Anda di halaman 1dari 156

BAB II

DESTINASI PARIWISATA KABUPATEN BIMA

2.1 GAMBARAN UMUM OBJEK WISATA

Kabupaten Bima memiliki potensi wisata yang luar biasa, baik berupa wisata
alam maupun budaya, berada pada banyak titik lokasi destinasi serta tersebar di
seluruh wilayah, juga karena kualitas dan daya tariknya yang sangat unik dan
beragam.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 50 tahun 2012 tentang
daya tarik wisata maka objek tujuan masyarakat dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu
objek wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya. Wisata alam adalah objek
wisata yang disajikan secara alami tanpa ada sentuhan tangan manusia, wisata
buatan adalah wisata yang telah tersentuh atau terdapat campur tangan manusia
sedangkan wisata budaya adalah wisata non alam dan wisata yang disajikan
bersumber dari kebudayaan daerah (lokal) dapat berupa benda dan tak benda.
Beberapa pengertian terkait Kepariwisataan yaitu Pariwisata adalah suatu
proses berpergian seseorang atau sekelompok orang menuju tempat lain
di luar wilayah tempat tinggalnya dalam jangka waktu tertentu dan bersifat
sementara, Daya Tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam budaya dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan lebih wilayah
administrasi yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata sedangkan tujuan wisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau atau lebih wilayah
administrasi yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata,
Destinasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah tempat
tujuan atau daerah tujuan wisata. Jadi Destinasi Pariwisata dalam tulisan ini
mengandung maksud merupakan tempat dimana terdapat potensi untuk
pengembangan kegiatan pariwisata yang dilakukan dengan segala kondisi fasilitas
dan atraksi wisata yang ada didalamnya.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 1
2.2 SEBARAN ZONASI OBJEK WISATA

Sebaran titik objek wisata di seluruh wilayah Kab. Bima yang cukup
luas dan beragam, diperlukan pengelompokan zona untuk memudahkan
pembahasan dan kajian pengembangannya ke depn.
Adapun zona – zona pariwisata di Kabupaten Bima dikelompokkan
berdasarkan kedekatan kawasan, yang ditetapkan sebagai berikut :
a. Kawasan Bentang Tambora, yaitu meliputi Kecamatan Sanggar dan
Tambora;
b. Kawasan Madong Park, yaitu meliputi Kecamatan Madapangga – Bolo –
Donggo – dan Soromandi;
c. Kawasan Teluk Waworada, yaitu meliputi Kecamatan Parado – Monta –
dan Langgudu;
d. Kawasan Metro Lewamori, yaitu meliputi Kecamatan Woha – Belo –
Palibelo – dan Lambitu;
e. Kawasan Salawa, yaitu meliputi Kecamatan Sape – Lambu dan Wawo
f. Kawasan Sangiang Api, yaitu meliputi Kecamatan Wera dan Ambalawi

Gambar 2. 1 Peta Sebaran Zonasi Destinasi Wisata

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 2
2.3 JENIS – JENIS OBJEK WISATA DAN BUDAYA PADA SETIAP KAWASAN

KAWASAN CAKUPAN
No JENIS OBJEK WISATA
DESTINASI KAWASAN
1 Kawasan Kecamatan
Mada Oi Tampuro, Pantai Teluk Sanggar,
Bentang Sanggar dan
Pacuan Kuda Pantai Sandue, Sumur Oi
Tambora TamboraMonca, Pantai Mene Manu’u, Pantai
Piong, Pantai So Tengke, Padang Savana
Sanggar, Kuburan Rade Na’e Sanggar,
Agrowisata Kebun Kopi, Air Terjun Oi
Marai, Air Terjun Oi Panihi, Wisata
Gunung Tambora, Pasanggrahan
Tambora, Situs Peradaban Tambora,
Kampung Hutan Madu, Pantai Labuan
Kananga, Donggo Jara/ Tab’e Na’e
(Vulcano Diluar Kawah), Hutan Cemara.
2 Kawasan Kecamatan Taman Wisata Alam Madapangga, Air
Madong Park Madapangga- Terjun Oi Taba, Gua Dae Jena, Situs Bekas
Bolo-Donggo Candi, Uma Ncuhi, Wadu Genda, Makam
dan Soromandi Kuno Manuru Nggembe, Uma Ncuhi
(Rumah Adat Mbawa), Pesanggrahan
Donggo, Tapak Kaki Gajah Mada, Uma
Ncuhi Padende, Wadu Tunti, So Noti
(Tanjung Noti), Benteng Asa Kota, Wadu
Pa’a.
3 Kawasan Teluk Kecamatan Pantai Wane, Pantai Woro, Pantai Tanawu
Waworada Parado, Monta – Tolomoro, Pantai Lere, Situs Wadu
dan Langgudu Wawi, Hutan Wisata Kaleli, Pantai Rontu,
Kalate Ndira, Air Terjun Oi Sariwu Tuda
Ncua, Bendungan Pela Parado, Teluk
Waworada, Masjid Kamina, Pantai Temba
Ruma, Pantai Wadu Baba Sambane, Nisa
(Pulau), Air Terjun Oi Kalo, Air Terjun
Kalemba, Pantai Tamandaka.
4 Kawasan Metro Kecamatan Air Terjun Kalate Mbaju, Tugu Pelopor
Lewamori Woha, Belo dan Pancasila, Bombo Ncera, Monumen
PaliBelo dan Perang Ngali, Embung Roka, Pacuan
Lambitu Kuda, Pantai Kalaki, Taman Makam
Pahlawan, Bombo Ntonggu, Bombo Roi,
Sumber Mata Air Kuta, Puncak Duwe
Kasipahu, Air Terjun Kaowa, Air Terjun
Teta, Kampung Adat Sambori

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 3
5 Kawasan Salawa Kecamatan Pantai Matamboko, Pantai Torowamba,
(Sape-Lambu- Sape, Lambu Pantai Lamere, Kawasan Bajo Pulau,
Wawo) dan Wawo Pantai Santigi, Telaga Ana Fari/ Telaga
Bidadari, Pulau Gilibanta, Bukit, Telaga
dan Spot Pantai Naga Nuri, Wadu Sura
dan Supah Parapi, Situs Wadu Kopa Koka,
Tabe Bangkolo, Air Terjun Jo Rato, Pantai
Papa Lambu, Pulau Kelapa, Bendungan
Sumi – Diwu Moro, Pantai Lawoli, Temba
Romba, Pantai Lariti (Nisa Lampa Jara),
Pantai Toro Mbala/ Pantai Pink, Toro
Maria, Pantai Pasir Terbang (Sarae
Mangemo), Air Terjun Sori Kuwu, Pantai
Nanga Kala, Pantai So Dau,
Pasanggrahan Oi Wobo Wawo, Puncak
Doro Maria, Puncak Gunung Sambore/
Palu, Uma Lengge Maria Wawo, Makam
Prajurit La Jala, Situs So Jalamba, Air
Terjun Tarlawi, Air Terjun Riamau, Air
Terjun Sambu, Panorama Ina Hami.
6 Kawasan Kecamatan Karombo Wera, Gunung Sangiang, Pulau
Sangiang Api Wera dan Ular, Air Terjun Oi Nca, Pantai Oi Fanda,
Ambalawi Pantai Nanga Raba, Pantai Mawu, Pantai
Pasir Putih, Pantai Diwu Mawu, Air Terjun
Talapiti, Panorama Bukit Ncai Kapenta.

Secara umum, destinasi wisata yang akan dipaparkan dalam tulisan ini terdiri
dari objek wisata alam dan wisata budaya. Untuk mendapatkan potret destinasi yang
sangat banyak dan terpencar tersebut, maka dalam dokumen profil ini akan dibahas
secara rinci objek wisata di Kabupaten Bima dan dikelompokkan berdasarkan Lokasi
Kecamatan sebagai berikut :

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 4
A. KAWASAN BENTANG TAMBORA
2.3.1 Kecamatan Sanggar
Objek yang popular sebagai tempat wisata di Kecamatan Sanggar cukup
beragam, antara lain sebagai berikut :
1) Taman Wisata Oi Tampuro

Sumber :Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 2 Mada Oi Tampuro


Mada Oi Tampuro masuk dalam jenis wisata alam yang terletak di
Desa Piong dengan wisata yang disajikan adalah kawasan yang sejuk
dengan mata air melimpah sepanjang tahun, kawasan mata air ini dapat
menjadi pemasukan besar buat desa jika dikelola dengan baik, Lokasi Oi
Tampuro ini tidak jauh dari Ibukota Kecamatan Sanggar, akses jalan menuju
lokasi masih alami, yaitu hamparan tanah berpasir.

2) Pantai Teluk Sanggar


Pantai Teluk sanggar terletak di desa Kore, pantai ini merupakan salah
satu pilihan untuk wisata pantai dengan hamparan pasir putih, pemandangan
pantai yang sangat indah, dan ditambah dengan adanya pulau kecil yang
dekat dari tepi pantai menambah keunikan kawasan ini. Tidak jauh dari pusat
ibukota Kabupaten kecamatan, pemandangan sepanjang perjalanan menuju
pantai ini mebuat wisatawan akan terus berdecak kagum.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 5
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 3 Pantai Teluk Sanggar

3) Pacuan Kuda Pantai Sandue


Pacuan Kuda Sandue merupakan salah satu daya tarik wisata
gabungan antara wisata alam dan wisata budaya, pada kawasan ini pesona
yang ditawarkan yaitu pemandangan pantai dan wisata budaya pacuan kuda
yang merupakan tradisi hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Bima.
Berbeda dengan pacuan kuda pada umumnya yang dilakukan parade Kuda
sekaligus pacuan di atas pasir pantai yang terbentang luas dan alami
sehingga terlihat jelas kekhasannya.

Sumber : Dokumentasi Dinas Parawisata

Gambar 2. 4 Pacuan Kuda Pantai Sandue


BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 6
4) Sumur Oi Monca
Sumur Oi monca merupakan salah satu objek wisata alam dengan
kategori wisata religi, terletak di Desa Kore, sumur ini sudah ada sejak masa
kerajaan Kesultanan Bima, saat ini kondisinya tidak terawat dengan baik.
Diriwayatkan bahwa dahulu sumur Oi monca ini digunakan oleh masyarakat
sekitar untuk berwudhu dan dikisahkan bahwa air yang berada di dalam
sumur tersebut berwarna kuning.

5) Pantai Mene Manu’u


Pantai Mene Manu’u terletak di desa Kore, pantai dengan hamparan
pasir putih yang luas serta pemandangan pantai yang sangat indah,
menjadikan pantai ini sebagai salah satu pilihan rekreasi untuk dikunjungi.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 5 Pantai Mene Manuu


6) Pantai Piong
Pantai Piong terletak di desa Boro dengan hamparan pasir putih yang
luas serta pemandangan pantai yang sangat indah sehingga menjadikan
pantai ini sebagai pilihan rekreasi keluarga yang nyaman dan aman, namun
untuk berkunjung ke sini, pengunjung sudah harus menyiapkan bekal karena
disekitar pantai belum ada aktifitas perdagangan dan jasa.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 7
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 6Pantai Piong


7). Pantai So Tengke

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 7 Pantai So Tengke

Lokasi Pantai So Tengke dengan bentangan pasir putih sepanjang 10 KM di


desa Boro kecamatan Sanggar. So Tengke pada masa lalu menjadi areal perburuan

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 8
rusa pasca panen di kerajaan Sanggar. Rusa-rusa dijebak dalam jebakan khusus yang
disebut Parangga dan yang lolos diarahkan ke laut untuk ditangkap dan langsung
disembelih.

8) Padang Savana Sanggar


Padang Savana Sanggar berada di Kecamatan Sanggar Desa Oi Saro
merupakan salah satu jalur lingkar selatan ketika ingin ke wilayah Tambora,
sepanjang jalan pengunjung akan disuguhi padang savana yang sangat luas dengan
beberapa tumbuhan yang kerap dijumpai di padang savanna pada umumnya, selain
itu pada jam – jam tertentu jika beruntung pengunjung akan menemukan kawanan
sapi dan kuda milik warga yang sengaja dilepas untuk mencari makan, sehingga
akan menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 8 Padang Savana Sanggar

9). Kuburan Rade Na’e


Kuburan Rade Na’e terdapat enam makam para bangsawan Keluarga
kerajaan Sanggar yang terletak di arah selatan lapangan Boro–Kore. Untuk menuju
ke lokasi makam ini sangat mudah yaitu melewati permukiman penduduk

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 9
Desa setempat dan penduduk sekitar dapat mengantarkan para tamu menuju
makam Kuburan Rade Na’e
.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Gambar 2. 9 Kuburan Rade Na’e Sanggar

10) Situs Godo Ruma


(Tempat menyimpanan Harta Kerajaan dan Penduduk)

Godo Ruma adalah salah satu situs sejarah yang berada di Desa Boro
Kecamatan Sanggar, Istilah Godo Ruma dalam Bahasa Kore ( Godo berarti,
Banyak, Besar, Ruma berarti Raja, jadi Godo Ruma diartikan sebagai tempat
penimbunan harta kekayaan raja)

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 10
Pada situs tersebut ditemukan kerangka manusia. Setelah dilakukan
analisis secara stratigrafi, usianya diperkirakan sekitar 342 tahun. Di sekitar
kerangka tersebut, tim menemukan berbagai jenis benda seperti guci,
mangkuk, piring, gelang, kalung emas, gerabah, keramik dan berbagai
jenis benda lainnya.
Salah satu informasi kesejarahan yang diperoleh dari benda temuan
tersebut adalah adanya hubungan perdagangan antara Kerajaan Sanggar
dengan kerajaan lainnya di Nusantara bahkan dengan kerajaan-kerajaan di
asia Timur, sebab benda- benda tersebut teridentifikasi berasal dari Cina
selain produk lokal. Hubungan antara kerajaan hanya terjadi apabila
kerajaan-kerajaan tersebut memiliki kedaulatan. Demikian halnya dengan
Kerajaan Sanggar yang memiliki kedaulatan, sejajar dengan kerajaan
lainnya di Pulau Sumbawa.
Selain informasi kesejarahan, benda-benda tersebut memiliki nilai
budaya, karena memberikan informasi tentang kebudayaan masyarakat
Sanggar pada masa lalu, yang menunjukkan bahwa masyarakat Sanggar
pada masa itu telah memiliki peradaban yang tinggi oleh karena itu nilai
kebudayaan masyarakat Sanggar hendaknya tidak diperjual belikan karena
merupakan asset budaya yang dapat dijadikan sumber motivasi dan
inspirasi terutama bagi generasi muda Sanggar dalam membangun
kemajuan Sanggar di masa yang akan datang.

2.3.2 Kecamatan Tambora

Lokasi persebaran objek wisata yang ada di Kecamatan Tambora


adalah sebagai berikut :

1) Agrowisata Kebun Kopi Desa Oi Bura


Menurut penelitian yang dilakukan Balai Arkeologi Nasional
maupun Balai Arkeologi Denpasar bahwa pasca Letusan gunung
Tambora tahun 1815, tidak banyak yang dapat diungkap karena kawasan
Tambora cukup lama tidak dihuni akibat timbunan material erupsi dan

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 11
tumbuhnya semak belukar dan hutan lebat yang menutupi kawasan
Tambora.

Kebun Kopi

Kopi Redstone

Pesanggrahan Kebun Kopi

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Kopi Redstone
Gambar 2. 10 Agrowisata Kebun Kopi
Tahun 1897 menurut catatan Zolinger Tambora sudah ditanami kopi
(Bernice, 1995). Pada Tahun 1902 pemerintahan kolonial Belanda
mengelola perkebunan kopi di kawasan ini seluas 500 Ha dengan
pimpinan pengelola yang bernama D. Noles warga Negara belanda
seperti tercatat dalam laporan Belanda (Onderdemingen, 1902). Tahun
1930 perkebunan kopi Tambora pengelolaannya ditangani orang Swedia
yang bernama Swede G Bjorklund (Bernice, 1995). Ketika pengelolaan
yang dilakukan oleh Swede G Bjorklund didirikan prasarana dan sarana di
areal perkebunan kopi antara lain Rumah tempat tianggal Swede,
perkantoran administrasi, ruang servis seperti kolam, gerasa taman dan
bangunan untuk karyawan pabrik dan perkebunan dan gudang dan pabrik
penggilingan kopi. Dari sejumlah bangunan tersebut yang masih tetap
berdiri utuh ada dua bangunan yakni pabrik kopi dan bangunan bergaya
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 12
Indis perpaduan rumah panggung dan bangunan Belanda. Hasil olahan
kebun kopi Tambora sudah cukup terkenal, antara lain kopi Tambora
Readstone, Kopi Bubuk Tambora dll

2) Air Terjun Sori Oi marai

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 11 Air Terjun Oi Marai

Disamping keindahan alam dan nilai wisata geologisnya, seluruh


wilayah di sekitar Gunung Tambora merupakan tanah sakral. Dalam bahasa
Bima diartikan “dana mbari”. Sejak ratusan tahun lalu banyak mitos yang
masih dipercayai oleh sebagian warga. Mulai dari kampung abstrak, sebuah
kampung atau desa lama disalah satu titik sekitar Gunung Tambora yang
hidup aktivitasnya, namun penduduknya tidak bisa dilihat oleh orang masa
kini.
Mitos lain yang masih dipercayai sebagian orang ketika memilih rute
Kecamatan Sanggar-Tambora atau sebaliknya, harus mampir mandi di
sungai Oi Marai, sebagian warga mempercayai dengan mandi di sungai
tersebut akan membuka pintu keluar dari wilayah Tambora walaupun masih
ada beberapa sungai yang bakal dilewati ketika memilih jalur balik melewati
Kecamatan Sanggar.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 13
Sori Oi Marai selebar 30 Meter memiliki debit air yang sangat besar
serta terdapat 7 (tujuh) tingkat air terjun yang indah.

3) Air Terjun Oi Panihi

Air Terjun Oi Panihi Tk. Ketiga Air Terjun Oi Panihi Tk. Kedua Air Terjun Oi Panihi Tk. Pertama

Sumber : Dokumentasi Bappeda Kab. Bima

Gambar 2. 12 Air Terjun Oi Panihi

Air terjun ini terletak di Desa Oi Panihi Kecamatan Tambora, wisata


alam ini ditandai dengan karakteristik dan keunikannya yang memiliki 3 (tiga)
tingkat air terjun. Memasuki perkampungan Oi Panihi untuk mengunjungi
kawasan ini dengan berjalan kaki selama 30 menit, untuk sampai pada air
terjun tingkat ke tiga, kemudian dilanjutkan kurang lebih 1,5 Jam untuk
sampai pada air terjun tingkat ke dua. Air terjun kedua ini agak berbeda
dengan yang lain, ada batuan yang menghalangi ditengah aliran, sehingga
terjadi pecahan air yang membuat bentuk air terjun semakin menarik, dan
selanjutnya pengunjung dapat menikmati pemandangan ar terjun tingkat
pertama.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 14
4) Wisata Gunung Tambora

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 13 Gunung Tambora

GunungTambora dengan ketinggian hanya 2.851 mdpl (meter di atas


permukaan laut) mampu memikat hati para pendaki dengan pesona alamnya
yang sangat unik. Pendakian pada wilayah Kabupaten Bima dapat ditempuh
melalui 3 jalur, yaitu jalur piong, jalur oi marai dan jalur oi bura. Lebar kawah
tujuh kilometer, keliling kawah 16 kilometer, dan kedalaman kawah dari
puncak sampai dasar 800 meter, sehingga kawah Gunung Tambora terkenal
dengan The Greatest Crater in Indonesia (Kawah Terbesar di Indonesia)
akibat dari adanya letusan terdahsyat di dunia terkenal dengan The Largest
Volcanic Eruption in History. Selain itu keindahan Gunung Tambora lainnya
adalah padang pasir luas di sepanjang bibir kawah yang ditumbuhi bunga
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 15
Edelweiss kerdil sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter, ada taride bura yang
khas dengan daun berwarna putih. Juga adanya keindahan batuan berlapis,
dan pada bagian atasnya datar seperti meja menjadikan fenomena alam
yang menakjubkan. Ada pula lapisan batuan sepanjang tebing kawah yang
berlapis-lapis.

