 0:50:50 sebanyak 3 gr
dalam 100 ml aqua DM kemudian dilakukan pengadukan mekanik sambil
dipanaskan dengan menggunakan hot plate pada suhu 50oC selama 2 jam hingga
diperoleh larutan yang homogen. Ditambahkan LiOH sebanyak 0,5 gr dan
glutaraldehida 6% sebanyak 6 ml. Larutan homogen dituang dalam wadah kaca
kemudian dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 70oC dan didiamkan
hingga kering pada suhu ruang (25 +10oC).
Membran polimer yang didapatkan kemudian dilakukan pengujian sifat fisik
dan kimia. Serta mengkaji sifat mekanik.
14

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama ± 3 bulan bertempatan di Laboratorium
Kimia Terpadu, FMIPA dan Kesehatan, Laboraturium Research and
Development PT. Indah Kiat Pulp and Paper Perawang dan Laboraturium SEM
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

3.3 Bahan dan Alat


3.3.1 alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, oven,
timbangan analitik, hot plate, pengaduk magnetik, instrumen Scanning Electon
Mcroscopy (SEM), instrumen X-Ray Diffraction (XRD).

3.3.2 bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Hydroxy Ethyl
Cellulose (HEC), Carboxylated Chitosan (CC), Carragenan, glutaraldehida 25%
p.a, dan litium hidroksida (LiOH).

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Prosedur Keselamatan Kerja
Dalam setiap kegiatan kita diwajibkan mengutamakan keselamatan, begitu
juga dalam penelitian. Kita diwajibkan mengikuti prosedur keselamatan dan
mengutamakan keselamatan dalam setiap kegiatan penelitian. Untuk menjaga
keselamatan selama penelitian, maka dalam penelitian ini diterapkan beberapa
prosedur keselamatan, diantaranya memahami prosedur kerja sebelum memulai
penelitian, membuat rencana kerja dan menganalisis setiap bahaya yang timbul
pada setiap langkah kerja serta membuat cara penanggulangannya, sehingga dapat
mengurangi kecelakaan kerja selama melakukan penelitian. Selain itu juga
gunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai, memahami bahaya dan
penanganan dari bahan yang digunakan melalui MSDS (Material Safety Data
Sheet), memahami prosedur penggunaan alat, dan memahami prosedur
penanganan limbah yang dihasilkan selama penelitian.

Universitas Muhammadiyah Riau


15

3.4.1.1 Keselamatan Saat Analisis


Sebelum memulai analisis, sebaiknya harus memahami prosedur dalam
menganalisis yang akan dikerjakan dengan baik, serta mengetahui setiap bahaya
yang akan terjadi selama proses pembuatan membran, sehingga setelah mengenali
jenis bahaya yang ada, itu dapat meminimalisir resiko dan dapat mengantisipasi
timbulnya kecelakaan dalam bekerja.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti jas lab, masker, sarung
tangan , sepatu tertutup untuk melindungi tubuh dari berbagai hal yang tidak
diinginkan serta memahami MSDS dari bahan yang digunakan untuk keamanan
dalam penanganan, penyimpanan dan pembuangan bahan kimia yang digunakan.

3.4.1.2 Keselamatan Sesudah Analisis


Sesudah melakukan analisis, sebaiknya dilakukan pengecekan kembali
terhadap laboraturium seperti alat listrik dimatikan, kran air di tutup, meja kerja
dibersihkan serta alat bahan yang digunakan disimpan ditempat yang aman. Selalu
mencuci tangan selesai dilakukannya analisis dan dilakukannya penanganan
limbah sesuai dengan karakteristiknya.

3.4.2 Prosedur kerja


3.4.2.1 Fabrikasi Membran Induk (Host) (Widiarti et al., 2017)
Fabrikasi membran polimer elektrolit dilakukan dengan metode solution
casting. Eksperimen ini diawali dengan melarutkan masing-masing bahan 3 g
dalam 100 ml aqua DM kemudian dilakukan pengadukan mekanik sambil
dipanaskan dengan menggunakan hot plate selama 2 jam pada suhu 60 °C hingga
diperoleh larutan yang homogen. Ditambahkan LiOH secara perlahan sebanyak
0,5 g. Kemudian ditambahkan glutareldehida 6% sebanyak 6 ml diaduk selama 15
menit sampai homogen. Larutan homogen dituang dalam wadah kaca kemudian
dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 70 °C dan didiamkan hingga
kering pada suhu ruang (25 ± 10 °C). Komposisi adunan membran dibuat dalam
beberapa variasi komposisi seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.1 berikut:

Universitas Muhammadiyah Riau


16

Tabel 3.1 variasi komposisi membran induk(Host)


Hydroxy
Carboxylate
Ethyl
d Chitosan Carragenan Glutareldehide
Membran Cellulose LiOH
(CC) (3 wt%) 6%
(HEC)
(3 wt%)
(3 wt%)
1 100 0 0 6 ml 0,5 g
2 0 100 0 6 ml 0,5 g
3 0 0 100 6 ml 0,5 g
4 50 50 0 6 ml 0,5 g
5 0 50 50 6 ml 0,5 g
6 50 0 50 6 ml 0,5 g

3.4.2.2 Karakterisasi Membran GPE


Karakterisasi sifat fisika-kimia membran GPE yang dihasilkan meliputi
karakterisasi kristalinitas X-Ray Diffraction (XRD), uji morfologi Scanning
Electron Mcroscopy (SEM) dan gugus fungsi Fourier Tansform Infrared
Spectroscopy (FTIR).
1. X-Ray Diffraction (XRD)(Warsiki et al., 2020)
Kristalinitas bioplastik diuji dengan menggunakan X-Ray Diffraction
(XRD) Bruker D8. Sampel dipotong dengan diameter 3 cm dan diuji
menggunakan radiasi Kα Cu (λ= 1,54060). Sampel di bawah kondisi operasional
pada 40 kV dan 35 mA dengan kecepatan pemindaian 1o/min.

2. Scanning Electron Mcroscopy (SEM) (Lestari et al., 2020)


Struktur mikro edible film diamati menggunakan Scanning Electron
Mcroscopy. SEM dilakukan menggunakan JSM-6510LA Series (Jeol Ltd. Japan)
untuk mengevaluasi struktur mikro dari edible coating. Film yang didapatkan
dikeringkan terlebih dahulu menggunakan freeze drying selama 19 jam sampai
konsentrasi airnya mencapai 2% atau kurang. Edible film kemudian dipotong
dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm. Setelah persiapan adalah selesai, mereka dilapisi
menggunakan emas (Au) pada 2,5 kV dan 20 mA selama 1,5 menit atau logam di
Perangkat Magnetron Sputtering dengan ruang hampa. Seri SEM JSM-6510LA
(Jeol Ltd. Jepang) memiliki 2 sistem vakum. Sampel yang telah dilapisi

Universitas Muhammadiyah Riau


17

ditempatkan pada tempat sampel dan dipindahkan ke mikroskop elektron,


sampelnya kemudian ditembak dan hasil sampel dicatat di monitor.

3. Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR) (Limpan et al., 2012)


Sebelum dianalisis, film dibiarkan dalam desikator yang berisi silika gel
kering selama dua minggu pada suhu kamar untuk mendapatkan film paling
kering. Sampel dimasukan kedalam tabung perangkat FTIR lalu dibaca oleh
detektor. Selanjutnya dianalisis oleh FTIR pada daerah bilangan gelombang 650-
4000 cm-1 sehingga diperoleh spektrum hasil.

3.4.2.3 Sifat Fisika-Kimia Membran GPE


1. Uji Kuat Tarik (tensile) (Nahir, 2017)
Uji kuat tarik dilakukan dengan mengikuti (ASTM D638-02a-2002).
Sampel dipotong dengan ukuran 2 x 10 cm, kemudian dikaitkan dengan penjepit
1,5 cm secara horizontal dikedua panjang sisinya. Kekuatan tarik ditentukan
dengan melihat beban maksimum pada saat lembar bioplastik putus. Pengujian ini
dilakukan sebanyak dua kali (duplo). Untuk menghitungnya digunakan rumus
sebagai berikut:
Fmaks
σ= ………………………………………. Persamaan 1
A0

Keterangan : σ : kekuatan tarik (Mpa)


F maks : beban maksimum (N)
A : luas panampang awal (mm2)

2. Uji Pemanjangan (elongasi) (Nahir, 2017)


Uji persen pemanjangan dilakukan pada perhitungan penambahan panjang
lembar bioplastik, saat lembar bioplastik putus. Pengujian ini dilakukan sebanyak
dua kali (duplo). Persentasi pemanjangan dihitung menggunakan persamaan
berikut:
∆l
ε= ……………………………………………. Persamaan 2
l0

Universitas Muhammadiyah Riau


18

Keterangan : Ɛ : regangan (%)


Δl : pertambahan panjang (cm)
lo : panjang mula-mula (cm)

3. Uji Ketebalan (Nahir, 2017)


Uji ketebalan dilakukan dengan pengukuran ketebalan bioplastik
menggunakan alat mcrometer scrup. Pengukuran film bioplastik dilakukan pada
lima titik yang berbeda yaitu bagian setiap sudut dan tengah bioplastik. Nilai
ketebalan didapatkan dari rata-rata hasil pengukuran. Pengujian ini dilakukan
sebanyak dua kali (duplo).

4. Uji Biodegradasi (Ikhsan et al., 2021)


Uji biodegradasi dilakukan dengan memotong Edible film dengan ukuran 2
cm x 6 cm lalu ditimbang menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan berat
awal (W1). Edible film dikubur di dalam tanah dengan kedalaman 15 cm selama 7
hari. Selanjutnya, sampel diambil dari tanah, dcuci dengan aquades dan ditimbang
sehingga diperoleh berat film yang telah dikubur (W2). Persen kehilangan massa
dari edible film dapat ditentukan dengan mengunakan persamaan:
W 1−W 2
% berat (W) = X
W1
100%.......................................Persamaan 3

5. Electrolyte Uptake (Shekarian et al., 2019)


Electrolyte Uptake pemisah dinyatakan sebagai rasio elektrolit yang
diserapnya terhadap separator berat awal. Penyerapan elektrolit diukur
menggunakan bobot pemisah sebelum dan sesudah penyerapan elektrolit cair dan
dihitung menggunakan persamaan berikut :
Wf −Wi
Electrolyte Uptake = X 100%............................Persamaan
Wi
4

3.5 Jaminan Mutu


3.5.1 Jaminan Mutu Alat dan Instrumen

Universitas Muhammadiyah Riau


19

Salah satu syarat bahwa hasil yang didapatkan selama penelitian bisa
diterima adalah adanya jaminan dari peralatan yang digunakan dalam kondisi baik
dan layak untuk digunakan. Kelayakan alat dapat dilihat dari hasil kalibrasi dan uji
performance alat, sedangkan untuk peralatan gelas maka digunakan peralatan
grade A yang sudah terkalibrasi.