5) Pesanggrahan Tambora

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 14 Pesanggrahan Tambora

Pesanggrahan Tambora dibangun Tahun 1932 oleh Swedia pada saat


menjadi investor komersil dibidang perkebunan (kopi), dan digunakan
menjadi kantor pengawas perkebunan kopi. Pesanggrahan Tambora atau
disebut uma Na’e berada di desa oi bura. Pesanggrahan Tambora ini kini
dikelola oleh Dinas Pariwisata Kab.Bima dengan kondisi masih layak namun
perlu adanya perbaikan. Akses menuju ke sana sudah cukup baik.
Pesanggrahan Tambora berada di Desa Oi Bura lebih kurang 7 km dari
pusat kecamatan Tambora di Labuan kenanga.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 16
6) Situs Peradaban Tambora

Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata

Gambar 2. 15 Situs Peradaban Tambora


Kawasan situs Tambora terdiri dari bangunan kuno (peninggalan
Swedia, bangunan kantor, pabrik jagung, pabrik kopi, gedung bola dan
perumahan) dan situs arkeologi. Temuan-temua hasil penelitian ditemukan
adalah rangka, komponen bangunan, keramik, rangka manusia dan hewan,
alat kebutuhan sehari-hari, alat pertanian dan senjata. Melalui beberapa
rangkaian penelitian sudah dapat diasumsikan bahwa di kawasan situs
tambora yang berada di wilayah oi bura ini merupakan permukiman
penduduk sebelum terjadi letusan gunung tambora tahun 1815. Kondisi

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 17
permukiman penduduk ini sudah maju karena dari beberapa artefak yang
ada ditemukan alat tenun, hasil bumi, lesung, alat berburu, alat pertanian dll

7). Kampung Hutan Madu

Gambar : Pohon owo, Pohon yang diduga usianya lebih dari seratus tahun ini menjadi
tempat bersarang lebah-lebah madu.

Gambar 2. 16 Pohon Owo (Hutan Madu)

Sekeliling kawasan gunung tambora merupakan penghasil madu.


Hutan kampung madu yang berada di desa Kawinda To’i Kecamatan
Tambora terkenal dengan khas hasil madu hutan dengan kualitas yang
bagus. Masa panen madu biasanya pada Agustus - September, dengan ciri
warna madu yang berbeda, yaitu ada yang berwarna agak gelap, cokelat
terang dan berwarna putih. Saat ini produksi madu Tambora sedikit

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 18
mengalami penurunan Hal ini disebabkan karena adanya pembukaan hutan,
dan berkurangnya tumbuhan penghasil bunga.

8). Pantai Labuan Kananga

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Pariwisata

Gambar 2. 17 Pantai Labuan Kananga

Pantai Labuan Kananga berada di Desa Labuan Kananga


Kecamatan Tambora, untuk menuju pantai ini tidaklah sulit cukup
mengarahkan tujuan ke Desa Labuan Kananga, di belakang permukiman
penduduk terdapat pantai yang sangat berpotensi sebagai daya tarik
wisata dan potensi perikanan atau tempat dimana para nelayan mencari
ikan, ditambah lagi dengan pantai ini merupakan salah satu pintu masuk
menuju pulau satonda.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 19
9). Donggo Jara/Ta’be Nae (Vulcano Diluar Kawah)
Doro Jara Ta’be Na’e begitu biasa disebut oleh penduduk yang biasa
mencari madu, merupakan anak gunung Tambora yang terletak di
Kecamatan Tambora, Disuguhi indah dan megahnya pemandangan anak
gunung Tambora ini menambah decak kagum pengunjung yang melewati
lokasi ini baik yang ingin mendaki gunung Tambora atau yang akan menuju
destinasi wisata lainnya di Kecamatan Tambora.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Pariwisata

Gambar 2. 18 Donggo Jara/ Tab’e Na’e (Vulcano Diluar Kawah)

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 20
10). Hutan Cemara

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Pariwisata dan Mbojoklopedia

Sumber : http://wisata-alam.kampung-media.com

Gambar 2. 19 Hutan Cemara

Hutan Cemara termasuk pada jalur pendakian menuju kaldera gunung


Tambora, memasuki hutan cemara berarti pendaki sudah memasuki Pos 4,
pada sore hari hutan cemara sudah akan mulai tertutup kabut, suara angin
membelah keheningan di sela – sela pohon cemara yang tumbuh tinggi
dengan ukuran batang pohon lebih kurang 2 Meter, di hutan cemara track
mendakinya sangat menguras tenaga karena melewati tanah yang becek dan
lembab, selain itu di Pos 4 ini tidak disarankan bagi pendaki untuk mendirikan
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 21
tenda dan menginap karena seringkali ditemukan babi hutan, lembab dan
basah, meski demikian suasana hutan cemara yang berselimutkan kabut
dingin tentu menambah eksotisnya pemandangan dan suasana sehingga
akan memacu adrenalin pendaki menjadi naik dan menantang.

Gambar 2. 20 Peta Objek Wisata di Zona Kawasan Bentang Tambora

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 22
B. KAWASAN MADONG PARK (MADAPANGGA – DONGGO)
2.3.3. Kecamatan Madapangga
Objek wisata di Kecamatan Madapangga cukup beragam dan didominasi
wisata alam antara lain sebagai berikut :

1) Taman Wisata Alam Madapangga


Taman Rekreasi Madapangga merupakan kawasan konservasi Taman
Wisata Alam yang terletak di Desa Ndano dan dikelola oleh Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA), terletak di Kawasan Hutan lindung yang
memiliki sumber mata air melimpah bagi kebutuhan masyarakat sekitar.
Taman Wisata Alam Madapangga dapat digunakan sebagai wisata edukasi
dan wisata pemandian. Fasilitas pendukung sudah cukup memadai dimana
dilengkapi dengan instalasi listrik dan air bersih yang memadai, fasilitas
perdagangan dan jasa juga telah tersedia, karena Taman Wisata Alam
Madapangga ini sudah dikelola cukup baik.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 21 Taman Wisata Alam Madapangga

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 23
2) Air Terjun Oi Taba

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Gambar 2. 22 Air Terjun Oi Taba

Untuk menuju kawasan air terjun Oi Taba dibutuhkan sekitar satu


setengah jam dari pusat Ibukota Kecamatan, Oi Taba berada di Desa
Campa, dari permukiman warga jalan menuju Oi taba tidak beraspal dengan
medan berbatu karena lokasi berada tepat di Kaki pegunungan, dimana
pemandangan yang disuguhi adalah pemandangan khas pedesaan dimana
hamparan sawah membentang luas dengan suasana pegunungan yang
sejuk dengan gemericik air yang jatuh dari ketinggian.

3) Gua Dae Jena


Gua Dae Jena berada di Desa Mpuri yang kurang lebih 20 Menit
perjalanan dari pusat Ibukota Kecamatan, diberi nama gua Dae Jena yang
berarti gelar kehormatan bagi pemuda. Dikisahkan bahwa siapa yang masuk
dalam gua tersebut dapat nampak lebih muda, pemandangan yang disajikan
adalah gua bawah tanah dengan hamparan pemandangan yang indah.
Untuk menuju ke lokasi ini akses jalan belum memadai

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 24
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 23 Gua Dae Jena

2.3.4. Kecamatan Bolo


Objek wisata di Kecamatan Bolo antara lain sebagai berikut :
1) Situs Bekas Candi

Sumber: Dokumentasi pemerhati wisata

Gambar 2. 24 Situs Bekas Candi

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 25
Situs Bekas Candi berada di desa Monggo yang berjarak 2 km dari
pusat Ibukota Kecamatan, yang menawarkan wisata budaya dengan
bentangan alam pedesaan yang terhampar luas. Saat mengunjungi situs
tersebut kita akan melewati pedesaan khas Bima, konon situs bekas candi ini
sebagai sajian wisata budaya peninggalan kerajaan majapahit. Akses menuju
ke dalam situs masih dalam kondisi yang kurang baik.

2) Wadu Genda
Wadu Genda berada di Desa Tambe yang berjarak 12 km dari pusat
Ibukota Kecamatan dengan jenis wisata yang disajikan adalah wisata budaya,
yang menampilkan peninggalan budaya berupa batu yang berbetuk seperti
gendang, batu ini diyakini merupakan peninggalan kesultanan Bima. Saat
mengunjungi wisata ini maka kita akan disajikan pemandangan berupa
bentangan sawah dan pegunungan hijau yang sangat indah. akses menuju
objek wisata masih jalan tanah serta masih kurangnya fasilitas pendukung
seperti instalasi listrik dan air bersih sementara jaringan telekomunikasi sudah
lengkap dan memadai.

3) Makam Kuno Manuru Nggembe


Makam Kuno Manuru Nggembe terletak di Desa Nggembe,
dikategorikan sebagai wisata religi dengan tambahan pemandangan alam
cerita dukungan kesan budayanya. Menuju ke makam kuno sepanjang
perjalanan akan disambut pemandangan dengan hamparan hutan dan
pegunungan yang sangat indah. Akses menuju objek wisata belum tersedia
dengan baik baik serta kurangnya fasilitas seperti instalasi listrik dan air bersih
namun jaringan telekomunikasi sudah tersedia.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 26
2.3.5. Kecamatan Donggo
Objek wisata di Kecamatan Donggo tersebar pada beberapa Desa
yaitu sebagai berikut :
1) Uma Ncuhi (Rumah Adat) desa Mbawa

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 25 Uma Ncuhi (Rumah Adat Mbawa)

2) Pesanggrahan Donggo

Pesanggrahan donggo adalah rumah peristirahatan yang dibangun


untuk pembesar Belanda, saat ini digunakan biasanya untuk peristirahatan
wisatawan yang berkunjung atau sekedar menikmati pemandangan indah, rumput
khas Eropa pada halaman Pesanggrahan atau menikmati view yang indah di
Kecamatan Donggo, Pesanggrahan ini terletak di Desa O’o Kecamatan Donggo.

Kondisi fisik pesanggrahan ini masih cukup kokoh namun kurang terawat dengan
baik.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 27
Sumber : Hasil Pemerhati Wisata

Gambar 2. 26 Pesanggrahan Donggo

3) Tapak Kaki Gajah Mada

Dalam sejarah disebutkan patih Gajah Mada selesai menaklukan Bali,


ia berkeinginan untuk menaklukan daerah – daerah di sebelah timur Bali.
Ekspedisi Majapahit di bawah pimpinan Senopati Sarwajala Nala menyerang
Sumbawa. Penyerbuan itu dapat dibuktikan dengan prasasti perunggu yang
bertahun Saka bertepatan dengan tahun 1357 M. Sehubungan dengan fakta
sejarah tersebut, jika di desa Bayan Lombok Utara sekarang disebut–sebut
ada bekas telapak kaki Gajah Mada, maka rangkaian peristiwa juga ada di
Desa Bumi Pajo, tepatnya di Wadu Nocu terdapat telapak kaki dan kuburan
Maha Patih Gajah Mada.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 28
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 27 Tapak Kaki Gajah Mada

4) Uma Ncuhi Padende

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 28 Uma Ncuhi Padende


Uma Ncuhi Padende terletak di Desa Bumi Pajo. Dalam pandangan
era zaman “makakamba makakimbi” masyarakat Bima bahwa ncuhi
merupakan tokoh sakti yang sangat identik dengan kekuatan supranatural.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 29
Ncuhi menempati Strata tertinggi sebagai pimpinan komunitas dan
menempati rumah yang khusus yang sekarang dikenal sebagai Uma Ncuhi.

5) Wadu Tunti

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 29 Wadu Tunti

Situs Wadu Tunti yang terletak di Desa Padende Dusun Ncuhi


Donggo, yaitu terletak di ujung sebelah utara pada dataran tinggi gunung
Rora. Suasana pegunungan yang indah sangat cocok bagi yang suka
petualangan di alam terbuka dan didukung sejuknya udara pegunungan.
Wadu Tunti dalam arti bahasa Indonesianya yaitu Wadu yang berarti
batu dan Tunti yang berarti tulis yang artinya Batu Tulis, dimana sebuah batu
kurang lebih berukuran 100 cm x 60 cm terdapat sebuah aksara dan gambar
yang dipahat oleh orang jaman dulu. Dari penelitian para arkeolog Bali bahwa
aksara yang di pahat itu merupakan aksara jawa kuno yang digunakan pada
abad ke 14, lebih tua dari umur kerajaan Majapahit yang selama ini diyakini
oleh masyakarat Padende di pahat pada saat kedatangan Gajah Mada.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 30
2.3.6. Kecamatan Soromandi
Lokasi persebaran objek wisata yang ada di Kecamatan Soromandi
adalah sebagai berikut :

1) So Noti (Tanjung Noti)


Wisata Alam Soromandi sebagai salah satu kota kecil yang terletak di
sisi teluk Bima. Di bumi Ngaha Aina Ngoho ini tersimpan banyak sekali aset-
aset alam yang menyimpan sejuta pesona yang masih belum terjamah dan
perlu untuk digali dan dijadikan sebagai objek wisata, salah satunya adalah So
Noti (Tanjung Noti) terletak di Desa Punti. Memiliki view yang indah kearah
teluk Bima.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 30 Tanjung Noti


2) Benteng Asa Kota

Benteng Asa Kota terletak di Desa Punti, merupakan sebuah situs


cagar budaya dengan luas lahan 4 Ha yang dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin untuk mempertahankan diri
dari serbuan Belanda melalui Teluk Bima dan selesai pada tahun 1674 M.
Benteng Asa Kota memiliki keindahan tersendiri, yaitu pada sisi kiri dan

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 31
kanannya diapit oleh dua teluk, dan memiliki pantai yang indah. Posisi yang
cukup strategis untuk dikunjungi. Jika dari Kota Bima bisa ditempuh melalui
jalur laut dan darat, hanya menghabiskan waktu 20 menit dari pelabuhan
Bima menggunakan perahu motor.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 31 Benteng Asa Kota

3) Wadu Pa’a

Situs ini dibuat sekitar abad IX – XI M yang berlokasi di sisi


barat teluk Asa Kota. Pahatan-pahatan tersebut berbentuk relief yang
merupakan lambang pemujaan dalam agama Hindu-Buddha, maka dapat
dikatakan bahwa Situs Wadu Pa’a merupakan tempat persinggahan
sekaligus sebagai tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu-Buddha
yang dahulu berlayar ke Bima untuk berdagang, mengingat Bima dulu
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 32
dikenal sebagai tempat lalu lintas perdagangan dan menghasilkan
beberapa bahan ekspor yang sangat penting.Wadu Pa`a sendiri terletak di
Kecamatan Soromandi di Desa Kananta daerah pesisir teluk Bima.
Letaknya yang sangat strategis menjadikannya sebagai tempat wisata
keluarga bagi masyarakat Bima, karena berada dipinggir teluk dan mata
air yang bersih. Disamping itu karena lautnya yang biru dan jernih,
menjadikannya banyak masyarakat yang datang di tempat tersebut pada
hari-hari libur.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 32 Wadu Pa’a

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 33
Gambar 2. 33 Peta Objek Wisata di Zona Kawasan Madong Park

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 34
C. KAWASAN TELUK WAWORADA

2.3.7 Kecamatan Parado


Di Kecamatan Parado terdapat beberapa objek wisata, yaitu sebagai
berikut :

1) Pantai Wane
Pantai Wane terletak di Desa Parado Wane Kecamatan Parado, untuk
menuju pantai wane dapat menempuh perjalanan lebih kurang 1,5 Jam dari
Bandara Sultan M. Salahuddin menggunakan Kendaraan roda empat
ataupun roda dua.
Infrastruktur jalan menuju pantai ini kurang nyaman karena belum
diaspal, meskipun demikian pesona pantai Wane tidak akan pernah
terlupakan oleh pengunjung. Pantai wane terdiri dari 2 bagian yaitu bagian
utara dan selatan yang sama sama memiliki pesona yang indah, yaitu pasir
putih yang halus dan deburan ombak yang menyapu batuan karang dipinggir
pantai menghasilkan suara gemuruh yang menyatu dengan alam menambah
keindahan pesona pantai ini.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 34 Pantai Wane

Bagi pengunjung yang ingin bermalam menikmati keindahan pantai ini


tidak usah khawatir karena sudah tersedia penginapan yang dapat

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 35
disewakan sehingga pengunjung bisa dengan leluasa menikmati keindahan
pantai wane hingga sepuasnya.

2) Pantai Woro
Pantai Woro terletak di Dusun Woro Desa Parado Wane Kecamatan
Parado, Untuk menuju lokasi ini pengunjung harus bersiap dengan stamina
yang baik meski sudah ada pembukaan jalan namun Karena kondisi jalan
belum di aspal dan masih berbatu, meski demikian ketika sudah sampai di
Pantai Woro segala kesulitan yang dilalui akan terbayarkan oleh pesona
keindahan pantai Woro yang masih satu garis pantai dengan Pantai Wane.
Pantai Woro dengan bentangan pasir putih yang bersih, lautan yang
jernih dan dengan keunikan lainnya seperti pasirnya yang putih bersih,
dipinggir pantai juga terdapat susunan batu karang sehingga menjadikan
pantai ini semakin indah.

3) Pantai Tanawu – Tolomoro

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 35 Pantai Tanawu – Tolomoro

Pantai Tanawu-Tolomoro menjadi salah satu destinasi wisata yang


sangat populer bagi masyarakat Parado dan Bima pada umumnya,
hamparan pasir putih dan hitam, tebing-tebing tinggi, gua-gua sarang dari
berbagai jenis burung walet, laut pasang yang berisi berbagai mahluk laut,
dan terumbu karang yang sangat indah membentang luas dari Desa Lere

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 36
Kec. Parado sampai Pantai Lakey Kec. Huu Kab. Dompu ditemani oleh
Ombak Pantai Selatan Bima yang berhadapan langsung dengan
Samudera Indonesia.
Pantai Tanawu-Tolomoro, pantai yang memanjakan mata setiap orang
melihatnya, Pantai yang diisi dengan berbagai biota laut mulai dari yang
berukuran raksasa sampai yang berukuran kecil seperti Ikan Paus, Hiu,
Pari, Ikan Tuna, Ikan Tongkol, dan ratusan species ikan lainya dengan
berbagai ukuran dan jenis berbeda. disamping itu, karena terumbu karang
yang terjaga dengan baik, hidup juga berbagai jenis kerang dan rumput
laut.
Bagi yang hobi rekreasi dengan memancing dan berburu di alam
bebas gugusan gunung dan hamparan pantai Tanawu-Tolomoro adalah
tempat yang tepat untuk dikunjungi, namun bagi wisatawan yang hendak
berencana ke sini hendaknya tetap mempersiapkan stamina dengan baik
karena kondisi jalan yang dilalui masih terbilang ekstrim atau belum
dilakukan perbaikan.

4) Pantai Lere
Pantai Lere termasuk dalam kategori wisata alam dengan daya tarik
yang disajikan berupa hamparan pasir pantai yang berada di Desa Kuta
Kecamatan Parado, setiap hari libur Pantai ini seringkali dikunjungi oleh
wisatawan baik dari warga sekitar maupun yang datang dari luar kota.
Potensi yang ditawarkanpun sangat banyak mulai dari keberagaman ikan
dan biota laut lainnya sehingga menjadikan tempat ini sebagai lokasi yang
perlu dikunjungi, meski kondisi akses jalan masih harus dibenahi, sementara
fasilitas seperti telekomunikasi sudah terlayani dengan baik.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 37
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 36 Pantai Lere

5) Wadu Wawi
Situs Wadu Wawi termasuk dalam kategori situs Budaya karena
merupakan peninggalan sejarah yang diduga mirip dengan archa Ganesha
yang juga dikategorikan dalam arca nandi (sapi) yang dikenal sebagai
kendaraan Dewa siwa dan dinyatakan sebagai kuburan yang terbuat dari
jenis batuan kapur dengan ukuran panjang 82 cm, lebar 29 cm, tinggi 36 cm
dengan tinggi lapik 44 cm. Fasilitas pendukung yang tersedia belum ada
karena letak situs ini berada ditengah hutan.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 38
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 37 Situs Wadu Wawi

6) Hutan Wisata Kaleli

Sumber :Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 38 Hutan Wisata Kaleli


Hutan wisata kaleli termasuk dalam kategori wisata alam (agroforestry)
karena menyajikan kawasan hutan produksi tetap yang dipelihara guna
kepentingan pariwisata dengan wisata yang disajikan adalah hutan kaleli
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 39
(kemiri) yang dapat dinikmati dengan hamparan hutan yang hijau, sejuk dan
indah. Hutan wisata ini berada di Desa Kuta.

2.3.8 Kecamatan Monta


Objek wisata serta sebaran lokasi wisata pada kecamatan Monta
adalah sebagai berikut :

1) Pantai Rontu

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 39 Pantai Rontu

Pantai rontu berada di sebelah selatan Kabupaten Bima dan


berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan hamparan pasir
putih yang indah dan perairan laut yang tidak berombak besar, serta
panorama pegunungan sekeliling yang eksotis membuat pantai rontu
sangat mengagumkan bagi wisatawan. Bagi yang memiliki hobi olahraga
laut, banyak kegiatan yang dapat dilakukan disini seperti berenang,
memancing, bersantai, dan kegiatan lainnya yang sekarang sedang
mendunia “surving dan diving”. Hamparan pantai pasir putih di bibir
Samudera Hindia ini cukup potensial. Setiap hari libur, banyak warga

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 40
sekitar menikmati keindahan panorama pantai ini padahal lokasi pantai
rontu cukup jauh dari pusat kota, terkadang banyak juga turis
mencanegara yang mendatangi pantai ini untuk berselancar.

2) Kalate Ndira

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 40 Kalate Ndira

Salah satu tempat wisata yang layak untuk dijadikan tujuan wisata
yaitu Kalate Ndira. Medan jalan yang masih tergolong berat, untuk
mencapai lokasi ini pengunjung harus menempuh perjalanan panjang yang
cukup menantang dengan kondisi jalan banyak berlubang.
Kalate Ndira adalah sebuah wisata sungai sekaligus air terjun dengan
ketinggian ± 10 m, tepat di bawah air terjun terdapat sebuah kolam alami
dengan kondisi air yang cukup jernih. Daya tarik dari tempat wisata ini
adalah kolam alaminya yang bisa dijadikan tempat untuk berenang dan
kondisi alam disekitarnya yang begitu alami. Pohon – pohon beraneka
ragam, bebatuan sungai yang kokoh.
Berdasarkan cerita dari masyarakat, Kalate berarti batu besar
sedangkan Ndira berarti rata sehingga jika digabungkan Kalate Ndira
memiliki makna batu besar yang berbentuk rata. Ditempat ini memang
terdapat batu – batu besar yang berada disepanjang aliran sungai,
dibeberapa kolam alami yang terdapat di tempat ini juga dikelilingi oleh
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 41
bebatuan besar yang seakan tersusun rapi sebagai dinding dari kolam
alami tersebut.
Untuk mencapai lokasi ini baiknya menggunakan kendaraan roda dua,
dari Desa Sie pengunjung harus bergegas ke Dusun Diha, sesampainya di
sana sebaiknya kendaraan yang digunakan agar dititip pada rumah warga,
untuk perjalanan selanjutnya pengunjung harus mulai dengan berjalan kaki
beberapa menit pengunjung sudah sampai di tujuan wisata Kalate Ndira.
Gemuruh aliran sungai beserta alam kalate Ndira akan segera menyambut
pengunjung, kelelahan dalam perjalanan akan terbayarkan dengan
panorama alam di Kalate Ndira.

3) Air Terjun Oi Sariwu Tuda Ncua


Tuda Ncua begitu nama tempatnya, di juluki Oi Sariwu yang artinya air
seribu, dimana tempat ini mempunyai beberapa cabang air terjun. Tuda
Ncua ini berbentuk sungai yang berbatu. Perjalanan ke Oi Sariwu Tuda
Ncua dari permukiman memakan waktu ± 1 jam perjalanan. Bagi
pengunjung yang baru pertama kali ke Oi Sariwu Tuda Ncua, dari desa
Pela terlebih dahulu agar mencari seorang guide yang berasal dari warga
setempat yang akan menjelaskan berbagai keunikan dan sejarah Tuda
Ncua tersebut.
Ada dua pilihan untuk menuju ke Tuda Ncua, menggunakan kendaraan
roda dua atau dengan berjalan kaki. Jika pengunjung memilih berjalan kaki
menuju air terjun Oi Sariwu Tuda Ncua itu akan lebih menarik bagi yang
suka dan tracking mengikuti jalan setapak, dan jalurnya sangat memacu
adrenalin, di tempat tersebut akan dijumpai keindahan sepanjang jalan dan
juga ada beberapa air terjun mulai dari yang kecil hingga yang tinggi 20
meter.
Air terjun pertama setinggi 7 meter, disini pengunjung bisa beristirahat
sejenak, dan berbagai macam bentuk batu akan menarik perhatian anda.
Kemudian di atasnya akan ada lagi air terjun kedua yang tingginya ± 8 m,
spot di air terjun kedua ini tidak kalah indahnya dengan air terjun yang

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 42
pertama. Dari air terjun kedua ini diatasnya kira-kira 4 meter pengunjung
akan menjumpai air terjun mini.
Setelah melanjutkan perjalanan untuk mencapai puncak, tiba di atas air
terjun terakhir view pemandangan yang sangat indah akan semakin
mengobati lelah pengunjung. Sejuknya udara pegunungan di atas akan
membuat perjalanan petualangan alam ke Oi Sariwu Tuda Ncua sangat
berkesan

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 41 Air Terjun Oi Sariwu Tuda Ncua

4) Bendungan Pela Parado


Bendungan Pela Parado tepat berada di Desa Pela Kecamatan Monta,
Bendungan Pela Parado difungsikan dan diresmikan pada tahun 2006,
mengairi areal irigasi seluas 3,895 Ha yang meliputi kecamatan Monta, Woha,
Belo dan Palibelo, juga mampu menyediakan air Baku 200 liter per detik,
pembangkit tenaga listrik mikrohidro 250 KVA serta pengendalian banjir
sungai Parado.
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 43
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 42 Bendungan Pelaparado

Bendungan Pela Parado membendung Sungai Parado dengan


panjang tubuh waduk sekitar 320 meter, elevasi dasar sungai 94 meter yang
mampu menggenangi areal seluas 104 Ha dengan luas catchment area
seluas 85 Km dan kapasitas elevasi air terendah 130 M. Menara Bendungan
Pelaparado cukup tinggi yaitu lebih dari 400 meter.
Fungsi bendungan tentunya bukan saja untuk irigasi, juga
difungsikan sebagai asset pariwisata alam, olahraga mancing, budidaya
ikan air tawar serta keperluan lainnya. Kelestarian hutan disekitarnya
merupakan kunci keberlangsungan mata air di Bendungan ini.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 44
2.3.9 Kecamatan Langgudu
Objek wisata serta persebaran lokasi objek wisata pada Kecamatan
Langgudu adalah sebagai berikut :

1) Teluk Waworada

Menelusuri teluk Waworada sangatlah mengasyikkan, arus dan


gelombang laut yang cukup tenang, terutama di pagi dan sore hari.
Perahu motor tetap stand by di dermaga desa Rompo yang menanti
penumpang menyebrang ke desa-desa di selatan teluk seperti di desa
Karampi, Waduruka, Soro Afu, Sarae Ruma dan bahkan ke Pusu.
Penyebarangan dari desa Rompo menuju desa - desa di selatan teluk
Waworada memakan waktu sekitar 40 menit hingga 1 jam.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 43 Teluk Waworada

2) Masjid Kamina
Mesjid Kamina konon merupakan mesjid tertua dan pertama di Bima
sebagai tempat ibadah Sultan Abdul Kahir I, masjid ini terletak di Desa
Kalodu Kecamatan Langgudu, dapat dijangkau dalam waktu 30 menit
menggunakan kendaraan roda dua dari ibukota kecamatan , akses menuju
kesana melewati jalur yang berkelok-kelok namun terbayarkan dengan
sajian pemandangan bentangan pegunungan yang asri dan hawa yang
sejuk.
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 45
Trap/ Tangga Menuju Masjid Kamina

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 44 Mesjid Kamina

3) Pantai Temba Ruma


Temba Ruma, konon menurut cerita sumur ini dibuat pertama kali
oleh H. Idris Oja (almarhum) airnya berasa asin, karena memang letaknya
persis satu meter dari bibir pantai. Suatu ketika datanglah Putra Abdul Khahir
(Raja muda Bima) dari arah Sape yang melihat H. Idris yang sedang
menanam rumput laut. Terjadilah dialog, Idris mengeluhkan tidak adanya air
tawar kepada Putra Abdul Khahir. disinilah terjadi keajaiban. Setelah berdiri di
bibir sumur dan berdoa pada Sang Pencipta, tak lama kemudian air sumur
yang asin menjadi tawar seketika. Karena itulah, sebagai rasa syukur
masyarakat memberikan nama Temba Ruma (Sumur Raja).

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 46
4)

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 45 Pantai Temba Ruma


4.) Pantai Wadu Baba Sambane

Pantai Wadu Baba. berlokasi di Desa Sambane Kecamatan Langgudu,


memiliki garis pantai yang panjang serta bibir pantai yang lebar dan landai.
Hamparan pasir putih dan bersih menambah eksotis pantai ini.
Pantai Wadu Baba berjarak sekira 4 Km dari ibukota Kecamatan. Perjalanan
ke Pantai Wadu Baba memakan waktu ± 1 jam dari Bandara Sultan M.
Salahudin melalui jalan darat yang diaspal mulus dengan melewati
pegunungan dan panorama alam yang tidak kalah memukau.
Di lokasi ini masyarakat lokal membangun tempat peristirahatan,
pohon-pohon rindang yang meneduhkan untuk memanjakan pengunjung.
Pengunjung dapat menikmati pemandangan Teluk Waworada yang
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, Pantai Wadu Baba
Sambane setiap akhir pekannya selalu ramai oleh pengunjung dari berbagai
daerah dari Kota dan Kabupaten Bima maupu daerah lain di sekitarnya.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 47
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 46 Pantai Wadu Baba Sambane

5) Nisa (Pulau)

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 47 Nisa (Pulau)


BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 48
Di teluk Waworada, terdapat pulau-pulau kecil dengan berbagai
potensinya. Pulau-pulau tersebut antara lain Nisa Bea, Nisa Dora, Nisa
Lampa Dana,Nisa Sura, Nisa Tengge, Nisa Malai, Nisa Soma, Nisa Mbe’e
dan pulau kecil lainnya. Saat ini sudah dibangun pelabuhan Nusantara di
kawasan pantai Rompo yang melayani route penumpang, barang dan
jasa ke wilayah timur Indonesia seperti Sumba, Ende dan Flores.

6) Air Terjun Oi Kalo

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 48 Air terjun Oi Kalo


Air terjun ini terletak di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu kira-kira
berjarak 1 km dari pusat kecamatan langgudu,akses menuju kesana dapat
menggunakan roda 4 dan dilanjutkan dengan berjalan kaki lebih kurang 45
menit dari Desa Kalodu. Air terjun ini sangat indah dengan ketinggian kurang
lebih 15 m. Lokasi wisata inipun terbilang menantang dan memacu adrenalin,
jalan yang berlubang, berlumpur, bebatuan tajam sepanjang aliran sungai
hingga menuruni tebing adalah beberapa tantangan yang akan dilalui, hal ini

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 49
menjadikan lokasi wisata ini khusus diperuntukan bagi wisatawan dengan jiwa
petualang. Meski demikian Air terjun ini sangat indah dengan letaknya di
dalam hutan, air terjun ini masih alami dengan tebing susunan batu granit
yang berwarna kemerah-merahan.
7) Air Terjun Kalemba

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 49 Air terjun Kalemba


Air terjun Kalemba terletak di Dusun Kalemba Desa Kawuwu, berjarak
± 28 Km dari Bandara Sultan M. Salahuddin atau menempuh perjalanan ± 1
Jam, ketika memasuki Desa Kawuwu panorama alam pedesaan dengan view
yang indah, sawah membentang dan gugusan pegunungan yang rimbun
menghijau seakan menyambut pengunjung.

8) Pantai Tamandaka
Pantai tamandaka terletak jauh di ujung selatan Bima menghadap laut
Selatan. Untuk mencapai pantai ini pengunjung harus melewati separuh
perjalanan yang masih tanah dan berbatu, meski jalan yang dilewati berkelok
– kelok namun pengunjung akan terus dimanjakan oleh potongan – potongan
lukisan alam sepanjang perjalanan. Di pantai tamandaka ada surga yang
tersembunyi, pantai dengan hamparan pasir yang putih bersih, membentang
sangat luas. kontras dengan air yang berwarna biru jernih, berpadu dengan

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 50
langit yang juga sama birunya. Penduduk sekitar memanfaatkannya dengan
sangat baik seperti tanaman rumput laut, penduduk setempat menyebutnya
goseng, goseng di jual keluar daerah sebagai bahan baku pupuk dan menjadi
salah satu sumber pendapatan penduduk setempat disamping potensi
perikanan tangkap.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 50 Pantai Tamandaka

Gambar 2. 51 Peta Objek Wisata di Zona Kawasan Teluk Waworada


BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 51
D. KAWASAN METRO LEWAMORI

2.3.10. Kecamatan Woha

1) Air Terjun Kalate Mbaju


Air terjun Kalate Mbaju terletak di Desa Pandai Kecamatan Woha,
salah satu keunikannya adalah terdapatnya bongkahan batu-batu besar
sehingga menambah keindahan air terjun ini. Meski letaknya jauh dari
pemukiman namun di saat hari – hari libur tetap ramai dikunjungi oleh
wisatawan.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 52 Air Terjun Kalate Mbaju

Untuk mencapai Desa Pandai, perjalanan membutuhkan waktu


kurang lebih 20 menit menggunakan motor dari Bandara Sultan M.
Salahuddin, kemudian masuk ke pemukiman warga, terus masuk ke
ladang pertanian, dari sini tidak ada lagi yang namanya aspal, medan
jalan hanya tanah liat, perjalanan masuk wilayah pegunungan Jati.
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 52
Pemandangan selama diperjalanan akan terus memanjakan mata, dan
akhirnya sampai di Air terjun Kalate Mbaju. Air terjun dihiasi batu batu
besar yang membuat air terjun ini beda dari air terjun lainnya.

2) Tugu Pelopor Pancasila

Monumen bersejarah Tugu Pelopor Pancasila ini berada di Desa


Tente Kecamatan Woha, berada di persimpangan jalan Tente dibangun
sejak tahun 1980-an, dahulu monument ini merupakan simbol perlawanan
terhadap penjajah. Bangunan bersejarah ini merupakan tempat
musyawarah dan mufakatnya para tokoh Bima. Merunding berbagai
pemikiran melawan imperialisme penjajah, dengan nilai sejarah yang
sangat kental ini, monument ini menjadi monument bersejarah dan sebagai
tempat yang layak untuk dikunjungi sebagai wisata budaya dan sejarah
meski demikian monument dan lingkungan sekitar harus di tata lebih baik
agar memiliki daya tarik lebih bagi wisatawan.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 53 Monumen Pancasila

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 53
2.3.11 Kecamatan Belo
Objek wisata di Kecamatan Belo antara lain yaitu sebagai berikut :

1) Bombo Ncera
Bombo Ncera berada di Desa Ncera dengan jarak 4 km dari pusat kota
Woha, masuk dalam kategori wisata alam dengan air terjun yang indah
dengan debit air sepanjang tahun. Bombo Ncera mempunyai beberapa air
terjun yang ketinggiannya mencapai sekitar 5 Meter, selain itu terdapat
beberapa kolam renang alami yang berdinding batu alam dan tebing , nama
kolam – kolam tersebut adalah bombo To’I (Bombo Kecil), yaitu tempat
mandi anak – anak, Bombo Woha (Bombo Tengah) tempat mandi para
muda mudi yang belum mahir berenang, karena kolam ini hanya sebahu
orang dewasa, kemudian Bombo Na’e (Bombo Besar) tempat mandi orang –
orang yang sudah mahir berenang.

Sumber : Dokumetasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 54 Bombo Ncera

Bombo na’e merupakan kolam paling besar yang lebarnya sekitar 4


Meter dan panjang sekitar 10 Meter, untuk menuju ke tempat wisata ini tidak
perlu khawatir karena hanya dibutuhkan waktu kurang lebih setengah jam
perjalanan dengan akses jalan yang sudah cukup baik wisatawan sudah bisa
menikmati keindahan panorama dan mencoba berenang di sini.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 54
2) Monumen Perang Ngali

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 55 Monumen Perang Ngali

Monumen Perang Ngali berada di Desa Ngali dengan jarak dari


pusat kota Woha 4 Km, monumen perang ngali masuk dalam kategori objek
wisata budaya, dibangun untuk memperingati eskalasi perasaan kecewa
dan benci terhadap merajalelanya kolonialisme VOC Belanda di Bima,
dimana kewajiban untuk membayar pajak sangat dipaksakan. Monumen
perang ngali ini merupakan salah satu monumen sejarah perjuangan rakyat di
Bima

3) Embung Roka
Embung Roka merupakan Embung yang pertama kali di bangun di
pulau Sumbawa, Embung Roka yang terletak di desa Roka kecamatan
Palibelo ini sering di kunjungi para wisatawan untuk menikmati alam
pegunungan dan kolam air yang sejuk.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 55
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 56 Embung Roka

2.3.12. Kecamatan Palibelo


Di Kecamatan Palibelo beberapa objek Pariwisata yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1) Pacuan Kuda/ Pacoa Jara


Pacoa jara merupakan budaya asli Bima, dan secara resmi pertama
kali diadakan di Bima tahun 1927 untuk merayakan hari kelahiran Ratu
Wilhemina, Pacoa jara kemudian berkembang menjadi kegemaran
masyarakat dan diadakan empat kali dalam setahun, hal ini didukung oleh
banyaknya kuda di daerah Bima seperti Wera, Kore, Tambora dan Parado.
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 56
Pacoa Jara juga diadakan untuk merayakan hari – hari besar pemerintahan,
di era kesultanan biasanya jika ada hajatan Sultan seperti pernikahan atau
khitanan maka akan diadakan Pacoa Jara.
Pacoa Jara sudah sangat lekat di masyarakat NTB lebih khususnya
masyarakat Bima, sudah menjadi hiburan rakyat yang selalu di adakan 3
(tiga) kali setahun, yang merupakan agenda rutin di kabupaten Bima.

Stadion Arena Pacuan Kuda Gerbang Arena Pacuan Kuda

Sumber : Dokumentasi Dinas Parawisata

Gambar 2. 57 Pacuan Kuda

2) Pantai Kalaki
Pantai Kalaki adalah salah satu objek wisata pantai yang berada di
kawasan teluk Bima dan sangat dekat dengan Bandara ± 5 menit, memiliki
keanekaragaman daya tarik antara lain pantai pasir putih, perairan laut yang
tenang, panorama alam pegunungan sekeliling, yang mendukung

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 57
keberadaan objek wisata tersebut. Pantai Kalaki relevan sebagai lokasi
ajang berbagai kegiatan kepariwisataan Kabupaten Bima, seperti lomba
perahu dayung, lomba renang dan aneka ragam hiburan laut bagi wisata
sepeda air, perahu pisang (banana boat), jetsky, selancar angin dan lain –
lainnya.

Pantai Kalaki Pantai Kalaki

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

RTH Kalaki
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 58 Pantai Kalaki dan Ruang Terbuka Hijau Kalaki

Pantai kalaki juga memiliki tempat wisata buatan yaitu adanya Ruang
Terbuka Hijau (RTH). Sarana pariwisata ini sangat cocok untuk kegiatan
wisata edukasi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini juga memiliki fasilitas dan
bangunan yang mengedapankan bangunan Tradisional Mbojo (Bima) dan
memiliki sarana hiburan seperti kolam renang, joging treek, volly pantai dan
fasilitas yang lainnya.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 58
3) Taman Makam Pahlawan

Sumber : Hasil Dokumentasi Dinas Parawisata

Gambar 2. 59 Taman Makam Pahlawan


Taman makam pahlawan yang terletak di Desa Belo merupakan
salah satu objek wisata sejarah, berdiri pada tahun 1987 dipindahkan dari
Taman Makam Pahlawan Dara Kota Bima. Setiap 17 Agustus ada upacara
penaburan bunga, sebagai penghormatan kepada para pahlawan, di dalam
lahan seluas 1,43 Ha ini dan terdapat Tugu/monumen, makam, pelataran
upacara, kizing/semen makam dan nisan, ruang persemayam dan tembok

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 59
abadi yang berisi nama pahlawan yang saat ini berisi sekitar 37 makam
pahlawan.
Untuk menuju lokasi ini sangatlah mudah karena tidak jauh dari
Bandara Sultan M. Salahuddin hanya lebih kurang 300 M dari Bandara
pengunjung sudah bisa mencapai tempat ini.

4) Bombo Ntonggu

Sumber : Hasil Dokumentasi Dinas Parawisata

Gambar 2. 60 Bombo Ntonggu


5) Bombo Roi
Bombo Roi terletak di Desa Roi Kecamatan Palibelo merupakan objek
wisata yang popular bagi warga Kota Woha, ada beberapa jalur yang bisa
dilalui menuju Bombo Roi, bila langsung masuk di jalan Desa Belo
Kecamatan Palibelo, bisa juga lewat jalan lintas Talabiu Dore atau jalan di
Desa Cenggu. Pengunjung masuk gang dan bisa menggunakan sepeda

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 60
motor maupun roda empat. Sekitar 1 kilometer dari desa menuju area parkir
yang telah disediakan oleh pemuda setempat.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 61 Bombo Roi

Sebelum sampai di tempat parkir, pesona alam mulai terlihat suasana


kebun kelapa berjejer rapi. Jalan ekonomi yang dilewatipun sudah rapi,
sehinga tidak ada bebatuan yang menghalangi perjalanan pengunjung
menuju tempat tujuan.
Saat menyusuri Bombo Roi, udaranya sangat segar terdapat tebing – tebing
batu cadas yang eksotik. Hutan masih terbilang alami ditandai pohon
tumbuh rindang di sisi kanan kiri jalan. Di depan mata terlihat air sungai
yang mengalir, jernih dan tenang. Pengunjung akan penasaran dengan
kejernihan air di tempat ini dan ingin menceburkan diri pada air tenang di
Bombo Roi.
Tidak hanya itu, ada beberapa air terjun bertingkat, ada juga air terjun
bertingkat enam sumber Airnya dari pegunungan Desa Roi.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 61
2.13 Kecamatan Lambitu
Di Kecamatan Lambitu terdapat beberapa objek wisata yaitu sebagai
berikut :

1) Sumber Mata Air Kuta

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 62 Sumber Mata Air Kuta


Sumber Mata air Kuta berada di Desa Kuta dengan jenis wisata alam,
berada di atas ketinggian 500-700 dpl yang merupakan puncak tertinggi
Kabupaten Bima, mata air kuta ini mengalir sepanjang tahun yang terletak di
Hutan Sambori, menuju lokasi ini pengunjung akan dimanjakan dengan
pegunungan yang ditumbuhi tanaman kemiri, kebun kopi dan pohon
rambutan, udara yang sejuk semakin menambah lekatnya suasana
pedesaan.