Tabel 3.2 Jaminan Mutu alat dan Instrumen


Tanggal Kode Lab.
No Nama Alat
Kalibrasi Kalibrasi Kalibrator
1 Hot Plate 29/09/2015 LK-153-IDN Eksternal
2 Neraca analitik 19/12/2017 LK-081-IDN Eksternal
3 Oven 12/12/2017 LK-207-IDN Eksternal
Universal Testing
4 25/11/2019 - Internal
Machine
X-Ray Diffaraction
5 04/07/2020 - Internal
(XRD)
Scanning Electron
6 -
Mcroscope (SEM)
Fourier Tansform
Infrared
7
Spectroscopy
(FTIR)

3.5.2 Jaminan Mutu Bahan Kimia dan Reagen


Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bahan
kimia yang baik dan tepat sesuai metode yang digunakan, jaminan mutu bahan
kimia dapat dilihat dari Certifcate Of Analysis (CoA) yang terlampir pada tabel
3.3 berikut ini :

Tabel 3.3 Jaminan Mutu Bahan Kimia dan Reagen


Produk
No Nama Bahan Catalog Spesifikasi Merek
Number
1. HydroxyEthyl Acetat (HEC) Padatan
CarboxMethyl Chitosan
2. Padatan
(CC)
3. Carragenan Padatan
4. Aqua DM Larutan
5. Glutareldehida 25% p.a Larutan
6. LiOH Padatan

Universitas Muhammadiyah Riau


20

3.5.3. Jaminan Mutu Metode


Metode yang digunakan dalam penelitian ini sudah merupakan metode yang
sudah ditetapkan sebagai metode yang baku.

Tabel 3.4 Jaminan Mutu Metode

No Metode Uji Referensi

1 Uji Kuat Tarik (tensile) Nahir, 2017


2 X-Ray Diffaraction (XRD) Warsiki et al., 2020
3 Scanning Electron Mcroscope (SEM) Lestari et al., 2020
Fourier Tansform Infrared
4 Limpan et al., 2012
Spectroscopy (FTIR)
4 Uji Biodegradasi Ikhsan et al., 2021
5 Uji Electrolite Uptake Shekarian et al., 2019
6 Uji Ketebalan Nahir, 2017
7 Uji pemanjangan (elongasi) Nahir, 2017

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pembuatan Membran Induk (Host)
Pembuatan membran induk dilakukan di Laboraturium Kimia Terpadu FMIPA
Universitas Muhammadiyah Riau, Pekanbaru. Hasil uji dilakukan dengan
beberapa variasi komposisi Carragenan, Carboxylated Chitosan (CC) dan
Hydroxy Ethyl Cellulose (HEC). Hasil pembuatan membran induk dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil pembuatan membran induk dari beberapa komposisi
variasi
C CC HEC Hasil Keterangan
(%) (%) (%)

Lembaran tipis, berwarna


100 0 0 kecoklatan, permukaan
halus

Lembaran tipis, berwarna


0 100 0 kecoklatan, permukaan
halus
22

Lembaran tipis, berwarna


0 0 100 kecoklatan, permukaan
sedikit kasar

Lembaran tipis, berwarna


50 50 0 kecoklatan, permukaan
halus

Lembaran tipis, berwarna


0 50 50 kecoklatan dan
permukaan sedikit kasar

Universitas Muhammadiyah Riau


23

Lembaran tipis, berwarna


50 0 50 kecoklatan dan
permukaan sedikit kasar

4.1.2 Pengujian Sifat Fisika dan Kimia Membran GPE


Pengujian kuat tarik (tensile), pemanjangan (elongasi) dan ketebalan
dilakukan di Laboraturium Research and Development PT. Indah Kiat Pulp &
Paper, Perawang. Hasil pengujian kuat tarik (tensile) dari beberapa variasi
komposisi Carragenan, Carboxylated Chitosan (CC) dan Hydroxy Ethyl
Cellulose (HEC) sebagai berikut.
4.1.2.1 Pengujian Kuat Tarik (tensile)
Tabel 4.2 Uji kuat tarik (tensile)
Variasi Hasil Rata-
C CC HEC Pengujian pengujian rata %RPD Baku Mutu
(%) (%) (%) I (MPa) II (MPa) (MPa) (MPa)
100 0 0 77,8148 76,1207 76,9677 2,20
0 100 0 60,9201 61,3701 61,1451 0,73 24,7-302
0 0 100 65,2185 68,8760 67,0472 5,45 MPa
50 50 0 68,1798 65,2913 66,7355 4,32 (SNI
0 50 50 67,2115 65,9231 66,5673 1,93 7818:2014)
50 0 50 82,1397 80,7113 81,4255 1,75  
Keterangan : nilai baku mutu diperoleh dari SNI 7818:2014 : standar bioplastik

4.1.2.2 Pengujian Pemanjangan (Elongasi)

Universitas Muhammadiyah Riau


24

Tabel 4.3 uji pemanjangan (elongasi)


Variasi   Hasil
Rata-
CC HEC Pengujian pengujian %RPD Baku Mutu %
C (%) rata (%)
(%) (%) I (%) II (%)
100 0 0 13,21 12,91 13,06 2,29
0 100 0 24,12 25,97 25,045 7,38
21-220%
0 0 100 15,35 14,25 14,8 7,43
(SNI 7818:2014)
50 50 0 21,01 20,57 20,29 2,16
0 50 50 18,53 17,21 17,37 7,59
50 0 50 12,20 11,17 11,68 8,81
Keterangan : nilai baku mutu diperoleh dari SNI 7818:2014 : standar bioplastik

4.1.2.3 Pengujian Ketebalan


Tabel 4.4 pengujian ketebalan
Variasi   Hasil Rata-
Baku Mutu
C CC HEC Pengujian pengujian rata %RPD
(mm)
(%) (%) (%) I (mm) II (mm) (mm)
100 0 0 0,215 0,221 0,218 2,75
0 100 0 0,111 0,10 0,106 9,43 Maks. 0,25 mm
0 0 100 0,203 0,213 0,205 4,87 (Japanese
50 50 0 0,152 0,143 0,147 6,12 Industrial
0 50 50 0,19 0,20 0,195 5,12 Standart 2-1707 )
50 0 50 0,231 0,241 0,236 4,23  
Keterangan : Japanese Industrial Standart 2-1707 (Standar edible film)

4.1.2.4 Pengujian Biodegradasi


Pengujian biodegradasi dilakukan di Laboraturium Kimia Terpadu
Universitas Muhammadiyah Riau. Hasil pengujian biodegradasi dari beberapa
variasi komposisi Carragenan, Carboxylated Chitosan (CC) dan Hydroxy Ethyl
Cellulose (HEC) sebagai berikut.

Variasi Hasil
C CC HEC Proses terdegradasi Hari ke-7

Universitas Muhammadiyah Riau


25

(SNI 7188.7:2016)
(%) (%) (%)
(terdegradasi)

100 0 0

0 100 0

0 0 100

50 50 0

0 50 50

Universitas Muhammadiyah Riau


26

50 0 50

Tabel 4.5 pengujian biodegradasi

4.1.2.5 Pengujian Elektrolite Uptake


Pengujian elektrolite uptake dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu
Universitas Muhammadiyah Riau. Hasil pengujian biodegradasi dari beberapa
variasi komposisi Carragenan, Carboxylated Chitosan (CC) dan Hydroxy Ethyl
Cellulose (HEC) sebagai berikut.
Tabel 4.6 pengujian elektrolite uptake
Baku
Variasi   Hasil %RPD
Mutu (%)
Rata-
C CC HEC Pengujian pengujia
rata
(%) (%) (%) I (%) n II (%)
(%)
100 0 0 1,7146 1,9081 0,1302 0,92
0 100 0 3,4181 3,4066 0,2416 1,26 Maks, 99%
0 0 100 4,0580 3,9928 0,1305 1,33 (SNI
50 50 0 4,9126 1,7238 0,1859 1,42 7818:2014)
0 50 50 2,3932 2,5797 0,1698 1,08
50 0 50 3,5413 3,7183 0,0803 1,27
Keterangan : SNI 7818:2014 : Standar bioplastik

4.1.3 Karakterisasi Membran GPE


4.1.3.1 X-Ray Diffraction (XRD)
Karakterisasi XRD untuk menentukan kristalinitas sampel yang dilakukan
di Laboratorium Universitas Negeri Padang. Pengujian XRD ini dapat dilihat pada
gambar berikut:

Universitas Muhammadiyah Riau


27

Gambar 4.1 puncak difraksi XRD (a) HEC, (b) C dan (c) HEC:C

4.1.3.2 Scanning Electron Mcroscopy (SEM)


Karakterisasi SEM untuk menentukan morfologi atau topologi permukaan
sampel yang dilakukan di Laboratorium Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pengujian SEM ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Universitas Muhammadiyah Riau


28

Universitas Muhammadiyah Riau


29

Gambar 4.2 (a) HEC:C (b) HEC:CC (c) C:CC dengan perbesaran 1000x dan
2500x

4.1.3.3 Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR)


Karakterisasi FTIR untuk mengetahui gugus fungsi pada sampel yang
dilakukan di Laboratorium Universitas Negeri Riau, Pekanbaru. Pengujian FTIR
ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3 spektrum FTIR membran gel polimer elektrolit (GPE)


Tabel 4.7 Gugus Fungsi Carragenan, Carboxylated Chitosan (CC), Hydroxy
Ethyl Cellulose (HEC)
Hydroxy
Carboxylate Ethyl
Gugus Bilangan Gelombang Carragena
d Chitosan
Fungsi Standar (cm-1) n Cellulose
(CC)
(HEC)