2) Puncak Duwe Kasipahu


Puncak Duwe Kasipahu adalah puncak tertinggi di Kecamatan Lambitu
sekaligus puncak tertinggi di Kabupaten Bima, dataran tinggi ini sangat dingin
dan memiliki potensi untuk ditanami oleh tanaman buah, puncak duwe
Kasipahu berjarak 18 km dari ibu kota Kecamatan Lambitu, menuju ke
puncak ini harus melewati jalan berkelok kelok dengan akses jalan yang
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 62
masih cukup baik, sementara fasilitas pendukung lainnya seperti penerangan
sudah cukup baik.

Sumber : Dokumentasi Dinas Parawisata

Gambar 2. 63 Puncak Duwe Kasipahu

3) Air Terjun Kaowa

Sumber : Dokumentasi Pecinta Wisata

Gambar 2. 64 Air Terjun Kaowa

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 63
Air Terjun Yang berada di Desa Kaowa ini adalah salah satu air terjun
terbaik yang dimiliki oleh Kabupaten Bima, Jarak dari pusat kecamatan
kurang lebih 5 km, air terjun ini memiliki debit air cukup banyak yang mengalir
sepanjang tahun, akses jalan menuju air terjun kaowa masih belum memadai
karena masih melewati hutan rakyat dengan tebing yang terbentang
sepanjang jalan menuju ke sana, fasilitas penunjang seperti penerangan
belum maksimal, karena biasanya jalur menuju ke air terjun biasa ditempuh
pada siang hari.

4) Air Terjun Teta

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Gambar 2. 65 Air Terjun Teta

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 64
Air terjun Teta Berada tepat di Desa Teta Kecamatan Lambitu, air
terjun dengan ketinggian ± 8 m, air yang jernih dan sejuk khas air
pegunungan, dari Desa Teta pengunjung hanya bisa berjalan kaki dengan
waktu tempuh ± 2 Jam sampai di lokasi, bagi yang ingin lebih cepat bisa
juga menggunakan motor trail karena kondisi akses jalan masih berupa
jalan setapak. Sepanjang perjalanan pengunjung disuguhi pemandangan
Desa yang asri dan melewati perkebunan masyarakat setempat. Air terjun ini
cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar
kota.

5) Kampung Adat Sambori


Desa sambori merupakan sebuah desa tradisional yang masih
menjunjung tinggi nilai dan peradaban. Perkampungan Sambori berada di
dataran tinggi dengan ketinggian berkisar 800 mdpl (puncak gunung
Lambitu). Perkampungan Sambori lama sampai saat ini dihuni oleh keturunan
Ncuhi Tuki dan Ncuhi Nde yang merupakan salah satu kelompok masyarakat
dou asli mbojo (orang/suku asli Bima). Selain dapat menemukan dou asli
mbojo, wisatawan juga dapat menemukan ragam upacara tradisional, tradisi
budaya, kerajinan tangan dan kuliner khas masyarakat setempat.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 66 Kampung Adat Sambori


BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 65
Gambar 2. 67 Peta Objek Wisata di Zona Kawasan Metro Lewamori

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 66
E. KAWASAN SALAWA (SAPE – LAMBU – WAWO)

2.3.14 Kecamatan Sape


Di Kecamatan Sape terdapat beberapa Destinasi Pariwisata yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1) Pantai Mata Mboko


Pantai Mata Mboko termasuk dalam kategori wisata pantai dengan
daya tarik yang disajikan adalah hamparan pasir putih yang indah serta
memiliki ombak yang cukup tenang.Pantai mata mboko ini terletak di Desa
Lamere Kecamatan Sape. Di sekitar kawasan pantai ini belum tersedia
fasilitas pendukung wisata, seperti fasiliitas perdagangan, jasa serta
penginapan untuk pengunjung wisata. Sedangkan jaringan telekomunikasi
seluler sudah dapat terlayani dengan baik.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 68 Pantai Mata Mboko

2) Pantai Torowamba
Merupakan salah satu pantai dengan panjang lebih kurang 1 (satu)
km. Pantai Torowamba berbeda dengan pantai-pantai lain, pantai ini unik
dengan pasir yang berwarna kemerah-merahan dan halus. Air laut yang
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 67
tenang dan jernih dengan sebaran terumbu karang yang masih terjaga
dengan baik menjadi daya tarik tersendiri. Waktu tempuh menuju pantai
Torowamba kurang lebih 1,5 jam dari pelabuhan sape menggunakan perahu
atau speedboat. Yang terletak di desa Poja Kecamatan Sape, namun Pantai
torowamba belum memiliki akses jalan yang memadai serta masih kurangnya
jumlah fasilitas pendukung seperti jaringan air bersih serta instalasi
penerangan.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 69 Pantai Torowamba

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 68
3) Pantai Lamere
Merupakan bentangan pantai dangan pemandangan alam yang sangat
indah dan termasuk dalam kategori wisata alam dengan daya Tarik
pemandangan pantai yang disajikan berupa hamparan pasir putih. Pantai
lamere ini terletak di Desa Lamere sekitar 2 km dari Ibukota Kecamatan
Sape.
Di sisi timur desa ini membentang pantai indah yang diapit oleh dua tanjung
yaitu Toro Si’i dan Toro Mata Mboko. Mata pencaharian warga desa ini
adalah melaut dan pembuat perahu, Dermaga Lamere sangat potensial untuk
dijadikan objek wisata kuliner dan wisata perahu mejelajahi selat Sape dan
sekitarnya.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 70 Pantai Dermaga Lamere

4) Kawasan Bajo Pulau


Bajo Pulo adalah sebuah pulau yang dihuni oleh suku bajo yang
sebagaian besar merupakan nelayan. Pulau ini menyimpan pesona alam
yaitu pantai Santigi, pantai nisa na’e dan telaga bidadari, sarang burung
walet, dan hamparan pantai pasir putih yang indah. Komunitas warga Bajo
Pulau yang berasal dari suku bajo dan bugis melahirkan pola hidup yang
khas, yaitu menggantungkan mata pencaharian pada hasil laut dengan
konstruksi rumah panggung gaya bugis.Pulau dengan luas 8.000 m2 ini

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 69
terdapat 3 (tiga) dusun, yaitu; dusun pasir putih, dusun bajo pulo tengah, dan
dusun bajo pulo barat. Pada dusun pasir Putih terdapat hamparan pasir putih
nan cantik yang membentang sepanjang 1 km dengan lebar hamparan pasir
dari bibir pantai ke air laut mencapai 10 m.

Sumber : hasil survey

Gambar 2. 71 Di Kawasan Bajo Pulo

Sumber : Panggita

Gambar 2. 72 Underwater Bajopulo

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 70
5) Pantai Santigi

Sumber : Panggita

Gambar 2. 73 Pantai Santigi

Sumber : Panggita

Gambar 2. 74 Underwater Santigi

Pada sisi timur pulau terdapat Pantai Santigi yang merupakan pantai
berpasir putih dengan hamparan laut lepas di depannya. Pada lokasi ini juga
terdapat ekosistem yang unik, yaitu kawasan yang dipenuhi oleh monyet liar.
Monyet ini mencari makan dengan menangakp kerang dan ikan kecil yang
terperangkap di karang-karang pada saat air laut surut. Hal ini menjadi
pemandangan yang sangat unik pada sepanjang pantai Santigi ini. Pantai
santigi masuk dalam jenis destinasi wisata alam dengan multi pemandangan
yang disajikan sangat beragam, mulai dari karang laut serta pepohonan yang
menakjubkan.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 71
6) Telaga Ana Fari
Sarang burung walet dan telaga telaga Ana Fari yang berada pada goa
Karombo Sobu di tengah-tengah pulau, merupakan objek wisata yang
menarik dan menantang bagi para peminat olah raga panjat tebing pada batu-
batu terjal. biasanya telaga indah tersebut dipakai untuk berenang para
wisatawan, jika bisa dikatakan bahwa telaga tersebut dapat digunakan
berbagai aktivitas untuk wisata air, dengan pemandangan dan bentangan air
laut yang indah. Untuk menuju telaga ana fari masih menggunakan perahu
mesin masyarakat, saat ini kawasan itu telah dikelola baik oleh perusahaan
yang memanfaatkan burung walet sebagai usaha.

Sumber : Panggita

Gambar 2. 75 Telaga Ana Fari/ Telaga Bidadari

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 72
7) Pulau Gilibanta

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 76 Pulau Gilibanta


Pulau Banta atau dikenal juga dengan nama Gili Banta dengan luas
wilayah 40.500 Ha, merupakan sebuah pulau tidak berpenghuni yang berada
di laut selat sape. seluruhnya tersusun atas batuan vulkanik tua, Terdapat
banyak kerucut vulkanik, kubah lava purba, dan cekungan-cekungan yang
menyerupai bekas kawah purba. Dengan keadaan morfologi seperti itu, Pulau
Gilibanta seluruhnya diperkirakan merupakan Gunung Api purba seperti
halnya Pulau Sangeang Api yang berada di sebelah baratnya.
Dengan menggunakan motor boat diesel, hanya butuh waktu 1,5 jam
untuk mencapai Pulau Gilibanta. berlayar mengitari pulau melalui jalur
utara terus ke timur mengitari pulau sampai kembali lagi ke So
Ranggacina di bagian Barat daya sebagai satu-satunya tempat yang paling
aman untuk berkemah. Ketika berlayar mengitari pulau, pengunjung akan
disuguhkan pemandangan yang sangat menakjubkan, Menikmati perbukitan
savana dari kejauhan, tebing-tebing vulkanik yang kokoh, pantai-pantai
dengan pasir putih yang indah serta beberapa pantai dengan pasir yang
berwarna merah muda atau pink.
Saat melewati bagian laut yang dangkal di bagian timur nya,
pengunjung akan dibuat berdecak kagum dengan keindahan terumbu

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 73
karang yang terhampar luas yang bisa dinikmati dengan bebas dari atas
boat sehingga tempat ini pun cocok bagi yang hobi snorkling ...
Pulau kecil ini jarang ditumbuhi pepohonan, hampir 80% merupakan
dataran dan perbukitan savana yang ditumbuhi ilalang. Sejauh mata
memandang, keindahan savana nya sangatlah memanjakan mata, dan begitu
menggoda untuk terus berlama-lama berada di sini, apalagi jika berada di
ketinggian terutama di puncak tertingginya.
Pulau ini telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Laut daerah
(KKLD) Kabupaten Bima berdasarkan SK Bupati Bima, Nomor 08 Tahun
2005, tanggal 2 Januari 2005. Pulau gilibanta salah satu pulau terluar dan
pulau – pulau kecil dalam peruntukan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bima (RTRW), dalam pengembangan kawasan ini diharapkan
mampu menjadi objek singgah wisata sebelum ke Pulau Komodo.

8) Bukit, Telaga dan Spot Pantai Naga Nuri

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 77 Bukit Naga Nur


Bukit Nanga Nur berada pada sebelah utara kampung Bajo Sarae
desa Bugis Kecamatan Sape, berjarak sekitar 3 km dari Tempat Pelelangan
Ikan Sape-Bima, yang pada puncak bukit terdapat situs bersejarah dan lampu
mercu-suar. Pada bukit Naga Nuri terdapat hikayat telaga ana fari pidu (tujuh
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 74
bidadari yang cantik). Sebelum mendaki ke arah bukit Naga Nuri, anda akan
melewati 3 mata air bekas telaga yang oleh warga sekitar dikenal dengan
Nanga Nur (Nanga = Telaga, Nur = Cahaya). Nanga Nur atau Telaga
Cahaya, adalah pemberian nama oleh para mubalig, karena disini awal dari
berpijaknya para mubalig untuk memulai menyiarkan agama Islam di Bima,
mereka membuat sebuah telaga dari sumber mata air untuk tempat berwudhu
dan air minum warga sekitar. Cerita Naga Nuri ini erat kaitannya dengan
sejarah masuknya Islam, Karena pada zaman dahulu Islam masuk di Bima
melalui Sape pada sekitar Abad ke 15.

9) Wadu Sura dan Sumpah Parapi


Wadu Sura merupakan salah satu situs peninggalan peradaban agama
Islam, menurut sejarah Ruma La Ka’i bersama seluruh pengikutnya berikrar
memeluk Islam dan mengangkat sumpah setia yang dikenal dengan sumpah
Darah Daging dengan mengiris jari mereka dan meminum darah untuk
memeluk Islam dan mengislamkan rakyat Bima. Tempat sumpah setia itu
dikenal dengan Wadu Sura. Wadu sura berada sekitar 3 km dari pusat kota
Kecamatan Sape, situs ini teretak di dalam hutan dengan akses jalan setapak
serta belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti penerangan
karena akses menuju kesana diperlukan penerangan yang cukup.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 75
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 78 Wadu Sura

10)Situs Wadu Kopa Koka


Situs Wadu Kopa Koka merupakan sebuah prasasti batu yang terdiri
dari sebuah tapak kaki dengan panjang 1,2 meter dan lebar 80 cm, dan di
sebelah utara terdapat sebuah kolam batu dengan ukuran diameter 80 cm
kedalaman 50 cm. Dari kolam tersebut terdapat saluran (tempat keluar air
yang ada di kolam) menghadap utara, ini disebut Yoni. Dugaan sementara
situs ini dulu merupakan sebuah situs penanda wilayah kekuasaan dan
eksistensi seseorang (penguasa dan pelindung wilayah) dengan ditandai
sebuah telapak kaki, dan penanda wilayah subur yang ditandai dengan ceruk
batu yang mempunyai cerat (tempat keluar air). Wadah ini merupakan
personifikasi hubungan manusia dengan pencipta sebagai alat persembahan.
Pada lokasi ini belum tersedia infrastruktur pendukung seperti fasilitas
penerangan dan jaringan air bersih.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 76
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 79 Situs Wadu Kopa Koka

11) Tabe Bangkolo


Tabe Bangkolo adalah sebuah situs berupa batu yang menyerupai
sebuah wajan besar yang menghadap ke atas. (Tabe = wajan penggorengan,
bangkolo = ikan Ekor Kuning), Situs ini berada pada gugusan pegunungan
dan hamparan lembah Desa Jia disebelah barat Kecamatan Sape Bima, yang
merupakan tempat peninggalan Ncuhi. Tabe bangkolo ini termasuk dalam
kategori wisata cagar budaya dikarenakan jaman Ncuhi merupakan salah
satu jaman yang sangat bersejarah bagi masyarakat Bima dimana Ncuhi
adalah kepala suku atau ketua adat bagi masyarakat Bima. Dikisahkan
bahwa gugusan pegunungan ini adalah tempat dimana para ncuhi mencari
ilmu dan mencoba menenangkan diri. Untuk menikmati gugusan pegunungan
ini kita sebaiknya datang pada pagi hari saat pegunungan tidak berkabut.
Namun akses menuju kesana belum memadai, masih berupa jalan setapak
mengikuti lereng bukit.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 77
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 80 Gunung Lokasi Tempat Batu Tabe Bangkolo

12) Air Terjun Jo Rato


Air terjun Jo Rato berada di Desa Sari Kecamatan Sape, Setiap hari
libur air terjun ini tak pernah sepi dari pengunjung yang ingin menikmati
keindahan air terjun Jo Rato. Untuk menuju lokasi masih berupa jalan
setapak dengan dan hanya diakses dengan berjalan kaki lebih kurang 1
jam dari SMP 2 Sape, sedangkan dari jalan lintas – sape (permukiman
penduduk) pengunjung menempuh perjalanan ± 5 Km sementara untuk
mencapai lokasi ini pengunjung melewati barisan pepohonan yang rindang,
tegalan dan sungai – sungai kecil yang membuat pengunjung terkagum
kagum akan ciptaan tuhan, air terjun dengan ketinggian ± 18 s.d 20 meter ini
bisa ditemukan sepanjang musim.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 78
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 81 Air Terjun Jo Rato

2.3.15 Kecamatan Lambu


Di Kecamatan Lambu terdapat beberapa objek Pariwisata yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1) Pantai Papa - Lambu


Pada wilayah kecamatan Lambu di ujung timur Pulau Sumbawa,
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bima yang menyimpan objek
wisata alam dengan panorama alam pesisir pantai berpasir putih yang sangat
indah. Pantai indah ini berada di sepanjang jalan beraspal dari Sumi ke
Lambu dengan panjang garis pantai sekitar 3 Km. Jaraknya cukup dekat
dengan permukiman warga, yaitu hanya 10 menit naik kendaraan dari desa
Sumi dan Rato. Pada sisi barat terdapat hamparan kebun kelapa yang luas
dan berbuah lebat.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 79
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 82 Pantai Papa

Sebelum mencapai pantai ini, wisatawan akan melalui jalan aspal


dari arah Sumi, pada arah bukit kita akan memandang lautan yang biru
membentang, kemudian jalan berkelok naik turun melewati barisan bukit
savana yang hijau sepanjang mata memandang, dan pada ujung bawah
padang savana ini langsung mencium bibir pantai berpasir putih. Itulah
Pantai Papa yang mempesona, pada beberapa kesempatan/ event tertentu
pada pantai ini juga digunakan untuk aktifitas pacuan kuda bagi
masyarakat sekitar. Bagi wisatawan yang hendak berkunjung agar dapat
menyiapkan perbekalan secukupnya arena akses menuju kesana belum
memadai serta fasilitas penerangan dan air bersih belum terlayani dengan
baik.

2) Pulau Kelapa
Pulau Kelapa merupakan sebuah pulau yang berada di ujung timur
wilayah Kabupaten Bima tepatnya berada di selat Sape, dengan luas wilayah
5.850 Ha. Pulau ini terdiri dari perbukitan yang ditumbuhi rerumputan,
sehingga pulau ini sebagian besarnya merupakan padang savana.
Mengunjungi pulaui ini serasa berada di Raja Ampat Papua, karena
disuguhkan dengan deretan pulau-pulau karang kecil yang saling berjejer.
Sejauh mata memandang, hamparan laut biru dengan terumbu karang yang
masih terjaga, juga sebaran pulau-pulau kecil dapat menambah nilai jual dari

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 80
pulau ini. Masyarakat menyebut pulau ini dengan pulau So lampu, karena
disini terdapat sebuah mercusuar dan sebuah menara lampu pandu kapal.
Disini juga terdapat sebuah bunker yang dibuat oleh belanda. Untuk
mencapai pulau ini harus dengan naik boat, berangkat dari pelabuhan Sape
akan tiba di sana sekitar 1 jam perjalanan. Pada pulau ini telah ada fasilitas
penginapan sederhana gaya tradisional yang disewakan oleh pengelolanya,
meski demikian fasilitas pendukung seperti listrik dan air bersih belum
terlayani dengan baik.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 83 Pulau Kelapa

3) Bendungan Sumi - Diwu Moro


Bendungan Diwu Moro atau yang biasa di sebut DAM Sumi, dibangun
pada tahun 2000 dengan luas areal genangan melebihi 50 hektar yang
memanfaatkan 3 aliran sungai, merupakan DAM penyedia Bahan baku air
minum dan saluran irigasi untuk lahan kecamatan Lambu dan Sape.Sebagai
tempat wisata Diwu Moro (Diwu = palung sungai - Moro = Hijau) artinya
Sungai dengan Air yang menghijau karena dalam dan luasnya. Merupakan

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 81
kawasan wisata potensial, karena terdapat hamparan air bendungan seperti
lautan utk wisata air dan budidaya perikanan, di sekitarnya ada bukit hijau
dengan satwa endemik dan burung Keto Wolo merupakan burung yang
masuk dalam kategori satwa langka, sehingga merupaka kawasan wisata
Forestry yang menarik. Untuk mencapai lokasi Diwu Moro dapat
menggunakan kendaraan melewati jalan beraspal yang sudah mulus, cukup
25 menit dari Desa Rato. Disekitar kawasan diwu moro ini belum terdapat
fasilitas pendukung parawisata.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 84 Dam Sumi - Diwu Moro

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 82
4) Pantai Lawoli

Pantai Lawoli berada di Dusun Baku Desa Sumi, memiliki


pemandangan yang sangat indah. Perpaduan antara pasir putih serta batu
karang yang menyebar di tepi pantai dan juga tebing-tebing pantai yang
memacu adrenalin. Salah satu ciri khas dari Pantai Lawoli adalah tujuh
karang besar yang menjulang di pantai. Ukurannya yang besar membuat
karang-karang ini menyerupai sebuah patung. Di sini Anda bisa merasakan
sensasi terpaan ombak dari atas karang. Pantai ini juga sering dijadikan
sebagai lokasi persinggahan turis mancanegara dari pulau komodo flores,
juga merupakan habitat ikan karang yang menjadi lokasi favorit untuk wisata
pancing. Suasana alam pedesaan dengan lahan hijau membentang yang
amat menenangkan, ditambah kondisi pantai selatan yang identik dengan
gelombang tingginya. Lokasi ini cocok untuk wisata adventure off road,
climbing, snorkling dan selancar. Untuk mencapai lokasi ini bisa dengan
kendaraan melewati jalan tanah sepanjang lereng bukit, sekitar 35 menit
perjalanan dari Desa Sumi.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 83
Sumber : Dokuentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 85 Pantai Lawoli

5) Temba Romba
Temba Romba adalah sebuah situs purba peninggalan para mubalig
yang dulu melakukan syiar Islam di tanah Bima. Temba yang berarti sumur
dan romba berarti kuningan. Sampai saat ini air sumur ini tidak pernah kering
meski musim kemarau panjang. Temba Romba dulu merupakan wadah syiar
Islam pada abad ke 15. Temba Romba berada di Desa Sumi Kecamatan
Lambu usianya diperkirakan lebih dari 4 Abad. Sumur ini merupakan
rangkaian yang tidak terpisahkan dari proses Islamisasi di tanah Bima yang
berawal dari tanah Sape dan Lambu.
Pada Kawasan Temba Romba ini sering dilaksanakan do’a dana
dengan memotong “ Sahe Bulangkalu “ (Kerbau belang) untuk do’a mohon
keselamatan dan rejeki yang dihadiri oleh masyarakat ramai, do’a dipimpin
oleh Lebe Na’e Sumi dan dipayungi dengan Paju Monca dan juga ada acara
peragaan silat yang diiringi “ Genda ra No”

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 84
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 86 Temba Romba

6) Pantai La Riti (Nisa Lampa Jara)

Pantai Lariti terletak di Desa Soro, Kecamatan Lambu. Pantai berpasir


putih ini mempunyai daya tarik tersendiri jika air lautnya surut akan terlihat
bentangan pasir putih yang muncul seperti membelah dua lautan, pantai Lariti
juga berdampingan dengan Tambak Udang, hamparan tambak udang akan
menambah daya tarik wisatawan sehingga kawasan ini berpotensi juga
sebagai wisata edukasi bagi pelajar.
Disebut Nisa Lampa Jara, karena kuda – kuda sering menyeberang ke
pulau pada saat air laut surut untuk mencari rumput hijau. Untuk menuju
lokasi ini tidaklah terlalu sulit karena infrastruktur jalan sudah tersedia cukup
menggunakan kendaraan roda 4 ataupun roda 2 dengan menempuh waktu
perjalanan tidak lebih dari 45 menit dari ibukota kecamatan. Bagi yang ingin
melihat hamparan pasir yang membelah lautan agar bisa memperkirakan
pasang surut air lautnya, dipantai ini juga sudah tersedia shelter dan sarana
pendukung sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan pantai dengan

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 85
lebih nyaman. Di belakang Nisa/ Pulau merupakan areal yang indah untuk
snorkeling karena hamparan terumbu karang yang masih terjaga.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 87 Pantai La Riti


7)
8) Pantai Toro Mbala / Pantai Pink

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Gambar 2. 88 Pantai Toro Mbala /Pantai Pink

Merupakan bentangan pantai dengan jarak hampir 1 kilometer. Pantai


Torombala berbeda dengan pantai-pantai lain, pantai ini unik dengan pasir
yang berwarna kemerah-merahan dan halus. Air laut yang tenang dan jernih
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 86
dengan sebaran terumbu karang yang masih terjaga menjadi daya tarik
tersendiri. Waktu tempuh menuju pantai Torombala 1,5 jam dari pelabuhan
sape menggunakan perahu atau speedboat.
Pantai Torombala ini sebagai titik singgah untuk wisatawan yang ingin ke
pulau kelapa dan lanjut ke pulau Komodo.

Sumber : Panggita

Gambar 2. 89 Underwater Pantai Torombala /Pantai Pink

9) Toro Maria
Toro Maria atau biasa disebut dengan Tanjung Meriam memiliki
pemandangan yang berbeda dengan lainnya yakni terdapat bukit yang
dipenuhi oleh bebatuan heksagonal (Columner Joint). Columner Joint yang
seragam dengan bentuk segi enam ini terbentuk secara alami.
Untuk menuju ke tempat ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam
perjalanan dengan menyewa perahu dari pelabuhan Sape, sepanjang
perjalanan pengunjung akan dimanjakan oleh pesona alam yang sangat
indah, ditempat ini pengunjung bisa bisa melakukan aktifitas renang dan
snorkeling karena airlautnya yang jernih, juga terdapat terumbu karang yang

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 87
memiliki warna yang indah dan tumbuh subur. Lokasi Toro Maria ini satu jalur
dan berdekatan dengan pantai pink.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 90 Toro Maria

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 88
Sumber : Panggita

Gambar 2. 91 Underwater Toro Maria

10)Pantai Pasir Terbang (Sarae mangemo)


Pantai Pasir mangemo memiliki arti yaitu Pantai Pasir terbang yang
berlokasi di Kecamatan Lambu memiliki jarak kurang lebih 5 Km dari ibu kota
Kecamatan Lambu, mengapa pasir terbang karena pada moment saat angin
pasang datang maka secara langsung partikel-partikel pasir pantai akan
terbang bersamaan dengan mpori marai, suara deburan ombak pantai dan
pemandangan yang sangat indah menambah pesona pantai ini, sedangkan
untuk sarana dan fasilitas pendukung tempat wisata ini belum optimal
ketersediaanya.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 92 Pantai Pasir Terbang

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 89
11) Air Terjun Sori Kuwu
Air terjun ini memiliki daya tarik yang luar biasa bagi para Wisata Lokal,
pada musim hujan debit air sangat besar dan yang terus mengalir dibutuhkan
oleh warga setempat untuk irigasi pertanian, selain airnya yang sangat jernih,
juga kawasannya yang sangat sejuk dan jauh dari pencemaran air, serta
pemandangan alam pegungungan yang sangat menakjudkan dan bisa
menghilangkan rasa jenuh dihati, kawasan yang unik ini terletak 1 KM dari
pemukiman warga Desa Simpasai

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Gambar 2. 93 Air Terjun Sori Kuwu

12) Pantai Nanga Kala


Pesona laut sepanjang garis pantai Lambu memang tak pernah habis,
pantai dan airnya yang bersih, tenang dengan hiasan karang yang masih
alami. dengan kondisi pasir masih sangat bersih dan bebas sampah. Pantai
dengan Pasir putih dan hitam ini memiliki butiran pasir yang berwarna
berlokasi di Kecamatan Lambu memiliki jarak kurang lebih 5 Km dari ibu kota
kecamatan Lambu, hamparan pasir yang terbentang luas dipadukan dengan
deburan ombak yang sangat indah membuat pemandangan tepi pantai yang
mengesankan, pengunjung yang ingin menginap dan berlama lama
menikmati keindahan pantai ini agar membawa logistik yang cukup ( karena
disana tidak ada jasa / warung yang jualan), dan agar menyediakan tenda,
hammonck, matras karena belum tersedia tempat penginapan sementara

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 90
infrastruktur seperti jaringan jalan, listrik dan air bersih belum terlayani
dengan baik.
Pada sisi dalam dari alur pantai Nanga Kala ini juga terdapat air terjun
yang berasadaripegunungandisekitar pantai, serta terdapat terumbu karang
yang masih asri dan habitat ikan yang beragam.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Gambar 2. 94 Nanga Kala
13) Pantai So Dau
Untuk mencapai Pantai So Dau dapat menggunakan sepeda motor
juga kendaraan roda 4 (mobil), setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 1 s.d.
1,5 jam perjalanan dari Ibukota Kecamatan Lambu. Keunikan Pantai So

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 91
Dau yang ada di Kabupaten Bima ini, pengunjung akan terpukau dengan
garis pantai yang panjang, pasirnya yang putih bersih serta air lautnya yang
jernih dan jika masuk lebih dalam lagi tepat di sisi dekat tebing akan banyak
ditemui terumbu karang yang masih asri terjaga. Uniknya pantai ini adalah
area terumbu karang dan pasirnya terpisah. Juga terdapat bebatuan
karang, sehingga buat yang suka snorkeling dan bermain-main dengan ikan
sangat cocok disini.
Meskipun pantai ini tersembunyi karena akses jalan belum diaspal,
namun daya tarik pantai So Dau dengan kebersihan dan jauh dari
pemukiman menyebabkan pantai ini selalu dikunjungi wisatawan, sebagai
pilihan tempat yang tepat untuk berlibur bersama keluarga.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 95 Pantai So Dau

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 92
2.3.16 Kecamatan Wawo
Di Kecamatan Wawo terdapat beberapa objek Pariwisata yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1) Pasanggrahan Oi Wobo Wawo


Areal Pesanggrahan Wawo terdiri dari beberapa bangunan tempat
peristirahatan, kolam pemandian, dengan halaman yang luas. Bangunan-
bangunan tersebut dibangun pada tahun 1936 oleh Belanda. Letak
pasangrahan terdapat di Desa Maria, pemandian ini berada tepat di Mata air
oi wobo dimana mata air ini mengasilkan debit air yang berlimpah. Meskipun
sebagian besar fasilitas pendukung seperti penerangan, air bersih dan
penginapan telah tersedia.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 96 Pasanggrahan Wawo

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 93
2) Puncak Doro Maria
Puncak Doro Maria merupakan salah satu jenis wisata alam yang
terletak di Kecamatan Wawo, setelah mencapai puncak ini wisatawan dapat
melihat panorama keindahan panorama alam di atas bukit ini.
Untuk menuju Puncak Doro Maria ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki
kurang lebih 2 (Dua) jam perjalanan dari pusat ibu kota kecamatan wawo
yang melewati jalan arteri penghubung Kota Bima dan Kabupaten Bima di
wilayah timur .

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 97 Puncak Doro Maria

3) Puncak Gunung Sambore/ Palu


Puncak Gunung Timbo merupakan salah satu objek wisata alam yang
memiliki sejarah. Yaitu menurut kepercayaan masyarakat setempat bahwa
asal mula kata Sambori adalah SAMBORE (Palu), yang berarti adanya
ketetapan hati dan keputusan untuk tetap tinggal di lereng Lambitu dan tidak
lagi berpindah-pindah. Hal itu didasari kespekatan bersama dalam satu
musyawarah sehingga jatuhlah Sambore (Palu) kesepakatan itu. Sarana
pendukung yang ada disekitar gunung palu ini belum memadai seperti
fasilitas perdagangan dan jasa belum mampu melayani kebutuhan masarakat
yang ingin berkunjung di Gunung Palu/puncak gunung sambori.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 94
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 98 Puncak Gunung Palu

4) Uma Lengge Maria Wawo


Uma Lengge Wawo merupakan kawasan rumah tradisional Bima. Uma
lengge yang ada di Desa Maria, Kecamatan Wawo, ditempatkan dalam
sebuah areal seluas kurang lebih 70 are. Disana terdapat 102 lumbung
tradisional Bima yang masih berdiri kokoh, terdiri dari 12 uma lengge, sisanya
merupakan uma jompa.
Uma berarti berarti rumah dan lengge berarti atap yang mengerucut.
Uma lengge merupakan rumah tradisional peninggalan nenek moyang suku
Bima. Secara umum struktur uma lengge berbentuk kerucut setinggi 5 m
sampai 7 m, bertiang 4 dari bahan kayu, beratap alang-alang yang sekaligus
menutupi tiga per empat bagian rumah sebagai dinding dan memiliki pintu
masuk dibagian bawah atap, atap rumah atau butu uma yang terbuat dari
alang-alang, langit-langit atau taja uma yang terbuat dari kayu lontar, serta
lantai tempat tinggal terbuat dari kayu pohon pinang atau pohon kelapa. Pada
bagian tiang rumah juga digunakan kayu sebagai penyangga, yang fungsinya
sebagai penguat setiap tiang-tiang uma lengge.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 95
Uma lengge terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama dipergunakan untuk
menerima tamu dan kegiatan upacara adat, lantai kedua berfungsi sebagai
tempat tidur sekaligus dapur, sementara itu lantai ketiga digunakan untuk
menyimpan bahan makanan, seperti padi dan lain-lain.
Seiring perubahan zaman dimana masyarakat lebih memilih tinggal
di rumah yang lebih luas dan nyaman maka keberadaan uma lengge ini
sudah semakin terkikis dan tertinggal. Fungsinyapun sudah dialihkan
sebagai lumbung padi dan terpisah dari rumah penduduk. Seperti halnya
uma lengge yang ada di Desa Maria Kecamatan Wawo, uma lengge sudah
ditempatkan dan dikelompokkan terpisah dari areal rumah penduduk.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 99 Uma Lengge Maria Wawo

Untuk wisatawan yang suka dengan suasan pedesaan yang sejuk


dan ingin melihat secara langsung rumah tradisional suku Bima, maka
tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi bersama keluarga sekaligus
memperkenalkan kepada anak – anak tentang Rumah Tradisional Suku

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 96
Bima “ Uma Lengge “, juga terdapat acara festival Uma Lengge yang
dilaksanakan pada bulan November setiap tahun.

5) Makam Prajurit La Jala


Menurut masyarakat setempat makam dengan bentuk nisan persegi
delapan atau dalam bahasa Bima Nggusu Waru ini merupakan sebuah
makam Ulama/Cendekiawan yang bernama Jalaluddin. Namun penggunaan
nisan nggusu waru merupakan lambang kepemimpinan kesultanan Bima, jadi
patut diduga bahwa ini merupakan makam keluarga kesultanan. Akses
menuju makam prajurit La Jala merupakan jalan aspal cukup baik yang dapat
ditempuh kurang lebih 15 menit dari pusat kota Kecamata Wawo. Sedangkan
sarana prasarana pendukung seperti air bersih dan jaringan listrik belum
dapat terlayani dengan baik.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 100 Makam Prajurit La Jala

6) Situs So Jalamba
So Jalamba/So Kaliwu merupakan sebuah wilayah di dataran tinggi
Kecamatan Wawo. Pada situs ini terdapat sebaran sarkofagus (kuburan batu)

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 97
atau dalam bahasa Bima disebut Wadu Nocu. Sarkofagus merupakan salah satu
peninggalan zaman megalitikum yang berfungsi sebagai keranda dari batu besar
berbentuk lesung atau palung dengan tutupan yang diukir diatasnya.
Mengunjungi situs merupakan pilihan lain bagi wisatawan untuk berlibur selain
menambah wawasan sejarah juga sangat bagus sebagai pilihan wisata edukasi
baik pagi para peneliti maupun pelajar yang melakukan study penelitian lainnya.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati wisata

Gambar 2. 101 So Jalamba

7) Air Terjun Tarlawi


Air terjun Tarlawi berada di Desa Tarlawi Kecamatan Wawo, di Desa
ini beberapa warga sudah membuat spot – spot bagi pengunjung dan sudah
ada pengelolaan sederhana oleh masyarakat setempat untuk jasa parkir,
dengan jarak ± 6 Km dari pintu gerbang Desa Tarlawi, melewati alur sungai
jalanan beraspal yang berkelok, meski demikian pemandangan alam
sepanjang perjalanan akan semakin memanjakan mata pengunjung dan
membuat anda berdecak kagum akan ciptaan tuhan, untuk hari hari libur dan
hari minggu air terjun tarlawi sangat ramai dikunjungi bahkan telah menyaingi
pengunjung di pasangrahan Wawo, pengunjungnya pun banyak yang dari
luar daerah, seperti Sape, Wera, Kota Bima bahkan pengunjung yang berasal

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 98
dari kabupaten Dompu. Air terjun tarlawi layak menjadi destinasi wisata yang
pertama dikunjungi karena kejernihan air, kesejukan dan keunikannya.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati wisata

Gambar 2. 102 Air Terjun Tarlawi

8) Air Terjun Riamau


Riamau merupakan salah satu desa kecil yang berada di kecamatan
wawo kabupaten Bima. Tepatnya lereng sebelah timur doro maria (Gunung
Maria). Untuk menuju ke air terjunnya menghabiskan ± 2 jam perjalanan dari
pusat Ibukota Kecamatan Wawo, dengan menggunakan kendaraan bermotor,
Lokasi desanya cukup terpencil dan berada diketinggian sekitar 700 mdpl.
Dengan kondisi daerah yang berada di dataran tinggi dan jauh dari hiruk
pikuk kota menjadikan Riamau desa yang asri dan tenang serta sejuk.
Air terjun Riamau memiliki pesona yang tak mudah dilupakan bagi
wisatawan, air yang jernih, dingin, semilir angin yang menyejukkan sehingga
membuat wisatawan betah untuk berlibur. Pemandangan dari Kawasan

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 99
Riamau kea rah Kota Bima menawarkan view yang menarik membentang
sampai teluk Bima dan doro Salunga Donggo.

Sumber: Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 103 Air Terjun Riamau

9). Air Terjun Sambu


Air terjun Sambu terletak di Desa Maria Kecamatan Wawo, air terjun
ini terbilang air terjun tertinggi di Bima karena lokasinya yang
tersembunyi. Air terjun ini tidak kalah cantik dengan air terjun yang di
daerah lain di Indonesia, panorama alam pegunungan dan hutan yang
masih terjaga alami serta debit air yang begitu keras dan iklimnya yang
sejuk menjadi satu-kesatuan dari daya tarik tempat ini. Untuk menuju
lokasi dibutuhkan usaha yang keras, karena pengunjung harus emasuki
hutan, melewati jalan yang cukup licin dan akan menguras tenaga,
tetapi itu semua akan tebayar dengan keindahan alam sesampainya
dilokasi.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 100
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 104 Air Terjun Sambu

10). Panorama Ina Hami


Ina Hami merupakan tempat wisata singgahan bagi para wisatawan
yang sedang melakukan perjalanan jauh, Ina Hami terletak di Kecamatan
Wawo tepatnya di Desa Ntori yang berbatasan langsung dengan Kota Bima,
sepanjang jalan Puncak Ina Hami banyak terdapat tempat peristirahatan
yang melayani sekedar untuk seruput kopi hangat sambil menikmati
pemandangan hijaunya bukit dan lembah dengan semilir angin yang
menyejukan. Uniknya lagi karena suasananya masih alami pengunjung akan
banyak melihat dan menyaksikan gerombolan binatang primata yang sedang
mencari makan dan jika pengunjung berbaik hati untuk memberikan sekedar
snack maka binatang primata akan mendekat seakan mengharapkan
pemberian makanan dari pengunjung.
Ina Hami (Ibu si Hamid) merupakan area puncak yang sejuk dan
langsung bisa memandang kea rah pantai Ama Hami (Bapak si Hamid) di
Kota Bima.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 101
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 105 Panorama Ina Hami

Gambar 2. 106 Peta Objek wisata di Zona Kawasan SALAWA

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 102
F. KAWASAN SANGIANG API

2.3.17 Kecamatan Wera


Lokasi persebaran objek wisata yang ada di Kecamatan Wera
adalah sebagai berikut :
1) Karombo Wera

Lokasi persebaran objek wisata yang ada di Kecamatan Wera adalah sebagai
berikut :

1) Karombo Wera

Gua (Karombo) tepatnya terletak di desa Oi Tui kecamatan wera


Kabupaten Bima. Letaknya sangat strategis dimana pintu masuk dari gua ini
berhadapan dengan gunung Sangiang dan hanya dibatasi oleh laut yang di
perkirakan jaraknya kurang lebih 1 km.Gua ini terbentuk secara alami dan
telah ada sebelum wilayah sekitar dihuni oleh penduduk. Ketika ingin
memasuki gua yang kononnya jika berjalan terus menelusuri jalan maka
orang tersebut bisa sampai di wilayah yang terlampau jauh yaitu mencapai
ratusan km bahkan konon juga ini adalah sambungan dari terowongan dasar
laut sangiang. Pada dinding gua terlihat seperti ukiran-ukiran batu karang,
bila terus ditelusuri orang yang berada di gua tersebut akan melewati jalan
tanjakan yang relatif licin karena uapan air, bila telah sampai pada sarang
kelelawar berati telah sampai pada posisi di bawah dasar laut, saat berada
pada tempat tersebut terasa suhunya yang panas. Menariknya lagi pada
tetesan air dari dinding gua mitos daerah ini bahwa itu adalah air ‘’pengukur
amal’’,jika airnya terasa manis berarti semasa hidupnya lebih banyak
melakukan kebaikan dan sebaliknya jika setelah di cicipi lalu airnya terasa
pahit berarti orang tersebut perbuatan buruknya lebih banyak dari pada
amalan baiknya atau kata lainya dosanya banyak sampai-sampai ada
sebagian pengunjung yang merasa ketakutan memsuki gua karena takut jika
di kategori pemilik amalan buruk yang lebih dominan maka akan diapit oleh
gua.Tapi untuk para calon pengunjung tidak perlu cemas sehingga
mengurungkan niatnya untuk pergi ke gua ini, sebabsemua itu hanyalah

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 103
mitos belaka.10 meter dari pintu keluar gua pengujung akan sampai di tepi
pantai dengan air yang jernih dihiasi terumbu karang.