Universitas Muhammadiyah Riau


30

2852,84
2874,06
2850 - 3000 (Pavia et al., 2902,03
3032,32 2835,48
2001) 2946,39
2937,71
3099,74
2700 – 2800 (Pavia et al., 2652,24
2720,71 -
2001) 2714,92
1227,67 – 1450 (Julianur,
C-H 1379,16 1387,84 -
2015)
705,01
343,34
771,56 668,36
891,15
650 – 1000 (Pavia et al., 847,75 851,61
913,33
2001) 892,12 891,15
936,48
929,73 947,09
959,63
969,27
1540 – 1640 (Sanjiwani et 1601,95 1635,71
C=O -
al., 2020) 1633,78
1602,91
1230-1270 (Sanjiwani et al.,
-
2020)
C-O-C -
1004,96 1006,89
1080-1010 (Setiabudi, 2015) 1037,75 1028,10
1096,58 1081,15

2652,24
2400 – 3400 (Pavia et al., 2672,49 2660,92
2714,92
2001) 2720,71 2688,88
2835,48
O-H
200 - 3600 - 343,34 -
1321,30
1260 – 1350 (Nandiyanto et
- 1328,05 1297,18
al., 2019)
1347,34
1157,34
1000 – 1300 (Pavia et al., 1225,82
S=O - -
2001) 1354,09
1379,16
1550 - 1640 (Pavia et al.,
N-H - 1585,55 -
2001)
1006,89
1004,96 1004,96 1028,10
1000-1375 (Pavia et al., 1037,75 1101,40 1081,15
C-O
2001) 1096,58 1203,63 1102,37
1126,48 1269,22 1201,70
1297,18

4.2 Pembahasan

Universitas Muhammadiyah Riau


31

4.2.1 Pembuatan Membran GPE


Sampai saat ini membran GPE (Gel Polymer Electrolite) komersial yang
diproduksi terbuat dari bahan sintetik (Priyambodo, 2017). Namun penggunaan
polimer sintesis sebagai bahan elektrolit padat ternyata masih memiiki berbagai
kekurangan. Selain harganya yang mahal, dampak lingkungan akibat
menumpuknya sampah kimia juga menjadi salah satu permasalahan yang sering
muncul (Lusiana et al., 2018). Untuk itu banyak penelitian beralih melakukan
fabrikasi membran GPE (Gel Polymer Electrolite) yang ramah lingkungan
dengan konduktivitas ionik yang memadai yang dibarengi dengan tingginya nilai
resistivitas elektronik, biaya rendah, stabilitas kimia yang baik, sifat mekanik
yang baik, penanganannya mudah, stabilitas termal yang baik, serta aman
digunakan (Patimatuzzohrah et al., 2015).
Dalam penelitian yang dilakukan, pembuatan membran GPE ini digunakan
sebagai separator dalam aplikasi baterai ion litium yang dapat menghasilkan nilai
konduktivitas ionik yang baik terhadap baterai. Pembuatan membran GPE ini
dilakukan dengan metode solution casting, dengan melarutkan bahan baku
carrageenan (C), carboxymetil chitosan (CC) dan hidrokxyl ethyl cellulose (HEC)
kedalam 100 ml aqua DM dengan beberapa variasi carrageenan (C) 100%,
carboxymetil chitosan (CC) 100%, hidrokxyl ethyl cellulose (HEC) 100%,
carrageenan (C) 50% : carboxymetil chitosan (CC) 50%, carboxymetil chitosan
(CC) 50% : hidrokxyl ethyl cellulose (HEC) 50% dan carrageenan (C) 50% :
hidrokxyl ethyl cellulose (HEC) 50%, yang kemudian ditambahkan larutan
elektrolit LiOH sebanyak 0,5 gr dan dilanjutkan penambahan glutaraldehida 6%
sebanyak 6 ml. Bentuk membran yang dihasilkan akan berwarna kuning
kecoklatan dan mengental.
Penambahan larutan elektrolit (LiOH) pada pembuatan membran bertujuan
untuk meningkatkan nilai konduktivitas ionik terhadap baterai litium. Hal ini
didukung oleh (Marfuatun, 2011) yang mengatakan bahwa Konsentrasi dan jenis
garam litium mempengaruhi konduktivitas ionik dari membran. Semakin tinggi
konsentrasi garam litium maka derajat disosiasinya semakin rendah. Hal tersebut
menjelaskan adanya konsentrasi garam yang optimum. Pada konsentrasi optimum
tersebut, fraksi dari ion-ion bebas mencapai titik maksimumnya. Daya campur

Universitas Muhammadiyah Riau


32

(miscibility) dari garam litium pada larutan polimer akan menyebabkan perbedaan
nilai konduktivitas ionik dari membran elektrolit. Sedangkan penambahan
glutaraldehida terhadap membran bertujuan sebagai platisizer yang
mempengaruhi tingkat pemanjangan (elongasi). Hal ini juga didukung oleh
(Martucci, 2011) menjelaskan bahwa turunan aldehida yaitu glutaraldehida dapat
digunakan sebagai platisizer untuk meningkatkan kelenturan dan flesibilitas
terhadap membran.

4.2.2 Pengujian Sifat Fisika-Kimia Membran GPE


4.2.2.1 Pengujian Kuat Tarik (tensile)
Kuat tarik merupakan gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh
sebuah edible hingga terputus. Kekuatan tarik yang terlalu kecil mengindikasikan
bahwa edible film yang bersangkutan tidak dapat dijadikan suatu kemasan, karena
karakter fisiknya yang kurang kuat dan mudah patah (Dwimayasanti, 2016).

Nilai Kuat Tarik


90 81.43
80 76.97
70 67.05 66.74 66.57
61.15
60
M 50
P 40
a 30
20
10
0
100 : 0 : 0 0 : 100 : 0 0 : 0 : 100 50 : 50 : 0 0 : 50 : 50 50 : 0 : 50
Carragenan : Carboxylmetil Chitosan : Hidroxyl Etil Cellulose

Gambar 4.4 nilai kuat tarik (tensile) membran GPE


Berdasarkan hasil pengujian nilai kuat tarik (tensile) pada gambar 4.4
dapat dilihat bahwa nilai kuat tarik (tensile) tertinggi berada variasi 50:50 dengan
masing-masing bahan carragenan (C) : hydroxyl etil cellulose (HEC) yaitu
81,4255 MPa. Nilai kuat tarik tinggi dikarenakan bahwa carragenan (C) yang
digunakan dapat mengikat air menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan
pesentase nilai kuat tarik yang lebih baik pula. Hal ini didukung oleh penelitian
(Dwimayasanti, 2016) yang melaporkan bahwa karagenan mampu membentuk

Universitas Muhammadiyah Riau


33

matriks polimer yang kuat dan menjadikan kuat tarik intermolekul semakin kuat
pada edible film. Sedangkan pengaruh dari penambahan kosentrasi hydroxyl etil
cellulose (HEC) yang digunakan cenderung menaikan nilai kuat tarik pada
bioplastik. Hal ini juga didukung oleh (Intandiana et al, 2019) yang melaporkan
bahwa Peningkatan kuat tarik ini terjadi karna selulosa memiliki rantai polimer
yang lurus dan panjang sehingga dapat membuat bioplastik menjadi kuat.
Kemudian Penambahan selulosa karena adhesi antarmuka yang baik dapat
membentuk jaringan ikatan kuat hidrogen yang terjadi sehingga kuat tarik
meningkat dengan baik. Berdasarkan hal tersebut maka nilai kuat tarik terbaik
berada pada variasi 50:50 dengan masing-masing bahan yaitu carragenan (C) :
hydroxyl etil cellulose (HEC).
Pada penelitian yang dilakukan, nilai kuat tarik (tensile) telah memenuhi
standar minimal nilai kuat tarik yang ditetapkan oleh nilai Standar Nasional
Indonesia (SNI) Nomor 7818 pada tahun 2014 mengenai standar bioplastik yaitu
dengan nilai minimal 24,7-302 MPa. Untuk hasil perhitungan %RPD pengujian
tidak melebihi dari 10% yang artinya pengujian yang dilakukan memiliki
ketelitian analisis yang baik dan masuk kedalam syarat keberterimaan data yang
sudah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).

4.2.2.2 Pengujian Pemanjangan (elongasi)


Elongasi merupakan rasio pertambahan panjang bioplasik terhadap
panjang awal (Nuriyah et al., 2018). Elongasi dilakukan untuk mengetahui
kemampuan pemanjangan edible film, semakin tinggi nilai elongasinya maka
kemasan edible film semakin fleksibel dan plastis (Intandiana et al., 2019).

Universitas Muhammadiyah Riau


34

Nilai Elongasi
30
25.05
25
20.29
20 17.37
14.8
15 13.06 11.68
%
10
5
0
100 : 0 : 0 0 : 100 : 0 0 : 0 : 100 50 : 50 : 0 0 : 50 : 50 50 : 0 : 50
Carragenan : Carboxylmetil Chitosan : Hidroxyl Etil Cellulose

Gambar 4.5 nilai pemanjangan (elongasi) membran GPE


Pada pengujian yang dilakukan, nilai elongasi tertinggi pada membran
dengan variasi Carboxymethyl Chitosan (CC) mengalami kenaikan yaitu 25,045%
sedangkan nilai elongasi terendah pada membran variasi hydroxyl etil cellulose
(HEC) : carragenan (C) dengan nilai 11,68 %. Hal ini dikarenakan bahwa
penambahan hydroxyl etil cellulose (HEC) pada variasi akan menyebabkan
penurunan nilai pemanjangan (elongasi) pada edible film. Berdasarkan teori yang
dikemukan oleh (Sitepu et al., 2021) mengatakan bahwa bertambahkan
konsentrasi bahan pembentuk membran menyebabkan nilai pemanjangan
(elongasi) saat putus berkurang. Hal ini menunjukan semakin bertambahnya nilai
perpanjangan (elongasi) saat putus berbanding terbalik dengan nilai kuat tarik.
Oleh karena itu semakin besar nilai kuat tarik maka akan semakin kecil nilai
perpanjangan saat putus. Hal ini juga didukung oleh (Intandiana et al., 2019) yang
melaporkan bahwa penurunan kandungan selulosa dapat terjadi karena adanya
gugus karbonik (COOH) dari selulosa. Ikatan ini menghasilkan kekuatan yang
tinggi dan menurunkan sifat elastis, karena komposisi selulosa yang terkandung
didalamnya maka persen elongasi akan semakin berkurang.
Pengujian nilai pemanjangan (elongasi) yang dilakukan tidak memenuhi
standar baku mutu yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor
7818 pada tahun 2014 mengenai standar bioplastik yaitu dengan nilai minimal 21-
220 %, yang berarti variasi yang digunakan belum sesuai untuk dijadikan
membran gel polimer elektrolit (GPE) untuk aplikasi baterai litium. Hal ini
dikarenakan kurangnya penggunaan kosentrasi plastisizer sebagai pemblastik

Universitas Muhammadiyah Riau


35

edible film. Pernyataan ini didukung oleh (Nuriyah et al., 2018) yang menyatakan
bahwa meningkatnya nilai elongasi karena adanya penambahan pemlastis yang
dapat menurunkan kekuatan intermolekuler bioplastik diantara rantai polimer dan
meningkatkan fleksibilitas bioplastik. Untuk hasil perhitungan %RPD pengujian
memenuhi kriteria, karena tidak melewati batas minimal yaitu dengan nilai 10%
yang artinya pengujian yang dilakukan memiliki ketelitian analisis yang baik dan
masuk kedalam syarat keberterimaan data yang sudah ditetapkan oleh Standar
Nasional Indonesia (SNI).