Sumber : Dokumentasi Bappeda Kab. Bima

Gambar 2. 107 Karombo Wera

2) Gunung Sangiang

Gunung Sangiang merupakan gunung berapi aktif bertipe strato yang


termasuk dalam kawasan konservasi. Gunung yang memiliki ketinggian
sekitar 1986 mdpl ini memiliki pemandangan yang sangat menakjubkan di
atas puncaknya. Tidak hanya itu, pendaki juga dapat bersantai atau sekedar
camping di kaki gunung yang juga tak kalah indah dengan pesona
pemandangan laut dan pantainya. Pada gunung ini terdapat habitat kerbau
dan sapi yang sangat sehat dan gemuk.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 104
Gunung Sangiang berada di sebelah timur laut pulau Sumbawa
yang terpisah membentuk pulaunya sendiri bernama pulau sangiang.
Secara administratif berada dalam wilayah Desa Sangiang, Kecamatan
Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Berbatasan langsung
dengan laut sape di sebelah timurnya sedangkan sebelah barat
berbatasan langsung dengan kabupaten dompu. Sebelah utara berbatasan
dengan laut flores dan sebelah selatannya berbatasan dengan laut
Indonesia.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 108 Gunung Sangiang

3) Pulau Ular

Pulau yang tiada duanya ini terletak dekat dengan daratan, lebih
kurang 400 -500 m. Pulau Ular demikian Orang Bima menyebutnya,
karena pulau ini hanya dihuni oleh sekelompok ular-ular jinak yang tidak
mengganggu penduduk. Yang menarik sebenarnya bukan sekedar
banyaknya ular di pulau seluas 500 m2 ini, tetapi lebih karena ular-ular ini
berbeda dengan umumnya, ular-ular ini mencari makanan di dalam laut
dan beristirahat di atas pulau diantara celah celah bebatuan, atau
bergelantungan pada tebing-tebing terjal, maka menambah daya tarik
pulau ini.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 105
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 109 Pulau Ular

Ular-ular tersebut sungguh mempesona dengan kilauan warna hitam


putih cerah. Melihat pemandangan seperti ini, adalah momen yang sangat
disukai oleh wisatawan domestik, terutama anak-anak. Mereka tanpa
ketakutan mengalungkan ular-ular besar ini di lehernya. Yang tidak kalah
anehnya, bentuk ekor ular ini sudah pipih menyerupai ekor ikan. Para
nelayan yang mejaring ikan di sekitar tempat itu sering menemukannya
masuk dalam jaring. Tetapi dengan segera mereka melepaskannya. Mereka
punya mitos khusus terhadap ular ini. Ular ini tidak bisa dibawa kemana-
mana. Kalau ada yang membawanya keluar dari daerah itu, ular tersebut
akan segera kembalike komunitasnya lagi. Kalau tidak bisa kembali,
dipercayai akan mendatangkan bencana bagi masyarakat Desa Pai,
makanya masyarakat desa sangat menjaga kelestarian satwa itu.Tidak ada
satupun orang yang bisa membawa ular itu meski hanya satu ekor meskipun
yang paling kecil.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 106
Masyarakat setempat ada yang menganggap komunitas ular yang
populasinya sekitar hampir 700 ekor ini sebagai mitos atau disebut Ular
Jadi-jadian.

4). Air Terjun Oi Nca

Air terjun Oi Nca berada di Desa Ntoke Kecamatan Wera, dari Desa
Ntoke untuk mencapai lokasi ini pengunjung hanya bisa berjalan kaki selama
± 1,5 Jam, sedangkan bagi yang ingin menggunakan kendaraan yang paling
cocok adalah menggunakan motor trail karena medan untuk mencapai lokasi
ini masih terbilang ekstrim berupa jalan ekonomi, melewati sungai, sawah
dan hutan menempuh jarak lebih kurang 5 Km cocok bagi mereka yang suka
dengan jiwa petualang yang memacu adrenalin meski demikian setelah
sampai di lokasi ini pengunjung akan dibuat berdecak kagum dengan
suguhan air terjun yang tingginya ± 10 M, air yang jernih, dan sejuk
menambah pesona kecantikannya, uniknya air terjun ini juga lebar sehingga
menjadi ciri khas tersediri dari air terjun, setiap hari libur lokasi air terjun ini
kerap dikunjungi oleh wisatawan baik dari warga sekitar maupun dari luar
kota.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 110 Air Terjun Oi Nca

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 107
2.3.18 Kecamatan Ambalawi
Di Kecamatan Ambalawi terdapat beberapa titik Destinasi Pariwisata yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Pantai Oi Fanda

Pantai Oi Fanda terletak di Kecamatan Ambalawi, dapat ditempuh


kurang lebih 30 menit dari ibukota Kecamatan. Jalan menuju pantai ini jalan
yang menembus Kolo atau dari Kecamatan Ambalawi jika pengunjung yang
berasal dari Kecamatan Wera atau sekitarnya, Lokasi pantai ini sedikit masuk
kedalam dari jalan umum, dan akses jalan yang masih rusak membuat pantai
ini jarang dikunjungi, meski demikian pantai ini adalah pantainya yang bersih,
dengan perpaduan pasir hitam dan putih, deretan pohon kelapa di pinggir
pantai semakin membuat pantai ini menjadi pilihan terbaik untuk berwisata

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 111 Pantai Oi Fanda

2) Pantai Nanga Raba


Pantai Nanga Raba terletak di Kec. Ambalawi, dapat ditempuh kurang
lebih 3 jam perjalanan dari kota Bima. Pesona pasir putih dan barisan pohon
kelapa semakin membuat pantai nanga wera menjadi lebih indah dipandang.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 108
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 112 Pantai Nanga Raba

3) Pantai Mawu
Pantai Mawu terbantang sepanjang jalur Ambalawi - Wera cukup
menjanjikan harapan baik dari segi perikanan kelautan maupun wisata
Bahari dan wisata Pantai. Tidak hanya Pantai Mawu, sepanjang perjalanan
pengunjung akan menemukan pantai - pantai indah berpasir putih seperti
pantai Nipa dan lainnya.

Sejak dahulu pantai Mawu dan sekitarnya selalu menjadi


persinggahan kapal-kapal dan perahu-perahu pendatang untuk mengambil
air maupun beristirahat dari terpaan angin musim. Dari pantai ini
pengunjung dapat melihat lalu lalang kapal-kapal besar yang menuju ke
Sulawesi maupun Indonesia bagian timur. Bila malam tiba, di sekitar
perairan ini banyak terdapat bagang-bagang dan perahu nelayan yang
mencari ikan. Pantai Mawu dan sekitarnya dapat ditempuh baik dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat dengan jarak tempuh sekitar 45
menit perjalanan.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 109
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 113 Pantai Mawu

4) Pantai Pasir Putih


Pantai pasir Putih Letaknya di ujung utara Desa Nangaraba
Kecamatan Ambalawi. Untuk menuju ke Pantai pasir Putih ini tidaklah sulit.
Untuk menuju ke pantai Pasir putih Ambalawi ini tidaklah sulit. Bila memakai
kendaraan roda dua cukup melewati Gang sebelum Kantor PLN Ranting
Ambalawi sangat dekat. Sedangkan bila memakai mobil/ kendaraan roda
empat, maka pengunjung harus masuk melalui jalan jauh sebelum itu yaitu
jalan menuju ujung Kalate. Pantai yang bersih dengan tinggi gelombang yang
tidak terlalu besar sehingga aman untuk berenang dan lainnya.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 110
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata
Gambar 2. 114 Pantai Pasir Putih

5) Pantai Diwu Mawu

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 115 Pantai Diwu Mawu

Diwu Mawu masuk dalam kategori wisata pantai karena Kawasan


Ambalawi yang memang berada disepanjang pantai, Salah satunya adalah
Pantai yang oleh masyarakat setempat disebut pantai Diwu Mawu. Letaknya
di Desa Mawu Kecamatan Ambalawi, Untuk menuju ke Pantai Diwu Mawu ini

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 111
tidaklah sulit. Dapat menggunakan kendaraan bermotor karena akses jalan
yang sudah cukup baik.

6) Air Terjun Talapiti


Air terjun Talapiti berada di Desa Talapiti, meski tidak terlihat seperti
air terjun pada umumnya karena hanya seperti air yang jatuh dari bebatuan
pada sungai dengan jarak yang tidak terlalu tinggi, namun nama air terjun
Talapiti sudah melekat dengan warga sekitar. dari Desa Talapiti menuju
lokasi ini pengunjung menempuh perjalanan ± 2 jam, hanya bisa melewati
jalan setapak dengan berjalan kaki. Air terjun ini menjadi salah satu tempat
wisata bagi masyarakat sekitar, air yang jernih, udara yang sejuk dengan
panorama khas perdesaan, sungai dan juga sekaligus mata air ini biasa
dimanfaatkan oleh masayarakat sekitar untuk mengairi sawah – sawah
dengan cara dibendung.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 116 Air Terjun Talapiti

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 112
7) Panorama Bukit Ncai Kapenta

Bukit Ncai Kapenta Ncai Kapenta

Sagele Ncai Kapenta

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 117 Bukit Ncai Kapenta dan Tradisi Sagele

Bukit Ncai Kapenta tepatnya berada di Kecamatan Ambalawi hanya


membutuhkan waktu kurang lebih 30 Menit dari pusat Kota Bima Wisatawan
sudah bisa menikmati panorama alam di bukit ncai kapenta.
Sampai tahun 2000 kawasan ini adalah hutan tutupan negara yang sangat lebat
Arealnya mencapai puluhan ribu hektar yang membentang sepanjang jalan dari
kelurahan Jatibaru Kota Bima hingga di kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima.
Suhu udaranya cukup dingin dan sejuk, rindang dan menghijau. Di kawasan Ncai
Kapenta ini juga terdapat makam orang orang yang diduga faham komunis yang
dieksekusi militer Indonesia pada tahun 1965 hingga 1966.
Meski sudah beralih pemanfaatan kawasan Ncai Kapenta menjadi ladang –
ladang warga, namun masih tetap menyisakan panorama alam yang sayang untuk
tidak dikunjungi atau tempat singgah sejenak ketika ingin berkunjung pada destinasi
wisata lain yang ada di Kecamatan Ambalawi atau Wera.
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 113
Disepanjang Jalan ncai kapenta para pengunjung akan disuguhkan
pemandangan indah dengan gugusan batu cadas di bibir jurang. Bagi yang
hobi fotografi spot ini sangat cocok untuk dijadikan objek.
ketika musim tanam tiba Sepanjang sisi Ncai Kapenta, akan terlihat petani
yang sedang menanam benih padi di ladang mereka. Dan jika beruntung
dari kejauhan terdengar suara gambo dan rawa Mbojo kesenian khas Bima
yang sedang mengiringi ibu-ibu dan remaja putri menanam padi di ladang di
sisi timur bukit. Masyarakat Bima menyebutnya Sagele.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 114
Budaya
Bahasa : suku bima biasanya sehari – hari berkomunikasi menggunakan bahasa
Bima yang biasa disebut juga dengan nggahi Mbojo. Bahasa Bima terdiri dari
beberapa dialek, yaitu ada dialek Bima, Bima donggo, dan sangiang. Dialek tersebut
menunjukan tingkatan tinggi rendahnya bahasa Bima.

Kesenian :
1. Tari wura bongi monca
Tari wura bongi monca atau dalam bahasa Bimanya adalah Tari tabur beras
kuning, biasanya tari wura bongi monca dilakukan oleh 6 orang wanita perawan
sebab dalam sejarah tari wura bongi monca hanya dilakukan dalam acara
penyambutan raja atau tamu raja yang berkenan hadir di istana raja Bima. Gerakan
tarian ini lemah gemulai, penuh dengan senyuman yang manis sebagai
penyambutan yang baik, gerakan tubuh yang penuh dengan hati - hati lentingan
jarinya yang penuh kelembutan adalah menunjukkan bahwa penaburan beras
kuning atau wura bongi monca penuh dengan tatakrama dan sopan sebagai
penyambutan yang luar biasa pada pendatang atau yang di sambutnya .

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 118 Tari Wura Bongi Monca

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 115
2. Sagele

Tradisi Sagele adalah tradisi menanam yang diiringi musik tradisional dan
nyanyian yang menceritakan kegembiraan dan ungkapan rasa syukur masyarakat
Bima yang secara turun menurun dilaksanakan terutama memasuki musim
penghujan. Sagele kini masih tetap lestari, terutama di kecamatan Wera dan
Ambalawi.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 119 Sagele

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 116
3. Taji Tuta

Taji Tuta Merupakan kesenian khas masyarakat wawo yang dulu


sering dimainkan di setiap pesta dan ritual adat dengan cara saling
menumbukkan kepala antara satu dengan yang lainnya, untuk memeriahkan
suasana setiap ritual kesenian diiringi musik khas Bima lewat tabuhan
gendang dan tiupan “Silu” (alat musik tiup semacam terompet yang terbuat
dari daun lontar) meriah, penuh warna, mengandung unsur magic tapi tidak
menakutkan.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 120 Taji Tuta


3. Gantao dan Putu Sila

Mpa’a Gantao adalah salah satu tarian rakyat yang telah tumbuh sejak
zaman Kesultanan Bima. Atraksi kesenian ini diperkirakan ada sejak masa
pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1648 – 1685). Atraksi kesenian
ini cukup popular bagi masyarakat Bima, karena hingga saat ini masih tetap
eksis dan dipertunjukkan dalam berbagai acara dan hajatan baik di lingkup
Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Biasanya Gantao dipertunjukkan
pada acara hajatan pernikahan maupun sunatan.
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 117
Mpa’a Gantao dimainkan oleh dua orang penari, ragam geraknya sama
dengan ragam gerak silat, tetapi dimainkan dalam irama gerak yang cepat,
alat music pengiringnya adalah dua buah gendang, tawa – tawa, Gong serta
alunan Serunai Khas Mbojo yang disebut “Sarone”. Dalam Satu Group
Gantao terdiri dari lima orang pemain music dan dua orang pemain Gantao.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 121 Taji Tuta

3. Mpa’a Manca
Tradisi Mpa’a Manca merupakan atraksi permainan pedang yang
dikombinasikan dengan seni bela diri Pencak Silat. Atraksi ini selalu
ditampilkan pada saat prosesi sunatan.
Mpa’a Manca merupakan tradisi warisan sejak era Kesultanan di Bima.
Awalnya atraksi ini sebenarnya dimainkan perempuan. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, Mpa’a Manca perlahan mulai dimainkan laki – laki
karena alasan tingkat kesulitannya perlu latihan khusus
“Dilihat dari namanya, Mpa’a Manca dulunya memang dimainkan perempuan.
Tapi karena atraksi ini dikolaborasikan dengan seni bela diri, sehingga
memerlukan tenaga dan fisik yang kuat.
Peralatan yang dibutuhkan untuk Mpa’a Manca, yakni dua buah pedang
karena dimainkan dengan berpasangan dan pasapu monca agar atraksi

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 118
terlihat menarik. Selain itu, atraksi harus diiringi dengan music tradisional dari
gendang dan suling hingga usai.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 122 Mpa’a Manca

4. B’uja Ka’danda

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 123 B’uja Ka’danda


Tari Buja Kadanda adalah salah satu tarian tradisional yang
menggambarkan dua prajurit yang sedang berperang. Tarian ini biasanya

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 119
dibawakan oleh dua orang penari pria berpakaian prajurit bersenjatakan tombak
dan perisai. Tari buja kandanda ini merupakan salah satu tarian tradisional dari
daerah Bima, Tari Buja Kadanda ini awalnya merupakan tarian yang tumbuh dan
berkembang di luar istana kerajaan. Sehingga dapat diartikan bahwa tarian ini
murni merupakan tarian yang diciptakan oleh rakyat. Berkat dukungan dari
Kerajaan Bima dan para seniman istana, tarian ini kemudian mulai dikenal
masyarakat luas. Buja kadanda sendiri merupakan tombak berumbai bulu ekor
kuda yang digunakan penari sebagai atribut menarinya. Oleh karena itu tarian ini
disebut dengan Tari Buja Kadanda atau Mpa’a Buja Kadanda

5. Kareku Kandei
Kareku Kandei atau memukul lesung dengan berbagai ragam ritme dan
irama adalah sebuah tradisi unik masyarakat Bima yang telah berlangsung
sejak zaman dulu. Atraksi ini biasa dilakukan oleh kaum perempuan terutama
setelah selesai menumbuk padi secara bersama-sama. Hal ini dilakukan
sebagai hiburan dan pelepas lelah setelah menumbuk padi dan
membersihkannya hingga menjadi beras.
Atraksi ini biasa dilakukan pada sore hari atau malam hari. Disamping itu,
Kareku Kandei juga dilaksanakan pada saat Gerhana Matahari atau Gerhana
Bulan diiringi bunyi kentongan sebagai pertanda bahwa Gerhana sedang
terjadi.
Atraksi unik ini dimainkan oleh sekitar 4 sampai 6 orang perempuan
dengan menggunakan Alu yang dalam Bahasa Bima disebut Aru. Alu atau Aru
terbuat dari Kayu seperti Kayu Nangka, kadang juga terbuat dari Bambu.
Sedangkan Lesung terbuat dari berbagai jenis kayu, tapi yang sering dijumpai
adalah pembuatan Lesung (Kandei ) dari jenis Kayu Nangka. Karena Jenis
Kayu ini dinilai sangat bagus dan menggema suaranya. Pada Zaman dulu,
Kareku Kandei juga diiringi senandung E Aule dan iringan Biola serta Gambo
(Gambus) yang dilaksanakan terutama saat-saat panen padi dan sebagai
ajang berkumpulnya muda mudi untuk bersyair, berpantun dan bersenandung.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 120
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 124 Kareku Kandei


6. Hanta Ua Pua
Upacara adat Hanta Ua Pua adalah upacara adat yang digelar oleh umat
Islam di Bima, untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara
adat ini juga bertujuan untuk memperingati masuknya agama Islam ke Bima dan
sekaligus menghormati para pembawa agama Islam.

Upacara adat Hanta Ua Pua dipusatkan di halaman depan Istana Kesultanan Bima,
Salah satu yang menjadi daya tarik upacara adat resmi Kerajaan Bima ini, adalah
iring – iringan Uma Lige. Uma Lige adalah semacam mahligai persegi empat yang
dijadikan sebagai tandu untuk membawa penghulu Melayu dari Kampung Melayu
hingga serambi Istana Kerajaan Bima. Penghulu Melayu tersebut didampingi oleh
empat orang penari perempuan Lenggo Mbojo dan empat orang penari laki-laki
Lenggo Melayu. Selain penghulu Melayu dan para penari, di dalam Uma Lige juga
terdapat sebuah kitab suci Al-Qur’an dan Ua Pua (Sirih Puan), yaitu 99 tangkai
bunga telur aneka warna dan hiasan yang dilengkapi dengan sirih dan pinang. 99
tangkai bunga telur itu melukiskan 99 nama Asmaul Husna. Uma Lige ini digotong
oleh 44 orang pemuda, di mana masing-masing sudut Uma Lige akan digotong oleh
11 orang. Konon, 44 orang penggotong tersebut menggambarkan 44 jenis
keahlian/profesi masyarakat Bima pada masa lalu. Misalnya, daerah Ngadi terkenal

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 121
sebagai pencetak guru mengaji Al-Qur’an, kawasan sekitar Bedi terkenal sebagai
penghasil tentara, dan lain sebagainya.

Hal lain yang dapat mempesona wisatawan adalah parade pasukan berkuda.
Pasukan berkuda tersebut terdiri dari dua kelompok, yaitu Jara Wera dan Jara
Sara’u. Jara Wera adalah pasukan berkuda yang bertugas untuk mengawal Sultan
Bima, sementara Jara Sara’u adalah pasukan berkuda yang digunakan untuk
mengawal tamu kehormatan Kerajaan Bima. Konon dulunya, penunggang-
penunggang kuda ini adalah para pendekar yang mengantar datuk-datuk dari
Makassar yang datang ke Bima melalui Teluk Bima untuk memperkenalkan agama
Islam pertama kalinya.

Sesampainya di depan Istana Kerajaan Bima, pasukan Jara Wera tampil ke depan.
Mereka akan memperlihatkan kebolehan menunggang kuda. Setelah itu pasukan
Jara Sara’u memasuki arena yang diiringi oleh bala tentara yang dilengkapi dengan
pakaian kebesaran prajurit Kerajaan Bima. Mereka melakukan atraksi ketangkasan
menggunakan senjata. Suasana kian meriah karena unjuk kebolehan berkuda dan
ketangkasan menggunakan senjata ini diakhiri dengan masuknya para penari yang
membawakan tari perang.

Setelah atraksi pasukan berkuda selesai, rombongan Uma Lige tampil ke depan.
Penghulu Melayu menyerahkan Al-Qur’an kepada Jena Teke/Raja Muda Kerajaan
Bima yang merupakan acara inti upacara adat Hanta Ua Pua. Penyerahan Al-Qur’an
ini melambangkan bahwa Kesultanan Bima senantiasa teguh memeluk agama Islam
hingga akhir zaman dan masyarakat Bima harus mengamalkan kandungan Al-
Qur’an dalam kehidupan mereka sehari-hari. Rangkaian upacara berikutnya adalah
penyerahan Ua Pua/Sirih Pinang oleh para penari Lenggo kepada Jena Teke.

Setelah upacara adat Hanta Ua Pua usai, hal lain yang membuat para turis terhibur
adalah tatkala menyaksikan para pengunjung berlomba-lomba memperebutkan Ua
Pua. Mereka meyakini, bahwa bunga-bunga telur tersebut dapat membawah berkah,
seperti dimudahkan rezeki oleh Allah SWT dan cepat mendapat jodoh. Selain itu,
sepanjang perhelatan upacara, para turis juga akan disuguhkan dengan tarian-tarian

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 122
khas daerah setempat, aneka permainan rakyat, berbagai perlombaan, dan
pameran benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Bima.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 125 Hanta Ua Pua

7. Kalondo Wei dan Kapanca


Salah satu rangkaian yang unik dari prosesi pernikahan adat Bima adalah
Kalondo Wei. Prosesi ini termasuk prosesi inti setelah prosesi pengantaran dan
serah terima mahar. Tengang waktunya adalah Sajama’ah (sejum’at atau sepekan)

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 123
kadang – kadang sawura (sebulan) setelah pengantaran mahar. upacara kalondo
dou di wei adalah upacara pengantaran calon penganten putri dari rumah orang
tuanya menuju uma ruka (rumah untuk penganten). Dilaksanakan pada bulan
purnama seusai sholat Isya.
Calon penganten putri diturunkan (kalondo) dari atas rumah orang tuanya dan
diusung ke uma ruka (rumah penganten). Diantar oleh sanak keluarga dan kerabat
dengan berbusana adat yang beraneka ragam sesuai dengan status sosial dan usia
pemakai. Dimeriahkan dengan atraksi jiki hadra (jikir hadra) diiringi musik rebana.
Pada waktu yang bersamaan di uma ruka sedang berlangsung “Ngaji kapanca”
(tadarusan pada upacara kapanca). Ngaji kapanca akan berakhir bersamaan
dengan setibanya rombongan calon penganten putri di uma ruka.
Setibanya di uma ruka, rombongan penganten disambut dengan tari wura bongi
monca dan dimeriahkan dengan atraksi mpa’a sila, gantao dan buja kadanda.
Setelah calon penganten putri bersama rombongan tiba di Uma Ruka, maka akan
dilanjutkan dengan upacara kapanca (penempelan inai). Upacara kapanca atau
penempelan inai di atas telapak tangan calon penganten putri dilakukan oleh para
tokoh adat perempuan. Dilakukan secara bergilir diiringi dengan lantunan jiki
kapanca (jikir kapanca) tanpa iringan musik. Syair jikir berisi pujian atas kebesaran
dan kemuliaan Allah dan Rasul.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 126 Kalondo Wei

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 124
Tujuan yang terkandung dalam upacara kapanca adalah sebagai peringatan
bagi calon penganten putri bahwa dalam waktu yang tidak lama, ia akan menjadi ibu
rumah tangga yang akan mengemban tugas mulia dan berat. Telapak tangan yang
selama ini halus mulus, akan bercucuran keringat dan darah.

8. Kiri Loko

“Kiri loko” atau nujuh bulanan. Acara digelar atau di lakukan pada ibu hamil
yang berumur 7 bulan anak pertamanya. . Upacara ini hanya dilakukan bagi seorang
ibu yang pertama kali mengandung. Jalannya upacara dihadiri oleh kaum ibu dan
dipimpin oleh sando nggana (dukun beranak) yang dibantu oleh enam orang tua
adat wanita.
Upacara akan dimulai pada saat maci oi ndeu (waktu yang tepat untuk mandi) di
sekitar jam 07.00. Sando nggana menggelar tujuh lapis sarung. Setiap lapis ditaburi
beras dan kuning uang perak sa ece (satu ketip = 10 sen). Selain itu disimpan pula
dua liku atau dua leo mama (dua bungkus bahan untuk menyirih). Maksud dan
taburan beras kuning adalah agar ibu beserta calon bayinya akan hidup bahagia dan
jaya. Uang sa ece, sebagai peringatan kepada ibu bersama calon bayi, bahwa uang
merupakan salah satu modal dalam kehidupan.
Di atas hamparan tembe dan kain putih, ibu yang salama loko, tidur terlentang.
Sando nggana mengoles perut ibu dengan sebiji telur, yang diminyaki dengan
minyak kelapa. Diikuti secara bergilir oleh enam orang tua adat, memohon kepada
Allah SWT, agar ibu bersama calon bayi selamat sejahtera.
Pada upacara ini keluarga dan tetangga baik pria maupun wanita diundang hadir
untuk menyaksikan. Disaat dukun memperbaiki dan meraba-raba perut ibu hamil
tersebut, saat itu pula para tamu laki-laki mengadakan do`a zikir. Ibu-ibu juga hadir
untuk menyaksikan upacara salama loko /kiri loko, mereka umumnya membawa
barang-barang kado/hadiah/sumbangan untuk sang ibu hamil. Kado/ hadiah/
sumbangan ini biasanya perlengkapan kebutuhan ibu dan bayi seperti baju bayi,
handuk, bedak dan kadang-kadang uang tunai.
Upacara dilanjutkan dengan memandikan ibu yang salama loko. Dimandikan
oleh sando nggana dengan oi roa bou (air yang disimpan dalam periuk tanah yang

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 125
baru). Dicampur dengan bunga cempaka dan mundu (cempaka kuning lambang
kejayaan. Melati putih lambang kesucian). Waktu mandi, ibu yang salama loko
menginjak telur bekas dipakai mengoles perutnya. Dengan harapan, agar
melahirkan dengan mudah semudah ibu memecahkan telur. Upacara diakhiri
dengan ngaha mangonco (makan rujak). Sang suami ikut pula makan mangonco
bersama peserta upacara.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 127 Kiri Loko


9. Do’a Dana

Tata laksana acara ini adalah seluruh warga mendatangi tempat


pelaksanaan yang telah disepakati bersama dengan membawa macam-
macam jajan. Setelah itu akan digelar do'a bersama dengan membaca
yasinan bersama dan dilanjutkan membaca do'a. Setelah prosesi ini
berlangsung maka jajan – jajan tersebut akan dikumpulkan dalam satu wadah
untuk dibagikan kepada anak-anak yang sudah menunggu pembagian jajan
tersebut.
Acara ini digelar sistemik diseluruh persimpangan gang yang ada di
kampung tersebut. Seluruh warga kampung tumpah ruah untuk menyaksikan
rangkaian acara.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 126
10. Kalondo Lopi

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 128 Kalondo Lopi

Kalondo Lopi yaitu penurunan kapal di laut, secara bergotong royong


oleh masyarakat Pesisir, seperti desa Bugis, Lamere dan Sangiang
Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Kegiatan ini biasa dilakukan pada saat

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 127
ada kapal laut yang rampung dibuat kemudian “ Kalondo Lopi “ biasa
dilakukan pada hari libur.

11. Kerajinan Tenun Tembe Nggoli

Tembe Nggoli merupakan sarung tenun tangan khas Bima yang dibuat
dari benang khusus buatan pabrik yang disebut dengan Kafa Nggoli yang
memiliki warna-warna cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan. Kegiatan
menenun ini dilakukan oleh beberapa Desa di daerah Bima. Tujuan utama
masyarakat Bima menenun Tembe Nggoli adalah sebagai pakaian yang
menutup aurat, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Selain itu,
Tembe Nggoli juga dipakai dalam kehidupan sehari-sehari, maupun diperjual
belikan oleh masyarakat local setempat. Keistimewaan Tembe Nggoli ini antara
lain, terasa hangat, halus dan lembut, tidak mudah kusut, warna cemerlang
lebih tahan lama. Tembe Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai macam
corak dan motif yang dipakai oleh masyarakat Bima sehari-hari.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 129 Kerajinan Tenun Tembe Nggoli

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 128
Bagi masyarakat Bima (Mbojo), memakai sarung sangat lazim bagi
kaum laki-laki maupun perempuan dari zaman dulu hingga sekarang.
Dimana cara memakai sarung Nggoli tersebut antara kaum laki-laki dan
kaum perempuan sangat berbeda, pada kaum laki-laki mereka memakai
sarung seperti layaknya kaum pria lainnya di Indonesia, yaitu dengan cara
digulung ketat di bagian perut atau pinggang yang dalam bahasa Bima
(Mbojo) biasa disebut “katente tembe”. Sedangkan bagi kaum perempuan
sarung dipakai sebagai bawahan dengan cara dilipat dan diselipkan (dijepit
agar tidak terlepas) yang disebut “sanggentu tembe”.

12. Ndiri Biola


Ndiri Biola merupakan salah satu kesenian Mbojo yang dimainkan oleh
dua orang atau lebih ada yang sambil memainkan Biola dan yang
bersenandung dengan suaranya yang khas, Ndiri Biola biasa dilakukan pada
acara – acara besar seperti pesta adat, pernikahan, sunatan dan acara
kemasyarakatan lainnya.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 130 Ndiri Biola

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 129
13. Gambo Mbojo
Gambo adalah salah satu jenis alat musik di daerah Bima. Gambo
adalah sebuah alat musik berdawai yang bentuknya seperti gitar yang tidak
berlekuk. Dalam bahasa Bima, tidak ada konsonan pada akhir data. Oleh
karena itu nama alat tersebut pada mulanya adalah gambus, oleh orang Bima
diucapkan gambo. Gambo termasuk alat musik golongan kordofon jenis lud.
Bahan pembuat gambo adalah kayu, kulit kambing, senar palstik.
Nada – nada yang dihasilkan oleh gambo adalah do,re,mi, fa dan sol. Pada
gambo tidak terdapat fret yang dalam bahasa setempat
disebut sarumbu sehingga rasa musikal dalam memainkan gambo sangat
penting. Gambo mbojo sering dimainkan pada acra – acara besar
masyarakat, acara budaya dan lainnya.

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Gambar 2. 131 Ndiri Biola

14. Biola Katipu

Seni musik jenis ini baru berkembang di era tahun 2000 an. Biola
Katipu adalah perpaduan musik Biola, Katipu (Ketipung), Gambo (Gambus),
Gitar Bas, Daf dan Rawa Mbojo. Jenis musik ini cukup digemari masyarakat
Bima - Dompu, karena menghadirkan nuansa baru jenis musik Rawa Mbojo
dengan musik Dangdut. Lyrik lagu yang dinyanyikan kebanyakan lyrik musik
dangdut tapi syairnya dalam bahasa Bima-Dompu.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 130
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 132 Ndiri Biola


15. Rimpu Mbojo

Rimpu Mbojo merupakan identitas diri kaum muslimah suku Mbojo di


Bima Nusa Tenggara Barat tempo dulu. Sejak agama Islam masuk ke Bima,
para perempuan Bima mengenakan Rimpu Mbojo jika keluar dari rumah.
Meski saat ini, Rimpu Mbojo tidak lagi dikenakan perempuan Bima, tetapi
akan tetap dilestarikan dan dikenalkan pada kegiatan-kegiatan pemerintah
daerah.
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima yang menggunakan
sarung khas Bima (Tembe Nggoli). Rimpu merupakan rangkaian pakaian
yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut
untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang
diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak
memakai rimpu tetapi ”katente” (menggulungkan sarung di pinggang).
Dalam penggunaannya Rimpu Mbojo dibedakan menjadi dua jenis yaitu
Rimpu Colo dan Rimpu Mpida, Rimpu Colo digunakan oleh kalangan ibu –
ibu dengan lilitan yang menyisakan bagian wajah saja yang terbuka,
sedangkan Rimpu Mpida digunakan oleh para gadis yang cara pemakaiannya
adalah dengan melilitkan Tembe Nggoli di kepala dengan hanya
menampakan bagian mata saja.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 131
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 133 Rimpu Mbojo

16. Tembe Donggo


Tembe Donggo begitu biasa disebut berasal dari Kecamatan Donggo
tepatnya di desa Mbawa, di Desa itu setiap rumah pasti memiliki alat tenunannya
sendiri, berupa alat tenun manual bernama Muna. Muna itu biasanya diletak di
bawah (kolong) rumah panggung, dan para ibu baru akan turun menenun jika
ada waktu senggang atau menenun di depan rumah mereka.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 132
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 134 Tembe Donggo

Tenunan yang bersifat menyambi itulah yang membuat produksi


Tembe Compo tidak bisa diprediksi, sehingga bicara soal memasarkan
produk sangat sulit dijangkau masyarakat di sana. Hanya sebagian warga
saja yang serius mengelola tenunan Tembe Compo menjadi bisnis, dan dari
kelangkaan ini menjadikan Tembe Compo sangat mahal yang harganya dari
200 ribu hingga 1 juta rupiah.

Proses pembuatan Tembe Compo ini di mulai dari mengumpulkan kapas


kemudian diproses menjadi benang, setelah benang jadi maka mulailah
menenun yang memakan waktu kurang lebih dua bulan hingga tiga bulan,
pewarnaan Tembe Compo di lakukan dengan pewarna dari nanah pohon
sehingga menjadi warna hitam atau disebut Tembe Me`e Donggo (kain hitam
Donggo).

Dari kain yang telah jadi kemudian di olah menjadi Baju Kababu (baju adat
Donggo), Tembe Compo dan Selendang Tembe Dala. Sisanya dari
pembuatan baju dan selendang untuk keperluan keluarganya sendiri. Bagi
masyarakat Mbawa Donggo, mengenakan kain Tembe Compo atau baju
Kababu untuk acara resmi seperti pesta perkawinan, adalah suatu hal yang
wajib. Bahkan tolak ukur bagi seorang remaja putri di Mbawa untuk menikah
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 133
adalah ketika dia sudah bisa menenun. Dan setiap anak putri yang sudah
menikah akan diwajibkan membawa Tembe Compo serta baju Kababu, kelak
untuk diberikan lagi kepada putrinya yang menikah.

17. Lupe (Payung Khas Sambori)

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 135 Lupe (Payung Khas Sambori)


Lupe merupakan payung khas Sambori yang dianyam dengan
menggunakan bahan baku Daun Pandan (Bima : Ro’o Fanda), hasil
anyaman pengrajin dari Donggo Ele (Donggo Timur) yaitu dari Desa Kuta,
Sambori Kaboro dan Teta. Tetapi ada juga yang dianyam oleh masyarakat
Mbojo yang bertempat tinggal di daerah dataran tinggi, seperti pada
beberapa desa di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima.
Cara membuat Lupe tidaklah terlalu sulit bagi masyarakat Mbojo
terutama masyarakat Sambori dan Sekitarnya. Daun Pandan yang telah
diambil dari pohonnya dikeringkan lebih dulu, kemudian dianyam. Cara
menganyamnya yaitu dengan menyilang daun pandan yang satu dengan
daun pandan yang lainnya, dan hampir sama dengan menganyam Tikar
Pandan atau Dipi Fanda. Yang membedakakanya adalah finishing dari
Lupe yang menyerupai Topi atau payung. Dibutuhkan waktu satu hari untuk

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 134
menganyam Lupe sampai menghasilkan anyaman Lupe yang siap untuk
dikenakan terutama untuk melindungi diri dari hujan dan terik matarahari.
Lupe selain bentuknya yang unik juga merupakan sebuah warisan
leluhur masyarakat Mbojo yang perlu dilestarikan keberadaanya. Lupe dan
komoditi lainnya dari desa ini sangat berpotensi sebagai salah satu souvenir
atau oleh-oleh buat wisatawan yang berkunjung.

18. Sadopa (Sandal)

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 136 Sadopa


Sadopa adalah sandal tradisional masyarakat Bima yang digunakan
berabad – abad lamanya. Mereka (nenek moyang masyarakat Bima) hidup
menyatu dengan alam dan rata-rata berusia lebih dari seratus tahun. Sandal
Sadopa yang dipakainya sehari-hari yang cukup efektif untuk melancarkan
peredaran darah terutama mulai dari kaki. Sadopa yang cukup keras dan
berpadu dengan jalanan yang berbatu dan kerikil sangat membantu pijatan
telapak kaki untuk memompa darah terutama ketika beraktifitas.
Sadopa terbuat dari Kayu hutan yang kuat dan tahan lama seperti kayu Sopa,
Kayu Impi dan ada juga dari kayu Nangka. Cara membuat Sadopa adalah
dengan memotong kayu – kayu tersebut dan dibentuk menyerupai sandal

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 135
sesuai ukuran kaki pemakainya. Hanya saja perbedaannya dengan sandal,
Sadopa hanya mempunyai Tangkai di depan yang berfungsi untuk
memasukan celah antara Jari dengan ibu jari kaki. Pada masa lalu, setiap
Rumah masyarakat Bima memiliki Sadopa. Karena sesuai zamannya, hanya
Sadopalah yang mereka tahu dan mudah cara pembuatannya.
Dalam konteks kekinian, Sadopa tentu masih relevan baik untuk kesehatan
maupun sebagai souvenir untuk wisatawan. Hal ini tentunya disamping untuk
melestarikan Sadopa, juga sebagai promosi wisata dan peningkatan taraf
hidup masyarakat.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 136
2.2. Ragam Kuliner Khas Dana Mbojo Kabupaten Bima
2.2.1. Kelompok Lauk Pauk
1). Palumara
Berkunjung ke Bima tidak lengkap tanpa menikmati makanan
khas suku mbojo yaitu palumara, palumaramerupakan Ikan berkuah
asam,manis,pedas, dengan tambahan aroma khas pataha (daun
kemangi), ikan yang digunakan bisa bermacam macam, bisa
menggunakan ikan bandeng, udang, kakap dan jenis ikan lainnya ditemani
nasi hangat sehingga membuat makanan khas ini menjadi juara di lidah
para penggemarnya.

Bahan-bahan :
- Ikan Bandeg/ Ikan Laut Lainnya
- Air asam jawa
- Bawang Putih
- Bawang Merah
- Cabe merah
- Tomat
- Kunyit
- Jeruk
- Daun Kemangi
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 137 Palumara

2). Uta Kato Bhasa Tarindi Mangge


Uta kato bhasa sebenarnya lebih dikenal dengan ikan pepes,
namun uta kato bhasa tarindi mangge ini lebih unik karena selain
bertemankan bumbu dasar juga ditambahkan dengan pucuk daun asam,
sedangkan ikan yang digunakan adalah bandeng, kakap atau jenis ikan
lainnya sesuai selera sehingga sangat cocok dihidangkan bersama nasi
hangat.

Bahan – bahan :
- Ikan laut/ ikan air tawar
- Pucuk daun asam (Tarindi
Mangge)

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 137
- Kunyit
- Cabe merah
- Cabe hijau
- Bawang putih
- Bawang merah
- Kemiri
- Daun Kemangi

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 138 Uta Kato Bhasa Tarindi Mangge

3). Uta Maju Puru Pela (Daging Rusa)


Bahan – bahan :
- Daging Rusa
- Bumbu – bumbu
(Bawang Merah,
Bawang Putih,
Ketumbar, gula,
garam)

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 139 Uta Maju Puru Pela

Daging rusa merupakan makanan favorit masyarakat Bima. Biasanya


daging itu diawetkan dengan cara didendeng. Daging rusa ini dibakar
dan ditambahi bumbu pelengkap sehingga rasanya sangat lezat dan gurih.
Meski daging rusa ini sangat lezat namun karena Rusa merupakan salah satu
hewan mamalia yang dilindungi di Indonesia. Dasarnya, Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
dan Satwa, untuk mencegah berkurangnya populasi rusa di Kabupaten Bima,

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 138
masyarakat untuk tidak menangkap rusa, tetapi menjaganya agar tidak
punah.