4.2.3.3 Pengujian Ketebalan

Nilai Ketebalan
0.25 0.24
0.22
0.21 0.2
0.2
0.15
0.15
m 0.11
m 0.1

0.05

0
100 : 0 : 0 0 : 100 : 0 0 : 0 : 100 50 : 50 : 0 0 : 50 : 50 50 : 0 : 50
Carragenan : Carboxylmetil Chitosan : Hidroxyl Etil : Cellulose

Gambar 4.6 nilai ketebalan membran GPE


Ketebalan setiap membran gel polimer elektrolit (GPE) pada gambar 4.6
membran yang diperoleh dengan nilai antara 0,106 mm – 0,236 mm. pada
pengujian ketebalan ini nilai tertinggi berada variasi carragenan (C) : hydroxyl
etil cellulose (HEC). Hal ini dikarenakan penambahan hydroxyl etil cellulose
(HEC) dan carragenan (C) yang digunakan pada variasi dapat mempengaruhi
ketebalan membran gel polimer eletrolit (GPE), pernyataan ini didukung oleh
(Dwimayasanti, 2016) yang melaporkan konsentrasi karagenan yang digunakan
akan mempengaruhi ketebalan dalam edible film, karena kosentrasi karagenan
akan mempengaruhi total padatan edible film. total padatan ini akan
mengakibatkan rantai molekul yang kaku, karena sifat hidrofiliknya polimer
tersebut dikelilingi oleh molekul-molekul air yang termobilisasi, sehingga

Universitas Muhammadiyah Riau


36

menyebabkan membran karagenan bersifat mengental. Ketebalan pada membran


gel polimer eletrolit (GPE) juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
pencetakan membran. Menurut teori (Maryuni et al., 2018) menyatakan bahwa
semakin tebal suatu bioplastik, maka akan dapat meningkatkan nilai kuat tarik,
menurunkan nilai perpanjangan dan membuat laju transmisi uap airnya menjadi
rendah.
Hasil ketebalan pada membran dengan variasi C sampai HEC:C pada
gambar 4.3 masih dalam kategori memenuhi syarat berdasarkan Japanese
Industrial Standart 2-1707 (Standar edible film) dengan nilai Maks. 0,25 mm.
Untuk nilai %RPD dari variasi membran yang dilakukan, dapat dilihat bahwa nilai
tidak melebihi nilai maksimum yaitu 10%, yang artinya bahwa ketelitian dalam
pengujian memiliki ketelitian tingkat analisis yang baik dan masuk kedalam syarat
keberterimaan data yang sudah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).

4.2.2.3 Pengujian Biodegradasi


Proses biodegradasi dilakukan untuk mengetahui apakah material dapat
terdegradasi oleh alam. Pada pengujian degradasi edible film dilakukan dengan
dengan metode pengujian soil burial test. Pengujian soil burial test ini dilakukan
dengan cara menguburkan lembaran edible film kedalam media tanah untuk
mengetahui kemampuan degradasinya dalam waktu tertentu (Hidayati et al.,
2019). Proses biodegradasi ini dipengaruhi oleh jenis tanah dan jumlah
mikrooganisme pegurai yang terdapat pada tanah tersebut. Lebih dari 90 jenis
mikroorganisme termasuk: aerob, anaerob, bakteri fotosintetik, archaebacterial
dan eukariotik tingkat bawah berperan aktif terjadinya biodegradasi bioplastik
(Ikhsan et al., 2021).

Universitas Muhammadiyah Riau


37

BIODEGRADASI
8

lama terdegradasi (hari)


7
6
5
4 lama degradasi
3 SNI 7188.7:2016
2
1
0
100 : 0 : 00 : 100 : 00 : 0 : 10050 : 50 : 00 : 50 : 5050 : 0 : 50
Carragenan : Carboxymethyl Chitosan : Hidroxy Ethyl Cellulose

Gambar 4.7 pengujian biodegradasi membran GPE


Pengujian biodegradasi dapat diamati dengan menghitung jumlah berat
kehilangan edible film sebelum dan sesudah dilakukannya penguburan pada media
tanah. Berdasarkan gambar 4.7 dapat dilihat proses degradasi terlama berada pada
variasi C 100%. proses biodegradasi ini dilakukan selama ± 2 minggu dan
dilakukan pengecekan selama 3 hari berturut-turut. Pada pengujian ini dilakukan
dengan menimbang berat sebelum dilakukannya penguburan pada media tanah,
saat pengecekan hari ke-3 sampel dengan variasi CC dan HEC terjadi kehancuran
yang mengakibatkan tidak dapat dilakukannya penimbangan setelah penguburan.
Hal ini dikarenakan sifat bahan yang digunakan seperti CC dan HEC yang larut
dalam air dan menyebabkan proses degradasi lebih cepat. Berdasarkan (Selpiana
et al., 2018) menyatakan bahwa hubungan dari kemampuan film dalam
penyerapan air, yaitu semakin banyak kandungan suatu material , maka semakin
mudah material tersebut mengalami proses degradasi.
Sedangkan untuk sampel dengan variasi C mengalami proses degradasi
yang lebih lama sebelum mengalami kehancuran, yaitu dengan waktu 7 hari. Hal
ini dikarenakan sifat karagenan yang dapat membentuk ikatan hidrogen dan
mengakibatkan sulitnya terdegradasi oleh media tanah. Hal ini didukung oleh
(Rusli et al., 2017) yang menyatakan Fenomena penurunan kadar air dengan
peningkatan konsentrasi bahan dasar dalam pembuatan edible film disebabkan
karena karagenan sebagai bahan dasar membawa padatan terlarut dalam larutan
pembuatan edible film yang menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen antar
molekul penyusun edible film. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya
kandungan air bebas dalam edible film yang dihasilkan.

Universitas Muhammadiyah Riau


38

Pengujian biodegradasi ini dilakukan dengan mengacu berdasarkan SNI


7188.7:2016 dengan maksimum waktu degradasi selama 7 hari. Pengujian analisa
dilakukan duplo sebagai pengendalian mutu hasil pengujian dan penghitungan
%RPD yang didapatkan tidak melebihi batas mksimal yaitu 10% yang
membuktikan bahwa pengujian yang telah dilakukan memiliki tingkat ketelitian
yang baik dan masuk dalam syarat keberhasilan data yang sudah ditetapkan oleh
SNI.

4.2.2.4 Pengujian Elektrolite Uptake

elektrolite uptake
0.3

0.25 0.24

0.2 0.19
0.17
0.15 0.13 0.13
nilai

0.1 0.08

0.05

0
100 : 0 : 0 0 : 100 : 0 0 : 0 : 100 50 : 50 : 0 0 : 50 : 50 50 : 0 : 50
I-Carragenan : Carboxymetil Chitosan : Hidroxyl Etil Cellulose

Gambar 4.8 pengujian electrolite uptake


Serapan elektrolit (Electrolyte Uptake) membran merupakan rasio berat
larutan elektrolit yang diserap oleh membran polimer dengan berat membran
kering (Putro et al., 2016). Nilai serapan elektrolit (eletrolite uptake) dapat dilihat
pada gambar 4.8, nilai daya serapan elektrolit tertinggi berada pada membran
polimer dengan variasi CC 100% yaitu 0,2416% sedangkan nilai daya serapan
elektrolit terendah berada pada membran polimer variasi HEC:C dengan nilai
0,0803%. Daya serapan yang tinggi dipengaruhi oleh sifat bahan dari CC yang
dapat larut dalam air, hal ini juga didukung oleh (Selpiana et al., 2018)
menyatakan bahwa hubungan dari kemampuan film dalam penyerapan air, yaitu
semakin banyak kandungan suatu material , maka semakin mudah material
tersebut mengalami proses kelarutan. Berdasarkan teori (Putro et al., 2016),

Universitas Muhammadiyah Riau


39

semakin besar Semakin besar nilai electrolyte uptake, maka jumlah


larutan elektrolit yang terserap juga semakin besar dan memungkin daya hantar
larutan elektrolit juga besar. Sedangkan nilai serapan yang rendah dikarenakan
bahan HEC yang dapat membentuk jaringan ikatan kuat hidrogen yang terjadi.
Ikatan ini menghasilkan kekuatan yang tinggi dan menurunkan sifat elastis, karena
komposisi selulosa yang terkandung didalamnya maka persen elongasi akan
semakin berkurang dan daya serapan juga berkurang (Intandiana et al., 2019).
Pengujian electrolite uptake ini dilakukan dengan melakukan pengujian
analisa duplo sebagai pengendalian mutu hasil pengujian dan penghitungan
%RPD yang didapatkan tidak melebihi batas mksimal yaitu 10% yang
membuktikan bahwa pengujian yang telah dilakukan memiliki tingkat ketelitian
yang baik dan masuk dalam syarat keberhasilan data yang sudah ditetapkan oleh
SNI.

4.2.3 Karakterisasi Membran GPE


4.2.3.1 Pengujian X-Ray Diffraction (XRD)
Pengujian XRD (X-Ray Diffraction) bertujuan untuk mengetahui struktur
kristal yang terbentuk pada membran berbasis carrageenan, carboxymetil
chitosan dan hydroxyl etil cellulose. Melalui pengujian dengan XRD juga dapat
diketahui kekerasan yang dimiliki oleh membran yang mengalami peningkatan
dengan melihat intensitas puncak paling tinggi pada saat pengujian (Siahan,
2020). Pola difraksi XRD dari sampel carrageenan, carboxymetil chitosan dan
hydroxyl etil cellulose diperoleh dengan kondisi operasi melibatkan radiasi Cu
pada 30 mA, 40 kV. Intensitas relatif direkam pada sudut (2θ) dari 5º hingga 80º.
Pengujian dengan menggunakan instrument XRD digunakan variasi
sampel pada C 100%, HEC 100% dan HEC 50% : C 50%, variasi ini didapatkan
dari hasil terbaik setelah dilakukan pengujian sifat fisik dan mekanik pada
membran jel polimer elektrolt (GPE). Hasil analisis XRD menunjukan adanya
puncak pada kode sampel C pada sudut 2θ =21,64º, 29,87º, 30,89º dan 32,11º.
Pada kode sampel HEC menghasilkan adanya puncak pada 21,37º, 23,44º, 29,49º,
30,56º, 31,81º, 34,09º, 36,16º, 37,05º, 39,81º, 43,54º dan 48,83º.

Universitas Muhammadiyah Riau


40

Hasil analisis XRD pada penggabungan bahan dengan kode sampel


HEC:C menghasilkan peak 11,56º, 21,41º, 23,45º, 29,52º, 30,61º, 31,82º, 34,17º,
35,08º, 36,17º, 36,96º dan 39,66º yang menunjukan bahwa ketiga bahan dengan
kode sampel C 100%, HEC 100% dan HEC 50% : C 50% bersifat kristalin yang
berarti memiliki susunan partikel yang beraturan terhadap membran gel polimer
elektrolit (GPE). Pada sampel variasi HEC:C ini memiliki puncak difraksi yang
khas berada pada 11,56º. Puncak khas tersebut dimiliki karena pada dua bahan
tersebut dapat membentuk jaringan yang kuat, pernyataan ini juga terkait
berdasarkan nilai kuat tarik pada variasi HEC:C didapatkan hasil yang tinggi. Hal
ini juga didukung oleh (Fithriani et al.,2007) yang menyatakan interaksi antara
dua jenis polimer akan membentuk jaringan yang kuat dengan sifat mekanik yang
baik, tetapi tidak efesien sebagai penguap air karena tingkat elongasi yang rendah.

4.2.3.2 Scanning Electron Microscopy (SEM)


Analisa SEM (Scanning Electron Microscopy) bertujuan untuk
mengetahui struktur morfologi dari edible fiim (Natalia et al., 2019). Analisa SEM
ini dilakukan dengan perbesaran 1000x dan 2500x pemantang lintang. Hasil
analisa SEM dapat dilihat dari gambar 4.2 perbedaan morfologi antara edible film
HEC:C, HEC:CC dan C:CC. Pada gambar (a) merupakan permukaan edible film
pada variasi HEC:C terlihat bahwa terdapat gumpalan yang tidak merata dan
terlihat adanya butiran-butiran kristal yang muncul pada edible film. Hal ini
dikarenakan kurang homogennya larutan edible film sehingga penyebaran bahan
yang digunakan tidak merata.
Pada gambar (b) dan (c) merupakan edible film dengan variasi HEC:CC
dan C:CC terlihat bahwa matriks yang dihasilkan berongga dan pori-pori, hal ini
kemungkinan terbentuk karena adanya gelembung udara yang terperangkap dalam
edible film. Hal ini didukung oleh (Sari et al., 2013) menyatakan bahwa gumpalan
dan ruang kosong dikarenakan melemahnya ikatan molekul sehingga akan
menurunkan kerapatan dan mempengaruhi sifat porositas matriks edible film.
Hasil analisa SEM pematang lintang memperlihatkan adanya perbedaan
mikrostruktur pada edible film. menurut (Arifin et al., 2014) menyatakan bahwa
kerapatan pori tinggi maka menunjukkan jumlah pori yang terbentuk banyak

Universitas Muhammadiyah Riau


41

dengan surface area yang luas. Dengan kurang rapatnya struktur membran
menyebabkan air akan terserap lebih banyak (Setiani et al., 2013). Hal ini
mendukung dalam proses mekanisme pertukaran ion yang terjadi pada membran.
Dari pernyataan tersebut, hasil morfologi pada edible film dapat mempengaruhi
sifat fisik dan mekanik pada membran gel polimer elektrolit (GPE) mengenai nilai
kuat tarik dan elongasi, bahwa semakin rapat matriks pada edible film maka
semakin sedikit rongga yang dihasilkan dan nilai elongasi kecil seperti gambar
4.2(a) variasi HEC:C. Sedangkan pada gambar 4.2 (b) dan (c) variasi HEC:CC
dan C:CC memiliki nilai kuat tarik yang rendah namun nilai elongasi yang tinggi
dan memiliki pori-pori pada matriks edible film yang menunjukan bahwa
membran ini memiliki daya serap air yang tinggi dan akan mempengaruhi
pertukaran ion yang terjadi pada aplikasi baterai litium.

4.2.3.3 Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR)


Pengujian FTIR (Fourier Tansform Infrared Spectroscopy) merupakan
suatu pengujian yang digunakan untuk melihat gugus fungsi pada membran gel
polimer (GPE). Gugus fungsi baru yang terbentuk pada membran menandakan
interaksi seacara kimia, sedangkan gabungan dari gugus fungsi antara komponen
pada edible film menandakan adanya pencampuran secara fisik.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada karagenan, dapat dilihat
bahwa adanya puncak pada bilangan gelombang 1379,16 cm-1 menandakan
adanya regangan pada gugus S=O. Hal ini sesuai dengan (Diharmi et al.,2011)
menyatakan peregangan gugus seter 1240-1260 cm-1. Vibrasi regangan gugus
fungsi C-H ditunjukan pada panjang gelombang 2902,03 cm-1. Hal ini berdasarkan
(Liang et al., 2018) pada karagenan terdapat gugus C-H pada gelombang 2909
cm-1. Selanjutnya gugus fungsi C-O yang terindekasi pada panjang gelombang
1037,75 cm-1. Hal ini didasarkan oleh (Arzani et al., 2020) mengatakan gugus C-
O berada pada 1261,15-1261,60 cm-1. Berdasarkan spektrum FTIR gugus fungsi
yang terdapat pada karagenan adalah S=O, C-H dan C-O.
Spektrum pada karboksimetil kitosan munculnya puncak spektra pada
bilangan gelombang 3032,32 cm-1 yang menandakan adanya peregangan pada
gugus C-H, hal ini didukung oleh (Puspitasari, 2007) yang menyatakan bahwa

Universitas Muhammadiyah Riau


42

terdapat gugus CH (2878,51 cm-1). Pada panjang gelombang 343,34 cm-1


menunujkan vibrasi uluran O-H. Hal ini sesuai dengan penelitian (Kurniasih et
al.,2012) terdapat gugus O-H (3425,58 cm-1). Gugus fungsi yang terindekasi
selanjutnya yaitu gugus fungsi C-O pada panjang gelombang 1004,96 cm -1,
1037,75 cm-1, 1101,40 cm-1 dan 1203,63 cm-1. Hal ini didukung oleh (Kurniasih et
al.,2012) yang menyatakan adanya serapan ester (C-O) pada panjang gelombang
1000-1300 cm-1. Penyerapan pada bilangan 1585,55 cm-1 merupakan penyerapan
N-H. Hal ini didukung (Puspitasari, 2007) NH terdapat pada gelombang 1650-
1580 cm-1. Berdasarkan spektrum FTIR gugus fungsi yang terdapat dalam
karboksimetil kitosan adalah C-H, O-H, C-O dan NH.
Pada pengujian hidroksil etil selulose puncak spektra bilangan gelombang
2835,48 cm-1 menandakan peregangan gugus O-H, ini didukung (Khairuddin et
al., 2020) menyatakan peregangan OH terjadi pada gelombang 3381,60 cm -1.
Selanjutnya gugus C-O berada panjang gelombang 1102,37 cm -1 berdasarkan
(Khairuddin et al., 2020) menyatakan gugus C-O pada gelombang 1155,68 cm-1.
Gugus fungsi yang terdeteksi adalah gugus fungsi C-O-C pada panjang
gelombang 1028,10 cm-1. Hal ini dukung oleh (Khairuddin et al., 2020) bahwa
gugus C-O-C terdapat pada gelombang 1042,32 cm-1. Berdasarkan spectrum FTIR
gugus fungsi yang terdapat pada hidroksi etil selulosa adalah O-H, C-O dan
C-O-C.

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat
disimpulan bahwa :
1. Hasil analisa FTIR membuktikan bahwa adanya gugus fungsi adalah
S=O, C-H dan C-O pada karagenan, terdapat gugus fungsi C-H, O-H,
C-O dan NH pada karboksimetil kitosan dan terdapar gugus fungsi O-H,
C-O dan C-O-C pada sampel hidroksil etil selulosa. Hasil analisa XRD
menghasilkan adanya puncak khas pada variasi HEC:C yaitu 11,56º yang
dapat mempengaruhi daya kuat pada membran gel polimer eletrolit
(GPE). Hasil analisa SEM membuktikan bahwa variasi HEC:C
mempunyai matriks yang rapat sedangkan variasi IC:HEC dan HEC:CC
mempunyai morfologi berpori dapat mempengaruhi daya serapan ion
pada aplikasi baterai litium.
2. Berdasarkan uji mekanik yang dilakukan variasi pada Carragenan (C)
50% : Hydroxy Ethyl Cellulose (HEC) 50% memiliki nilai kuat tarik
tertinggi yaitu 81,4255 MPa dan nilai elongasi yang rendah yaitu 11,68%.
3. Berdasarkan uji biodegradasi sampel yang paling lama terdegradasi
berada pada variasi Carragenan (C) 50% : Hydroxy Ethyl Cellulose
(HEC) yaitu 7 hari. Hasil dari uji electrolyte uptake menunjukan bahwa
pada variasi ini mengalami penyerapan larutan elektrolit paling sedikit
yaitu 0,0830 % yang dapat mempengaruhi dalam pengaplikasian baterai
ion litium.