4). Saronco Peke (Asam-Asam Tulang Iga Sapi)


Olahan iga sapi ini merupakan sajian yang sangat lezat dan saying
untuk tidak dicoba berpadu dengan bumbu lain sangat cocok disajikan
bersama nasi hangat.

Bahan – bahan :
- tulang iga sapi,
- lengkuas (memarkan),
- daun sereh,
- pataha doro (daun ruku-ruku),
- buah tomat besar (potong-
potong),
- air asam dari 3 lembar asam
matang,
- Air secukupnya untuk merebus
tulang iga,
Bumbu yang dihaluskan:
- cabe besar (keluarkan bijinya),
- lada,
- ketumbar,
- kunyit,
- tomat kecil,
- makan minyak goreng,
- Garam secukupnya.
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 140 Saronco Peke

5). Kagape Uta Maju


Kagape merupakan kuliner khas masyarakat Bima yang sangat
unik dan mempunyai citarasa yang sangat menggoda dengan rempah-
rempahnya.keunikannya karena makanan ini konon berdasarkan menu
yang biasa disajikan didalam istana. Kemudian berkembang di luar istana
juga menjadi favorit masyarakat Jelata. Pada kali pertama Kagape ini
seperti coto Makassar atau soto Madura, cuman yang membuat beda
yaitu Kagape banyak dibuat dari kaki kerbau, sapi dan kaki kambing yang
berkembang di kalangan masyarakat jelata luar istana. Kalau yang biasa
disajikan untuk para Sultan yaitu Kagape Maju yang terbuat dari daging

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 139
rusa, Kagape Maju sendiri berupa hidangan berkuah, disajikan panas.
Dengan aneka bumbu yang terasa sangat halus di lidah.
Biasanya Kagape Maju dihidangkan pada saat tamu istana datang atau
para Raja pulang berburu rusa, memang daging rusa dikalangan
masyarakat Bima tergolong daging yang sangat enak dan mewah. Konon
Kagape Maju ini merupakan makanan favorit Sultan Ibrahim. Kagape maju
ini sangat nikmat dihidangkan pada saat panas, aroma bumbu dan
rempahnya mengundang selera makan, daging rusa yang dipakai untuk
kagape sangat kenyal dan empuk ditambah sepiring nasi putih hangat
semakin melengkapi nikmatnya Kagape Maju.
Bahan – bahan :
- Daging Rusa
- Bumbu - bumbu

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 141 Kagape Maju

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 140
6). Uta Karamba
Bahan – bahan :
- Ikan Teri Kering (Karamaba
Mene)
- Bawang Merah
- Bawang Putih
- Tomat
- Kecap
- Garam Secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 142 Uta Karamba


Uta Karamba yaitu ikan kecil-kecil yang di jemur hingga 2-3 hari
lamanya. Selain harganya yang terjangkau, begitu juga untuk soal rasa
yang tidak diragukan dengan selera Suku Mbojo.
Menurut masyarakat Bima penikmat Karamba, meski banyak aneka
jenis makanan yang bisa di jumpai, namun Karamba tetap menjadi
primadona di tiap rumah tangga, biasanya Karamba dibuat bumbu kecap,
sebetulnya persis seperti telur bali menggunakan bumbu kecap, tomat dan
bawang. Karamba yang favorit di Bima ini juga memiliki rasa yang sangat
beda karena aromanya sangat tajam dan memikat orang untuk
menyantapnya, apalagi ditambah sambal doco toma yang terbuat dari
tomat, bawang, timun dan cabe.

7) Londe Puru (Bandeng Bakar)


Londe puru adalah istilah untuk lauk dari bandeng yang
dibakar.Dimakan dengan nasi dari beras baru panen, kemudian dilengkapi
dengan doco atau sambal bawang iris yang dicampur garam dan jeruk
(sambal bawang khas bima). Makanan ini merupakan salah satu kuliner khas

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 141
Bima. Mudah dan murah didapatkan, karena Bandeng yang menjadi bahan
baku lauk bisa didapatkan di pasar – pasar maupun ditempat penjualan
khusus bandeng yang terdapat disepanjang jalan Uma Me’e (Desa Belo
Kecamatan Palibelo). Namun jangan khawatir bisa juga didapatkan dengan
menu yang beragam disetiap warung – warung makan atau resto – resto yang
tersebar di depan Bandara Muhammad Salahuddin Bima tanpa mengurangi
kekhasan rasanya. Bandeng merupakan salah satu komoditas unggulan Kab.
Bima tersebar pada beberapa kecamatan, Keunggulan bandeng yang ada di
Bima terutama di wilayah Palibelo, Bolo dan Woha adalah kesegaran
dagingnya dan tidak berbau lumpur, bandeng juga bisa dijadikan oleh – oleh
yang dikemas dalam berbagai olahan, seperti bandeng presto, stik bandeng
bahkan bandeng segar dengan kemasan yang apik menggunakan perlakuan
tertentu masih bertahan dengan kesegaran dagingnya.

Bahan – bahan :
- Ikan Bandeng
- Jeruk
- Garam

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 143 Londe Puru (Bandeng Bakar)

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 142
2.2.2. Kelompok Sayuran
1. Uta Mbeca Prongge
Parongge atau yang disebut Tanaman kelor atau marongghi (Moringa
oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian
menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-
Barat.Bagi masyarakat Bima, Daun kelor sudah sangat akrab sebagai
sayur dan pohon-pohon kelor ini banyak digunakan sebagai tanaman
pagar di halaman-halaman warga maupun di kebun-kebun.
Organisasi kesehatan dunia WHO menganjurkan bagi anak-anak dan
bayi yang masih didalam masa pertumbuhan untuk mengkonsumsi ini
karena manfaat daun kelorsangat baik, karena ternyata mengandung :
 Diketahui bahwa mengandung Potasium Tiga kali lipat dari pada
pisang
 Juga mengandung Kalsium Empat kali lipat lebih banyak daripada
susu
 Dan juga di ketahui memiliki Vitamin C Tujuh kali lipat daripada jeruk.
 Mengandung Vitamin A Empat kali lipat lebih banyak dari pada wortel.
 Juga memiliki Dua kali lipat protein dari pada susu.
Bahan – bahan :
- Daun Kelor
- Okra (Bahan sayur tambahan)
- Air untuk merebus
- Bawang Merah
- Garam secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 144 Uta Mbeca Parongge

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 143
2. Uta Mbeca Saronco Wua Parongge
Disamping daun, buah kelor juga bisa diramu menjadi sayur. Bagi
masyarakat Bima, sayur buah kelor bisa dibuat sayur santan dengan daging Rusa, tulang
Rusa maupun diramu dalam bentuk sayur asam yang dikenal dengan Saronco Wua
Parongge. Uta mbeca saronco wua parongge menjadi salah satu sayur andalan bagi
masyarakat Bima.

Bahan – bahan :
- Buah Kelor (Wua Parongge)
- Labu, Okra dan Kacang Panjang
- Air asam

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata


Gambar 2. 145 Uta Mbeca Saronco Wua Parongge

2.2.3. KELOMPOK MAKANAN PELENGKAP


1. Jame

Bahan – bahan :
- Ikan teri
- Asam Muda
- Santan kelapa
- Garam secukupnya
- Kunyit
- Daun Bawang
- Belimbing sambal
- Lalapan (Timun, Cabe, Daun
Kemangi)

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 146 Jame

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 144
Jame mangge adalah sebuah sambal yang dibuat dari asam muda
yang diulek dengan cabe, garam dan bumbu dapur lainnya. Jika berkunjung
ke Bima Sambal yang satu ini sangat cocok disajikan bersama nasi hangat,
ikan teri dan ikan Bakar, karena rasa yang asam dari sambalnya
membuatketagihan untuk mencicipi rasanya.

2. Mangge Mada
Bima memang kaya akan keanekaragaman kuliner, salah satu
makanan khas dan unik dari Bima adalah gulai jantung pisang atau dalam
bahasa bimanya Mangge Mada, berbeda dengan gulai di daerah lain
yang syarat dengan bumbu – bumbu, mange mada ini termasuk simple
cara pembuatan begitu juga bahan – bahannya dengan bahan baku
utama adalah Jantung pisang yang dipadukan dengan santan, kelapa
sangrai, jeruk nipis dan belimbing segar. cita rasanya yang unik membuat
penikmat kuliner enggan untuk melewatkan kesempatan untuk mencoba
rasanya.

Bahan – bahan :
- Jantung Pisang
- Santan Kelapa
- Cabe merah
- Belimbing sambal
- Jeruk
- Bawang merah
- Garam secukupnya
- Ikan bandeng/ayam kampung
bakar
- Kacang/
- Jeruk Limau/jeruk sambel
-

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 147 Mangge Mada

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 145
3. Tota Fo’o
Tota fo'o yang dalam bahasa indonesianya adalah mangga cincang
adalah suatu sambal yang sangat khas dan terkenal di Bima. Rasa asam dari
mangganya serta pedas dari cabe yang di tumbuk membangkitkan selera makan
bagi yang mencobanya. Jika berada di Bima belum lengkap rasanya jika
belummencoba sambal yang nikmat ini.

Bahan – bahan :
- Mangga muda
- Cabe rawit
- Bawang merah
- Tomat
- Garam secukupnya
- Kemangi
- Santan kelapa
- Udang rebus

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 148 Sambal Tota Fo’o


4. Karawiti

Bahan – bahan :
- Kulit kambing/sapi
- Kacang
- Santan kelapa
- Belimbing wuluh
- Jeruk
- Tomat
- Bawang merah
- Cabe
- Garam secukupnya
Sumber : Dokumentasi Pemerhati WisataKab. Bima Tahun 2016

Gambar 2. 149 Karawiti

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 146
Dibanding dengan kuliner lainnya karawiti juga tidak kalah
menggoda selera, makanan unik ini sangat disukai oleh banyak kalangan,
setiap adanya hajatan di daerah ini karawiti selalu menjadi kudapan
primadona untuk disuguhkan, karawiti dengan bahan baku utama kulit
kambing atau sapi yang dipadukan dengan kacang yang ditumbuk kasar,
santan, belimbing, jeruk, tomat, bawang merah, cabe serta ditambahkan
bumbu dapur, rasanya yang unik akan membuat selera makan menjadi
bertambah.

5. Tumi Sepi
Sepi adalah salah satu makanan khas Bima yang terbuat dari udang
rebon (anak udang yang sangat kecil yang di Bima disebut Sepi Bou). Udang
rebon difermentasi dengan garam sehingga mengeluarkan aroma khas.Tumi
sepi menjadi salah satu makanan pelengkap favorit di Bima.

Bahan – bahan :
- Udang rebon
- Kemangi
- Cabe rawit
- Tomat
- Garam secukupnya
- Bawang
merah/daun bawang
merah
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 150 Tumi Sepi

6. D’oco Toma (Sambal Tomat)


Makanan pelengkap yang satu ini juga sangat dinantikan di meja
makan bagi masyarakat Bima, dengan bahan – bahan yang mudah didapat
seperti Tomat, Timun, Bawang, Cabe dan ditambah daun kemangi sehingga
menambah kesegaran dari sambal ini. Sangat cocok dihidangkan bersama
ikan bakar khas Bima.
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 147
Bahan – bahan :
- Tomat
- Bawang merah
- Kemangi
- Timun muda
- Cabe rawit
- Garam secukupnya
-
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata
Gambar 2. 151 D’oco Toma

7. Oi Mangge
Oi Mangge merupakan salah satu makanan pelengkap yang
tidak kalah uniknya, berbahan dasar Asam, bawang, tomat, cabe dan
ditambah daun kemangi menambah kesegaran makanan pelengkap ini,
sangat cocok disajikan bersama uta karamba (ikan yang dikeringkan)
akan menambah ke khasan makanan pelengkap ini.
Bahan – bahan :
- Asam
- Bawang merah
- Tomat
- Cabe rawit
- Kemangi
- Garam
secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 152 Oi Mangge

8. Sia Dungga (Sambal Bawang)


Sia Dungga, tak lengkap jika berkunjung ke Bima tanpa mencoba
keunikan rasa Sia Dungga atau Sambal Bawang khas Bima ini, Uta
Londe Puru atau ikan bakar jenis apapun sangat cocok disajikan dengan
Sia Dungga sehingga akan melengkapi rasa ikan dan kembali
membangkitkan selera makan para pecinta kuliner.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 148
Bahan – bahan :
- Bawang merah
- Jeruk nipis/jeruk
sambel
- Cabe rawit merah
- Garam secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 153 Sia Dungga

9. Mbohi Dungga (Sambal Fermentasi Jeruk Purut)


Bahan – bahan :
- Jeruk purut
- Cabe merah
- Garam secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 154 Mbohi Dungga

Mbohi dungga merupakan makanan pelengkap warisan leluhur


sebagai makanan pendamping lauk yang berbahan dasar jeruk purut atau
dalam bahasa mbojonya dungga mbudi, proses pengolahan mbohi dungga
ini terbilang masih tradisional dan belum tersentuh teknologi modern,
namun begitu makanan ini sangat banyak diminati oleh masyarakat baik
dalam maupun luar Bima, Meski sambal ini tanpa menggunakan bahan
pengawet namun semakin lama disimpan semakin enak rasanya.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 149
2.2.4. KELOMPOK PANGANAN (MAKANAN KECIL)
1. Minasarua
Mina Sarua merupakan minuman khas penghangat badan, minuman
ini berbahan dasar rempah-rempah dan tape ketan serta ditambahi
galendo. Mina Sarua cocok untuk diminum malam hari, saat udara dingin.
Rasanya yang hangat dari berbagai macam rampah dipadu dengan
karbohidrat sederhana dari tape ketan yang telah difermentasi selama
kurang lebih 2 hari. Disamping itu juga terasa rasa gurih yang berasal dari
galendo atau biasa disebut dengan tai minyak, mina sarua akan lebih
nikmat jika disandingkan dengan buras.

Bahan – bahan :
- Merica
- Kunyit
- Jahe
- Tape ketan hitam
- Kayu manis
- Santan kelapa tua
- Galendo (ampas
minyak dari santan
kelapa yang direbus)
- Gula merah
secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 155 Minasarua

2. Pangaha Range

Pangaha Range adalah nama salah satu kue tradisional Mbojo.


Range terbuat dari beras ketan, kelapa dan gula. Rasanya manis dan
gurih. Range juga sering menjadi pelengkap dalam Jangko (wejangan
yang berisi berbagai macam jenis kue dan nasi yang disebut oha santa
dan oha mina dalam acara-acara / hajatan warga) Biasanya setelah doa
dibagikan Jangko yang didalamnya juga berisi kue Range.
Kue tradisional Bima yang satu ini sangat digemari. Apalagi dibelahannya
ada gula putih dan bercampur dengan gurihnya adonan beras ketan dan
kelapa yang menjadi bahan dasar pembuatan Range.
BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 150
Bahan – bahan :
- Beras ketan putih yang diolah
menjadi tepung
- Kelapa parut
- Gula putih

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 156 Pangaha Range

3. Koca Dan Kapore

Bahan – bahan :

- Kelapa parut
- Tepung ketan
- Gula merah

KOCA

KAPORE

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 157 Koca dan Kapore

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 151
Kapore dan koca adalah penganan manis dengan ditaburi
kelapa parut diluarnya. Koca hanya ditaburi kelapa parut diluarnya.
Sementara di dalamnya terdapat cairan gula merah. Kapore tidak ada
cairan gula merah di dalamnya, tetapi cairan gula merah dicampur dengan
kelapa parut di luarnya. Kapore dan Koca cocok untuk kudapan di
sianghari sambil menikmati kopi dan teh.

4. Pangaha Sinci

Bahan – Bahan :
- Tepung ketan putih
- Gula merah
- Minyak goreng
- Mentega
- Telur

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 158 Pangaha Sinci

Jajanan tradisional yang satu ini atau Pangaha Sinci Bentuknya


ada dua yaitu yang besar dan yang kecil.Karena bentuknya seperti cincin,
sehingga masyarakat Bima menyebutnya dengan pangaha sinci.

5. Salunga Nggaba

Salunga Nggaba merupakan salah satu panganan yang sangat


gurih, terbuat dari bahan baku Singkong yang diparut lalu dikukus dan
dipadukan dengan parutan kelapa akan menambah sensasi gurih di lidah.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 152
Bahan – bahan :

- Singkong (diparut)
- Garam secukupnya
- Kelapa parut
- Gula putih

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 159 Salunga Nggaba


6. Bingka Dolu
Bingka Dolu salah satu panganan khas Bima yang tidak kalah
digemari oleh masyarakat Bima, Bingka Dolu juga lebih mirip dengan kue
lumpur. Bingka Dolu juga sebagai kue pelengkap untuk jangko (wejangan
yang berisi berbagai macam jenis kue dan nasi yang disebut oha santa dan
oha mina dalam acara-acara / hajatan warga) Biasanya setelah doa
dibagikan Jangko yang didalamnya juga berisi bingka dolu.

Bahan – bahan :
- Mentega
- Telur
- Tepung terigu
- Daun pandan (diambil
airnya)
- Gula merah/gula putih
- Kelapa
Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 160 Bingka Dolu

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 153
7. Kahangga
Bahan – bahan :
- Tepung beras
- Gula merah
- Air secukupnya
- Garam secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 161 Pangaha Khangga

Proses pembuatan kue tradisional Mbojo yang satu ini agak sulit.
Karena proses menggoreng adonan Kahangga dilakukan dengan Cetakan
khusus yang dibuat secara tradisional yaitu dari batok kelapa yang dilubangi
kecil-kecil. Jumlah lubang di dalam batok kelapa sebanyak tiga sampai empat
buah. Dari lubang inilah adonan Kahangga dikeluarkan dengan menggerak-
gerakan cetakan atau dalam Bahasa Bima disebut dengan Saraja. Setelah
adonan Kahangga di jatuhkan ke dalam wajan yang berisi minyak kelapa,
maka segera dibentuk adonan itu dengan dilipat dua sehingga terbentuk kue
Kahangga berbentuk segi empat yang dilipat dua, meski sulit cara
pembuatannya namun sebanding dengan rasa yang ditawarkan, krenyes,
dan membuat penikmat rasa menjadi ketagihan untuk mencicipinya.

8. Pangaha Bunga
Pangaha Bunga merupakan kue tradisional Bima yang sejak dahulu menjadi
favorite untuk cemilan santai, tekstur dan bentuknya sangat sederhana dan
bahannya pun sangat mudah didapatkan, dengan aromanya yang gurih terbuat dari
tepung beras dan gula juga sangat bebas dari bahan – bahan kimia maupun
pengawet, pangaha Bunga sangat tahan lama jika disimpan untuk beberapa minggu.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 154
Bahan – bahan :
- Tepung Beras ketan
- Gula
- Telur
- Mentega
- Air tirisan kapur sirih
secukupnya
- Air putih secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 162 Pangaha Bunga

9. Sako – Sako
Bagi orang Bima Sako-Sako adalah oleh-oleh khas yang selalu
diselipkan oleh orang tua setiap mengirim logistik ke tanah rantau. Sako-sako
adalah makanan dengan istilah Bima “ Peli Kai Loko” atau pengganjal perut
ketika lapar saat malam hari atau telat masak sepulang kuliah. Pokoknya
sako-sako adalah makanan murah meriah dan bisa tahan lama sebelum para
mahasiswa mengenal Mi Instan. Bahannya adalah beras yang dulu ditumbuk
halus dicampur kelapa kemudian digoreng tanpa minyak. Ketika ingin
memakannya tinggal ditambahkan gula secukupnya

Bahan – bahan :
- Tepung Beras
- Kelapa parut
- Telur
- Gula putih secukupnya

Sumber : Dokumentasi Pemerhati Wisata

Gambar 2. 163 Sako – sako

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 155
10. Panganan Lainnya

Masyarakat Bima yang sekarang kita kenal merupakan perpaduan dari


berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh
pelosok tanah air. Akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang lebih
dominan adalah berasal dari imigrasi yang dilakukan oleh etnis di sekitar
Bima. Karena beragamnya etnis dan budaya yang masuk di Bima, maka tak
heran keragaman ini mempengaruhi jenis makanan dan panganan yang ada
di Bima atau suku Mbojo, selain yang di paparkan di atas adapula panganan
khas lainnya seperti : Kue Soko Pipi, Doko- doko, Karamba Uwi, Kalempe,
Kacang Tumbu, Sapu Kaca, Ponte Bojo, Karod’o, Lawatu, Oha Po’o, Oha
Mina dan Ua Numpu.

BAB II
DOKUMEN PROFIL OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN BIMA Page 156

Anda mungkin juga menyukai