5.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan dan penambahan pengujian pada edible
film dalam mengembangkan aplikasi baterai litium.
2. Perlu dilakukanya penambahan konsentrasi pemlastis dan mengganti
glutaraldehida menjadi gliserol sebagai pemlastis pada membran gel
polimer elektrolit (GPE).
44

3. Pada saat pembuatan membran gel polimer elektrolit (GPE), sebaiknya


dilakukan pengadukan yang konstan agar larutan homogen dengan
sempurna untuk menghindari matriks membran yang tidak sempurna
DAFTAR PUSTAKA

Afif,M.T dan Pratiwi,I.A.P. 2015. Analisis perbandingan baterai litium-ion,


litium-polymer,lead acid dan nckel-metal hydride pada penggunaan mobil
listrik – review. Jurnal Rekayasa Mesin. 6(2):95-99
Arifin,D,E,S dan Zainuri,M. 2014. Karakterisasi sifat separator komposit
PVDF/poli (dimetilsiloksan) dengan metode pencampuran membran
(blending membrane). Jurnal Sains dan Seni Pomits. 3(2):2337-3520
Ariyanto,W. 2012. Pembuatan membran komposit kitosan-vanilin/polivilin
alcohol/lembung sebagai membran polimer eletrolit. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret
Arzani,L.D.P., Muhandri,T dan Yuliana,N.D. 2020. Karakterisasi karagenan
semi-murni dari rumput laut kappaphycus striatum dan kappaphycus
alvarezii. J.Teknol dan Industri Pangan. 31(2): 95-102
Aziz,N., Gufran,M.F.F.B., Pitoyo,W.U dan Suhandi. 2017. Pemanfaatan ekstrak
kitosan dari limbah sisik ikan Bandeng di selat makassar pada pembuatan
Bioplastik ramah lingkungan. Hasanuddin Student Journal. 1(1):56-61.
Berghius,N.T., Zulfikar,M.A dan Wahyuningrum,D. 2020. Intesis membran
komposit berbahan dasar kitosan dengan metoda sol-gel membran fuel cell
pada suhu tinggi. Al-Kimiyah. 7(1):36-45
Diharmi,A., Fardiaz,D., Andarwulan,N dan Heruwati,E.S. 2011. Karakterisasi
karagenan hasil isolasi eucheuma spinosum (alga merah) dari pelarian
semenep maduara. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 16(1):117-124
Dwimayasanti,R.2016. Pemanfaatan karagenan sebagai edible film. Volume XLI.
2(1): 8-13
Fauza,A.N., Mardiyati dan Steven. 2019. Pembuatan dan karakterisasi separator
baterai berbahan selulosa alga cladophora. Jurnal Teknologi Bahan dan
Barang Teknik. 9(2):69-76
Fithriani,D., Nurbayasari,R dan Sedayu,B.B. 2007. Ekstraksi selulosa limbah
pembuatan karagenan. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan. 2(2):91-97
Fitriyano,G dan Abdullah,S. 2016. Tinjauan kelayakan sintesis selulosa asetat dari
pemanfaatan selulosa limbah organik. Konversi. 5(2):59-65
Gonggo,S.T., Diah,A.W.M dan Lateene,R. 2017. Pengaruh kaolin terhadap
membran blend kitosan polo vinil alcohol-litium sebagai membran ekeltrolit
untuk aplikasi baterai ion litium. J. Akademika Kim. 6(1):55-64.
Ikhsan,M.H., Dewata,I., Nizar,U.K dan Azhar,M. 2021. Pengaruh penambahan
kitosan terhadap kuat tarik dan biodegradasi edible film dari pati bonggol
pisang. Jurnal Kependudukan dan Pembangunan Lingkungan. 2(1):44-50
Khairuddin,N., Muhammad,I.I., Rahman,W.A.W dan Siddique,M. 2020.
Physicochemical and thermal characterization of hydroxyethyl cellulose-
46

wheat startch based film incorporated thymol intended for active packaging.
Sains Malaysiana. 49(2): 323-333
Intandiana,S., Dawam,A.H., Denny,Y.R., Septiyanto,R.F dan Affifah,I. 2019.
Pengaruh karakterisasi bioplastik pati singkong dan selulosa mikrokristalin
terhadap sifat mekanik dan hidrofobisitas. Jurnal Kimia dan Pendidikan.
4(2) : 185-194
Lestari,R.B., Hartanti,L dan Permadi,E. 2020. Effects of kesum leaf extract
supplementation on characteristcs of durian seeds starch (durio zibethinus)–
chitosan edible film. Scientifc Study & Research. 21(4):473-482
Lestariningsih,T., Sabrina,Q dan Majid,N. 2017. Penambahan tio2 dalam
pembuatan lembaran polimer elektrolit berpengaruh Terhadap konduktivitas
dan kinerja baterai litium. Jurnal Material dan Energi Indonesia. 7(1):31-37
Lestariningsih,T., Sabrina,Q., Ratri,C.R dan Lalasari,L.H. 2020. Kontribusi aditif
succinonitrile (SN) pada performa elektrolit padat LiBOB untuk baterai Li-
ion. Majalah Ilmu dan Teknologi. 2(1):57-64
Liang,L., Ni,R., Yang,S dan Mao,S. 2014. Carragenan and its applcations in drug
delivery. Carcohydr. Polym. 103:1-11
Limpan,N., Prodpran,T., Bemjakul,S dan Prasarpran,S. 2012. Influences of degree
of hydrolysis and molecular weight of poly (vinyl alcohol) (PVA) on
properties of fish myofibrilar protein/PVA blend films. Journal Food
Hydrocolloids. 20(1):
Lusiana,R.A., Sangkota,V.D.A dan Santosa,S.J. 2018. Chitosan succinate/pva-peg
membrane: preparation, characterization and permeation ability test on
creatinine. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 21(2):80-84
Naeli,M.H., Milani,J.M., Farmani,J dan Zargaraan,A. 2020. Development of
innovative ethyl cellulose-hydroxypropyl methylcellulose biopolymer
oleogels as low saturation fat replacers: Physcal, rheologcal and
mcrostructural characteristcs. International Journal of Biologcal
Macromoleculer. 156:792-804
Nahir, N. 2017. Pengaruh penambahan kitosan terhadap karakteristik bioplastik
dari pati biji asam (tamarindus indca l.). Skripsi. UIN Alauddin Makassar
Natalia,M dan Ristianingsih,Y. 2019. Pengaruh penambahan kitosan sisik ikan
papuyu (anabas testudienus) terhadap sifat kimia, mekanik dan struktur
morfologi pada edible film pati jagung. Chempublish Journal. 4(2) : 114-
123
Novitasari,R., Gonggo,S.T dan Suherman. 2016. Pengaruh silika terhadap
membran blend kitosan-polivinil alcohol-litium sebagai membran elektrolit
baterai ion litium. J.Akademik Kim. 5(1)44-49
Nurhadini dan Arcana,I.M. 2018. Sintesis selulosa asetat dari tandan kosong
kelapa sawit dan sifatnya sebagai membran polimer elektrolit pada baterai
ion litium. Jurnal Kimia Mulawarman. 15(2):111-117.
47

Nurhadini., Fabriani,V.A., Putri,M.A dan Lestari,I. 2021. Analisis konduktivitas


dan termal pada polimer eketrolit dari kitosan/PVA/gliserol/LclO 4 untuk
aplikasi baterai ion litium. Chem Prog. 14(1):1-6
Nuriyah,L., Saroja,G., Ghufron,M., Razanata,A dan Rosid,N.F. 2018.
Karakteristik kuat tarik dan elongasi bioplastik berbahan pati ubi jalar
cilembu dengan variasi jenis pemblastis. Natural. 4(4) : 177-182
Marfuatun. 2011. Membran elektrolit untuk aplikasi baterai ion litium. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian. 1(1): 183-188
Maryuni,A.E., Mangiwa,S dan Dewi,W.K. 2018. Karakterisasi Bioplastik Dari
Karaginan Dari Rumput Laut Merah Asal Kabupaten Biak Yang Dibuat
Dengan Metode Blending Menggunakan Pemlastis Sorbitol. Jurnal Kimia.
2(1):1-9.
Masriana., Napitupulu,M dan Gonggo,S.T. 2017. Pengaruh konsentrasi getah
pohon kayu jawa (Lannea coromandelca) terhadap konduktivitas membran
blend kitosan-polivinil alkohollitium Sebagai membran elektrolit. J.
Akademika Kim. 6(3):154-159.
Munawaroh,T dan Supardi,Z.A.I. 2019. Doping aluminium hidroksida Al(OH)3
pada polyvinylidene fluoride-selulosa asetat (PVDF-CA) sebagai separator
baterai litium ion. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI). 8(1):19-22
Patimatuzzohrah., Ardianto,T., Sudiarta,I.W dan Sudaryanto. 2015. Pengaruh
konsentrasi LclO4 dan bilangan transfer ion elektrolit polimer padat
berbasis kitosan. Jurnal Kuanta, 1(1), 1 – 2 .
Pavia, D.L., Lampman, G.M., & Kriz, G.S. 2001. Inroduction To Spectroscopy a
Guide For Students Of Organc Chemistry. Western Washington University.
Washington
Permatasari,E.P., Rindi,M.P dan Purwanto,A. 2017. Pembuatan katoda baterai
litium ion iron phospate (lifepo4) dengan metode solid state reaction.
Equilibrium. 6(1):28.
Puspitasari,A. 2007. Pembuatan dan pemanfaatan kitosan sulfat dari cangkang
bekcot (achatina fullca) sebagai absorben zat warna remazol yellow. Skripsi
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Pratiwi, D.E. 2018. Sintesis membran elektrolit padat berbahan dasar kitosan.
Jurnal Sainsmat. 7(2):86-91
Prasetyo.M.I.D., Hasnira., Windarko,N.A dan Tjahjono,A. 2020. Estimasi state of
charge baterai litium polymer menggunakan back propagation neural
network. Jurnal Integrasi. 12(2):140-149
Priyambodo,D.R. 2017. Sintesis dan karakterisasi polimer elektrolit
PEO/NaClO4/FLY ash pt. tjiwi kimia mojokerto pada baterai ion natrium.
Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh November
Putro,A.Z.A., Widyanto,N.F dan Dyartanti,E.R. 2016. Membran polimer elektrolit
nankomposit berbasis PVdF-HFP (poly vinylidene fluoride co-
hexafluoropropylene) sebagai separator baterai litium ion dengan variasi
48

non solvent. Pengembangan Teknologi Kimia Untuk Pengolahan Sumber


Daya Manusia. ISSN 1693-4393
Romenda,A.P., Pramesti,R dan Susanto,AB. 2013. Preparation and
characterization of polymer electrolyte based on Biopolymer I-Carrageenan
with magnesium nitrate. Journal Of Marine Research. 2(1):127-13
Rudziah,S., Rani,M.S.A., Ahmad,A., Mohammed,N.S dan Kaddami,H. 2015.
Potential of blend of kappa-carrageenan and cellulose derivatives forgreen
polymer electrolyte applcationS. Industrial Crops and Products. 1(1):1-9
Rusli,A., Metusalach., Salengke dan Tahir,M.M. 2017. Karakterisasi edible film
karagenan dengan pemlastis gliserol. JPHPI. 20(2):219-229
Saputry,A.P., Lestariningsih,P dan Astuti,Y. 2019. Pengaruh Rasio LiB0B:Ti02
dari Lembaran Polimer Elektrolit sebagai Pemisah terhadap Kinerja
Elektrokimia Baterai Litium- Ion Berbasis LTO. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi. 22(4):136-142
Sari,R.P., Wulandari,S.T dan Wardhani,D.H. 2013. Pengaruh penambahan ekstrak
bawang putih (allium sativum) terhadap karakterisasi edible film pati
ganyong (canna edulis kerr). Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(3): 82-
87
Satryady,A., Alamsyah,P., Saad,A.H dan Hidayat,S. 2016. Pengaruh luas
elektroda terhadap karakteristik baterai LiFePO4. Jurnal Material dan
Energi Indonesia. 6(2):43-48
Selpiana, Riansya, J dan Yordan, K. 2018. Pembuatan Plastik Biodegrdable Dari
Tepung Nasi Aking. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 6(1):131-138.
ShanmugaPriya,S., Karthikaa,M., Selvasekarapandian,S dan Manjuladevi,R.
2018. Preparation and characterization of polymer electrolyte based on
biopolymer I-Carrageenan with magnesium nitrate. Solid State Ioncs.
327:136-149.
Shekarian,E., Nasr,M.R.J., Mohammadi,J., Bakhtiari,O dan Javanbakht,M. 2019.
Enhanced Wettability and Electrolyte Uptake of Coated Commercial
Polypropylene Separators with Inorganc Nanopowders for
Applcation in Litium-ion Battery. J Nanostruct 9(4):736-750
Sitepu,S.B.P., Harsojuwono,B.A dan Hartiati,A. 2021. Prngaruh pencampuran
dan rasio bahan pembentuk komposit terhadap katakterisasi komposit
bioplastik. Jurnal Rekayasa dan Managemen Agroindusti. 9(2) : 157-165
Siahan,A. 2020. Pembuatan dan karakterisasi membran polimer elektrolit berbasis
kitosan dan zeolite alam pahae. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. medan
Sjahriza,A., Herlambang,S dan Wati,I.F. 2018. Modifikasi karakteristik kuat tarik
pada komposit film poli(vinil pirolidon) dan karagenan melalui
pembentukan komposit karbon nano dot. Al-Kimiya. 5(2):52-56
Sunardi, Haryadi,A., Wihantoro dan Yulianti,E. 2019. Sintesis dan Karakterisasi
Membran Kitosan/LiOH sebagai Elektrolit Padat Baterai Sekunder. Jurnal
Teras Fisika. 2(1):14-17.
49

Sanjiwani, N.M.S., Paramitha, D.A.I., Wibawa, A.A.C., Ariawan, I.M.D.,


Megawati, F., Dewi, N.W.T., Mariati, P.A.M., & Sudiarsa, I.W. 2020.
Pembuatan hair tonc berbahan dasar lidah buaya dan analisis dengan fourier
transform infrared. Widyadari. 21(1)
Warsiki,E., Setiawan,I dan Hoerudin. 2020. Sintesa komposit bioplastik pati kulit
singkong- partikel nanosilika dan karakterisasinya. Jurnal Kimia dan
Kemasan. 42(2):37-45
Widiarti,N., Sumarni,W dan Setyaningrum,L. 2017. The Synthesis of Chitosan
Polymer Membrane/PVA as an Eco-Friendly Battery for Alternative Energy
Resource. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. 6(1):14-19
Wigayati,E.M., Purawiardi,I dan Sabirna,Q. 2018. Karakteristik morfologi
permukaan pada polimer PVdF-LiBOB-ZrO2 dan potensinya untuk
elektrolit baterai litium. Jurnal Kimia dan Kemasan. 40(1):1-8.
William,R.A., Sitorus,B dan Malino,M.B. 2014. Sintesis polianilina pada matriks
selulosa sebagai elektrolit padat pada model baterai sederhana. JKK.
3(4):32-38
Yulianti,E., Sudaryanto dan Ginting,J. 2015. Pengaruh penambahan garam-garam
litium Terhadap sifat elektrolit padat polimer Berbasis kitosan. Jurnal Sains
Materi Indonesia. 16(3):133-138
Yulianti,E., Luthfiah,D dan Sudaryanto. 2017. Optimalisasi konduktivitas ionik
elektrolit polimer Berbasis komposit kitosan-zirkonia/litium perklorat
dengan penambahan gliserol. Jurnal Kimia dan Kemasan. 39(1):1-8.
Yuspitasari,M., Syahbanu,I dan Ardiningsih,P. 2018. Studi waktu penguapan pada
pembuatan blend membran polisulfon/selulosa asetat dari NATA de COCO.
Jurnal Kimia Khatulistiwa. 7(4):16-24.
Zaki,M.A., Peamesti,R dan Ridio,A. 2021. pengolahan bioplastik dari campuran
gliserol, cmc dan karagenan. Journal of Marine Research. 10(3):321-326
Zhang,Q., Zhao,L., Yang,H., Kong,L dan Ran,F. 2021. Alkali-tolerant polymerc
gel electrolyte membrane based on cross-linked carboxylated chitosan for
supercapacitors . Journal of Membrane Science. 629:1-10
50

LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Penelitian

Pembuatan membran
induk (host)

Pengujian

Uji sifat fisik dan mekanik Karakterisasi kimia


membran terhadap membran

Pengujian kuat tarik Uji XRD (x-ray


(tensile) diffraction)

Pengujian pemanjangan Uji SEM (scanning


(elongasi) elektron mcroscopy)

Pengujian ketebalan

Pengujian biodegradasi
51

Lampiran 2. Pembuatan membran induk (host)

Carboxylated Hydroxy Ethyl


Carragenan
Chitosan (CC) Cellulose (HEC)

Dcampurkan C : CC : HEC dengan beberapa


variasi (100:0:0), (0:100:0), (0:0:100),
(50:50:0), (0:50:50), (50:0:50)

Dilarutkan dalam 100 ml akuades

Dilakukan pengadukan sambil


dipanaskan dengan suhu 50 oC selama
2 jam sampai larutan homogen

Ditambahkan LiOH sebanyak 0,5


gr secara perlahan dandilanjutkan
pengadukan

Ditambahkan glutaraldehida 6%
sebanyak 6 ml

Larutan yang homogenya di tuang


dalam wadah cetakan

Dikeringkan dalam oven selama 1


jam pada suhu 80 oC

Didiamkan hingga kering pada


suhu ruang (25 ± 10 °C).
52

Lampiran 3. Perhitungan
 Pengujian kuat tarik (tensile)
variasi sampel Kuat rata- standar %
C CC HEC tarik rata (MPa) RPD
77,8148
100 0 0 76,9677 2,20
76,1207
60,9201
0 100 0 61,1451 7,38
61,3701
24,7-302
65,2185
0 0 100 67,0472 MPa 7,43
68,8760
(SNI
68,1798
50 50 0 66,7355 7818:2014 2,16
65,2913
)
67,2115
0 50 50 66,5673 7,59
65,9231
82,1397
50 0 50 81,4255 1,75
80,7113
Simplo +duplo
- Rata-rata =
2
Simplo−duplo
- RPD = x 100
rata−rata

 Rata-rata
77,8148+ 76,1207
C= =76,9677
2
60,9201+61,3701
CC = =61,1451
2
65,2185+68,8760
HEC= =67,0472
2
67,2115+65,9231
C :CC = =66,7355
2
67,2115+65,9231
CC : HEC= =66,5673
2
82,1397+ 80,7113
C : HEC= =81,4255
2

 RPD
77,8148−76,1207
C= x 100 %=2,20
76,9677
61,3701−60,9201
CC = x 100 %=7,38
61,1451
53

68,8760−65,2185
HEC= x 100 %=7,43
67,0472
67,2115−65,9231
C :CC = x 100 %=2,16
66,7355
67,2115−65,9231
CC : HEC= x 100 %=7,59
66,5673
82,1397−80,7113
C : HEC= x 100 %=1,75
81,4255

 Pengujian pemanjangan (elongasi)


rata- standar %
variasi sampel elongasi
rata (%) RPD
C CC HEC
13,21
100 0 0 13,06 2,29
12,91
24,12
0 100 0 25,045 7,38
25,97
15,35
0 0 100 14,8 7,43
14,25
21-220%
21,01
50 50 0 20,29 2,16
20,57
18,53
0 50 50 17,37 7,59
17,21
12,2
50 0 50 11,68 8,81
11,17

Simplo +duplo
Rata-rata =
2
Simplo−duplo
- RPD = x 100
rata−rata

 Rata-rata
13,21+12,91
C= =13,06
2
24,12+25,97
CC = =25,045
2
15,35+14,25
HEC= =14,8
2
21,01+20,57
C :CC = =20,29
2
54

18,53+17,21
CC : HEC= =17,37
2
12,2+11,17
C : HEC= =11,68
2

 RPD
13,21−12,91
C= x 100 %=2,20
76,9677
25,97−24,12
CC = x 100 %=7,38
25,045
15,35−14,25
HEC= x 100 %=7,43
14,8
21,01−20,57
C :CC = x 100 %=2,16
20,29
18,53−17,21
CC : HEC= x 100 %=7,59
17,37
12,2−11,17
C : HEC= x 100 %=8,81
11,68

 Pengujian ketebalan
Hasil Uji Ketebalan
C: titik titik titik titik titik Ketebalan Rata- RPD standar
CC : 1 2 3 4 5 (mm) rata (%)
HEC Rata-rata      
100:0: 0,20 0,212 0,213 0,226 0,225 0,215 0,218 2,75 Maks. 0,25
0 0,227 0,225 0,214 0,217 0,226 0,221 mm
0:100: 0,108 0,11 0,105 0,118 0,115 0,111 0,106 9,43
0 0,10 0,098 0,095 0,108 0,10 0,101
0:0:10 0,221 0,193 0,214 0,186 0,204 0,203 0,205 4,87
0 0,23 0,214 0,197 0,222 0,205 0,213
50:50: 0,153 0,155 0,15 0,152 0,153 0,152 0,147 6,12
0 0,143 0,146 0,14 0,145 0,143 0,143
0:50:5 0,188 0,194 0,19 0,19 0,192 0,19 0,195 5,12
0 0,197 0,204 0,20 0,199 0,202 0,20
50:0:5 0,227 0,233 0,235 0,23 0,232 0,231 0,235 4,23
0 0,242 0,238 0,24 0,245 0,24 0,241
1+ 2+ 3+4 +5
- Rata-rata =
5
Selisih ketebalan
- RPD = x 100%
rata−rata ketebalan
55

 Rata-rata
0.20+0.212+0.213+0.226+ 0.225
C a= =0,215
5
0.227+0.225+ 0.214+0.217+ 0.226
C b= =0,221
5
0.108+ 0.11+0.105+ 0.118+0.115
CC a= =0,111
5
0.10+ 0.098+0.095+0.108+ 0.10
CC b= =0101
5
0.221+0.193+0.214 +0.186+0.204
HEC a= =0,203
5
0.23+0.214 +0.197+0.222+0.205
HEC b= =0,213
5
0.153+0.155+0.15+0.152+ 0.153
C :CC a= =0,152
5
0.143+0.146+0.14 +0.145+0.143
C :CC b= =0,143
5
0.188+0.194+ 0.19+0.19+0.192
CC : HEC a= =0,19
5
0.197+0.204 +0.20+0.199+ 0.202
CC : HEC b= =0,20
5
0.227+ 0.223+0.235+0.23+0.232
C : HEC a= =0,231
5
0.242+0.238+ 0.24+0.245+ 0.24
C : HEC b= =0,241
5

 RPD
0,221−0,215
C= x 100 %=2,75 %
0,218
0,111−0,101
CC = x 100 %=9,43 %
0,106
0,213−0,203
HEC= x 100 %=4,87 %
0,205
0,152−0,143
C :CC = x 100 %=6,12 %
0,147
56

0,20−0,19
CC : HEC= x 100 %=5,12 %
0,195
0,241−0,231
C : HEC= x 100 %=4,23 %
0,235

 Pengujian elektrolite uptake


Uji elektrolite uptake (%)
C : CC : Berat Berat Rata-
electrolite uptake RPD
HEC Awal Akhir rata
0,0701 0,1903 1,7146
C 0,1302 0,92
0,0697 0,2027 1,9081
0,0892 0,3941 3,4181
CC 0,2416 1,26
0,0878 0,3869 3,4066
0,0431 0,218 4,0580
HEC 0,1305 1,33
0,0422 0,2107 3,9928
0,0538 0,3181 4,9126
C:CC 0,1859 1,42
0,0554 0,1509 1,7238
0,0773 0,2623 2,3932
CC:HEC 0,1698 1,08
0,0771 0,276 2,5797
0,029 0,1317 3,5413
C:HEC 0,0803 1,27
0,0284 0,134 3,7183

Wf −Wi
electrolite uptake= x 100 %
Wi
Simplo +duplo
- Rata-rata =
2
Simplo−duplo
- RPD = x 100
rata−rata

C 100%
0,3181−0,0538
Simplo= x 100 %=4,9126
0,3181
0.0798−0.0593
Duplo= x 100 %=1,7238
0.0798
4,9126+1,7238
Rata−rata= =0,1302
2
4,9126−1,7238
RPD= x 100 %=1,42 %
0,1302
57

CC 100%
0,3941−0.0892
Simplo= x 100 %=3,4181
0.3941
0.3869−00878
Duplo= x 100 %=3,4066
0.3869
3,4181+3,4066
Rata−rata= =0,2416
2
3,4181−3,4066
RPD= x 100 %=1,26 %
0,2416

HEC 100%
0,218−0.0431
Simplo= x 100 %=4,0580
0,218
0.2107−0,0422
Duplo= x 100 %=3,9928
0.2107
4,0580+3,9928
Rata−rata= =0,1305
2
4,0580−3,9928
RPD= x 100 %=1,33 %
0,1305

C:CC
0,3181−0,0538
Simplo= x 100 %=4,9126
0,3181
0.0798−0.0593
Duplo= x 100 %=1,7238
0.0798

4,9126+1,7238
Rata−rata= =0 ,1859
2
4,9126−1,7238
RPD= x 100 %=1,42 %
0,1859
58

CC : HEC
0,2623−0,0773
Simplo= x 100 %=2,3932
0,2623
0,276−0,0771
Duplo= x 100 %=2,5797
0.0923
2,3932+ 2,5797
Rata−rata= =0.1698
2
2,5797−2,3932
RPD= x 100 %=1,08 %
0,1698

C : HEC
0.1317−0.0290
Simplo= x 100 %=¿ 3,5413
0.1317
0,134−0,0284
Duplo= x 100 %=3,7183
0,134
3,5413+ 3,7183
Rata−rata= =0,0803
2
3,7183−3,5413
RPD= x 100 %=1,27 %
0,0803
59

Lampiran 4. Diftaksi XRD

Gambar 1. Puncak difraksi IC


60

Gambar 2. Puncak Difraksi HEC

Gambar 3. Puncak Difraksi HEC: IC


61

Lampiran 5. Spektrum FTIR

120
%T
112,5

105

97,5

90

82,5

75

67,5

60
2672,49
2720,71

52,5

45
2852,84

1601,95
2946,39
3099,74

2902,03

1633,78

37,5
1354,09
1379,16

771,56
892,12

705,01

30
969,27
1126,48

847,75
1157,34

1096,58

1004,96
1225,82

929,73
1037,75

22,5

15

7,5

-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
I-Carragenon (IC) 1/cm

Gambar 1. Spectrum FTIR karagenan


62

120
%T
112,5

105

97,5

90

82,5

75

67,5

2065,85
2090,93
2471,88
2495,99
60

2660,92
2688,88
3032,23

1203,63
1585,55
52,5

1269,22

891,15
1387,84
1347,34

936,48
913,33
959,63
1101,40
1328,05
1321,30

1004,96
45

37,5

30

22,5

15

7,5

343,34
-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
Carboxylated Chtiosan 1/cm

Gambar 2. Spektrum FTIR karboksimetil kitosan


120
%T
112,5

105

97,5

90

82,5

75

67,5
2652,24

1602,91

60
2714,92

1635,71

52,5
851,61
891,15
2937,71

2835,48

1297,18

45
2874,06

668,36
1201,70

947,09
1102,37
1081,15

1006,89
1028,10

37,5

30

22,5

15

7,5

-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
Hydroxi Ethyl Cellulose 1/cm

Gambar 3. Spektrum FTIR hidroksil etil selulosa


63

Lampiran 6. Dokumentasi
No GAMBAR KETERANGAN

Penimbangan
1 carrageenan

Pembuatan larutan
2
induk membran GPE
64

Pembuatan larutan
3
glutaraldehida 6%

Penimbangan bahan
4
LiOH

Pembuatan larutan
5
LiOH

Adonan setelah
penambahan larutan
6
LiOH dan plastcizer
glutaraldehida

Pencetakan
7
membrane
65

Pengeringan
8 membran di dalam
oven

Membran GPE hasil


9
sintesis

Persiapan pengujian
10
elektrolit uptake

Pengujian elektrolit
11
uptake
66

Penimbangan berat
basah membran
12
setelah pengujian
elektrolit uptake

awal membran untuk


16 pengujian
biodegradasi

Pengujian
18 biodegrdasi membran
GPE

Bentuk membran
setelah 3 (tiga) hari
19
ditanam di dalam
tanah
67

RIWAYAR HIDUP

Retno Sari Damayanti lahir di Kampar, pada tanggal 22


Juli 1999. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak
Umbul Sumono dan Ibu Nur Cahaya. Penulis pertama
kali menempuh pendidikan tepat pada umur 5 tahun di
Taman Kanak-kanak Dharma Pertiwi pada tahun 2004
kemudian melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD)
tahun 2005 dan kemudian tamat di sekolah SDN 016
Desa Mekar Jaya pada tahun 2011. Setelah tamat SD
penulis melanjutkan di sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Kampar Kiri
Tengah pada tahun 2014, dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan pada SMKF Ikasari Pekanbaru
mengambil jurusan Kimia Industri dan selesai pada tahun 2017. Pada tahun yang
sama penulis terdaftar pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta jurusan Kimia
Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau dan
Alhamdulillah selesai pada tahun 2021 dengan mendapatkan gelar Sarjana Sains
(S.Si).
Selama perkuliahan penulis pernah menjadi salah satu mahasiswa yang
mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) dan peraih
Pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) skema PKM-M pada tahun
2020 dan PKM-RE tahun 2021.
Bekat petunjuk dan pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala, usaha dan
disertai doa dan kedua orang tua dalam menjalani aktivitas akademik di Perguruan
Tinggi Universitas Muhammadiyah Riau, Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sintesis Polimer Elektrolit
68

Biodegradable Berbasis Cellulose-Chitosan-Carragenan Sebagai Membran


Separator Pada Baterai Ion Litium”.

Anda mungkin juga menyukai